ISSN : 2356-3400
Oleh
Ibnu Malik, S.IP.,M.Si
Dosen STAI Muhammadiyah Garut
ABSTRAK
Dalam hal mengambil kebijakan pemerintah selalu terkait dengan pengeluaran dan
penerimaan Negara, maka hal ini pasti mempunyai pengaruh terhadap pendapatan nasional.
Pengeluaran pemerintah dapat memiliki pengaruh yang bersifat memperbesar pendapatan
nasional (expansionary). Pengaruh pengeluran pemerintah terhadap pendapatan nasional
tergantung pada jenis pengeluarannya, sedangkan untuk pener imaan pemerintah
pengaruhnya tergantung pada jenis sumber penerimaan itu.Pajak sebagai sumber
penerimaan Negara lebihbersifat memperkecil pendapatan nasional disbanding dengan
pinjaman Negara dan pinjaman Negara lebih bersifat memperkecil pendapatan dibanding
dengan pencetakan uang baru sebagai sumber penerimaan Negara. Untuk menstabilkan
perekonomiaan nasional maka pemerintah mengambil empat kebijakan antara lain :
Pembiayaan fungsional (functional finance), Untuk menekan inflasi maka melalui kebijakan
melalui pinjaman lewat pengurangan dana yang ada dalam masyarakat melalui pajak,
Pengelolaan anggran, Dengan pengeluaran anggran seimbang, Stabilisasi anggran
otomatis, Anggaran belanja seimbang. Maka pada umumnya tujuan yang akan dicapai
kebijakan fiskal adalah kesetabilan ekonomi yang lebih mantaptanpa ada pengguran dan
kesetabilan harga-harga.
ABSTRACT
In terms of taking the government's policy is always associated with spending and state
revenue, then it definitely has an effect on national income. Government spending can have
an effect that is both increase national income (expansionary). The influence of government
expenditure to national income depends on the type of expenditure, whereas for government
Imaan pener effect depends on the type of resource revenues as a source of state revenue
itu.Pajak lebihbersifat reduce national income compared with the State loans and borrowing
countries are far more than the revenue by printing new money as State revenue sources. To
stabilize the national perekonomiaan the government took four policies include: Financing
functional (functional finance), to suppress inflation then through a loan through a reduction
policies through the existing funds in the community through taxes, anggran Management,
With anggran expenditure balance, automatic anggran Stabilization, Budget shopping
balanced. So in general objectives to be achieved fiscal policy is more economic stability of
job mantaptanpa existing and stability of prices.
A. PENDAHULUAN
Kebijakan selalu mencakup struktur yang mendua. Di satu sisi kebijakan mempunyai
dimensi instrumental dalam menghasilakan keputusan, program dan hasil lainya dengan
nialai-nilai yang diyakini oleh para actor pengambil kebijakan, adanya seperangkat hubungan
dalam kebijakan yang merupakan jalur komunikasi norma-norma etika dan moral, proses
membangun jalinan kepercayaan (trust) dan solidaritas antar aktor.
Nilai-nilai yang menjadi basis kebijakan public dapat bersifat antargonistik. Sebagai
contoh antara demokrasi dengan birokrasi. Nialai demokrasi seperti penghargaan pada
individu berlawanan dengan nilai-nilai organisasi dalam birokrasi, nilai-nilai demokrasi
seperti keadilan dan pemerataan dihdapkan dengan hirarki birokrasi, nilai-nilai demokrasi
seperti partisipasi dan keterlibatan public dihadapkan dengan kewenangan birokrasi dalam
pengambilan kebijakan yang bersifat top-down.
B. PEMBAHASAN
2.1. Asal Mula Kebijakan Fiskal
Kesadaran terhadap pengaruh pengeluaran dan penerimaan pemerintah belum
lama muncul dalam dunia ilmu pengetahuan. Maka timbulah gagasan dengan sengaja
untuk mengubah-ubah pengeluaran dan penerimaan pemerintah guna mencapai
kesetabilan ekonomi. Teknik mengubah pengeluaran dan penerimaan pemerintah inilah
yang dikenal dengan kebijakan fiskal atau politik fiskal.
Sebelum tahun 1920-an, pengeluaran pemerintah hanya dianggap sebagai alat
untuk membiayai kegiatan-kegitan pemerintah dan dinilai atas dasar asas manfaat
langsung yang dapat ditimbulkannya tanpa melihat pengaruhnya terhadap pendapatan
nasional. Sebaliknya Pajak hanya sebagai sumber pembiayaan pengeluaran Negara dan
belum diketahui pengaruhnya terhadap pendapatan nasional. Akibatnya dalam masa
depresi di mana penerimaan pemerintah menurun, maka pengeluaran pemerintah harus
dikurangi pula. Hal ini berpengaruh terhadap pendapatan nasional serta semakin lesunya
perekonomian. Kalau timbul deflasi atau inflasi kebijakan yang diambinya adalah
kebijakan moneter lewat Bank Sentral dan bukan kebijakan fiskal.
Pada masa depresi pada tahun 1930-an teori kebijakan fiskal pertama kali mulai
muncul karena tidak mempunyai kebijakan moneter dalam menanggulangi depresi itu.
Kebijakan moneter berguna untuk merangsang kegiatan individu atau swasta. Pada saat
terjadi pengangguran harga-harga turun deoresi, maka oleh kebijakan moneter dengan
cara menambah jumlah uang yang beredar lewat politik diskonto dengan menurunkan
tingakat bunga atau dengan politik pasar terbuka, dimana pemerintah membeli surat
berharga.
Pada masa depresi yang paling amat parah adalah masalah pengangguran dan
kebijakan fiskal berorentasi maslah pengguran dan masalah ingflasi. Dasar pemikiran
dalam kebijakan fiskal ialah bahwa pemerintah tidak dapat disamakan dengan individu
dalam pengaruh dari tindakan masing-masing terhadap masyarakat sebagai keseluruhan.
Umumnya para individu akan mengurangi pengeluaran apabila penerimaanya menurun,
sedangkan pemerintah tidak harus berbuat demikian, karena apabila perintah mengurangi
pengeluaranya, maka tindakan ini akan lebih menyusahkan atau memperberat jalannya
perekonomian karena menurunya pengeluaran pemerintah akan berarti menurunya
b. Pengelolaan Anggaran
Pendekatan ini lebih banyak disukai dari pada pendekatan “pembelanjaan
fungsional” karena pengeluaran pemerintah, perpajakan dan pinjaman dimaksudkan
untuk pencapaian kesetabilan ekonomi yang lebih mantap. Dalam pendekatan ini,
hubungan antara pengeluaran perintah dan perpajakan selalu dipertahankan, tetapi
penyesuaian dalam anggran selalu dibuat guna memperkecil ketidakstabilan ekonomi,
sehingga pada suatu saat dapat terjadi deficit maupun surplus. Tokoh dalam
pendekatan ini adalah Alvin Hasen yang menyarankan bahwa dalam masa depresi di
mana banyak pengguran, pengeluaran perintah adalah satu-satunya obat.
Umumnya tujuan yang ingin dicapai oleh kebijakan fiskal adalah kesetabilan ekonomi
yang lebih mantap artinya tetap mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi yang lebih
mantap artinya tetap mempertahankan laju ekonomi yang layak tanpa adanya pengangguran
yang berarti di satu pihak atau adanya ketidakstabilan harga-harga umum. Kesetabialan
ekonomi tidak berarti kesetabilan harga untuk semua sektor perekonomian, karena perubahan
harga relative sangat diperlukan bagi penyesuian dalam perubahan teknologi, preferensi
konsumen dan tersedianya faktor produksi, agar penggunaan oftimum dalam penggunaan
sumberdaya ekonomi dapat terealisasi.
a. Mencegah pengguran
b. Stabilitas Harga
Aspek kedua dari kebijakan fiskal adalah mempertahankan kesetabilan harga
umum pada tingkat yang layak. Pneurunan yang tajam dalam harga-harga umum jelas
akan mendorong timbulnya pengangguran karena sector swasata akan kehilangna
harapan keuntungan, bahkan keuntungan mereka akan semakin mengecil. Selanjtnya
investasi sector swasta dapat tidak ada lagi lebih-lebih bila mereka mengharapkan
harga-harga akan turun terus
Sebaliknya harga-harga umum yang meningkat terus juga mempunyai akibat
yang tidak menggembirakan. Inflasi memang dapat menciptakan kesempatan kerja
penuh dan memberikan keuntungan kepada beberapa kelompok orang, tetapi juga
mempersulit kehidupan orang-orang yang berpenghasilan rendah dan terutama
mereka yang berpenghasilan tetap. Inflasi yang deras akan cenderung melemahkan
juga sektor usaha swasta karena investasi produktif umumnya berubah menjadi
investasi barang-barang tahan lama seperti rumah, tanah dan sebagainya. Dalam
jangka panjang inflasi akan berakibat pada kurangnya kepercayaan masyarakat pada
pemerintahnya.
% Kenaikan Harga
0 1 2 3 3 5 6 7 % Pengangguran
-1
Kurva philipis menunjukan hubungan antara tingginya laju kenaikan harga dan
tingginya tingkat pengangguran. Dalam gambar tampak bahwa pada laju inflasi setinggi 4%
per tahun, tingkat pengangguran yang ada dalam masyarakat setinggi 2% per tahun, dan pada
laju inflasi setinggi 3% per tahun, tingkat pengguran dalam masyarakat setinggi 3% per
tahun. Di sini kelihatan bahwa apabila terjadi tingkat inflasi menurun diikuti dengan tingkat
pengguran yang lebih tinggi.Biasanya tingkat pengguran dihitung dari jumlah angkatan kerja,
dan tingkat inflasi didasarkan pada indeks harga barang konsumsi (harga rata-rata 400 macam
barang).
sempurna pada tingkat bunga yang rendah. Dengan kegagalan kebijakan moneter itu, maka
kebijakan fiskal menjadi penting. Tetapi sayangnya, kebikan fiskal lebih kaku dibanding
dengan kebijakan moneter, dan umunya kebijakan moneter lebih dapat diterima oleh
masyarakat daripada kebijakan fiskal. Oleh karena itu kombinasi antara dua kebijakan
tersebut perlu dan bahkan seringkali masih diperlukan tindakan-tindakan langsung guna
menanggulangi inflasi atau deplasi yang sudah gawat seperti politik harga, pengawasan
harga, penjatahan dan sebagainya
DAFTAR PUSTAKA