Anda di halaman 1dari 7

SOSIALISASI PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU DI DESA

RANCAEKEK KULON, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT


Fikra Rifat1 Dissa Aqila2 Salma Azzahra3 Muhammad Azka4 Syahara5 Priscilla Maria6 Elizabeth
Irene7 Aldo Marihot8 Oliver Berkat9 Deviana Nur10 Sabrina Hiranandani11 Ditha Sri12 Azra Zalfa13
Yuda Gustian14 Annisa Putri15 Mochamad Rafi16 Arden Jauhari17 Alika Tsabita18 Azahrah Gowrizki19
Yohanes Tan20

Fakultas Hukum, Universitas Padjadjaran


Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Padjadjaran
Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Padjadjaran
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran
Fakultas Psikologi, Universitas Padjadjaran
Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran
Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran
Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran

Correspondence Email:
yohanes20001@mail.unpad.ac.id

ABSTRAK
Permasalahan sampah di Indonesia seolah tidak pernah terlihat ujungnya. Sampah menjadi masalah
sosial karena dapat menimbulkan pencemaran air, udara, dan tanah. Semakin tinggi tingkat
konsumsi masyarakat, maka semakin bertambah pula volume sampah yang dihasilkan. Partisipasi
masyarakat melalui kegiatan reduce, memilah sampah, membuang sampah pada tempatnya, dan
reuse menjadi cara alternatif untuk mengurangi penumpukan sampah. Tujuan dari kegiatan ini untuk
mengetahui dan memecahkan permasalahan dampak/penyakit akibat pengelolaan sampah yang
kurang tepat, serta mengetahui seberapa jauh partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah di
Desa Rancaekek Kulon. Metode yang diaplikasikan berupa observasi lapangan dan wawancara.
Hasil menunjukkan bahwa sebagian masyarakat telah cukup baik berpartisipasi dalam setiap jenis
kegiatan pengelolaan sampah. Sedangkan pada aspek kesehatan, masyarakat seringkali mengalami
penyakit kulit seperti gatal-gatal akibat bencana banjir dan sanitasi air yang kotor, penyakit infeksi
saluran pernapasan (ISPA), seperti sesak napas dan batuk akibat pembakaran sampah, Tuberkulosis
(TBC), serta darah tinggi.

Kata Kunci: Sampah, Pengolahan Sampah, Desa Rancaekek Kulon

PENDAHULUAN Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008,


Pengertian Sampah sampah diartikan sebagai limbah atau sisa
Seiring bertambahnya jumlah yang timbul dari aktivitas manusia atau
penduduk, produksi sampah juga turut proses alam. Sedangkan, World Health
bertambah. Permasalahan sampah di Organization (WHO) mendefinisikan
Indonesia ibarat benang kusut yang belum sampah sebagai sesuatu yang tidak
dapat terurai/terselesaikan hingga saat ini. digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi
Sampah merupakan hasil aktivitas manusia atau sesuatu yang dibuang, yang berasal
atau alam yang sengaja dibuang karena dari kegiatan manusia dan tidak terjadi
fungsi utamanya telah digunakan1. Dalam dengan sendirinya.
Berdasarkan beberapa pengertian
1
Kuncoro Sejati, Pengelolaan Sampah Terpadu tersebut terlihat bahwa sampah
dengan Sistem Node, Sub Point, Center Point
merupakan limbah/materi sisa yang berasal
(Yogyakarta: Kanisius, 2009), hlm. 12.
dari aktivitas manusia atau proses alam, Sampah Anorganik
tidak mempunyai nilai, dan sengaja Selain sampah organik, ada juga sampah
dibuang karena dapat mengganggu anorganik. Sampah anorganik merupakan
lingkungan. sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan
Jenis dan Sumber Sampah non-hayati, baik berupa produk sintetik
Permasalahan sampah merupakan maupun hasil proses teknologi pengolahan
masalah kultural karena berdampak bahan tambang. Sampah anorganik
terhadap segala sisi kehidupan, khususnya merupakan jenis sampah yang tidak dapat
di kota-kota besar, seperti Jakarta, terdegradasi secara alami oleh alam.
Bandung, Surabaya, dan Medan. Sumber Contoh dari sampah anorganik adalah
sampah terbesar berasal dari pemukiman sampah yang tidak mudah membusuk,
dan pasar tradisional. Sampah juga dapat seperti kertas, botol gelas minuman, kaleng,
berasal dari pertokoan melalui kegiatan plastik wadah pembungkus makanan,
komersial atau perdagangan, konstruksi, plastik mainan, dan sebagainya.
fasilitas umum, dan pengolah limbah Pengolahan dan Penanganan Sampah
domestik. Berdasarkan sifatnya, sampah Terpadu
terbagi menjadi dua, yaitu sampah organik Menurut Undang-Undang Nomor
dan sampah anorganik. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah Organik Sampah (UUPS), yang dimaksud dengan
Sampah adalah material sisa yang sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari
tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu manusia dan/atau proses alam yang
proses2. Sampah organik diartikan sebagai berbentuk padat. Pengelolaan sampah
sampah basah yang berasal dari makhluk merupakan kegiatan yang sistematis,
hidup, seperti hewan, manusia, dan menyeluruh, dan berkesinambungan yang
tumbuhan yang mengalami pembusukan meliputi pengurangan dan penanganan
atau pelapukan secara alami lantaran sampah. Sistem pengolahan sampah dibagi
adanya bakteri. Kandungan karbohidrat, menjadi dua sistem, yaitu pengolahan
protein, lemak, mineral, dan vitamin sampah basah dan pengolahan sampah
membuat sampah organik mudah terurai kering. Komposting merupakan
karena adanya pengaruh fisik dan kimia. pengolahan sampah basah secara biologis
Meskipun dikatakan mudah terurai, tetapi melalui proses penguraian yang
setiap jenis bahan berbeda tingkat berlangsung dalam kondisi aerobik.
kemudahan dalam penguraiannya3. Contoh Sedangkan, sampah kering diolah melalui
sampah organik adalah dedaunan, kotoran proses pembakaran dan upaya daur ulang
hewan, sisa sayur-sayuran, buah yang sampah yang ditampung oleh Bank
membusuk, dan kayu. Sampah.
Dalam UUPS, penanganan
2
Rudi Hartono, Penanganan dan Pengolahan sampah merupakan kegiatan yang diawali
Sampah (Jakarta: Penebar Swadaya, 2008), dengan pemilahan dalam bentuk
hlm. 5.
3
H. R. Sudrajat, Mengelola Sampah Kota pengelompokkan dan pemisahan sampah
(Jakarta: Niaga Swadaya, 2006), hlm. 8. sesuai dengan jumlah, sifat, dan jenis
sampah. Setelah melakukan pemilahan, HASIL DAN PEMBAHASAN
langkah selanjutnya adalah pengumpulan Kegiatan KKN–PPM Integratif
dan pemindahan sampah dari sumber dengan tema “Sosialisasi Pengolahan
sampah ke tempat penampungan Sampah Terpadu” dilaksanakan di Desa
sementara, dan pengangkutan sampah dari Rancaekek Kulon, Kecamatan Rancaekek,
tempat penampungan sampah sementara Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat.
menuju ke Tempat Pembuangan Akhir Wilayah administrasi pemerintahan Desa
(TPA). Rancaekek Kulon terdiri dari empat kepala
kewilayahan (dusun) dan 13 Rukun Warga
METODE (RW). Berdasarkan hasil wawancara
Program sosialisasi dilaksanakan dengan perangkat desa dan beberapa RW
di Desa Rancaekek Kulon, Kabupaten serta survei yang telah dilakukan, sampah
Bandung, Jawa Barat. Khalayak sasaran di Desa Rancaekek Kulon dikelola oleh
terdiri dari masyarakat dan pemerintah BUMDES, lembaga swadaya masyarakat,
setempat. Program ini dilaksanakan dengan dan masyarakat Desa Rancaekek Kulon.
dua tahap, yakni persiapan dan Pengolahan sampah di Desa
pelaksanaan. Rancaekek Kulon dilakukan dengan cara
Tahap persiapan dilakukan dengan dibakar. Namun sebelumnya, sampah
mengumpulkan data melalui observasi ditampung di Tempat Pengolahan Sampah
lapangan terkait pengelolaan sampah di (TPS) dan Tempat Pengolahan Sampah
TPS Desa Rancaekek Kulon dan Terpadu (TPST). Tahapan pengolahannya
melakukan wawancara dengan seluruh dimulai dari penampungan, pengangkutan,
Ketua RW serta kader-kader posyandu pemilahan, dan pemanfaatan. Sampah yang
seputar pengolahan sampah dan ada di tiap rumah akan diangkut oleh
dampak/penyakit yang timbul akibat petugas dari setiap RW untuk dilakukan
sampah di Desa Rancaekek Kulon. Tahap pembakaran di tempat penampungan
persiapan juga dilakukan melalui Program sampah. Hal ini berlaku untuk RW yang
Jumat Bersih, di mana para mahasiswa memiliki tempat pembakaran dan mesin
bergotong royong membantu masyarakat pembakar sampah secara tersendiri, seperti
membersihkan lingkungan sekitar dan di RW 1, RW 2, dan RW 7. Adapun RW
sungai. yang tidak memiliki tempat dan mesin
Pada tahap pelaksanaan dilakukan pembakaran sampah, akan disatukan di
melalui metode penyuluhan/sosialisasi Desa Bojong Malati oleh petugas
dengan mengundang pembicara dari tokoh kecamatan yang akan diangkut 1x dalam
masyarakat sekaligus pegiat lingkungan. seminggu.
Dilakukan pula pengadaan tempat sampah Namun, terdapat beberapa hal
di titik yang ramai diadakannya yang menjadi kendala dalam pengolahan
perkumpulan warga. sampah di Desa Rancaekek Kulon. Ketika
melakukan survei di lingkungan desa dan
TPS, terdapat banyak tumpukan sampah
yang masih harus dipilah. Sebab,
pemilahan sampah tidak dilakukan dari survei dan wawancara pada tiap posyandu
setiap rumah. Hal ini dapat menjadi dan puskesmas, dinyatakan bahwa terdapat
masalah karena jika dibiarkan sampah akan beberapa penyakit seperti diare dan gatal-
menumpuk di TPS dan harus dipilah gatal yang disebabkan oleh sampah
terlebih dahulu. Proses pemilahan di TPS sehingga membuat lingkungan menjadi
memakan waktu yang cukup lama kotor. Adapun sebagian masyarakat
sehingga berdampak pada proses produksi mengalami penyakit kulit dan infeksi
dan distribusi pengolahan sampah. Tidak saluran pernapasan (ISPA), seperti sesak
hanya itu, ketika musim hujan sampah napas dan batuk akibat pembakaran
yang tidak dipilah dan menumpuk akan sampah. Penyakit lainnya yang juga sering
sulit untuk dilakukan pembakaran. dialami masyarakat adalah Tuberkulosis
Permasalahan lainnya juga turut terjadi, (TBC) dan darah tinggi. Namun, hal
seperti minimnya fasilitas pengolahan tersebut sudah dilakukan penanganan dari
sampah, lahan untuk pembakaran sampah, tim puskesmas dan posyandu.
petugas pengelola sampah yang terbatas, Oleh karena itu, permasalahan-
dan pengolahan sampah yang belum permasalahan yang terjadi di Desa
terintegrasi dengan baik. Rancaekek Kulon menjadi salah satu
Akan tetapi, untuk membangun alasan dilaksanakannya kegiatan sosialisasi
pengolahan sampah yang terintegrasi yang bertujuan untuk mengedukasi,
dengan baik diperlukan kesadaran dari berdialog, dan berdiskusi antara warga,
seluruh pemangku kepentingan perangkat desa, dan tokoh ahli dalam
(stakeholder), khususnya warga Desa pengolahan sampah dengan mengangkat
Rancaekek Kulon. Oleh karena itu, warga topik “Pengolahan Sampah Terpadu”.
Desa Rancaekek Kulon seharusnya tidak Kegiatan sosialisasi dipilih sebagai kegiatan
mengandalkan petugas kebersihan ataupun utama karena hal ini jauh lebih efektif
pengurus dari setiap RW untuk memilah untuk menumbuhkan dan membangun
sampah karena merasa telah membayar kesadaran bersama, khususnya di daerah
iuran sampah. Pemilahan sampah yang masyarakatnya masih menjunjung
seharusnya tetap dilakukan dari rumah tinggi nilai budaya, kekeluargaan, agama,
masing-masing sehingga sampah tidak dan norma yang ada. Pendekatan sosial
akan menumpuk ketika dikumpulkan oleh seperti ini akan menjalin interaksi antar
petugas kebersihan. Budaya dan ekosistem masyarakat, mahasiswa, dan pemangku
kepedulian bersama ini yang perlu kepentingan sehingga dapat saling
dibangun bersama-sama. Sampah dapat membantu menciptakan lingkungan yang
menjadi benda yang bermanfaat apabila sehat, bersih, dan nyaman dengan
masyarakat telah memiliki kesadaran, pengolahan sampah.
wawasan, dan pengetahuan terkait Pelaksanaan sosialisasi berjalan
pengolahan sampah yang baik. lancar dan peserta sosialisasi sangat
Permasalahan sampah di Desa antusias terhadap materi yang disampaikan
Rancaekek Kulon berdampak pada aspek oleh narasumber. Peserta sosialisasi juga
kesehatan masyarakat. Berdasarkan hasil semakin paham mengenai jenis-jenis
sampah, cara pengolahan sampah yang dibuat dari botol air mineral. Ada pula
baik dan benar, pemilahan sampah, masyarakat yang bekerja untuk membuat
pemanfaatan sampah menjadi bernilai alat-alat pengolahan sampah, seperti mesin
ekonomis serta bermanfaat untuk pembakar sampah.
kehidupan sehari-hari. Dengan Partisipasi masyarakat tidak
diadakannya “Sosialisasi Pengolahan terlepas dari dukungan dan partisipasi
Sampah Terpadu”, membuat masyarakat pemerintah setempat. Pemerintah telah
memiliki sudut pandang baru terhadap menganggarkan dana untuk pengelolaan
sampah, bukan lagi sebagai benda yang sampah di Desa Rancaekek Kulon dengan
menjadi masalah untuk warga, tetapi memberikan fasilitas pengolahan sampah,
menjadi benda yang dapat bermanfaat bagi seperti motor sampah, tempat sampah,
kehidupan. Meskipun sosialisasi belum gerobak sampah, petugas kebersihan,
menjadi solusi yang maksimal, tetapi bantuan dana gubernur dan dana BLT
masyarakat di Desa Rancaekek Kulon sebanyak 20% untuk kepentingan
mendapat pengetahuan dan informasi yang penanganan penyakit. Tidak hanya itu,
jauh lebih banyak dari sebelumnya. Hal ini pemerintah juga telah mendorong dan
yang perlu dijalin secara kontinu sehingga mengarahkan masyarakat untuk
dapat berdampak positif bagi lingkungan mengadakan forum diskusi dan membuat
Desa Rancaekek Kulon. Harapannya, rencana pembangunan terkait pengolahan
masyarakat tidak berhenti melakukan sampah.
pengolahan sampah dan terus berinovasi Karakteristik Masyarakat
dalam kegiatan pengolahan sampah. Masyarakat Desa Rancaekek
Partisipasi Masyarakat Kulon memiliki karakteristik sebagai
Berdasarkan hasil survei dan masyarakat transisi di mana terdapat
wawancara pada beberapa RW, partisipasi keragaman budaya dan seni yang
masyarakat telah berjalan cukup baik. berkembang di masyarakat. Minat
Masyarakat telah memilah sampah di masyarakat terhadap seni dapat terlihat dari
rumah masing-masing untuk banyaknya jumlah sanggar yang masih
mempermudah petugas kebersihan, berdiri tegak di desa, dengan Badawang
walaupun hanya sebagian yang yang menjadi kesenian khasnya. Badawang
melakukannya. Masyarakat turut andil atau Lingkung Seni Tumatris merupakan
bergotong-royong dalam beberapa hasil seni budaya nasional yang
program, seperti Jumat Bersih guna berkembang di Jawa Barat, khususnya
membersihkan saluran air, membakar Kabupaten Bandung. Badawang lahir dan
sampah, dan mendaur ulang sampah hidup di tengah-tengah masyarakat
menjadi kerajinan. Sebagian masyarakat pedesaan yang berada di Desa Rancaekek
seperti RW 7 sudah berpartisipasi aktif Kulon dan didirikan oleh Bapak E.
dalam memanfaatkan sampah menjadi Rachmat dan Bapak Rusmadi sebagai
kerajinan yang dapat dijual dan
membangun Gapura Ecobrick yang
menyerupai bangunan Gedung Sate yang
Lurah Sekar pada tanggal 20 Mei 1961.4 REFERENSI
Kaitannya dengan pengolahan sampah, Anis Artiyani, D. A. (2019).
seni dapat dijadikan media propaganda dari Pengolahan Sampah Terpadu
pengolahan sampah. Pembuatan Gapura Desa Karangkates untuk
Ecobricks pada tahun 2020 dan pengolahan Mencapai Zero Waste.
daur ulang limbah yang dilakukan oleh Industri Inovatif - Jurnal
RW 7 dapat menjadi contoh nyata Teknik Industri ITN Malang,
pengolahan sampah memanfaatkan 15-20.
kreativitas masyarakat sebagai entitas Hartono, R. (2008). Penanganan dan
makhluk sosial. Pengolahan Sampah. Jakarta:
Penebar Swadaya.
SIMPULAN Heny Indriani, B. S. (2021).
Sampah adalah masalah kompleks Manajemen Pengolahan
yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia, Sampah Terpadu Studi Kasus
khususnya Desa Rancaekek Kulon. di Desa Talang, Kec. Talang,
Timbulnya permasalahan sampah saat ini Kab. Tegal. Tegal: Politeknik
tidak terlepas dari perilaku/pola hidup Purbaya.
masyarakat yang buruk dan kurangnya Indriyanti, D. R., Banowati, E., &
fasilitas pengolahan sampah. Masih banyak Margunani, M. (2015).
masyarakat yang belum menyadari Pengolahan Limbah Organik
pentingnya mengolah sampah dengan baik, Sampah Pasar Menjadi
seperti memilah sampah, membuang Kompos. Jurnal
sampah pada tempatnya, dan Abdimas, 19(1), 25526.
memanfaatkan sampah menjadi suatu hal Ismail. (2019). Pentingnya Sosialisasi
yang bernilai ekonomis. Bagi Anak. Jurnal Ilmiah
Untuk mengatasi permasalahan Sosiologi Agama.
pengolahan sampah di Desa Rancaekek Kahfi, A. (2017). Tinjauan terhadap
Kulon, maka diselenggarakan program Pengelolaan
sosialisasi yang bertujuan untuk mengubah Sampah. Jurisprudentie:
paradigma masyarakat secara umum dalam Jurusan Ilmu Hukum Fakultas
memandang sampah, hingga mampu Syariah dan Hukum, 4(1), 12-
meningkatkan partisipasi masyarakat 25.
dalam pengolahan sampah. Kuncoro Sejati. (2009). Pengolahan
Sampah Terpadu dengan
Sistem Node, Sub Point, Center
Point. Yogyakarta: Kanisius
Marliani, N. (2014). Pemanfaatan
4
Taufik K. Hermana, “Badawang Adalah Limbah Rumah Tangga
Kesenian Khas Desa Rancaekek Kulon, (Sampah Anorganik) sebagai
https://rancaekekkulon.desa.id/artikel/2016/8/2
4/badawang-adalah-kesenian-khas-desa- Bentuk Implementasi dari
rancaekekkulon. Diakses pada 30 Januari 2023 Pendidikan Lingkungan
Hidup. Jurnal Formatif, 124-
132.
Purwaningrum, P. (2016). Upaya
Mengurangi Timbulan Sampah
Plastik di
Lingkungan. Indonesian
Journal of Urban and
Environmental
Technology, 8(2), 141-147.
Sudrajat, H. R. (2006). Mengelola
Sampah Kota. Jakarta: Niaga
Swadaya.
Taufik K. Hermana, “Badawang
Adalah Kesenian Khas Desa
Rancaekek Kulon,
https://rancaekekkulon.desa.id/
artikel/2016/8/24/badawang-
adalah-kesenian-khas-desa-
rancaekekkulon. Diakses pada
30 Januari 2023
Taufiq, A. (2015). Sosialisasi Sampah
Organik dan Non Organik serta
Pelatihan Kreasi
Sampah. Asian Journal of
Innovation and
Entrepreneurship
(AJIE), 4(01), 68-73.
Wahyono, S. (2001). Pengolahan
Sampah Organik dan Aspek
Sanitasi. Jurnal Teknologi
Lingkungan, 2(2).

Anda mungkin juga menyukai