Anda di halaman 1dari 44

MODUL AJAR

KONSENTRASI KEAHLIAN
BISNIS DIGITAL
IDENTITAS MODUL
Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen
Program Keahlian Pemasaran
Konsentrasi Keahlian Bisnis Digital
Fase / Kelas F / XII
Nama Penyusun Novita Larasati, S.Pd.
Instansi SMK Negeri 1 Surabaya
TP 6.1. Memahami aktivasi penjualan melalui
platform digital
Alokasi Waktu 18 JP X 45 menit
Jumlah Pertemuan 3 x 6 JP

DIGITAL ONBOARDING – FASE F 1


1. Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran
(TP) (KKTP)
6.1. Memahami aktivasi 6.1.1 Mendeskripsikan ruang lingkup
penjualan melalui platform digital.
platform digital 6.1.2 Menganalisis cara aktivasi penjualan
melalui platform digital.
6.1.3 Mengreasi aktivasi penjualan melalui
platform digital.

2. Langkah Pembelajaran
1) Pertemuan 1

Tujuan Pembelajaran Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran


(TP) (KKTP)
6.1. Memahami aktivasi 6.1.1 Mendeskripsikan ruang lingkup platform
penjualan melalui digital.
platform digital

Kegiatan Deskripsi Kegiatan


Pendahuluan 1. Guru memeriksa kondisi kelas, dan mengkondisikan
peserta didik.
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai.
3. Guru melaksanakan dan memetakan hasil asesmen
awal berupa pertanyaan uraian sebagai berikut:
• Apakah yang dimaksud digital onboarding?
• Apakah yang dimaksud dengan aktivasi penjualan
melalui platform digital?
4. Peserta didik dibedakan menjadi 2 kelompok (A. belum
siap dan B. sudah siap).

Kegiatan Inti Kelompok A


• Peserta didik mengamati video pada link berikut ini:
https://www.youtube.com/watch?v=yd0MuORFYTw
tentang ruang lingkup platform digital
atau membaca materi pada lampiran 1 tentang
pengertian digital onboarding dan platform digital,
serta jenis dan kelebihan platform digital.

DIGITAL ONBOARDING – FASE F 2


Kegiatan Deskripsi Kegiatan
• Peserta didik menanggapi dan mendiskusikan materi
dari tayangan video/bahan ajar dan contoh
kontekstual terkait materi.
• Peserta didik mengerjakan asesmen formatif selama
proses pembelajaran di Lampiran 3

Kelompok B
• Peserta didik mengeksplorasi berbagai sumber belajar
tentang macam-macam, kelebihan, dan kekurangan
platform digital.
• Peserta didik mendeskripsikan macam-macam
platform digital.
• Peserta didik mendeskripsikan tentang kelebihan
aktivasi penjualan melalui platform online
• Peserta didik mengerjakan asesmen formatif selama
proses pembelajaran di Lampiran 3

Kelompok A dan B
• Peserta didik menyimpulkan materi yang telah
dipelajari
• Guru memberikan penguatan terhadap materi
pembelajaran yang dipelajari
Penutup • Peserta didik melakukan refleksi.
• Guru menyampaikan topik materi berikutnya.

2) Pertemuan 2

Tujuan Pembelajaran Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran


(TP) (KKTP)
6.1. Memahami aktivasi 6.1.2 Menganalisis cara aktivasi penjualan
penjualan melalui melalui platform digital
platform digital

Kegiatan Deskripsi Kegiatan


Pendahuluan • Guru memeriksa kondisi kelas dan peserta didik
• Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai.
• Peserta didik merespon pertanyaan guru tentang
“Pernahkan kalian melakukan penjualan melalui
platform digital ?”
• Peserta didik dibagi menjadi 2 kelompok (A. Belum
pernah melakukan penjualan melalui platform digital,

DIGITAL ONBOARDING – FASE F 3


Kegiatan Deskripsi Kegiatan
B. Sudah pernah melakukan penjualan melalui
platform digital).

Kegiatan inti Kelompok A


• Peserta didik mengeksplorasi berbagai sumber belajar
tentang langkah-langkah aktivasi penjualan melalui
platform digital, antara lain melalui YouTube atau
bahan bacaan di Lampiran 1.
• Peserta didik menganalisis langkah-langkah aktivasi
penjualan melalui platform digital seperti media social,
website, marketplace dan online retail.
• Peserta didik mengerjakan asesmen formatif selama
proses pembelajaran pada Lampiran 3.
Kelompok B
• Peserta didik merespon pertanyaan guru mengenai
platform digital, apa yang dipakai untuk melakukan
aktivasi penjualan.
• Peserta didik membuat flowchart langkah-langkah
aktivasi penjualan melalui platform digital seperti
media social, website ,marketplace dan online retail.
• Peserta didik mengerjakan asesmen formatif selama
proses pembelajaran pada Lampiran 3.

Kelompok A dan B
• Peserta didik melakukan eksplorasi terhadap muatan
materi yang terkandung dalam penugasan praktik
(LKPD 2 lampiran 3) secara mandiri dari bahan ajar
yang telah diberikan dan melalui internet.
• Peserta didik mengerjakan tugas (LKPD 2 lampiran 3)
yang diberikan sambil mengecek kesesuaiannya
dengan instruksi tugas.
• Peserta didik menyimpulkan pembelajaran dan
penugasan yang dipraktikkan.
• Guru memberikan penguatan terhadap materi
pembelajaran yang dipelajari.
Penutup • Peserta didik melakukan refleksi
• Guru menyampaikan topik materi berikutnya.

DIGITAL ONBOARDING – FASE F 4


3) Pertemuan 3

Tujuan Pembelajaran Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran


(TP) (KKTP)
6.1. Memahami aktivasi 6.1.3 Mengreasi aktivasi penjualan melalui
penjualan melalui platform digital
platform digital

Kegiatan Deskripsi Kegiatan


Pendahuluan • Guru memeriksa kondisi kelas dan peserta didik.
• Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai.
• Peserta didik dikelompokkan sesuai hasil asesmen
formatif pada pertemuan 2 yaitu kelompok A (belum
siap) dan kelompok B (sudah siap).
Kegiatan inti Kelompok A
• Peserta didik mengreasi aktivasi penjualan melalui
salah satu platform digital (media social, website,
marketplace dan online retail) dengan mempelajari
kembali tutorial pada link :
1. https://www.youtube.com/watch?v=0ltvATWLpi4
tentang cara aktivasi penjualan di instagram
2. https://www.youtube.com/watch?v=RmCDYuQG-
Cw tentang cara aktivasi penjualan melalui website
3. https://www.youtube.com/watch?v=3UGh2WjkNtw
Tentang cara aktivasi penjualan di shopee
4. https://www.youtube.com/watch?v=dEAA0MUAuK
Y tentang online retail
atau dengan mengikuti hasil penugasan pada
pertemuan kedua.
• Masing-masing peserta didik melakukan aktivasi
penjualan melalui media social, website, marketplace
atau online retail.

Kelompok B
• Peserta didik mengreasi aktivasi penjualan melalui
platform digital sesuai flowchart yang telah dibuat
pada asesmen formatif pertemuan kedua

Kelompok A dan B
• Peserta didik memverifikasi dan mengumpulkan hasil
pekerjaannya kepada guru.

DIGITAL ONBOARDING – FASE F 5


Kegiatan Deskripsi Kegiatan
• Peserta didik mempresentasikan hasil aktivitas
pembelajaran di depan kelas, dan peserta didik lain
menanggapi.
• Peserta didik menyimpulkan pembelajaran dan
penugasan yang dipraktikkan.
• Guru memberikan penguatan terhadap materi
pembelajaran yang dipelajari.
Penutup • Peserta didik melakukan refleksi

DIGITAL ONBOARDING – FASE F 6


Lampiran

Lampiran-1: Bahan Bacaan (Materi)


Lampiran-2: Refleksi
Lampiran-3: Asesmen Formatif
Lampiran-4: Asesmen Sumatif
Lampiran-5: Glosarium

DIGITAL ONBOARDING – FASE F 7


Lampiran-1
Bahan Bacaan

Digital Onboarding

Untuk mendapatkan calon customer baru tersebut dikenal pula


dengan istilah customer onboarding. Pada tahapan ini tujuannya untuk
mengenal lebih dekat dengan calon customer terhadap produk yang
kita tawarkan. Di era dengan kemajuan teknologi seperti sekarang, proses
onboarding bagi customer selain dilakukan secara manual juga perlu
dilakukan menggunakan metode digital onboarding.

1. Digital Onboarding

Digital onboarding dikenal sebagai proses onboarding yang dapat


dilakukan jarak jauh secara online melalui perangkat digital. Lebih
jelasnya, digital onboarding merupakan sistem yang juga disebut proses
berlangganan atau memperoleh pengguna baru secara online untuk
dapat mengakses semua layanan dan produk yang ditawarkan
perusahaan maupun lembaga pemerintah.

Beberapa manfaat menggunakan sistem Digital Onboarding:

• Meminimalisir penggunaan waktu.


• Proses yang mudah dengan hasil yang cepat (dibawah hitungan
menit).
• Mengurangi penggunaan kertas dan memangkas biaya.
• Customer experience yang lebih baik
2. Aktivasi penjualan

Di era serba digital seperti saat ini, digital marketing menjadi pilar
penting dalam mengembangkan suatu bisnis. Khususnya dalam hal
promosi dan kegiatan pemasaran suatu produk. Salah satu proses
penting yang harus dilalui adalah digital activation. Dimana penting

DIGITAL ONBOARDING – FASE F 8


sekali untuk mengembangkan dan mempertahankan produk yang
memiliki ciri khas di tengah kompetisi bisnis yang sangat
tinggi. Sebagaimana kita tahu, saat ini pasar lebih didominasi dengan
permintaan untuk mendapatkan user experience (UX) dari suatu brand
yang mereka inginkan. Strategi aktivasi merek adalah langkah tepat
untuk memasarkan dan mempromosikan produk dengan tetap
mempertahankan interaksi dengan konsumen.
Aktivasi penjualan merupakan strategi penjualan yang
memanfaatkan penargetan mikro audiens dan berbasis interaksi antara
brand dengan konsumen atau calon konsumen melalui berbagai
aktivitas, untuk membangun dan meningkatkan brand awareness
(kesadaran merek) dan mendorong prospek atau penjualan langsung
secara digital. Dan karena berbasis digital, proses atau alurnya lebih
cepat, murah, dan sangat terukur. Brand activation dikatakan sukses
apabila mampu menciptakan engagement dengan konsumen. Aktivasi
digital untuk meningkatkan brand engagement sebaiknya berfokus
pada pengalaman pelanggan karena mereka bisa saja bosan dengan
konten-konten (foto atau video) yang sebelumnya disajikan. Brand pun
bisa menggunakan aktivasi digital secara online melalui media sosial
untuk membangun brand awareness masyarakat terhadap brand.

Syarat suatu keberhasilan aktivasi penjualan yaitu:


• Menciptakan brand awareness
• Meningkatkan minat konsumen untuk mencoba produk
• Membangun hubungan erat dengan pelanggan
3. Platform Digital

Istilah platform digital dalam beberapa tahun terakhir jamak kita


dengar penyebutannya. Kondisi ini terjadi seiring derasnya laju digitalisasi
yang terjadi di seluruh aspek kehidupan di dunia. Proses digitalisasi yang
terjadi secara cepat dan luas membuat banyak perusahaan melahirkan
platform-platform digital baru untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

DIGITAL ONBOARDING – FASE F 9


Kehadiran platform digital menjadi salah satu akibat dari proses
digitalisasi yang mau tak mau harus dilakukan manusia saat ini. Tanpa
digitalisasi, kegiatan manusia di berbagai bidang akan tertinggal.
Karena itu, proses digitalisasi harus didorong untuk terus berlangsung
secara efektif dan cepat.

Meski kemunculannya sudah terjadi sejak beberapa tahun terakhir,


namun hingga kini masih banyak pihak yang belum memahami betul arti
dari istilah platform digital. Ketidakpahaman ini tak jarang menimbulkan
dampak negatif berupa timbulnya kesalahan masyarakat dalam
melakukan transformasi digital.

Platform Digital dapat diartikan sebagai sebuah tempat, wadah,


atau sarana yang memfasilitasi bertemunya para pihak untuk saling
bertukar informasi, berdagang, atau menawarkan jasa dan layanan.
Kehadiran platform digital membuat seluruh kegiatan di atas bisa
dilakukan dalam satu tempat, yang mempertemukan langsung pihak
penjual dan pembeli, pemberi dan penerima informasi, atau penyedia
dan pemakai jasa/layanan.

4. Kelebihan aktivasi penjualan melalui platform digital


a. Hasil Lebih Cepat

Aktivasi penjualan melalui platform digital pada dasarnya


mengandalkan jaringan internet. Artinya, tahapan dan proses yang
dilakukan akan memiliki kesempatan lebih cepat. Proses tersebut akan
sampai pada konsumen dan akhirnya meningkatkan brand awareness.
Ketika konsumen sudah mengerti dan mengetahui tentang brand
tersebut, maka ada beberapa keuntungan lain. Konsumen akan
memiliki loyalty terhadap brand yang Anda miliki dan tidak akan
berpindah ke brand lainnya. Loyalty sangat penting untuk
mempertahankan posisi bisnis Anda dalam dunia digital.

DIGITAL ONBOARDING – FASE F 10


b. Persiapan Cepat

Tidak bisa dipungkiri bahwa era digital memberikan akses yang lebih
cepat untuk memperkenalkan sebuah brand kepada calon konsumen.
Metode yang digunakan juga sangat beragam, mulai dari promosi
hingga diskon. Sebagai contoh, metode berupa promotions activation
sangat umum dilakukan oleh para pemilik bisnis. Biasanya, bersamaan
dengan launching brand baru akan ada diskon besar-besaran yang
ditawarkan kepada calon konsumen. Menariknya, persiapan dalam
launching ini bisa dilakukan dengan cepat. Anda bisa memanfaatkan
media iklan di berbagai media sosial. Selain cepat, jangkauan dari
promosi tersebut juga lebih luas.

c. Campaign Berkelanjutan

Aktivasi penjualan melalui platform digital memberikan kesempatan


bagi setiap orang untuk melakukan riset tersendiri. Ada ratusan bentuk
brand activation yang bisa dipakai. Namun, pastinya tidak semua
bentuk aktivasi bisa berjalan sesuai harapan. Memang ada banyak
sekali bentuk brand activation. Beberapa mungkin akan menunjukkan
hasil memuaskan dan beberapa lagi tidak. Namun, justru hal ini bisa
Anda jadikan sebagai pengetahuan untuk campaign berkelanjutan.
Misalnya, jika ada salah satu brand activation yang berhasil maka bisa
Anda teruskan dan kembangkan. Memaksimalkan bentuk aktivitas
tersebut dengan memberikan sentuhan kreativitas lain.

d. Adanya Feedback

Aktivasi penjualan melalui platform digital pada dasarnya adalah


interaksi dua arah antara pemilik bisnis dengan konsumen. Artinya,
setelah launching maka pemilik bisnis bisa langsung mendapatkan
feedback dari orang lain. Feedback sangat penting demi menjaga
eksistensi brand yang Anda miliki. Biasanya, konsumen akan

DIGITAL ONBOARDING – FASE F 11


memberikan saran, masukan, hingga kritik. Masukan seperti ini penting
untuk memperbaiki kekurangan yang sebelumnya masih terlihat.

e. Laba Investasi Kuat

Pesan yang tersampaikan lebih cepat membuat awareness kepada


konsumen juga lebih cepat terjadi. Ketika hal ini bisa berjalan dengan
baik, maka keuntungan yang diharapkan sebelumnya juga akan mulai
terlihat. Meskipun promosi yang dilakukan menghabiskan biaya besar,
tetapi hal tersebut sebanding dengan hasilnya. Investasi yang Anda
lakukan jelas memberikan hasil dan pada akhirnya keuntungan bisa
didapatkan.

5. Macam – macam platform digital


Karena sifatnya yang luas, platform digital memiliki jenis yang
berbeda-beda. Perbedaan ini muncul mengikuti keragaman fungsi dan
tujuan dari dibentuknya suatu platform digital. Sebagai contoh, saat ini
ada berbagai nama digital platform sosial media seperti Facebook,
Instagram, Twitter, dan LinkedIn. Selain itu ada website, marketplace,
dan online retail.
6. Aktivasi penjualan melalui media sosial

Secara sederhana, social media marketing adalah proses


marketing yang dilakukan lewat media sosial. Biasanya media sosial yang
digunakan adalah Facebook, Instagram, atau Twitter.

Namun, maknanya bisa lebih lebih luas. Menurut Hubspot, social


media marketing adalah sebuah aksi pembuatan konten. Konten inilah
yang nantinya akan menarik perhatian masyarakat.

Sedangkan menurut Neil Patel, social media marketing adalah


proses menarik perhatian orang agar terikat (engaged) dengan konten
yang disajikan. Jika sudah terikat, kemungkinan konten itu akan
dibagikan tentu jadi lebih besar.

DIGITAL ONBOARDING – FASE F 12


Sebelum melakukan aktivasi penjualan, memikirkan teknis
penggunaannya secara matang dan melakukan persiapan yang
diperlukan, akan membantu pemasar untuk memastikan efektivitas
media sosial saat digunakan sebagai pendukung kegiatan marketing.
Tak hanya efektivitas kontennya, tapi juga impact-nya terhadap bisnis,
serta jasa atau produk yang ditawarkan.

Tiap media sosial tidak hanya punya fungsi khusus, tapi juga
karakteristik pengguna dengan perilaku digital yang berbeda.Maka itu,
meski kita bebas memilih channel media sosial yang mau digunakan,
penting juga untuk kita menentukan beberapa hal dulu sebelum
akhirnya memilih channel yang tepat.

Hal ini perlu disampaikan, karena tak jarang pemasar yang berpikir
instan, “Instagram lagi rame ya, kita harus bikin Instagram!” Padahal,
mungkin layanan itu kurang pas dengan konten yang dihasilkan dari
strategi komunikasi yang dikembangkan, bahkan tidak sesuai dengan
kelompok audiens yang disasar.

Jika demikian, pemasar akan mengalami kesulitan mendorong


efektivitas pemasaran lewat media sosial yang dilakukan. Maka itu,
hindari dan lakukan beberapa tahapan sebelum memulai kegiatan
aktivasi penjualan di media sosial.

a. Menentukan tujuan

Hal paling dasar adalah menentukan, apa yang ingin dicapai


dari penggunaan media sosial? Apakah untuk
meningkatkan awareness terhadap merek tertentu? Menarik arus
pengunjung ke website atau portal konten? Atau sebagai pusat
pelayanan informasi atau customer service?

DIGITAL ONBOARDING – FASE F 13


Tetap tujuan dulu, dan lakukan secara spesifik, dengan tolak ukur
yang jelas. Misal, jika ingin meningkatkan awareness terhadap
merek tertentu, maka yang mesti diukur adalah jumlah views
terhadap konten yang memuat merek tersebut.

b. Menetapkan sasaran

Pada 1948, pakar komunikasi Harold Lasswell (dalam tulisan


berjudul The Structure and Function of Communication in Society)
mengingatkan betapa pentingnya menentukan elemen “to whom”
dalam rancangan strategi komunikasi.

Dan tentunya juga berlaku dalam tahapan pengelolaan media


sosial ini. Kita harus menetapkan profil sasaran audience untuk
mencapai tujuan di tahap pertama.Kalau sudah tahu mau
menyasar siapa; lengkapi informasi tentang karakteristik dan perilaku
sasaran. Seperti: Layanan media sosial yang aktif digunakan, apa
tujuannya, sampai waktu penggunaan.

c. Merancang konten

Bagian ini penting dilakukan setelah menetapkan sasaran dan


sebelum masuk pada tahap memilih layanan yang digunakan.

Rancang konten berdasarkan informasi tentang audiens yang


disasar. Tentukan format yang kemungkinan paling menarik untuk
mereka. Pastikan gaya pendekatan yang dirasakan cocok dengan
mereka.Sebagai gambaran, kuadran di bawah ini mungkin bisa
membantu Anda memetakan dan merancang konten yang tepat
berdasarkan tujuan pemasaran (meski tak semua tipe konten
cocok dengan platform media sosial tertentu).

DIGITAL ONBOARDING – FASE F 14


Gambar 1. Pemetaan dan perancangan konten

d. Memilih saluran

Tujuan sudah terang, sasaran sudah pasti, konten pun sudah


dirancang; sekarang saatnya untuk memilih tempat memuatnya.
Pilih media sosial yang paling cocok dengan tujuan, profil sasaran,
dan konten. Apakah Facebook? Tiktok? YouTube? Atau Instagram?.

Karena kalau diamati, nyaris semua layanan media sosial relatif


serupa dari sisi teknis atau fitur. Maka, kalau tujuan, profil sasaran,
dan kontennya sudah jelas, kita tinggal pilih yang paling pas, cocok
untuk memuat konten yang sudah dirancang, dan aktif digunakan
oleh sasaran audiens yang disasar.

e. Menentukan pengukuran performa

Salah satu keunggulan menggunakan media digital


atau online untuk kegiatan pemasaran adalah, nyaris semua bisa
kita ukur dan catat performanya. Maka hal yang perlu dipastikan
setelah tujuan, sasaran, konten, dan channel, adalah ukuran untuk
memantau efektivitas kegiatan kita di media sosial.

DIGITAL ONBOARDING – FASE F 15


Ulas kembali: Apa tujuan kita? Siapa sasarannya? Seperti apa
perilakunya? Apa konten yang akan ditawarkan? Seperti apa? Di
mana? Lalu tetapkan: Apa ukuran efektivitasnya? Apakah jumlah
pengikut? Jumlah berapa kali konten dilihat? Jumlah pengguna
yang menyebarkan pesan?

Yang jelas, sesuaikan dengan tujuan. Agar kita bisa mengetahui


dengan jelas tentang apa yang kurang dan apa yang sudah
berjalan baik; hingga bisa terus mengembangkan kegiatan di media
sosial dari waktu ke waktu. Setelah tahu apa yang mau diukur, cari
layanan atau fitur yang memungkinkan kita mendapatkan data
tersebut secara periodik; per hari, pekan, sampai per bulan.

Gambar 2. Tahapan aktivasi pejualan di media sosial

Kalau sudah, kegiatan aktivasi penjuala melalui media sosial bisa


mulai kita jalankan. Dan ingat, kalau menjalankan kegiatan di media
sosial bukan hanya tentang menyajikan konten, tapi juga membangun
relasi dan interaksi dua arah dengan pengguna lain.

Jenis dan Platform dalam Social Media Marketing

Di dunia dengan populasi lebih dari 7 miliar, 3 miliar orang aktif di media
sosial. Di bagian ini, kita akan melihat delapan platform media sosial
yang penting jika Anda ingin melakukan sosial media marketing yang
efektif.

DIGITAL ONBOARDING – FASE F 16


1. Facebook

Industri (B2B dan B2C): E-commerce, retail, Perbankan, layanan


keuangan dan asuransi (BFSI), Fast-Moving Consumer Goods (FMCG),
hiburan, fashion, real estate, berita, kesehatan, olahraga

Terlepas dari apakah Anda seorang B2B atau merek B2C, Anda
harus hadir di platform Facebook. Ini menggabungkan fitur-fitur terbaik
dari hampir setiap platform media sosial dan kemungkinan besar
audiens Anda juga ikut menggunakannya!

Bisnis dapat menggunakan Facebook untuk berbagi konten,


terlibat dengan pelanggan, menjalankan iklan, atau bahkan
menggunakannya sebagai platform untuk memberikan dukungan
pelanggan.

2. Twitter

Industri (B2B dan B2C): Berita, teknologi, e-commerce, ritel, hiburan,


perjalanan, olahraga, kesehatan, telekomunikasi, BFSI

Twitter memungkinkan Anda untuk mengekspresikan pendapat


Anda dalam 280 karakter. Dikenal sebagai perintis penggunaan
hashtag, Twitter adalah platform media sosial bagi pengguna untuk
berbagi pemikiran, menjangkau merek dan selebriti, serta mengonsumsi
berita dan cuplikan informasi.

Merek terutama menggunakan Twitter untuk layanan pelanggan


karena itu adalah platform yang sering digunakan pelanggan untuk
interaksi merek yang tepat waktu. Misalnya: lihat bagaimana Indihome
menanggapi keluhan pelanggan dan bagaimana mereka
memproyeksikan citra merek mereka.

Pengguna Twitter cenderung lebih paham teknologi, sehingga


Twitter telah menjadi pusat penemuan informasi. Oleh karena itu, merek

DIGITAL ONBOARDING – FASE F 17


B2B dan B2C harus menggunakan Twitter untuk mempublikasikan konten
mereka.

3. LinkedIn

Industri (Kebanyakan B2B): Hukum, BFSI, teknologi, manufaktur,


pemasaran, pendidikan, pekerjaan

Hadir di LinkedIn adalah wajib bagi organisasi B2B karena


menawarkan banyak peluang untuk mengembangkan bisnis Anda.
Meski brand B2B mendominasi LinkedIn, brand B2C juga
menggunakannya meski hanya untuk mencari calon karyawan.

Bagi individu, LinkedIn adalah platform yang bagus untuk


menampilkan keahlian dan menjadikan diri mereka sebagai pemimpin
pemikiran di ceruk mereka. Merek dapat menggunakan halaman
perusahaan LinkedIn seperti halaman Facebook sambil menjaga
nadanya tetap profesional.

4. Instagram

Industri (B2C): E-commerce, fashion, retail, makanan dan minuman,


kecantikan, perjalanan, fotografi, hiburan, real estat

Instagram adalah platform visual berbasis seluler yang


memungkinkan Anda berbagi gambar dan video. Popularitas Instagram
telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir dan diperkirakan akan
tumbuh lebih besar karena konsumen terus menyukai video vertikal,
video langsung, dan cerita. Instagram meluncurkan platform video
vertikal yang disebut IGTV yang memungkinkan Anda untuk berbagi
video dengan durasi lebih dari satu menit.

Jika Anda menjual produk fisik, maka Anda harus mencoba Belanja
di Instagram. Ini adalah fitur hebat yang diklaim oleh banyak pakar
sebagai masa depan perdagangan sosial.

DIGITAL ONBOARDING – FASE F 18


5. YouTube

Industri (B2B dan B2C): Hampir semua industri yang dapat membuat
konten video untuk pemasaran

YouTube adalah platform berbagi video online yang


memungkinkan Anda melihat, membagikan, dan mengupload konten
video. Pertumbuhan eksponensial pemasaran video telah mendorong
merek untuk membuat dan berbagi konten video di YouTube secara
ekstensif. Jika Anda berencana untuk bergabung dengan YouTube,
berikut tiga fakta untuk Anda pertimbangkan:

• YouTube adalah mesin pencari terpopuler kedua setelah Google


• Dimiliki oleh Google
• Jika pesaing Anda sudah ada di YouTube, itu akan lebih menantang
untuk membuat merek bisnis Anda lebih terlihat.

6. Pinterest

Industri (Kebanyakan B2C): Seni, DIY, kerajinan, kecantikan, fashion,


e-commerce, arsitektur, makanan, fotografi

Pinterest adalah platform visual yang bagus bagi individu dan


merek untuk mencari inspirasi upaya artistik dan mempromosikan
aktivitas DIY. Anda akan menemukan banyak sekali ide dalam bentuk
pin (gambar) dan papan (kumpulan gambar) tentang suatu topik.

Meskipun Pinterest sangat populer di kalangan wanita di tahun-


tahun awalnya, perubahan telah diamati dalam penggunaannya pada
tahun 2016 di mana pengguna wanita turun dari 83% – 60%.

Merek dapat membuat akun bisnis di Pinterest serta menjalankan


iklan untuk menjangkau audiens target mereka.

DIGITAL ONBOARDING – FASE F 19


7. Snapchat

Industri (Kebanyakan B2C): Kesehatan, fashion, makanan dan


minuman, live event / konser, retail

Snapchat adalah platform visual eksklusif seluler lainnya yang


menjadi terkenal karena visibilitas konten pendeknya. Gambar dan
video yang diposting di Snapchat menghilang setelah 24 jam. Snapchat
adalah platform sosial paling populer di kalangan milenial dan
pengguna gen Z. Platform ini juga dikenal dengan lensa wajah (filter).
Karena kontennya berumur pendek, Snapchat cocok untuk membuat
konten yang mentah dan asli.

Selain membangun merek secara organik, organisasi dapat


menjalankan iklan untuk menjangkau audiens yang lebih luas.

8. TikTok

Industri (Kebanyakan B2C): Hiburan, Fashion, Drama, hampir semua


industri yang dapat membuat konten video yang menarik

Mirip dengan Snapchat dan Instagram, TikTok bersifat eksklusif untuk


seluler. Aplikasi ini, bagaimanapun, terutama berorientasi pada video
dan melayani audiens yang jauh lebih muda sehingga pemasar dapat
memilihnya untuk secara khusus menargetkan pengguna Gen Z.

Pemasaran influencer dan promosi berbayar baru saja mulai


muncul. Oleh karena itu, ia memiliki potensi yang luar biasa untuk
mendorong kampanye viral berbiaya rendah.

7. Aktivasi penjualan melalui website

Website adalah suatu halaman web yang dapat diakses melalui


Internet. Dalam sebuah web biasanya akan tersedia sebuah informasi
yang disediakan secara perorangan, kelompok, ataupun organisasi.

DIGITAL ONBOARDING – FASE F 20


Menurut Global Web Index, 62% pelanggan mengunjungi website
hanya untuk mencari informasi mengenai merek maupun produk.

Jadi, sebagai seorang pengusaha, ada baiknya Anda mulai


mempertimbangkan untuk membuat website sebagai media branding
maupun promosi bisnis.

1. Daftarkan nama domain

Kamu perlu menyiapkan alamat website yang mudah diingat,


agar pengguna internet dapat dengan mudah menemukan
website produk jualan kamu.

Kamu bisa memanfaatkan layanan platform online yang bisa


membantu kamu membuat website yang cocok. Saat ini sudah
banyak pilihan platform online untuk membuat website gratis.
Misalnya saja untuk membuat toko online, kamu bisa
mencoba Sirclo.

Cara membuat website setiap platform hampir sama.

- Buka buka platform online yang diinginkan dan daftarkan diri kamu.
- Pilih template website yang sesuai. Nanti kamu bisa mengubah
template ini di lain waktu.
- Masukkan nama domain dan data lainnya untuk pembuatan
website. Pastikan kamu memilih hanya produk gratis di seluruh
tahap ini.

2. Siapkan bahan, desain dan lengkapi laman website jualan kamu

Selanjutnya, kamu perlu mengumpulkan bahan-bahan yang


akan dimuat untuk website jualan kamu. Bahan-bahan itu berupa
text dan gambar atau foto. Atau segala sesuatunya yang akan
kamu isi untuk laman website kamu.

DIGITAL ONBOARDING – FASE F 21


Untuk gambar atau foto, harus menggunakan format file
berupa JPEG atau GIF agar dapat dibaca oleh program Internet
Explorer. Kamu bisa membuatnya dengan program gambar seperti
Paint yang banyak tersedia di Windows atau dengan software
gratis yang lebih baik seperti GIMP atau software komersil seperti
Photoshop, Corel Draw, dan lain sebaginya.

Nah, selanjutnya mengisi konten website. Untuk text, kamu harus


merubahnya ke dalam file yang berformat HTML. Hal ini
berfungsi agar dapat dibaca oleh program Internet
Explorer/Firefox.

Kalau kamu belum mempelajari bahasa HTML, kamu dapat


membuatnya dengan menggunakan software HTML Editor gratis
seperti HTML Kit, Kompozer, dan lain-lain. Atau dapat juga Anda
menggunakan software komersil. Salah satu contoh Dreamweaver.

File text dan gambar tersebutlah yang akan diakses oleh


pengunjung Website kamu. Selanjutnya Anda cukup meng-upload
file tersebut ke server.

3. Lakukan promosi dan analisa website kamu

Salah satu kunci keberhasilan sebuah website adalah


mempromosikannya. Banyak cara yang bisa kamu lakukan untuk
mempromosikan website jualan online kamu. Diantaranya
memanfaatkan media sosial, iklan banner, dari mulut ke mulut,
beriklan di iklan baris, iklan di forum, beriklan di media massa,
membagi brosur dan lain sebagainya.

Lakukan update secara rutin untuk produk terbaru dan


arahkan pembeli untuk berbelanja ke website jualan kamu.
Website kamu tetap menjadi media yang terbaik dan paling

DIGITAL ONBOARDING – FASE F 22


nyaman untuk berinteraksi. Menggunakan perpaduan promosi
antara media sosial dengan website inilah yang banyak dilakukan
para pelaku bisnis besar di dunia yang sudah menjadi trend.

Cara promosi lain dengan memasang iklan di intenet. Hal ini


dapat kamu lakukan dengan cara iklan text atau banner seperti
Google AdWords, Kaskus, dan lain sebagainya. Kamu bisa melihat
statistik jumlah pengunjung perhari, perminggu, perbulan.

Kalau website jualan kamu memiliki jumlah pengunjung yang


tinggi, kamu dapat menerima pemasangan banner atau iklan di
website.

8. Aktivasi penjualan melalui marketplace

Marketplace adalah perantara online bagi penjual dan pembeli.


Penjual dapat menjajakan barang dagangannya di
suatu marketplace bersamaan dengan penjual lain yang mungkin
menjual barang serupa atau berbeda. Kemudian, pembeli juga dapat
mencari barang yang diinginkannya melalui marketplace tersebut.
Intinya, marketplace adalah tempat untuk berjualan online yang
menggabungkan beberapa penjual dan merek produk.

Macam-macam Marketplace

Terdapat dua jenis marketplace atau pasar online, yakni


marketplace murni dan marketplace konsinyasi. Apa saja
perbedaannya? Simak penjelasannya di bawah ini.

1. Marketplace murni

Marketplace murni adalah pasar online yang membebaskan


penjual untuk memasarkan berbagai barang dagangannya.
Seluruh foto dan deskripsi produk disediakan sendiri oleh
penjual. Kemudian, pembayarannya juga telah disediakan

DIGITAL ONBOARDING – FASE F 23


oleh pihak marketplace. Salah satu contoh marketplace murni
yang ada di Indonesia adalah Tokopedia.

2. Marketplace konsinyasi

Berbeda dari marketplace murni, marketplace konsinyasi


adalah kerja sama yang dilakukan antara dua brand Catau
lebih. Perumpamaan mudahnya adalah sistem titip barang.
Misalnya, brand A membuka kerja sama konsinyasi, lalu brand B
menitipkan barang dagangannya untuk dijualkan
oleh brand A. Penitip barang hanya perlu menyetorkan foto
dan deskripsi produk pada pihak marketplace konsinyasi,
dalam hal ini adalah brand A.

Perbedaan paling mendasar dari kedua


jenis marketplace adalah alur transaksinya.
Jika marketplace murni memungkinkan adanya pertemuan
langsung antara penjual dan pembeli, seluruh transaksi yang
terjadi di marketplace konsinyasi sepenuhnya ditangani oleh
pihak pemilik marketplace. Maraknya perkembangan
marketplace sejak beberapa tahun terakhir ini bukannya tanpa
alasan. Marketplace adalah platform jualan online yang
menawarkan berbagai kelebihan untuk para pelaku bisnis.

Berikut ini beberapa kelebihan tersebut.

1. Perkembangan bisnis mudah dipantau

Beberapa marketplace biasanya memiliki fitur insight yang


dapat menampilkan statistik pengunjung. Jadi, sebagai pemilik
usaha, Anda bisa melihat jumlah pengunjung toko, jumlah pembeli,
dan jumlah konsumen yang merespons. Semua hal tersebut
menampilkan laju perkembangan bisnis Anda dan dapat dijadikan

DIGITAL ONBOARDING – FASE F 24


sebagai bahan evaluasi serta landasan saat memutuskan strategi
pemasaran.

2. Konsumen selalu ada

Tak perlu kehilangan konsumen ketika


menggunakan marketplace sebagai tempat berdagang. Saat ini,
minat masyarakat untuk berbelanja sudah bergeser dari
pasar offline ke online platform. Selain disebabkan oleh pandemi
Covid-19, pergeseran gaya hidup tersebut terjadi karena
meningkatnya implementasi teknologi di tengah masyarakat.

3. Banyak fitur penunjang bisnis

Beberapa marketplace memiliki fitur yang menarik untuk


menunjang bisnis Anda. Fitur-fitur tersebut antara lain verifikasi toko,
asuransi, integrasi pembayaran, promosi, dan lain-lain. Seluruhnya
bisa Anda gunakan untuk memikat konsumen di tengah ketatnya
persaingan dalam marketplace.

4. Peluang bisnis lebih besar

Selain tiga hal di atas, pemilik bisnis juga dapat meningkatkan


peluang dengan cara bergabung dalam komunitas bersama
beberapa penjual lainnya. Selain bekerja sama, Anda juga dapat
saling berbagi ilmu dan peluang baru.

Kekurangan Berbisnis di Marketplace

Meski memiliki berbagai kelebihan, ada juga kekurangan dan


risiko yang mesti ditanggung ketika berbisnis di marketplace. Beberapa
kekurangan berbisnis di marketplace adalah:

1. Kondisi Pasar Dinamis

DIGITAL ONBOARDING – FASE F 25


Salah satu kelemahan berbisnis di marketplace adalah kondisi
pasar yang beragam, sehingga mungkin toko Anda sulit ditemukan
oleh pembeli. Artinya, peluang terjadinya penjualan pun jadi tidak
menentu atau sporadis.

2. Persaingan ketat

Karena banyaknya penjual yang terdapat dalam


sebuah marketplace, persaingan pun menjadi semakin ketat.
Ditambah lagi dengan hadirnya fitur verifikasi toko yang cenderung
mengarahkan pembeli pada toko yang telah terverifikasi. Jika toko
Anda belum terverifikasi di marketplace, tentu hal ini dapat
menjadi hal yang mengurangi peluang terjadinya penjualan.

3. Bersaing dengan penjual curang

Salah satu kekurangan marketplace adalah terdapat penjual-


penjual bodong yang dapat mengurangi kepercayaan pembeli.
Bagi pembeli yang pernah terjebak penjual bodong
di marketplace, tentu mereka akan berpikir dua kali untuk kembali
belanja di platform online tersebut. Alhasil, Anda jadi harus bekerja
lebih keras untuk menaikkan rasa percaya pembeli terhadap toko
Anda.

4. Bergantung pada reputasi marketplace

Kekurangan terakhir adalah perkembangan bisnis Anda juga


dipengaruhi oleh reputasi marketplace tersebut. Jika
sebuah marketplace tidak memiliki manajemen yang baik,
pelanggan juga enggan untuk berbelanja di marketplace tersebut
sehingga mengakibatkan usaha Anda turut mengalami penurunan
penjualan.

DIGITAL ONBOARDING – FASE F 26


Aktivasi penjualan melalui Marketplace Shopee

Shopee kini menjadi platform marketplace dengan pengguna aktif


terbanyak di Indonesia. Jika berdasarkan laporan iPrice di Q4-2020,
Shopee berada pada peringkat pertama peta e-commerce di tanah air
di mana memiliki pengunjung website bulanan sebanyak 129,320,800.

Karena itu, tentunya dengan berjualan di Shopee Anda memiliki


kesempatan untuk menjangkau banyak pembeli yang merupakan
pengguna aktif di platform marketplace tersebut.

Untuk Anda yang ingin berjualan atau menjadi Seller di Shopee,


ada beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan.

1. Daftar Akun Shopee

• Buka situs Shopee (untuk pengguna desktop/laptop) atau


aplikasi Shopee (untuk pengguna smartphone);
• Buat akun baru dengan klik ‘Daftar’, dan lakukan verifikasi
nomor handphone dan email;
• Kemudian ubah username Shopee Anda, jika perlu dilakukan.

Gambar 3. Membuka situs shopee

DIGITAL ONBOARDING – FASE F 27


2. Lengkapi Profil Toko

Setelah memiliki akun di Shopee, langkah selanjutnya yakni


melengkapi profil toko. Berikut caranya:

• Via Seller Center: Buka Seller Centre, pilih ‘Profil Toko’ >
kemudian lengkapi ‘Nama Toko’ > ‘Deskripsi Gambar’ >
‘Deskripsi’ setelah itu klik ‘Simpan’.
• Via Aplikasi Shopee: Buka Aplikasi Shopee Anda, pilih ‘Saya’ lalu
‘Toko Saya’. Pilih ‘Asisten Penjual’ > ‘Profil Toko’ > kemudian
lengkapi ‘Nama Toko’ > ‘Deskripsi Gambar’ > ‘Deskripsi’ setelah
itu klik ikon ‘Centang’ di pojok kanan atas menu.

Gambar 4. Melengkapi profil toko di Shopee

3. Tentukan Jasa Kirim

Tahap selanjutnya, pilih jasa kirim yang ingin Anda gunakan


ketika ingin mengirim produk yang toko Anda jual ke pembeli. Saat
ini, pilihan jasa kirim yang bisa dipilih adalah JNE (YES, REG dan
OKE), J&T Express, Pos Indonesia, Grab (same day), dan GoSend
(same day). Sebagai informasi, setiap mengaktifkan jasa kirim baru
di level toko, jangan lupa untuk mengaktifkan juga di level produk.

DIGITAL ONBOARDING – FASE F 28


Berikut cara Memilih jasa kirim level toko:

• Via Seller Center: Pergi ke Seller Centre, dan pilih ‘Jasa Kirim Saya’.
Setelah itu, pilih Jasa Kirim yang ingin diaktifkan atau dinonaktifkan.
• Via Aplikasi Shopee: Buka Aplikasi Shopee di handphone Anda, pilih
‘Saya’ lalu ‘Toko Saya’. Kemudian, pilih ‘Jasa Kirim Saya’ untuk
memilih jasa kirim yang ingin diaktifkan atau dinonaktifkan pada
level toko.

Cara Memilih jasa kirim level produk:

• Via Seller Center: Pergi ke Seller Centre dan klik ‘Produk Saya’. Pilih
Produk yang ingin diatur Jasa Kirimnya. Pilih ‘Ubah’ dan Pilih
‘Pengiriman’. Lalu Anda bisa memilih Jasa Kirim yang ingin
diaktifkan atau dinonaktifkan.
• Via Aplikasi Shopee: Buka Aplikasi Shopee di handphone Anda, pilih
‘Saya’ lalu ‘Toko Saya’. Pilih ‘Asisten Penjual’ > ‘Produk Saya’ >
kemudian pilih produk yang ingin diatur Jasa Kirimnya, dan Klik
‘Ubah Produk’ > ‘Ongkos Kirim’ setelah itu pilih Jasa Kirim yang ingin
diaktifkan. Dalam Aplikasi akan terlihat Jasa Kirim yang diaktifkan
dan dinonaktifkan pada produk. Pilih Jasa Kirim yang ingin
diaktifkan/dinonaktifkan. Setelah itu klik ‘Simpan’.

4. Tambahkan Rekening Bank

Langkah selanjutnya yaitu memasukkan nomor rekening.


Nantinya, nomor rekening ini berguna untuk pencairan dana
penjualan.

Berikut caranya:

• Pilih ‘Rekening Bank’ di Seller Center, atau ‘Pengaturan Saldo


Penjual’ lewat Aplikasi Shopee;

DIGITAL ONBOARDING – FASE F 29


• Klik ‘Tambah Rekening Bank’ atau ‘Rekening Bank’ untuk
menambahkan data rekening tabungan di Toko Shopee.

5. Upload Produk

Setelah melengkapi data profil toko hingga memasukkan


rekening bank, kini Anda sudah bisa mulai berjualan. Silakan upload
produk yang dijual dengan mengikuti beberapa langkah ini:

• Akses akun toko Anda di Seller Center (seller.shopee.co.id) atau


klik Saya > Mulai Jual di Aplikasi Shopee;
• Kemudian klik ‘Tambah Produk Baru’;
• Lengkapi Informasi Penjualan dengan deskripsi produk yang
lengkap dan sesuai, serta Informasi Pengiriman mengenai jasa
kirim yang akan digunakan. Pastikan Produk yang diupload tidak
termasuk barang yang dilarang oleh Shopee;
• Klik ‘Simpan & Tampilkan’ untuk menampilkan produk Anda di
Toko. Oh ya, Anda bisa juga bisa promosi untuk membantu
mendapatkan pesanan pertama.

9. Aktivasi penjualan melalui online retail

Istilah "bisnis ritel online" menyiratkan proses bisnis di mana pelanggan


memiliki banyak pilihan dalam mencari, memilih, dan membeli produk,
informasi, dan layanan melalui internet. Sebagian besar pengecer
menjual barang mereka secara online, dan ini menjelaskan mengapa
bisnis ritel online hanyalah sebuah bentuk perdagangan elektronik yang
memungkinkan konsumen untuk membeli barang atau jasa atau
berbelanja langsung dari ponsel mereka, tab, laptop, atau perangkat lain
yang terhubung ke internet di mana saja di dunia.

A. Kategori Bisnis Online Retail

DIGITAL ONBOARDING – FASE F 30


Bisnis retail terbagi menjadi beberapa kategori, dibedakan dari
barang atau jasa apa yang ditawarkan untuk bisnis retail online tersebut.
Selain itu, dibedakan juga dari kepemilikan badan usaha untuk retail.

Berikut ini adalah kategori bisnis retail yang ada di pasaran saat ini,
beberapa dari bisnis retail ini mungkin Anda akan mengenalnya.

Dibedakan Dari Produk Yang Ditawarkan Di Dalam Bisnisnya


a) Bisnis Product Retail Online
Bisnis product retail online menyajikan produk atau barang secara
online. Barang yang disajikan beragam, bisa seperti kebutuhan sehari-
hari, makanan, sembako, dan lainnya. Contohnya seperti Alfamart
dan Indomaret online.

b) Bisnis Service Online

Bisnis service online menyediakan jasa yang ditawarkan secara


online. Jasa yang ditawarkan juga beragam, mulai dari jasa
transportasi, jasa konsultasi dan sebagainya. Sebagai contoh adalah
Ojek online seperti Gojek, atau Jasa bimbingan belajar online.

Dibedakan Dari Kepemilikan Bisnis Retail Online

a) Bisnis Retail Franchise Online


Franchise online adalah bisnis kembangan atau franchise yang
dijalankan secara online. Franchise adalah bisnis kembangan dari
bisnis retail milik orang lain yang dijalankan secara independen.

b) Bisnis Retail Online Independen


Bisnis retail online independen adalah sebuah bisnis online yang
dikembangkan secara pribadi, dan murni kepemilikan pribadi.
Sebagai contoh warung online yang dikembangkan, dan
dipromosikan melalui media sosial.

DIGITAL ONBOARDING – FASE F 31


c) Bisnis Retail Makro Online
Bisnis retail makro online adalah bisnis retail makro yang terikat
dengan sebuah badan usaha, atau perusahaan, sebagai contoh
seperti Alfamart online.

B. Tujuan Bisnis Retail Online


Tujuan dari bisnis ritel itu sendiri adalah menyediakan banyak
pilihan barang sesuai dengan keinginan serta kebutuhan pembeli,
menawarkan produk barang dan jasa.

Umumnya dalam ukuran unit yang kecil atau eceran untuk


keperluan konsumen sesuai dengan kebutuhan, menghubungkan
distributor utama (grosiran) dengan konsumen, serta mengumpulkan
informasi barang dan jasa sesuai dengan konsumen.

Dengan adanya sistem bisnis ritel online segala tujuan itu bisa
dicapai melalui sistem online. Menghubungkan konsumen dan
distributor menjadi cepat dan efisien dengan media sosial atau internet
(Website).

Mengumpulkan informasi kebutuhan konsumen juga semakin


mudah dengan media sosial, serta penyaluran informasi terkini terkait
promo produk menjadi lebih cepat.

C. Contoh Bisnis Retail Online


Ada banyak contoh bisnis retail online yang hadir di Indonesia
namun banyak yang belum mengetahuinya. Dari ketegori bisnisnya,
bisnis retail online hadir dengan beragam produk dan jasa.

Bila dari produk bisa saja barang elektronik, fashion, furniture,


fashion, makanan, minuman, kesehatan, kecantikan, buku dan
lainnya.

Contoh bisnis retail online yang menjual produk seperti Alfamart


Online, Klik Indomaret, Hypermart, Yogya Group, Lottemart, Kemchick,

DIGITAL ONBOARDING – FASE F 32


Ranchmarket, Goro, Hero, TipTop, The Foodhall, Transmart Carrefour,
Brambang, Sayurbox, Mothercare, RupaRupa, Dekoruma, Times Books
Store, Gramedia dan bisnis toko retail online lainnya.
Contoh bisnis retail online bidang jasa seperti pengiriman
barang (JNE, Sicepat, TIKI, Ninja Express, Grab, Gojek), KAI, Prudential,
guru privat online, admin sosial media, desain grafis, jasa penulisan
artikel, jasa pembuatan website, jasa Advertising online, Entry Data,
jasa perbaikan dan lainnya.

D. Kelebihan & Kekurangan Bisnis Retail Online


Dalam dunia bisnis retail online yang berkembang terdapat
kelebihan dan kekurangan yang dapat Anda ketahui dibawah ini.

Menumbuhkan bisnis ritel online memiliki kelebihan , beberapa di


antaranya adalah:
• Biaya overhead minimal
• Akses mudah langsung ke pasar konsumen
• Potensi pertumbuhan maksimum
• Kemampuan untuk memperluas pasar Anda dari waktu ke waktu
• Kepuasan pelanggan dalam hal kemudahan penggunaan dan
pengiriman yang mudah
• Kemampuan pelanggan untuk menemukan bisnis Anda meskipun
itu lokal
• Kemampuan untuk memiliki tingkat persediaan yang lebih rendah
(dan oleh karena itu biaya) dimuka

Namun, ada sejumlah kekurangan yang perlu kita ketahui tentang


ritel online. Diantaranya adalah:

• Beberapa target konsumen tidak memiliki akses ke internet.


• Kompleksitas dalam menjalankan bisnis sepenuhnya secara online.
• Peretas akan berusaha mendapatkan informasi konsumen.

DIGITAL ONBOARDING – FASE F 33


• Tingkat pengembalian yang tinggi karena kurangnya pemeriksaan
fisik produk yang baik.
• Penurunan pengalaman dibandingkan dengan belanja offline.
• Biaya tinggi yang terkait dengan pemeliharaan situs web.
• Kebutuhan akan pergudangan.
• Perlunya tim dukungan pelanggan untuk pengembalian dan keluhan
produk.
• Masalah hukum online retail.
• Dibandingkan dengan ritel fisik, online retail memberikan
pengalaman pelanggan yang lebih rendah dan menghasilkan lebih
sedikit loyalitas konsumen. Keduanya dapat ditingkatkan dari waktu
ke waktu, menjadikan online retail sebagai ancaman langsung bagi
ritel tradisional.

DIGITAL ONBOARDING – FASE F 34


Lampiran-2

Refleksi
1. Refleksi Guru
a. Apakah ada kendala pada kegiatan pembelajaran?

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
b. Apakah kegiatan membuka pelajaran yang saya lakukan dapat
mengarahkan dan mempersiapkan peserta didik mengikuti pelajaran
dengan baik?
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
c. Bagaimana tanggapan peserta didik terhadap materi atau bahan
ajar yang saya sajikan sesuai yang diharapkan? (apakah materi
terlalu tinggi, terlalu rendah, atau sesuai dengan kemampuan awal
peserta didik)?

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
d. Bagaimana respon peserta didik terhadap media pembelajaran
yang digunakan? apakah media sesuai dan mempermudah peserta
didik menguasai kompetensi atau materi yang diajarkan? Bagaimana
tanggapan peserta didik terhadap kegiatan belajar yang telah saya
rancang?

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
e. Bagaimana tanggapan peserta didik terhadap metode atau teknik
pembelajaran yang saya gunakan?

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

DIGITAL ONBOARDING – FASE F 35


2. Refleksi Peserta didik

Agar pembelajaran semakin menyenangkan dan bermakna untuk


kalian, yuk sejenak berefleksi tentang aktivitas pembelajaran kali
ini.
Isilah penilaian diri ini dengan sejujur-jujurnya dan sebenar-
benarnya sesuai dengan perasaan kalian ketika mengerjakan
suplemen bahan materi ini!
Bubuhkanlah tanda centang (√) pada salah satu gambar yang
dapat mewakili perasaan kalian setelah mempelajari materi ini!

1. Apa yang sudah kalian pelajari?


…………………………………………………………………….
…………………………………………………………………….
…………………………………………………………………….

2. Apa yang kalian kuasai dari materi ini?


…………………………………………………………………….
…………………………………………………………………….
…………………………………………………………………….

3. Bagian apa yang belum kalian kuasai?


…………………………………………………………………….
…………………………………………………………………….
…………………………………………………………………….

4. Bagian/ilmu baru bagi kalian apa yang paling menarik dari


materi yang telah disampaikan?
…………………………………………………………………….
…………………………………………………………………….
…………………………………………………………………….

DIGITAL ONBOARDING – FASE F 36


Lampiran-3 Asesmen Formatif (Proses)

Rubrik Penilaian Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP)


Kode KPTP Muatan/ Belum Kompeten Kompeten (K) BK/K
Aspek (BK)
6.1.1 Mendeskripsi 1. definisi digital 1. Belum mampu 1. Mampu
kan ruang onboarding mendeskripsik mendeskripsi
lingkup 2. definisi an definisi
kan definisi
platform aktivasi digital digital
digital penjualan onboarding onboarding
3. pengertian 2. Belum mampu 2. Mampu
platform mendeskripsik mendeskripsi
digital an definisi
kan definisi
4. kelebihan aktivasi aktivasi
dan macam- penjualan penjualan
macam 3. Belum mampu 3. Mampu
platform mendeskripsik mendeskripsi
digital an pengertian kan
platform pengertian
digital platform
4. Belum mampu digital
mendeskripsik
4. Mampu
an kelebihan mendeskripsi
dan macam- kan
macam kelebihan
platform dan macam-
digital macam
platform
digital
6.1.2 Menganalisis Cara aktivasi Belum mampu Mampu
cara aktivasi penjualan Menganalisis Menganalisis
penjualan melalui platform cara aktivasi cara aktivasi
melalui digital penjualan penjualan
platform melalui platform melalui platform
digital digital digital

6.1.3 Mengreasi Aktivasi Belum mampu Mampu


aktivasi penjualan mengreasi mengreasi
penjualan melalui platform Aktivasi Aktivasi
melalui digital penjualan penjualan
platform melalui platform melalui platform
digital digital digital

DIGITAL ONBOARDING – FASE F 37


Rubrik Penilaian P3
Kode Aspek yang Belum Kompeten Kompeten (K) BK/K
Dinilai (BK)
P3-1 Mandiri Acuh dan tidak Sadar dan
bertanggung jawab bertanggung jawab
dalam dalam
melaksanakan melaksanakan
kegiatan proses kegiatan proses
pembelajaran pembelajaran
P3-2 Bernalar Kritis Tidak Menyampaikan
menyampaikan pendapat atau
pendapat atau pertanyaan
pertanyaan informasi dengan
informasi dengan relevan dan sangat
relevan dan sangat terstruktur
terstruktur
P3-3 Kreatif Menyampaikan Menyampaikan
gagasan atau gagasan atau
pendapat bukan hal pendapat yang
yang baru, bersifat orisinal hasil
cenderung meniru implementasi dari
temannya proses pembelajaran
Kesimpulan:
Peserta didik dianggap kompeten pada aspek Profil Pelajar Pancasila (P3) jika
pada setiap aspek peserta didik mendapatkan checklist. Jika ada dua kriteria
masuk kategori tidak tuntas, maka perlu dilakukan intervensi agar
pencapaian peserta didik ini bisa diperbaiki.

DIGITAL ONBOARDING – FASE F 38


Lembar Checklist Ketercapaian Tujuan Pembelajaran
Konsentrasi Keahlian : …………………………………..

Rombel : …………………………………..

Indikator Asesmen
Asesmen
KKTP P3
Awal
No Nama Peserta didik

AA-1

AA-2

AA-3

6.1.1

6.1.2

6.1.3

P3-1

P3-2

P3-3
1
2
3
4
5
..
dst

Catatan: Berilah tanda checklist (√) pada setiap indikator asesmen awal dan
akhir apabila peserta didik telah kompeten atau mencapai tujuan
pembelajaran.

DIGITAL ONBOARDING – FASE F 39


Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD.1)
SMK NEGERI 1 SURABAYA

Mendeskripsikan ruang lingkup platform digital


LKPD.1 Nama: Kelas XII

A. Jenis Kegiatan : Penugasan Individu


B. Langkah Kegiatan
1. Carilah refrensi materi (bebas dari berbagai sumber) mengenai
definisi digital onboarding, aktivasi penjualan, dan platform digital
serta kelebihan dan macam-macam platform digital.

C. Tugas dan Pertanyaan


1. Setelah mencari dan membaca referensi,
a. Jelaksan pengertian digital onboarding.
Jawab: ………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………

b. Jelaskan pengertian aktivasi penjualan.


Jawab: ………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………

c. Jelaskan pengertian platform digital.


Jawab: ………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
d. Sebutkan kelebihan aktivasi penjualan melalui platform digital.
Jawab: …………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………

e. Sebutkan macam-macam platform digital.


Jawab: …………………………………………………………………………

DIGITAL ONBOARDING – FASE F 40


Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD.2)

SMK NEGERI 1 SURABAYA

Menganalisis cara aktivasi penjualan melalui


platform digital
LKPD.2 Nama: Kelas XII

A. Jenis Kegiatan : Penugasan Individu


B. Langkah Kegiatan
1. Carilah refrensi materi (bebas dari berbagia sumber) mengenai cara
aktivasi penjualan melalui platform digital.
C. Tugas
1. Setelah mencari dan membaca referensi, buatlah flowchart
mengenai langkah-langkah aktivasi penjualan melalui platform digital
seperti media social, website, marketplace, maupun online retail !

Jawab:

DIGITAL ONBOARDING – FASE F 41


Lampiran-4 Asesmen Sumatif

Peserta didik diminta untuk mengreasi atau melakukan langkah-langkah


aktivasi penjualan melalui platform digital seperti media social, website,
marketplace, maupun online retail yang telah dibuat.

Pedoman Skor Asesmen Sumatif

Tujuan Pembelajaran Penilaian Unjuk Kerja Skor


6.1. Memahami aktivasi 1. Persiapan
penjualan melalui a. Menyiapkan produk yang akan 10
platform digital dijual
b. Membuat konten iklan 10
c. Menyiapkan alat berupa gadget
/ laptop/PC 10
2. Pelaksanaan
a. Mampu memposting konten iklan 20
melalui salah satu platform digital
b. Mampu melakukan melakukan
aktivasi penjualan melalui salah 20
satu platform digital
c. Mampu mengreasi platform
digital yang telah diaktivasi 20

TOTAL SKOR 100

Daftar Skor Asesmen Sumatif

No Nama Skor Penilaian Unjuk Kerja Total


1.a 1.b 1.c 2.a 2.b 2.c
1
2
3
4
5

dst

DIGITAL ONBOARDING – FASE F 42


Lampiran-5
GLOSARIUM

Aktivasi Strategi penjualan yang memanfaatkan penargetan


penjualan mikro audiens dan berbasis interaksi antara brand
dengan konsumen atau calon konsumen melalui
berbagai aktivitas, untuk membangun dan
meningkatkan brand awareness (kesadaran merek)
dan mendorong prospek atau penjualan langsung
secara digital

Digital Sistem yang juga disebut proses berlangganan atau


onboarding memperoleh pengguna baru secara online untuk
dapat mengakses semua layanan dan produk yang
ditawarkan perusahaan maupun lembaga
pemerintah

Platform Sebuah tempat, wadah, atau sarana yang


Digital dapat memfasilitasi bertemunya para pihak untuk saling
diartikan sebagai bertukar informasi, berdagang, atau menawarkan
jasa dan layanan

Social media Proses marketing yang dilakukan lewat media sosial


marketing

DIGITAL ONBOARDING – FASE F 43


DAFTAR PUSTAKA
Capaian Pembelajaran Konsentrasi Keahlian Bisnis Digital Program Keahlian
Pemasaran Tahun 2022.

Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik


Indonesia No 165/M/2021 Tentang Program Sekolah Menengan
Kejuruan Pusat Keunggulan.

Permata, Ariestya Ayu. 2015. Pemanfaatan Media Sosial untuk Jual Beli
Online di Kalangan Mahapeserta didik FISIP Universitas Airlangga
Surabaya melalui Instagram. Surabaya

Rudianto, A. M. 2011. Pemrograman Web Dinamis menggunakan PHP


danMySQL. Yogyakarta.

Yalinda, Yonita Yulia,dkk. 2021. Bisnis Online. Surakarta : Media Tama.

Yuhefizar, M., & Hidayat, R. 2009. Cara Mudah Membangun Website


Interaktif Menggunakan Content Management System Joomla Edisi
Revisi.

Yustisni,Rini. 2017. Peran Marketplace Sebagai Alternatif Bisnis di Era Teknologi


Informasi, Bandung.

https://www.youtube.com/watch?v=yd0MuORFYTw

DIGITAL ONBOARDING – FASE F 44

Anda mungkin juga menyukai