Anda di halaman 1dari 2

Nama : Diana Putri

NIM : 4.43.20.1.07

Kelas : KU-1B

BURUH TANI TUNTUT KENAIKAN UPAH

Buruh melakukan demo besar-besaran mulai tanggal 31 Oktober hingga 1 November 2013 untuk
menuntut kenaikan UMP, akibatnya perusahaan di Kawasan Berikat Nusantara (KBN)
mengalami kerugian hampir mencapai RP 50 miliar. Demo yang menuntut kenaikan upah hingga
Rp 3,7 juta per bulan ini mengakibatkan produksi perusahaan berhenti karena tak ada
pekerjanya. Dari data yang diterima Kamar Dagang Industri (KADIN) DKI Jakarta, perusahaan
Industri padat karya yang berlokasi di KBN hampir total stop produksi saat aksi mogok
berlangsung. Rata-rata perusahaan mengalami kerugian Rp 500 juta akibat aksi mogok dan demo
tersebut.

Akibat stok produksi perusahaan mengalami kerugian lebih kurang Rp 500 juta per perusahaan.
Kalau jumlah perusahaan ada sekitar 97 perusahaan, maka jumlah kerugian mencapai Rp 48,5
miliar. Kerugian tersebut belum termasuk pinalti atau dari konsumen perusahaan itu sendiri,
terkait keterlambatan pengiriman barang yang tidak sesuai kontrak kerja. Pasalnya, perusahaan
mengalami kendala untuk memenuhi pesananan karena adnaya aksi demo. Selain pada daerah
KBN, demo dan aksi mogok dilakukan di kawasan industri seperti EJIP Pulogadung juga
kawasan industri di Daan Mogot. Terkait kerugian tersebut Asosiasi Pengusaha Indonesia
(Apindo) akan memberikan fasilitas kepada pegusaha yang mengalami kerugian jika mau
melakukan tindakan hukum. Kejadian ini berpotensi membuat beberapa perusahaan asing
hengkang, namun Apindo akan berusaha tetap mempertahankan perusahaan tersebut agar tidak
hengkang dari Indonesia. Unsur pengusaha mengharapkan buruh sejatinya meningkatkan
produktivitas dengan tetap bekerja seiring dengan tuntutannya meminta kenaikan upah. Itu untuk
menjaga kelangsungan perusahaan dan mencegah terjadinya PHK. Bukan sebaliknya
meninggalkannya memilih demo yang mengakibatkan berhentinya produksi yang merugikan
perusahaan. Dalam menyampaikan aspirasi serikat buruh akan lebih efektif jika dilakukan
dengan dialog melalui lembaga yang sudah ada daripada harus demo yang menurunkan
produktivitas dan daya saing bangsa. Ribuan buruh berencana menggelar Mogok Daerah
(Modar) di beberapa wilayah pada hari ini 18 November 2013. Aksi ini akan terus dilakuakn
sampai tuntutan buruh dikabulkan. Aksi ini juga sebagai bentuk perlawanan keputusan
pemerintah yang menetapkan upah minimum untuk tahun 2014 yang tidak sesuai dengan
permintaan para buruh sebelumnya. Aksi modar berlangsung di Bogor, Bandung, Purwakarta,
Bekasi, Sidoarjo, Mojokerto, Pasuruan, Surabaya, Batam dan daerah lainnya. Sasaran utama aksi
massal ini adalah berunjuk rasa di kantor Bupati atau Walikota. Modar berpusat di Jakarta yang
dilakukan untuk mendesak Walikota Jakarta merevisi besaran UMP DKI Jakarta sebesar Rp 3
juta-an dengan perhitungan nilai Komponen Hidup Layak (KHL) sebesar 2,77 juta per bulan.

Pembahasan :

Tuntutan kenaikan upah buruh ini, bersifat kontradiktif karena dampaknya akan buruk terhadap
perekonomian nasional. Dalam menanggapi hal ini, upah buruh bisa saja dinaikkan selama tidak
mengganggu pertumbuhan perekonomian. Dalam hal ini kenaikan upah buruh tidak boleh lebih
dari 10 persen dari kenaikan inflasi. Selain melalui perhitungan Komponen Hidup Layak,
pemerintah juga mengacu pada salah satu dasar dalam menaikkan upah minimum, yaitu inflasi.
Jika inflasi hingga Oktober mencapai 8 sampai 9 persen, kenaikan upah buruh tidak boleh
mencapai 18 persen. Jika dinaikkan di atas 10 persen akan menghambat bahkan menurunkan laju
perekonomian Negara. Dan jika hal ini berlangsung dalam jangka panjang akan turut merusak
perekonomian bangsa. Selain itu, dengan upah minimum yang tinggi akan sangat memengaruhi
pihak perusahaan. Karena salah satu tujuan perusahaan dalam produksi yaitu untuk
meminimalkan biaya produksi, salah satunya yaitu upah. Maka dengan tingkat minimum upah
yang tinggi mengakibatkan pembengkakan pada biaya prooduksi yang nantinya akan merugikan
perusahaan. Perusahaan yang merasa rugi jelas akan mengambil alternative lain untuk proses
bisnisnya, dan salah satu alternative yang mungkin ditempuh yaitu PHK atau memindahkan
investasi keluar Indonesia. Jelas, kedua alternative tersebut sangat merugikan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai