Anda di halaman 1dari 13

Analisis Risiko Bencana Tanah Longsor di DAS Kalikuning,

Kabupaten Pacitan
Dibuat untuk memenuhi penugasan Ujian Akhir Semester genap Mata Kuliah Mitigasi
Bencana

Disusun Oleh :

Muhammad Hudzaifah Wibisono

5201511118

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................................... ii

BAB I Pendahuluan.................................................................................................................................. 3

1.1. Latar Belakang......................................................................................................................... 3

BAB II Metodologi Penelitian .................................................................................................................. 4

Kebutuhan Data .................................................................................................................................. 4

Proses Analisis ..................................................................................................................................... 4

A. Analisis kerawanan tanah longsor desa kalikuning .................................................................... 4

B. Analisis Kerentanan Tanah Longsor ............................................................................................ 5

i. Kerentanan Sosial ................................................................................................................... 5


ii. Kerentanan Ekonomi............................................................................................................... 6
iii. Kerentanan Fisisk .................................................................................................................... 7
iv. Kerentanan Ekologi atau Lingkungan...................................................................................... 7
v. INDEKS KERENTANAN LONGSOR = ......................................................................................... 8
C. Resiko bencana Tanah Longsor ................................................................................................... 8

BAB III Analisis Pembahasan ................................................................................................................... 9

a. Kerawanan Bencana Tanah Longsor ........................................................................................... 9

b. Kerentanan Bencana Tanah Longsor .......................................................................................... 9

c. Resiko Bencana Tanah Longsor................................................................................................. 10

BAB IV Lampiran.................................................................................................................................... 12
BAB I
Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kerentanan bencana
hidrometeorologi, yaitu bencana yang disebabkan karena perubahan iklim dan cuaca (Susanti
dkk, 2017: 50). Menurut UU Nomor 24 Tahun 2007, bencana adalah peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,
dan dampak psikologis.

Desa Kalikuning merupakan salah satu desa dari 16 desa yang terletak di kecamatan
Tulakan, kabupaten Pacitan Jawa Timur. Desa Kalikuning batas wilayahnya yaitu sebelah
Desa Kebondalem Kecamatan Arjosari, sebelah Selatan Desa Ketrowonojoyo, sebelah Barat
Desa gegeran dan desa Ngasem Kecamatan Arjosari, sebelah timur Desa Ngile, Desa
Gasang, Desa Jatigunung di Kecamatan Tulakan. Luas wilayah desa Kalikuning seluas
2,051,640 ha dengan penggunaan Pemukiman 374,470 ha, Sawah 210,480 ha, Ladang
1,012,508 ha, Hutan rakyat 96,617 ha, Pekarangan 340,795 ha dan bangunan sarana umum
6,450 ha dan jalan desa dan dusun 10,320.

Longsor terjadi pada daerah yang memiliki kemiringan topografi. Peristiwa tanah longsor
atau dikenal sebagai gerakan massa tanah, batuan atau kombinasinya yang sering terjadi
pada lereng alam maupun lereng buatan. Sebenarnya peristiwa tanah longsor merupakan
fenomena alam, yaitu alam mencari keseimbangan baru akibat adanya gangguan atau faktor
yang mempengaruhinya dan menyebabkan terjadinya pengurangan kuat geser serta
peningkatan tegangan geser tanah. Selain kondisi topografi yang miring, biasanya juga ada
pemicu lain yang mengakibatkan suatu tanah mengalami longsor. Pemicu tersebut dapat
berupa air hujan dan gempa bumi (Priyono, 2008)[2]

Masyarakat di daerah tersebut diantisipasi untuk selalu waspada terhadap bencana


tanah longsor yang selalu mengancam di saat datangnya musim hujan. Cara penanganan
yang tepat saat dan setelah terjadinya bencana tanah longsor merupakan hal yang sangat
penting dimiliki oleh warga masyarakat sekitar daerah kejadian tersebut.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat kerentanan, kapasitas wilayah dan
tingkat risiko bencana tanah longsor di Desa Kalikuning.Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif kuantitatif. Salah satu metode yang sering digunakan dalam pemetaan kerentanan
tanah longsor adalah frequency ratio. Metode ini bertujuan untuk mengidentifikasi wilayah
rentan tanah longsor berdasarkan data kejadian longsor di masa lalu yang pada gilirannya
dapat dijadikan parameter untuk mitigasi bencana longsor. Metode ini diaplikasikan
menggunakan aplikasi GIS dengan data-data sekunder seperti DEM, peta tutupan lahan, data
curah hujan, peta geologi, dan peta klasifikasi tanah. Data tersebut merepresentasikan faktor-
faktor yang memengaruhi tanah longsor yaitu kemiringan lereng, elevasi, arah kemiringan
lereng, tutupan lahan, curah hujan, jenis tanah, jarak sesar, dan batuan geologi. Nilai tersebut
diklasifikasikan menjadi 3 zona kerentanan longsor yaitu resiko rendah, resiko sedang, resiko
tinggi.

BAB II
Metodologi Penelitian

Kebutuhan Data

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah laptop dengan menggunakan perangkat
lunak SIG aplikasi software ArcMap 10.8. bahan yang di gunakan adalah data area longsor,
Aspect, Buffer jalan, Buffer Sungai, DEM kalikuning, SHP geologi, Hillshade Kalikuning,
Linement Density, Slope, SHP tanah kalikuning. Karena analisis ini adalah analisis resiko
tanah longsor maka di tambah lagi data hasil proses kerawanan tanah longsor, hasil
kerentanan longsor.

Proses Analisis
Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui resiko tanah longsor di Desa Kalikuning.
Dengan mendapat data resiko tanah longsor kita dapat menganalisis tanah longsor dan dapat
mengatisipasi penanganan pada daerah daerah prioritas. Proses yang di lakukan berawal dari
analisis kerawanan banjir. Setelah mendapat data kerawanan banjir di lanjut dengan
menghitung kerentanan banjir kalikunging, proses akhir adalah menghitung resiko tanah
longsor yang membutuhkan data kerawanan tanah longsor dan kerentanan tanah longsor.
Karena untuk mendapat resiko tanah longsor menggunakan rumus kerawanan tanah longsor
X kerentanan tanah longsor.

Proses analisis yang dilakukan adalah

A. Analisis kerawanan tanah longsor desa kalikuning

- Pada proses kali ini kita menggunakan metode frequency ratio, metode ini
merupakan metode yang digunakan untuk mengidnetifikasi kejadian tanah longsor
di masa depan menggunakan kondisi yang sama dengan kondisi kejadian tanah
longsor yang sudah pernah terjadi/kejadian tanah longsor di masa lalu.
perhitungan frequency ratio menggunakan persamaan

- 1 : FR=𝐶𝑃 / 𝐿𝑃 ∑𝐶𝑃 / ∑𝐿𝑃

Keterangan :

a. FR: frequency ratio

b. CP: class pixel suatu kelas tertentu

c. LP: landslide pixel suatu kelas dalam faktor tertentu

d. ∑𝐶𝑃: jumlah class pixel suatu kelas dalam faktor tertentu


e. ∑𝐿𝑃: jumlah landslide pixel suatu kelas dalam faktor tertentu

✓ Hasil perhitungan tersebut menjadi dasar perhitungan prediction rate. Sebelumnya


dilakukan formula =min dan =max terhadap nilai frequency ratio. Setelah
didapatkan hasil keduanya maka dilakukan perhitungan prediction rate
menggunakan persamaan 2: PR = 𝑀𝑎𝑥−𝑀𝑖𝑛 𝐹𝑅 (𝑀𝑎𝑥−𝑀𝑖𝑛) 𝑀𝑖𝑛 𝐹𝑅 PR: prediction
rate Max-Min FR: selisih nilai maksimum dan minimum frequency ratio pada faktor
kondisi tanah longsor (Max-Min) Min FR: nilai minimum dari selisih nilai maksimum
dan minimum frequency ratio pada faktor kondisi tanah longsor.

B. Analisis Kerentanan Tanah Longsor

Penelitian ini bertujuan menentukan faktor utama penyebab longsor di


Kabupaten Toraja Utara. Parameter yang digunakan yaitu elevasi, kemiringan
lereng, aspek lereng, geologi, tekstur tanah, kelurusan, jarak dari jalan, jarak dari
sungai, curah hujan dan penutupan lahan. Penelitian ini menggunakan metode AHP
(Analytical Hierarchy Process). Penelitian ini menggunakan unit analisis satuan
lahan. Satuan lahan didapat berdasarkan hasil overlay atau tumpangsusun antara
peta geologi, peta tanah, peta kemiringan lereng dan peta penggunaan lahan.
Sebelum melakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan pembobotan masing-
masing indikator untuk menentukan prioritas setiap indikator terhadap indikator
lainnya yang kemudian dihitung dengan metode AHP.

Dapat dilihat diatas bahwa kerentanan bencana memerlukan data skoring


dari kerentanan social, kerentanan ekonomi, kerentanan fisik, kerentanan
lingkungan/ekologi.

i. Kerentanan Sosial
Penentuan Indeks Penduduk Terpapar dihitung dari komponen sosial budaya
di kawasan yang diperkirakan rawan bencana. Komponen ini diperoleh dari
indikator kepadatan penduduk dan indikator kelompok rentan pada kawasan
rawan bencana. Klasifikasi Indeks = Rendah, Sedang, Tinggi

Rumus Kerentanan Sosial


Keterangan :

Xd adalah jumlah populasi di dalam unit administrasi;

Pi adalah jumlah populasi di dalam pemukiman ke-i;

Pij adalah jumlah populasi di polygon ke-j di dalam pemukiman ke-i;

Sij adalah polygon ke-j di dalam pemukiman ke-i di dalam unit administrasi;

n adalah jumlah polygon di dalam pemukiman di dalam unit administrasi

ii. Kerentanan Ekonomi


dihitung berdasarkan luas lahan produktif dalam rupiah (sawah, perkebunan, lahan
pertanian dan tambak) dan PDRB per sektor.

Keterangan :

RLPi adalah nilai rupiah lahan produktif kelas penggunaan lahan ke-i di tingkat
Desa/Kelurahan

PLPtot-i adalah nilai total rupiah lahan produktif berdasarkan nilai rupiah sektor ke-i
di tingkat Kabupaten/Kota

LLPtot-I adalah luas total lahan produktif ke-i di tingkat Kabupaten/Kota

LLPdesa-I adalah luas lahan produktif ke-i di tingkat Desa/Kelurahan

RPPdesa-I adalah nilai rupiah PDRB sektor di desa ke-i

RPPKK adalah nilai rupiah PDRB sektor di tingkat Kabupaten/Kota

LKK adalah luas wilayah Kabupaten/Kota

LDi adalah luas Desa/Kelurahan ke-i


KERENTANAN EKONOMI

= (0,6 x skor Lahan Produktif) + (0,4 x skor PDRB per sektor)

Perhitungan setiap parameter dilakukan berdasarkan :

• Pada kelas bahaya RENDAH memiliki pengaruh 0%

• Pada kelas bahaya SEDANG memiliki pengaruh 50%

• Pada kelas bahaya TINGGI memiliki pengaruh 100%

iii. Kerentanan Fisisk


Indikator yang digunakan untuk kerentanan fisik adalah kepadatan rumah
(permanen, semi permanent dan non-permanen), ketersediaan bangunan/fasilitas
umum dan ketersediaan fasilitas kritis

Perhitungan setiap parameter Fasilitas dilakukan berdasarkan :

• Pada kelas bahaya RENDAH memiliki pengaruh 0%

• Pada kelas bahaya SEDANG memiliki pengaruh 50%

• Pada kelas bahaya TINGGI memiliki pengaruh 100%

Perhitungan parameter Rumah dilakukan berdasarkan :

• Pada kelas bahaya RENDAH, jumlah rumah terdampak dikalikan 5 juta

• Pada kelas bahaya SEDANG, , jumlah rumah terdampak dikalikan 10 juta

• Pada kelas bahaya TINGGI, , jumlah rumah terdampak dikalikan 15 juta

iv. Kerentanan Ekologi atau Lingkungan


Indikator yang digunakan untuk kerentanan lingkungan adalah penutupan lahan
(hutan lindung, hutan alam, hutan bakau/mangrove, rawa dan semak belukar)

Setelah melakukan tahapan diatas maka masuk ke tahap akhir yaitu indeks
kerentanan longsor yang menggunakan rumus seperti di bawah.
v. INDEKS KERENTANAN LONGSOR =
(0,4 x skor KS) + (0,25 x skor KE) + (0,25 x skor KF) + (0,1 x skor KL)

Dimana Keterangannya adalah :

KS = nilai Kerentanan Sosial

KE = nilai Kerentanan Ekonomi

KF = nilai Kerentanan Fisik

KL = nilai Kerentanan Lingkungan/Ekologi

Penilaian kerentanan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode


Analytical Hierarchy Process (AHP). Metode ini digunakan untuk melakukan penilaian bobot
masing-masing indikator.Hal ini dikarenakan masing-masing indikator memiliki tingkat
kepentingan atau kontribusi yang berbeda-beda dalam penilaian kerentanan longsor.
Penggunaan metode AHP diharapkan dapat membantu memberikan bobot indikator sesuai
tingkat kepentingannya sehingga penilaian kerentanan longsor dapat dilakukan sesuai kondisi
di DAS.

C. Resiko bencana Tanah Longsor


Dilakukan dengan cara:

•Mendefinisikan kelas probabilitas bahaya

•Mendefinisikan kelas kerusakan/kerugian

•Mengkombinasikan keduanya sebagai kelas risiko

Atau

Membuat matriks risiko dengan mempergunakan kelas kerentanan dan kelas bahaya/
kerawanan

Penaksiran risiko secara kualitatif dilakukan manakala informasi bahaya tidak


memungkinkan untuk mengekspresikan probabilitas bahaya/ jika magnitude bahaya
tidak mudah diestimasikan
BAB III
Analisis Pembahasan
a. Kerawanan Bencana Tanah Longsor

Pada tahap Penelitian ini menghasilkan 5 klas klas aman, klas kerawanan rendah,
klas kerawanan sedang, klas kerawanan tinggi, dan klas kerawanan sangat tinggi. Di
setiap klass ini menghasilkan luas wilayah berbeda beda. Luas wilayah yang termasuk
dalam klas aman 90.144801 ha, klas kerawanan rendah seluas 413.233336 ha, kemudian
klas kerawanan sedang 787.352565 ha, sedangkan klas kerawanan tinggi 444.385064
ha, dan klas kerawanan sangat tinggi seluas 714.5999362 ha

b. Kerentanan Bencana Tanah Longsor


Penilaian kerentanan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode
Analytical Hierarchy Process (AHP). Metode ini digunakan untuk melakukan penilaian bobot
masing-masing indikator.Hal ini dikarenakan masing-masing indikator memiliki tingkat
kepentingan atau kontribusi yang berbeda-beda dalam penilaian kerentanan longsor.
Penggunaan metode AHP diharapkan dapat membantu memberikan bobot indikator sesuai
tingkat kepentingannya sehingga penilaian kerentanan longsor dapat dilakukan sesuai
kondisi. Indeks kerentanan ekonomi diperoleh dari data penggunaan lahan produktif yaitu
sawah, tegalan, dan kebun. Lahan produktif memiliki bobot yang besar karena lahan tersebut
sangat rentan menimbulkan kerugian apabila terkena bencana longsor.
c. Resiko Bencana Tanah Longsor

Dapat dilihat pada peta resiko longsor desa kali kuningn di dapat bahwa paling tinggi resiko
nya adalah resiko rendah. Didapatkan resiko bencana tanah longsor tinggi terdapat di daerah
permukiman padat penduduk di budidayakan masyarakat untuk mata pencaharian.
Sedangkan untuk daerah yang resiko sedang adalah daerah yang di tanami oleh perkebunan
tahunan.
BAB IV
Lampiran

Figure 1 PETA KERENTANAN BENCANA LONGSOR

PERENCANAAN WI,LAYAH DAN KOTA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA

µ
00,175
0,35 0,7 Miles

Legend
CLASS
AMAN
KERAWANAN RENDAH
KERAWANAN SANGAT TINGGI
KERAWANAN SEDANG
KERAWANAN TINGGI

DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD HUDZAIFAH WIBISONO
5201511118
MITIGASI BENCANA

SUMBER DATA
https://scihub.copernicus.eu/dhus/#/home
LANDSAT-8

Figure 2PETA KERAWANAN LONGSOR


Figure 3 PETA RESIKO BENCANA LONGSOR

Anda mungkin juga menyukai