Anda di halaman 1dari 13

Pengantar

Sejarah Daulah Bani Umayyah


Kemunculan & Perkembangan
Bani Umayyah
Oleh: Asep Sobari, Lc
Sirah Community Indonesia (SCI)
Nubuwat Rasulullah Saw

‫ ثُ َّم ُم ْل ٌك َب ْع َد ذَلِ َك‬،‫سن َ ًة‬ ‫ن‬


َ
َ ْ ‫و‬ُ ‫ث‬ َ
‫ال‬ َ ‫ث‬ ‫ي‬
ْ ِ
‫ت‬ ‫م‬
َّ ُ ‫أ‬ ‫ي‬ ِ
‫ف‬ ِ

‫الخ َالفَ ُة‬

“Khilafah berlangsung di tengah umatku selama


tiga puluh tahun. Setelah itu berlaku kerajaan.”

(Riwayat Tirmidzi)
Daulah Bani Umayyah
41H - 132H (91 thn)
661M - 750M (89 thn)
Bermula dari Perdamaian
• Daulah Bani Umayyah bermula dari proses perdamaian antara
Al-Hasan bin Ali bin Abu Thalib ra dengan Mu`awiyah bin Abu
Sufyan ra.

• Al-Hasan menyerahkan kekuasaan/khilafah kepada Mu`awiyah


sebagai upaya untuk menghentikan pertikaian antara sesama
kaum Muslimin yang telah berlangsung sejak masa kekhilafahan
sang ayah, Ali bin Abu Thalib ra.

• Inisiatif dan sikap damai Al-Hasan tidak lepas dari persoalan


besar yang menjadi episentrum perselisihan antarumat Islam
selama 4 tahun belakangan lebih, yaitu penyelesaian kasus
PEMBUNUHAN Usman bin Affan ra dan bukan PEREBUTAN
kekuasaan atau khilafah.
Latar Belakang Perdamaian
• Isu-isu besar yang melatarbelakangi perdamaian dan menjadi landasan
inisiatif penyerahan kekuasaan oleh Al-Hasan kepada Mu`awiyah
setelah pembunuhan Usman bin Affan:

• Negara belum berhasil melaksanakan kewajiban penegakkan hukum


(hudud) atas para pembunuh Usman bin Affan.

• Kebuntuan ini mendorong terjadinya muktamar Bashrah yang berujung


dengan kejadian yang tidak direncanakan, yaitu perang Jamal.

• Sikap oposisi Mu`awiyah sebagai Gubernur Syam sekaligus penuntut


hukuman terhadap para pembunuh Usman, dipandang Ali bin Abu
Thalib sebagai penghambat proses penegakkan hukum. Alasan inilah
yang mendorong terjadinya perang Shiffin.
• Perang Shiffin melahirkan tahkim atau arbitrase. Kesimpulannya
adalah gencatan senjata antara kedua belah pihak.

• Tahkim tidak diterima oleh sebagian kalangan dari pasukan Ali,


yaitu kaum muda yang lebih mengandalkan semangat tanpa
ilmu yang mendalam. Mereka melihatnya sebagai pelanggaran
atas otoritas Allah Swt dalam menetapkan hukum. Kelompok ini
kemudian dikenal sebagai Khawarij. Kemunculan Khawarij
semakin menyulitkan Ali untuk menyelesaikan isu utama,
menghukum para pembunuh Usman.

• Ali bin Abu Thalib ra meninggal karena dibunuh oleh kelompok


Khawarij. Al-Hasan bin Ali dibai`at sebagai Khalifah
menggantikan sang ayah. Selama itu, Mu`awiyah tetap
beroposisi, menuntut pemerintah menyelesaikan pembuhunah
Usman bin Affan ra.
Inisiatif Perdamaian
• Siapa yang sebenarnya punya inisiatif untuk berdamai? Al-
Hasan dan Mu`awiyah sama-sama memiliki inisiatif untuk
berdamai. Tanpa mereka bertemu dan menyepakati lebih
dulu.

• Apa alasan masing-masing? Titik temunya adalah


menghentikan kekacauan, memadamkan api fitnah, dan
melindungi kaum Muslimin pertumpahan dari pertumpahan
darah berkelanjutan. Bedanya, Al-Hasan melengserkan diri
dari jabatan khalifah. Sementara Mu`awiyah memintanya
kepada Al-Hasan agar dia sendiri yang menyelesaikan
urusan yang selama ini menjadi alasan baginya untuk
beroposisi, yaitu menyelesaikan kasus pembunuhan Usman.
Inisiatif Mu`awiyah
Riwayat Bukhari dalam ash-Shahih:

“Demi Allah, Al-Hasan bergerak untuk menghadapi Mu`awiyah dengan membawa


pasukan sangat besar seperti gugusan gunung. Mengetahui hal itu, `Amr bin al-`Ash
berkata —kepada Mu`awiyah—, ‘Aku melihat pasukan yang tidak akan
meninggalkan medan perang kecuali setelah membunuh sejumlah pasukan yang
sama.’ Mu`awiyah berkata, ‘Wahai `Amr, jika pasukan yang itu membunuh pasukan
yang ini. Sebaliknya, pasukan yang ini membunuh pasukan yang itu. Lantas siapa
yang akan membantuku mengurus permasalahan banyak orang? Siapa yang akan
mengurus isteri-isteri mereka? Siapa yang akan mengurus harta peninggalan
mereka?’ Maka, Mu`awiyah mengutus dua pemuda Quraisy dari Bani `Abd Syams,
yaitu Abdulah bin Samurah dan Abdullah bin `Amir bin Kuraiz. Mu`awiyah berkata
kepada mereka berdua, ‘Temuilah dia (Al-Hasan). Tawaran kepadanya. Katakan
kepadanya yang perlu disampaikan dan mintalah darinya. Dua utusan itu pun
menemui Al-Hasan dan menyampaikan seperti yang dipesankan oleh Mu`awiyah….
Al-Hasan kemudian berkata—setelah setuju—, ‘Siapa yang akan menyampaikan
keinginanku ini?’ Dua utusan berkata, ‘Kami yang akan menyampaikannya.’”
Persiapan Perdamaian

• Al-Hasan menyiapkan semua tokoh penting di sekitarnya


untuk menerima opsi perdamaian dengan Mu`awiyah. Al-
Hasan berbicara kepada Abdullah bin Ja`far (sepupu), Al-
Husain bin Ali bin Abu Thalib, Abdullah bin Abbas, Qays
bin Sa`ad bin `Ubadah (panglima tertinggi pasukan).
Alhasil semua bisa menerima.
Tanggapan Tokoh
‫ فأنا معك على هذا الحديث‬،‫
جزاك اهلل عن أمة محمد صلى اهلل عليه وسلم‬

“Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan atas keputusanmu untuk umat


Muhammad Saw. Aku sepenuhnya setuju dengan rencanamu.” —Abdullah bin Ja`far—

‫ فلما‬.‫ واهلل ما أردت أمرا قط إال خالفتني إلى غيره‬:‫ قال الحسن‬.‫أعيذك باهلل أن تكذب عليا في قبره وتصدق معاوية‬
‫ فافعل ما بداك‬،‫ وأمرنا ألمرك تبع‬،‫ وأنت خليفته‬،‫ أنت أكبر ولد علي‬:‫ قال ال الحسني‬،‫
رأى الحسني غضبه‬

“Aku memohon perlindungan Allah atas dirimu atas sikapmu menyalahkan Ali di alam
kuburnya dan mempercayai Mu`awiyah!” Al-Hasan berkata, “Demi Allah, engkau selalu
menyalahiku dalam keputusan-keputusanku. Melihat Al-Hasan yang begitu marah, Al-
Husain berkata, “Engkau anak tertua Ali. Engkau adalah penggantinya. Keputusan
kami (keluarga) sepenuhnya mengikuti keputusanmu. Maka, lakukanlah apa yang
terpikir olehmu.”

Sumber: Thabaqat Ibn Sa`ad


Motif al-Hasan
‫ أال وإن هذه األمور التي‬.‫ وإن أحمق الحمق الفجور‬،‫إن أكيس الكيس التقى‬
‫ إرادة إصالح املسلمني وحقن دمائهم‬،‫ تركت ملعاوية‬،‫
اختلفت فيها أنا ومعاوية‬

“Sesungguh! sebijak-bijaknya orang adalah dia yang


menimbang takwa. Dan, sungguh! sebodoh-bodohnya orang
adalah dia yang tenggelam dalam kejahatan. Ketahuilah,
persoalan-persoalan yang menjadi perselisihan antara diriku
dan Mu`awiyah, telah kuserahkan kepada Mu`awiyah, dengan
maksud untuk memperbaiki hubungan (ishlah) di antara kaum
Muslimin dan menjaga dari pertumpahan darah mereka.”

(Adz-Dzahabi, Siyar A`lam an-Nubala’)


Syarat Perdamaian
1. Menjalankan kekuasaan sesuai ketetapan Alqur’an dan
Sunnah Rasulullah Saw, serta garis besar kebijakan
Khulafa Rasyidin (Sumber: ash-Shawa`iq al-Muhriqah)

2. Menetapkan hak milik atas kekayaan yang diterima Al-


Hasan dan seluruh keturunan Abdul Muththalib pada
masa sebelumnya.

3. Memberi jaminan keamanan kepada semua pihak. Tidak


ada balas dendam atas semua kejadian yang telah
berlaku.
Syarat Suksesi?
• Tidak benar isu yang berkembang bahwa Al-Hasan
mensyaratkan dirinya menjadi suksesor setelah
Mu`awiyah meninggal.

• Nufair bin al-Hadhrami bertanya kepada Al-Hasan,


“Banyak orang yang mengatakan engkau menginginkan
jabatan khilafah —setelah Mu`awiyah—?!” Al-Hasan
menjawab: “Sepenuh jiwa raga orang-orang Arab ada di
tanganku. Mereka siap mengikutiku untuk berdamai dan
berperang. Tapi semua itu aku tinggalkan semata-mata
untuk mendapatkan keridhaan Allah.” (Ibn Katsir, al-
Bidayah wa an-Nihayah)

Anda mungkin juga menyukai