PEKANBARU
Jodi Aldian 1 , Abdul Munir 2,
ABSTRAK
1
Jodi Aldian, Mahasiswa Penipuan online terhitung sejak September 2020, berada diposisi kedua teratas.
Program Studi Kriminologi, Sekitar 28,7% kejahatan siber berasal dari kategori tersebut. Sejak 2016 hingga
177510774, September 2020, sebanyak 7047 kasus penipuan online dilaporkan.Apabila dirata-
Jodialdian2@gmail.com rata, maka terdapat 1409 kasus penipuan online setiap tahunnya.Penipuan online
marak terjadi melalui media sosial khususnya Instagram. Di wilayah hukum
kepolisian resor kota Pekanbaru, dimana selama rentan waktu 2017 telah terjadi 98
Abdul Munir, S.Sos,. M.Krim,
2
kasus perbuatan tindak pidana penipuan online dikota Pekanbaru. Penipuan
Dosen Prodi Kriminologi, berkedok lapak online sendiri di kota Pekanbaru, telah tercatat 11 kasus terhitung
Munir@soc.uir.id sejak tahun 2019. Penipuan yang berkedok bisnis online dapat tersamar dengan
baik, bahkan orang yang sering bermain internet tidak sadar bahwa dia sedang
tertipu. Penelitian dilakukan di kota Pekanbaru. Narasumber dalam penelitian ini
merupakan empat orang yang pernah menjadi korban tindak penipuan berkedok
lapak online melalui media sosial Instagram. Yang menjadi penyebab utama
keempat narasumber menjadi korban adalah kurangnya ketelitian dan
kewaspadaan dalam melakukan proses transaksi.
ABSTRACT
Dalam penelitian ini menggunakan teori Teori aktivitas rutin menjelaskan 3 poin
aktivitas rutin. Perspektif teori ini cukup relevan penting yang memperbesar peluang terjadinya
untuk diterapkan pada kejahatan terhadap tindak kejahatan, termasuk dalam kejahatan
benda termasuk dalam kasus permasalahan dari penipuan online yang dibahas dalam penelitian
penelitian ini karena kejahatan itu dapat terjadi ini, yaitu:
selama adanya kesempatan untuk melakukan
kejahatan, kesempatan merupakan sebab suatu
kejahatan itu dapat terjadi.
perlindungan serta pengawasan yang memadai
a. Target yang sesuai (suitable target) menjadi salah satu faktor terjadinya cyber crime.
Dari hasil wawancara bersama Key
Target yang sesuai dapat diartikan sebagai Informan, keempat narasumber tidak melapor
orang yang sesuai atau rentan untuk menjadi ke polisi, hal ini diungkapkan narasumber
korban penipuan berkedok lapak online. karena proses pelaporan tindak kejahatan
Kerentanan seseorang untuk menjadi korban penipuan online dinilai tidak mendapat
dapat dilihat dari rutinitas orang tersebut di perhatian khusus. Ditambah lagi narasumber
media sosial. Keempat korban dalam penelitian menganggap bahwa untuk proses pelaporan
ini merupakan pengguna aktif sosial media dan dinilai cukup rumit dan tidak menghasilkan
tergolong aktif melakukan belanja online, solusi apapun.
keseharian korban tidak lepas dari peranan
penggunaan gadget dan media sosial. Tidak adanya keamanan serta
pengawasan yang memadai di dunia maya
Kurangnya kesadaran atau kewaspadaan khususnya di media sosial ini membuat oknum-
ditambah tidak tahunya seseorang mengenai oknum yang tidak bertanggung jawab dapat
apa-apa saja modus yang dilancarkan pelaku melakukan aksi kejahatan nya sesuka hati tanpa
dalam melakukan tindak penipuan lapak online perlu takut ketahuan dan tertangkap salah
itu sendiri membuat dia sangat rentan untuk satunya kejahatan penipuan berkedok lapak
menjadi korban dari penipuan berkedok lapak online ini. Pengguna media sosial dituntut untuk
online itu sendiri. lebih meningkatkan ketelitian dan kewaspadaan
untuk menghindari dirinya menjadi korban
Hal yang menjadi penyebab keempat kejahatan seperti kejahatan penipuan berkedok
korban menjadi korban tindak penipuan lapak online ini.
berkedok lapak online adalah kurangnya
ketelitian sebelum membeli atau melakukan Berdasarakan hasil wawancara bersama
transaksi jual beli online ditambah kurangnya keempat narasumber yang menjadi korban
pemahaman serta pengetahuan mengenai penipuan berkedok lapak online ini, dapat
fenomena penipuan pada transaksi jual beli dilihat bahwa kurangnya kewaspadaan serta
online ini seperti tidak mengetahui modus- tidak adanya pengetahuan mereka mengenai
modus yang dilancarkan pelaku penipuan dalam fenomena penipuan berkedok lapak online ini
menjalankan aksinya. Melalui wawancara yang sehingga mereka dapat menjadi korban dari
dilakukan bersama keempat narasumber dalam kejahatan tersebut.
penelitian ini, dapat diketahui bahwa
narasumber tidak terlebih dahulu mencari info Keempat narasumber terpengaruh
tentang akun online shop tempat mereka dengan apa-apa saja yang ditawarkan oleh
berbelanja. Narasumber mudah percaya pelaku seperti harga barang yang jauh lebih
terhadap foto yang bagus, promo yang murah dibandingkan harga yang ada dipasaran
menggiurkan dan kurang telili memperhatikan dan juga terpengaruh kepada foto barang yang
testimony yang dilampirkan dalam akun online dinilainya sangat menarik, serta keempat
shop. narasumber menaruh kepercayaan kepada
penjual hanya dengan melihat testimony yang
Keseharian narasumber menggunakan terlampir pada halaman Instagram pelaku tanpa
gadget, media sosial dan kurangnya ketelitian mencari tau dulu keaslian dari testimony itu tadi.
sebelum melakukan transaksi jual beli online,
dan mudah tergiur dengan promo yang Peneliti juga melakukan wawancara
ditawarkan dan foto-foto yang bagus membuat dengan Polresta Pekanbaru dan DisKominfo
narasumber rentan menjadi korban tindak kota Pekanbaru, kedua hasil dari wawancara
penipuan jual beli online. yang dilakukan diketahui bahwa pengawasan
dari kominfo dan kepolisian untuk transaksi jual
b. Ketiadaan pengamanan yang memadai beli online dinilai masih kurang, sehingga
(Absence of Capable Guardians) keamanan untuk proses transaksi melalui jual
beli online khususnya Online Shop di media
Setiap aktifitas di media sosial, sama sosial Instagram, masih sangat rentan untuk
halnya seperti di dunia nyata yang juga menjadi wadah tindak penipuan, selain karena
membutuhkan pengawasan dan perlindungan pembeli dan penjual tidak bertemu langsung,
yang berguna untuk mencegah terjadinya tindak juga karena pengamanan dari Pihak yang
kejahatan. Oleh karena itu tidak adanya berwenang masih belum memadai.
Perlunya kerjasama antara kepolisian, Streaming Bigo Live, ditemukan bahwa
pemerintah dan platform media sosial kebebasan dalam pengaksesan media sosial dan
khususnya instagram, untuk lebih mengawasi identitas yang digunakan tidak berdasarkan
proses jual beli online supaya tindak kejahatan data yang valid menjadikan seseorang bebas
penipuan jual beli online tidak terus bertambah. dalam melakukan penyimpangan atau tindak
Selain perlindungan dan pengawasan dari kejahatan. Dan ditemukan adanya indikasi
media sosial, perlu juga adanya kesadaran dan adanya pengaruh yang besar dari gaya hidup
kepekaan dari para pengguna media sosial dalam Cyber Space terhadap resiko seseorang
untuk bisa melihat serta mengawasi fenomena menjadi korban.
cybercrime terkhusus pada tindak penipuan
yang berkedok lapak online yang ada di media Selanjutya dijelaskan bahwa minimnya
sosial. perlindungan dan pengawasan sebagai
pengguna sosial media menjadikan seseorang
Kurangnya kesadaran pengguna media lebih rentan menjadi korban dan memudahkan
sosial tentang ancaman bahaya tindak penipuan timbulnya berbagai penyimpangan atau tindak
berkedok lapak online membuat pengguna kejahatan di sosial media.
media sosial lebih rentan menjadi korban
penipuan. Keempat korban sebelum menjadi Kesempatan dalam tindak penipuan lapak
korban tindak penipuan online, diketahui bahwa online disini dapat diartikan lemahnya
mereka tidak mengetahui banyak tentang penjagaan atau perlindungan serta pengawasan
penipuan online. Ketidaktahuan ini membuat yang dilakukan media sosial terkait. Situasi yang
para korban dan pengguna media sosial rentan mendukung adalah lokasi terjadinya kejahatan
menjadi korban penipuan online. didunia mayadalam pembahasan ini adalah
media sosial. Ketiadaan batas waktu dan lokasi
c. Pelaku yang termotivasi (Motivated menjadi peluang besar seseorang untuk
Offenders) melakukan tindak kejahatan. Setiap orang dapat
mengakses media sosial kapan saja dan dimana
Sama seperti kejahatan lainnya, biasanya saja tanpa ada batasan waktu dan tempat, dan
motivasi pelaku untuk melakukan tindak itu menjadi motivasi pelaku untuk melakukan
kejahatan adalah untuk kepentingan pribadi tindak kejahatannya.
seperti kebutuhan ekonomi, dan juga
kemudahan dalam melakukan aksinya. Hampir Lemahnya pengawasan dan penjagaan
semua kejahatan terjadi dikarenakan adanya serta besarnya peluang calon pembeli
kesempatan dan situasi yang mendukung. terperdaya oleh perbedaan harga, foto yang
menarik dan promo-promo yang diberikan oleh
Proses jual beli online bertujuan untuk penjual, juga meningkatkan resiko dan motivasi
mempermudah transaksi, yang sebelumnya pelaku tindak kejahatan untuk melakukan
dilakukan dengan tatap muka atau secara kejahatan penipuan berkedok jual beli online.
langsung digantikan dengan cara online, dimana
pembeli dan penjual tidak lagi bertemu untuk KESIMPULAN
menukar barang dengan uang. Proses ini
mengandalkan promosi di media sosial dengan Berdasarkan hasil penelitian yang telah
promo harga murah, foto produk yang bagus dilakukan dengan keempat narasumber, peneliti
dan berbagai usaha promosi lainnya. dapat menarik kesimpulan bahwa kurangnya
kesadaran atau kewaspadaan ditambah tidak
Hal ini membuat para pembeli tidak tahunya seseorang mengenai apa-apa saja
dapat langsung melihat barang yang akan dibeli, modus yang dilancarkan pelaku dalam
sehingga mudah terpengaruh dengan foto dan melakukan tindak penipuan lapak online,
promo yang diberikan oleh penjual. Proses jual membuat seseorang sangat rentan untuk
beli online ini mempermudah tindak kejahatan menjadi korban dari penipuan berkedok lapak
penipuan jual beli online terjadi, dimana online.Keseharian narasumber menggunakan
pembeli dan penjual tidak bertemu secara gadget, media sosial dan kurangnya ketelitian
langsung, sehingga meningkatkan keinginan sebelum melakukan transaksi jual beli online,
pelaku untuk melakukan tindak kejahatan. dan mudah tergiur dengan promo yang
ditawarkan dan foto-foto yang bagus membuat
Dalam jurnal penelitian Munir & narasumber rentan menjadi korban tindak
Haryanto (2019) yang membahas tema Realitas penipuan jual beli online.Kurangnya kesadaran
Penyimpangan Sosial Dalam Konteks Cyber pengguna media sosial tentang ancaman bahaya
Sexual Harrasment Pada Jejaring Sosial Live tindak penipuan berkedok lapak online
membuat pengguna media sosial menjadi lebih • Untuk lebih peduli dan saling
rentan menjadi korban penipuan. mengingatkan ke keluarga, teman,
serta ke sesama pengguna media
Aktivitas jual beli online sebagai gaya sosial terhadap kejahatan penipuan
hidup baru yang muncul dalam perkembangan yang dapat terjadi di media sosial.
terknologi, menjadikan seseorang lebih rentan
menjadi korban tindak penipuan berkedok 2. Saran Untuk Korban Penipuan
lapak online. Perlunya kerjasama antara Berkedok Lapak Online
kepolisian, pemerintah dan platform media • Untuk para korban tindak penipuan
sosial khususnya Instagram, untuk lebih berkedok lapak online ini, agar
mengawasi proses jual beli online di media menjadikan kejadian ini sebagai
sosial supaya tindak kejahatan penipuan jual pelajaran dan lebih berhati-hati lagi
beli online tidak terus bertambah. Selain untuk berbelanja di media sosial.
perlindungan dan pengawasan dari media • Bagi korban yang tidak melaporkan
sosial, perlu juga adanya kesadaran dan kejadian nya ke pihak kepolisian agar
kepekaan dari para pengguna media sosial lebih pro aktif lagi dan membuat
untuk bisa melihat serta mengawasi fenomena laporan supaya tindak kejahatan ini
cybercrime terkhusus pada tindak penipuan dapat ditindak dan diberantas.
yang berkedok lapak-lapak online yang ada di
media sosial Instagram. 3. Saran Bagi Penegak Hukum
Ketiadaan batas waktu dan lokasi dapat • Untuk lebih memperhatikan tindak
menjadi peluang besar seseorang untuk kejahatan yang ada di media sosial
melakukan tindak kejahatan, setiap orang dapat khususnya tindak kejahatan penipuan
mengakses media sosial kapan saja dan dimana berkedok lapak online.
saja tanpa ada batasan waktu dan tempat, dan • Memberikan layanan yang dapat
itu menjadi motivasi pelaku untuk melakukan menampung pengaduan tentang
tindak kejahatannya. tindak kejahatan di media sosial.
Lemahnya pengawasan dan penjagaan • Memperketat pengawasan terhadap
serta besarnya peluang calon pembeli aktivitas di media sosial
terperdaya oleh perbedaan harga, foto yang
menarik, testimony dan promo-promo yang
dilakukan oleh penjual, juga meningkatkan
resiko dan motivasi pelaku tindak kejahatan
untuk melakukan kejahatan penipuan berkedok
jual beli online.
SARAN
Buku :
JURNAL :