Anda di halaman 1dari 9

STUDI TERHADAP EMPAT ORANG KORBAN PENIPUAN BERKEDOK LAPAK ONLINE DI KOTA

PEKANBARU
 
Jodi Aldian 1 , Abdul Munir 2, 

ABSTRAK
1
Jodi Aldian, Mahasiswa Penipuan online terhitung sejak September 2020, berada diposisi kedua teratas.
Program Studi Kriminologi, Sekitar 28,7% kejahatan siber berasal dari kategori tersebut. Sejak 2016 hingga
177510774, September 2020, sebanyak 7047 kasus penipuan online dilaporkan.Apabila dirata-
Jodialdian2@gmail.com rata, maka terdapat 1409 kasus penipuan online setiap tahunnya.Penipuan online
marak terjadi melalui media sosial khususnya Instagram. Di wilayah hukum
kepolisian resor kota Pekanbaru, dimana selama rentan waktu 2017 telah terjadi 98
Abdul Munir, S.Sos,. M.Krim,
2
kasus perbuatan tindak pidana penipuan online dikota Pekanbaru. Penipuan
Dosen Prodi Kriminologi, berkedok lapak online sendiri di kota Pekanbaru, telah tercatat 11 kasus terhitung
Munir@soc.uir.id sejak tahun 2019. Penipuan yang berkedok bisnis online dapat tersamar dengan
baik, bahkan orang yang sering bermain internet tidak sadar bahwa dia sedang
tertipu. Penelitian dilakukan di kota Pekanbaru. Narasumber dalam penelitian ini
merupakan empat orang yang pernah menjadi korban tindak penipuan berkedok
lapak online melalui media sosial Instagram. Yang menjadi penyebab utama
keempat narasumber menjadi korban adalah kurangnya ketelitian dan
kewaspadaan dalam melakukan proses transaksi.

Kata Kunci : Instagram; Lapak Online; Penipuan.

ABSTRACT

Online deceptions as of September 2020, is in the top two positions. 28.7% of


cybercrimes came from that category. From 2016 to September 2020, a total of
7047 online cases were reported. On average, there are 1409 cases of deception
every year. The rise of online deception occurs through social media, especially
Instagram. In the jurisdiction of the Pekanbaru city police resort, where during
the span of 2017 there have been 98 cases of online deceptions in the Pekanbaru
city. Deception under the guise of online store in Pekanbaru city itself, 11 incidents
have been recorded since 2019. Deception under the guise of online store can be
disguised well, even people who often use the internet are not aware that they
have been deceived. The research was conducted in thePekanbaru city. The
informants in this studywere four people who had been victims of deception under
the guise of online store through Instagram. The main cause of the four
informants to become victims was the lack of thoroughness during the transaction
process.

Keyword: Deception; Instagram; Online Store.


PENDAHULUAN tersebut. Sejak 2016 hingga September 2020,
sebanyak 7047 kasus penipuan online
Di Indonesia, online shop mulai muncul dilaporkan. Apabila dirata-rata, maka terdapat
sekitar tahun 2000an, dan sekarang online shop 1409 kasus penipuan online setiap tahunnya.
sudah menjamur sudah ada dimana mana. Penipuan online marak terjadi melalui media
Apalagi dengan adanya dukungan media sosial, sosial khususnya Instagram.
seperti facebook, twitter, Instagram, yang dapat (sumber:https://databoks.katadata.co.id/).
sangat berguna untuk mempromosikan produk
yang ingin dijual atau dibeli. Media sosial inilah Di wilayah hukum kepolisian resor kota
merupakan salah satu media yang membuat Pekanbaru, selama rentan waktu 2017 telah
berbelanja online semakin mudah terjadi. terjadi 98 kasus perbuatan tindak pidana
penipuan online dikota Pekanbaru. Ada banyak
Belanja secara online atau daring sudah modus penipuan di dunia maya, mulai dari
menjadi bagian dari masyarakat modern, karena tokoonline hingga penawaran bisnisonline.
menawarkan kemudahan dalam bertransaksi. Penipuan yang berkedok bisnis online dapat
Bahkan hal ini sudah menjadi keniscayaan. tersamar dengan baik, bahkan orang yang sering
Sudah banyak situs dan aplikasi belanja online bermain internet tidak sadar bahwa dia sedang
yang dapat dioperasikan bahkan melalui telepon tertipu.
seluler. Selain itu media sosial juga banyak
digunakan dalam melakukan kegiatan transaksi Bisnis secara online memang
jual beli. mempermudah para pelaku dalam melakukan
aksinya, karena mereka tidak bertemu secara
Saat ini online shop tengah digandrungi langsung dengan calon korban nya. Yang dalam
masyarakat. Online shop atau belanja online hal ini menawarkan berbagai macam barang
lewat internet merupakan suatu proses atau produk yang akan dijual dengan harga
pembelian barang atau jasa dari mereka yang dibawah rata-rata, dimana ini membuka
menjual melalui internet. Cuma perlu terhubung kesempatan yang lebih besar bagi para pelaku
dengan internet` untuk melakukan transaksi jual penipuan untuk mendapatkan keuntungan.
beli secara online. Apalagi dengan adanya
kemajuan teknologi seperti saat ini yang bisa Kini banyak masyarakat yang aktif
digunakan untuk mengakses internet dimana berbelanja di online shop melalui media sosial
saja dan kapan saja. Instagram. Hal ini memberikan kesempatan
kepada pelaku penipuan dengan membuat
Disamping kemajuan dari dampak positif modus baru yaitu penipuan berkedok lapak
perkembangan teknologi, juga pasti diiringi oleh online. Penipuan tersebut menggunakan modus
munculnya dampak negatif, salah satunya operandi berupa penjualan berbagai macam
adalah Cyber crime. Cyber crime. Kriminalitas barang yang menggiurkan bagi calon pembeli
dalam internet atau cyber crime pada dasarnya karena harganya yang begitu murah dan jauh
adalah suatu tindak pidana yang berkaitan dari harga aslinya. Hal inilah yang menimbulkan
dengan cyber space, baik yang menyerang viktimisasi dalam penipuan berkedok lapak
fasilitas umum didalam cyber space ataupun online.
kepemilikan pribadi.
RUMUSAN MASALAH
Eksistensi dan perkembangan teknologi
selain bermanfaat bagi kehidupan manusia, juga Mengacu pada latar belakang
memunculkan kejahatan dengan modus permasalahan diatas,Kini banyak masyarakat
mutakhir. Penipuan online memiliki yang aktif berbelanja di online shop melalui
karakteristik khusus yang berbeda dengan media sosial Instagram. Hal ini memberikan
penipuan konvensional. Selain kekhususannya kesempatan kepada pelaku penipuan dengan
terletak pada media yang digunakan, penipuan membuat modus baru yaitu penipuan berkedok
online tergolong sebagai faceless crime. Para lapak online. Penipuan tersebut menggunakan
pihak yang melakukan transaksi tidak pernah modus operandi berupa penjualan berbagai
bertemu tatap muka. macam barang yang menggiurkan bagi calon
pembeli karena harganya yang begitu murah
Penipuan online merupakan salah satu dan jauh dari harga aslinya. Hal inilah yang
tindak kejahatan yang banyak dilaporkan sejak menimbulkan viktimisasi dalam penipuan
januari hingga September 2020. Penipuan berkedok lapak online.. Maka peneliti
online berada diposisi kedua teratas. Sekitar merumuskan permasalahan penelitian di atas
28,7% kejahatan siber berasal dari kategori sebagai suatu permasalahan yang mendorong
peneliti untuk melihatapa faktor penyebab Secara umum, kejahatan komputer atau
terhadap empat orang menjadi korban penipuan cyber crime merupakan upaya untuk memasuki
berkedok lapak online di kota Pekanbaru. atau menggunakan fasilitas komputer atau
jaringan komputer tanpa izin dan secara illegal
KERANGKA KONSEPTUAL yang menyebabkan perubahan kerusakan pada
fasilitas komputer yang dimasuki atau
1. Konsep Korban digunakan.Secara etimologis, cyber crime
berasal dari dua kata, yaitu cyber dan
Korban adalah orang, baik individu crime.Menurut kamus Bahasa inggris-indonesia,
maupun kolektif yang mengalami kerugian cyber berarti maya dan crime berari kejahatan
akibat perilaku yang melanggar hokum pidana (Echols, 2003).
yang berlaku disuatu negara (termasuk
peraturan yang melarang penyalahgunaan TEORI AKTIVITAS RUTIN (Routine Activity
kekuasaan ). Korban termasuk mereka yang Theory) & TEORI TERPAAN GAYA HIDUP
belum menjadi korban tindakan internasional, (Lifestyle Exposure Theory)
meskipun tidak melanggar norma hak asasi
manusia yang diakui secara internasional Perubahan dalam pola aktivitas rutin
(Indah, 2014:30). seseorang dapat berpengaruh terhadap dirinya
untuk menjadi korban kejahatan dengan
2. Konsep Penipuan bertemunya tiga unsur utama yaitu :
1. Pelaku yang termotivasi
Penipuan adalah tindakan seseorang 2. Target yang sesuai
dengan tipu muslihat, rangkaian kebohongan, 3. Kurangnya pengamanan dan
nama palsu, dan keadaan palsu dengan maksud pengawasan yang memadai
menguntungkan diri sendiri dengan tiada hak.
Rangkaian kebohongan ialah susunan kalimat- Menurut premis dari aktifitas adalah
kalimat bohong yang tersusun sedemikian rupa keseharian dari warga masyarakat dapat
yang merupakan cerita sesuatu yang seakan- menjelaskan pola-pola viktimisasi.Kerentanan
akan benar (Sugandhi, 1980:396). seseorang dalam menjadi korban berada pada
aktivitas rutin sehari-hari.Tidak hanya di dunia
3. Konsep Lapak Online (Online Shop) nyata, rutinitas seseorang di dunia maya juga
bisa membuat dia menjadi korban kejahatan
online shop merupakan proses pembelian salah satunya penipuan berkedok lapak online.
barang/jasa oleh konsumen ke penjual realtime,
tanpa pelayanan, dan melalui internet. Toko Teori aktivitas rutin juga didukung oleh
virtual ini mengubah paradigma proses membeli Lifestyle Exposure Theory (Teori Terpaan Gaya
barang/jasa dibatasi oleh tembok, pengecer, Hidup) yang dikemukakan oleh Hindelang,
atau mall .Maksutnya, tidak perlu harus bertemu Gottfredson dan Garofalo dalam buku mereka
penjual/pembeli secara langsung, tidak perlu yang berjudul Victims of Personal Crime: An
menemukan wujud pasar secara fisik, namun Empirical Foundation for a Theory of personal
hanya dengan menghadap layar monitor Victimization pada tahun 1978. Dalam buku
komputer, dengan koneksi internet tersambung, tersebut dijelaskan bahwa karakteristik
kita dapat melakukan transaksi jual/beli secara demografis tertentu membuat individu memiliki
cepat dan nyaman (Irwantoko, 2012). gaya hidup yang berbeda-beda.

4. Konsep Modus Operandi Menurut penelitian Hindelang dkk


(1978), karakteristik demografis (seperti umur,
Modus operandi dalam lingkup kejahatan jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan lain-
yaitu operasi cara atau teknik yang berciri lain) menyebabkan individu berubah dan
khusus dari seorang penjahat dalam melakukan membatasi sikap serta perilaku mereka
perbuatan jahatnya. Modus operandi berasal berdasarkan ekspektasi lingkungannya.Hal ini
dari Bahasa latin, artinya prosedur atau cara juga memungkinkan individu untuk mencapai
bergerak atau berbuat sesuatu. Pengertian tingkat dimana mereka harus bertindak dan
modus operandi adalah teknik cara-cara beradaptasi agar dapat diterima secara sosial
beroperasi yang dipakai oleh penjahat dan hukum. Adaptasi disini mengacu pada
(Mardodo, 2015:9) kemampuan, kepribadian, kepercayaan, dan
perilaku individu dalam menentukan gaya hidup
5. Konsep Cyber Crime seseorang (Mustofa, 2010:54)
METODE PENELITIAN menjadi trend ini, merupakan salah satu wujud
dari perkembangan teknologi.
Tipe penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tipe deskriptif dengan Korban yang melakukan transaksi jual
metode penelitian kualitatif.Adapun teknik beli online tidak menyadari dengan kebiasaan
pengumpulan data yang digunakan dalam baru jual beli secara online ini menjadikan
penelitian ini adalah wawancara dan mereka rentan menjadi korban tindak penipuan
dokumentasi. berkedok lapak online. Hal ini sejalan dengan
hasil wawancara bersama ke Empat narasumber
Data yang telah diperoleh baik data dalam penelitian ini, bahwa ke empat
primer maupun data sekunder kemudian akan narasumber tergolong baru mengenal transaksi
diolah dan dilakukan analisis untuk jual beli online. Jual beli online dirasa lebih
menghasilkan sebuah kesimpulan.Dalam mudah karena bisa dilakukan di manapun,
penelitian ini, dilakukan wawancara kepada namun ketiga narasumber tidak menyadari
empat orang korban, pihak kepolisian dan kebiasaan baru yang narasumber lakukan
DisKominfo yang berkaitan dengan menjadikan narasumber lebih rentan menjadi
permasalahan penipuan berkedok lapak online korban tindak penipuan jual beli berkedok lapak
yang diangkat oleh penulis. Wawancara tersebut online.
dilakukan guna memperoleh jawaban atas “eee pertama tu saya mau membeli
pertanyaan-pertanyaan yang dalam hal ini baju gitukan, sweeter gitu, saya
menjadi pokok permasalahan dan tujuan dari direkomendasikan sama temen saya di
penelitian ini. Adapun narasumber dalam Instagram, jadi saya liat-liat eee bagus dia
penelitian ini sebagai berikut: terus saya chat di WA, dari dm instgram
pindah ke whatsapp, setelah itu saya pesan
Tabel 1.1 Identitas Narasumber malam dan saya transfer uang malam itu
No. Nama Pekerjaan Keterangan juga untuk satu baju kan, terus setelah itu
(Inisial) udah selesai saya transfer.”
“ temen saya itu juga belum pernah
1. ST Mahasiswi Korban belanja disitu siih”

2. NA Mahasiswi Korban Korban tidak peka terhadap kejahatan-


kejahatan yang terjadi di media sosial salah
3. FM Mahasiswi Korban satunya penipuan pada transaksi jual beli online
ini, sehingga korban tidak memiliki pengetahuan
4. NS Mahasiswi Korban dan kurangnya rasa ingin mencari tahu tentang
apa-apa saja hal yang harus diperhatikan
5. SH Panit Reskrim Informen sebelum melakukan transaksi jual beli online di
IV Judisila media sosial yang sudah jelas jauh berbeda
6. MD DisKominfo Informen dibandingkan belanja di ecommerce seperti
Shopee yang lebih terjamin keamanannya.

“seratus ribu dapat tiga pasang baju


HASIL PENELITIAN
gitu kan, jadi saya liat bajunya bagus-bagus,
dia bilang ini import dari korea.”
Dari hasil wawancara yang dilakukan
“jadi saya ngambilnya enam pcs baju
dengan keempat korban, penulis memperoleh
gitu, terus dia bilang enam pcs baju itu
hasil yang berkaitan dengan faktor penyebab
dapat free satu pasang baju lagi sama tas
empat orang menjadi korban penipuan
sama sepatu lagi, jadi makin seneng lagi
berkedok lapak online.
dengernya kan karna murah terus dapet
bonus lagi gitu.”“setelah itu langsung saya
Berawal dari fenomena belanja online
pesan, terus dia bilang kalo bisa uangnya
sebagai sebuah kebiasaan baru, dimana aktivitas
dikirim hari ini ya biar bisa langsung
belanja yang biasanya dilakukan secara
dikirim hari itu juga.”
langsung berubah menjadi online, kegiatan jual
beli online dilakukan melalui sosial media atau
Korban juga tidak mengetahui tentang
E-commerce hanya berdasarkan gambar tanpa
modus-modus penipuan pada transaksi jual beli
bertemu langsung atau berinteraksi langsung
ini, salah satunya yaitu harga yang lebih murah
antara penjual dan pembeli dengan barang yang
dari harga yang ada di pasaran. Korban kurang
di perjual belikan. Kebiasaan baru yang telah
waspada dan teliti dalam berbelanja secara
online dan juga korban tidak ada rasa curiga
sedikit pun terhadap harga barang yang Bagi kejahatan penipuan berkedok lapak
ditawarkan. Lemahnya kontrol diri pada korban online ini, peluang untuk melakukan sebuah
sehingga terlalu mudah terpengaruh pada harga kejahatan sangat terbuka karena kejahatan
murah yang mana itu merupakan salah satu dari tersebut tidak dibatasi waktu dan lokasi
modus yang digunakan untuk melakukan tindak tertentu. Saat ini media sosial dan jual beli
penipuan pada transaksi jual beli online. online dapat di akses dimanapun dan kapanpun,
narasumber dalam penelitian ini yang
penulis juga mewawancarai unit Reskrim merupakan korban penipuan berkedok lapak
Polresta Pekanbaru yaitu bapak Aiptu S. online, merupakan pengguna aktif media sosial
Hutabarat yang menjabat sebagai Panit IV dan sering berbelanja online melalui Online Shop
Reskrim bidang Judisila selaku informen yang ataupun E-commerce karena dianggap lebih
mengetahui secara langsung tentang penipuan praktis dan menghemat waktu dan tenaga.
jual beli online ini.
Lifestyle Exposure Theory menjelaskan
”Faktor penyebab yaa, ya ituu fenomena belanja online sebagai sebuah
masyarakat, ya kita-kita ini yang kebiasaan baru, dimana aktivitas belanja yang
menggunakan media sosial ini ya harus biasanya dilakukan secara langsung berubah
lebih pintar-pintar lah, maksudnya lebih menjadi online, kegiatan jual beli online
teliti gitu, lebih waspada laah, karna yaa dilakukan melalui sosial media atau E-
hal-hal yang ada di media sosial ini itu ya commerce hanya berdasarkan gambar tanpa
namanya dunia maya ya itu semua belum bertemu langsung atau berinteraksi langsung
ada terawasi dengan penuh, bisa dibilang antara penjual dan pembeli dengan barang yang
untuk hal-hal seperti kejahatan penipuan di perjual belikan. Kebiasaan baru yang telah
dan lainnya itu lebih rentan atau lebih menjadi trend ini, merupakan salah satu wujud
mudah itu terjadi di dunia maya sekarang dari perkembangan teknologi.
ini, yak arena itu tadi belum ada penjaga,
belum ada pengaman yang memadai.” Menurut teori Lifestyle Exposure Theory,
individu yang melakukan transaksi jual beli
Kontrol terhadap diri sendiri dan online tidak menyadari dengan kebiasaan baru
pengetahuan dan wawasan tentang apa itu jual beli secara online ini menjadikan mereka
media sosial, apa-apa saja yang terjadi di media rentan menjadi korban tindak penipuan
sosial, dampak positif dan negatif menggunakan berkedok lapak online. Hal ini sejalan dengan
media sosial adalah hal yang sangat penting agar hasil wawancara bersama ke Tiga narasumber
terhindar dari kejahatan-kejahatan yang ada di dalam penelitian ini, bahwa ke tiga narasumber
media sosial itu sendiri. Harus lebih teliti dan tergolong baru mengenal transaksi jual beli
juga tetap waspada pada kemungkinan terburuk online. Jual beli online dirasa lebih mudah
yang dapat terjadi pada diri sendiri pada saat karena bisa dilakukan di manapun, namun
menggunakan media sosial. ketiga narasumber tidak menyadari kebiasaan
baru yang narasumber lakukan menjadikan
PEMBAHASAN narasumber lebih rentan menjadi korban tindak
penipuan jual beli berkedok lapak online.
Penelitian ini berfokus kepada apa faktor
penyebab terhadap empat orang menjadi Teori aktivitas rutin menjelaskan secara
korban penipuan berkedok lapak online. Dari tidak langsung kerentanan seseorang dalam
hasil wawancara yang dilakukan bersama menjadi korban berada pada aktivitas rutin
empat orang key informan diketahui bahwa sehari-hari. Tidak hanya di dunia nyata, rutinitas
keempat key informan menjadi korban penipuan seseorang di dunia maya juga bisa membuat dia
berkedok lapak online melalui media sosial menjadi korban kejahatan salah satunya
Instagram. penipuan berkedok lapak online.

Dalam penelitian ini menggunakan teori Teori aktivitas rutin menjelaskan 3 poin
aktivitas rutin. Perspektif teori ini cukup relevan penting yang memperbesar peluang terjadinya
untuk diterapkan pada kejahatan terhadap tindak kejahatan, termasuk dalam kejahatan
benda termasuk dalam kasus permasalahan dari penipuan online yang dibahas dalam penelitian
penelitian ini karena kejahatan itu dapat terjadi ini, yaitu:
selama adanya kesempatan untuk melakukan
kejahatan, kesempatan merupakan sebab suatu
kejahatan itu dapat terjadi.
perlindungan serta pengawasan yang memadai
a. Target yang sesuai (suitable target) menjadi salah satu faktor terjadinya cyber crime.
Dari hasil wawancara bersama Key
Target yang sesuai dapat diartikan sebagai Informan, keempat narasumber tidak melapor
orang yang sesuai atau rentan untuk menjadi ke polisi, hal ini diungkapkan narasumber
korban penipuan berkedok lapak online. karena proses pelaporan tindak kejahatan
Kerentanan seseorang untuk menjadi korban penipuan online dinilai tidak mendapat
dapat dilihat dari rutinitas orang tersebut di perhatian khusus. Ditambah lagi narasumber
media sosial. Keempat korban dalam penelitian menganggap bahwa untuk proses pelaporan
ini merupakan pengguna aktif sosial media dan dinilai cukup rumit dan tidak menghasilkan
tergolong aktif melakukan belanja online, solusi apapun.
keseharian korban tidak lepas dari peranan
penggunaan gadget dan media sosial. Tidak adanya keamanan serta
pengawasan yang memadai di dunia maya
Kurangnya kesadaran atau kewaspadaan khususnya di media sosial ini membuat oknum-
ditambah tidak tahunya seseorang mengenai oknum yang tidak bertanggung jawab dapat
apa-apa saja modus yang dilancarkan pelaku melakukan aksi kejahatan nya sesuka hati tanpa
dalam melakukan tindak penipuan lapak online perlu takut ketahuan dan tertangkap salah
itu sendiri membuat dia sangat rentan untuk satunya kejahatan penipuan berkedok lapak
menjadi korban dari penipuan berkedok lapak online ini. Pengguna media sosial dituntut untuk
online itu sendiri. lebih meningkatkan ketelitian dan kewaspadaan
untuk menghindari dirinya menjadi korban
Hal yang menjadi penyebab keempat kejahatan seperti kejahatan penipuan berkedok
korban menjadi korban tindak penipuan lapak online ini.
berkedok lapak online adalah kurangnya
ketelitian sebelum membeli atau melakukan Berdasarakan hasil wawancara bersama
transaksi jual beli online ditambah kurangnya keempat narasumber yang menjadi korban
pemahaman serta pengetahuan mengenai penipuan berkedok lapak online ini, dapat
fenomena penipuan pada transaksi jual beli dilihat bahwa kurangnya kewaspadaan serta
online ini seperti tidak mengetahui modus- tidak adanya pengetahuan mereka mengenai
modus yang dilancarkan pelaku penipuan dalam fenomena penipuan berkedok lapak online ini
menjalankan aksinya. Melalui wawancara yang sehingga mereka dapat menjadi korban dari
dilakukan bersama keempat narasumber dalam kejahatan tersebut.
penelitian ini, dapat diketahui bahwa
narasumber tidak terlebih dahulu mencari info Keempat narasumber terpengaruh
tentang akun online shop tempat mereka dengan apa-apa saja yang ditawarkan oleh
berbelanja. Narasumber mudah percaya pelaku seperti harga barang yang jauh lebih
terhadap foto yang bagus, promo yang murah dibandingkan harga yang ada dipasaran
menggiurkan dan kurang telili memperhatikan dan juga terpengaruh kepada foto barang yang
testimony yang dilampirkan dalam akun online dinilainya sangat menarik, serta keempat
shop. narasumber menaruh kepercayaan kepada
penjual hanya dengan melihat testimony yang
Keseharian narasumber menggunakan terlampir pada halaman Instagram pelaku tanpa
gadget, media sosial dan kurangnya ketelitian mencari tau dulu keaslian dari testimony itu tadi.
sebelum melakukan transaksi jual beli online,
dan mudah tergiur dengan promo yang Peneliti juga melakukan wawancara
ditawarkan dan foto-foto yang bagus membuat dengan Polresta Pekanbaru dan DisKominfo
narasumber rentan menjadi korban tindak kota Pekanbaru, kedua hasil dari wawancara
penipuan jual beli online. yang dilakukan diketahui bahwa pengawasan
dari kominfo dan kepolisian untuk transaksi jual
b. Ketiadaan pengamanan yang memadai beli online dinilai masih kurang, sehingga
(Absence of Capable Guardians) keamanan untuk proses transaksi melalui jual
beli online khususnya Online Shop di media
Setiap aktifitas di media sosial, sama sosial Instagram, masih sangat rentan untuk
halnya seperti di dunia nyata yang juga menjadi wadah tindak penipuan, selain karena
membutuhkan pengawasan dan perlindungan pembeli dan penjual tidak bertemu langsung,
yang berguna untuk mencegah terjadinya tindak juga karena pengamanan dari Pihak yang
kejahatan. Oleh karena itu tidak adanya berwenang masih belum memadai.
Perlunya kerjasama antara kepolisian, Streaming Bigo Live, ditemukan bahwa
pemerintah dan platform media sosial kebebasan dalam pengaksesan media sosial dan
khususnya instagram, untuk lebih mengawasi identitas yang digunakan tidak berdasarkan
proses jual beli online supaya tindak kejahatan data yang valid menjadikan seseorang bebas
penipuan jual beli online tidak terus bertambah. dalam melakukan penyimpangan atau tindak
Selain perlindungan dan pengawasan dari kejahatan. Dan ditemukan adanya indikasi
media sosial, perlu juga adanya kesadaran dan adanya pengaruh yang besar dari gaya hidup
kepekaan dari para pengguna media sosial dalam Cyber Space terhadap resiko seseorang
untuk bisa melihat serta mengawasi fenomena menjadi korban.
cybercrime terkhusus pada tindak penipuan
yang berkedok lapak online yang ada di media Selanjutya dijelaskan bahwa minimnya
sosial. perlindungan dan pengawasan sebagai
pengguna sosial media menjadikan seseorang
Kurangnya kesadaran pengguna media lebih rentan menjadi korban dan memudahkan
sosial tentang ancaman bahaya tindak penipuan timbulnya berbagai penyimpangan atau tindak
berkedok lapak online membuat pengguna kejahatan di sosial media.
media sosial lebih rentan menjadi korban
penipuan. Keempat korban sebelum menjadi Kesempatan dalam tindak penipuan lapak
korban tindak penipuan online, diketahui bahwa online disini dapat diartikan lemahnya
mereka tidak mengetahui banyak tentang penjagaan atau perlindungan serta pengawasan
penipuan online. Ketidaktahuan ini membuat yang dilakukan media sosial terkait. Situasi yang
para korban dan pengguna media sosial rentan mendukung adalah lokasi terjadinya kejahatan
menjadi korban penipuan online. didunia mayadalam pembahasan ini adalah
media sosial. Ketiadaan batas waktu dan lokasi
c. Pelaku yang termotivasi (Motivated menjadi peluang besar seseorang untuk
Offenders) melakukan tindak kejahatan. Setiap orang dapat
mengakses media sosial kapan saja dan dimana
Sama seperti kejahatan lainnya, biasanya saja tanpa ada batasan waktu dan tempat, dan
motivasi pelaku untuk melakukan tindak itu menjadi motivasi pelaku untuk melakukan
kejahatan adalah untuk kepentingan pribadi tindak kejahatannya.
seperti kebutuhan ekonomi, dan juga
kemudahan dalam melakukan aksinya. Hampir Lemahnya pengawasan dan penjagaan
semua kejahatan terjadi dikarenakan adanya serta besarnya peluang calon pembeli
kesempatan dan situasi yang mendukung. terperdaya oleh perbedaan harga, foto yang
menarik dan promo-promo yang diberikan oleh
Proses jual beli online bertujuan untuk penjual, juga meningkatkan resiko dan motivasi
mempermudah transaksi, yang sebelumnya pelaku tindak kejahatan untuk melakukan
dilakukan dengan tatap muka atau secara kejahatan penipuan berkedok jual beli online.
langsung digantikan dengan cara online, dimana
pembeli dan penjual tidak lagi bertemu untuk KESIMPULAN
menukar barang dengan uang. Proses ini
mengandalkan promosi di media sosial dengan Berdasarkan hasil penelitian yang telah
promo harga murah, foto produk yang bagus dilakukan dengan keempat narasumber, peneliti
dan berbagai usaha promosi lainnya. dapat menarik kesimpulan bahwa kurangnya
kesadaran atau kewaspadaan ditambah tidak
Hal ini membuat para pembeli tidak tahunya seseorang mengenai apa-apa saja
dapat langsung melihat barang yang akan dibeli, modus yang dilancarkan pelaku dalam
sehingga mudah terpengaruh dengan foto dan melakukan tindak penipuan lapak online,
promo yang diberikan oleh penjual. Proses jual membuat seseorang sangat rentan untuk
beli online ini mempermudah tindak kejahatan menjadi korban dari penipuan berkedok lapak
penipuan jual beli online terjadi, dimana online.Keseharian narasumber menggunakan
pembeli dan penjual tidak bertemu secara gadget, media sosial dan kurangnya ketelitian
langsung, sehingga meningkatkan keinginan sebelum melakukan transaksi jual beli online,
pelaku untuk melakukan tindak kejahatan. dan mudah tergiur dengan promo yang
ditawarkan dan foto-foto yang bagus membuat
Dalam jurnal penelitian Munir & narasumber rentan menjadi korban tindak
Haryanto (2019) yang membahas tema Realitas penipuan jual beli online.Kurangnya kesadaran
Penyimpangan Sosial Dalam Konteks Cyber pengguna media sosial tentang ancaman bahaya
Sexual Harrasment Pada Jejaring Sosial Live tindak penipuan berkedok lapak online
membuat pengguna media sosial menjadi lebih • Untuk lebih peduli dan saling
rentan menjadi korban penipuan. mengingatkan ke keluarga, teman,
serta ke sesama pengguna media
Aktivitas jual beli online sebagai gaya sosial terhadap kejahatan penipuan
hidup baru yang muncul dalam perkembangan yang dapat terjadi di media sosial.
terknologi, menjadikan seseorang lebih rentan
menjadi korban tindak penipuan berkedok 2. Saran Untuk Korban Penipuan
lapak online. Perlunya kerjasama antara Berkedok Lapak Online
kepolisian, pemerintah dan platform media • Untuk para korban tindak penipuan
sosial khususnya Instagram, untuk lebih berkedok lapak online ini, agar
mengawasi proses jual beli online di media menjadikan kejadian ini sebagai
sosial supaya tindak kejahatan penipuan jual pelajaran dan lebih berhati-hati lagi
beli online tidak terus bertambah. Selain untuk berbelanja di media sosial.
perlindungan dan pengawasan dari media • Bagi korban yang tidak melaporkan
sosial, perlu juga adanya kesadaran dan kejadian nya ke pihak kepolisian agar
kepekaan dari para pengguna media sosial lebih pro aktif lagi dan membuat
untuk bisa melihat serta mengawasi fenomena laporan supaya tindak kejahatan ini
cybercrime terkhusus pada tindak penipuan dapat ditindak dan diberantas.
yang berkedok lapak-lapak online yang ada di
media sosial Instagram. 3. Saran Bagi Penegak Hukum
Ketiadaan batas waktu dan lokasi dapat • Untuk lebih memperhatikan tindak
menjadi peluang besar seseorang untuk kejahatan yang ada di media sosial
melakukan tindak kejahatan, setiap orang dapat khususnya tindak kejahatan penipuan
mengakses media sosial kapan saja dan dimana berkedok lapak online.
saja tanpa ada batasan waktu dan tempat, dan • Memberikan layanan yang dapat
itu menjadi motivasi pelaku untuk melakukan menampung pengaduan tentang
tindak kejahatannya. tindak kejahatan di media sosial.
Lemahnya pengawasan dan penjagaan • Memperketat pengawasan terhadap
serta besarnya peluang calon pembeli aktivitas di media sosial
terperdaya oleh perbedaan harga, foto yang
menarik, testimony dan promo-promo yang
dilakukan oleh penjual, juga meningkatkan
resiko dan motivasi pelaku tindak kejahatan
untuk melakukan kejahatan penipuan berkedok
jual beli online.

SARAN

Dari hasil turun lapangan dan deskripsi


yang dihasilkan dari data yang terlihat, ada
beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan,
diantaranya :

1. Saran Bagi Pengguna Media Sosial


• Diharapkan para pengguna media
sosial, agar lebih waspada dan lebih
teliti dalam menggunakan media
sosial.

• Agar lebih teliti sebelum melakukan


transaksi jual beli online untuk
menghindari tindakan penipuan jual
beli online.

• Untuk lebih peka dan mengetahui


tentang apa saja modus-modus
penipuan bekedok lapak online.
DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Alam, A.S. & Amir Ilyas. 2010. Pengantar


Kriminologi, Makasar: Pustaka
Refleksi
Dermawan, Kemal, M. 2014. Strategi
Pencegahan Kejahatan. Bandung:
Citra Aditya Bhakti.
Barda, Nawawi Arief. 2011. Bunga Rampai
Kebijakan Hukum Pidana
(Perkembangan Penyusunan Konsep
KUHP Baru). Ed. 2, Cet. 3. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Iskandar. 2009. Metode Penelitian Kualitatif.
Jakarta : Gaung Persada
Waluyo. (2011). Viktimologi Perlindungan
Korban Dan Saksi, Sinar Grafika,
Jakarta,
Yulia. Rena. 2010. Viktimologi (Perlindungan
Hukum Terhadap Korban
Kejahatan). Yogyakarta: Graha Ilmu.

JURNAL :

Munir, A. Haryanto, R. 2019. Realita


Penyimpangan Sosial Dalam Konteks
Cyber sexual Harrasment Pada Jejaring
Sosial Live Streaming Bigo Live.Vol.5
No.01: Sisi Lain Realita

Anda mungkin juga menyukai