Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Gangguan pendengaran sensorineural frekuensi tinggi dan fungsi sel rambut

luar koklea merupakan salah satu manisfestasi klinis ototoksik setelah pemberian

cisplatin (Oun, Moussa & Wheate, 2018). Ototoksisitas merupakan keadaan

dimana terjadi kerusakan pada koklea ataupun apparatus vestibularis yang

diakibatkan oleh paparan bahan kimia termasuk obat (Chang, 2014). Pemberian

cisplatin dosis tinggi 100-120 mg/m2 luas permukaan tubuh dapat menyebabkan

gangguan pendengaran sensorineural yang bersifat progresif, ireversibel, bilateral

dimulai pada frekuensi 8000 Hz. Gangguan pendengaran dapat terjadi pada

frekuensi yang lebih rendah jika terapi dilanjutkan. Salah satu penyebab tingkat

keparahan gangguan pendengaran dipengaruhi dosis kumulatif cisplatin

(Sivasankari & Subramanian, 2018).

Penelitian di Tamil Nadu India tahun 2018 melaporkan penderita karsinoma

nasofaring yang mengalami gangguan pendengaran akibat penggunaan cisplatin

sebesar 63 % dan tidak mengalami penurunan pendengaran sebesar 37%.

Pemeriksaan audiogram dilakukan setelah pemberian kemoterapi seri 3 dan seri 6

pemberian kemoterapi (Sivasankari & Subramanian, 2018). Penelitian lain di India

melaporkan gangguan pendengaran setelah pemberian cisplatin terjadi pada

frekuensi 4000 Hz hingga 6000 Hz sebanyak 22% penderita dan pada frekuensi

lebih dari 8000 Hz sebanyak 71% penderita ( Kalyanam, et al., 2018).

Cisplatin atau Cis-diamminedichloroplatinum II (CDDP II) dengan rumus

kimia cis-[Pt(II)(NH(3))(2)Cl(2)]([PtCl 2 (NH 3 ) 2 ] merupakan logam berat sebagai

1
2

alkylating agent dan sitotoksik sensitif terhadap radioterapi pada pengobatan

karsinoma nasofaring. Cisplatin telah banyak digunakan pada keganasan kepala

leher baik sebagai kemoterapi tunggal maupun kombinasi dengan regimen

kemoterapi lain. Kemoterapi cisplatin juga dapat diberikan bersamaan dengan

radioterapi (Gourin & Forastiere, 2014; Guo, et al., 2015). Cisplatin merusak sel

rambut luar koklea secara progresif dari basis ke apeks sehingga gangguan

pendengaran sensorineural terjadi pada frekuensi tinggi. Ototoksik terjadi melalui

mekanisme nekrosis, apoptosis, atau kombinasi keduanya. Cisplatin menyebabkan

peningkatan reactive oksigen species (ROS) yang akan memicu terjadinya

apoptosis. Apoptosis menyebabkan kematian pada sel rambut luar koklea sehingga

terjadi gangguan pendengaran sensorineural (Sivasankari & Subramanian, 2018).

Ototoksisitas akibat cisplatin tidak terbatas pada sel rambut luar koklea namun

dapat terjadi atrofi stria vaskularis, kolaps membran Reisner dan degenerasi

ganglion spiralis (Gourin & Forastiere, 2014). Beberapa efek samping pemberian

cisplatin dapat berupa ototoksik, hepatotoksik, anafilaksis, sitopenia, mual, muntah,

diare, nyeri, anoreksia (Guo, et al., 2015).

Karsinoma nasofaring (KNF) adalah suatu keganasan yang berasal dari

jaringan limfoepitelial nasofaring (Wei & Chua, 2014). Karsinoma nasofaring

merupakan jenis tumor yang sensitif terhadap kemoterapi dan radioterapi.

Radioterapi merupakan terapi utama terhadap karsinoma nasofaring namun

kemoterapi induksi atau neoadjuvant chemotherapy yaitu kemoterapi sebelum

dilakukan radioterapi dapat meningkatkan harapan hidup penderita karsinoma

nasofaring. Salah satu obat yang sering dipakai pada kemoterapi penderita

karsinoma nasofaring adalah cisplatin (Lv, et al., 2017). Penelitian di Propinsi


3

Guangdong melaporkan karsinoma nasofaring dengan insiden tertinggi pada

populasi Kanton sebesar 22,2-22,7 per 100.000 penduduk pada pria dan 9,8-11,1

per 100.000 pada wanita (Lv, et al., 2017). Karsinoma nasofaring di Indonesia

menduduki urutan pertama pada keganasan kepala leher. Penelitian di Indonesia

melaporkan kejadian KNF sebesar 6,2 per 100.000 penduduk dan 13.000 kasus baru

KNF setiap tahun (Adham, et al., 2012). Jumlah kasus baru karsinoma nasofaring

pada tahun 2018 di RSUD Dr. Soetomo sebanyak 159 penderita (EMR, 2018).

Pemeriksaan pendengaran untuk mendeteksi pengaruh cisplatin terhadap

pendengaran senosorineural dan fungsi sel rambut luar koklea menggunakan

audiometri nada murni (ANM) dan distortion product otoacoustic emission

(DPOAE). Derajat gangguan pendengaran ditentukan dengan menghitung ambang

dengar hantaran udara (AC ) pada pemeriksaan audiometri nada murni. Distortion

product otoacoustic emission dapat mengevaluasi respon koklea pada frekuensi

tinggi yang merupakan frekuensi sensitif untuk mendeteksi ototoksisitas (Yu, et al.,

2014). Pengaruh cisplatin terhadap gangguan pendengaran sensorineural dan

fungsi sel rambut luar koklea pada penderita karsinoma nasofaring di lingkup

Departemen/SMF Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas

Airlangga RSUD Dr. Soetomo Surabaya hingga saat ini belum jelas diketahui.

Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh

cisplatin terhadap gangguan pendengaran sensorineural frekuensi tinggi dan fungsi

sel rambut luar koklea pada penderita karsinoma nasofaring. Hasil penelitian

diharapkan dapat digunakan sebagai skrining dan diagnosis pada penderita yang

terpajan obat ototoksis serta acuan edukasi kepada penderita karsinoma nasofaring
4

dan keluarga dalam pemeriksaan pendengaran untuk monitoring pemakaian

cisplatin.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat pengaruh cisplatin terhadap gangguan pendengaran

sensorineural dan gangguan fungsi sel rambut luar koklea pada penderita karsinoma

nasofaring?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk membuktikan terdapat pengaruh cisplatin terhadap gangguan

pendengaran sensorineural dan fungsi sel rambut luar koklea pada penderita

karsinoma nasofaring.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Menilai gangguan pendengaran sensorineural dan fungsi sel rambut

luar koklea sebelum kemoterapi cisplatin pada penderita karsinoma

nasofaring.

2. Menilai gangguan pendengaran sensorineural dan fungsi sel rambut

luar koklea setelah kemoterapi cisplatin seri 3 pada penderita karsinoma

nasofaring.

3. Menganalisis perubahan hasil pemeriksaan gangguan pendengaran

sensorineural dan fungsi sel rambut luar koklea terhadap cisplatin pada

penderita karsinoma nasofaring.


5

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

1. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah penjelasan tentang

pengaruh cisplatin terhadap gangguan pendengaran sensorineural dan

gangguan fungsi sel rambut luar koklea pada penderita karsinoma

nasofaring.

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan penelitian

selanjutnya.

1.4.2 Manfaat praktis

1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan

(rekomendasi) untuk pemeriksaan audiometri nada murni dan distortion

product otoacoustic emission sebelum dan setelah kemoterapi cisplatin

pada penderita karsinoma nasofaring di Departemen/SMF Ilmu

Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher FK

UNAIR/RSUD Dr Soetomo Surabaya sehingga progresivitas penurunan

pendengaran dapat dilakukan diagnosis lebih dini.

2. Deteksi dini penurunan pendengaran dapat dilakukan lebih awal.

Anda mungkin juga menyukai