Anda di halaman 1dari 5

Nama : Detianti Sri Irawati

NPM : A22220003
Program Studi : Magister Manajemen
UAS Mata Kuliah : Manajemen Investasi dan Portofolio
Dosen : Prof. Mokhamad Anwar, SE., M.Si., Ph.D

1. Teori Capital Assets Pricing Model (CAPM) adalah model yang digunakan untuk menentukan
tingkat pengembalian (required return) dari suatu asset yang merupakan pengembangan teori
portofolio yang dikemukan oleh Markowitz dengan memperkenalkan istilah baru yaitu risiko
sistematik (systematic risk) dan risiko spesifik/risiko tidak sistematik (spesific risk
/unsystematic risk). CAPM dapat disimpulkan sebagai pengembalian kelebihan aset yang
diharapkan sama dengan beta aset kali kelebihan pengembalian yang diharapkan pada
portfolio pasar, dimana beta adalah kovarians pengembalian aset dengan pengembalian
portfolio pasar dibagi oleh varians dari tingkat pengembalian pasar.
Model pengujian :

Dimana:
E(Rs) = Expected Return on a given risky security
Rf = Risk-free rate
E(RM) = Expected return on the stock market as a whole
βs = Stock’s beta, yang dihitung berdasarkan waktu tertentu

Asumsi –asumsi yang digunakan di model CAPM antara lain:


a. Semua investor mempunyai cakrawala waktu satu periode yang sama. Investor
memaksimumkan kekayaannya dengan memaksimalkan utility harapan dalam satu periode
waktu yang sama.
b. Semua investor melakukan pengambilan keputusan investasi berdasarkan pertimbangan
antara nilai tingkat pengembalian ekspektasian dan deviasi standar tingkat pengembalian dari
portfolionya.
c. Semua investor mempunyai harapan yang seragam (homogeneous expectation) terhadap
faktor-faktor input yang digunakan untuk keputusan portfolio. Faktor input yang digunakan
adalah tingkat pengembalian ekspektasian, varian dari tingkat pengembalian dan kovarian
antara tingkat pengembalian sekuritas. Asumsi ini mempunyai implikasi bahwa dengan harga-
harga sekuritas dan tingkat bunga bebas risiko yang tertentu dan dengan menggunakan
inputinput portfolio yang sama, maka setiap investor akan menghasilkan efficient frontier
yang sama pula.
d. Semua investor dapat meminjamkan sejumlah dananya (lending) atau meminjam
(borrowing) sejumlah dana dengan jumlah yang tidak terbatas pada tingkat suku bunga bebas
risiko.
e. Penjualan pendek (short sale) diijinkan. Investor individual dapat menjual pendek
berapapun yang dikehendaki.
f. Semua aktiva dapat dipecah-pecah menjadi bagian yang lebih kecil dengan tidak terbatas.
Ini berarti bahwa dengan nilai yang terkecilpun
investor dapat melakukan investasi dan melakukan transaksi penjualan dan pembelian aktiva
setiap saat dengan harga yang berlaku.
g. Semua aktiva dapat dipasarkan secara likuid sempurna. Semua aktiva dapat dijual dan dibeli
di pasar dengan cepat (likuid) dengan harga yang berlaku.
h. Tidak ada biaya transaksi. Penjualan atau pembelian aktiva tidak dikenai biaya transaksi.
i. Tidak terjadi inflasi.
j. Tidak ada pajak pendapatan pribadi. Karena tidak ada pajak pribadi, maka investor
mempunyai pilihan yang sama untuk mendapatkan dividen atau capital gain.
k. Investor adalah penerima harga (price taker). Investor individual tidak dapat mempengaruhi
harga dari suatu aktiva dengan kegiatan membeli dan menjual aktiva tersebut. Investor secara
keseluruhan bukan secara individual menentukan harga dari aktiva.
l. Pasar modal dalam kondisi ekuilibrium.

2. Teori Arbitrage Pricing Theory (APT) adalah model alternatif untuk menentukan harga saham
yang sepenuhnya berdasarakan konsep arbitrase, sehingga disebut teori penetapan harga
arbitrase (Arbitrage Pricing Theory). Secara sederhana, arbitrase berarti pembelian dan
penjualan saham yang berkarakteristik sama pada pasar yang berbeda. Model yang
dikembangkan oleh Ross (1976) ini muncul berdasarkan ide bahwa dalam pasar keuangan
yang kompetitif, proses arbitrage akan membuat dua aset yang memiliki karakteristik yang
sama (seperti risiko yang sama) akan memberikan ekspektasi return yang sama Proses
arbitrage akan berlangsung ketika dua aset yang memiliki karakter sama, namun ekpektasi
tingkat pengembaliannya berbeda, sehingga memungkinkan untuk membeli aset yang
harganya lebih murah dan menjual aset yang harganya lebih mahal. Akibatnya permintaan
terhadap aset yang lebih murah akan meningkat, sehingga harganya akan meningkat dan
penawaran aset yang lebih mahal juga akan meningkat, sehingga harganya akan turun.
Model Pengujian :

Dimana:
̃ = menyatakan tingkat pengembalian acak dari sekuritas ,
( ) = menyatakan pengembalian yang diharapkan dari sekuritas ,
. =menyatakan kepekaan sekuritas ke- terhadap faktor ke- ,
̃ 1 = menyatakan faktor ke- yang umum bagi pengembalian sekuritas, dan
̃ = menyatakan pengembalian tidak sistematis bagi sekuritas.

Persamaan APT dapat digeneralisasikan ke dalam kondisi di mana terdapat faktor , sehingga
menjadi:

Model ini menyatakan bahawa investor ingin memperoleh kompensasi atas seluruh faktor
yang secara matematis mempengaruhi pengembalian sekuritas.

3. A. Ringkasan:
An Empirical Test of CAPM before and After the Pandemic Outbreak—The Case of American
Stock Market

Latar belakang penelitian


 Studi sebelumnya seringkali menggunakan Model Penetapan Harga Aset Modal
/Capital Asset Pricing Model (CAPM). CAPM adalah satu-satunya faktor yang relevan
mengukur risiko sistematis asset, Namun, dibuktikan bahwa banyak studi empiris
berdasarkan CAPM gagal menunjukkan hubungan yang jelas antara pengembalian
saham dan beta market.
 CAPM memiliki beberapa kekurangan seperti asumsi yang terlalu ketat mengabaikan
risiko non sistematis sehingga terjadikeberpihakan hasil penelitian empiris dan para
ahli tidak dapat memberikan penjelasan yang masuk akal untuk hasil penelitian ini
dengan teori keuangan standar.
 Wabah Covid 19 merupakan ujian berat bagi perekonomian dan keuangan Amerika
sehingga berbagai penelitian dapat membantu investor.

Tujuan penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah untuk membantu investor memiliki pemahaman yang lebih dalam
tentang hubungan antara risiko dan pengembalian pasar saham ketika Pandemi Covid 19

Tinjauan singkat Literatur


 Abdulkarim menguji validitas CAPM dengan metodologi first second pass tradisional
dgn data bulanan 780 saham di NYSE bulan Maret 1992 sd Mei 2012,menemukan
bahwa metode OLS statis menjelaskan premi risiko dengan lebih baik daripada OLS
bergulir
 Arfa dan Andor meneliti uji empiris CAPM di London SE 70 saham dan Budapest SE 17
saham tahun 2004 sd 2016 hasil empiris di LSE tidak mempengaruhi return portofolio
dan di BSE kemampuan interpretasi CAPM tertinggal di belakang pasar modal negara
maju
 Modigliani dkk penelitian di pasar AS dan Eropa menguji keefektifan CAPM dengan
hasil di setiap pasar kecuali Jerman terdapat korelasi Positif antara imbal hasil yang
direalisasikan dengan risiko.
 Basu dan Chawlameneliti 10 Portofolio mencakup 50 saham selama Januari 2003 sd
Februari 2008 menemukan bahwa terdapat korelasi negative antara beta dan excess
return dan residu yang mewakili risiko non sistematis sehingga dapat disimpulkan
CAPM bukan model yang tepat untuk menggambarkan harga Aset
 Ma mencoba menemukan validitas CAPM Hongkong 35 saham perusahaan tahun
2010 sd 2020,dengan hasil Validitas CAPM dihongkong rendah yang artinya bahwa
selain premi risiko pasar excess return saham pasar hongkong secara signifikan
dipengaruhi factor lain

data yang digunakan


menggunakan data sekunder di situs web Kenneth R French, rata-rata harian 49 Portofolio
industry terpilih sebelum dan sesudah Pandemi COvid 19, rata-rata harian 49 Portofolio Pasar
terpilih sebelum dan sesudah Pandemi COvid 19, rata-rata tingkat pengembalian bebas risiko
harian sebelum dan sesudah Pandemi COvid 19. Periode yang digunakan Maret 2020 sd
Agustus 2021 atau 18 bukan

metodeyangdigunakan,
Data diolah dengan statistic deskriptif dan analisis regresi setelah melakukan serangkaian
pengaturan dan pengolahan data di excel.

Dimana:

Hasil penelitian
 Pada Porofolio Industri menemukan keanehan sebagian besar meningkat sampai
batas tertentu dan berubah negative menjadi positif setelah wabah yang tidak sesuai
logika umum bahwa pandemi akan berdampak negative pada pengembalian
portofolio.
 standar deviasi pengembalian harian dari semua portofolio industri telah meningkat
secara signifikan setelah wabah, dan nilai pengembalian minimum menjadi lebih kecil,
sedangkan nilai maksimum pengembalian harian beberapa industri menjadi lebih
besar. Wabah epidemi memang menyebabkan kekacauan di seluruh pasar. Turbulensi
pasar saham ditambah dengan Federal Kombinasi Reserve dari "pemotongan suku
bunga + pelonggaran kuantitatif," kebijakan moneter yang sangat ekspansif ini
dengan mudah mengingatkan pada tsunami keuangan tahun 2008.
 Emas pasar memiliki beberapa kekhasan. Pertama, perdagangan harian volume emas
melebihi $20 triliun. Tidak ada orang atau sindikat bisa mengendalikannya. Kedua,
transaksi emas menyebar kemana-mana dunia, memungkinkan investor untuk
membeli dan menjual di seluruh dunia jam. Ketiga, emas dianggap sebagai surga,
menghargai ketika mata uang kertas goyah dan kehilangan nilainya sebagai hasilnya
dari krisis kredit. Mengingat kekhasan emas ini pasar, tidak mengherankan bahwa itu
adalah satu-satunya industri yang tidak sesuai dengan model CAPM.
 Industri lain telah mengkonfirmasi keefektifan model CAPM baik sebelum dan
sesudah wabah, dan tingkat kesesuaiannya model telah meningkat setelah wabah.
Akhirnya, penulis menemukan bahwa β portofolio telah meningkat di hampir semua
industri

Rekomendasi

Hasil empiris di atas memberikan pencerahan bagi penulis dan dapat digunakan dalam
membantu investor memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang hubungan antara risiko
dan pengembalian pasar saham ketika Pandemi Covid 19. Meskipun data menunjukkan bahwa
merebaknya epidemi memang membawa banyak kejutan ke pasar AS, serangkaian
"pelonggaran kuantitatif + kombinasi pemotongan suku bunga" yang tepat waktu oleh
pemerintah AS berperan dalam merangsang perekonomian. Pasca implementasi kebijakan
tersebut, pasar belum menjadi lebih stabil, dan terus berada dalam kondisi high risk and high
return. Spekulan dapat memanfaatkan volatilitas pasar saham untuk mendapatkan
keuntungan besar, tetapi ledakan harga saham, yang telah dipisahkan dari real ekonomi untuk
waktu yang lama, akan menimbulkan masalah bagi AS. pasar cepat atau lambat.

B. Critical Review

• Model Penetapan Harga Aset Modal /Capital Asset Pricing Model (CAPM). CAPM adalah satu-
satunya faktor yang relevan mengukur risiko sistematis asset, Namun, dibuktikan bahwa
banyak studi empiris berdasarkan CAPM gagal menunjukkan hubungan yang jelas. Salah
satunya pada penelitian ini antara Porofolio Industri menemukan keanehan sebagian besar
meningkat sampai batas tertentu dan berubah negative menjadi positif setelah wabah yang
tidak sesuai logika umum bahwa pandemi akan berdampak negative pada pengembalian
portofolio
• Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai CAPM dalam menguji Saham di Indonesia dengan
menggunakan saat Pandemi COvid dan setelah wabah pandemic karena perekonomian
diseluruh dunia berangsur pulih
• Untuk memiliki investasi yang efisien, investor harus memiliki beberapa alternatif asset yang
dapat menunjang pengurangan resiko.
• Penelitian ini hanya menghitung kinerja saham dengan satu metode saja, yaitu CAPM. Karena
ada Teori APT bisa dibandingkan yang menggunakan pendekatan model lainnya.

Anda mungkin juga menyukai