Anda di halaman 1dari 8

MEDIA PEMBELAJARAN ANAK TUNAGRAHITA

Mata Kuliah Pendidikan Inklisif


Diampu Oleh :
Wina Mustikaati, SPd.,MPd.

disusun oleh :

KELOMPOK 3
Afiyah Lathifah
Neng Wida Qudrotilah
Pelangi Sasi Oktobar
Puji Astuti Firdaus

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


KAMPUS PURWAKARTA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
TAHUN 2018/2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam
jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak normal pada umumnya.
Salah satunya yaitu anak yang mengalami hambatan atau retardasi mental dan biasa
disebut dengan anak tunagrahita. Anak tunagrahita adalah anak yang tidak mampu
beradaptasi dengan lingkungan normal dan membutuhkan layanan, perawatan,
supervisi, kontrol dan dukungan dari pihak luar (Mumpuniarti, 2007: 17). Klasifikasi
anak tunagrahita meliputi anak tunagrahita ringan, sedang dan berat. Hal ini dilakukan
untuk mempermudah dalam memberikan penanganan kepada anak agar mendapatkan
layanan yang sesuai terutama dalam layanan pendidikannya.

B. Rumusan masalah
1. Apakah anak tunagrahita itu?
2. Apakah media pembelajaran itu?
3. Mengapa penggunaan media pembelajaran penting untuk anak tunagrahita ?
4. Apa saja alat atau media pembelajaran anak tunagrahita ?
C. Tujuan
1. Mengetahui tentang anak tunagrahita
2. Mengetahui tentang media pembelajaran
4. Mengetahui pentingnya penggunaan media belajar untuk anak tunagrahita
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian anak berkebutuhan khusus


Tunagrahita adalah keadaaan keterbelakangan mental, keadaan ini dikenal
juga retardasi mental (mental retardation). Anak tunagrahita memiliki IQ di bawah rata-
rata anak normal pada umumnya, sehingga menyebabkan fungsi kecerdasan dan
intelektual mereka terganggu yang menyebabkan permasalahan-permasalahan lainnya
yang muncul pada masa perkembangannya.
Menurut A. Salim Choiri dan Ravik Karsidi (1999: 47), ”Anak tunagrahita adalah anak
dimana perkembangan mental tidak berlangsung secara normal, sehingga sebagai
akibatnya terdapat ketidak mampuan dalam bidang intelektual, kemauan, rasa,
penyesuaian sosial dan sebagainya”. Menurut Tjutju Sutjiati Somantri (1995: 159)
menyatakan bahwa ”Anak tunagrahita atau terbelakang mental merupakan kondisi
dimana perkembangan kecerdasannya mengalami hambatan sehingga tidak mencapai
tahap perkembangan yang optimal”.

B. Klasifikasi Anak Tunagrahita


Potensi dan kemampuan setiap anak berbeda-beda demikian juga dengan anak
tunagrahita, maka untuk kepentingan pendidikannya, pengelompokkan anak tunagrahita
sangat diperlukan. Pengelompokkan itu berdasarkan berat ringannya ketunaan, atas dasar
itu anak tungrahita dapat dikelompokkan.
A. Tunagrahita Ringan atau Debil
Anak tunagrahita ringan pada umumnya tampang atau kondisi fisiknya tidak
berbeda dengan anak normal lainnya, mereka mempunyai IQ antara kisaran 50 s/d
70. Mereka juga termasuk kelompok mampu didik, mereka masih bisa dididik
(diajarkan) membaca, menulis dan berhitung, anak tunagrahita ringan biasanya
bisa menyelesaikan pendidikan setingkat kelas IV SD Umum.
B. Tunagrahita Sedang atau Imbesil
Anak tunagrahita sedang termasuk kelompok latih. Tampang atau kondisi fisiknya
sudah dapat terlihat, tetapi ada sebagian anak tunagrahita yang mempunyai fisik
normal. Kelompok ini mempunyai IQ antara 30 s/d 50. Mereka biasanya
menyelesaikan pendidikan setingkat ke;las II SD Umum.

C. Tunagrahita Berat atau Idiot


Kelompok ini termasuk yang sangat rendah intelegensinya tidak mampu
menerima pendidikan secara akademis. Anak tunagrahita berat termasuk
kelompok mampu rawat, IQ mereka rata-rata 30 kebawah. Dalam kegiatan sehari-
hari mereka membutuhkan bantuan orang lain.

C. Media Pembelajaran
Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala
sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
kemampuan atau ketrampilan pebelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses
belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan,
manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran / pelatihan.
Sedangkan menurut Briggs (1977) media pembelajaran adalah sarana fisik untuk
menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya.
Kemudian menurut National Education Associaton (1969) mengungkapkan bahwa media
pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar,
termasuk teknologi perangkat keras

D. Fungsi dan Kegunaan Media Pembelajaran


Dalam suatu proses belajar mengajar, media pembelajaran merupakan salah satu dari
unsur yang sangat penting posisinya disamping metode mengajar. Menurut Azhar Arsyad
salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang
turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar, yang ditata dan diciptakan
oleh guru.  Sementara itu, Daryanto mengungkapkan bahwa media memiliki fungsi
sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa).
Menurut Arief S. Sadiman dkk. Di dalam bukunya Media Pendidikan mengemukakan
bahwa media pendidikan memiliki kegunaan sebagai berikut:
1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik (dalam bentuk kata-
kata tertulis atau lisan belaka).
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, seperti misalnya:

 Objek yang kecil dapat dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film, atau
gambar.
 Gambar yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dapat dibantu dengan timelapse
atau high-speed photography.
 Kejadian yang atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi.

3. Penggunaan media pendidikan yang tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif
anak didik seperti meningkatkan motivasi belajar, meningkatkan kreativitas, dan
memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.

4. Dengan sifat yang unik dan pengalaman yang berbeda yang dimiliki pada setiap siswa,
tentu guru mengalami kesulitan bila mana semuanya harus diatasi sendiri. Oleh karena itu
masalah ini dapat diatasi dengan menggunakan media pendidikan seperti memberikan
perangsang yang sama, menyamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama.

E. Macam – macam alat media pembelajaran anak tunagrahita


1. Alat assesmen
a. Tes intelegensi
b. Tes intelegensi Stanford Binet
c. Cognitive visual

2. Alat Sensori Visual


a. Gradasi kubus (bentuk-bentuk kubus dengan ukuran yangbervariasi untuk
melatih kemampuan atau pemahaman perbandingan ukuran)
b. Gradasi Balok 1 (bentuk-bentuk balok dengan ukuran yang bervariasi satu
warna)
c. Gradasi balok 2.
d. Silinder 1 ( bentuk silinder untuk melatih motoric mata dan tangan pada usia
dini)
e. Siliner 2
f. Gradasi siliner ( bentuk-bentuk silinder dengan ukuran dan warna yang
bervariasi untuk melatih kemampuan atau pemahaman warna dan ukuran
silinder)
g. Menara segitiga
h. Box shape
i. Multisensory (sensory Integration Room)
j. Puzzle binatang
k. Puzzle kontruksi
l. Puzzle bola
m. Box sortir warna
n. Puzzle set
3. Latihan sensori perabahan
a. Kepiting raba 1 (keeping-keping benda dengan ukuran dan tekstur bervariasi)
b. Kepitingraba 2 / gradasi keeping (keeping-keping benda dengan ukuran dan
tekstur/tingkat kehalusan tinggi)
c. Keeping Raba 3/Gradasi kain berbagi kain dengan tingkat
kekerasan/pakan/serta kain yang bervariasi)
d. Alat Raba/Tactile Footh (melatih kepekaan kaki pada lantai yang dikasakan)
e. Fub and Hand (siluet tangan dan kaki)
f. Tactila (melatih kepekaan perabaan melalui diskriminasi tactual dan visual
4. Sensori Pengecap dan Perasa
a. Gelas rasa (gelas yang berisi cairan/serbuk untuk mengukur tingkat sensitifitas
rasa)
b. Botol aroma (botol berisi cairan/serbuk untuk mengukur tingkat sensitifitas
bau)
c. Tactile Perception (untuk mengukur analisis perabaan)
d. Aesthesiometer (untuk mengukur kemampuan rasa kulit)
5. Latihan Bina Diri
a. Berpakaian (bentuk kancing)
b. Berpakaian (bentuk resleting)
c. Berpakaian (bentuk tali)
d. ADL Training Eduipment
 ADL Training Eduipment Used in Occupational Therapy (untuk
melatih kemampuan mengoperasikan jendela dan pintu
 Dressing Frame Sets (rangkaian pemasangan pakaian, kancing,
resleting, dan taling dikemas dalam satu bingkai)
 Door Lacth Frame Set (untuk melatih kemampuan membuka dan
menutup aneka peralatan yang dilengkapi system penggunci)
 Electro Eduipment Frame Set (untuk melatih kemampuan
menggunakan aneka sakiar dan stop kontak elektronika)

e. alat-alat Mandi

f. Alat-alat merias diri

g. perlengkapan pakaian

h. perlengkapan rumah tangga

i. Alat-alat terampil : pertukangan/kerajinan kayu, pertanian, pertenakan,

perikanan, perkebunan, dan tata boga

j. Alat-alat olahraga

k. Alat-alat kesenian

6. Konsep dan Simbol Bilangan


a. Kepingan pecahan (peraga bentuk lingkarang yang menujukkan bagian benda
yang bernilai pecahan)
b. Balok bilangan (alat mengenal prinsip bilangan basis bilangan satuan)
c. Balok bilangan (alat prinsip bilangan basis bilangan puluhan)
d. Geometri Tiga Dimensi
e. Abacus (alat untuk melatih pemaham konsep bilngan dan nilai tempat satuan,
puluhan, ratusan)
f. Papan bilangan/cukes (untuk melatih kemampuan memahami bilangan dan
dasar-dasar operasi hitung)
g. Tiang bilangan/seguin better (papan bersekat dengan angka puluhan dan nilai
tempat)
h. Kotak bilangan (kotak dilengkapi angka 1 sd 10)
i. Uang asli
7. Kreativitas, daya piker dan konsentrasu
a. Tetris (kotak berisi potongan kayu untuk disusun beraturan sesuai petunjuk
gambar)
b. Box konsentrasi mekanis (alat latih konsentrasi gerak mekanik bentuk kotak)
c. Puzzle konstruksi (puzzle bentuk kontruksi)
d. Rantai bentuk-bentuk bangun
e. Lego/lazi
8. Alat Pengajaran Bahasa
a. Alphabet lowenncase
b. Alphabet fibre box
c. Pias kata
d. Pias kalimat
9. Latihan Perseptual Motor
a. Bak pasir
b. Papan keseimbangan
c. Gradasi papa titian
d. Japing keseimbangan
e. Power rider
BAB III

KESIMPULAN

Mendapatkan pendidikan dan pengajaran adalah hak semua orang yang juga tercantum dalam
tujuan negara Indonesia kita. Hal ini menunjukkan bahwa Anak-anak Berkebutuhan Khusus
(ABK) dalam makalah ini adalah anak tunagrahita ringan juga harus mendapat pendidikan
seperti halnya anak normal lainnya. Tetapi harus dilakukan dengan cara yang sesuai agar
pendidikan dapat tercapai dan juga menjadi salah satu upaya penyembuhan, atau setidaknya
dapat mengurangi kehiperaktifannya. Dalam proses pendidikan harus menggunakan media
pembelajaran yang tepat, karena media pembelajaran dapat mengatasi permasalahan seperti
batas ruang dan waktu. Penggunaan media penting karena anak dapat lebih tertarik dan lebih
mudah memahami segala sesuatu, guru juga lebih mudah menjalankan proses pembelajaran,
khususnya dalam pendidikan anak

Anda mungkin juga menyukai