Anda di halaman 1dari 14

Alat Peraga Dan Media Pembelajaran

ALAT PERAGA DAN MEDIA PEMBELAJARAN


1. Alat peraga

1.1 Pengertian

Yang dimaksud alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik
dalam menyampaikan bahan pendidikan / pengajaran. Alat bantu ini lebih sering disebut alat
peraga karena berfungsi untuk membantu dan meragakan sesuatu dalam proses pendidikan
pengajaran.

Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap
manusia itu diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak indera yang
digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian /
pengetahuan yang diperoleh. Dengan perkataan lain, alat peraga ini dimaksudkan untuk
mengerahkan indera sebanyak mungkin kepada suatu objek sehingga mempermudah
persepsi.

Seseorang atau masyarakat didalam proses pendidikan dapat memperoleh pengalaman


/ pengetahuan melalui berbagai macam alat bantu pendidikan. Tetapi masing-masing alat
mempunyai intensitas yang berbeda-beda dalam membantu persepsi seseorang. Elgar Dale
membagi alat peraga tersebut menjadi 11 macam dan sekaligus menggambarkan tingkat
intensitas tiap-tiap alat tersebut dalam suatu kerucut.

Dari kerucut tersebut dapat dilihat bahwa lapisan yang paling dasar adalah benda asli
dan yang paling atas adalah kata-kata. Hal ini berarti bahwa dalam proses pendidikan, benda
asli mempunyai intensitas yang paling tinggi untuk mempersepsi bahan pendidikan /
pengajaran. Sedangkan penyampaian bahan yang hanya dengan kata-kata sangat kurang
efektif atau intensitasnya paling rendah. Jelas bahwa penggunaan alat peraga adalah salah
satu prinsip proses pendidikan.

Dalam rangka pendidikan kesehatan, masyarakat sebagai konsumer juga dapat


dilibatkan dalam pembuatan alat peraga (alat bantu pendidikan). Untuk ini petugas kesehatan
berperan untuk membimbing dan membina, bukan hanya dalam hal kesehatan mereka sendiri
tetapi juga memotivasi mereka sehingga meneruskan informasi kesehatan kepada anggota
masyarakat yang lain.

Alat peraga akan membantu dalam melakukan penyuluhan, agar pesan-pesan


kesehatan dapat disampaikan lebih jelas dan masyarakat sasaran dapat menerima pesan orang
tersebut dengan dengan jelas dan tetap pula. Dengan alat peraga, orang dapat lebih mengerti
fakta kesehatan yang dianggap rumit sehingga mereka dapat menghargai betapa bernilainya
kesehatan itu bagi kehidupan.

1.2 Faedah Alat Bantu Pendidikan

Secara terperinci, faedah alat peraga antara lain sebagai berikut :

a. Menimbulkan minat sasaran pendidikan.


b. Mencapai sasaran yang lebih banyak.

c. Membantu mengatasi hambatan bahasa.

d. Merangsang sasaran pendidikan untuk melaksanakan pesan-pesan kesehatan.

e. Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan cepat.

f. Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima

kepada orang lain.

g. Mempermudah penyampaian bahan pendidikan / informasi oleh para pendidik /

pelaku pendidikan.

h. Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan. Seperti diuraikan

diatas bahwa pengetahuan yang ada pada seseorang diterima melalui indera.

Menurut penelitian para ahli indera, yang paling banyak menyalurkan

pengetahuan ke dalam otak adalah mata. Kurang lebih 75% sampai 87% dari

pengetahuan manusia diperoleh / disalurkan melalui mata. Sedangkan 13%

sampai 25% lainnya tersalur melalui indera yang lain. Dari sini dapat disimpulkan

bahwa alat-alat visual lebih mempermudah cara penyampaian dan penerimaan

informasi atau bahan pendidikan.

i. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui kemudian lebih mendalami dan

akhirnya memberikan pengertian yang lebih baik. Orang yang melihat sesuatu

yang memang diperlukan akan menimbulkan perhatiaannya. Dan apa yang

dilihat dengan penuh perhatian akan memberikan pengertian baru baginya yang

merupakan pendorong untuk melakukan / memakai sesuatu yang baru tersebut.

j. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh. Didalam menerima sesuatu

yang baru, manusia mempunyai kecenderungan untuk melupakan atau lupa.

Untuk mengatasi hal tersebut, AVA akan membantu menegakkan pengetahuan-

pengetahuan yang telah diterima oleh manusia sehingga apa yang diterima akan
lebih lama tinggal / disimpan didalam ingatan.

1.3 Macam-Macam Alat bantu Pendidikan

Pada garis besarnya, hanya ada 2 macam alat bantu pendidikan (alat peraga) :

1.3.1 Alat Bantu Lihat (Visual Aids)

Alat ini berguna didalam membantu menstimulasi indera mata (penglihatan) pada
waktu terjadinya proses pendidikan. Alat ini ada 2 bentuk :

a. Alat yang diproyeksikan, misalnya slide, film, film strip, dan sebagainya.

b. Alat-alat yang tidak diproyeksikan :

- 2 dimensi, gambar, peta, bagan, dan sebagainya.

- 3 dimensi misal bola dunia, boneka, dan sebagainya.

1.3.2 Alat-Alat Bantu Dengar (Audio Aids)

Ialah alat yang dapat membantu menstimulasi indera pendengar pada waktu proses
penyampaian bahan pendidikan / pengajaran. Misalnya piringan hitam, radio, pita suara, dan
sebagainya.

1.3.3 Alat Bantu Lihat-Dengar

Seperti televisi dan video cassette. Alat-alat bantu pendidikan ini lebih dikenal dengan
Audio Visual Aids (AVA).

Disamping pembagian tersebut, alat peraga juga dapat dibedakan menjadi 2 macam
menurut pembuatannya dan penggunaannya.

a. Alat peraga yang complicated (rumit), seperti film, film strip slide dan sebagainya

yang memerlukan listrik dan proyektor

b. Alat peraga yang sederhana, yang mudah dibuat sendiri dengan bahan-bahan

setempat yang mudah diperoleh, seperti bambu, karton, kaleng bekas, kertas

koran, dan sebagainya. Beberapa contoh alat peraga yang sederhana yang dapat

dipergunakan di berbagai tempat, misalnya :

- Di rumah tangga seperti leaflet, model buku bergambar, benda-benda yang

nyata seperti buah-buahan, sayur-sayuran, dan sebagainya.

- Di kantor-kantor dan sekolah-sekolah, seperti papan tulis, flipchart, poster,


leaflet, buku cerita bergambar, kotak gambar gulung, boneka dan sebagainya.

- Di masyarakat umum, misalnya poster, spanduk, leaflet, fanel graph, boneka

wayang, dan sebagainya.

Ciri-ciri alat peraga kesehatan yang sederhana antara lain :

a. Mudah dibuat

b. Bahan-bahannya dapat diperoleh dari bahan-bahan lokal

c. Mencerminkan kebiasaan, kehidupan dan kepercayaan setempat.

d. Ditulis (digambar) dengan sederhana.

e. Bahasa setempat dan mudah dimengerti oleh masyarakat.

f. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan petugas kesehatan dan masyarakat.

1.3.4 Sasaran yang Dicapai Alat Bantu Pendidikan

Menggunakan alat peraga harus didasari pengetahuan tentang sasaran pendidikan


yang akan dicapai alat peraga tersebut.

a. Individu atau kelompok

b. Kategori-kategori sasaran seperti kelompok umur, pendidikan, pekerjaan, dan

sebagainya.

c. Bahasa yang mereka gunakan

d. Adat-istiadat serta kebiasaan

e. Minat dan perhatian

f. Pengetahuan dan pengalaman mereka tentang pesan yang akan diterima.

Tempat memasang (menggunakan) alat-alat peraga :

a. Didalam keluarga antara lain dalam kesempatan kunjungan rumah, waktu

menolong persalinan, merawat bayi atau menolong orang sakit dan sebagainya.

b. Di masyarakat, misalnya seperti pada waktu perayaan hari-hari besar, arisan-

arisan, pengajaran, dan sebagainya; serta dipasang juga di tempat-tempat

umum yang strategis.


c. Di instansi-instansi, antara lain puskesmas, rumah sakit, kantor-kantor, sekolah-

sekolah, dan sebagainya.

Alat-alat peraga tersebut sedapat mungkin dapat dipergunakan oleh :

a. Petugas-petugas puskesmas / kesehatan

b. Kader kesehatan

c. Guru-guru sekolah dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya.

d. Pamong desa.

1.3.5 Merencanakan dan Menggunakan Alat Peraga

Biasanya kita menggunakan alat peraga sebagai pengganti objek-objek yang nyata
sehingga dapat memberikan pengalaman yang tidak langsung bagi sasaran. Didalam
menggunakan alat peraga untuk memperjelas pesan-pesan yang disampaikan kepada
masyarakat, benda-benda yang sebenarnya mempermudah masyarakat untuk mengerti dan
memahaminya, karena alat peraga seperti ini merupakan benda-benda yang mereka jumpai
sehari-hari.

Oleh karena itu sebelum mempergunakan alat peraga lain sebagai pengganti benda-
benda asli, perlu ditelaah terlebih dahulu apakah penggunaan benda-benda asli
memungkinkan atau tidak. Sebaliknya kalau tidak ada benda-benda asli maka dibuatlah alat
peraga dari benda-benda pengganti.

Sebelum membuat alat peraga kita harus merencanakan dan memilih alat peraga yang
paling tepat untuk digunakan. Untuk itu perlu diperhatikan antara lain hal-hal sebagai berikut
:

1.3.5.1 Tujuan yang Hendak Dicapai

a. Tujuan pendidikan. Tujuan ini dapat untuk :

- Mengubah pengetahuan / pengertian, pendapat dan konsep-konsep.

- Mengubah sikap dan persepsi

- Menanamkan tingkah laku / kebiasaan yang baru

b. Tujuan penggunaan alat peraga

- Sebagai alat bantu dalam latihan / penataran / pendidikan

- Untuk menimbulkan perhatian terhadap sesuatu masalah

- Untuk mengingatkan sesuatu pesan / informasi


- Untuk menjelaskan fakta-fakta, prosedur, tindakan.

Perancanaan dan pemilihan alat peraga ditentukan sebagian besar oleh tujuan

ini.

Kalau tujuannya itu rumit maka mungkin diperlukan lebih dari satu macam alat
peraga. Kemampuan penyampaian pesan masing-masing alat peraga berbeda-beda, misalnya
leaflets dan pamplets lebih banyak berisi pesan sedangkan poster lebih sedikit pesan-pesan
tetapi bersifat pemberitahuan dan propaganda. Dengan sendirinya alat peraga yang
dipergunakan untuk meningkatkan pengetahuan akan berbeda dengan alat peraga yang
dipergunakan untuk meningkatkan keterampilan.

1.3.5.2 Persiapan Penggunaan Alat Peraga

Semua alat peraga yang dibuat berguna sebagai alat bantu belajar dan tetap harus
diingat bahwa alat ini dapat berfungsi mengajar dengan sendirinya. Kita harus
mengembangkan keterampilan dalam memilih, mengadakan alat peraga secara tepat sehingga
mempunyai hasil yang maksimal.

Misalnya satu set flip chart tentang makanan sehat untuk bayi / anak-anak harus
diperlihatkan satu-persatu secara berurutan sambil menerangkan tiap-tiap gambar beserta
pesannya. Kemudian diadakan pembahasan sesuai dengan kebutuhan pendengarnya agar
terjadi komunikasi 2 arah. Apabila kita tidak komunikasi 2 arah. Apabila kita tidak
mempersiapkan diri dan hanya mempertunjukkan lembaran-lembaran flip chart 1 demi 1
tanpa menerangkan atau membahasnya maka penggunaan flip chart tersebut mungkin gagal.

Sebelum penggunaan alat peraga sebaiknya petugas mencoba terlebih dahulu alat-alat
tersebut, yang masih dalam bentuk kasar sebelum diproduksi seluruhnya. Gunanya tes
percobaan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana alat peraga tersebut dapat dimengerti
oleh sasaran pendidikan.

Contoh : Sebuah poster yang akan dipergunakan menunjang program keluarga


berencana dibuat desain / rancangan beberapa buah. Lalu ini dicobakan pada sekelompok
kecil sasaran yang dianggap mempunyai ciri-ciri yang sama dengan sasaran pada umumnya,
kepada siapa poster itu nantinya ditunjukkan. Salah satu desain yang paling mudah dipahami,
terutama yang dapat dikenal pesan-pesannya dengan baik itulah yang akan diproduksi dan
diperbanyak.

Cara melakukan percobaan tersebut antara lain sebagai berikut :

a. Merencanakan terlebih dahulu tes pendahuluan untuk suatu media yang akan

diproduksi.

b. Menentukan pokok-pokok yang akan dipesankan dalam media tersebut.

c. Menentukan gambar-gambar pokok atau simbol-simbol yang disesuaikan dengan

ciri-ciri sasaran.
d. Memperlihatkan alat peraga / media tersebut kepada sasaran tercoba.

e. Menanyakan kepada sasaran tercoba :

- Apakah mereka mengalami kesukaran dalam memahami pesan-pesan, kata-

kata dan gambar-gambar didalam media tersebut.

- Menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti.

- Mencatat komentar-komentar dari sasaran tercoba.

- Melakukan perbaikan alat peraga (media) tersebut.

f. Mendiskusikan alat yang dibuat tersebut dengan orang lain (teman-teman) atau

dengan para ahli.

1.3.5.3 Cara Mempergunakan Alat Peraga

Cara mempergunakan alat peraga sangat tergantung pada alatnya. Menggunakan


gambar sudah barang tentu lain dengan menggunakan film strip dan sebagainya.

Disamping itu juga dipertimbangkan faktor sasaran pendidikannya. Untuk masyarakat


yang buta huruf akan lain dengan masyarakat yang telah berpendidikan. Dan yang lebih
penting lagi alat yang digunakan harus menarik sehingga menimbulkan minat para
pesertanya.

Pada waktu menggunakan AVA hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Senyum adalah lebih baik untuk mencari simpati.

b. Tunjukkan perhatian bahwa hal yang akan dibicarakan / diragakan itu adalah

penting.

c. Pandangan mata hendaknya ke seluruh pendengar agar mereka tidak kehilangan

kontrol dari pihak pendidik.

d. Nada suara hendaknya ditukar-tukar agar pendengar tidak bosan dan tidak

mengantuk.

e. Ikut sertakan para peserta / pendengar, berikan kesempatan untuk memegang

dan atau mencoba alat-alat tersebut.

f. Bila perlu, berilah selingan humor, guna menghidupkan suasana dan sebagainya
2. Media

2.1. Pengertian

Kata media berasal dari bahasa Latin yang adalah bentuk jamak dari medium batasan
mengenai pengertian media sangat luas, namun kita membatasi pada media pendidikan saja
yakni media yang digunakan sebagai alat dan bahan kegiatan pembelajaran.

Mengapa perlu media dalam pembelajaran? Pertanyaan yang sering muncul


mempertanyakan pentingnya media dalam sebuah pembelajaran.Kita harus mengetahui
dahulu konsep abstrak dan konkrit dalam pembelajaran,karena proses belajar mengajar
hakekatnya adalah proses komunikasi,penyampaian pesan dari pengantar ke penerima. Pesan
berupa isi/ajaran yang dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi baik verbal (kata-
kata& tulisan) maupun non-verbal, proses ini dinamakan encoding. Penafsiran simbol-simbol
komunikasi tersebut oleh siswa dinamakan decoding.

Ada kalanya penafsiran berhasil, adakalanya tidak.Kegagalan/ketidakberhasilan


dalam memahami apa yang didengar, dibaca,dilihat atau diamati.
Kegagalan/ketidakberhasilan atau penghambat dalam proses komunikasi dikenal dengan
istilah barriers atau noise. Semakin banyak verbalisme semakin abstrak pemahaman yang
diterima.

Lantas dimana fungsi media? Ada baiknya kita melihat diagram cone of learning dari
Edgar Dale yang secara jelas memberi penekanan terhadap pentingnya media dalam
pendidikan:

Secara umum media mempunyai kegunaan:


1. memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.
2. mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra.
3. menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar.
4. memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori &
kinestetiknya.
5. memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman & menimbulkan persepsi yang
sama.

Selain itu, kontribusi media pembelajaran menurut Kemp and Dayton, 1985:

1. Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar


2. Pembelajaran dapat lebih menarik
3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar
4. Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek
5. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan
6. Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan
7. Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan
8. Peran guru berubahan kearah yang positif

2.2. Fungsi Media Pembelajaran

Media memiliki multi makna, baik dilihat secara terbatas maupun secara luas.
Munculnya berbagai macam definisi disebabkan adanya perbedaan dalam sudut pandang,
maksud, dan tujuannya. AECT (Association for Education and Communicatian Technology)
dalam Harsoyo (2002) memaknai media sebagai segala bentuk yang dimanfaatkan dalam
proses penyaluran informasi. NEA (National Education Association) memaknai media
sebagai segala benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau dibincangkan
beserta instrumen yang digunakan untuk kegiatan tersebut. Raharjo (1991) menyimpulkan
beberapa pandangan tentang media, yaitu Gagne yang menempatkan media sebagai
komponen sumber, mendefinisikan media sebagai “komponen sumber belajar di lingkungan
peserta didik yang dapat merangsangnya untuk belajar.” Briggs berpendapat bahwa media
harus didukung sesuatu untuk mengkomunikasikan materi (pesan kurikuler) supaya terjadi
proses belajar, yang mendefinisikan media sebagai wahana fisik yang mengandung materi
instruksional.

Wilbur Schramm mencermati pemanfaatan media sebagai suatu teknik untuk


menyampaikan pesan, di mana ia mendefinisikan media sebagai teknologi pembawa
informasi/pesan instruksional. Yusuf hadi Miarso memandang media secara luas/makro
dalam sistem pendidikan sehingga mendefinisikan media adalah segala sesuatu yang dapat
merangsang terjadinya proses belajar pada diri peserta didik.

Harsoyo (2002) menyatakan bahwa banyak orang membedakan pengertian media dan
alat peraga. Namun tidak sedikit yang menggunakan kedua istilah itu secara bergantian untuk
menunjuk alat atau benda yang sama (interchangeable). Perbedaan media dengan alat peraga
terletak pada fungsinya dan bukan pada substansinya. Suatu sumber belajar disebut alat
peraga bila hanya berfungsi sebagai alat bantu pembelajaran saja; dan sumber belajar disebut
media bila merupakan bagian integral dari seluruh proses atau kegiatan pembelajaran dan ada
semacam pembagian tanggungjawab antara guru di satu sisi dan sumber lain (media) di sisi
lain. Pembahasan pada pelatihan ini istilah media dan alat peraga digunakan untuk menyebut
sumber atau hal atau benda yang sama dan tidak dibedakan secara substansial.
Rahardjo (1991) menyatakan bahwa media dalam arti yang terbatas, yaitu sebagai alat
bantu pembelajaran. Hal ini berarti media sebagai alat bantu yang digunakan guru untuk:
memotivasi belajar peserta didik
memperjelas informasi/pesan pengajaran
memberi tekanan pada bagian-bagian yang penting
memberi variasi pengajaran
memperjelas struktur pengajaran.

Di sini media memiliki fungsi yang jelas yaitu memperjelas, memudahkan dan
membuat menarik pesan kurikulum yang akan disampaikan oleh guru kepada peserta didik
sehingga dapat memotivasi belajarnya dan mengefisienkan proses belajar. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif dan mudah bila dibantu
dengan sarana visual, di mana 11% dari yang dipelajari terjadi lewat indera pendengaran,
sedangkan 83% lewat indera penglihatan. Di samping itu dikemukakan bahwa kita hanya
dapat mengingat 20% dari apa yang kita dengar, namun dapat mengingat 50% dari apa yang
dilihat dan didengar

2.3. Kemampuan media sebagai alat bantu kegiatan pembelajaran

Rahardjo (1991) menguraikan dengan berangkat dari teori belajar diketahui bahwa
hakekat belajar adalah interaksi antara peserta didik yang belajar dengan sumber-sumber
belajar di sekitarnya yang memungkinkan terjadinya perubahan perilaku belajar dari tidak
tahu menjadi tahu, tidak bisa menjadi bisa, tidak jelas menjadi jelas, dsb.

Sumber belajar tersebut dapat berupa pesan, bahan, alat, orang, teknik dan
lingkungan. Proses belajar tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal.

Faktor internal seperti sikap, pandangan hidup, perasaan senang dan tidak senang,
kebiasaan dan pengalaman pada diri peserta didik. Bila peserta didik apatis, tidak senang,
atau menganggap buang waktu maka sulit untuk mengalami proses belajar. Faktor eksternal
merupakan rangsangan dari luar diri peserta didik melalui indera yang dimilikinya, terutama
pendengaran dan penglihatan. Media pembelajaran sebagai faktor eksternal dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi belajar karena mempunyai potensi atau
kemampuan untuk merangsang terjadinya proses belajar. Contohnya, (a) menghadirkan
obyek langka: koleksi mata uang kuno, (b) konsep yang abstrak menjadi konkrit: pasar,
bursa, (c) mengatasi hambatan waktu, tempat, jumlah dan jarak: siaran radio atau televisi
pendidikan, (d) menyajikan ulangan informasi secara benar dan taat asas tanpa pernah jemu:
buku teks, modul, program video atau film pendidikan,. (e) memberikan suasana belajar yang
santai, menarik, dan mengurangi formalitas.

Edgar Dale dalam Rahardjo (1991) menggambarkan pentingya visualisasi dan


verbalistis dalam pengalaman belajar yang disebut “Kerucut pengalaman Edgar Dale”
dikemukakan bahwa ada suatu kontinuum dari konkrit ke abstrak antara pengalaman
langsung, visual dan verbal dalam menanamkan suatu konsep atau pengertian. Semakin
konkrit pengalaman yang diberikan akan lebih menjamin terjadinya proses belajar. Namun,
agar terjadi efisiensi belajar maka diusahakan agar pengalaman belajar yang diberikan
semakin abstrak (“go as low on the scale as you need to ensure learning, but go as high as
you can for the most efficient learning”).
Raharjo (1991 menyatakan bahwa visualisasi mempermudah orang untuk memahami
suatu pengertian. Sebuah pemeo mengatakan bahwa sebuah gambar “berbicara“ seribu kali
dari yang dibicarakan melalui kata-kata (a picture is worth a thousand words). Hal ini
tidaklah berlebihan karena sebuah durian “monthong” atau gambarnya akan lebih
menjelaskan barangnya (atau pengertiannya) daripada definisi atau penjelasan dengan seribu
kata kepada orang yang belum pernah mengenalnya. Salah satu dari sarana visual yang dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan belajar mengajar tersebut adalah OHT atau “overhead
transparency.“ Sarana visual seperti OHT ini bila digarap dengan baik dan benar. Di samping
dapat mempermudah pemahaman konsep dan daya serap belajar siswa, juga membantu
pengajar untuk menyajikan materi secara terarah, bersistem dan menarik sehingga tujuan
belajar dapat tercapai. Inilah manfaat yang harus dioptimalkan dalam pembuatan rancangan
media seperti OHT ini.

2.4. Jenis-jenis media

Media cukup banyak macamnya, Raharjo (1991) menyatakan bahwa ada media yang
hanya dapat dimanfaatkan bila ada alat untuk menampilkanya. Ada pula yang penggunaannya
tergantung pada hadirnya seorang guru, tutor atau pembimbing (teacher independent). Media
yang tidak harus tergantung pada hadirnya guru lazim tersebut media instruksional dan
bersifat “self Contained”, maknanya: informasi belajar, contoh, tugas dan latihan serta
umpanbalik yang diperlakukan telah diprogramkan secara terintegrasi.

Dari berbagai ragam dan bentuk dari media pengajaran, pengelompokan atas media
dan sumber belajar ekonomi dapat juga ditinjau dari jenisnya, yaitu dibedakan menjadi media
audio, media visual, media audio-visual, dan media serba neka.
1. Media Audio : radio, piringan hitam, pita audio, tape recorder, dan telepon .
2. Media Visual :
a. Media visual diam : foto, buku, ansiklopedia, majalah, surat kabar, buku referensi dan
barang hasil cetakan lain, gambar, ilustrasi, kliping, film bingkai/slide, film rangkai (film
stip) , transparansi, mikrofis, overhead proyektor, grafik, bagan, diagram, sketsa, poster,
gambar kartun, peta, dan globe.
b. Media visual gerak : film bisu .
3. Media Audio-visual
a. Media audiovisual diam : televisi diam, slide dan suara, film rangkai dan suara , buku dan
suara. b. Media audiovisual gerak : video, CD, film rangkai dan suara, televisi, gambar dan
suara.
4. Media Serba aneka : a. Papan dan display : papan tulis, papan pamer/pengumuman/majalah
dinding, papan magnetic, white board, mesin pangganda. b. Media tiga dimensi : realia,
sampel, artifact, model, diorama, display.
c. Media teknik dramatisasi : drama, pantomim, bermain peran, demonstrasi, pawai/karnaval,
pedalangan/panggung boneka, simulasi.
d. Sumber belajar pada masyarakat : kerja lapangan, studi wisata, perkemahan.
e. Belajar terprogram f. Komputer
Media yang tidak memerlukan keahlian khusus misalnya :
Papan tulis / whiteboard
Transparansi ( OHT )
Bahan cetak ( buku, modul, handout )
Media yang memerlukan keahlian khusus :
Program audio visual
Program slide, Microsoft Powerpoint
Program internet
Yang tergantung hadirnya guru misalnya :
Papan tulis / whiteboard
Tansparansi (OHT )
Sedangkan yang tidak bergantung kehadiran guru misalnya :
Umumnya media rekam
Bahan belajar mandiri
(dapat dipelajari tanpa guru/ pengajar )

2.5. Pemilihan Media

Tiap jenis media mempunyai karakteristik atau sifat-sifat khas tersendiri. Artinya
mempunyai kelebihan dan kekurangan satu terhadap yang lain . Sifat-sifat yang biasanya
dipakai untuk menentukan kesesuaian penggunaan atau pemilihan media ialah :
Jangkauan:

Beberapa media tertentu lebih sesuai untuk pengajaran individual misalnya buku teks,
modul, program rekaman interaktif (audio, video, dan program computer). Jenis yang lain
lebih sesuai untuk pengajaran kelompok di kelas, misalnya media proyeksi (OHT, Slide,
Film) dan juga program rekaman (audio dan video). Ada juga yang lebih sesuai untuk
pengajaran massal , misalnya program siaran ( radio, televisi, dan konferensi jarak jauh
dengan audio).
Keluwesan :

Dari segi keluwesan, media ada yang praktis mudah dibawa kemana-mana ,
digunakan kapan saja, dan oleh siapa saja, misalnya media cetak seperti buku teks , modul ,
diktat , dll.
Ketergantungan Media :

Beberapa media tergantung pemakaianya pada sarana/fasilitas tertentu atau hadirnya


seorang penyaji/guru.
Kendali / control :

Kadang-kadang dirasa perlu agar control belajar ada pada peserta didik sendiri (
pelajar individu), pada guru ( pelajaran klasikal ) , atau peralatan.
Atribut :
Penggunaan media juga dapat dirasakan pada kemampuanya memberikan rangsangan suara,
visual, warna maupun gerak.
Biaya :
Alasan lain untuk menggunakan jenis media tertentu ialah karena murah biaya pengadaan
atau pembuatanya .

Media transparansi (OHT ) adalah sarana visual berupa huruf , lambang, gambar,
grafis maupun gabungannya yang dibuat pada bahan tembus pandang atau transparan untuk
diproyeksikan pada sebuah layar atau dinding dengan menggunakan alat yang disebut
“overhead projector “ atau OHP. Sebagaimana halnya dengan semua jenis media proyeksi ,
OHT mempunyai kemampuan untuk membesarkan bayanganya di layar atau didinding sejauh
kekuatan lensa dan sinar proyeksinya dapat mendukung . Oleh sebab itu , OHT sangat sesuai
untuk kegiatan seminar, lokakarya, pengajaran maupun latihan yang melibatkan kelompok
sasaran yang cukup besarnya sampai efektif 60 orang. Selebihnya mungkin perlu ditunjang
dengan sarana “sound system“ yang memadai karena keterbatasan jangkauan suara pengajar.
Untuk dapat menggarap maupun memanfaatkan media ini sebaiknya kita harus mengenal
karakteristiksnya. Media OHT mempunyai kelebihan- kelebihan dan kelemahan- kelemahan
yang harus diperhitungkan dalam perencanaannya.

2.6. Dampak perubahan media komunikasi pada media pembelajaran

Nasution (1987) menguraikan bahwa perkembangan media komunikasi mengalami kemajuan


yang sangat pesat akhir-akhir ini. Hal ini diawali dari penemuan alat cetak oleh Guntenberg pada abad
ke limabelas tentang buku yang ditulis yang melahirkan buku-buku cetakan. Penemuan fotografi
mempercepat cara illustrasi. Lahirnya gambar hidup memungkinkan kita melihat dalam “slow motion“
apa yang dahulu tak pernah dapat kita amati dengan teliti . Rekaman memungkinkan kita mengulangi
lagu-lagu yang dibawakan oleh orkes-orkes terkenal. Radio dan televisi menambah dimensi baru kepada
media komunikasi . Video recorder memungkinkan kita merekam program TV yang dapat kita lihat
kembali semua kita. Kemampuan membuat kertas secara masinal membawa revolusi dalam media
komunikasi dengan penerbitan suratkabar dan majalah dalam jumlah jutaan rupiah tiap hari . Komputer
membuka kesempatan yang tak terbatas untuk menyimpan data dan digunakan setiap waktu diperlukan
.

Para pendidik segera melihat manfaat kemajuan dalam media komunikasi itu bagi pendidikan.
Buku sampai sekarang masih memegang peranan yang penting sekali dan mungkin akan masih
demikian halnya dalam waktu yang lama. Namun ada yang optimis yang meramalkan bahwa dalam
waktu dekat semua aspek kurikulum akan di-komputer-kan .Memang kemampuan komputer sungguh
luar biasa . Dalam sehelai nikel seluas 20 x 25 cm dapat disimpan isi perpustakaan yang terdiri atas
20.000 jilid . Namun ramalan bahwa seluruh kurikulum akan di-komputer-kan dalam waktu dekat
rasanya masih terlampau optimis . Sewaktu gambar hidup ditemukan oleh Thomas Alva Edison pada
tahun 1913 telah diramalkan bahwa buku-buku segera akan digantikan oleh gambar hidup dan seluruh
pengajaran akan dilakukan tidak lagi melalui pendengaran akan tetapi melalui penglihatan. Namun tak
dapat disangkal faedah berbagai media komunikasi bagi pendidikan.

Ada yang berpendapat bahwa banyak dari apa yang diketahui anak pada zaman modern ini
diperolehnya melalui radio, film, apalagi melalui televisi, jadi melalui media massa. Cara-cara untuk
menyampaikan sesuatu melalui TV misalnya yang disajikan dengan bantuan para ahli media massa jauh
lebih bermutu dari pelajaran yang diberikan oleh guru dalam kelas .

Penggunaan alat media dalam pendidikan melalui dengan gerakan “audio-visual aids“ pada
tahun 1920-an di Amerika Serikat. Sebagai “aids“ alat-alat itu dipandang sebagai pembantu guru dalam
mengajar, sebagai ekstra atau tambahan yang dapat digunakan oleh guru bila dikehendakinya. Namun
pada tahun 1960-an timbul pikiran baru tentang penggunaannya, yang dirintis oleh Skinner dengan
penemuannya “ programmed instruction“ atau pengajaran berprograma. Dengan alat ini anak dapat
belajar secara individual. Jadi alat ini bukan lagi sekedar alat bantuan tambahan akan tetapi sesuatu
yang digunakan oleh anak dalam proses belajarnya. Belajar beprograma mempunyai pengaruh yang
besar sekali pada perkembangan teknologi pebdidikan. Di Ameriks Serikat teknologi pendidikan
dipandang sebagai media yang lahir dari revolusi media komunikasi yang dapat dimanfaatkan untuk
tujuan pendidikan di samping, guru, buku, dan papan tulis. Di Inggris teknologi pendidikan dipandang
sebagai pengembangan, penerapan, dan sistem evaluasi, teknik dan alat-alat pendidikan untuk
memperbaiki proses belajar. Teknologi pendidikan adalah pendekatan yang sistematis terhadap
pendidikan dan latihan, yakni sistematis dalam perumusan tujuan, analisis dan sintesis yang tajam
tentang proses belajar mengajar. Teknologi pendidikan adalah pendekatan “problem solving“ tentang
pendidikan. Namun kita masih sedikit tahu apa sebenarnya mendidik dan mengajar itu.

Teknologi pendidikan bukanlah terutama mengenai alat audio-visual, komputer, dan internet.
Walaupun alat audio-visual telah jauh perkembangannya, dalam kenyataan alat-alat ini masih terlampau
sedikit dimanfaatkaan. Pengajaran masih banyak dilakuakan secara lisan tanpa alat audio-visual,
komputer, internet walaupun tersedia. Dapat dirasakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam
menjalankan resource-based learning “atau belajar dengan menghadap anak-anak langsung dengan
berbagai sumber, seperti buku dalam perpustakaan, alat audio-visual, komputer, internet dan sumber
lainya. Kesulitan juga akan dihadapi dalam pengadminitrasiannya. Ciri-ciri belajar berdasarkan sumber,
diantaranya (1) Belajar berdasarkan sumber (BBS ) memanfaatkan sepenuhnya segala sumber
informasi sebagai sumber bagi pelajaran termasuk alat-alat audio visual dan memberikan kesempatan
untuk merencanakan kegiatan belajar dengan mempertimbangkan sumber-sumber yang tersedia . Ini
tidak berarti bahwa pengajaran berbentuk ceramah ditiadakan. Ini berari bahwa dapat digunakan segala
macam metode yang dianggap paling serasi untuk tujuan tertentu. (2) BBS (belajar berdasarkan
sumber) berusaha memberi pengertian kepada murid tentang luas dan aneka ragamnya sumber-sumber
informasi yang dapat dimanfaatkan untuk belajar. Sumber-sumber itu berupa sumber dari masyarakat
dan lingkungan berupa manusia, museum, organisaisi, dan lain-lain bahan cetakan, perpustakaan, alat,
audio-visual ,dan sebagainya. Mereka harus diajarkan teknik melakukan kerja-lapangan, menggunakan
perpustakaan, buku referensi, komputer dan internet sehingga mereka lebih percaya akan diri sendiri
dalam belajar

Pada era sekarang ini muncul kebutuhan software yang dapat mempermudah dan merperindah
tampiran presentasi dalam pengajaran. Kebutuhan ini dapat kita peroleh dari produk program Microsoft
Power Point yang merupakan salah satu dari paket Microsoft office. Pogram ini menyediakan banyak
fasilitas untuk membuat suatu presentasi.

Anda mungkin juga menyukai