Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN REVIEW

ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (TUNARUNGU)


Tugas Mata Kuliah Pendidikan Inklusi
Dosen Pengampu: Arifati Ilma Lubis,S.Psi,M.Psi,Psikolog

Oleh;
Bintang Faizil candra
210803024

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS STUDI ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Yang telah
memberikan karunia dan lindungan-Nya disertai keteguhan dan kesabaran hati,begitu besar
rasa syukur yang dirasakan, karena berkat Ridho-Nyalah sehingga akhirnya laporan review
ini dapat diselesaikan. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pendidikan Inklusi.

Dalam penyusunan laporan ini tentu tak terlepas dari pengarahan dan bimbingan dari
dosen pengampu. Maka dari itu penulis ucapkan rasa hormat dan terimakasih kepada Bapak
Dr. selaku dosen pengampu Mata Kuliah Pendidikan Inklusi.

Dengan rasa rendah hati, Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari segi penyajian, penulisan, dan penggunaan tata bahasa. Oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk perbaikkan dimasa
yang akan datang. Walaupun demikian penyusun mengharapkan laporan review ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Pekanbaru,17 Mei 2023

Bintang Faizil Candra

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Tujuan............................................................................................................................1
C. Manfaat..........................................................................................................................1
BAB II. PEMBAHASAN.........................................................................................................2
A. Analisis Kasus................................................................................................................2
B. Solusi...............................................................................................................................2
BAB III. PENUTUP...............................................................................................................4
A. Kesimpulan....................................................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................5

ii
BAB I.
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak Berkebutuhan Khusus adalah salah satu penyandang masalah kesejahteraan


sosial yang memerlukan perhatian dan bantuan orang lain agar mereka dapat menjalankan
funsi sosialnya. Penulis menyingkatkan Anak Berkebutuhan Khusus dengan sebutan
ABK. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk yang masih dalam
kandungan. Anak adalah anugerah dari Allah dan amanah dari Allah swt yang merupakan
generasi penerus masa depan bangsa dan Negara, oleh karena itu melekat padanya hak-
hak untuk mendapatkan jaminan hidup yang layak, kesempatan baik secara fisik, mental,
maupun spiritual serta mendapatkan perlindungan yang optimal dari orangtua, keluarga,
masyarakat dan pemerintah,

Hak yang dimiliki oleh anak adalah hak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
berpatisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta
mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Namun di sisi lain, ABK
mempunyai potensi dan keahlian bahkan potensi yang dimilikinya melebihi anak normal
lainnya.

UUD 1945 No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak BAB II Pasal 7(a) dan (b)
mengatakan bahwa setiap anak berhak untuk mengetahui orangtuanya, dibesarkan, dan
diasuh oleh orangtuanya sendiri. Dalam hal karena suatu sebab

B. Tujuan
Adapun tujuan dari studi kasus ini dilaksanakan adalah:

1. Sebagai dasar atau acuan dalam pemecahan masalah.


2. Dapat memiliki data yang lebih untuk dilakukan pengelolaan tahap
selanjutnya.
3. Membantu individu dalam mencapai tingkat belajar yang optimal.
4. Menyelaraskan setiap elemen yang terkait

C. Manfaat
A. Penulis
 Dapat menambah wawasan serta pengalaman
 Lebih terorientasi dalam pengambilan kasus
 Melatih penulis dalam memahami, membantu hingga menyelesaikan berbagai
macam permasalahan yang terkait bidang belajar peserta didik
B. Pembaca
 Dapat dijadikan referensi dalam pengelolaan studi kasus
 Memberikan gambaran tentang permasalahan peserta didik

1
 Dapat memiliki motivasi untuk ikut dalam perbaikan dan penyelesaian maslah
peserta didik walaupun tidak sebagai konselor

BAB II.
PEMBAHASAN

A. Analisis Kasus
Alifia Kamelia, siswi kelas 4 SDN Karangrejo 3 terlihat tekun menulis didampingi
seorang guru. Beberapa kali mereka terlihat berbicara namun berbeda dengan komunikasi
pada umumnya, guru yang mendampingi Alifia, dengan sabar beberapa kali mengulang
jawaban yang ditanyakan oleh bocah perempuan berambut panjang tersebut sehingga
Alifia benar-benar memahami.

Alifia adalah salah satu siswa kebutuhan khusus. Sejak bayi, dia mengalami gangguan
pendengaran sehingga kesulitan saat belajar berbicara. Baru saat masuk sekolah TK,
Alifia mengenakan alat bantu dengar di kedua telinganya hingga saat ini, dia duduk di
kelas 4 SD.

Dengan suara patah-patah. Alifia bercerita bahwa dia senang bisa bersekolah dan
memiliki banyak teman yang baik. Dia mengaku sangat menyukai pelajaran matematika.
"Kalau besar ingin jadi dokter," katanya sambil tersenyum.

Menurut Sardjono mengemukakan bahwa faktor penyebab ketunarunguan dapat


dibagi dalam:

a. Faktor-faktor sebelum anak dilahirkan (pre natal)


1) Faktor keturunan Cacar air,
2) Campak (Rubella, Gueman measles)
3) Terjadi toxaemia (keracunan darah)
4) Penggunaan pilkina atau obat-obatan dalam jumlah besar
5) Kekurangan oksigen (anoxia)
6) Kelainan organ pendengaran sejak lahir
b. Faktor-faktor sesudah anak dilahirkan (post natal)
1) Infeksi
2) Meningitis (peradangan selaput otak)
3) Tunarungu perseptif yang bersifat keturunan
4) Otitismedia yang kronis
5) Terjadi infeksi pada alat-alat pernafasan

B. Solusi
Terdapat tiga metode utama individu tunarungu belajar bahasa, yaitu:

1. Belajar Bahasa Melalui Membaca Ujaran (Speechreading)


2. Belajar Bahasa Melalui Pendengaran
3. Belajar Bahasa secara Manual

2
Salah satu solusi untuk anak Tunarungu adalah Sekolah inklusi. Sekolah inklusi
merupakan perkembangan baru dari pendidikan terpadu. Pada sekolah inklusi setiap anak
sesuai dengan kebutuhan khususnya, semua diusahakan dapat dilayani secara optimal
dengan melakukan berbagai modifikasi dan penyesuaian, mulai dari kurikulum, sarana
prasarana, tenaga pendidik dan kependidikan, sistem pembelajaran sampai pada sistem
penilaiannya (Nenden Ineu Herawati, 3).

Anak tunarungu memiliki hambatan dalam pendengaran, individu tunarungu memiliki


hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara
berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah
dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap
negara. Saat ini di beberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara
berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat, dan bahasa tubuh.
Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang
abstak (Harizal Mudjito : 2012, 27).

Solusi cara mengajar anak dengan pendengaran terganggu (tunarungu) yaitu dapat
melalui media pembelajaran dengan menunjukkan foto-foto, video, kartu huruf, kartu
kalimat, anatomi telinga, miniatur benda, finger elphabet, model telinga, torso setengah
badan, puzzle buah-buahan, puzzle binatang, puzzle konstruksi, silinder, model geometri,
menara segitiga, menara gelang, menara segi empat, atlas, globe, peta dinding, miniatur
rumah adat. Anak tunarungu yang memiliki keterbatasan dalam berbicara dan mendengar,
memerlukan media pembelajaran yang berupa media visual.

Bisa dikatakan bahwa anak tunarungu memerlukan media belajar berupa alat peraga
untuk memperkaya perbendaharaan bahasa. Alat-alat peraga itu antara lain miniatur
binatang-binatang, miniatur manusia, gambar-gambar yang relevan, buku perpustakaan
yang bergambar, dan alat-alat permainan anak (Laili S. Cahya, 2013 : 50-52).

3
BAB III.
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan karakteristik anak tunarungu dari beberapa aspek yang sudah dibahas
diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sebagai dampak dari ketunarunguannya tersebut
hal yang menjadi perhatian adalah kemampuan berkomunikasi anak tunarungu yang
rendah. Intelegensi anak tunarungu umumnya berada pada tingkatan rata-rata atau bahkan
tinggi, namun prestasi anak tunarungu terkadang lebih rendah karena pengaruh
kemampuan berbahasanya yang rendah. Maka dalam pembelajaran di sekolah anak
tunarungu harus mendapatkan penanganan dengan menggunakan metode yang sesuai
dengan karakteristik yang dimiliki.

4
DAFTAR PUSTAKA

https://regional.kompas.com/read/2017/09/22/16371601/kisah-anak-anak-berkebutuhan-khusus-yang-
sekolah-di-sd-negeri?page=all

Rahmah, F. N. (2018). PROBLEMATIKA ANAK TUNARUNGU DAN CARA MENGATASINYA.


Journal of empirical research in islamic education, XI, 1-15. doi:DOI:
http://dx.doi.org/10.21043/quality.v6i1.5744

https://psibkusd.wordpress.com/about/b-tunarungu/metode-pengajaran-bahasa-bagi-anak-tunarung/

Anda mungkin juga menyukai