Anda di halaman 1dari 10

SARGA : KARAKTER OUDETRAP SEBAGAI RUANG PUBLIK DI SEMARANG

P-ISSN: 0853-4748 E-ISSN: 2961-7030


Journal Home Page: https://jurnal2.untagsmg.ac.id/index.php/sarga

KARAKTER OUDETRAP SEBAGAI RUANG PUBLIK DI SEMARANG

Rizki Wahyu Romadhon


rizkie.rw@gmail.com ; CV.Cahaya Abadi; Semarang, Indonesia1*
ABSTRAK
Ruang terbuka publik digunakan masyarakat kota untuk melakukan kegiatan sosialisasi.Oudetrap
Theater merupakan ruang publik yang terletak di area Kota Lama ,Semarang.Oudetrap theatre ini
seharusnya digunakan selayaknya seperti karakter ruang publik pada umumnya,yaitu sebagai tempat
interaksi dan berkumpul orang-orang,tidak hanya digunakan pada saat acara tertentu.Letak Oudetrap
Theatre ini yang kurang strategis karena berdampingan dengan Taman Srigunting yang letaknya berdekatan
dengan Oudetrap Theater,sehingga pusat berkumpul dan interaksi kebanyakan di area Taman Srigunting.
Metode kualitatif ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik Oudetrap Theater dengan mengandalkan
survei pengamatan di lapangan. Lalu hasil survei dikompilasi dengan analisis deskriptif untuk melihat karakter
Oudetrap Theater. Fokus penelitian terdapat pada karakter Oudetrap Theater. Hasil penelitian menyatakan
bahwa karakter Oudetrap Theater dipengaruhi oleh karakter fisik yaitu berupa lokasi yang tidak strategis.

Kata kunci : ruang,publik,pusat,aktivitas,karakteristik

ABSTRACT
Public open spaces are used by urban communities to carry out outreach activities. The Oudetrap
Theater is a public space located in the Kota Lama area, Semarang. This Oudetrap theater should be used
properly like the character of public spaces in general, namely as a place for interaction and gathering of
people, not only used during certain events. The location of the Oudetrap Theater is less strategic because it
is adjacent to the Srigunting Park which is located adjacent to the Oudetrap Theater, so that the center for
gathering and interaction is mostly in the Srigunting Park area. This qualitative method is used to determine
the characteristics of the Oudetrap Theater by relying on field observation surveys. Then the survey results
are compiled with descriptive analysis to see the character of Oudetrap Theater. The research focus is on the
character of Oudetrap Theater. The results of the study state that the character of Oudetrap Theater is
influenced by physical characteristics, namely in the form of a location that is not strategic.

Keywords : space, public, center, activity, characteristics


Rizki Wahyu Romadhon

PENDAHULUAN
Kota Lama Semarang merupakan kawasan Semarang yang menjadi pusat
perdagangan pada abad ke-19 dan ke-20. Saat itu dibangun benteng di kawasan tersebut
untuk melindungi masyarakat dan wilayahnya, yang disebut Benteng Vijfhoek. Untuk
mempercepat jalur transportasi antara tiga gerbang benteng, dibangun jalur transportasi yang
jalan utamanya disebut Heerenstraat. Saat ini disebut Jl. Letnan Jenderal Soeprapto. Salah
satu lokasi gerbang benteng yang ada saat ini adalah Jembatan Berok yang disebut De Zuider
Por. Kata “Berok” sendiri merupakan hasil pelafalan oleh penduduk asli yang kesulitan
mengucapkan kata “burg” dalam bahasa Belanda.

Di sekitar Kota Lama dibangun kanal-kanal air yang keberadaanya masih bisa
disaksikan hingga kini, meski tidak terawat. Hal inilah yang menyebabkan Kota Lama
mendapat julukan sebagai "Little Netherland". Lokasinya yang terpisah dengan lanskap mirip
kota di Eropa serta kanal yang mengelilinginya menjadikan Kota Lama seolah miniatur
Belanda di Semarang.

Terdapat beberapa aktivitas pariwisata yang ramai dikunjungi di Kota Lama Semarang
yaitu,Taman Srigunting menjadi tempat berkumpul,Gereja Blenduk,Marba,Museum 3d Trick
Art, Semarang Contemporary Art Gallery,menjadi spot foto yang menarik,dan Pasar Klitikan
yang terdapat barang-barang antik ,juga bebas berfoto dengan barang-barang antik seperti
mobil antik, senjata perang, mesin tik, hingga hiasan dinding kuno lainnya,Oudetrap Theater
juga termasuk tempat berkumpul tapi masih kurang ramai dibanding dengan yang lainnya.

Oudetrap Theatre merupakan sebuah tempat untuk pertunjukan dan tempat


berkumpul yang terletak di area Kota Lama . Oudetrap theatre seharusnya digunakan dengan
selayaknya. Pusat keramaian terletak pada area Taman Srigunting,Museum 3d Kota
Lama ,Gereja Blenduk dan sekitarnya,Oudetrap theatre ini, seiring berjalannya waktu
Oudetrap Theatre ini menjadi tidak diperhatikan dengan aktivitas di Kota Lama yang sangat
tinggi Oudetrap Theatre pada malam hari dijadikan tempat parkir,dan perkumpulan preman
yang dapat merusak Oudetrap Theatre.

Oleh karena itu Oudetrap Theatre seharusnya dapat dimanfaatkan dan digunakan
dengan selayaknya.Berdasarkan dari uraian permasalahan tersebut,tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengidentifikasi karakter Oudetrap Theatre sebagai ruang publik.

REVIEW LITERATUR

Pengertian Ruang Publik

Menurut (Hantono, 2019) ruang publik adalah ruang yang dapat diakses oleh setiap
orang:muda, tua, pria, wanita, kaya, miskin dan lain-lain. Mereka dengan bebas melakukan
berbagai fungsi, termasuk:Olahraga, hiburan, pertemuan, transit, pendidikan, dan pasar untuk
pedagang informal. Kegiatan ini sendiri erat kaitannya dengan perilaku pengguna. Dalam
relasi antar pengguna di ruang publik manapun, mereka memberikan jawaban yang berbeda
tergantung pada beberapa hal.

4 SARGA - VOLUME X, NO. X, BULAN TAHUN


KARAKTER OUDETRAP SEBAGAI RUANG PUBLIK DI SEMARANG

Seperti yang dikutip (Alwah et al., 2020) ruang publik adalah salah satu elemen
terpenting dari perencanaan kota berkelanjutan di seluruh dunia. Ruang terbuka publik
memberi penghuni layanan ekosistem yang mencakup rekreasi, olahraga, kegiatan rekreasi
dan rekreasi, meningkatkan kualitas udara dan iklim, mengelola air hujan, dan
mempromosikan keadilan sosial dengan mendorong interaksi sosial.Dampak perkembangan
teknologi semakin meningkatkan kekhawatiran bahwa efek ini semakin mengisolasi dan
memprivatisasi kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, peran tempat umum dalam kehidupan
sosial menjadi semakin penting dan bermakna.

(Sunaryo, 1987) menyebutkan bahwa pendukung kegiatan relatif dekat kaitannya


menggunakan fungsi & rapikan guna lahan yg bisa memperkuat ruang kota menurut segi
kegiatan. Bentuk fisik tadi mencakup fungsi lebih banyak didominasi misalnya taman rekreasi,
sentra kebudayaan, sentra perbelanjaan, pelayanan jasa, museum, perpustakaan, & lain-lain.
Sektor informal termasuk pada kategori pendukung kegiatan, misalnya: pedagang kaki lima,
pangkalan becak, dan lain-lain. Melalui pengamatan, bahwa perilaku pengguna ruang publik
kota pada Amerika masih ada ditentukan sang beberapa faktor penggunaan ruang terbuka,
diantaranya: tempat duduk, sinar matahari, angin, vegetasi, air, makanan, akses fisik & visual
pribadi ke jalan utama, dan lain-lain.

Seperti yang dikutip (Kustianingrum et al., 2013) konsep ruang publik adalah ruang
yang dapat diakses dan digunakan oleh semua orang. Ciri utama ruang publik adalah: bersifat
terbuka dan mudah diakses oleh masyarakat untuk melakukan kegiatan kelompok dan tidak
selalu harus memiliki unsur hijau,bentuknya berupa pusat perbelanjaan, alun-alun, dan taman
bermain.

Menurut penjelasan (Hantono and Ariantantrie, 2018) Selain gedung dan bangunan,
ruang publik merupakan elemen ruang kota. Keberadaannya berperan penting dalam berbagai
aspek kehidupan manusia dan lingkungan.Secara fisik ruang publik dapat didefenisikan secara
sederhana yaitu ruang terbuka yang berada di luar bangunan. Namun dibalik itu banyak
pemaknaan dan sudut pandang yang sangat beragam serta isu-isu yang dapat diangkat.

Historis Ruang Publik

Secara historis, ruang publik pertama kali muncul di Eropa pada abad ke-17, ketika
muncul bersamaan dengan perkembangan kapitalisme.Di era proto-kapitalis, kelas baru mulai
muncul dalam masyarakat, yaitu kaum borjuis. Pada awalnya mereka hanya terlibat dalam
perdagangan biasa dan lambat laun mengadopsi cara produksi kapitalis. Dengan latar
belakang tersebut, ruang publik borjuis muncul sebagai ruang publik sentral, yaitu. ruang
publik yang digunakan oleh kelas komersial atau oleh pedagang dan pedagang. (Prasetyo,
2012).

Inti dari suatu ruang adalah tempat manusia hidup dan beraktivitas. Namun tidak
semua kegiatan dapat dilakukan karena setiap ruang dibatasi oleh fungsinya. Dalam hal ruang
privat, keterbatasan ruang ini merupakan ciri utama dari ruang itu sendiri, sedangkan pada
ruang publik dengan berbagai aktivitasnya harus mampu mewadahi berbagai aktivitas. Oleh
karena itu, perlu dilakukan kajian ruang publik terhadap permasalahan keterbatasan ruang

SARGA - VOLUME X, NO. X, BULAN TAHUN 5


Rizki Wahyu Romadhon

yang sering dijumpai. Artikel ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan literature
review. Untuk mendukung teori dan melihat realita di lapangan, Anda bisa mencari literatur
dari beberapa pakar dan penelitian di artikel jurnal. Di akhir artikel disimpulkan bahwa
batasan ruang publik untuk berbagai aktivitas yang berlangsung di dalamnya, pembentukan
ruang publik bersifat permanen dan bergantian (untuk jangka waktu tertentu)..(Hantono et
al., 2018)

Menurut (Karmila and Rochani, 2020) Carr menjelaskan bahwa optimalisasi


pemanfaatan ruang publik harus memperhatikan dua faktor, yaitu: (1) Pemanfaatan ruang,
yaitu ruang yang berbeda yang menampung fungsi dan aktivitas yang berbeda, dan (2) ruang
untuk konteks kerja dapat diartikan sebagai sifat fisik ruang tersebut. Batas-batas fisik dan
objek-objek yang menarik digunakan untuk menandai bentuk ruang.

(Akay et al., 2019) menyatakan bahwa semua ruang publik harus memiliki kriteria

berikut :

1. Responsif: Tempat umum harus mampu menjawab kebutuhan masyarakat; Ini harus
menyediakan ruang yang dapat berguna untuk kegiatan multiguna seperti relaksasi,
penemuan dan partisipasi aktif dan pasif.
2. Demokratis: Ruang publik harus dapat diakses oleh semua kelompok pengguna.
3. Meaningful: Tempat umum harus memiliki fitur yang membantu orang membuat
hubungan antara tempat, kehidupan mereka, dan dunia.

Ada prinsip-prinsip tertentu untuk menciptakan ruang publik fungsional yang lebih
baik:

-Citra dan identitas

-Atraksi dan tujuan

-Fasilitas

-Desain Fleksibel

-Strategi Musiman

-Akses

-Alun-alun dalam & alun-alun luar

-Menjangkau seperti Gurita

-Pusat Peran Manajemen

-Sumber pendanaan yang beragam

6 SARGA - VOLUME X, NO. X, BULAN TAHUN


KARAKTER OUDETRAP SEBAGAI RUANG PUBLIK DI SEMARANG

Seperti yang dijelaskan (Putra and Triwahyono, 2019) yang dikutip oleh (Whyte, 1980)
Rancangan ruang semacam ini harus mempertahankan beberapa faktor pencapaian yang
berdasar pada kegiatan yaitu:

1. Faktor Fisik,yaitu Keterkaitan antara area yang terkait dengan kegunaan dalam
aktivitas pengguna dan yang terkait dengan hardscape. Hardscape sendiri merupakan elemen
keras dari ruang publik. Unsur-unsur tersebut membentuk ruang yang dapat dirasakan dengan
panca indera. Misalnya, alun-alun kota (town square) memiliki pejalan kaki, jalur batu, rambu,
patung, pahatan, permainan anak, papan seluncur, dan tempat parkir sepeda. . Item ini
memungkinkan pengguna berpikir untuk menggunakan kemungkinan hardscape yang ada
baik untuk kepentingan pribadi maupun kelompok.

2. Faktor visual,yaitu Untuk memungkinkan orang dengan mudah memperoleh gambar


visual,melibatkan bagaimana panca indera bekerja dan memproyeksikan faktor fisik ruang ke
dalam bentuk persepsi dan preferensi. Kedua bentuk respon pengguna ini bisa positif atau
negatif, tergantung bagaimana pengguna menggunakan respon terhadap faktor fisik dan
visual.

3. Faktor simbolis,yaitu kawasan yang mampu mengembangkan nilai-nilai sejarah dan


budaya.

Jenis Karakter Ruang Publik

Menurut perspektif (1 et al., 2019) Perencanaan kota melihat ruang publik sebagai
fokus utama dalam proses dan produknya, dimana karakteristik ruang publik adalah:

1. Ruang tempat manusia berinteraksi, melakukan berbagai kegiatan secara bersama-


sama dan bersama-sama, termasuk interaksi sosial, ekonomi dan budaya, dengan
fokus pada kegiatan sosial.
2. Ruang yang diadakan, dikelola dan dikendalikan bersama oleh entitas publik yang
didedikasikan untuk kepentingan dan kebutuhan publik.
3. Sebuah ruang terbuka untuk semua orang tanpa kecuali, dapat diakses baik secara
visual maupun fisik.
4. Ruang di mana orang memiliki kebebasan bertindak.

Pendapat dari (Pancholi et al., 2017) bahwa karakteristik baru dari tipologi permeable
dapat diringkas sebagai:

 Permeabilitas spasial: Secara spasial, hal ini dapat dilihat dari faktor-faktor
berikut: i) Budidaya campuran:Batasan yang kabur antara hidup, bekerja dan
bermain adalah salah satu ciri utama dari tempat-tempat ini. (ii) Bentuk
perkotaan yang tidak dapat ditembus: Koneksi fisik dan visual didorong di

SARGA - VOLUME X, NO. X, BULAN TAHUN 7


Rizki Wahyu Romadhon

seluruh area dengan hubungan antara ruang publik dan bukaan pandang
internal. (iii) Bentuk bangunan kedap air: Fasad dan jangkar desain bangunan
publik dirancang transparan untuk publik sehingga fungsi yang masuk ke dalam
dan orang di luar dapat terlihat sebanyak mungkin. Jendela, pintu masuk dan
penggunaan koridor di lantai dasar memungkinkan fasad aktif (iv) Penampilan:
Kedua area tersebut terhubung secara visual ke dunia luar yang membuka
pemandangan CBD dan sekitarnya.
 Permeabilitas sosial: sosial HIS tersebut tercermin dalam poin-poin berikut:
(i) Kontekstualitas: Baik dalam kasus KGUV maupun BRKP, pengembangan
situs-situs ini dilakukan dengan hati-hati sesuai dengan konteks aslinya. Hal ini
membantu menghadirkan seni lokal, sejarah, dan rasa tempat kepada
penduduk migran, membantu mereka memahami tempat tersebut.; (ii)
Keterhubungan: Menampilkan musik, seni, dan kerajinan lokal di Kelvin Grove
Farmer's Market adalah upaya untuk memberikan pengetahuan lokal kepada
para pekerja berpengetahuan. Pasar semacam itu juga berfungsi sebagai
platform bagi orang-orang dari budaya yang berbeda untuk memamerkan seni,
budaya, dan musik mereka serta memberikan kesempatan yang sama bagi
semua kelompok sosial untuk mengekspresikannya. Penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi untuk menyediakan komunikasi nirkabel di kawasan
juga meningkatkan konektivitas internal dan; (iii) Integrasi Keanekaragaman:
Penekanan telah diberikan pada penawaran berbagai jenis perumahan yang
memenuhi pilihan orang dari semua lapisan sosial dan budaya. Tetapi bahkan
dalam dua kasus di atas kegiatan sosial budaya tampaknya tidak cukup efektif
untuk menembus strata sosial kota dan daerah, menarik pengunjung dari luar
dan membiarkan informasi menyebar ke mana-mana.
 Permeabilitas ekonomi: Permeabilitas ekonomi dilihat pada dua tingkat: (i)
Kepemilikan ekonomi: Ruang pengetahuan dan inovasi,berbeda dengan
kawasan tradisional, kawasan pengetahuan dan inovasi didasarkan pada model
triple helix sehingga mencerminkan permeabilitas dalam model ekonominya. Ini
adalah kolaborasi bersama antara sektor swasta, publik dan komersial dan (ii)
Keterjangkauan: Sifat di mana-mana mencerminkan adanya alternatif ekonomi
untuk semua kategori situs. Perhatian khusus diberikan pada pengembangan
operasi yang melayani semua kelompok ekonomi.
 Permeabilitas lingkungan: Kehati-hatian telah diambil untuk
menggabungkan arsitektur dan konteks, menjaganya pada skala yang sesuai
dengan lingkungannya. Dalam kasus kantor polisi lalu lintas Boggo, perumahan
ramah lingkungan dengan kepadatan sedang dikombinasikan dengan
konteksnya adalah contoh permeabilitas lingkungan. Lingkungan buatan harus
melindungi dirinya sendiri sehingga hewan liar dan alam dapat menyerangnya.
Selain itu, tawaran desain yang berkelanjutan menekankan kombinasi antara
alam dan desain buatan. Jadi, dalam kedua kasus tersebut, ada permeabilitas
yang signifikan antara lingkungan alam dan buatan manusia.

8 SARGA - VOLUME X, NO. X, BULAN TAHUN


KARAKTER OUDETRAP SEBAGAI RUANG PUBLIK DI SEMARANG

Seperti yang dijelaskan oleh (Iswanto, 2006) ruang publik secara umum terdapat
beberapa fungsi yang antara lain adalah :

- Sebagai pusat Interaksi untuk kegiatan

- kegiatan masyarakat baik formal maupun informal atau digunakan untuk event-event
tertentu seperti upacara kenegaraan, sholat hari raya, acara hiburan dan lain-lain.

- Sebagai ruang terbuka yang menampung koridor-koridor jalan yang menujukearah ruang
publik tersebut dan sebagai ruang pengikat dilihat dari struktur kota serta sebagai pembagi
ruang-ruang fungsi bangunan disekitarnya dan ruang untuk transit.

- Sebagai tempat usaha bagi pedagang kaki lima.

- Sebagai paru-paru kota yang semakin padat

METODE
Fokus penelitian ini terletak di Kota Lama,Semarang.Pada penelitian ini menggunakan
metode kualitatif ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik Oudetrap Theater dengan
mengandalkan survei pengamatan di lapangan. Lalu hasil survei dikompilasi dengan analisis
deskriptif untuk melihat karakter Oudetrap Theater. Fokus penelitian terdapat pada karakter
Oudetrap Theater. Hasil penelitian menyatakan bahwa karakter Oudetrap Theater dipengaruhi
oleh karakter fisik yaitu berupa lokasi yang tidak strategis. Alat penelitian yang dipakai adalah
kamera, catatan, dibantu Google Maps dan Microsoft Office sebagai software bantuan.

Gambar 1.Foto Eksisting

PEMBAHASAN

Kota Lama Semarang merupakan tempat wisata yang terdapat spot-spot yang menarik
untuk dikunjungi bagi wisatawan.Terdapat Gereja Blenduk,Taman Srigunting,Marba,Museum

SARGA - VOLUME X, NO. X, BULAN TAHUN 9


Rizki Wahyu Romadhon

3d Art Galeri,Pasar Barang Antik,kafe instagramable,dan tempat-tempat lainnya.Dari semua


tempat-tempat tersebut terdapat tempat yang kurang dikunjungi bagi wisatawan/pengunjung,
yaitu Oudetrap Theatre, yang letaknya berada di belakang Gedung Oudetrap,membuat tempat
tersebut menjadi kurang terekspose bagi wisatawan lainnya.

Lokasi Oudetrap Theatre ini terletak di Kota Lama,Semarang.Luasan sekitar ±200 m².
Letak Oudetrap Theatre ini yang kurang strategis karena berdampingan dengan Taman
Srigunting yang letaknya berdekatan dengan Oudetrap Theater,sehingga pusat berkumpul dan
interaksi kebanyakan di area Taman Srigunting.

Oudetrap
Theatre

Taman
Srigunting

Gambar 2.Lokasi Oudetrap Theatre

Kegiatan Oudetrap Theatre rata-rata untuk kesenian dan acara komunitas,tetapi jika
acara tersebut tidak ada Oudetrap Theatre ini seperti ruang publik kosong.Letaknya yang
berada di publik seharusnya bisa juga untuk berkumpul dan berinteraksi kapanpun tidak
hanya pada saat acara tertentu.Dampak buruknya yang sudah terjadi yaitu ,area ini menjadi
tempat berkumpul para preman,sehingga terdapat beberapa elemen material yang rusak,dan
sebagai tempat parkir untuk pengunjung Taman Srigunting dan area-area kafe di sekitar.

Gambar 3.Acara di Oudetrap Theatre


Gambar 4.Salah satu elemen
yang rusak

10 SARGA - VOLUME X, NO. X, BULAN TAHUN


KARAKTER OUDETRAP SEBAGAI RUANG PUBLIK DI SEMARANG

Gambar 5.Parkir di depan Oudetrap


Theatre pada malam hari

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan faktor lokasi Oudetrap Theatre letaknya yang
tergolong kurang strategis,tidak seperti tempat-tempat spot yang mayoritas berada pada
pinggir jalan utama Kota Lama,membuat Oudetrap Theatre menjadi ruang publik yang kurang
dipergunakan dengan baik dengan wisatawan.Menjadikan tempat untuk acara atau event
komunitas saja masih kurang,seharusnya harus ada interaksi atau aktivitas di luar acara atau
event komunitas.Dampak buruk dari kurangnya aktivitas Oudetrap Theatre ini yaitu,pada
malam hari Oudetrap Theatre menjadi tempat berkumpul para preman yang bisa merusak
fasilitas Oudetrap Theatre,dan pada area depan dipergunakan untuk tempat parkir untuk
pengunjung-pengunjung yang tujuannya tidak di Oudetrap Theatre.

Untuk meningkatkan karakteristik Oudetrap Theatre sebagai ruang publik,perlu adanya


penanganan berkelanjutan dalam jangka pendek, menengah, dan jangka panjang.
Penanganan ini dapat dimulai dengan merevitalisasi dan renovasi elemen fisik di Oudetrap
Theare sehingga citranya menjadi menarik. Elemen penting yang perlu ditingkatkan dari
Oudetrap Theatre ini peremajaan fisik bangunan,karena terdapat elemen yang rusak karena
sebagai tempat berkumpul preman.

DAFTAR PUSTAKA

SARGA - VOLUME X, NO. X, BULAN TAHUN 11


Rizki Wahyu Romadhon

1, Rony Gunawan Sunaryo, 2, Nindyo Soewarno, 3, Ikaputra, 4, Setiawan, B., 2019. Posisi
Ruang Publik dalam Transformasi Konsepsi Urbanitas Kota Indonesia 8.

Akay, M., Okumuş, D.E., Gökçe, P., Terzi, F., 2019. Re-coding The Characteristics of Public
Spaces: The Case of İstanbul. Iconarp Int. J. Archit. Plan. 7, 487–512.
https://doi.org/10.15320/iconarp.2019.95

Alwah, A.A.Q., Li, W., Al-Attar, A.N.M., 2020. Characteristics of visiting urban open spaces in
Sana’a city in Yemen. IOP Conf. Ser. Earth Environ. Sci. 608.
https://doi.org/10.1088/1755-1315/608/1/012002

Hantono, D., 2019. KATA DUA : RUANG PUBLIK. NALARS 18, 75.

Hantono, D., Ariantantrie, N., 2018. Kajian Ruang Publik Dan Isu Yang Berkembang Di
Dalamnya. Vitruvian 8, 43. https://doi.org/10.22441/vitruvian.2018.v8i1.005

Hantono, D., Sidabutar, Y.F.D., Hanafiah, U.I.M., 2018. Kajian Ruang Publik Kota Antara
Aktivitas Dan Keterbatasan. Langkau Betang J. Arsit. 5, 80.
https://doi.org/10.26418/lantang.v5i2.29387

Iswanto, D., 2006. Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman. Enclosere 5, 74–81.

Karmila, M., Rochani, A., 2020. Karakteristik Perilaku Pengguna Ruang Publik Di Kota
Semarang (Studi Kasus: Taman Progo, Taman Indonesia Kaya, Dan BKB). J. Planol. 17,
96. https://doi.org/10.30659/jpsa.v17i1.9171

Kustianingrum, D., Sukarya, A.K., Nugraha, R.A., Tyagarga, F.R., 2013. Fungsi dan Aktifitas
Taman Ganesha Sebagai Ruang Publik di Kota Bandung. J. Reka Karsa 1, 1–14.

Pancholi, S., Guaralda, M., Yigitcanlar, T., 2017. Context, contribution and characteristics of
public spaces for place making in contemporary knowledge and innovation spaces.
Observations from Brisbane, Australia. J. Public Sp. 2, 91.
https://doi.org/10.5204/jps.v2i4.143

Prasetyo, A.G., 2012. Menuju Demokrasi Rasional: Melacak Pemikiran Jürgen Habermas
tentang Ruang Publik. J. Ilmu Sos. dan Ilmu Polit. 16, 95–186.

Putra, G.A., Triwahyono, D., 2019. PRIVATISASI DALAM RUANG PUBLIK Studi Kasus: Taman
Merbabu Malang. J. Arsit. 3, 69–78.

Sunaryo, R.G., 1987. Perubahan Setting Ruang dan Pola Aktivitas Publik di Ruang Terbuka
Kampus UGM. Serap 1 175–182.

12 SARGA - VOLUME X, NO. X, BULAN TAHUN

Anda mungkin juga menyukai