PENDAHULUAN
Ibu kota negara adalah kota yang dijadikan pusat administrasi, politik,
ekonomi, dan kebudayaan suatu negara. Biasanya, ibu kota juga menjadi tempat
tersebut. Fungsi utama sebuah ibu kota negara adalah sebagai pusat kegiatan
sering kali berlokasi di ibu kota. Selain fungsi administratif dan politik, ibu kota
juga menjadi pusat kegiatan ekonomi. Banyak perusahaan, bank, dan institusi
keuangan penting berpusat di ibu kota negara. Ini menciptakan lapangan kerja,
ibu kota negara juga sering menjadi pusat kegiatan budaya dan pendidikan.
Museum, galeri seni, teater, universitas, dan lembaga pendidikan tinggi sering
terdapat di ibu kota. Hal ini mendukung pengembangan budaya, seni, dan
pendidikan di negara tersebut. Pemilihan ibu kota negara sering kali melibatkan
dipilih karena keterkaitannya dengan sejarah bangsa, seperti kota yang memiliki
nilai simbolis atau nilai sejarah yang penting. Faktor geografis juga dapat
berperan, misalnya ketika memilih ibu kota berdasarkan lokasi yang strategis
kota dari kota lama ke kota baru. Alasan untuk memindahkan ibu kota bisa
penduduk, atau alasan politik. Proses pemindahan ibu kota ini biasanya
Penting untuk dicatat bahwa konsep ibu kota negara dapat berbeda antara negara
satu dengan negara lainnya. Misalnya, beberapa negara memiliki ibu kota
administratif dan ibu kota legislatif yang berbeda, atau ada negara yang tidak
memiliki ibu kota tetap dan memindahkan pusat pemerintahan secara berkala.
Jakarta atau disebut Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) merupakan ibu kota
- Kepadatan Penduduk:
- Banjir:
Jakarta juga menghadapi masalah banjir yang sering terjadi terutama pada
saluran air serta sistem drainase yang tidak memadai menjadi penyebab
penduduk.
- Infrastruktur Perumahan:
- Kualitas Udara:
di Jakarta.
terdapat perbedaan dalam tingkat otoritas dan cakupan kedua instrumen hukum
tersebut.
- Undang-Undang:
Undang-undang adalah peraturan tertinggi dalam hierarki peraturan
undang berlaku untuk seluruh wilayah negara dan berlaku secara umum
- Peraturan:
Peraturan memiliki cakupan yang lebih spesifik dan lebih terfokus pada
aturan dan kewajiban yang harus dipatuhi oleh semua pihak. Undang-undang dan
memberikan dasar hukum bagi penegakan hukum. Mereka menentukan peran dan
dan menjaga kehidupan sosial, hukum, dan pemerintahan yang teratur. Mereka
adalah transportasi dan fasilitas publik seperti jalan dan trotoar dimana fungsi
peraturan yang dibuat untuk membatasi dan menitik beratkan fungsi trotoar
seperti:
untuk pejalan kaki dan tidak boleh digunakan oleh kendaraan bermotor,
kecuali dalam keadaan tertentu yang diatur lebih lanjut oleh peraturan
perundang-undangan.
bermotor.
Peraturan ini mengatur tata ruang jalan, termasuk trotoar. Peraturan ini
khusus yang disebut Satuan Polisi Pamong Praja atau SatPol PP. Dasar hukum
pembentukan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) di Indonesia terdapat dalam
beberapa peraturan perundang-undangan. Beberapa peraturan yang mendasari
Pemerintahan Daerah.
Perlindungan Masyarakat.
Satuan Polisi Pamong Praja (SatPol PP) memiliki beberapa fungsi yang
perlindungan masyarakat.
- Perlindungan Masyarakat:
B. Identifikasi Masalah
trotoar di DKI.
C. Rumusan Masalah
Dalam penulisan Skripsi ini, agar penulisan tidak meluas diluar topik
dalam menertibkan Pedagang Kaki Lima (PKL) dan aspek yang perlu
dibenahi.
D. Tujuan Penelitian
dan Pasal 25 PERDA DKI Nomor 8 Tahun 2007 atas hak pejalan kaki
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
2. Manfaat Praktis
khusus yang akan di teliti. Maka, kerangka konseptual dari penulisan proposal ini
adalah:
G. Kerangka Teori
Positivisme Hukum John Austin: Teori ini menyatakan bahwa hukum adalah
keadilan.1 Teori ini menganggap bahwa apa yang diatur dalam peraturan
Hukum menurut John Austin: Teori ini berpendapat bahwa penegakan hukum
situasional atau keadaan khusus. Hukum harus ditegakkan secara mutlak tanpa
ada pengecualian.3
1
Muhammad Rusli, “PANDANGAN PARA AHLI TERHADAP PEMIKIRAN POSITIVISME HUKUM,”
REFLEKSI & AKSI (2018): 191.
2
Ibid. Hal 197
3
Fais Yonas Bo’a, “Pancasila Sebagai Sumber Hukum Dalam Sistem Hukum Nasional,” Jurnal
Konstitusi 15, no. 1 (2018): 21–49.
H. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
normatif-empiris, yaitu dengan cara meneliti bahan pustaka yang diterbitkan baik
2. Sumber data
tentang ketertiban masyarakat sebuah daerah, tata kota dan SatPol PP, dan
b. Sumber data skunder, yang menunjang dalam penulisan Skripsi ini antara
c. Sumber data tersier, diperoleh dari kamus hukum, kamus besar bahasa
Skripsi ini adalah menggunakan studi dokumentasi, yaitu cara penulis melakukan
serta membaca berbagai buku dan literatur yang berkaitan dengan penulisan
Skripsi ini.
hukum yang telah diperoleh terutama dari segi kelengkapan, kevalidan dan
b. Sistematisasi
Tahap ini adalah tahap mengklasifikasikan bahan hukum menurut
keterkaitan antara bahan hukum satu dengan bahan hukum lain, seperti
c. Deskripsi
telah di peroleh. Data dan bahan-bahan yang telah di peroleh dari hasil studi
bentuk kata-kata atau kalimat bukan merupakan data yang berbentuk angka.
Penertiban PKL Dalam Menerapkan Fungsi Trotoar Bagi Pejalan Kaki Di DKI.
Dari hasil analisis tersebut, maka penulis akan menarik kesimpulan secara
deduktif yaitu dengan cara mengambil kesimpulan atas fakta-fakta yang bersifat
Bab, sehingga penulisan Skripsi ini tersusun dan terarah dengan baik sesuai
BAB I Pendahuluan
kerangka teori, metode penelitian yang digunakan dan uraian secara singkat
Pada bab ini berisi mengenai teori-teori yang berkaitan dengan penulisan
ini. Adapun isi dalam bab ini memuat tentang: tinjauan umum mengenai Peran
Polisi Pamong Praja Terhadap Penertiban PKL Dalam Menerapkan Fungsi Trotoar
yang dibentuk untuk menegakkan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah,
Linmas.
Permendagri Nomor 26 Tahun 2020 dan UU Nomor 22 Tahun 2009 sebagai dasar
BAB V PENUTUP
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
penjelasan tentang pedagang kaki lima (PKL) dari mulai sejarah serta dasar
penulis akan memaparkan terlebih dahulu makna pengertian dan pejalan kaki
sebagai prioritas.
A. Trotoar sebagai fasilitas pendukung transportasi pejalan kaki
individu atau kelompok dalam lingkungan perkotaan. Hal ini mencakup berbagai
lalang para pejalan kaki memenuhi setiap sudut daerah tanpa terkecuali baik yang
penyeberangan dan tidak sedikit juga terlihat berjalan di bahu jalan bahkan
Pemandangan seperti ini jelas bukan sesuatu yang nyaman untuk dilihat
berdasarkan status Jakarta sebagai ibu kota Negara. Mirisnya hal ini ikut
korban jiwa dan luka yang tidak sedikit. Menurut Gde Pasek Suardika sebagai
Perhubungan mengatakan:
Pejalan Kaki;
1999. Dijelaskan dalam BAB I tentang Deskripsi Pasal 1.3 Pengertian bahwa:
4
MG Noviarizal Fernandez, “ANGKA KECELAKAAN: Pejalan Kaki Sumbang 30% Korban Laka
Lantas,” Bisnis.com, last modified September 19, 2014, accessed July 2, 2023,
https://ekonomi.bisnis.com/read/20140919/98/258593/angka-kecelakaan-pejalan-kaki-
sumbang-30-korban-laka-lantas.
- Jalur Pejalan Kaki adalah lintasan yang diperuntukkan untuk berjalan kaki,
- Trotoar adalah Jalur Pejalan Kaki yang terletak pada Daerah Milik Jalan
yang diberi lapisan permukaaan dengan elevasi yang lebih tinggi dari
permukaan perkerasan jalan, dan pada umumnya sejajar dengan jalur lalu
lintas kendaraan.
Tahun 1992 yang sangat jelas menetapkan trotoar sebagai fasilitas penunjang
kota.
PERDA/PERKADA
ini tercantum dalam Pasal 255 Ayat 1 UU Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah.
b. Kewenangan SatPol PP
pengadilan);
- Tindakan penyelidikan;
- Tindakan Administratif.
266 Ayat 6 menyatakan “Polisi pamong praja yang memenuhi persyaratan dapat
diangkat sebagai penyidik pegawai negeri sipil sesuai dengan ketentuan peraturan
Pedagang Kaki Lima yang disebut juga PKL adalah sebuah kegiatan
masyarakat dalam melakukan transaksi jual beli dalam pengertian pasar dimana
terdapat penjual dan pembeli diluar prosedur baku hukum bisnis dan perdagangan.
menjadi rebutan kerajaan dan VOC. Kota ini diubah menjadi Batavia pada awal
abad ke-17 oleh Belanda. Lalu namanya diubah lagi menjadi Jayakarta hingga
Jakarta pada saat pendudukan Jepang abad ke-19. Kota yang penuh dengan
transaksi perdagangan ini disebut sebagai Permata Asia pada waktu itu. Para
pedagang yang kebanyakan orang Tionghoa akan berdagang di pusat kota Batavia
waktu itu. Daerah seperti Glodok, Pinangsia dan Jatinegara menjadi pusat
Batavia banyak tinggal di kantor dagang sekaligus rumah tinggal (Nassau Huis) di
perdagangan. Pada tahun 70-an, pasar seperti Blok-M, stasiun Jakarta Kota, dan
lima:
5
“Sejarah Singkat Pedagang Trotoar di Indonesia Dan Dunia Halaman All - Kompas.Com,”
accessed July 2, 2023, https://www.kompas.com/wiken/read/2022/02/23/172123081/sejarah-
singkat-pedagang-trotoar-di-indonesia-dan-dunia?page=all.
1. Aksesibilitas dan ketersediaan: Pedagang kaki lima sering
area komersial. Hal ini membuat produk dan layanan mereka lebih mudah
besar. Mereka sering membeli barang secara langsung dari pemasok atau
membuat produk yang dijual oleh pedagang kaki lima lebih murah,
kerja bagi banyak orang, terutama bagi mereka yang mungkin sulit
pakaian, atau berbagai jenis usaha lainnya dengan modal yang terjangkau.
orang.
menawarkan beragam produk dan variasi dalam satu tempat. Mereka dapat
menggunakan bahan baku dan peralatan yang lebih sederhana dan ramah
baku lokal dan mendukung pertanian lokal. Hal ini membantu dalam