MANAKAN 1994
MENGATAKAN SEBUAH BENDA YANG BERBAHAYA ADALAH METRIAL YANG
HALUS, JADI MENGHADIRKAN BAHAN BERBAHAYA BAGI KEHIDUPAN
ORGANISME, METRIAL, BANGUNAN ATAU LINGKUNGAN KARENA LEDAKAN ATAU
BAHAYA KEBAKARAN, KOROSI, KERACUNAN BAGI ORGANISME MAUPUN
AKIBAT YANG MENGHANCURKAN
PERATURAN PEMERINTAH No 8 TAHUN 1999, PENGERTIAN LIMBAH ADALAH
SISA SUATU USAHA DAN/ATAU KEGIATAN SEDANGKAN LIMBAH BAHAN
BERBAHAYA DAN BERACUN YANG DISINGKAT B3 ADALAH SISA SUATU USAHA
DAN/ATAU KEGIATAN YANG MENGANDUNG BAHAN BERBAHAYA DAN/ATAU
BERACUN KARENA SIFATNYA DAN/ATAU KONSENTRASINYA DAN/ATAU JUMLAH
BAIK SECARA LANGSUNG MAUPUN TIDAK LANGSUNG DAPAT MENCEMARKAN
DAN/ATAU MERUSAK LINGKUNGAN HIDUP, KESEHATAN, KELANGSUNGAN
HIDUP MANUSIA, LINGKUNGAN HIDUP SERTA MAHLUK HIDUP LAINNYA
LEGISLASI
PEMERINTAH DI SEJUMLAH NEGARA TELAH MENGELUARKAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN BARANG BERBAHAYA
DAN PELEPASAN BAHAN-BAHAN BERBAHAYA YANG POTENSIAL DAN AKTUAL
YANG MEMILIKI POTENSI MEMBAHAYAKAN MANUSIA DAN LINGKUNGAN
SEKELILINGANNYA, DIANTARANYA ;
- IDENTIFIKASI TEMPAT
- EVALUASI BAHAN TERHADAP TEMPAT PENIMBUNAN PADA TEMPAT LIMBAH
- EVALUASI BAGI BAHAYA TERHADAP SUMBER DAYA ALAM
- MEMONITOR PELEPASAN ZAT-ZAT BERBAHAYA
- PEMINDAHAN ATAU PEMBERSIHAN LIMBAH OLEH PIHAK YANG
BERTANGGUNG JAWAB/PEMERINTAH
KESELAMATAN PELAYARAN
• “KESELAMATANPELAYARAN ADALAH SUATU KEADAAN
TERPENUHINYA PERSYARATAN KESELAMATAN YANG
MENYANGKUT ANGKUTAN DI PERAIRAN DAN
KEPELABUHANAN”
(PP NO. 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN, PASAL 1 BUTIR 6)
• PENGATURAN
• PENGENDALIAN
• PENGAWASAN
DEFINISI PADA PENYELENGGARAAN
ANGKUTAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)
BAHAN BERBAHAYA ADALAH SETIAP BAHAN ATAU BENDA YANG
OLEH KARENA SIFAT DAN CIRI KHAS SERTA KEADAANNYA
MERUPAKAN BAHAYA TERHADAP KESELAMATAN DAN
KETERTIBAN UMUM SERTA TERHADAP JIWA ATAU KESELAMATAN/
KESEHATAN MANUSIA DAN MAHLUK HIDUP LAINNYA.
LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3), ADALAH SISA
SUATU USAHA DAN / ATAU KEGIATAN YANG MENGANDUNG
BAHAN BERBAHAYA DAN / ATAU BERACUN YANG KARENA SIFAT,
KONSENTRASINYA DAN / ATAU JUMLAHNYA, BAIK SECARA
LANGSUNG MAUPUN TIDAK LANGSUNG DAPAT MENCEMARKAN
DAN / ATAU MERUSAKKAN LINGKUNGAN HIDUP, DAN / ATAU
DAPAT MEMBAHAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP MANUSIA ATAU
MAHLUK HIDUP LAINNYA.
PERSYARATAN BARANG KHUSUS
DAN BARANG BERBAHAYA
• PENGANGKUTAN BARANG BERBAHAYA DAN BARANG
KHUSUS WAJIB MEMENUHI PERSYARATAN :
1. PENGEMASAN, PENUMPUKAN, DAN PENYIMPANAN DI
PELABUHAN, PENANGANAN BONGKAR MUAT, SERTA
PENUMPUKAN DAN PENYIMPANAN SELAMA BERADA DI KAPAL
2. KESELAMATAN SESUAI DENGAN PERATURAN DAN STANDAR,
BAIK NASIONAL MAUPUN INTERNASIONAL BAGI KAPAL KHUSUS
PENGANGKUT BARANG BERBAHAYA
3. PEMBERIAN TANDA/LABEL TERTENTU SESUAI DENGAN BARANG
BERBAHAYA YANG DIANGKUT
This way up Keep away from heat Keep dry Centre of gravity
UU No 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN
PASAL 45,
1. BARANG KHUSUS SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 44 DAPAT
BERUPA:
A. KAYU GELONDONGAN (LOGS);
B. BARANG CURAH;
C. REL; DAN
D. TERNAK.
PASAL 48
Badan Usaha Pelabuhan dan Unit Penyelenggara Pelabuhan wajib
menyediakan tempat penyimpanan atau penumpukan barang berbahaya dan
barang khusus untuk menjamin keselamatan dan kelancaran arus lalu lintas
barang di pelabuhan serta bertanggung jawab terhadap penyusunan sistem
dan prosedur penanganan barang berbahaya dan barang khusus di
pelabuhan.
UU No 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN
PASAL 90
1) Kegiatan pengusahaan di pelabuhan terdiri atas penyediaan dan/atau pelayanan
jasa kepelabuhanan dan jasa terkait dengan kepelabuhanan.
2) Penyediaan dan/atau pelayanan jasa kepelabuhanan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi penyediaan dan/atau pelayanan jasa kapal, penumpang, dan
barang.
3) Penyediaan dan/atau pelayanan jasa kapal, penumpang, dan barang sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) terdiri atas:
a. penyediaan dan/atau pelayanan jasa dermaga untuk bertambat;
b. penyediaan dan/atau pelayanan pengisian bahan bakar dan pelayanan air bersih;
c. penyediaan dan/atau pelayanan fasilitas naik turun penumpang dan/atau
kendaraan;
d. penyediaan dan/atau pelayanan jasa dermaga untuk pelaksanaan kegiatan bongkar
muat barang dan peti kemas;
LANJUTAN
e. penyediaan dan/atau pelayanan jasa gudang dan tempat penimbunan barang, alat
bongkar muat, serta peralatan pelabuhan;
f. penyediaan dan/atau pelayanan jasa terminal peti kemas, curah cair, curah
kering, dan Ro-Ro;
g. penyediaan dan/atau pelayanan jasa bongkar muat barang;
h. penyediaan dan/atau pelayanan pusat distribusi dan konsolidasi barang; dan/atau
i. penyediaan dan/atau pelayanan jasa penundaan kapal.
4) Kegiatan jasa terkait dengan kepelabuhanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi kegiatan yang menunjang kelancaran operasional dan memberikan nilai
tambah bagi pelabuhan.
UU No 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN
PASAL 93
Badan Usaha Pelabuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 berperan sebagai
operator yang mengoperasikan terminal dan fasilitas pelabuhan lainnya.
PASAL 100
1) Orang perseorangan warga negara Indonesia dan/atau badan usaha yang
melaksanakan kegiatan di pelabuhan bertanggung jawab untuk mengganti kerugian
atas setiap kerusakan pada bangunan dan/atau fasilitas pelabuhan yang
diakibatkan oleh kegiatannya.
2) Pemilik dan/atau operator kapal bertanggung jawab untuk mengganti kerugian atas
setiap kerusakan pada bangunan dan/atau fasilitas pelabuhan yang diakibatkan
oleh kapal.
3) Untuk menjamin pelaksanaan tanggung jawab atas ganti kerugian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) pemilik dan/atau operator kapal yang melaksanakan
kegiatan di pelabuhan wajib memberikan jaminan.
UU No 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN
PASAL 101
(1) Badan Usaha Pelabuhan bertanggung jawab terhadap kerugian pengguna jasa atau
pihak ketiga lainnya karena kesalahan dalam pengoperasian pelabuhan.
(2) Pengguna jasa pelabuhan atau pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berhak mengajukan tuntutan ganti kerugian.
PASAL 116
(1) Keselamatan dan keamanan pelayaran meliputi keselamatan dan keamanan
angkutan di perairan, pelabuhan, serta perlindungan lingkungan maritim.
(2) Penyelenggaraan keselamatan dan keamanan pelayaran sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan oleh Pemerintah.
UU No 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN
PASAL 130
(1) Setiap kapal yang memperoleh sertifikat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 126 ayat (1) wajib dipelihara sehingga tetap memenuhi
persyaratan keselamatan kapal.
(2) Pemeliharaan kapal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
secara berkala dan sewaktu-waktu.
(3) Dalam keadaan tertentu Menteri dapat memberikan pembebasan
sebagian persyaratan yang ditetapkan dengan tetap memperhatikan
keselamatan kapal.
UU No 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN
PASAL 134
(1) Setiap kapal yang beroperasi di perairan Indonesia harus memenuhi
persyaratan pencegahan dan pengendalian pencemaran.
(2) Pencegahan dan pengendalian pencemaran ditentukan melalui
pemeriksaan dan pengujian.
(3) Kapal yang dinyatakan memenuhi persyaratan pencegahan dan
pengendalian pencemaran diberikan sertifikat pencegahan dan
pengendalian pencemaran oleh Menteri.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pencegahan pencemaran dari kapal
diatur dengan Peraturan Menteri.
BEBERAPA KETENTUAN INTERNASIONAL
SEPUTAR KESELAMATAN PELAYARAN
INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SAFETY OF LIFE AT SEA
(SOLAS), 1974, SEBAGAIMANA TELAH DISEMPURNAKAN: ATURAN
INTERNASIONAL INI DIANTARANYA MENYANGKUT KETENTUAN-
KETENTUAN :
– PENERAPAN KETENTUAN-KETENTUAN UNTUK MENINGKATKAN
KESELAMATAN DAN KEAMANAN PELAYARAN TERMASUK DI
DALAMNYA PENERAPAN INTERNATIONAL SAFETY MANAGEMENT
(ISM) CODE DAN INTERNATIONAL SHIP AND PORT FACILITY
SECURITY (ISPS) CODE).
– KHUSUS MENGENAI KARGO YANG DIATUR DALAM SOLAS 1974
PROTOCOL 1988:
Terdapat kelompok tenaga kerja yang oleh karena alasan-alasan tertentu perlu
mendapat perhatian khusus dalm keselamatan kerja. Mereka boleh dikatakan
berada dalam suatu bahaya risiko khusus pula. Mereka itu adalah anak-
anak,tenaga kerja muda,wanita,tenaga kerja cacat dan tenaga kerja yang telah ada
usia. Anak adalah yang berusia 14 tahun ke bawah. Orang muda berumur 14
tahun tetapi kurang dari 18 tahun.
SO MUCH