Anda di halaman 1dari 10

Makalah

PERI MUSTIKE

Di Susun Guna Memenuhi

Tugas Mata Kuliah : Literatur Budaya Gayo

Dosen Pembimbing :

Dr. Almusanna, M.Ag

Disusun Oleh:

SUMIATI : 22420111305

NAILUR RAHMAH : 22420111292

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Semester: II

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TAKENGON

2023
i

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan
hidayahNya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun guna melengkapi tugas individu mata kuliah pengantar ilmu Pendidikan
“Peri Mustike” untuk itu penyusun mengharapkan kritikannya jika masih jauh dari sempurna.

Penyusun tidak dapat menyelesaikan makalah ini tanpa adanya bantuan, bimbingan
dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini yang tidak dapat
dituliskan atau disebutkan satu persatu.

Tiada kesempurnaan melainkan milik Allah SWT, demikian pula makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang membangun sangat penyusun harapkan demi kelengkapan dan perbaikan
makalah ini.

Takengon,15 Mei 2023


ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i

DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1

C. Tujuan Penulisan .............................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 2

A. Hakikat peri mustike ....................................................................... 2

B. Latar Belakang Memilih Peri Mustike ............................................ 3

C. Fungsi peri mustike ......................................................................... 4

D. Jenis dan ciri peri mustike ............................................................... 5

BAB III PENUTUP ........................................................ 7

A. Kesimpulan .................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 8

1
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT, Karena atas rahmat dan inayahnya tugas
makalah ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada manusia
agung, yaitu Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umat manusia dari alam
kegelapan menuju alam yang terang benderang yang diridhoinya.Dalam sebuah perjalanan
menuju kesuksesan tidak sedikit hambatan dan cobaan yang penulis hadapi, namun semua
bisa terlalui asalkan ada kemauan.

Alhamdulillah berkat pertolongan Allah SWT segala hambatan dan cobaan yang
penulis hadapi dalam menyelesaikan penulisan makalah ini dapat penulis atasi dengan penuh
ketabahan dan kesabaran hati. Di samping itu penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa
adanya motivasi bimbingan, do’a dan bantuan senantiasa mengalir dari orang-orang
disekeliling penulis.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Hakikat peri mustike?


2. Bagaimana Latar belakang memilih peri mustike?
3. Apa fungsi peri mustike?
4. Apa saja jenis dan ciri peri mustike ?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui Hakikat peri mustike


2. Mengetahui Latar Belakang Memilih Peri Mustike
3. Mengetahui fungsi peri mustike
4. Mengetahui jenis dan ciri peri mustike
2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Peri Mustike

Peri mustike adalah ungkapan bijak yang sudah dilafalkan secara lisan dari nenek
moyang masyarakat Gayo secara turun temurun dengan tradisi lisan (turun babah) dan
teraplikasi dalam kehidupan mereka serta diyakini memiliki makna tersirat dan mendalam.1
Peri Mustike juga merupakan falsafah hidup dan mati bagi mereka, namun untuk menemukan
makna yang tersirat dari ungkapan tersebut dibutuhkan sebuah interpretasi sehingga Peri
Mustike ini dapat diperuntukkan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Gayo seperti
memberikan solusi dari masalah atau konflik, memberikan peringatan, memberikan
ketenteraman dan rasa aman, mengarahkan pribadi yang berakhlak, memberikan dorongan
amar makruf nahi munkar dan sebagainya.

Secara harfiah Peri Mestike ini berasal dari dua suku kata yakni „Peri‟ dan „Mestike‟,
Peri memiliki beberapa makna dalam bahasa Gayo, yakni „bicara‟, „ucapan‟, „tuturan‟, atau
„berkata-kata‟. Sementara „Mestike‟ adalah „suci‟, „keramat‟ dan „mulia‟, jadi bila
digabungkan dua kalimat tersebut, „Peri Mestike‟ adalah tuturan atau ungkapan dalam
berinteraksi dengan kalimat yang sopan dan santun yang benilai mulia dan melahirkan
kemulian antara penutur dan pendengar.

Pernyataan ini dikuatkan oleh Joni, yang menyatakan bahwa Peri Mestike, ini berasal
dari dua suku kata yakni „Peri‟ dan „Mestike‟. Kata „Peri‟ dalam bahasa Gayo bermakna
“tuturan” atau „bicara‟, kata ini menurutnya termasuk memiliki makna yang halus
(bernorma). Dalam bahasa Gayo ada juga kata lain yang memiliki arti yang sama dengan Peri
yaitu “cerak” artinya „bicara‟ namun kata cerak tidak sesantun kandungan kata peri. Adapun
„Metike‟ berarti keramat, suci, mulia, atau berharga, dalam artian yang lain mestike adalah
sesuatu yang memiliki nilai tinggi. Jika dilihat dalam kamus bahasa Indonesia mestike =
mestika atau mustika, yang bermakan batu mulia, elok, cantik, dan1

jika pada perbuatan diartikan sebagai peri hal kelakuan, tabiat, atau perkataan yang
baik. Peri Mestike ialah suatu kalimat yang digunakan dengan dalam berinterkasi, atau
berbicara dengan menggunakan kata yang santun yang mengandung nilai tinggi dan mulia
yang berdampak baik bagi si pembicara dan si pendengar, dan sangat baik diterapkan dalam
pendidikan. sebagaimana dikuatkan oleh Joni92 yang mengatakan bahwa arti kata Peri adalah
tuturan, ucapan, dan pembicaraan, sementara Mestike artinya, keramat dan suci, jadi jika
digambungkan maka Peri Mestike adalah tuturan, ucapan atau pembicaraan yang digunakan
sebagai alat komunikasi bernilai suci, keramat yang bernilai sakral. Berdasakan penjelasan
tersebut, dapat disimpulkan bahwa hakikat dari Peri Mustike ini adalah merupakan maksim
(bahasa dalam bentuk pesan adat) kepada masyarakatnya untuk bersikap dan berperilaku
baik. PM ini juga merupakan ungkapan filosofis yang mengandung makna yang tinggi dan
mulia, karena menggunakan ungkapan halus dan tamsilan yang perlu diterjemahkan dan
1
Joni Peri Mestike dalam Budaya Gayo; Komunikasi Peri Mustike dalam membentuk etika masyarakat ( Materi
seminar Takengon 30 Oktober 2018).
3

ditrasnkrip maksud dan tujuannya sehingga dapat mudah dipahami oleh orang yang
mendengar.2 Disamping itu, Peri Mustike ini mengandung nilai-nilai luhur yang menjadi
arahan, bimbingan, wasiat,3 nalar, solusi dan kesimpulan bagi masyarakat Gayo dalam
menjalankan setiap aktifitas hidupnya, sehinga Peri Mustike dan adat Gayo dijadikan sebagai
“selpah mate murip” artinya „Pedoman hidup dan mati‟ bagi masyarakat Gayo.

B. Latar Belakang Memilih Peri Mustike

Peri Mestike merupakan falsafah hidup dan mati bagi masyarakat Gayo, yang di
wariskan secara lisan dan turun temurun dari nenek moyang hingga sekarang, menurut
penulis, falsafah ini merupakan suatu warisan yang sangat bernilai tinggi dan harus dipelihara
dan diaktualisasi dalam kehidupan seharihari oleh para generasi Gayo sehingga tetap eksis
dan terpelihara. Kondisi saat ini keberadaan budaya, adat istiadat serta warisan-warisan
budaya lainnya mulai terkikis dari dalam diri masyarakat, disebabkan karena tidak
termanajemen dan tidak terpeliharanya nilai-nilai budaya dan adat tersebut, ditambah lagi
dengan arus globalisasi yang menghilangkan sekat-sekat, ruang dan norma-norma adat dan
budaya setempat.

Berdasarkan hal inilah yang melatar belakangi bagi penulis untuk memilih Peri
Mestike sebagai kajian dan bahan yang diteliti supaya Peri Mustike ini dapat eksis dan mudah
dipahami oleh generasi muda baik4 sekarang maupun mendatang. Disisi lain, karena Peri
Mustike ini mengandung nilai-nilai luhur yang baik yang banyak memuat pesan-pesan yang
bernilai pendidikan, maka peneliti mencoba untuk menintegrasikan Peri Mustike ini dengan
dunia pendidikan, artinya bagaimana pesan-pesan pendidikan yang terdapat dalam PM ini
dapat diinternalisasikan kedalam diri peserta didik melalui lembaga pendidikan sebagai upaya
membetuk siswa yang beradab dan berkarakter mulia.

C. Fungsi Peri Mustike

Peri Mustike bagi masyarakat Gayo merupakan falasah hidup dalam berinteraksi atau
bersosialisasi di masyarakat, dikatakan sebagai falsafah hidup pastinya Peri Mustike ini
memiliki nilai yang sangat baik,5 serta memiliki fungsi dan tujuan baik pula. Peri Mustike ini
dikalangan masyarakat Gayo sering disebut dengan istilah “manat ni muyang datu” artinya
amanah atau tuntunan dari nenek moyang. Amanah berupa pesan ini harus dijalankan dalam
tata perilaku kehidupan supaya selamat dan mendapat kemulian hidup baik kehidupan
pribadi, keluarga, ataupun bermasyarakat. Peri Mustike ini dapat diterapkan dalam segala
aspek kehidupan manusia baik dalam keluarga, masyarakat, dan Pendidikan karena Peri
Mustike ini memiliki nilai yang sangat tinggi dan mulia, serta memiliki fungsi sebagai nasihat
atau pengajaran, perintah dan harapan. Pernyataan ini dikuatkat oleh pernyataan Joni yang
mengatakan Peri Mustike secara umum bertujuan untuk menyatakan:

2
Joni Peri Mustike dalam Budaya Gayo; Komunikasi Peri Mustike dalam membentuk etika masyarakat (Materi
Seminar Takengon 30 Oktober 2018).
3
Hurgronje C. Snouck. 1996. Tanoh Gayo dan Penduduknya. Terj. Budiman S. Jakarta : INIS hal 33

4
Melalato M. Junus. 1982. Kebudayaan Gayo. Jakarta: Balai Pustaka hal 69
5
Huegronje C. Snouck. 1996. Tanah Gayo dan penduduknya. Terj. Budiman S. Jakarta: INIS hal 79
4

1) Nasihat,
2) Perintah
3) Harapan dan
4) Pendidikan
5) petunjuk

Nasehat yakni ungkapan Peri Mustike yang mangandung makna berupa nasehat bagi
masyarakat Gayo untuk memiliki prinsip hidup yang suci agar tidak terjerumus dalam
kebodohan, kemiskinan, dan kekacauan hidup lainnya.Peri Mustike memberikan nasehat-
nasehat didup dalam bentuk kiyasaan yang maknanya tidak menyakiti hati orang yang
mendengarkannya karena nasehatnya menggunakan bahasa kiyasan atau tamsilan. Secara
spesifik dalam pendidikan, Peri Mustike ini berfungsi sebagai nasehat atau ajaran untuk
berperilaku baik sesuai dengan norma dan ajaran Islam serta beradat. Selain itu, Peri Mustike
juga berfungsi mengasah kematangan berfikir atau daya nalar seseorang dalam mencapai
kesadaran diri (self awareness) dan berkarakter Islami. Jadi, pungsi yang tersebut di atas
merupakan tujuan pendidikan Islam karena lebih mengarah pada pembentukan akhlak atau
karakter manusia.6

D. Jenis Dan Ciri Peri Mustike

Peri Mustike atau bahasa adat yang dituturkan untuk menyatakan sesuatu hal yang
bersifat mulia dan suci (keramat) dengan cara mengumpamakan dan kies (qiyas). Dalam hal
ini Peri Mustike dapat dikenali melalui bentuk-bentuk sebagai berikut:

1) Singket artinya kalimat atau bahasa yang digunakan berbentuk singkat dan jelas tidak
bertele-tele.
2) Pedet artinya kalimat atau bahasa yang digunakan dengan singket di atas dan juga penuh
dengan makna atau padat dalam makna
3) Muwet artinya berkembang, yakni falsafah Gayo atau PM mengandung tuturan bijak dan
berdaya nalar
4) Mu-edet artinya Kalimat atau bahasa yang digunakan mengandung nilai-nilai luhur
(sesuai dengan ajaran Islam) dan terhindar dari kalimat-kalimat tercela.7

Falsafah Gayo Peri Mustike memiliki ciri khas bahasa untuk membedakan dengan
ungkapan bahasa melengkan, bahasa syair, bahasa kekeberen, bahasa ure-ure, bahasa
keketiken dan bahasa sehari-hari, meskipun Peri Mustike ini juga sering digunakan dalam
percakapan biasa dan adakalanya juga digunakan atau terdapat ungkapan-ungkapan bahasa
tersebut. Diantara ciri-ciri bahasa Peri Mustike adalah: pertama memiliki prinsip kalimat dan
makna sejalan dengan syari‟at Islam; kedua, memiliki nilai-nilai luhur untuk kemaslahatan
ummat; ketiga, Kalimatnya singkat memiliki makna luas; keempat, Menggunakan kalimat
kiasan atau perumpamaan; kelima, Memiliki daya bahasa yang indah dan santu; keenam,

6
Ibrahim, Mahmud. 2007. Mujahid Dataran Tinggi Gayo. Takengon: Maqamammahmuda.hal 56

7
Joni Peri Mestike dalam Budaya Gayo; Komunikasi Peri Mustike dalam membentuk etika masyarakat ( Materi
seminar Takengon 30 Oktober 2018).
5

Tidak mengandung kalimat jorok atau bahasa buruk. Sebagaimana dinyatakan oleh Joni
bahwa Peri Mustike memiliki ciri khas unik sehingga dapat dibedakan dengan ungkapan atau
kalimat yang lain. Diantaranya ciri-ciri Peri Mestike adalah:

a. Menggunakan kalimat kiasan atau perumpamaan,


b. Kalimatnya singkat namun memiliki makna luas,
c. Tidak mengandung kalimat bermuatan jorok,
d. Memiliki daya bahasa yang indah dan santun
6

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Peri Mestike ini berasal dari dua suku kata yakni „Peri‟ dan „Mestike‟, Peri
memiliki beberapa makna dalam bahasa Gayo, yakni „bicara‟, „ucapan‟,
„tuturan‟, atau „berkata-kata‟. Sementara „Mestike‟ adalah „suci‟, „keramat‟
dan „mulia‟, jadi bila digabungkan dua kalimat tersebut, „Peri Mestike‟
adalah tuturan atau ungkapan dalam berinteraksi dengan kalimat yang sopan
dan santun yang benilai mulia dan melahirkan kemulian antara penutur dan
pendengar.
2. Peri Mestike merupakan falsafah hidup dan mati bagi masyarakat Gayo, yang
di wariskan secara lisan dan turun temurun dari nenek moyang falsafah ini
merupakan suatu warisan yang sangat bernilai tinggi dan harus dipelihara dan
diaktualisasi dalam kehidupan seharihari oleh para generasi Gayo sehingga
tetap eksis dan terpelihara.
3. “Amanah berupa pesan ini harus dijalankan dalam tata perilaku kehidupan
supaya selamat dan mendapat kemulian hidup baik kehidupan pribadi,
keluarga, ataupun bermasyarakat.
4. Peri Mustike atau bahasa adat yang dituturkan untuk menyatakan sesuatu hal
yang bersifat mulia dan suci (keramat) dengan cara mengumpamakan dan kies
(qiyas). Dalam hal ini Peri Mustike dapat dikenali melalui bentuk-bentuk
sebagai berikut:
a. Singket artinya kalimat atau bahasa yang digunakan berbentuk singkat dan jelas tidak
bertele-tele.
b. Pedet artinya kalimat atau bahasa yang digunakan dengan singket di atas dan juga
penuh dengan makna atau padat dalam makna
c. Muwet artinya berkembang, yakni falsafah Gayo atau PM mengandung tuturan bijak
dan berdaya nalar
d. Mu-edet artinya Kalimat atau bahasa yang digunakan mengandung nilai-nilai luhur
(sesuai dengan ajaran Islam) dan terhindar dari kalimat-kalimat tercela.
7

DAFTAR PUSTAKA
Hurgronje, C. Snouck. 1996. Tanah Gayo dan Penduduknya. Terj. Budiman S. Jakarta: INIS
Ibrahim, Mahmud. 2007. Mujahid Dataran Tinggi Gayo. Takengon: Maqamammahmuda.
Joni, Peri Mestike dalam Budaya Gayo; komunikasi Peri Mestike dalam membentuk etika
masyarakat, (Materi Seminar, Takengon 30 Oktober 2018). Melalatoa, M. Junus. 1982.
Kebudayaan Gayo. Jakarta: Balai Pustaka

Anda mungkin juga menyukai