Nama : Shahibbul Sya’ban

NIM : 02011282126245

Kelas : A Indralaya

UAS Hukum Tata Negara

Soal Pertama

Kita tahu bahwa di negara Indonesia pemilu diadakan lima tahun sekali dan pasangan calon
hanya bisa mencalonkan diri sebanyak dua kali. Apabila melihat wacana penundaan pemilu
2024 kini sedang hangat-hangatnya dibicarakan saya secara pribadi kurang setuju dengan
wacana tersebut. Alasannya jelas dalam Pasal 22E ayat (1) UUD 1945 telah menetukan bahwa
“Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap
lima tahun sekali”. Apabila penundaan pemilu itu terjadi maka itu merupakan salah satu bentuk
pembangkangan ataupun penghianatan terhadap konstitusi.

Soal Kedua

Banyak yang berpendapat bahwa partai politiklah yang sebetulnya menjalankan jalannya
demokrasi, seperti yang dikatakan Schattscheider (1942). Oleh karena itu partai politik
merupakan pilar yang sangat penting untuk diperkuat pelembagaanya dalam setiap sistem
politik yang demokratis. Namun banyak pandangan kritis dan bahkan skeptis terhadap partai
politik. Pandangan yang paling serius adalah partai politik sebenarnya tidak lebih dari daripada
kendaraan politik bagi sekelompok elite politik yang berkuasa atau berniat memuaskan nafsu
birahi kekuasannya sendiri. Partai politik hanyalah berfungsi sebagai alat bagi segelintir orang
yang kebetulan beruntung berhasil memenangkan suara rakyat yang mudah dikelabui, untuk
memaksakan berlakunya kebijakan-kebijakan publik tertentu atau kepentingan umum. Lantas
bagaimana partai politik yang seharusnya/ideal? Partai politik dikatakan ideal, pertama apabila
struktur organisasinya tersusun dengan sedemikian rupa sehingga ragam kepentingan dalam
masyarakat dapat ditampung dan diakomodasikan seluas mungkin. Penagaturan mengenai hal
ini sangat penting dirumuskan secara tertulis dalam anggaran dasr dan anggaran rumah tangga
partai politik. Di samping itu, di dalam partai politik dikenalkan sistem kode etika positif.
Kedua, partai politik memiliki mekanisme keterbukaan, di mana masyarakat di luar partai dapat
ikut serat berpartisipasi dalam menetukan kebijakan yang hendak diperjuangkan.

Soal Ketiga

Apabila dilihat dari situasi sekarang memang jalannya pemerintahan sekarang banyak
dipegang oleh partai politik yang cenderung bersifat oligarki. Banyak orang berbondong
bondong masuk ke politik hanya karena ingin memuaskan hasrat politiknya yang buta. Padahal
fungsi partai politik adalah sebagai kendaraan yang sah bagi kader-kader pemimpin negara
untuk mensejahterakan rakyatnya. Seperti organ legislatif yang dihuni oleh orang-orang yang
terpilih dan mengemban amanah sebagai wakil rakyat. Cabang kekuasaan legislatif adalah
cabang kekuasaan yang mencerminkan kedaulatan rakyat yang menjalankan fungsi
pengaturan. Yang di mana pengaturan-pengaturan itu hanya dapat dilakukan atas persetujuan
dari warga negara sendiri, melalui wakil-wakil rakyat.

Soal Keempat

Makna pernyataan tersebut merupakan bentuk dari doktrin separation of power (pemisahan
kekuasaan) di mana antara lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif terjadi perbedaan fungsi-
fungsi kekuasaan. Legislator membuat aturan, eksekutor melaksankannya, sedangkan
pengadilan menilai konflik dan perselisihan yang terjadi dalm pelaksanaan aturan dan
menerapkan norma aturan untuk menyelesaikan konflik atau perselisihan. Doktrin ini juga
menetukan bahwa masing masing organ tidak boleh turut campur atau melakukan intervensi
terhadap kegiatan organ yang lain. Apakah seorang hakim dapat menjamin independensinya
untuk menegakkan hukum dan keadilan?. Maka apabila menurut doktrin ini maka tentu hakim
dapat menjamin independensinya dalam menegakkan hukum dan keadilan karena tidak adanya
intervensi dari organ lain. Pemisahan kekuasaan itu menghendaki para hakim dapat bekerja
secara independen dari pengaruh kekuasaan legislatif dan eksekutif. Bahkan, dalam memahami
dan menafsirkan UUD dan UU, hakim harus independen dari pendapat dan bahkan dari
kehendak politik para perumus undang-undang dasar dan undang-undang itu sendiri ketika
perumusan dilakukan.