Anda di halaman 1dari 31

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori Tentang Kualitas Hidup

2.1.1 Definisi Kualitas Hidup

Kualitas hidup secara keseluruhan dapat dipengaruhi terhadap kesehatan

fisik dari individu, kondisi psikologis, tingkat kemandirian, hubungan sosial,

serta lingkungan. Kualitas hidup menjadi suatu indikator penting dalam

memilih kualitas keberhasilan perlakuan terhadap pelayanan kesehatan

termasuk dalam cara mengatasinya serta cara pencegahannya. Kualitas hidup

(quality of life) diartikan sebagai persepsi individu terhadap keadaan hidupnya

sesuai dengan nilai dan budaya yang dianut, dalam pemenuhan harapan dan

tujuan hidup. Pengukuran kualitas hidup dalam konteks kesehatan bertujuan

untuk mengetahui fokus pendampingan/ asuhan kesehatan yang diberikan oleh

tenaga kesehatan kepada kliennya. Selain itu, pemberian pelayanan kesehatan

dengan didasarkan hasil pengukuran kualitas hidup akan menghasilkan suatu

pelayanan kesehatan yang komprehensif (WHO, 2020 : 7).

Kualitas hidup (quality of life) adalah penilaian multidimensi yang

melibatkan aspek fungsi fisik, mental, dan sosial, dipengaruhi oleh evaluasi

positif dan negatif yang subjektif. Kualitas hidup telah menjadi indikator yang

valid dari hasil intervensi untuk menilai kesejahteraan dari kesehatan (Zubaran

& Foresti, 2019).


9

Persepsi individu atau penilaian terhadap kualitas hidup dapat ditentukan

oleh beberapa hal seperti gender dan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan,

jenis pekerjaan, status pernikahan, penghasilan, hubungan dengan orang lain,

serta budaya. Penderitaan ibu hamil yang berisiko tinggi dapat menyebabkan

rasa putus asa hingga depresi. Jika bu hamil berisiko tinggi memiliki kondisi

psikologis kurang baik maka akan berdampak pada kemampuan mereka untuk

berfungsi secara normal (Winarni dkk, 2020).

Kualitas hidup yaitu persepsi individual tentang posisinya di dalam sebuah

kehidupan pada sistem budaya dan nilai serta tempat dimana mereka tinggal

dengan norma-norma, tujuannya dan kepedulian bersatu dalam hal yang

kompleks dalam keadaan kesehatan fisik, level kemandirian, pengharapan,

kepercayaan- kepercayaan personal, psikologis, dan hubungan social. Kualitas

hidup menurut merupakan presepsi individu terhadap posisi mereka didalam

sistem budaya dan nilai dimana mereka tinggal dan dalam kaitannya dengan

perhatian, standar, tujuan dan harapan mereka. Dari beberapa definisi kualitas

hidup diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kualitas hidup merupakan

persepsi individu tentang budaya dan nilai di tempat mereka tinggal dan

berkaitan dengan tujuan dan harapan (Winarni dkk, 2020).

Jika situasi tersebut berlangsung secara terus menerus, sehingga akan

menimbulkan bahaya pada kelangsungan hidup ibu dan bayi. Kondisi ibu

hamil berisiko tinggi seperti ini memiliki dampak pada pola kehidupan

seseorang, sehingga hal ini bisa menjadi penentu suatu kualitas kehamilan

berisiko tinggi (Winarni dkk, 2020).


10

2.1.2 Aspek kualitas hidup

Aspek Kualitas Hidup Menurut WHO (2020 : 6) aspek kualitas hidup meliputi:

1. Kesehatan fisik

Kesehatan fisik yaitu keadaan baik. Artinya seseorang bebas dari sakit pada

seluruh badan dan bagian-bagian lainnya. Kesehatan fisik dapat

mempengaruhi kemampuan individu untuk melakukan aktivitas. Aspek ini

meliputi aktivitas sehari- hari seperti ketergantungan pada bahan obat dan

alat bantu medis, energi dan kelelahan, mobilitas, nyeri dan ketidaknyaman,

tidur, dan kapasitas kerja. Seseorang yang sering melakukan aktivitas

sehari-hari, ketergantungan terhadap bantuan medis dan obat-obatan, energi,

mobilitas, adanya rasa tidak nyaman, dan nyeri, kapasitas kerja serta

kualitas tidur.

2. Kesehatan psikologis

Komponen kualitas hidup dapat berhubungan dengan kesehatan psikologis

seperti citra tubuh dan penampilan, adanya perasaan positif dan negatif,

harga diri, kapasitas daya ingat, spiritualitas atau keyakinan individu.

Kesehatan Mental (Mental Health) berhubungan dengan masalah emosional

seperti rasa cemas, depresi atau mudah tersinggung. Keadaan mental

mengarah pada kemampuan atau tidaknya individu menyesuaikan diri

terhadap berbagai tuntutan dari dalam diri maupun dari luar dirinya.

3. Hubungan sosial

Hubungan sosial dengan keterkaitan dengan hubungan sosial yaitu antar

personal, dan dukungan sosial maupun seksualitas. Hubungan ini


11

dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu bahasa, perkembangan pemikiran,

perkembangan memori atau daya ingat. Perempuan lebih banyak mengalami

penurunan fungsi kognitif dibandingkan laki-laki.

4. Lingkungan

Lingkungan memiliki cakupan seperti kebebasan, sumber-sumber finansial

yang tersedia, kemanan fisik, ketersediaan pelayanan kesehatan serta sosial

yang berhubungan dengan kualitas dan keterjangkauan, dan diperolehnya

sumber informasi serta lingkungan sekitar seperti rumah.

2.2 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Hidup

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup seseorang meliputi:

1. Faktor Sosisodemografi

a) Umur

Umur sangat mempengaruhi kualitas hidup individu, karena

individu yang semakin tua akan semakin turun kualitas hidupnya.

Semakin bertambahnya usia, munculnya rasa putus asa akan terjadinya

hal-hal yang lebih baik dimasa yang akan datang. Perempuan pada ujung

spektrum usia produktif mempunyai insiden yang lebih tinggi terhadap

terjadinya hasil yang buruk menurut (Anwar dkk, 2022).

Masa kehamilan dimulai dari pembuahan sampai lahirnya janin,

lamanya 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari

pertama haid terakhir. Reproduksi sehat untuk hamil dan melahirkan

adalah usia 20-30 tahun, jika terjadi kehamilan di bawah atau di atas usia
12

tersebut maka akan dikatakan berisiko akan menyebabkan terjadinya

kematian 2-4x lebih tinggi dari reproduksi sehat (Anwar dkk, 2022).

Ibu hamil dengan usia antara 20-35 tahun akan lebih siap baik

secara jasmani maupun rohaninya untuk terjadinya khamilan. Karena

pada usia tersebut keadaan gizi seorang ibu lebih baik dibandingkan

pada usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun. Usia ibu hamil

juga sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan janin

maupun ibunya sendiri. Semakin muda dan semakin tua usia ibu hamil

juga berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan gizi yang diperlukan.

Wanita muda (kurang dari 20 tahun) perlu tambahan gizi karena selain

digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri juga

harus berbagi dengan janin yang sedang dikandungnya. Sementara umr

yang lebih tua (lebih dari 35 tahun) perlu energi yang besar juga

karena fungsi organ yang semakin melemah dan diharuskan untuk

bekerja maksimal, maka diperlukan tambahan energi yang cukup guna

mendukung kehamilan yang sedang berlangsung (Anwar dkk, 2022).

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.

Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)

dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3

triwulan, yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan,

triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari

bulan ke-7 sampai 9 bulan (Anwar dkk, 2022).


13

Hubungan antara usia dengan kualitas hidup sangat kompleks.

Karena ditemukan banyak penelitian menyebutkan tingkat usia

berkebalikan dengan domain fisik, semakin lanjut usia seseorang, fungsi

tubuh semakin menurun. Pada ibu hamil preeklampsia kualitas hidup

kliien < 30 tahun akan lebih baik dari pada klien dengan usia > 30 tahun

(Anwar dkk, 2022).

b) Paritas

Paritas adalah jumlah anak yang hidup atau jumlah kehamilan yang

menghasilkan janin yang mampu hidup diluar rahim. Jumlah kehamilan

sebelumnya pada ibu hamil merupakan faktor risiko yang berhubungan

dengan usia dan termasuk di dalamnya kehamilan pertama. Insiden

preeklampsia akan terjadi peningkatan pada kehamilan pertama. Paritas

dibagi menjadi tiga macam, antara lain: primiparitas (kelahiran bayi

hidup untuk pertama kali dari seorang wanita), multiparitas (kelahiran

bayi hidup dua kali atau lebih dari seorang wanita), grande-multiparitas

(kelahiran bayi lebih dari 5 orang anak). Paritas 2 sampai 3 merupakan

paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal (Anwar dkk,

2022).

Ibu dengan paritas tinggi lebih dari 3 memiliki angka maternal

yang tinggi karena dapat terjadi gangguan endometrium. Penyebab

gangguan endometrium tersebut dikarenakan kehamilan berulang. Pada

paritas pertama berisiko karena rahim baru pertama kali menerima hasil

konsepsi dan keluwesan otot rahim masih terbatas untuk pertumbuhan


14

janin. Tingkat paritas telah menarik perhatian peneliti dalam kesehatan

ibu dan anak. Dikatakannya bahwa terdapat kecenderungan kesehatan ibu

yang berparitas tinggi lebih baik dari pada yang berparitas rendah,

terdapat asosiasi antara tingkat paritas dan penyakit penyakit tertentu

yang berkaitan dengan kehamilan (Anwar dkk, 2022).

c) Hamil usia dini

Kehamilan usia dini (usia muda/remaja) adalah kehamilan yang

terjadi pada remaja putri berusia <20 tahun. Kehamilan tersebut dapat

disebabkan oleh karena hubungan seksual (hubungan intim) dengan

pacar, dengan suami, pemerkosaan, maupun faktor-faktor lain yang

menyebabkan sperma membuahi telurnya dalam rahim perempuan

tersebut. Masa kehamilan dimulai dari pembuahan sampai lahirnya janin,

lamanya 280 hari atau 40 minggu atau 9 bulan 7 hari, dihitung dari hari

pertama haid terakhir. Dalam masa reproduksi, usia di bawah 20 tahun

adalah usia yang dianjurkan untuk menunda perkawinan dan kehamilan

(Anwar dkk, 2022).

Proses pertumbuhan berakhir pada usia 20 tahun, dengan alasan

ini maka dianjurkan perempuan menikah pada usia minimal 20 tahun.

Reproduksi sehat untuk hamil dan melahirkan adalah usia 20-30 tahun,

jika terjadi kehamilan di bawah atau di atas usia tersebut maka akan

dikatakan beresiko akan menyebabkan terjadinya kematian 2-4 x lebih

tinggi dari reproduksi sehat. Kehamilan yang terjadi di usia muda


15

merupakan salah satu resiko seks pranikah atau seks bebas adalah

kehamilan yang tidak diharapkan (KTD) (Anwar dkk, 2022).

Kehamilan pranikah adalah kehamilan yang pada umumnya tidak

direncanakan dan menimbulkan perasaan bersalah, berdosa dan malu

pada remaja yang mengalaminya, ditambah lagi dengan adanya sanksi

sosial dari masyarakat terhadap kehamilan dan kelahiran anak tanpa

ikatan pernikahan. Kehamilan pada remaja dapat menimbulkan masalah

karena pertumbuhan tubuhnya belum sempurna, kesulitan dalam

persalinan, atau belum siap melaksanakan peran sebagai ibu. urang siap

dalam sosial ekonomi (Anwar dkk, 2022),

d) Ekonomi

Sosial ekonomi merupakan faktor yang dapat mempengaruhi

kualitas hidup individu. Status ekonomi keluarga adalah pendapatan

keluarga yang diperoleh tiap bulan untuk membiayai keperluan hidup,

termasuk kebutuhan kesehatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan,

pemenuhan status gizi pada saat hamil dan setelah melahirkan.

Jumlah penghasilan dapat berhubungan dengan kebutuhan hidup

yang diperoleh setiap orang Penghasilan yang rendah dapat

menyebabkan faktor risiko rendahnya kualitas hidup seseorang (Tahir,

2021). Pendapatan rendah menimbulkan kondisi keuangan yang tidak

mencukupi kebutuhan perawatan dan makanan selama kehamilan dapat

mendasari suatu kemiskinan, sehingga dengan keadaan seperti ini dapat

meningkatkan risiko komplikasi pada kehamilan (Anwar dkk, 2022).


16

e) Tingkat Pendidikan

Pendidikan juga merupakan faktor kualitas hidup. Kualitas hidup

akan meningkat seiring dengan lebih tingginya tingkat pendidikan yang

didapatkan oleh individu. Hal tersebut terjadi karena individu yang

memiliki pendidikan yang rendah akan merasa tidak percaya diri dan

merasa bahwa dirinya tidak berguna. Pendidikan juga menjadi salah satu

indikator dalam mengukur kesejahteraan masyarakat. Masyarakat dengan

tingkat pendidikan tinggi diharapkan memiliki kualitas hidup yang tinggi

sehingga kesejahteraan dapat tercapai (Tahir, 2021).

Tingkat pendidikan ibu hamil dapat mempengaruhi kualitas hidup

ibu hamil, dimana semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, maka

kedewasaannya semakin matang, mudah dalam menerima serta

memahami suatu informasi yang positif. Keterkaitan dengan masalah

kesehatan adalah wanita dengan pendidikan lebih tinggi cenderung lebih

memperhatikan kesehatan dirinya (Tahir, 2021).

Tingkat pengetahuan berpangaruh kuat dalam peningkatan kualitas

hidup. Hal ini dapat dipengaruhi pada pendidikan yang lebih tinggi

sehingga memiliki pengetahuan yang luas secara signifikan dapat

meningkatkan kualitas hidup seseorang (Tahir, 2021).

f) Pekerjaan

Penduduk dengan status sebagai pelajar, bekerja, serta penduduk

yang tidak bekerja memiliki perbedaan dalam kualitas hidup. Hal ini

disebabkan karena dengan mempunyai suatu pekerjaan dapat


17

meningkatkan keamanan finansial, sehingga berdampak positif terhadap

kualitas hidup dengan meningkatkan perawatan diri, interaksi sosial yang

baik, mengurangi tekanan psikososial, dan mengurangi beban keuangan.

Karateristik atau jenis pekerjaan dengan menguras waktu dan tenaga

dapat menyebabkan suatu risiko timbulnya masalah kesehatan bagi

seseorang. Pekerjaan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi

kualitas hidup seseorang. Dimana individu yang bekerja memiliki

kualitas hidup yang lebih baik dibandingkan individu yang tidak bekerja

(Tahir, 2021).

g) Status perkawinan

Individu yang menikah memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi

dari pada individu yang tidak menikah, bercerai, ataupun janda atau duda

akibat pasangan meninggal dikarenakan adanya status perkawinan

membuat rasa nyaman dan percaya diri ibu hamil selama masa

kehamilannya (Tahir, 2021).

h) Keluarga

Dukungan keluarga erat kaitannya dalam menunjang kualitas hidup

seseoranmg. Hal ini di karenakan kualitas hidup merupakan suatu

persepsi yang hadir dalam kemampuan keterbatasan, gejala serta sifat

psikososial hidup individu baik dalam konteks lingkungan budaya dan

nilainya dalam menjalankan peran dan fungsinya sebagaimana mestinya

Keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas hidup. Peran

keluarga sangatlah penting dalam pemeliharaan dan perawatan


18

kesehatan. Keluarga adalah pihak yang pertama kali memberikan

pertolongan bila salah satu anggotanya mengalami gangguan kesehatan

(Zadeh et al., 2021).

Wanita yang hamil tanpa suami, ia mengalami perubahan peran dan

matang secara psikologis. Ia juga menghadapi kenyataan dan

merencanakan sebagai orang tua tunggal. Bahkan jika ia ingin melepas

anaknya, ia harus tetap meneruskan kehamilannya dengan pemikiran

masih ada yang bergantung kepadanya. Wanita tersebut memerlukan

dukungan dari keluarga. Keluarga dengan ibu hamil, perlu memelihara

keterbukaan dan keseimbangan, menjaga tugas perkembangan, serta

mencari bantuan dan dukungan agar tidak terjadi konflik. Selama hamil,

pasangan merencanakan bersama kelahiran anak pertama mereka, dan

mengumpulkan informasi tentang cara menjadi orang tua. Ketersediaan

dukungan sosial untuk kesejahteraan psikososial ibu hamil merupakan

faktor penting. Anggota keluarga yang lain, terutama ayah dan ibu,

kakek/nenek dan saudara yang lain juga harus menyesuaikan diri dengan

remaja yang hamil. Untuk beberapa pasangan, kehamilan dapat

berkembang menjadi krisis yang merupakan gangguan atau konflik yang

dapat mengganggu keseimbangan antara anggota keluarga (Zadeh et al.,

2021).

i) Masyarakat

Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah

system, dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu yang


19

berada dalam kelompok. Masyarakat sebuah komunitas yang

interdependen (saling tergantung satu sama lain). Rendahnya pola hidup

sehat di kalangan masyarakat sehingga rentan terhadap berbagai penyakit

yang berdampak terhadap kualitas hidup (Zadeh et al., 2021).

j) Budaya

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki

bersama oleh sebuah kelompok orang yang diwariskan dari generasi ke

generasi. Budaya terbentuk dari unsur yang rumit, termasuk sistem

agama dan politik, adat istiadat, bahasa. Faktor budaya juga

mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Kepercayaan dan budaya

menjadi faktor penting dalam menentukan perilaku ibu. Setiap

masyarakat masing-masing mempunyai tradisi sendiri terhadap

keyakinan mengenai kesehatan serta penggunaan pelayanan kesehatan

sehingga akan mempengaruhi kesehatan ibu hamil (Tyasning dan

Prasetyorini, 2019).

k) Konsumsi alkohol

Minuman beralkohol atau sering disebut minuman keras adalah

jenis NAPZA dalam bentuk minuman yang mengandung alkohol tidak

peduli berapa kadar alkohol didalamnya. Alkohol termasuk zat adiktif,

artinya zat tersebut dapat menimbulkan adiksi (addiction) yaitu ketagihan

dan dependensi (ketergantungan). Alkohol saat ini tidak hanya digunakan

dalam dunia medis saja, alkohol tidak asing lagi bagi masyarakat umum,

terlebih orang yang menyalahgunakannya salah satunya adalah minuman


20

beralkohol. Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung zat

etanol, zat psikoaktif yang bila dikonsumsi akan mengakibatkan

kehilangan kesadaran sehingga apabila ibu hamil mengkonsumsi alhokol

akan mempengaruhi kesehatannya (Zadeh et al., 2021).

2. Faktor Fisik

a) Riwayat reproduksi

Riwayat reproduksi adalah riwayat kesehatan reproduksi ibu hamil

apakah dalam keadaan normal atau dalam keadaan sakit. Ibu hamil

dengan riwayat reproduksi yang sehat maka kesejahteraan tubuhnya akan

sehat pula sehingga kualitas hidupnya menjadi baik. Ibu hamil yang

memiliki gangguan dengan kesehatannya, maka akan memiliki kualitas

hidup yang tidak baik. Ibu hamil atau bersalin harus senantiasa menjaga

kesehatan agar tercapainya kualitas hidup yang baik. Hal ini karena peran

mereka sangat besar (Anwar dkk, 2022).

b) Komplikasi obstetric

Kualitas hidup pada periode kehamilan yang rendah dapat

berdampak pada semakin tingginya risiko komplikasi kehamilan maupun

persalinan sehingga kualitas hidupnya menjadi buruk. Kualitas hidup

yang rendah pada periode kehamilan mengakibatkan pertumbuhan bayi

terhambat akibat pengasuhan yang kurang adekuat, serta terjadinya

komplikasi pada ibu hamil. Masalah kesehatan pada ibu hamil, baik

secara fisik maupun psikis, memiliki dampak terhadap kualitas hidup Ibu

(Anwar dkk, 2022).


21

Wanita dengan kehamilan risiko tinggi perlu menyiapkan diri

dengan lebih memperhatikan kondisi kesehatannya dalam menghadapi

kehamilan. Melalui peningkatan kondisi kesehatan yang berdampak

secara langsung terhadap peningkatan kualitas hidup, 90- 95% ibu hamil

yang termasuk kehamilan dengan risiko tinggi dapat melahirkan dengan

selamat dan mendapatkan bayi yang sehat. Kehamilan risiko tinggi dapat

dicegah dan diatasi dengan baik jika gejalanya ditemukan sedini mungkin

sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikinya (Anwar dkk, 2022).

c) Obesitas

Obesitas atau kelebihan berat badan adalah keadaan berat badan

seseorang melebihi berat badan normal. Obesitas merupakan timbunan

triasil gliserol berlebih dijaringan lemak akibat asupan energy berlebih

dibandingkan penggunannya. Obesitas berhubungan engan penyakit yang

dapat menurunkan kuantitas dan kualitas hidupnya. Obesitas terjadi jika

dalam satu periode waktu lebih banyak kalori yang masuk melalui

makanan daripada yang digunakan untuk menunjang kebutuhan energy

tubuh, yang selanjutnya energy berlebih akan disimpan sebagai

trigliserida di jaringan lemak (Salmah dkk., 2019 : 22 ).

d) Perubahan fisiologik selama kehamilan

Respon emosi dan psikologis ibu hamil selama hamil termasuk

menolak, menerima, perubahan perasaan, dan perubahan citra tubuh

seperti ibu merasa tidak cantik lagi, ibu merasa suami tidak sayang lagi
22

pada dirinya, takut suaminya selingkuh sehingga dapat menurunkan

kualitas hidupnya (Salmah dkk., 2019 : 23).

e) Aktifitas Fisik

Ibu hamil yang memiliki aktifitas fisik yang kurang akan

berpengaruh pada kualitas hidupnya. Untuk mendapatkan kualitas hidup

yang baik sangat terkait dengan pengaturan pola makan dan minum yang

halal dan baik, keseimbangan beraktifitas dan beristirahat, olahraga,

ibadah dan perhatian dari orang terdekat. Apabila hal-hal tersebut dapat

dipenuhi dengan cara yang tepat, maka akan lebih mendekati kehidupan

yang sehat dan berkesinambungan (Wilanda, 2021).

Ibu hamil yang tidak melakukan aktifitas fisik ringan selama

kehamilan meningkatkan resiko jantung kerja lambat, dan peredaran

darah ke rahim juga ikut terganggu, sebaliknya apabila ibu hamil tetap

melakukan aktifitas fisik selama kehamilan dapat menurunkan tekanan

darah.Sebuah penelitian baru juga mengungkapkan bahwa saat seorang

calon ibu bekerja atau melakukan aktifitas fisik, janinnya akan

mendapatkan efek yakni jantung si janin makin kuat dan sehat.

Setidaknya irama jantungtidak berdetak kencang, melainkan melambat

teratur (Wilanda, 2021).

f) Tidur

Tidur cukup selama hamil juga mengurangi risiko terjadinya

komplikasi selama kehamilan. Menurut penelitian National Sleep

Foundation, ibu hamil yang tidur 7 jam sehari memiliki kemungkinan


23

lebih kecil untuk melahirkan bayi premature. durasi tidur yang

dianjurkan bagi ibu hamil berkisar antara 7 hingga 9 jam setiap hari. Jika

kurang dari itu, maka tanda-tanda ibu hamil kurang tidur. Sebaliknya,

jika ibu hamil tidur selama 9 hingga 10 jam, itu menjadi tanda kelebihan

jam tidur (Wilanda, 2021).

3. Faktor Psikologis.

a) Stress

Kondisi hamil mengganggu citra tubuh dan juga ia perlu

mengkaji kembali perubahan peran dan hubungan sosialnya. Stres ibu

hamil dipengaruhi oleh emosinya yang masih labil, lingkungan sosial,

latar belakang budaya, dan penerimaan atau penolakan terhadap

kehamilannya. Stres pada ibu hamil tidak saja berakibat pada ibu tetapi

juga berakibat pada janin yang dikandungnya. Karena posisi janin yang

berada di dalam rahim dalam merespons apa yang sedang dialami oleh

ibu. Berdasarkan penelitian, ibu hamil yang mengalami stres akan

meningkatkan resiko melahirkan bayi prematur, melahirkan bayi yang

lebih kecil. Bahkan bahaya stres pada ibu hamil dapat mengakibatkan

janin keguguran (Salmah dkk., 2021 : 24).

b) Kekerasan dalam rumah tangga

Kekerasan dalam rumah tangga adalah salah satu pemicu stres yang

paling terkenal yang berdampak langsung pada kesehatan fisik dan

mental. Namun, beban kekerasan dalam rumah tangga sering tidak


24

dilaporkan, dan dampaknya terhadap kesehatan mental (Salmah dkk.,

2019 hal 25).

c) Rasa Bahagia selama kehamilan

Periode kehamilan adalah suatu kondisi yang dipersiapkan secara

fisik dan psikologis untuk kelahiran dan menjadi orang tua. Kehamilan

adalah suatu krisis yang mematangkan dan dapat menimbulkan stres

tetapi konsekuensinya adalah wanita tersebut harus siap memasuki suatu

fase baru untuk bertanggungjawab dan memberi perawatan. Konsep

dirinya berubah, siap menjadi orang tua dan menyiapkan peran barunya.

Secara bertahap ia berubah dari memperhatikan dirinya sendiri, punya

kebebasan menjadi suatu komitmen untuk bertanggungjawab kepada

makhluk lain (Salmah, 2021 : 25).

Kehamilan merupakan tantangan, titik balik dari kehidupan

keluarga, dan biasanya diikuti oleh stres dan gelisah, baik itu kehamilan

yang diharapkan atau tidak terutama pada kehamilan usia dini. Untuk

keluarga pemula, kehamilan adalah periode transisi dari masa anak-anak

menjadi orang tua dengan karakteristik yang menetap dan mempunyai

tanggungjawab yang menuntut kesiapan menjadi seorang ibu. Wanita

akan menjadi ibu dan suaminya akan menjadi ayah (Salmah dkk., 2019 :

25).

d) Sikap optimis

Langkah pertama untuk beradaptasi dengan peran sebagai ibu

adalah menerima kehamilan. Tingkat penerimaan ini digambarkan dalam


25

kesiapan wanita untuk hamil dan dalam respon emosinya. Banyak wanita

merasa kaget mendapatkan dirinya hamil. Penerimaan terhadap kondisi

hamil sejalan dengan penerimaan tumbuhnya janin secara nyata.

Kehamilan yang tidak diterima, berbeda dengan menolak anak. Seorang

wanita dapat saja tidak suka hamil, tetapi mencintai anak yang akan

dilahirkan (Salmah dkk., 2019 : 26).

2.2.1 Alat Pengukuran Kualitas Hidup

Kualitas hidup ada dua penilaian, yakni secara subjektif dan objektif.

Dari sisi subjektif, pengukuran dilakukan berdasarkan pandangan atau perasaan

dari diri sendiri, sedangkan dari sisi objektif pengambilan serta pengukuran

data secara langsung dari seseorang terkait melaksanakan pengukuran dengan

indikator yang sudah memiliki ketetapan (WHO, 2020 : 5).

Kedua jenis penilaian tersebut dapat diuraikan dalam segi fisik, sosial,

emosional, dan material. Dari segi fisik, diantaranya kesehatan, keselamatan,

mobilitas, serta kesegaran. Dari segi material, diantaranya keuangan,

pendapatan, jenis-jenis aspek dari lingkungan kehidupan, transportasi,

keamanan, serta masa jabatan. Pemberian dukungan antara individu dengan

teman, keluarga, serta keterlibatan dalam komunitas merupakan aspek sosial,

serta dari segi emosional, diantaranya afeksi stres, tingkatan mental, harga diri,

menghargai, serta peningkatan dalam keimanan beragama (WHO, 2020 : 6).

Penggunaan instrumen dalam mengukur kulitas hidup secara luas dan

umum pada berbagai macam penyakit adalah kuisioner WHOQOL-BREF.

Kuisioner WHOQOL-BREF terbagi menjadi empat aspek, diantaranya aspek


26

kesehatan fisik, aspek psikologis, aspek hubungan sosial, serta aspek

lingkungan (WHO, 2020 : 6).

Instrumen ini relatif singkat, dapat diterima terhadap penggunaan

instrumen, berlaku terhadap lintas budaya, serta dapat dilaksanakan pada

epidemiologi yang berbeda. Instrumen ini mampu menyampaikan beberapa

data sebanyak 52,9%-61,4% yang telah digabungkan (WHO, 2020 : 6).

2.2.2 Hubungan Umur Dengan Kualitas Hidup Ibu Hamil

Menurut The World Health Organization Quality of Life (WHOQOL)

Group (2020) kualitas hidup merupakan pemikiran seseorang yang mengenai

posisi seseorang, hidup dalam lingkup budaya serta sistem nilai dimana

seseorang hidup, serta ada keterkaitan hubungan antara tujuan, keinginan,

standar yang dipastikan serta dapat menjadi perhatian pada seseorang. Kualitas

hidup rendah dapat disebabkan oleh faktor sosiodemografi (WHO, 2020 hal 7).

Kualitas hidup juga merupakan keseluruhan ketenangan hidup yang

melingkupi evaluasi objektif serta subjektif. Evaluasi objektif termasuk dalam

kondisi kehidupan individu meliputi kesehatan, pendapatan materi, kualitas

hidup dalam lingkup rumah, hubungan antara pertemanan, aktifitas, serta peran

sosial, sedangkan evaluasi subjektif merupakan acuan pada kepuasan pribadi

terhadap kondisi hidupnya (WHO, 2020 : 7).

Beberapa faktor sosiodemografi seperti usia makin muda memiliki

kualitas hidup makin baik dari pada usia yang lebih tua. Umur sangat

mempengaruhi kualitas hidup individu, karena individu yang semakin tua akan

semakin turun kualitas hidupnya. Semakin bertambahnya usia, munculnya rasa


27

putus asa akan terjadinya hal-hal yang lebih baik dimasa yang akan datang.

Perempuan pada ujung spektrum usia produktif mempunyai insiden yang lebih

tinggi terhadap terjadinya hasil yang buruk menurut (Anwar dkk, 2022).

Ibu hamil dengan usia antara 20-35 tahun akan lebih siap baik secara

jasmani maupun rohaninya untuk terjadinya khamilan. Karena pada usia

tersebut keadaan gizi seorang ibu lebih baik dibandingkan pada usia kurang

dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun. Usia ibu hamil juga sangat berpengaruh

pada pertumbuhan dan perkembangan janin maupun ibunya sendiri. Semakin

muda dan semakin tua usia ibu hamil juga berpengaruh pada pemenuhan

kebutuhan gizi yang diperlukan. Wanita muda (kurang dari 20 tahun) perlu

tambahan gizi karena selain digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan

dirinya sendiri juga harus berbagi dengan janin yang sedang dikandungnya.

Sementara umr yang lebih tua (lebih dari 35 tahun) perlu energi yang besar

juga karena fungsi organ yang semakin melemah dan diharuskan untuk

bekerja maksimal, maka diperlukan tambahan energi yang cukup guna

mendukung kehamilan yang sedang berlangsung (Anwar dkk, 2022).

Hubungan antara usia dengan kualitas hidup sangat kompleks. Karena

ditemukan banyak penelitian menyebutkan tingkat usia berkebalikan dengan

domain fisik, semakin lanjut usia seseorang, fungsi tubuh semakin menurun.

Pada ibu hamil preeklampsia kualitas hidup kliien < 30 tahun akan lebih baik

dari pada klien dengan usia > 30 tahun (Anwar dkk, 2022).
28

2.2.3 Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Kualitas Hidup Ibu Hamil

Kualitas hidup merupakan keseluruhan ketenangan hidup yang

melingkupi evaluasi objektif serta subjektif. Evaluasi objektif termasuk dalam

kondisi kehidupan individu meliputi kesehatan, pendapatan materi, kualitas

hidup dalam lingkup rumah, hubungan antara pertemanan, aktifitas, serta peran

sosial, sedangkan evaluasi subjektif merupakan acuan pada kepuasan pribadi

terhadap kondisi hidupnya (WHO, 2020 : 7).

Beberapa faktor sosiodemografi seperti tingkat pendidikan. Kualitas

hidup akan meningkat seiring dengan lebih tingginya tingkat pendidikan yang

didapatkan oleh individu. Hal tersebut terjadi karena individu yang memiliki

pendidikan yang rendah akan merasa tidak percaya diri dan merasa bahwa

dirinya tidak berguna. Pendidikan juga menjadi salah satu indikator dalam

mengukur kesejahteraan masyarakat. Masyarakat dengan tingkat pendidikan

tinggi diharapkan memiliki kualitas hidup yang tinggi sehingga kesejahteraan

dapat tercapai (Tahir, 2021).

Tingkat pendidikan ibu hamil dapat mempengaruhi kualitas hidup ibu

hamil, dimana semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, maka kedewasaannya

semakin matang, mudah dalam menerima serta memahami suatu informasi

yang positif. Keterkaitan dengan masalah kesehatan adalah wanita dengan

pendidikan lebih tinggi cenderung lebih memperhatikan kesehatan dirinya

(Tahir, 2021).
29

2.2.4 Hubungan Paritas Dengan Kualitas Hidup Ibu Hamil

Kualitas hidup merupakan suatu persepsi dari individu atau yang

mengenai keadaan individu, yang hidup pada lingkup budaya serta sistem nilai

dalam kehidupan individu, serta ada keterkaitan hubungan antara tujuan,

harapan, standar yang telah ditentukan serta dapat menjadi suatu perhatian

seseorang. Penilaian kebutuhan ibu terhadap fokus pelayanan kesehatan dapat

dilihat melalui pengukuran kualitas hidup (quality of life). Karena pengukuran

kualitas hidup menilai empat domain meliputi kesehatan fisik, kondisi

psikologi, interaksi sosial dan respon terhadap lingkungan. Pada fase

kehamilan terjadi perubahan fisik yang sangat jelas, sehingga keluhan fisik

merupakan konsekuensi utama. Akibat adanya mekanisme psikosomatis, maka

perubahan fisik yang terjadi menyebabkan perubahan psikologi. Secara

asosiatif, kondisi lingkungan dan interaksi sosial akan saling memengaruhi

terhadap perubahan psikologi (WHO, 2020 : 7).

Beberapa faktor sosiodemografi seperti paritas. Paritas adalah jumlah anak

yang hidup atau jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu

hidup diluar rahim. Jumlah kehamilan sebelumnya pada ibu hamil merupakan

faktor risiko yang berhubungan dengan usia dan termasuk di dalamnya

kehamilan pertama. Insiden preeklampsia akan terjadi peningkatan pada

kehamilan pertama. Paritas dibagi menjadi tiga macam, antara lain:

primiparitas (kelahiran bayi hidup untuk pertama kali dari seorang wanita),

multiparitas (kelahiran bayi hidup dua kali atau lebih dari seorang wanita),

grande-multiparitas (kelahiran bayi lebih dari 5 orang anak). Paritas 2 sampai 3


30

merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal (Anwar

dkk, 2022).

Ibu dengan paritas tinggi lebih dari 3 memiliki angka maternal yang

tinggi karena dapat terjadi gangguan endometrium. Penyebab gangguan

endometrium tersebut dikarenakan kehamilan berulang. Pada paritas pertama

berisiko karena rahim baru pertama kali menerima hasil konsepsi dan

keluwesan otot rahim masih terbatas untuk pertumbuhan janin. Tingkat paritas

telah menarik perhatian peneliti dalam kesehatan ibu dan anak. Dikatakannya

bahwa terdapat kecenderungan kesehatan ibu yang berparitas tinggi lebih baik

dari pada yang berparitas rendah, terdapat asosiasi antara tingkat paritas dan

penyakit-penyakit tertentu yang berkaitan dengan kehamilan sehingga

mempengaruhi kualitas hidupnya (Anwar dkk, 2022)


31

2.3 Penelitian Sebelumnya

Tabel 2.1 Penelitian-Penelitian Sebelumnya

Persamaan dan
perbedaan
No Peneliti Tahun Judul Variabel Hasil Dengan Penelitian
Yang Akan
Dilakukan
1 Puspitasari, 2021 The a. Kualitas Hasil penelitian a. Persamaan
I.W Difference hidup ibu menunjukkan Salah satu
Duhita, F, s of hamil bahwa variabel yang
Sujarwanta, Maternal b. Jualitas karakteristik diteliti adalah
T.P.,. Quality of hidup ibu yang kualitas hidup
Life post berhubungan ibu hamil
between partum dengan kualitas b. Perbedaan
Mother in hidup adalah Pada penelitian
Late tingkat ini variable
Pregnancy pendidikan ibu yang diteliti
and Early hamil (terhadap umur.
Puerpuriu seluruh domain Pendidikan,
m in Kota kualitas hidup) paritas
Yogyakart dan paritas ibu sedangkan
a. Jurnal hamil (terhadap penelitian
Kesehatan domain Duhita adalah
Reproduks kesehatan perbedaan
i, fisik). Rerata kualitas hidup
12(1),:65 skor kualitas ibu hamil dan
– 76. hidup pada ibu ibu postpartum
Tahun nifas
2021 dibandingkan
dengan kualitas
hidup ibu
hamil secara
konsisten pada
seluruh domain
menunjukkan
nilai yang lebih
rendah, namun
perbedaan
tersebut tidak
bermakna
secara statistik.
2 Ramadhani, 2020 Hubungan a. Faktor Hasil penelitian a. Persamaan
L. antara sosiode menunjukkan Variabel
factor mografi bahwa tidak kualitas hidup
32

sosiodemo b. Kualita ada hubungan dan umur


grafi s hidup antara umur b. Perbedaan
dengan pada dengan kualitas Variabel
kualitas ibu hidup (p- tingkat
hidup pada hamil value>α = pendidikan
ibu hamil 0,0941>0,005 dan paritas
dengan dan r = sedangkan
preeklamp 0,012); ada penelitian
sia di hubungan Ramadhani
Wilayah antara status adalah status
Kabupaten kerja dengan kerja,
Jember kualitas hidup penghasilan
tahun (p-value<α = keluarga, jarak
2020 0,000<0,005 tempuh ke
dan r = -0,955); fasilitas
ada hubungan kesehatan
antara
penghasilan
keluarga
dengan kualitas
hidup (p-
value<α =
0,000<0,005
dan r = 0,915);
ada hubungan
antara jarak
tempuh ke
fasilitas
kesehatan
dengan
kualitas hidup
(p-va ue<α =
0,000<0,005
dan r =-
0,675); ada
hubungan
antara status
kerja dengan
kualitas hidup
(p-value<α =
0,000<0,005
dan r = -
0,955); ada
hubungan
antara
ketersediaan
33

asuransi
kesehatan
dengan
kualitas hidup
(p-value<α =
0,001<0,005
dan r = -
0,491);
3 Wulandari, 2020 Faktor a. Faktor Hasil penelitian a. Persamaan
R.P., demografi demogr dengan hasil Variabel
Mufdlilah dan afi uji statistik kualitas hidup
obstetrik b. Obstetri ChiSquare b. Perbedaan
dalam k membuktikan Responden
mempenga c. Kualita bahwa ada penelitian ini
ruhi s hidup pengaruh adalah ibu
kualitas faktor hamil
hidup demografi sedangkan
postpartu meliputi Wulandari
m Jurnal variabel adalah ibu
Kebidanan penghasilan postpartum
– Vol 9, terhadap
No 2 kualitas hidup
(2020), postpartum (Ha
129-142. diterima, Ho
Tahun ditolak) dengan
2020 p-value 0,003
< 0,05, p-value
0,001 < 0,05,
dan p-value
0,002 < 0,05.
Faktor
obstetrik
meliputi
riwayat
komplikasi,
riwayat
abortus,
kehamilan
diinginkan, dan
factor
menyusui
mempunyai
pengaruh
terhadap
kualitas hidup
postpartum (Ha
34

diterima, Ho
ditolak) dengan
p-value <
0,050, p-value
< 003, pvalue <
0,040, p-value
< 0,000, p-
value < 0,017,
dan p-value <
0,002.
4 Muzakkir , 2019 Hubungan a. Faktor Hasil penelitian a. Persamaan
Azniah Sitti antara sosiode ini didapatkan Variabel
Aminah faktor mografi bahwa umur,
sosiodemo b. Depresi hubungan pendidikan
grafi maternal antara usia ibu b. Perbedaan
dengan (p=0,699), Variabel
potensi pendidikan ibu penelitian ini
kejadian (p=0,569), kualitas hidup
depresi pekerjaan ibu sedangkan
maternal (p=1,000), dan Muzakkir
pada ibu pendapatan adalah depresi
hamil di keluarga maternal
Puskesmas (p=1,000)
Pampang dengan potensi
Kota kejadian
Makassar depresi
tahun maternal pada
2019. ibu hamil di
Jurnal Puskesmas
Ilmiah Pampang Kota
Kesehatan Makassar.
Diagnosis Kesimpulan
Volume penelitian ini
14 Nomor adalah tidak
2. ada hubungan
antara usia,
pendidikan,
pekerjaan, dan
pendapatan
keluarga
dengan potensi
kejadian
depresi
maternal pada
ibu hamil di
Puskesmas
35

Pampang Kota
Makassar.
36

2.4 Kerangka Teori

Faktor
Sosisodemografi
- Umur
- Paritas
- Hamil usia dini
- Ekonomi
- Tingkat
Pendidikan
- Pekerjaan
- Status perkawinan
- Keluarga
- masyarakat
- Budaya
- Konsumsi alkohol

Faktor Fisik
- Riwayat
reproduksi
- Komplikasi
obstetrik
- Obesitas Kualitas Hidup
- Perubahan
fisiologik selama
kehamilan
- Olahraga
- Tidur

Faktor Psikologis
- Stress
- Kekerasa dalam
rumah tangga
- Rasa Bahagia
selama
kehamilan
- Sikap optimis
37

Gambar 1. Kerangka teori penelitian yang dimodifikasi dari Anwar dkk (2022);
Salmah dkk (2022); Tahir, S (2021)

2.5 Kerangka Konsep Penelitian

Umur

Tingkat Kualitas Hidup


pendidikan
38

Paritas

Keterangan

Variabel bebas 1: umur

Variabel bebas 2: tingkat pendidikan

Variabel bebas 3: paritas

Variabel bebas 4: kualitas hidup

2.6 Hipotesis Penelitian

1. Ha: Ada hubungan umur dengan kualitas hidup ibu hamil di Puskesmas
Perumnas Kota Kendari.
Ho: Tidak ada hubungan umur dengan kualitas hidup ibu hamil di
Puskesmas Perumnas Kota Kendari.
2. Ha: Ada hubungan tingkat pendidikan dengan kualitas hidup ibu hamil di
Puskesmas Perumnas Kota Kendari.
Ho: Tidak ada hubungan tingkat pendidikan dengan kualitas hidup ibu
hamil di Puskesmas Perumnas Kota Kendari.
3. Ha: Ada hubungan paritas dengan kualitas hidup ibu hamil di Puskesmas
Perumnas Kota Kendari.
Ho: Tidak ada hubungan paritas dengan kualitas hidup ibu hamil di
Puskesmas Perumnas Kota Kendari.

Anda mungkin juga menyukai