Anda di halaman 1dari 10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Sensor Loadcell
Sensor loadcell merupakan jenis sensor yang digunakan untuk mengubah
ukuran beban menjadi sebuah tegangan listrik perubahan tegangan listrik.
Perubahan yang terjadi pada tegangan listrik akan bergantung dari besarnya tekanan
yang dirasakan atau yang diberikan beban. Untuk sensor loadcell terdapat
komponen bernama Strain Gauge didalamnya yang dimana strain gauge adalah
komponen elektronika yang berfungsi untuk mengukur sebuah tekanan. Strain
gauge menggunakan konfigurasi dari rangkaian jembatan wheatstone. Wheatsetone
terangkai dari 4 buah resistor yang dirangkai dengan jenis rangkain kombinasi yaitu
paralel dan seri[5].
Bahan sensor loadcell ini terbuat dari banyak variasi bahan antara lain
seperti alumunium, stainless steel dan baja.

Gambar 2.1 (a) Strain Gauge pada sensor loadcell (b) Strain Gauge disusun
dalam jembatan wheatstone [5]
Strain Gauge ini terbentuk dari kawat logam atau foil logam yang mempunyai
sifat insulatif (isolasi) yang diletakan didalam sensor loadcell yang berfungsi untuk
dapat mengukur sebuah tekanan dari hasil pembacaan beban.

4
Gambar 2.2 Foil Strain Gauge merenggang dan merapat [5]
Pada gambar diatas, apabila adanya tekanan pada sensor loadcell terjadi perubahan
pada saat mengalami tekanan akibat beban. Pada gambar 2.3 adalah penjelasan dari
polaritas sensor loadcell yang dimana memiliki 4 kutub yaitu kutub positif, kutub
negatif, tegangan kabel (Vout +) (Vout -). Kabel berwarna hitam merupakan
tegangan V-, kabel berwarna merah merupakan tegangan luaran V+, kabel
berwarna putih merupakan Vout- dan kabel berwarna merah merupakan tegangan
luaran Vout+.

Cara kerja dari sensor loadcell adalah dengan menggunakan jembatan


wheatstone berikut adalah cara kerja dari jembatan wheatstone.

Gambar 2.3 Rangkaian Jembatan Wheatstone

5
Jembatan wheatstone memiliki rangkaian yang telah dijelaskan pada gambar diatas
dimana nilai dari R1=R3 dan nilai dari R2=R4, yang dimana arus akan mengalir
dari sisi nilai R1 untuk mencari nilai pada Va yaitu tagangan pada R1 dan R3
menggunakan rumus

𝑅1
𝑉𝑎 = (𝑅1+𝑅3) × 𝑉𝑠 2.1

Sedangkan untuk mencari tegangan pada Vb yaitu tegangan pada R2 dan R4


menggunakan rumus

𝑅4
𝑉𝑏 = (𝑅2+𝑅4) × 𝑉𝑠 2.2

Untuk mencari nilai tegangan dari rangkaian jembatan wheatstone tersebut


menggunakan

𝑉𝑜𝑢𝑡 = 𝑉𝑎 − 𝑉𝑏 2.3

2. Prinsip Kerja Sensor Loadcell


Sensor berat atau sensor loadcell memilki prinsip kerja berupa timbangan
digital yaitu dengan cara memberikan output pada tegangan dari adanya perubahan
pada resistansi yang dihasilkan pada perubahan posisi penyangga beban. Sehingga
perubahan itu akan menghasilkan output pada amplifier. (Priskila M.N. Manege,
dkk).

Loadcell merupakan komponen utama pada timbangan yang berupa digital.


Cara kerja sensor loadcell bila diberikan suatu beban pada inti besi penimbangan
maka yang terjadi adalah nilai dari strain gauge dan resistansi akan berubah melalui
empat kabel pada komponen sensor loadcell. Yang dimana dua kabel tersebut
merupakan eksitasi dan dua kabel sebagai sinyal keluaran yang berfungsi sebagai
penghubung ke kontrol (Mirfan).

Loadcell atau yang lebih dikenal dengan sensor berat merupakan alat
pendeteksi perubahan pada massa yang dihasilkan oleh nilai suatu benda yang
sudah terkena nilai gravitasi dan gaya yang nantinya akan dijadikan suatu sinyal

6
analog yang diteruskan kepada tranduser. Tranduser berfungsi sebagai alat yang
mengubah nilai sinyal analog menjadi besaran listrik [19].

3. Error
Error adalah jumlah selisih atau perbedaan hasil dari nilai yang didapat atau
ideal dengan nilai sesungguhnya. Apabila hasil pembacaan suatu sistem
menunjukan nilai positiv maka nilai indikasi yang diperoleh lebih besar dari nilai
idealnya. Dan berlaku untuk nilai negative apabila hasil pembacaan suatu sistem
menunjukan nilai negatif maka nilai indikasi yang diperoleh lebih kecil dari nilai
idealnya [6].
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛𝑘𝑎𝑛−𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑎𝑑𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛
%𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% 2.4
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛𝑘𝑎𝑛

3. Akurasi (Accuracy)
Ketepatan atau yang lebih dikenal dengan akurasi adalah suatu hal yang
terbilang sangat penting yang dimiliki oleh sistem pada sensor yang berguna dalam
alat pengukuran atau pemantauan. Akurasi dapat didefinisikan pengukuran yang
menyatakan nilai error maksimum yang terdapat pada sensor yang muncul dalam
pengukuran suatu variable [7]. Menurut Wahjoedi akurasi merupakan kemampuan
sistem untuk melakukan suatu pembacaan dengan tepat. Akurasi adalah harga/nilai
yang mendekati nilai suatu pembacaan instrumentasi yang hampir mendekati nilai
yang sebenarnya dari suatu variable yang diukur (Drs. Sumarna, M.Si,). Rumus
untuk akurasi adalah sebagai berikut.

2.5

7
Gambar 2.4 Akurasi pada sensor
4. Mean
Mean merupakan nilai rata-rata yang memiliki pengertian adalah nilai dari
jumlah seluruh nilai dari data dibagi dengan nilai dari seluruhan kejadian yang
dijelaskan dengan rumus sebagai berikut [8].

2.6
5. Presisi (Precision)
Presisi merupakan ukuran yang bertujuan untuk menunjukkan nilai derajat
dari kedekatan antara nilai individual, pengukuran nilai presisi diukur dengan
melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata yang didapatkan dari hasil
sampel-sampel. Nilai presisi dikatakan baik apabila nilai dari KV bernilai < 2 [9].
Untuk rumus pengggunaan presisi adalah:

8
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑑𝑒𝑣𝑖𝑎𝑠𝑖
𝐾𝑉 = 𝑥100% 2.7
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑒𝑎𝑛

6. Standar Deviasi
Sedangkan untuk standar deviasi sampel (S) menggunakan persamaan
rumus

2.8
n = jumlah data pengukuran
εi = kesalahan ke-i (perbedaan antara nilai pengukuran ke-i dengan rata-rata
populasi)
vi = residu ke-i (perbedaan antara nilai pengukuran ke-i dengan rata-rata sampel)
B. Kajian Pengetahuan Pendukung yang Relevan
Jurnal yang membahas tentang sensor berat atau load cell diantaranya Arif
Yusuf Darmawan, H. Didik Notosudjono dan Dimas Bangun. Mengatakan bahwa
sensor berat dirancang untuk dapat mengidentifikasikan berat atau tekanan pada
sistem timbangan yang berupa digital sehingga dapat berfungsi sebagai alat yang
dapat mengukur berat. Sensor berat merupakan sebuah alat uji yang terbuat dari
perangkat listrik yang berfungsi untuk mengubah suatu energi menjadi energi yang
dapat mengubah gaya menjadi gaya listrik [10].

Load cell dikenal sebagai pengukuran force yang berfungsi sebagai


pengukuran berat. Load cell dapat digunakan dengan sangat mudah dan sangat
simple dalam implementasiannya. Load cell memiliki prinsip kerja dengan cara
stress atau shears yang diakibatkan dari suatu benda. Stress dan Shears
digambarkan dalam bentuk permukaan, perubahan panjang yang berupa regangan
dan tegangan yang diterima sensor sekunder yaitu strain gauge yang berada
didalam sensor load cell yang berfungsi mengubah regangan menjadi resistansi.
Pada saat penimbangan sensor load cell diberikan beban yang mengakibatkan
terjadinya suatu reaksi yang terjadi pada elemen logam dan terjadi perubahan
bentuk. Hasil gaya yang ditimbulkan pada regangan di konversikan dalam bentuk
sinyal listrik. Strain Gauge memiliki dua kondisi yaitu contract keadaan dimana

9
strain gauge mengalami berkurangnya nilai resistansi dan extend kondisi dimana
bertambahnya nilai resistansi. Konfigurasi jembatan pada strain gauge disusun
dengan daya suplai sebesar 10V, dengan adanhya regangan maka yang terjadi
adalah nilai resistansi akan berubah dan menyababkan berubahnya nilai tegangan.
Tegangan yang dihasilkan pada bridge masih terbilang kecil maka perlu adanya
penguat tegangan [11].

Load cell merupakan sebuah alat transducer yang berfungsi untuk


menghasilkan nilai output yang bernilai proporsional dengan gaya atau beban yang
diberikan. Load cell bisa memberikan nilai pengukuran yang akurat dari beban dan
gaya. Load cell berfungsi untuk digunakan mengkonversikan regangan yang terjadi
pada logam[12].

Beberapa riset mengenai weigh in motion salah satunya yang membahas


tentang kalibrasi beban bergerak pada kecepatan dilakukan oleh Lif Ahmad Syarif
dan Abdul Muis Prasetia. Hasil riset yang didapat kalibrasi dilakukan dengan cara
menggunakan kendaraan miniatur dengan menggunakan kecepatan yang berbada.
Proses dari kalibrasi ini dilakukan untuk mengetahui presentase berat terhadap
kecepatan. Hasil riset ini menggunakan metode penelitian dengan cara pengkajian
pustaka dan diagram alir WIM. Metode dengan cara pengkajian pustaka adalah
dengan mencara melakukan penelitian yang berdasarkan keilmuan sedangkan
metode dengan menggunakan diagram alir yaitu mengambarkan bagaimana proses
sistem WIM, pada proses ini menggunakan mikrokontroler yang dipasang oleh
kedua sensor untuk menghasilkan sinyal pembacaan yang kuat menggunakan Op
Amp. Menggunakan LCD untuk memudahkan proses pembacaan saat pembacaan
hasil [13].
Menurut hasil penelitian Trisya Septiana dan Zaini, hasil riset yang
diperoleh bahwa sistem weigh in motion perlu diperhatikan aspek-aspek. Intelligent
Transportation System adalah cara untuk memecahkan masalah pada lalu lintas
salah satu contohnya arus lalu lintas dan klasifikasi kendaraan. Dengan
menggunakan WIM merupakan salah satu solusi dalam memberikan data berat
kendaraan. Metoda yang dilakukan oleh Trisya dan Zaini pada jurnal ini dengan

10
cara perancangan sistem. Dengan menggunakan Arduino Uno dan modul penguat
HX711 dengan hasil data akan diolah dengan mengirimkan ke database server
MySQL dengan menggunakan jalur web server. Lalu metode yang kedua dengan
menggunakan sistem Monitoring Beban dan Kecepatan Kendaraan, sistem
monitoring ini dihasilkan dari pengolahan sinyal WIM yang terbaca oleh sensor
berat yang dihasilkan dari berat kendaraan sinyal beban yang diperoleh dengan cara
menghitung dari perubahan sinyal dengan level yang tertinggi dan terendah. Hasil
riset ini mendapatkan nilai error untuk kecepatan sebesar 20.35% dan beban
kendaraan 10.87% serta jarak sumbu pada kendaraan sebesar 12.25% [14].
Menurut Hoa Wang dkk dalam hasil riset “Indetification of moving train
loads on railway bridge based on strain monitoring” menyatakan bahwa parameter
dari beban kereta api bergerak adalah termasuk kecepatan kereta, jarak antar
gandar, berat kereta kotor dan bobot dari gandar kereta api. Data-data tersebut
didapat dari pemantauan regangan. Dalam hasil riset ini menurut teori garis
pengaruh metode identifikasi gaya gerak klasik ditingkatkan untuk menangani
kecepatan kereta api yang berubah terhadap waktu. Pertama, momen dimana roda
bergerak melalui titik baca sensor, kedua dari respons regangan struktural yang
didapatkan dari penurunan pada rel kereta api. Ketiga perlu adanya pengukuran
pada kecepatan kereta api dan jarak sumbu roda. Hasil dari luas integral respons
regangan struktural merupakan hasil konstan satuan pada kecepatan, berat kereta
kotor didapat dari luas integral pada respons regangan yang diukur. Untuk
mendapatkan nilai puncak pengaruh kecepatan yang berubah terhadap waktu
dihilangkan, dipilih untuk mendistribusikan berat kereta kotor. Oleh karena itu,
bobot gandar dapat diidentifikasi. Kemudian dilakukan simulasi numerik yang
bertujuan untuk memverifikasi metode yang diusulkan dan menyelidiki pengaruh
frekuensi sampling pada akurasi identifikasi. Akhirnya, metode ini diverifikasi
menggunakan hasil data regangan pada saat keadaan waktu real-time dari jembatan
kereta api rangka baja kontinu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecepatan
kereta api, jarak sumbu roda dan berat kotor kereta api dapat diidentifikasi secara
akurat dalam domain waktu. Namun, hasil dari hasil riset ini hanya nilai perkiraan
bobot gandar yang dapat diperoleh dengan metode yang diperbarui. Hasil yang

11
diidentifikasi dapat memberikan referensi yang andal untuk menentukan penurunan
kelelahan dan memprediksi sisa umur jembatan kereta api [15].

Dapat ditarik kesimpulan dari ketiga jurnal diatas yang membahas mengenai weight
in motion diantaranya adalah:
Hasil riset yang dilakukan oleh Lif Ahmad Syarif dan Abdul Muis Prasetia
mengenai hasil dan pembahasan jurnal ini membahas mengenai kalibrasi sensor
terhadap beban bergerak dan pengujian serta pengambilan data. Untuk hasil
pengukuran menghasilkan rata-rata error <14,9% dan sensor berat dapat mengukur
beban kendaraan serta sensor berat dapat mengukur kecepatan kendaraan bergerak.
Sedangkan hasil riset yang didapatkan oleh Trisya Septiana dan Zaini
adalah sensor untuk weight in motion ini dapat digunakan menjadi solusi
pengukuran berat kendaraan dengan cara bergerak atau berjalan. Hasil yang
didapatkan pada pengujian ini untuk rata-rata error kecepatan sebesar 20,35% dan
beban kendaraan sebesar 10,87% serta jarak sumbu pada kendaraan sebesar
12,25%.
Hasil riset yang didapatkan oleh Hoa Wang dkk dalam hasil riset
“Indetification of moving train loads on railway bridge based on strain monitoring”
dapat disimpulkan jurnal ini membahas dampak dari beban kereta api bergerak
adalah termasuk kecepatan kereta, jarak antar gandar, berat kereta kotor dan bobot
dari gandar kereta api. Data tersebut didapatkan dari hasil regangan yang
didapatkan pada perlintasan kereta api dengan menggunakan kecepatan sebagai
puncak hasil pembacaan berat kereta dan hasil data yang didapat berupa real-time.
Dan hasil pengukuran bobot gandar yang dapat diperoleh dipengaruhi dengan
kecepatan kereta api.
Dari hasil penelitian yang telah disebutkan, dapat disimpulkan dalam
diagram fishbone dibawah ini

12
Gambar 2.5 Diagram Fishbone Weigh In Motion

13

Anda mungkin juga menyukai