Anda di halaman 1dari 2

1.

sungguh sangat memprihatikan

2.

 Pertama, mengeluarkan biaya untuk pengurusan si mayit atau disebut tajhizul janazah. Yang dimaksud dengan tajhizul janazah
mulai dari pengurusan biaya sakit, memandikan, mengkafani, menshalatkan dan terkahir menguburkan. Seluruh biaya yang
timbul dari pengurusan tersebut diambil dari harta yang ditinggalkan oleh pewaris.

 Kedua, melunasi utang. Kewajiban melunasi utang dilakukan oleh orang yang berhutang sendiri. Orang lain tidak berkewajiban
melunasi utang si mayit. Untuk itu, keluarga berkewajiban sebatas pada melaksanakan pembayaran utang tersebut.

 Ketiga, mengeluarkan wasiat pewaris. Wasiat adalah pernyataan untuk melaksanakan sesuai setelah ia wafat. Besaran wasiat
yang diperbolehkan dalam Islam adalah maksimal 1/3 (sepertiga) dari harta yang ditinggalkan.

3. menurut hukum Islam hak waris itu diberikan baik kepada keluarga wanita (anak-anak perempuan, cucu-cucu perempuan, ibu dan nenek
pihak perempuan, saudara perempuan sebapak seibu, sebapak atau seibu saja). Para ahli waris berjumlah 25 orang, yang terdiri dari 15
orang dari pihak laki-laki dan 10 dari pihak perempuan

Ahli waris dari pihak laki-laki ialah:


- Anak laki-laki (al ibn).
-Cucu laki-laki, yaitu anak laki-laki dan seterusnya kebawah (ibnul ibn) .
-Bapak (al ab).
-Datuk, yaitu bapak dari bapak (al jad).
-Saudara laki-laki seibu sebapak (al akh as syqiq).
-Saudara laki-laki sebapak (al akh liab).
-Saudara laki-laki seibu (al akh lium).
-Keponakan laki-laki seibu sebapak (ibnul akh as syaqiq).
-Keponakan laki-laki sebapak (ibnul akh liab).
-Paman seibu sebapak.
-Paman sebapak (al ammu liab).
-Sepupu laki-laki seibu sebapak (ibnul ammy as syaqiq).
-Sepupu laki-laki sebapak (ibnul ammy liab).
-Suami (az zauj).
-Laki-laki yang memerdekakan, maksudnya adalah orang yang memerdekakan seorang hamba apabila sihamba tidak mempunyai ahli waris.

Sedangkan ahli waris dari pihak perempuan adalah:


-Anak perempuan (al bint).
-Cucu perempuan (bintul ibn).
-Ibu (al um).
-Nenek, yaitu ibunya ibu ( al jaddatun).
-Nenek dari pihak bapak (al jaddah minal ab).
-Saudara perempuan seibu sebapak (al ukhtus syaqiq).
-Saudara perempuan sebapak (al ukhtu liab).
-Saudara perempuan seibu (al ukhtu lium).
-Isteri (az zaujah).
-Perempuan yang memerdekakan (al mu’tiqah).

bagian masing-masing ahli waris adalah isteri mendapat ¼ bagian apabila sipewaris mati tidak meninggalkan anak atau cucu, dan mendapat
bagian 1/8 apabila si pewaris mempunyai anak atau cucu, dan isteri berhak mendapatkan juga bagian warisnya.

4)

 untuk orang dengan status sebagai budak karena jika ia menerimanya, maka warisan tersebut akan beralih menjadi milik dari
tuan mereka, meskipun ia bukanlah siapa–siapa dari budak tersebut.

 jika ahli waris terbukti telah membunuh, baik kejadian tersebut memang disengaja atau tidak. Hal ini dikarenakan melakukan
pembunuhan memiliki arti yang sama dengan memutuskan tali kekerabatan yang ada. Padahal, kekerabatan ini merupakan kunci
utama dari pemberian hak waris.

 jika calon ahli waris dan juga pewaris tidak memeluk agama yang sama. Seorang muslim tidak dapat menerima warisan dari non-
muslim, meskipun mereka memiliki hubungan kekeluargaan.
5)  Pengertian ‘Aul : ‘aul menurut bahasa mengandung banyak pengertian, diantaranya termakna dhalim dan menyeleweng,
sebagaimana difirman Allah di dalam Al-Qur’an Surah an-Nisa’ ayat 3 yang artinya : yang demikian itu lebih dekat kepada tidak
berbuat aniaya pengertiannya mereka berbuat dzalim dan menyeleweng.

Adapun asal masalah yang tidak dapat di ‘aulkan adalah : dua, tiga, empat dan delapan. Apabila asal masalah terdiri atas angka-
angka ini, maka asal masalahnya tidak mungkin di ‘aulkan sebagai contoh : seorang perempuan meninggal dunia meninggalkan
seorang suami dan seorang saudara perempuan sekandung atau seayah. Maka asal masalahnya diambil dari dua, suami
mendapat satu dari dua dan saudara perempuan sekandung atau seayah mendapat satu satu dari dua, maka dalam masalah
tersebut tidak ada ‘aul. Dan juga dalam contoh lain; seorang perempuan meninggal dunia meninggalkan kedua orang tuanya (ayah
dan ibu). Maka ibu mendapat sepertiga dan sisanya untuk ayah Asal masalahnya diambil dari tiga maka dalam hal ini tidak akan
pernah ada ‘aul. Dan apabila seorang laki-laki meninggal dunia dengan meninggalkan seorang istri dan seorang saudara laki-laki
sekandung serta seorang saudara perempuan sekandung, maka asal masalahnya adalah empat. Istri mendapat seperempat, yaitu
satu dari empat, dan sisanya tiga perempat (3/4) dibagikan kepada saudara laki-laki dan saudara perempuan sekandung, dengan
ketentuan bagian laki-laki dua kali lipat bagian perempuan. Dengan demikian sesungguhnya asal masalahnya empat tidak mungkin
di ‘aulkan.

Anda mungkin juga menyukai