Anda di halaman 1dari 8

EKSPLORASI KONSEP 1.

1.4.a.4.1. Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal

1. Saya berharap dapat memahami makna ‘kontrol’ dari paparan Teori Kontrol Dr. William
Glasser serta miskonsepsi yang terjadi di kehidupan sehari-hari, serta dapat menjelaskan
perubahan paradigma stimulus respon kepada teori control, dapat memahami makna
Disiplin Positif, dan mengamati penerapannya di lingkungannya, serta kaitan Teori
Kontrol dengan 3 Motivasi Perilaku Manusia, serta mampu memahami pentingnya
memilih dan menentukan nilai-nilai kebajikan yang akan diyakini dan disepakati seluruh
warga sekolah, sehingga kelak tercipta sebuah budaya positif.
2. Apakah Anda atau B membuka kepalan tangan Anda? Mengapa, apa alasan Anda atau
B membuka kepalan tangan Anda? Apakah Anda atau B menutup kepalan tangan
Anda? Mengapa, apa alasan Anda atau B tetap menutup kepalan tangan Anda? Dalam
kegiatan ini, sesungguhnya siapa yang memegang kendali atau kontrol untuk membuka
atau menutup kepalan tangan?

Saya tidak akan membuka kepalan tangan, karena yang ada dalam kepalan tangan
adalah hal yang sangat berharga dan saya akan menjaga yang ada dalam kepalan tangan
tersebut. Yang memegang kendali atau kontrol untuk membuka atau menutup kepalan
tangan tersebut adalah diri sendiri.

3. Yang memegang kontrol atau kendali atas kepalan tangan kita adalah diri kita sendiri,
sehingga pengambilan sebuah keputusan sangat ditentukan oleh diri kita sendiri.
4. Teori Kontrol  menyatakan bahwa semua perilaku memiliki tujuan, bahkan terhadap
perilaku yang tidak disukai. Penguatan positif atau bujukan adalah bentuk-bentuk
kontrol. Segala usaha  untuk mempengaruhi murid agar mengulangi suatu perilaku
tertentu, adalah  suatu usaha untuk mengontrol murid tersebut. Menggunakan kritik dan
rasa bersalah untuk mengontrol murid menuju pada identitas gagal. Mereka belajar
untuk merasa buruk tentang diri mereka, maka guru cukup menggunakan ‘suara halus’
untuk menyampaikan pesan  negatif.
5. Apabila kita ingin membuat kemajuan perlahan, sedikit-sedikit, ubahlah sikap atau
perilaku kita. Namun bila kita ingin memperbaiki cara-cara utama kita, maka kita
perlu mengubah kerangka acuan kita. Yang bisa mengontrol kita adalah diri kita
sendiri, sehingga tidak seharusnya memaksakan kehendak oranglain.
6. Sekarang mari kita membahas tentang konsep disiplin positif yang merupakan unsur
utama dalam terwujudnya budaya positif yang kita cita-citakan di sekolah-sekolah kita.
Kebanyakan guru, sangat tertarik dengan topik pembahasan tentang disiplin. Mereka
berpendapat bahwa kalau saja anak-anak bisa disiplin, pasti mereka akan bisa belajar.
Para guru juga berpendapat bahwa mendisiplinkan anak-anak adalah bagian yang
paling menantang dari pekerjaan mereka.  Bagaimana dengan Bapak/Ibu CGP? Apakah
Anda memiliki pendapat yang sama?
Ya saya sependapat bahwa mendisiplinkan anak-anak adalah bagian yang menantang
bagi saya sebagai seorang guru. Terdapat anak-anak yang memang sudah disiplin, akan
tetapi sering juga dijumpai anak-anak yang masih suka membantah ketika dinasehati,
bersikap semau sendiri dan sulit untuk diarahkan.
7. Disiplin diri dapat membuat seseorang menggali potensinya menuju kepada sebuah
tujuan, sesuatu yang dihargai dan bermakna.  Dengan kata lain, disiplin diri juga
mempelajari bagaimana cara kita mengontrol diri, dan bagaimana menguasai diri untuk
memilih tindakan yang mengacu pada nilai-nilai yang kita hargai.  Seseorang yang
memiliki disiplin diri berarti mereka bisa bertanggung jawab terhadap apa yang
dilakukannya karena mereka mendasarkan tindakan mereka pada nilai-nilai kebajikan
universal. Disiplin dari dalam diri sendiri (intrinsik) dan disiplin yang berasal dari
dorongan orang lain (ekstrinsik)
8. Nilai-nilai kebajikan adalah sifat-sifat positif manusia yang merupakan tujuan mulia
yang ingin dicapai setiap individu. Nilai-nilai ini merupakan ‘payung besar’ dari sikap
dan perilaku kita, atau nilai-nilai ini merupakan fondasi kita berperilaku . Organisasi
pendidikan telah memiliki nilai-nilai kebajikan yang diyakini dan sepakati bersama.
Salah satunya adalah nilai-nilai kebajikan yang ingin dicapai oleh setiap anak Indonesia
yang kita kenal dengan Profil Pelajar Pancasila.
9. Institusi/organisasi yang paling menarik menurut saya adalah profil pelajar pancasila,
yaitu beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, mandiri,
bernalar kritis, berkebinekaan global, bergotong royong dan kreatif. Nilai-nilai ini
memiliki persamaan dengan  nilai-nilai kebajikan atau prinsip-prinsip yang dimiliki di
sekolah dan kami menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran.
10. Tugas 2.1 (1)
Motivasi saya mengikuti program guru penggerak adalah untuk menambah ilmu,
wawasan dan pengetahuan di dunia pendidikan. Dengan mengikuti program guru
penggerak sangat banyak ilmu baru yang saya peroleh dan saya sangat berharap ilmu
baru yang saya peroleh dapat saya implementasikan dengan baik sehingga akan
memperbaiki proses pembelajaran ke depan dengan kegiatan pembelajaran yang
berpihak pada murid.
11. Tugas 2.1 (2)

Sebagai seorang pendidik, saat saya perlu hadir di suatu pelatihan, motivasi yang
mendasari tindakan saya adalah saya ingin menjadi pemelajar sepanjang hayat,
menjadi orang yang berusaha dan bertanggung jawab serta menghargai diri saya
sendiri sebagai teladan bagi murid-murid, rekan guru, serta lingkungan karena
saya percaya, tindakan yang saya lakukan sebagai pemimpin pembelajaran akan
jadi panutan oleh lingkungan (menghargai nilai-nilai kebajikan diri sendiri). 

12. Tugas 2.1 (3)


Bila di sekolah Anda tidak ada aturan yang memberikan surat teguran bagi
karyawan yang sering datang terlambat, atau tidak ada atasan yang memberikan
Anda penghargaan menjadi karyawan terbaik, karena sering tepat waktu, apakah
Anda akan tetap datang tepat waktu untuk mengajar murid-murid Anda?
Ya saya akan tetap datang tepat waktu untuk mengajar murid-murid saya,
dengan datang tepat waktu berarti saya menghargai diri saya sendiri untuk
menjadi teladan bagi murid-murid saya, karena dengan datang tepat waktu di
sekolah merupakan salah satu contoh tindakan sebagai pemimpin pembelajaran.
13. Tugas 2.1 (4)
Di sekolah saya motivasi yang muncul adalah berbuat sesuatu karena takut teguran
guru, menghindari ketidaknyamanan dan menghindari hukuman. Akan tetapi juga
terdapat murid yang melakukan suatu hal atas dasar tanggungjawab yang ia miliki.
14. Tugas 2.1 (5)
Strategi yang saya terapkan untuk menanamkan disiplin positif pada murid-
murid adalah memberikan teladan bagi murid, menerapkan pembiasaan positif
dan mendampingi murid dalam menanamkan disiplin positif.
15. Tugas 2.1 (6)
Nilai-nilai kebajikan yang saya rasakan penting saat ini untuk ditanamkan pada murid-
murid adalah Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak
mulia, berkebhinekaan global, gotongroyong, mandiri, kreatif dan bernalar kritis (profil
pelajar pancasila), sehingga dengan menerapkan nilai-nilai kebajikan tersebut maka
melahirkan murid yang berkarakter.
16. Tujuan mulia dari penerapan disiplin positif adalah agar terbentuk murid-murid yang
berkarakter, berdisiplin, santun, jujur, peduli, bertanggung jawab, dan merupakan
pemelajar sepanjang hayat sesuai dengan standar kompetensi lulusan yang diharapkan.   

1.4.a.4.2. Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi

1. Motivasi intrinsik berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Setiap
tindakan akan menghasilkan sebuah konsekuensi.
2. Pernahkan Anda berada dalam sebuah situasi dimana anda sengaja melakukan sesuatu
yang menyakitkan bagi anda, bahkan bertabrakan dengan penghargaan dari orang
lain? Mengapa anda tetap memilih melakukannya padahal anda tahu akibatnya akan
menyakitkan, anda mungkin akan dikecam secara sosial, bahkan ada kerugian secara
finansial? Apa prinsip-prinsip yang anda perjuangkan dan anda lindungi? Saat itu,
anda sedang menjadi orang yang seperti apa?
Saya pernah melakukan sesuatu yang menyakitkan bagi saya, akan tetapi tetap saya
lakukan karena saya yakin suatu hari hal tersebut akan berdampak positif. Saya
melakukan hal tersebut karena saya memiliki nilai keyakinan tersendiri.

3. Tujuan dari disiplin positif adalah menanamkan motivasi yang ketiga pada murid-
murid kita yaitu untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri
sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Ketika murid-murid kita memiliki
motivasi tersebut, mereka telah memiliki motivasi intrinsik yang berdampak jangka
panjang, motivasi yang tidak akan terpengaruh pada adanya hukuman atau hadiah.
Mereka akan tetap berperilaku baik dan berlandaskan nilai-nilai kebajikan karena
mereka ingin menjadi orang yang menjunjung tinggi nilai-nilai yang mereka
hargai. Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana cara kita sebagai guru untuk
menanamkan disiplin positif yang positif ini kepada murid-murid kita?

Sekarang, mari pikirkan tentang diri Anda sendiri. Anda sekarang


mengikuti Program. Guru Penggerak, mengapa Anda mengikuti program
ini? Apakah bila Anda tidak mengikuti program ini, akan ada hal yang
menyakitkan yang akan terjadi pada Anda? Apakah ada hadiah atau
penghargaan setelah Anda mengikuti program ini? Atau apakah Anda
mengikuti program ini karena Anda ingin menjadi seorang guru dengan
nilai-nilai yang Anda yakini, misalnya menjadi seorang guru pemelajar?
Apa dampak ketiga motivasi tersebut pada diri Anda sebagai calon guru
penggerak? Yang mana motivasi yang paling akan berdampak jangka
panjang dan membuat Anda terus bersemangat secara internal?

Mungkin pada awalnya motivasi Anda mengikuti program ini karena ingin
mendapat penghargaan. Namun seiring Anda mengikuti program ini dan
kemudian menikmatinya, mungkinkah motivasi Anda akan berubah
menjadi sebuah pemahaman untuk menjadi guru dengan nilai-nilai yang
Anda yakini? Bila itu terjadi, dampaknya pada diri Anda?

Terjadi perubahan motivasi ketika awal saya mengikuti program guru penggerak dengan
kondisi saat ini saya sedang mengikuti pendidikan program guru penggerak. Awalnya saya
mengikuti PGP ini hanya karena ingin mencoba mendaftar, setelah terjun langsung
mengikuti pendidikan program guru penggerak, motivasi saya menjadi berubah. Dengan
mempelajari beberapa modul yang sudah saya lewati, saya ingin menjadi guru yang lebih
baik dari sebelumnya, banyak ilmu baru yang saya peroleh dan saya merasa hal ini sangat
bermanfaat bagi saya untuk menjadi guru yang berpihak pada murid.
4. Sebagai seorang guru, saat Anda hadir mengajar di kelas tepat waktu,
motivasi apakah yang mendasari tindakan Anda? Apakah Anda datang tepat
waktu karena tidak ingin ditegur oleh atasan Anda  dan kemudian mendapat
surat peringatan (menghindari ketidaknyamanan dan hukuman) atau Anda
ingin mendapatkan pujian dari atasan Anda dan mendapat penghargaan
sebagai karyawan atau guru berprestasi? (mendapatkan imbalan atau
penghargaan dari orang lain), atau Anda ingin menjadi orang yang
menghargai waktu, menghargai diri Anda sendiri sebagai teladan bagi murid-
murid Anda karena Anda percaya, tindakan Anda sebagai guru akan dicontoh
oleh murid-murid Anda (menghargai nilai-nilai diri sendiri). Manakah motivasi
yang paling kuat mendasari tindakan Anda? Atau bahkan kombinasi dari dua
motivasi, atau bahkan ketiga-tiganya?
Saat saya hadir mengajar di kelas tepat waktu, motivasi yang mendasari

tindakan saya adalah karena saya ingin menjadi orang yang menghargai
waktu, menghargai diri saya sendiri sebagai teladan bagi murid-murid karena
saya percaya, tindakan saya sebagai guru akan dicontoh oleh murid-murid
(menghargai nilai-nilai diri sendiri).

5. Bila di sekolah Anda tidak ada peraturan yang mengharuskan guru datang
tepat waktu dan tidak ada surat teguran bagi guru yang datang terlambat,
dan tidak ada atasan yang memuji Anda, apakah Anda akan tetap datang
tepat waktu untuk mengajar murid-murid Anda?  Jelaskan alasan Anda.
Saya akan datang tepat waktu, hal ini saya lakukan karena merupakan
tanggungjawab seorang guru datang tepat waktu untuk mengajar murid-
murid saya.
6. Menurut Anda, dari ketiga jenis motivasi tadi, motivasi manakah yang saat ini
paling banyak mendasari perilaku murid-murid Anda di sekolah? Jelaskan!
Di sekolah saya motivasi yang muncul adalah berbuat sesuatu karena takut teguran
guru, menghindari ketidaknyamanan dan menghindari hukuman. Akan tetapi juga
terdapat murid yang melakukan suatu hal atas dasar tanggungjawab yang ia miliki.
7. Strategi apa yang selama ini Anda terapkan untuk menanamkan disiplin
positif pada murid-murid anda, bagaimana hasilnya pada perilaku murid-
murid Anda?
Strategi yang saya terapkan untuk menanamkan disiplin positif pada murid-murid adalah

memberikan teladan bagi murid, menerapkan pembiasaan positif dan mendampingi murid

dalam menanamkan disiplin positif.

8. Nilai-nilai kebajikan apa yang Anda berusaha tanamkan pada murid-murid


Anda di kelas dan sekolah Anda?
Nilai-nilai kebajikan yang saya tanamkan pada murid-murid adalah Beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia, bertanggungjawab
dan gotongroyong, dengan menerapkan nilai-nilai kebajikan tersebut maka akan
melahirkan murid yang berkarakter.

9. Iva kurang menguasai pelajaran Matematika, sehingga pada saat


pelajaran tersebut berlangsung, dia lebih banyak berdiam diri atau
menggambar di buku pelajarannya. Pada saat guru Matematikanya, Pak
Seno, menanyakan pertanyaan Iva menjadi gugup, dan tak sengaja
menjatuhkan tasnya dari kursi, serta tiba-tiba menjadi gagap pada saat
berupaya menjawab. Seluruh kelas pun tertawa melihat perilaku Iva
yang bicara tergagap dan terkejut tersebut. Pak Seno pada saat itu
membiarkan teman-teman Iva menertawakan Iva yang tergagap dan
malu luar biasa, dan malahan minta Iva untuk maju ke depan dan
berdiri di depan kelas sambil menunjuk hidungnya karena tidak bisa
menjawab pertanyaan Pak Seno. Kelas makin gaduh, dan anak-anak
pun tertawa melihat Iva di depan kelas memegang ujung hidungnya.

Jawablah kedua pertanyaan ini, dan berilah minimal 2 tanggapan terhadap


jawaban rekan Anda.

1. Apakah Anda setuju dengan tindakan pak Seno terhadap Iva? Mengapa?
2. Menurut Anda, tindakan Pak Seno terhadap Iva adalah sebuah hukuman
atau konsekuensi? Mengapa?
1. Saya tidak setuju dengan perlakuan pak Seno terhadap Iva, seharusnya pak Seno
lebih bijaksana menyikapi Iva. Pak Seno sebagai guru hendaknya menuntun Iva
dan menanyakan hal yang menurutnya sulit dalam pelajaran matematika.
2. Menurut pendapat saya, tindakan yang dilakukan pak Seno adalah sebuah
hukuman, karena memberikan sanksi kepada Iva untuk maju ke depan kelas dan
pada akhirnya ditertawakan oleh teman-temannya.
10. Hukuman bersifat tidak terencana atau tiba-tiba. Anak atau murid tidak tahu apa
yang akan terjadi, dan tidak dilibatkan. Hukuman bersifat satu arah, dari pihak guru
yang memberikan, dan murid hanya menerima suatu hukuman tanpa melalui suatu
kesepakatan, atau pengarahan dari pihak guru, baik sebelum atau sesudahnya.
Disiplin dalam bentuk konsekuensi, sudah terencana atau sudah disepakati, sudah
dibahas dan disetujui oleh murid dan guru. Umumnya bentuk-bentuk konsekuensi
dibuat oleh pihak guru (sekolah), dan murid sudah mengetahui sebelumnya
konsekuensi yang akan diterima bila ada pelanggaran. Restitusi adalah proses
menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga
mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat.
11. Hukuman bersifat tidak terencana atau secara tiba - tiba, sedangkan sanki atau konsekuensi
ada kesepakatan atau diketahui antara guru dan murid.

12. Motivasi anak kelas 2 untuk bersedia berdiri antri sebelum masuk kelas adalah
karena ingin mendapatkan hadiah/penghargaan, mereka menginginkan hadiah dari guru

berupa stiker bintang. 2. cara lain agar murid-murid kelas 2 bersedia antri di

depan kelas tanpa diberi penghargaan stiker bintang adalah memberikan contoh
yang baik tentang budaya antri pada murid dan memberikan penjelasan pada murid

mengenai pentingnya budaya antri agar murid mempunyai kesadaran dari dalam diri

(intrinsik) untuk melakukan budaya antri.

13. Penghargaan ‘menghukum’ mereka yang tidak mendapatkan penghargaan. Penghargaan


maupun hukuman, adalah cara-cara mengontrol perilaku seseorang yang menghancurkan

potensi untuk pembelajaran yang sesungguhnya.

14. 1. Orang yang selalu diberikan penghargaan akan membuat dia bergantung pada
penghargaan yang diberikan dan pada akhirnya dia kehilangan motivasi dari dalam
diri (intrinsik). 2. Penghargaan mematikan kreativitas, karena mereka hanya
mengedepankan keinginan untuk mendapatkan penghargaan sehingga kreativitas
mereka terhenti.
15. Restitusi membantu murid menjadi lebih memiliki tujuan, disiplin positif, dan memulihkan
dirinya setelah berbuat salah. Penekanannya bukanlah pada bagaimana berperilaku untuk
menyenangkan orang lain atau menghindari ketidaknyamanan, namun tujuannya adalah
menjadi orang yang menghargai nilai-nilai kebajikan yang mereka percayai (berasal dari
motivasi intrinsik).
16. Budaya positif dapat terwujud melalui motivasi, hukuman, penghargaan dan restitusi, akan
tetapi kita bisa belajar lebih baik mengenai cara untuk mewujudkan budaya positif tersebut

dengan cara menerapkan restitusi, tentu bukan hal mudah bagi saya dan hal tersebut

membutuhkan kolaborasi dengan warga sekolah.

1.4.a.4.3. Keyakinan Kelas


1. keyakinan sekolah/kelas sebagai fondasi dan arah tujuan sebuah sekolah/kelas,
yang akan menjadi landasan dalam memecahkan konflik atau permasalahan di
dalam sebuah sekolah/kelas.
2. Suatu ‘keyakinan’ merupakan nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati
secara tersirat dan tersurat, lepas dari latar belakang suku, negara, bahasa
maupun agama. Nilai-nilai Kebajikan menekankan pada keyakinan seseorang
akan lebih memotivasi seseorang dari dalam (intrinsik). Seseorang akan lebih
tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada hanya
sekedar mengikuti serangkaian peraturan tertulis tanpa makna.
3. Pembentukan tentang keyakinan kelas bersifat sangat rinci dan runtut dibanding
peraturan. Nilai-nilai kebajikan akan mewujudkan murid yang berkarakter.

Anda mungkin juga menyukai