Anda di halaman 1dari 18

PERAN SARJANA PENDIDIKAN BAHASA

DALAM KEMAJUAN PERADABAN MASYARAKAT MADANI

Disusun oleh:
Muhammad Surya Setiawan
F2B0210521
S1 Pendidikan Bahasa Inggris
DAFTAR ISI

BAB I....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN................................................................................................................................3
1.1 Latar belakang...........................................................................................................................3
1.2 Landasan Teori..........................................................................................................................4
1.3 Tujuan........................................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................6
LATAR BELAKANG.........................................................................................................................6
2.1 Era Kejayaan Keilmuan Umat Islam.......................................................................................6
2.2 Ilmu yang berkembang pada masa kejayaan islam................................................................7
2.3 Era Kemunduran Umat Islam................................................................................................11
BAB III...............................................................................................................................................12
PEMBAHASAN.................................................................................................................................12
3.1 Konsep Masyarakat madani dan kemajuan peradaban.......................................................12
3.2 Inovasi Sarjana pendidikan Bahasa dalam kemajuan peradaban islam.............................13
a. Penanaman nilai adab dan moral yang islami dalam pembelajaran.............................13
b. Pengajaran keterampilan hidup bermasyarakat.............................................................14
c. Apresiasi karya..................................................................................................................15
d. Pengarahan pemanfaatan kemajuan teknologi...............................................................16
BAB IV...............................................................................................................................................17
PENUTUP..........................................................................................................................................17
Kesimpulan....................................................................................................................................17
Saran...............................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pendidikan adalah sistem yang secara alamiah tercipta sebagai perkembangan dari
peradaban umat manusia. Pada dasarnya, secara teologis historikal bahwa
manusia adalah makhluk pendatang dari tempat lain lalu ditempatkan di bumi
untuk mengembara dan menjadi pemimpin peradaban (Al Qur’an 2:30 & Alkitab
4:24). Diturunkanya manusia ke bumi sebagai tempat baru, menuntut manusia
untuk melakukan adaptasi, sehingga dalam prosesnya membuat manusia tersebut
dapat bertahan hidup dan memenuhi kebutuhanya. Dan kemampuan beradaptasi
diajarkan secara turun temurun ke manusia lain untuk mempertahankan
populasinya. Proses pengajaran adaptasi inilah, yang nantinya akan melahirkan
sistem pendidikan fungsional dasar dan berjalan beriringan dengan perkembangan
peradaban manusia. Dimulai dengan pengajaran berburu & bertani untuk
memperoleh makanan, pengajaran merajut untuk menciptakan pakaian pelindung
diri, dan pengajaran adaptif yang lain. Serta pengajaran perkembangan motorik
dasar pada manusia baru(bayi) seperti berjalan, berbicara, berekspresi, yang
nantinya menjadi bekal untuk manusia itu bertumbuh. Dalam proses ini, alam
semesta berperan secara transendental dalam mengajari umat manusia.

Pendidikan merupakan suatu proses budaya yang menyatu dengan masyarakat


manusia. Oleh sebab itu, pendidikan telah bermula sejak bermulanya masyarakat
manusia. Sejak saat itu pula, peradaban manusia mulai berproses untuk tumbuh
dan berkembang. Semakin baik proses pendidikan berlangsung, semakin cepat
perkembangan peradabannya. Sebaliknya jika proses pendidikan tidak berlangsung
baik, maka terjadilah stagnasi perkembangan peradaban. Terkait hal tersebut
Daoed Joesoef menyatakan: “Pendidikan merupakan kunci kemajuan suatu bangsa.
Tidak ada bangsa yang maju yang tidak didukung pendidikan yang kuat..

Pada hakekatnya, pendidikan merupakan suatu upaya dalam mewariskan nilai,


yang akan menjadi penolong dan penentu umat manusia dalam menjalani
kehidupan, dan sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia.
Tanpa pendidikan, maka diyakini bahwa manusia sekarang tidak berbeda dengan
generasi manusia masa lampau, yang dibandingkan dengan manusia sekarang,
telah sangat tertinggal baik kualitas kehidupan maupun proes-proses
pembedayaannya. Secara ekstrim bahkan dapat dikatakan, bahwa maju mundurnya
atau baik buruknya peradaban suatu masyarakat, suatu bangsa, akan ditentukan
oleh bagaimana pendidikan yang dijalani oleh masyarakat bangsa tersebut. Saat ini
kehidupan manusia telah terpolarisasi ke seluruh penjuru dunia, di setiap tempat
akan ada perbedaan yang kontras akan kemajuan peradaban masyarakatnya.
Kemajuan peradaban ini berbanding lurus dengan kemajuan sistem pendidikan
yang ada di daerah tersebut. Hal itulah yang mendasari stigma yang berkembang
bahwa kota besar dengan peradaban yang maju cenderung menyediakan sekolah
dengan kualitas terbaik dibanding sekolah disekitarnya. Maka dari itu pendidikan
hendaknya menjadi perhatian penting bagi masyarakat dalam proses menuju civil
society atau masyarakat yang madani.

1.2 Landasan Teori


Pengertian Masyarakat madani adalah sistem masyarakat yang beradab dan berbudaya
dalam memaknai kehidupan. Konsep masyarakat madani ingin menunjukkan bahwa
masyarakat idealnya memiliki peradaban yang maju. Lebih tepatnya, adalah sebuah
sistem sosial yang subur. Dimana sistem tersebut didasarkan pada prinsip moral yang
dapat menjamin keseimbangan antara kestabilan masyarakat dan kebebasan
individunya (Anwar Ibrahim, 1995). Sementara itu menurut Hefner, masyarakat
madani merupakan sebuah masyarakat yang memiliki ciri khas demokratis dalam
berinteraksi dengan masyarakat lain dalam lingkup yang heterogen, Dalam kondisi
tersebut, mereka diharapkan bisa mengorganisasi dirinya sendiri serta bisa
menumbuhkan kesadaran untuk mewujudkan peradaban. Dengan begitu, mereka pada
akhirnya mampu berpartisipasi dan mengatasi kondisi global yang cukup kompleks
dan juga penuh dengan persaingan. Masyarakat madani mengandung beberapa istilah
dimana istilah yang satu dengan lainnya hampir sama. Istilah-istilah tersebut
dicetuskan oleh orang-orang yang berbeda seperti Masyarakat Sipil (Mansour Fakih),
Masyarakat Kewargaan (Franz Magnis Suseno dan M. Ryaas Rasyid).

Secara islami, konsep masyarakat madani pertama kali dibawa oleh Rasulullah SAW
dalam proses ketika hijrah dan menjadi pemimpin di kota Yastrib atau yang sekarang
disebut sebagai Madinah. Dalam mewujudkan masyarakat madani Rasulullah menjadi
pelopor atas terjadinya rekonsiliasi umat muslim dengan pemeluk agama lain serta
mengarbitrase konflik antar suku sehingga masyarakat kota Yastrib dapat hidup rukun
dalam komunitas yang heterogen. Dalam sector pendidikan, gerakan masyarakat
madani diwujudkan Rasulullah dengan menjadikan masjid sebagai tempat berkumpul
dan diskusi alih-alih sebagai tempat sholat. Di dalam majlis inilah terjadi
brainstorming & transfer value antara umat muslim sehingga dapat tercapai
pencerdasan dan pemberdayaan secara komunal. Spirit pencerdasan berbasis
masyarakat madani inilah yang hendaknya menjadi perhatian bagi para pendidik
dalam bekerja.

1.3 Tujuan
Di era saat ini, para pendidik secara tidak langsung memiliki peran penting dalam
membangun peradaban masyarakat madani melalui komprehensi nilai budaya dan
pengetahuan pada ranah pendidikan. Ekosistem sekolah merupakan interpretasi dari
divergensi yang ada pada masyarakat (Zulfisyah, 2020). Para siswa yang masuk ke
sekolah berangkat dari berbagai latar belakang yang beragam. Dari berbagai
keberagaman, diharapkan terjadi akulturasi budaya dan asimilasi kebiasaan yang
nantinya akan melahirkan harmoni pembelajaran yang saling bersinergi. Didalam
sektor Bahasa, pendidik memiliki kewajiban untuk memberi andil dalam
mencerdaskan peserta didik dalam kecerdasan dan keterampilan linguistik, sektor
Bahasa ini sangatlah penting bagi kemajuan peradaban mengingat keterampilan
berbahasa adalah sarana utama dari terjadinya suatu komunikasi, komunikasi yang
baik akan akan membuka jalan menuju dunia luar yang dibutuhkan di era revolusi
industry 5.0 dengan fenomena globalisasinya. Output dari peran pendidik Bahasa
inggris pada sistem ini adalah agar dapat menghasilkan akademisi yang berkualitas
dalam membangun komunikasi multilingual dan menjadi pelopor didalam lingkungan
masyarakat dalam memimpin kemajuan peradaban menuju masyarakat yang madani
BAB II
LATAR BELAKANG
Seiring berkembangnya zaman, taraf kebutuhan manusia semakin meningkat dan
terdikotomi menjadi kebutuhan primer, sekunder dan tersier (Karl Marx, 1918).
Dari kebutuhan primer berupa pangan, sandang dan papan meningkat menjadi
kebutuhan rasa aman dan keteraturan, lalu meningkat ke kebutuhan sosial
interaksi, lalu meningkat ke kebutuhan pencapaian dan puncaknya adalah
kebutuhan akan aktualisasi diri (Abraham Maslow, 1943). Berbagai kebutuhan
inilah yang melandasi lahirnya sekolah formal di awal tahun 500M yang
berkembang di Yunani, Mesir, dan Romawi kuno. Pendidikan formal lahir dari
kebutuhan akan ilmu pengetahuan yang bersifat massif, sistematis, dan terstruktur
dalam suatu kurikulum. Dari sistem pendidikan formal, akan lahir sebuah lembaga
pendidikan yang dikenal sebagai sekolah yang bertujuan untuk mencerdaskan,
mendidik dan memberdayakan (Priyambodo, 2017). Dalam aspek dasarnya,
sekolah terdiri dari guru dan murid yang berkumpul menjadi satu ruang yang
disebut dengan kelas, guru berperan sebagai pemberi sementara murid berperan
sebagai penerima. Apapun yang diajarkan oleh guru merupakan hal mutlak yang
perlu diamini dan dipahami oleh setiap murid. Seperti inilah konsep pendidikan
secara tradisional (Paulo Freire). Dari sudut pandang khazanah islam, ilmu
pengetahuan pernah berkembang sangat pesat pada awal millennium pertama dan
membuat peradaban islam menjadi peradaban yang maju. Hendaknya spirit di
masa lalu dapat menjadi referensi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan di era
saat ini.

2.1 Era Kejayaan Keilmuan Umat Islam


Dalam sejarah peradaban islam, Periodisasi sejarah Pendidikan Islam dapat dibagi  
5 masa, yaitu: Pertama masa Pembinaan Pendidikan Islam, dimulai sejak
Muhammad SAW. diangkat menjadi Rasul sampai wafatnya beliau.  Kedua, masa
Pertumbuhan Pendidikan Islam, dimulai sejak wafat Rasulullah SAW. hingga
masa Bani Umayyah. Masa ini terbagi 2 periode , yaitu periode Khulafaurrasyidin
(632 s.d 661 M), dan periode Bani Umayyah (661 s.d 750 M). Ketiga, masa
Kejayaan Pendidikan Islam, diawali sejak berdirinya Daulah Bani Abbasiyah
sampai jatuhnya Baqdad (750 M s.d 1250 M), Keempat, masa Kemunduran
Pendidikan Islam, ditandai saat Baqdad dihancurkan Hulagu Khan sampai wilayah
Mesir di bawah kekuasaan Napolen Boneparte (1250 M s.d 1798 M). Kelima,
masa Pembaharuan, diawali sejak Mesir dikuasai Napoleon sampai masa modern
sekarang (1798 M s.d sekarang). Masa kejayaan pendidikan islam terjadi pada
dinasti bani Abbasyiah yang ditandai dengan  berkembang pesatnya lembaga-
lembaga pendidikan formal (Sekolah/Madrasah). Bermunculannya lembaga-
lembaga pendidikan formal ini mendominasi dalam dunia Islam sehingga
mempengaruhi pola hidup dan budaya masyarakat Islam dan menjadikanya maju
dibanding peradaban lainya saat itu. Sistem pendidikan masa Dinasti Abbasiyah
memberi keleluasaan para pencari ilmu untuk mencari guru-guru mereka sesuai
dengan bidang kajian yang diminati. Demikian pula para guru melakukan
perjalanan selain untuk belajar juga mengajar. Mencermati sistem ini dapat disebut
dengan learning society  yaitu proses pembelajaran non-formal dengan menjadikan
masyarakat/orang lain sebagai pendidik.

Sementara pada sector pendidikan formal, Nizam al Mulk, perdana menteri Saljuk
pada tahun 1065 M – 1067 M. merupakan pendiri Madrsah Nizamiyah Pada tiap
kota kekuasaanya ia mendirikan satu madrasah besar. Pendirian Madrasah
Nizamiyah merupakan rintisan lembaga pendidikan formal pertama yang
menggunakan sistem manajemen sekolah. Ini merupakan cikal bakal lahirnya
sekolah modern yang menjadi model pendidikan di Barat. Kemasyhuran madrasah
Nizamiyah sehingga kota-kota tempat madrasah ini didirikan menjadi pilihan para
pelajar dari berbagai daerah  untuk menuntut ilmu pengetahuan. Sementara dalam
lingkup pendidikan tinggi dinasti Abbasyiah telah mendirikan beberapa majlis
ilmu seperti Baitul hikmah di Baghdad, Darul Ilmi di Kairo, dan Universitas Al
Azhar di Mesir. Sebelumnya, pada dinasti bani Umayyah telah berdiri Universitas
Cordoba di Spanyol sebagai Universitas islam tertua. Dari kemajuan ilmu baik
secara aqliyah maupun naqliyah dapat dilihat dengan bermunculannya ulama-
ulama besar dengan kitab hasil karyanya, demikian pula ilmuan-ilmuan muslim
yang memiliki karya besar yang memberi pengaruh pada perkembangan sains dan
teknologi di Seluruh belahan dunia .

2.2 Ilmu yang berkembang pada masa kejayaan islam


Ilmu- ilmu yang berkembang pada zaman kejayaan islam meliputi
1. Ilmu tafsir
Perkembangan ilmu tafsir melahirkan Ulama-ulama tafsir dan kitab-kitab tafsir
seperti tafsir Imam Salam al Basri (w.200 H), al Roghib al as Fahani dengan
karangannya tafsir Mufradat al Qur`an (bahasa al Qur`an),  Abu
Hayyan dengan karangannya tafsir al Bahr al Muhit (masalah nahwu),  tafsir al
Fahr al Razi yang bernama Mafatih al Ghayb yang menitik beratkan pada
aspek intelektual, tafsir Abu Ishaq al Zajjaj, tafsir al Kasysyaf (segi
balaghah)oleh al Zamakhsyari,  tafsir al Qurtubi (penentuan hukum-hukum
fiqh).
2. Ilmu hadist
Penghimpunan hadis-hadis shahih yang dilakukan ulama antara lain,  Imam
Malik bin Anas (95-179 H) dengan kitabnya al Muwatha`, Imam Muhammad
bin Ismail al Buhori (259 H) dengan kitabnya Shahih Bukhary, Muslim bin Al
Hajaj al Nisaburi (w.261 H) dengan karyanya Shahih Muslim. Demikian pula
kitab hadis lain dikarang oleh ulama-ulama terkenal seperti Imam Abu `Isa
Tirmidzi (w.273 H), Abu Dawud Sulaiman bin al Asy`ath al Sajistani (w.275
H), dan Imam al Nasai (w.303 H).
3. Ilmu fiqh&ushul fiqh
Bidang ilmu fiqh ulama yang terkenal antara lain Abu Hanifah al Nu`man bin
Tabith pendiri madzhab Hanafi (80 – 150 H), Malik bin Anas al Asbahi (95 –
179 H), Abu Abdullah Muhammad bin Idris al Syafi`i (150-204 H), dan Imam
Ahmad bin Hanbal al Syaibani (164-241 H). sementara ulama yang terkenal
dalam bidang ilmu ushul fiqh yaitu Abu Bakar al Syasyi al Qaffal al Syafi`i, al
Walid al Baji al Andalusi, Imam Muhammad bin Idris al -Syafi`i, al Ghazali
dengan kitab al-Mustasfa, al -Syatibi dengan kitabnya al Muwafaqot fi Ushul
al Ahkam,  Abu Ishaq Ibrahim al –Nisaburi, al Baqillani, Ibnu al Hajib.
Perbedaan antara ilmu fiqih dan ushul fiqih adalah fikih ilmu yang membahas
persoalan hukum sedangkan ushul fikih adalah ilmu yang mengkaji tentang
dalil fiqih atau kaidah dengan tujuan untuk mengetahui cara-cara
penggunaannya.
4. Ilmu tasawuf
Al Qur`an dan Sunnah merupakan dasar Tasawuf Islam seperti yang diamalkan
para sahabat, tabi`in, dan ulama-ulama fiqh seperti yang lakukan Ahmad bin
Hanbal dan Malik bin Anas. Perkembangannya tasawuf sunni di tangan Abu al
Qasim al Junaid dan al Harits al Muhasibi. Perkembangannya  mencapai
puncak pada ulama besar al Ghazali dengan tariqat syaziliah menjadi wadah
penyebaran tasawufnya.
5. Ilmu qiraat
lmu qiraat merupakan bagian dari Ulumul Qur’an yang mengkaji kaedah
membaca Alqur’an.  Bermunculan ahli qiraat, sepeti Yahya bin Ya’mar
merupakan ulama pertama yang menulis qira’at, Abdullah bin Amir, Ya’qub
bin Ishaq al-Hadrami.
6. Matematika
Matematika merupakan ilmu murni, ilmuan yang muncul Muhammad bin
Musa al Khawarizmi (w.236 H) yang menulis al jabar dalam bukunya al Jibr
wal Muqabalah beliau penemu angka 0 dan mengemukakan rumus aljabar
yang diajarkan di dunia pendidikan hingga saat ini, Al Qaslawi yang
menggunakan simbol dalam matematik, Al Tusi yang menunjukkan
kekurangan teori eclideus dan menyempurnakanya.
7. Kedokteran
Iklim pendidikan islam di era ini telah melahirkan banyak ilmuan kedokteran
dan berbagai karyanya yang relevan hingga saat ini. Buku-buku kedokteran
yang menjadi ensiklopedi antara lain buku yang termashur adalah al
Hawi dikarang Abu Bakar al Razi (w.351 H), Buku  al-Qanun  karangan Ibnu
Sina, buku Kamil al Sina`ah fi al Tib. Dikarang Ali al Abas (w.348 H)  buku al
Tazkir  yang dikarang Ibnu al Jazzar (w.1009 H) yang merupakan dokter ahli
mata. Abu Marwan Abdullah bin Zuher al Isyabili al Andalusi ahli kedokteran
klinik terbesar, `Ala al Din `Ali bin Abi Hazm al Qurasyi al Dimasqi (Ibnu al
Nafis) ahli anatomi, Ibnu al Khatimah yang menulis buku mengenai penyakit
campak, terbit pula buku al Tasrif liman `Aziz `an al Ta`alif  yang dikarang
Abu al Qasim al Zahrawi, seorang tukang bedah di Andalusia.
8. Farmasi
Beberapa ilmuan yang menulis tentang farmasi antara lain al Razi, Abd
Rahman bin Syahid al Andalusi, Masawaih al Mardini, Ibn Wafid al Tulaitali
al Andalusi, Ibnu al Baitar, Abu Abdullah bin Sa`id al Tamimi, dan Ahmad
bin Khalil al Qafiqi.
9. Filsafat islam
Di dalam bidang ilmu filsafat, peradaban islam juga melahirkan sosok sosok
filsuf yang menyimpulkan kerangka berfikir islami rasionalis diantaranya
adalah Muhammad Al-Farabi Salah satu buku terpentingnya tentang filsafat
politik adalah ahl al-madna al-fila atau "Pandangan Orang-orang di Kota yang
Mulia". Dalam Virtuous City karyanya, Al-Farabi berusaha membangun kota
berdasarkan keadilan, seperti Republik Plato, yang mencari kebahagiaan
tertinggi bagi warganya dan dipandu oleh pandangan tercerahkan dari para
filsufnya. Al-Farabi disebut Muqtedar Khan sebagai Muslim pertama yang
secara eksplisit mempertimbangkan manfaat demokrasi, lalu ada Ibnu
Rusyd(Averroes) dengan Karyanya yaitu Fasl al-Maqal atau The Decisive
Treatise, dia mengemukakan alasan untuk filsafat serta untuk kompatibilitas
sains dan agama, iman dan akal.
10. Sains (Biologi, Fisika, Kimia)
11. Ilmu Falaq(astronomi)
Tokoh ilmuan yang terkenal adalah Muhammad al Fazzari sebagai ahli falaq
Islam yang pertama dan penerjemah buku al Sind Hind. Kemudian Abu Ishaq
bin Habib bin Sulaiman yang menulis buku falaq dan mencipta alat-alat
teropong bintang, Musa bin Syakir yang menulis buku ilmu falaq
berjudul Kitab al Ikhwah al Thalathah, Abu Ma`asyar bin Muhammad bin
`Umar al Balkhi, dengan bukunya al Madkhal ila ahkam al Nujum, dan Ibnu
Jabir al Battani salah seorang pelopor rumus Trigonometri.
12. Ilmu Musik
Dalam era dinasti Abbasyiah, ilmu seni musikal juga turut mengalami
kemajuan ditengah dinamika pandangan umat muslim terhadap seni musik.
adalah Ibn Misjah, ahli  musik yang banyak menggabungkan pengetahuan
musik dari berbagai wilayah dan kultur di dunia, Shafi al Din dijuluki “Bapak
Musik” dengan karyanya The bokk of Musical Modes
Demikian beberapa bukti kejayaan Pendidikan Islam baik dari perkembangan
lembaga pendidikan Islam maupun tokoh-tokoh ilmuan dengan hasil karyanya
yang monumental. Ini telah membuktikan bahwa pelaksanaan Pendidikan Islam
dapat melahirkan ilmuan yang handal, karena adanya perpaduan antara keimanan
dan disiplin dalam intelektual. Ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa
kejayaan Islam melalui proses yang begitu panjang. Pengembangan metodologi
dengan pendekatan metode ilmiah melahirkani lmu pengetahuan baru melalui
metode observasi dan metode historis kultural(sejarah dan budaya). Islam
memiliki budaya yang menjunjung tinggi nilai-nilai sehingga  menjadi patokan
peradaban manusia yang memberi pengaruh terhadap budaya umat manusia
sesudahnya. Tidaklah mengherankan walau di dunia barat tidak menganut ajaran
Islam, namun prinsip-prinsip hidup Islam menjadi dasar kehidupannya. Misalnya
kedisiplinan, kebersihan, dan komitmen.

Sejarah telah memberikan informasi tentang perkembangan ilmu pengetahuan


dengan tokoh-tokoh ilmuan dari kalangan Islam, namun sangat jarang menjadi
pembahasan. Hal ini disebabkan buku-buku barat yang terkait dengan keilmuannya
telah ”mengaburkan” nama-nama tersebut dengan nama barat. Misalnya Ibnu Sina
di Barat dikenal Avicenna, Ibnu Rusyd di Barat dikenal Averroes, Ibnu Khaldun
menjadi Abenjaldun.

Dengan demikian, seharusnya lembaga Pendidikan Islam melakukan integrasi


keilmuan dengan tidak ada dikotomi antara ilmu umum dengan ilmu agama,
sehingga peserta didik tidak hanya memperoleh informasi tokoh-tokoh ilmuan dari
Barat, seperti Albert Einsten, Thomas Alfa Edison, Abraham Bell, tetapi juga
mendapatkan informasi mengenai para ilmuan Islam yang telah dikemukakan
sebelumnya.

2.3 Era Kemunduran Umat Islam


Berdasarkan periodisasi sejarah peradaban Islam menurut Harun Nasution, benih-
benih perpecahan dan disintegrasi sudah muncul sejak fase kedua dari periode
klasik (1000-1250 M.), meskipun pada masaitu masih merupakan puncak
keemasan peradaban Islam. Peradaban umat Islam kemudian mengalami
kemunduran ketika memasuki periode Pertengahan bagian pertama (1250-1500
M), yang dikenal dengan Masa Kemunduran I. Setelah kurang lebih dua setengah
abad tenggelam dalam ketertinggalan, peradaban islam kembali menunjukan
asanya dengan hadirnya dinasti turki usmani yang menyebarkan syiar islam ke
seluruh jazirah arab(1500-1800). Setelah itu peradaban umat islam kembali
menurun diakibatkan adanya berbagai gejolak baik konflik internal umat islam
maupun konfrontasi dengan bangsa lain seperti bangsa eropa timur pada perang
dunia 1 dan adanya penyebaran ideology yang tidak sesuai dengan syariat islam.
Dinamika ini membuat dinasti islam perlahan hancur dan pusat peradaban dunia
berpindah pada kemajuan negara eropa.
Menurut Ibnu Khaldun, faktor-faktor penyebab runtuhnya sebuah peradaban lebih
bersifat internal daripada eksternal. Timbulnya materialisme, yaitu kegemaran
penguasa dan masyarakat menerapkan gaya hidup malas yang disertai sikap
bermewah-mewah. Sikap ini tidak hanya negatif tapi juga mendorong tindak
korupsi dan dekadensi moral. Tindakan-tindakan amoral tersebut menunjukkan
hilangnya keadilan di masyarakat yang akibatnya merembes kepada elit penguasa
dan sistem politik. Semua itu bermuara pada turunnya produktivitas pekerja dan di
sisi lain menurunnya sistem pengembangan ilmu pengertahuan dan keterampilan.

Sementara menurut Muhammad Iqbal penyebab utama kemunduran Islam


menurutnya ialah cara berpikirnya yang taqlid secara total kepada ulama-ulama
terdahulu. Sikap tersebut disebabkan oleh adanya asumsi tentang ditutupnya pintu
ijtihad. Ijtihad seharusnya dijadikan sebagai paradigma berpikir dalam
mengembangkan cakrawala pemikiran, bukan dipahami sebagai hal yang terlalu
berani serta bebas dalam menggunakan rasionalitas akal manusia. Dengan adanya
sikap ijtihad, diharapkan umat muslim dapat membangun paradigma berfikir yang
kontemporer dan tidak tertutup akan pembaharuan pemikiran. Dengan demikian,
ilmu pengetahuan dapat berkembang pesat dengan tetap mengedepankan nilai-nilai
islami sehingga dapat membawa kemaslahatan untuk umat manusia.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Konsep Masyarakat madani dan kemajuan peradaban
Menurut datu seri Anwar Ibrahim, masyarakat madani adalah sistem sosial yang subur
berdasarkan prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan individu
untuk stabilitas masyarakat. Inisiatif individu dan masyarakat akan berpikir, seni,
pelaksanaan pemerintah oleh hukum dan tidak nafsu atau keinginan individu.
Sementara secara harfiah masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab,
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu
pengetahuan, dan teknologi.

Empat poin diatas dapat menjadi acuan secara kongkrit dalam pengembangan
peradaban islam sesuai dengan cita-cita masyarakat madani yaitu Baldatun tayyibatun
warobbun ghofur. Karena etika moral dan ilmu pengetahuan saat ini telah berjalan
terpisah dan harus disinergikan kembali untuk mewujudkan intelektualitas yang
beretika. Maka, peran pendidik Bahasa inggris diharuskan dapat melakukan inovasi
pendidikan untuk mengkolaborasikan disiplin ilmu dan etika moral sehingga ilmu
Bahasa yang dipelajari tidak menjadi ilmu yang bebas nilai. Selain itu, para pendidik
sebagai insan yang terdidik juga harus menjadi pelopor dalam pemanfaatan teknologi
informasi secara bijak. Pendidik memiliki kewajiban untuk memberikan edukasi
untuk memanfaatkan kemajuan teknologi sebagai sarana dakwah dan aktualisasi diri
diiringi dengan etika berteknologi yang berlandaskan nilai adab dalam syariat islam
yang di tajdidkan sehingga dapat membawa kemaslahatan untuk sesama.

3.2 Inovasi Sarjana pendidikan Bahasa dalam kemajuan peradaban islam


Gelar sarjana sejatinya tidak hanya mengantarkan sebagai simbolis puncak Menara
gading, namun juga menuntut pemiliknya untuk dapat mencapai kebijaksanaan dalam
berfikir dan membuka cakrawala pemikiran untuk mendukung adanya ijtihad dalam
ilmu pengetahuan.
Inovasi merupakan asspek penting dalam proses terjadinya ijtihad. Saat ini, terdapat
nilai-nilai yang perlu ditanamkan oleh pendidik Bahasa inggris kepada siswa yang
mulai luput diperhatikan oleh stakeholder pendidikan di Indonesia. Pendidikan di
Indonesia cenderung berorientasi pada kepentingan industrial untuk menghasilkan
tenaga kerja namun melupakan asas untuk memajukan SDM. Akibatnya, para
akademisi yang terlahir dari sekolah formal hanya dibekali kemampuan untuk
menjadi tenaga kerja namun masih terkungkung pemikiranya dikarenakan tidak
adanya proses transfer value dalam pengajaran mengenai etika dan dasar dari ilmu
pengetahuan. Seharusnya setelah selesai dari tingkat sekolah formal, para SDM sudah
memiliki kemampuan berfikir tingkat tinggu dan tidak hanya terbatas pada aspek
dasar berfikir. Maka tantangan bagi para pendidik saat ini adalah bagaimana untuk
berinovasi melakukan transfer value kepada peserta didik.

Berikut beberapa model inovasi yang dapat digunakan pendidik Bahasa inggris dalam
melakukan inovasi pembelajaran
a. Penanaman nilai adab dan moral yang islami dalam pembelajaran
Di era dekadensi moral seperti saat ini. Edukasi nilai adab dapat menjadi langkah
preventif dalam mencegah adanya penyimpangan moral pada generasi muda. Didalam
syariat islam, referensi moral telah dimuat kongkrit didalam al-Qur’an yang memuat
berbagai adab baik secara transendental kepada tuhan dan secara personal kepada
sesama manusia. Penanaman adab yang baik dapat menjadi pilar pembangunan nilai
moral untuk mewujudkan cita-cita masyarakat yang beradab dan menjunjung tinggi
nilai kemanusaan seperti yang tertuang dalam konsep masyarakat madani. Siswa yang
diajarkan nilai adab diharapkan dapat membaur dalam kehidupan masyarakat dengan
pembawaan karakter yang baik serta tidak menimbulkan konflik di lingkungan
masyarakat. Oleh karena itu, penanaman nilai adab dan moral harus digencarkan
terlebih dahulu sebelum masuk pada fase transfer knowledge.

Langkah kongkrit yang dapat dilakukan dapat berupa penyampaian kontrak belajar
yang tidak hanya focus pada kedisiplinan namun juga basic manner seperti adab
menghadiri majlis, adab terhadap guru, adab terhadap teman, adab terhadab
lingkungan, dsb. Selain itu juga pendidik dapat menerangkan fenomena
penyimpangan sosial yang harus dihindari dan memberikan pemahaman akan
konsekuensi dari setiap tindakan yang dilakukan, khususnya dalam aspek agama,
pendidik harus menerangkan konsekuensi dosa besar yang didapat dari melakukan
penyimpangan sosial, seperti konsep dasar moh limo(jawa), 7 dosa besar, dan
pemahaman jenis-jenis kezaliman. Dalam langkah represif, pendidik juga harus
bersikap tegas apabila menemukan penyimpangan sosial yang dilakukan oleh murid.
Semisal, apabila guru menemukan murid yang merokok atau menindas anak lain, guru
harus tegas menegur pelaku dan memberikan konsekuensi yang dapat mengakibatkan
efek jera namun tidak destruktif, pendidik juga dapat melibatkan elemen lain untuk
memberikan edukasi pasca kejadian, seperti wali murid atau guru konseling.

b. Pengajaran keterampilan hidup bermasyarakat


Lingkungan kurikulum pendidikan saat ini cenderung hanya mengajarkan
pengetahuan yang hanya bersifat teoritis namun dalam praktiknya minim edukasi
yang diberikan oleh lembaga pendidikan. Hal ini menyebabkan siswa harus
melakukan praktikal ilmu ke dalam kehidupan sehari-hari secara otodidak yang
menyebabkan output dari ilmu tersebut menjadi berbeda tergantung pada
preferensi personalnya. Ilmu-ilmu kehidupan dasar untuk hidup di lingkungan
masyarakat juga kurang diajarkan dan lebih ditekankan untuk dipraktikan secara
mandiri. Konsep pendidikan pedagogis mengharuskan interaksi kelas hanya terjadi
satu arah dari guru ke siswa, semua yang disampaikan guru adalah hal mutlak yang
harus dipahami para siswa sehingga dalam kasus ini siswa menjadi pasif dalam KBM.
Pengajaran life skill aktif seperti Public speaking, entrepreneurship, problem solving,
decision making, teamwork, negosiasi dll. Harus diajarkan disekolah dengan metode
yang menarik karena berbagai skill tersebut sangat diperlukan untuk menjadi bagian
dari kehidupan masyarakat civil society.

Pengajaran public speaking dapat dilakukan oleh pendidik dengan cara mengubah
metode pengajaran menjadi lebih interaktif sehingga dalam lingkungan kelas dapat
terjadi brainstorming karena siswa diberi keleluasaan untuk berpendapat. Pendidik
tidak diperbolehkan untuk menginterupsi dan menyetir diskusi dari muridnya karena
peran yang dibutuhkan disini adalah sebagai fasilitator pemantik untuk menengahi
suatu pembahasan. Dalam tingkat yang lebih advence, forum diskusi dapat dilakukan
dengan Bahasa inggris yang bertujuan untuk melatih kemampuan Bahasa asing siswa
secara lisan, karena penguasaan linguistic harus disertai dengan praktik alih-alih
hanya bermodalkan teori.

Pendidik dapat membentuk suatu kelompok diskusi dan memberikan suatu


persoalan untuk dipecahkan bersama-sama. Hal ini dapat melatih kemampuan
pemecahan masalah pada siswa. pendidik juga dapat memberikan tugas yang
melibatkan peran masyarakat didalamnya seperti tugas entrepreneur atau survey
sosial yang ditujukan untuk melatih kemampuan negosiasi siswa. dalam hal ini,
pendidik memiliki kewajiban untuk membimbing projek siswanya agar dapat berjalan
seperti yang diharapkan.

c. Apresiasi karya
Dinamika yang ada pada lingkungan pendidikan saat ini adalah siswa yang unggul
dalam ilmu eksak cenderung lebih diapresiasi daripada siswa yang unggul dalam ilmu
abstrak, sehingga terjadi kesenjangan pemberdayaan antara siswa yang mempelajari
ilmu ekssak dan ilmu abstrak. Dalam kasus ini, ilmu Bahasa dan sastra digolongkan ke
dalam ilmu abstrak karena termasuk dalam cabang humaniora. Akibatnya, karya
Bahasa dan sastra terkadang tidak mendapat apresiasi yang layak sehingga siswa
kurang tertarik untuk mengembangkanya. Disini pendidik Bahasa inggris memiliki
kewajiban untuk dapat memantik siswanya dalam menghasilkan karya Bahasa
dengan melakukan apresiasi terhadap karya tersebut. Paresiasi yang dilakukan dapat
berupa memberika pendampingan dan pujian kepada karya siswa dan memantik
siswa untuk mengembangkan kemampuan berbahasa.

Karya- karya kebahasaan dan sastra inggris meliputi syair, prosa, cerpen, novel, lagu,
teater dan masih banyak lagi. Pendidik perlu memetakan minat siswanya dalam
karya Bahasa dan memberikan pendampingan. Dari Karya yang sudah dihasilkan ,
pendidik juga dapat memberikan wadah bagi siswanya untuk mempublikasikan baik
secara cetak maupun digital agar dapat diketahui oleh khalayak umum dan
mendapatkan apresiasi

d. Pengarahan pemanfaatan kemajuan teknologi


Di era globalisasi saat ini, manusia dituntut untuk hidup berbaur dengan teknologi.
Penggunaan teknologi telah menyebar keseluruh aspek kehidupan manusia tak
terkecuali pada sektor pendidikan. Standar pendidikan yang berkualitas menuntut
pendidik untuk memberikan bekal penguasaan teknologi kepada siswanya. Dengan
demikian pendidik memiliki kewajiban untuk mengenalkan teknologi ke siswanya
dan memberikan pemahaman untuk menggunakan dengan bijak dan berorientasi
untuk memberikan kebermanfaatan bagi diri sendiri dan masyarakat.

Pendidik dapat mengajarkan siswanya untuk mempraktikan ilmu Bahasa yang telah
dipelajari ke dalam konten media sosial. Konten ini ditujukan agar siswa membagikan
ilmu yang ia dapat ke khalayak umum di dunia maya dan membantu siswa untuk
mengaktualisasikan diri. Pendidik juga memiliki kewajiban melakukan monitoring
agar konten yang dibuat oleh siswanya di media sosial berisikan pesan yang baik dan
tidak menyingggung suatu pihak. Pendidik juga memiliki kewajiban untuk
mengajarkan teknologi untuk berbagai kemudahan antara lain dalam mencari
pekerjaan, mengakses bantuan pendidikan, berwirausaha, berkommunikasi dengan
orang lain dll. Sehingga siswa yang memiliki bekal iptek dapat mengajarkan ilmu yang
dimilikinya ke masyarakat umum dan mewujudkan masyarakat madani yang sadar
akan kemajuan teknologi

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Masyarakat madani merupakan kehidupan masyarakat ideal yang dicita-citakan dalam
kemajuan peradaban islam. Indikasi aksiologi dari masyarakat madani adalah masyarakat
yang beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang maju dalam
penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi. Pendidikan mempunyai peran penting
dalam sektor pengembangan sumber daya manusia dalam konsep masyarakat madani.
Pendidikan diharapkan dapat menanamkan 4 indikasi diatas kepada generasi muda
agar menghasilkan akademisi yang memberikan kemaslahatan untuk masyarakat.
Terutama dalam sektor Bahasa, keterampilan berbahasa dapat menjadi penunjang
utama dalam kemampuan komunikasi. Kemampuan Bahasa inggris sangat diperlukan
mengingat era globalisasi ini pasar global semakin terbuka dan tidak menutup
kemungkinan berinteraksi dengan orang luar negeri. Kemampuan berbahasa inggris
juga perlu diimbangi dengan penguatan karakter akademisi muslim yang produktif
dan berkualitas. Diantara kangkah-langkah untuk mewujudkan cita cita tersebut
adalah Penanaman nilai adab dan moral yang islami dalam pembelajaran, Pengajaran
keterampilan hidup bermasyarakat, Apresiasi karya sastra Bahasa, dan pengarahan
pemanfaatan kemajuan teknologi dalam kehidupan.

Saran
Langkah-langkah diatas diharapkan dapat dijalankan secara massif dan komrehensif
oleh seluruh pendidik Bahasa inggris yang ada di Indonesia, dan diharapkan dampak
ini dapat meluas kepada seluruh pendidik dari berbagai cabang ilmu sehingga setiap
cabang ilmu yang diajarkan dapat membentuk paradigm berfikir siswa,
DAFTAR PUSTAKA
Paulo Freire, Politik pendidikan : kebudayaan, kekuasaan dan pembebasan, Yogyakarta : Pustaka
Pelajar., 2007

Nur Fitriah, Invasi bangsa mongol terhadap kota Baghdad(studi terbentuknya dinasti mongol islam),
2019, Universitas Alaudin Makassar

Nanang Ajim, Masa kemunduranperadaban islam, 2021, Mikirbae.com

Dr. H. Muhammad Saleh, M. Ag, Kejayaan Pendidikan Islam Pijakan Peradaban Manusia, 2021,
IAIN Parepare

Khoiry Bahrul Ulum, Madrasah-madrasah Pertama dalam Peradaban Islam, 2019, Kompasiana.com

Ngudi Astuti, Peran umat islam dalam mewujudkan masyarakat madani di Indonesia, 2012, Jurnal-
ilmiah-mimbar-demokrasi, Universitas Jayabaya Jakarta

Anda mungkin juga menyukai