DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2 :
1. NABILLAH FITRIANI 21310008
2. NENI ARSAN 21310017
3. JULFA HANDAYANI 21310013
4. ALAN SAPUTRA 21310009
5. REZI PRATIWI 21310014
6. HARIYUNI 21212015 PROD. P. EKONOMI
7. ILHAM HERMANSYAH 21212010 PROD. P. EKONOMI
8. NUR ASMAWATI 21212003 PROD. P. EKONOMI
9. YULIANTI CITRA 21212020 PROD. P. EKONOMI
10. CITRA DEWI IRASTI 21211005 PROD. P. SEJARAH
11. MAYSARA 21211012 PROD. P. SEJARAH
12. SITI RAHMA 21211010 PROD. P. SEJARAH
13. MUTIA BUTON 21212016 PROD. P. EKONOMI
14. WAODE DIVA ILMIAH 21212017 PROD. P. EKONOMI
15. LA DEDI 17310019 PROD. MANAJEMEN
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang sudah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyusun tugas bahasa Indonesia ini dengan baik serta
tepat waktu. Tugas ini kami buat untuk memberikan pemahaman kepada kita semua
dalam penulisan makalah ini kami banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, kami mengucapkan banyak terima kasih akhir kata kami memohon maaf apabila
dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan .
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
Agar menghasilkan pemilihan kata yang digunakan tepat harus memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut :
1. Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi
2. Membedakan dengan cermat kata-kata yang hamper bersinonim
3. Membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaan
4. Menghindari kata-kata ciptaan sendiri
5. Memperhatikan penggunaan akhiran asing
6. Memperhatikan perubahan makna
7. Memperhatikan kelangsungan pilihan kata
Contoh paragraf :
1. Hari ini aku pergi ke pantai bersama dengan teman-temanku.Udara di sana sangat
sejuk.Kami bermain bola air sampai tak terasa hari sudah sore.kamipun pulang tak
lama kemudian.
2. Liburan kali ini aku dan teman-temanku berencana untuk pergi ke pantai.kami sangat
senang ketika hari itu tibah.Begitu sampai di sana kami sudah di sambut oleh semilir
angin yang tak henti-hentinya bertiup. Ombak yang berkejar-kejaran juga seolah tak
mau kalah untuk menyambut kedatangan kami. Kami menghabiskan waktu sepanjang
hari di sana kami pulang dengan hati senang.
Kedua paragraph diatas memiliki makna yang sama,tetapi dalam pemilihan kata atau
diksi,paragraf kedua lebih menarik bagi pembaca karena enak di baca dan tidak
membosankan.
Pembahasan keragman kosakata yang berkaitan dengan pilihan kata dapat dibedakan
menjadi 3 macam
B. Penggolongan kata
1. Kata abstrak dan kata konkret
Kata abstrak merupakan kata yang memilki rujukan berupa konsep/pengertian.
Kata konkret adalah kata yang memiliki rujukan berupa objek yang dapat diserap
oleh pancaindra (dilihat,diraba,dicium,dirasakan dan didengarkan)
Contoh dalam kalimat:
Keadaan Kesehatan (abstrak) di desa-desa terpencil masih jauh dari standar
Kesehatan nasional. Berbagai penyakit yang mereka derita antara lain malaria,
cacingan, disentri, tipes dan sebagainya (konkret) pembantu. Dengan
pembangunan puskesmas, diharpakan masyarkat menjadi lebih baik.
2. Kata Umum dan Kata Khusus
Kata umummerupakan kata yang memilki ruang lingkup luas dan mencakup
banyak hal. Kata khusus adalah kata yang memilki cakupan terbatas. Kata umum
kurang memberikan gambaran yang jelas. Semakin umum kata tersebut, gambaran
tentang hal tersebut semakin tidak jelas. Bahkan, dapat menyebabkan kesalahan
penafsiran. Akan tetapi, kata khusus yang tertentu makna dan pemakaiannya lebih
mudah dipahami.
Perhatikan kalimat-kalimat berikut.
a. Di kebun bunga milik Bu Soraya terdapat berbagai macam bunga. Di sana aku
bisa melihat keindahan bunga mawar,melati,anggrek,matahari dll.
b. Setiap malam aku selalu mengecek perlatan sekolah yang harus dibawa besok
seperti: buku tulis,pensil,penghapus,balpoin dan penggaris
Kata bunga merupakan kata umum. Mawar,melati,anggrek,matahari
merupakan kata khusus. Begitu pula, kata peralatan sekolah merupakan kata
umum. Buku pelajaran,buku tulis,pensil,penghapus, balpoin dan penggaris
merupakan kata khusus.
Penggolongan tersebut didasarkan pada arti yang dicakup setiap kata.
Perhatikan uraian dibawah ini.
Bunga : jenis tanaman yang indah
Mawar : bunga ynag berbau harum, memilki aneka warna, berbentuk kelopak
Melati : bunga berbau harum, berwarna putih
Anggrek : bunga yang indah dan hidup sebagai epifit
Ruang lingkup kata dapat dilihat dari kalimat yang disertainya.
Perhatikan contoh kalimat-kalimat berikut.
a. Susan berlari dengan cepat
b. Hujan tuturn begitu cepat
c. Angin bertiup cepat
d. Kecepatan kapal itu 1.000 knot
e. Mereka cepat berkemas
Kata cepat berarti melakukan sesuatu dengan segera. Kata cepat dapat
dihunakan pada kalimat-kalimat diatas. Akan tetapi, ada kalimat yang
kurang sesuai dengan konteks kalimat. Sebenarnya ada kalimat yang
memilki arti sama dengan kata cepat seperti kalimat-kelimat berikut.
Susan berlaru dengan cepat karena tidak mau terlambat dating
disekolah seperti kemarin. (kata umum)
Hujan turun dengan deras membuat penduduk desa takut jika air
sungai meluap dan banjir. (kata khusus)
Angin bertiup kencang menerbangkan kertas-kertas itu seperti
terbangnya harapanku. (kata khusus)
Laju kapal itu 1.000 knot. (kata khusus)
Mereka lekas berkemas agar tidak ketinggalan kereta api. (kata
khusus)
3. Kata popular dan Kata kajian
Kata popular merupakan kata yang dikenal dan dipakai oleh semua lapisan
masyarakat dalan berkomunikasi sehari-hari. Kata kajian adalah kata yang dikenal
dan digunakan para ilmuwan/kaum terpelajar dalam karya-karya ilmiah. Kata
kajian banyak diserap dari Bahasa asing.
Contoh:
Meskipun sakit, Dina tetap masuk sekolah. (kata popular)
Dalam diskusi ini, kami mengharap masukan dari para peserta agar dapat
dicapai keputusan yang tepat. (kata kajian)
Rancangan rumah itu sanagt sesuai dengan selera pemilik rumah. (kata
popular)
Desain-desain mesin itu dimodifikasi sesuai dengan prosedur yang benar.
(kata kajian)
4. Kata Baku dan Non Baku
Kata baku adalah kata yang sesuai dengan kaidah yang telah ditentukan.
Sebaliknya, kata tidak baku adalah kata yang tidak sesuai dengan kaidah.
Kata-kata baku yang digunakan dalam hal-hal berikut.
a. Komunikasi resmi, misalnya: surat-menyurat resmi, dokumen pemerintahan,
atau pemberitahuan yang sifatnya resmi
b. Wacana resmi, misalnya: laporan ilmiah, karya ilmiah, atau tulisan yang
bersifat resmi
c. Pembicaraan didepan umum, misalnya: pidato, ceramah atau mengajar
d. Pembicaraan yang bersifat resmi dengan orang yang dihormati.
Kata-kata tidak baku lebih sering digunakan dalam percakapan. Dalam Bahasa
tulis, kata tidak baku digunakan dalam sastra.
Perhatikan contoh dibawah ini!
Persen Prosen
Analisis Analisa
Masyarakat Masarakat
Lazim Lajim
Ijazah Ijasah
Paham faham
Kata-kata tersebut tidak baku karena salah dalam penulisan. Perhatikan pula
contoh kata baku dan tidak baku berikut. Ketidakbakuan itu terjadi karena kata-
kata itu digunakan dalam percakapan.
Kata baku dan tidak baku dapat diketahu dari Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Dalam kamjus tersebut dilengkapi petunjuk pada setiap kata. Jika kata itu
digunakan dalam percakapan, diberi petunjuk cak. Jika tulisannya salah, kata
itu tidak diberi arti. Di belakang kata itu diberi anak panah dan kata yang
benar. Temukanlah pada kata yang dirujuk tersebut. Kata tersebut diberi arti
atau penjelasan lain. Dalam kamus tersebut, kata baku diberi arti atau
ditunjukkan sinonim dari kata tersebut.
b. Konteks Linguistis
Konteks Linguistis adalah hubungan antara unsur Bahasa yang satu
dengan Bahasa yang lain. Konteks linguistis mencakup konteks hubungan
antara kata dengan kata dalam frasa atau kalimat, hubungan antar frasa dalam
sebuah kalimat atau wacana, dan juga hubungan antar kalimat dalam wacana
Dalam hubungan dengan konteks ini, perlu kiranya dikemukakan suatu
pengertian yang disebut kolokasi. Yang dimaksud dengan kolokasi
(collocation) adalah lingkungan leksikal di mana sebuah kata dapat muncul.
Misalnya kata gelap berkolokasi dengan kata malam, dan tidak pernah
berkolokasi dengan kata baik atau jahat; dengan demikian kita dapat
memperoleh konstruksi malam gelap. Dengan dasar ini dapat dipelajari betapa
jangka kolokasional dari kata-kata dalam suatu Bahasa. Kata seorang hanya
bisa dipakai bagi manusia atau malaikat atau dewa, kadang-kadang untuk
setan tetapi tidak pernah untuk binatang atau makhluk tak bernyawa. Kata
sudah pada umumnya dapat berkolokasi dengan semua kata kerja, atau kata
sifat, tetapi tidak dapat berkolokasi dengan kata benda.
Sebaliknya, dalam konteks linguistic dapat muncul pengertian tertentu
akibat perpaduan antara dua buah kata, misalnya: rumah ayah mengandung
pengertian “milik”, rumah batu mengandung pengertian dari atau bahannya
dari; membelikan ayah mengandung pengertian untuk atau interaktif.
D. Makna Kata
Makna adalah hubungan antara bentuk dan barang (hal) lain yang diacu. Ada
bermacam-macam makna antara lain seperti berikut.
Makna konotatif adalah makna asosiatif,makna yang timbul sebagai akibat dari
sikap sosial,sikap pribadi dan kriteria tambahan yang di kenakan pada sebuah
makna konseptual. Kata makan pada makna konseptual.Kata makan pada makna
konotatif berarti untung atau pukul makna konotatif selalu berubah dari zaman ke
zaman.Contoh lainnya misalnya kamar kecil dapat bermakna konotatif
jembatan,sedangkan makna denotative adalah kamar yang kecil.
Makna leksikal merupakan makna atau arti yang tertulis dalam kamus.
Contoh:
a. Buah > bagian tumbuhan yang berasal dari bunga atau putik (biasanya berbiji)
b. Tari > Gerakan badan yang berirama dan biasanya diiringi bunyi-bunyian
yang berirama
c. Tinggi > jauh antaranya dari sebelah bawah
d. Dua > nama bilangan bagi lambing bilangan asli
e. Sering > kerap, acap
Dalam Bahasa Indonesia, kata-kata bermakna leksikal ribuan jumlahnya.
Semuanya tecantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ada yang berkategori kata
benda dan kata kerja. Ada juga kata sifat dan kata keterangan. Bahkan ada juga kata-
kata tugas. Semua kata yang tercantum dalam kamus tersebut diberi arti.
Kebalikan dari makna leksikal adalah makna gramatikal. Makna gramatikal ini
timbul karena proses gramatik. Ada beberapa jenis proses gramatik.
a. Penambahan imbuhan baik awalan,sisipan, akhiran, maupun imbuhan gabung
Contoh:
Pohon mangga itu mulai berbuah.
Berbuah: ‘menghasilkan buah’
b. Pengulangan, baik pengulangan secara utuh maupun dengan penambahan imbuhan.
Contoh:
Buah-buahan itu menjadi penghias meja makan.
Buah-buahan: ‘seperti buah’
c. Penggabungan kata (pemajemukan)
Contoh:
Karena perbuatannya yang melanggar hukum, ia menjadi buah bibir di masyarakat.
Buah bibir :’orang yang menjadi bahan pembicaraan’
Untuk mengetahui kata bermakna lugas atau kias, cara yang dapat dilakukan
dengan mencermati kalimat. Dari rangkaian kata dalam kalimat, makna
kalimat dapat diketahui. Berdasarkan makna kalimat dapat diketahui pula
makna tersebut berupa makna kias ataukah bermakna lugas. Kelompok kata
bermakna kias disebut ungkapan. Ada juga yang menyebutnya frasa idiomatic.
5. Makna kontekstual
Makna kontekstual ialah makna yang ditentukan oleh konteks pemakaiannya. Satu
kata bisa memiliki makna yang berbeda pada konteks yang berbeda pula.
Contoh:
Dion sedang mengarang cerita.
Kapal yang tenggelam itu sudah mengarang. (seperti karang)
Rumah yang terbakar itu semuanya mengarang. (menjadi arang)
E. Ciri-ciri Diksi
Menggunakan pilihan kata yang tepat sesuai dengan konteks kalimat yang
digunakan untuk mengungkapkan gagasan.
Pilihan kata yang digunakan dapat membedakan nuansa makna,kata, dan
bentuk yang sesuai dengan ide atau gagasan, situasi dan nilai rasa pembaca
maupun pendengar.
Menggunakan pembendaharaan kata yang dimiliki dan dikenali oleh
masyarakat dan dapat menggerakan dan memberdayakan kekayaan tersebut
menjadi jaring kata yang jelas.
(2) (a) Bangsa Indonesia mampu mengkikis habis paham komunis sampai ke
akar-akarnya.(salah )
(b) Bangsa Indonesia mampu mengikis habis paham komunis sampai ke
akar-akarnya.(benar)
g. Pemakaian Akhiran-ir
Pemakian akhiran -ir sangat produktif dalam penggunaan Bahasa
Indonesia sehari-hari. Padahal, dalam Bahasa Indonesia baku, untuk padanan
akhiran -ir adalah asi atau -isasi. Dibawah ini diungkapkan bentuk yang salah
dan bentuk yang benar
(1) (a) Saya sanggup mengkoordinir kegiatan itu.(salah)
(b) Saya sanggup mengoordinasi kegiatan itu.(benar)
(2) (a) Apabila pada hari itu saya berhalangan hadir, maka dapat akan
dipimpin oleh Sdr. Daud.(salah)
(b) Apabila pada hari itu saya berhalangan hadir, rapat akan dipimpin oleh
Sdr. Daud.(benar)
i. Pemakaian kata Depan di, ke, dari, bagi, pada, daripada, dan terhadap
Dalam kehidupan berbahasa sehari-hari, pemakaian di, ke, dari, bagi,
dan daripada sering dipertukarkan. Dibawah ini dipaparkan bentuk benar dan
bentuk salah dalam pemakaian kata depan .
1) (a) Putusan daripada pemerintah itu melegakan hari rakyat.(salah)
(b) Putusan pemerintah itu melegakan hati rakyat.(benar)
j. Pemakaian Akronim(Singkatan)
Kita membedakan istilah” singkatan”dengan “bentuk singkat”. Yang
dimaksud dengan sinngkatan ialah hasil menyingkat atau memendekkan
berupa huruf atau gabungan huruf, seperti PLO,UI, DPR, BPK,KY, MK, MA,
KBK, dan KTSP. Seterusnya , yang dimaksud dengan bentuk singkat ialah
kontraksi bentuk kata sebagaimana dipakai dalam ucapan cepat, seperti lab
(laboratorium), memo(memorandum), demo(demontrasi), kafe(kafetaria), dan
perpus(perpustakaan). Pemakaian akronim dan singkatan dalam Bahasa
kadang-kadang tidak teratur. Singkatan IBF mempunyai dua makna yaitu
internasional boxing federation dan international badminton federation. Dalam
Bahasa Indonesia, hal seperti itu sering kita temukan, seperti singkatan PBB,
TPA, TPU, GMT,dan ABG, bahkan, singkatan tersebut sering dipelesetkan.
Oleh sebab itu, pemakaian akronim dan singkatan sedapat mungkin dihindari
karena menimbulkan berbagai tafsiran oleh pendengar atau pembaca.
Ada beberapa yang perlu diperhatikan dalam pemilihan kata untuk mencapai ketetapan
katanya itu.
1. Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi, dari kedua kata yang mempunyai
makna yang mirip satu sama lain ia harus menetapkan mana yang akan
dipergunakannya untuk mencapai maksudnya. Kalua hanya pengertian dasar yang
diiginkannya, ia harus memilih kata yang denotative, kalau ia hanya menghendaki
reaksi emosional tertentu, ia harus memilih kata konotatif sesuai dengan sasaran yang
akan dicapai itu
2. Membedakan dengan cermat kata kata yang hamper bersinonim. Kata bersinonim
tidak selalu memiliki distrbusi yang saling melengkapi. Sebab itu, penulis atau
pembicara harus hati-hati memilih kata dari sinonim yang ada, untuk menyampaikan
apa yang diinginkannya, sehingga tidak timbul interpretasi yang berlainan,
3. Membedakan kata kata yang mirip dalam ejaannya bila penulis sendiri tidak mampu
membedakan kata-kata yang mirip ejaannya itu, maka akan membawa akibat yang
tidak diinginkannya, yaitu salah paham misalnya: bahwa-bawah-bawa, proposisi-
preposisi, korparasi-koperasi dan sebagainya.
4. Hindarilah kata-kata ciptaan sendiri. Bahasa selalu tumbuh dan berkembang sesuai
dengan perkembangan masyarakat. Perkembangan Bahasa pertama tama tampak dari
pertambahan jumlah kata baru. Namun hal itu tidak berarti bahwa setiap orang boleh
menciptakan kata baru seenaknya. Kata baru biasanya muncul pertama kali untuk
karena dipakai oleh orang-orang terkenal atau pengarang terkenal. Bila anggota
masyarakat lainnya menerima kata itu, maka lama-kelamaan kata itu akan menjadi
milik masyarakat. Neologisme atau kata baru atau penggunaan penggunaan sebuah
kata lama dengan makna dan fungsi yang baru termasuk dalam kelompok ini .
Waspadalah terhadap penggunaan akhiran asing, terutama kata-kata asing
yang mengandung akhiran asing tersebut. Perhatikan penggunaan : idiom-
idiomatic, progress-progesif, kultur-kultural, dan sebagainya
5. Kata-kata yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatis: ingat
akan bukan ingat; berharap, berharap akan, mengharapakan bukan mengharap akan,;
berbahaya,berbahaya bagi, membahayakan sesuatu bukan membahayakan bagi
sesuatu; takut akan, menakuti sesuatu (lokatif)
6. Untuk menjamin ketetapan diksi, penulis atau pembicara harus membedakan kata
umum dan kata khusus. Kata umum digunakan untuk mengungkapkan gagasan atau
ide yang umum, sedangkan kata khusus digunakan untuk seluk beluknya atau
perinciannya. Kata khusus lebih tepat menggambarkan sesuatu daripada kata umum.
7. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.
8. Memperhatikan kelangsungan pilihan kata
Gaya atau khususnya gaya Bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style. Kata
style diturunkan dari kata latin stilus, yaitu semacam alat untuk menulis pada
lempengan lilin. Keahlian dalam menggunakan alat ini akan mempengaruhi jelas
tidaknya tulisan pada lempengan tadi. Kelak pada waktu penekanan dititikberatkan
pada keahlian untuk menulis indah, maka style berubah ,menjadi kemampuan dan
keahlian untuk menulis atau mempergunakan kata-kata secara indah. Karena
perkembangan itu gaya Bahasa ataustyle menajdi masalah atau bagian dari diksi atau
pilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian fakta, frasa atau klausa
tertentu. Sebab itu, persoalan gaya Bahasa meliputi semua hirarki kebahasaan; pilihan
kata secara individual, frasa, klausa, dan kalimat, bahkan mencakup pula sebuah
wacana secara keseluruhan. Walaupun kata style berasal dari kata latin, orang Yunani
sudah mengembangkan sendiri teori-teori mengenai style itu. Ada dua aliran yang
terkenal, yaitu:
Aliran platonik: menganggap style sebagai kualitas suatu uangkapan, menurut mereka
ada ungkapan yang memilki style, ada juga yang tidak style
Aliran Aristoteles: menganggap bahwa gaya adalah suatu kualitas yang inhere, yang
ada ungkapan. Dengan demikian, aliran plato mengatakan bahwa ada karya yang
memiliki gaya dan ada karya karya yang sama sekali tidak memiliki gaya. Sebaliknya,
aliran Aristoteles mengatakan bahwa semua karya memiliki gaya, tettapi ada karya
yang memiliki gaya yang kuat, ada yang lemah, ada yang memilki gaya yang baik, ada
yang memiliki gaya yang jelek.
Bila kita melihat gaya secara umum, kita dapat mengatakan bahwa gaya adalah cara
mengungkapkan diri sendiri, entah melalui Bahasa, tingkah laku, berpakaian, dan
sebagainya.
Berdasarkan kata, gaya Bahasa mempersoalkan kata mana yang paling tepat dan
sesuai untuk posisi posisi tertentu dalam kalimat, serta tepat tidaknya penggunaan
kata-kata dilihat dari lapisan pemakaian Bahasa dalam masyarakat. Dengan kata lain,
gaya bahasa ini mempersoalkan ketetapan dan kesesuaian dalam menghadapi suatu
situasi-situasi tertentu
Dalam Bahasa standar (Bahasa Baku) dapatlah dibedakan : Gaya Bahasa resmi
(bukan Bahasa resmi), gaya Bahasa tak dan gaya Bahasa percakapan.
M. Perubahan Kata
Meluas > Kata-kata yang dulunya memiliki arti yang terbatas kini cakupan
maknanya jadi luas
Asosiasi > Perubahan makna yang terjadi karwna persamaan sifat
Peyoratif > Kata yang sekarang maknanya lebih renadah dari yang dulu
Menyempit > Kata yang dulunya memilki makna yang luas sekarang maknanya
menjadi sempit
Amelioratif > Pengertian kata yang baru dirasakan lebih baik dan enak didengar
dibandingkan dengan kata yang lama
Sinestesia > Perubahan arti akibat pertukaran tanggapan antara dua indera yang
berlain
N. PERUBAHAN MAKNA
a. Terjadinya perubahan makna
Sebagai telah diuraikan pada awal bagian ini, ketepatan suatu kata untuk
mewakili suatu hal, barang atau orang, tergantung pula dari maknanya, yaitu
relasi antara bentuk (istilah) dengan pengarahannya (referennya). Tetapi
kenyataan lain yang juga dihadapi oleh setiap pemakaian Bahasa adalah
bahwa makna kata tidak selalu bersifat statis. Dari waktu ke waktu, makna
kata-kata dapat mengalami perubahan sehingga akan menimbulkan kesulitan-
kesulitan baru bagi pemakaian yang terlalu bersifat konservatif. Sebab itu,
untuk menjaga agar pilihan kata selalu tepat, maka setiap penutur Bahasa
harus selalu memperhatikan perubahan-perubahan makna yang terjadi.
Perubahan makna itu tidak hanya mencakup bidang waktu, tetapi dapat juga
mencakup persoalan tempat. Sebuah kata dengan arti yang mula-mula dikenal
oleh semua anggota masyrakat Bahasa, pada suatu waktu akan vergeser
maknanya pada suatu wilayah tertentu, sedangkan wilayah-wilayah lainnya
masih tetap mempertahankan makna yang asli. Oleh karena itu, perlu ditarik
suatu garis yang tegas mengenai arti makna yang dianggap paling sesuai, arti
yang lama atau yang baru? Dalam persoalan gaya Bahasa atau lebih khusus
dalam persoalan kata, dasar yang dipakai sebagai patokan untuk menentukan
apakah suatu makna sudah berubah atau tidak adalah: pemakaian kata dengan
makna tertentu harus bersifat nasional (masalah tempat), terkenal, dan
sementara berlangsung (masalah waktu). Sebab itu, penulis yang berkaliber
nasional atau tulisannya ingin dibaca dalam taraf nasional harus
mempergunakan kata (sebagai alat interpretasi dari pembaca) yang bersifat
nasional, terkenal dan masih dipakai dalam masyarakat. Di samping itu, kata
tadi harus diinterpretasikan sesuai dengan makna yang disetujui pada waktu
itu, ditempat dimana ia menulis.
Perubahan makna kata dalam arti yang luas, tidak hanya mencakup perubahan
makna seperti yang dimaksud diatas, tetapi juga mencakup perubahan yang
dapat dikatakan berada dalam dua ekstrem tadi. Dan arti kata yang asli masih
digunakan, sebaliknya dalam hubungan-hubungan tertentu maknanya
mengalami perubahannya, misalnya dalam Bahasa-bahasa kiasan. Ini juga
terjadi karena pemakaian yang berulang-ulang dengan makna yang
menyimpang. Namun kata-kata semacam itu sudah tidak memiliki tenaga lagi,
karena sifatnya agak berlainan dari perubahan makna yang pertama; persoalan
ini akan dibicarakan pada bagian yang lain.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Diksi atau pilihan kata adalah kemampuan seseorang dalam memilih kata untuk
mencapai penyampaian yang tepat dalam berbicara atau menulis, sehingga tidak
menimbulkan makna yang tidak dikehendaki pembicara atau penulis.
Dalam pemilihan kata terdapat berbagai syarat yang harud tepati agar mencapai
diksi yang baik dan tepat, diantaranya yaitu:
1. Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi
2. Membedakan dengan cermat kata-kata yang hamper bersinonim
3. Membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaannya
4. Hindarilah kata-kata ciptaan sendiri
5. Waspada terhadap penggunaan akhiran asing
6. Membedakan pemakaian kata yang penghubung yang berpasangan secara
tepat
7. Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatis
8. Membedakan kata umum dan kata khusus
9. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi.
10. Memperhatikan kelangsungan pilihan kata.
B. SARAN
Dengan adanya makalah ini pembaca dapat mengetahui lebih mendalam
tentang diksi atau pemilihan kata, serta penulis berharap adanya karya tulis ini dapat
bermanfaat bagi pelajar, mahasiswa serta semua pihak yang membaca makalah ini.
Melalui makalah ini supaya pembaca dapat mengetahui lebih mendalam lagi sehingga
dapat membentuk generasi yang cerdas dan berbudi pekerti yang baik.
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Maka penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun semua pihak, untuk dapat membuat makalah yang lebih baik lagi
kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
http://tugaskuliahtry.blogspot.com/2015/05/contoh-makalah-diksi-bahasa-indonesia.html?m=1
alifanotes.blogspot.com