Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH BAHASA INDONESIA

“PILIHAN KATA (DIKSI)”

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 2 :
1. NABILLAH FITRIANI 21310008
2. NENI ARSAN 21310017
3. JULFA HANDAYANI 21310013
4. ALAN SAPUTRA 21310009
5. REZI PRATIWI 21310014
6. HARIYUNI 21212015 PROD. P. EKONOMI
7. ILHAM HERMANSYAH 21212010 PROD. P. EKONOMI
8. NUR ASMAWATI 21212003 PROD. P. EKONOMI
9. YULIANTI CITRA 21212020 PROD. P. EKONOMI
10. CITRA DEWI IRASTI 21211005 PROD. P. SEJARAH
11. MAYSARA 21211012 PROD. P. SEJARAH
12. SITI RAHMA 21211010 PROD. P. SEJARAH
13. MUTIA BUTON 21212016 PROD. P. EKONOMI
14. WAODE DIVA ILMIAH 21212017 PROD. P. EKONOMI
15. LA DEDI 17310019 PROD. MANAJEMEN
TAHUN AJARAN 2021/2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang sudah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyusun tugas bahasa Indonesia ini dengan baik serta
tepat waktu. Tugas ini kami buat untuk memberikan pemahaman kepada kita semua
dalam penulisan makalah ini kami banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, kami mengucapkan banyak terima kasih akhir kata kami memohon maaf apabila
dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan .

BAUBAU, 20 MEI 2022


DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Bahasa terbentuk dari beberapa tataran gramatikal,yaitu dari tataran terendah


sampai tertinggi, yaitu kata,frase,klausa,kalimat. Ketika menulis dan
berbicara,kata adalah kunci pokok dalam membentuk tulisan dan ucapan. Maka
dari itu kata-kata dalam bahasa Indonesia harus di pahami dengan baik,supaya ide
dan pesan seseorang dapat di mengerti dengan baik. Kata-kata yang di gunakan
dalam komunikasi harus di pahami dalam konteks alinea dan wacana.Tidak di
benarkan menggunakan kata-kata dengan sesuka hati,tetapi harus mengikuti
kaidah-kaidah yang benar.
Memang harus di akui,kecenderungan orang semakin mengesampingkan
pentingnya penggunaan bahasa,terutama dalam tata cara pemilihan kata atau
diksi.
Agar tercipta suatu komunikasi yang efektif dan efesien,penggunaan diksi atau
pemilihan kata di rasakan sangat penting, bahkan mungkin vital,terutama untuk
menghindari kesalapahaman dalam berkomunikasi.
Pemilihan kata yang tepat merupakan sarana pendukung dan penentu
keberhasilan dalam berkomunikasi.Pilihan kata atau diksi bukan hanya soal pilih
memilih kata,melainkan lebih mencakup bagaimana efek kata tersebut terhadap
makna dan informasi yang ingin di sampaikan.
Dalam makalah ini penulis berusaha menjelaskan mengenai diksi yang di
gunakan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam segi makna dan relasi,gaya
bahasa,ungkapan,kata kajian,kata popular,kata sapaan,dan kata serapan.

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan makalah ini adalah :


 Pengertian Diksi (pilihan kata)
 Penerapan diksi (Pilihan kata) dalam kalimat ragam formal
 Pembagian Diksi (Pilihan kata)

C. Tujuan

1. Pengetahuan pengertian makna kata,diksi,dan gaya bahasa,serta kata


kajian dan kata popular.
2. Mampu menggunakan bahasa yang tepat dalam berkomunikasi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Diksi atau Pilihan kata

Diksi adalah pilihan kata.Maksudnya,kita memilih kata yang tepat untuk


menyatakan sesuatu.Pilihan kata merupakan satu unsur sangat penting,baik dalam
dunia karang mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari.Dalam memilih kata
yang setepat-tepatnya untuk menyatakan suatu maksud,kita tidak dapat lari dari
kamus.Kamus memberikan suatu ketepatan kepada kita tentang pemakaian kata-
kata.Dalam hal ini,makna kata yang tepatlah yang di perlukan.kata yang tepat dapat
membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin di
sampaikannya,baik lisan maupun tulisan.Selain itu,pemilihan kata itu juga
penggunaan kata-kata itu.

Singkatnya diksi dapat di artikan sebagai pilihan kata,gaya bahasa,ungkapan-


ungkapan pengarang untuk mengungkapakan sebuah cerita.

Agar menghasilkan pemilihan kata yang digunakan tepat harus memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut :
1. Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi
2. Membedakan dengan cermat kata-kata yang hamper bersinonim
3. Membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaan
4. Menghindari kata-kata ciptaan sendiri
5. Memperhatikan penggunaan akhiran asing
6. Memperhatikan perubahan makna
7. Memperhatikan kelangsungan pilihan kata
Contoh paragraf :
1. Hari ini aku pergi ke pantai bersama dengan teman-temanku.Udara di sana sangat
sejuk.Kami bermain bola air sampai tak terasa hari sudah sore.kamipun pulang tak
lama kemudian.
2. Liburan kali ini aku dan teman-temanku berencana untuk pergi ke pantai.kami sangat
senang ketika hari itu tibah.Begitu sampai di sana kami sudah di sambut oleh semilir
angin yang tak henti-hentinya bertiup. Ombak yang berkejar-kejaran juga seolah tak
mau kalah untuk menyambut kedatangan kami. Kami menghabiskan waktu sepanjang
hari di sana kami pulang dengan hati senang.

Kedua paragraph diatas memiliki makna yang sama,tetapi dalam pemilihan kata atau
diksi,paragraf kedua lebih menarik bagi pembaca karena enak di baca dan tidak
membosankan.

Pembahasan keragman kosakata yang berkaitan dengan pilihan kata dapat dibedakan
menjadi 3 macam
B. Penggolongan kata
1. Kata abstrak dan kata konkret
Kata abstrak merupakan kata yang memilki rujukan berupa konsep/pengertian.
Kata konkret adalah kata yang memiliki rujukan berupa objek yang dapat diserap
oleh pancaindra (dilihat,diraba,dicium,dirasakan dan didengarkan)
Contoh dalam kalimat:
Keadaan Kesehatan (abstrak) di desa-desa terpencil masih jauh dari standar
Kesehatan nasional. Berbagai penyakit yang mereka derita antara lain malaria,
cacingan, disentri, tipes dan sebagainya (konkret) pembantu. Dengan
pembangunan puskesmas, diharpakan masyarkat menjadi lebih baik.
2. Kata Umum dan Kata Khusus
Kata umummerupakan kata yang memilki ruang lingkup luas dan mencakup
banyak hal. Kata khusus adalah kata yang memilki cakupan terbatas. Kata umum
kurang memberikan gambaran yang jelas. Semakin umum kata tersebut, gambaran
tentang hal tersebut semakin tidak jelas. Bahkan, dapat menyebabkan kesalahan
penafsiran. Akan tetapi, kata khusus yang tertentu makna dan pemakaiannya lebih
mudah dipahami.
Perhatikan kalimat-kalimat berikut.
a. Di kebun bunga milik Bu Soraya terdapat berbagai macam bunga. Di sana aku
bisa melihat keindahan bunga mawar,melati,anggrek,matahari dll.
b. Setiap malam aku selalu mengecek perlatan sekolah yang harus dibawa besok
seperti: buku tulis,pensil,penghapus,balpoin dan penggaris
Kata bunga merupakan kata umum. Mawar,melati,anggrek,matahari
merupakan kata khusus. Begitu pula, kata peralatan sekolah merupakan kata
umum. Buku pelajaran,buku tulis,pensil,penghapus, balpoin dan penggaris
merupakan kata khusus.
Penggolongan tersebut didasarkan pada arti yang dicakup setiap kata.
Perhatikan uraian dibawah ini.
Bunga : jenis tanaman yang indah
Mawar : bunga ynag berbau harum, memilki aneka warna, berbentuk kelopak
Melati : bunga berbau harum, berwarna putih
Anggrek : bunga yang indah dan hidup sebagai epifit
Ruang lingkup kata dapat dilihat dari kalimat yang disertainya.
Perhatikan contoh kalimat-kalimat berikut.
a. Susan berlari dengan cepat
b. Hujan tuturn begitu cepat
c. Angin bertiup cepat
d. Kecepatan kapal itu 1.000 knot
e. Mereka cepat berkemas
Kata cepat berarti melakukan sesuatu dengan segera. Kata cepat dapat
dihunakan pada kalimat-kalimat diatas. Akan tetapi, ada kalimat yang
kurang sesuai dengan konteks kalimat. Sebenarnya ada kalimat yang
memilki arti sama dengan kata cepat seperti kalimat-kelimat berikut.
 Susan berlaru dengan cepat karena tidak mau terlambat dating
disekolah seperti kemarin. (kata umum)
 Hujan turun dengan deras membuat penduduk desa takut jika air
sungai meluap dan banjir. (kata khusus)
 Angin bertiup kencang menerbangkan kertas-kertas itu seperti
terbangnya harapanku. (kata khusus)
 Laju kapal itu 1.000 knot. (kata khusus)
 Mereka lekas berkemas agar tidak ketinggalan kereta api. (kata
khusus)
3. Kata popular dan Kata kajian
Kata popular merupakan kata yang dikenal dan dipakai oleh semua lapisan
masyarakat dalan berkomunikasi sehari-hari. Kata kajian adalah kata yang dikenal
dan digunakan para ilmuwan/kaum terpelajar dalam karya-karya ilmiah. Kata
kajian banyak diserap dari Bahasa asing.
Contoh:
 Meskipun sakit, Dina tetap masuk sekolah. (kata popular)
 Dalam diskusi ini, kami mengharap masukan dari para peserta agar dapat
dicapai keputusan yang tepat. (kata kajian)
 Rancangan rumah itu sanagt sesuai dengan selera pemilik rumah. (kata
popular)
 Desain-desain mesin itu dimodifikasi sesuai dengan prosedur yang benar.
(kata kajian)
4. Kata Baku dan Non Baku
Kata baku adalah kata yang sesuai dengan kaidah yang telah ditentukan.
Sebaliknya, kata tidak baku adalah kata yang tidak sesuai dengan kaidah.
Kata-kata baku yang digunakan dalam hal-hal berikut.
a. Komunikasi resmi, misalnya: surat-menyurat resmi, dokumen pemerintahan,
atau pemberitahuan yang sifatnya resmi
b. Wacana resmi, misalnya: laporan ilmiah, karya ilmiah, atau tulisan yang
bersifat resmi
c. Pembicaraan didepan umum, misalnya: pidato, ceramah atau mengajar
d. Pembicaraan yang bersifat resmi dengan orang yang dihormati.
Kata-kata tidak baku lebih sering digunakan dalam percakapan. Dalam Bahasa
tulis, kata tidak baku digunakan dalam sastra.
Perhatikan contoh dibawah ini!

Baku Tidak Baku


Senin Senen
Akhir Akir
Kuitansi Kwitansi
Kompleks Komplek
Tradisional Tradisionil
Film Pilem
Saudara Sodara
Sah Syah

Persen Prosen
Analisis Analisa
Masyarakat Masarakat
Lazim Lajim
Ijazah Ijasah
Paham faham
Kata-kata tersebut tidak baku karena salah dalam penulisan. Perhatikan pula
contoh kata baku dan tidak baku berikut. Ketidakbakuan itu terjadi karena kata-
kata itu digunakan dalam percakapan.

Baku Tidak baku


Bagaimana Gimana
Dibuat Dibikin
Lelah Capek
Berkata Bilang
Lebih dahulu Duluan
Daripada Ketimbang

Kata baku dan tidak baku dapat diketahu dari Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Dalam kamjus tersebut dilengkapi petunjuk pada setiap kata. Jika kata itu
digunakan dalam percakapan, diberi petunjuk cak. Jika tulisannya salah, kata
itu tidak diberi arti. Di belakang kata itu diberi anak panah dan kata yang
benar. Temukanlah pada kata yang dirujuk tersebut. Kata tersebut diberi arti
atau penjelasan lain. Dalam kamus tersebut, kata baku diberi arti atau
ditunjukkan sinonim dari kata tersebut.

5. Kata asli dan terapan


Kata asli merupakan kata yang berasal dari Bahasa kita sendiri. Kata serapan
merupakan kata yang berasal (diserap) dari Bahasa daerah atau Bahasa asing.
Kata-kata yang tercetak miring pada paragra berikut merupakan kata-kata
serapan.
Contoh:
Peranan penting guru dalam sistem Pendidikan dan pengajaran di sekolah
sangatlah jelas. Menurut Sudiarto, pentingnya guru dalam sistem Pendidikan
ditunjukkan oleh peranannya sebagai pihak yang harus mengorganisasi atau
mengolah elemen-elemen lain seperti sistem kurikulum, sistem penyajian
bahan pelajaran, sistem administrasi dan sistem evaluasi (Sudiato, 1993: 28).
Dari berbagai peranan itu, nyata sekali bahwa gurulah pihak yang paling
bertanggung jawab bagi keefektifan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di
kelas.

C. Konteks Linguistis Dan NonLinguistis


a. Konteks Nonlinguistis
Relasi yang pertama erat hubungannya dengan konteks nonliguistis.
Konteks nonlinguistis mencakup dua hal, yaitu hubungan antara kata dan
barang atau hal,dan hubungan antara Bahasa dan masyarakat atau disebut
juga konteks social. Konteks social ini mempunyai peranan yang sangat
penting dalam penggunaan kata atau Bahasa. Penggunaan kata-kata seperti
istri kawan saya dan bini kawan saya; buaya darat itu Lelah melahap semua
harta bendanya dan orang itu telah melahap semua harta bendanya; kami
minta maaf dan kami mohon ampun, semuanya dilakukan berdasarkan konteks
social, atau situasi yang dihadapi.
Walaupun ada ahli yang menolak konteks nonlinguistik sebagai hal yang
tidak berkaitan dengan Bahasa, namun seperti tampak dari contoh-contoh di
atas, konteks social ini meruapakan bagian dari apparat linguistic. Menurut
Firth, seorang linguis Inggris, konteks social itu mencakup:
(1) Ciri-ciri yang relevan dari partisipan: orang-orang atau pribadi-
pribadiyang terlibat dalam kegiatan berbicara. Ciri-ciri ini dapat berwujud:
(a) Aksi verbal dari partisipan, yang berarti tiap orang yang terlibat akan
mempergunakan Bahasa yang sesuai dengan situasi atau kedudukan
sosialnya masing-masing.
(b) Aksi non-verbal dari partisipan, yang berarti tingkah laku non-bahasa
(gerak-gerik, mimic dan sebagainya) yang mengiringi Bahasa yang
digunakan, juga dipengaruhi oleh status social para partisipan.
(2) Obyek-obyek yang relevan: yang berarti bahwa pokok pembicaraan juga
akan mempengaruhi Bahasa para partisipan. Kalau obyek pembicaraan
adalah mengenai Tuhan, moral, keluhuran, akan dipergunakan kata-kata
yang berkonotasi mulia; kalau obyeknya adalah setan, kejahatan, korupsi
dan sebagainya, akan dipergunakan kata-kata yang berkonotasi jelek.
Bidang ilmu akan mepergunakan kata-kata ilmiah, idang sastra akan
mempergunakan kata-kata yang khusus untuk kesusastraan.
(3) Efek dari aksi verbal: efek yang diharapkan oleh partisipan juga akan
mempengaruhi pilihan kata. Bila seorang menginginkan suatu perlakuan
yang baik dan manis, maka kata-kata yang digunakan juga akan sesuai
dengan efek yang diinginkan itu; kalau ia menginginkan suatu perlakuan
yang kasar, maka kata-kata yang dipilih juga akan lain.

Dengan demikian, Bahasa yang digunakan bukan hanya semata-mata


karena masalah-masalah kebahasaan, tetapi juga karena masalah
kemasyarakatan, yang bersifat nonlinguistis.

b. Konteks Linguistis
Konteks Linguistis adalah hubungan antara unsur Bahasa yang satu
dengan Bahasa yang lain. Konteks linguistis mencakup konteks hubungan
antara kata dengan kata dalam frasa atau kalimat, hubungan antar frasa dalam
sebuah kalimat atau wacana, dan juga hubungan antar kalimat dalam wacana
Dalam hubungan dengan konteks ini, perlu kiranya dikemukakan suatu
pengertian yang disebut kolokasi. Yang dimaksud dengan kolokasi
(collocation) adalah lingkungan leksikal di mana sebuah kata dapat muncul.
Misalnya kata gelap berkolokasi dengan kata malam, dan tidak pernah
berkolokasi dengan kata baik atau jahat; dengan demikian kita dapat
memperoleh konstruksi malam gelap. Dengan dasar ini dapat dipelajari betapa
jangka kolokasional dari kata-kata dalam suatu Bahasa. Kata seorang hanya
bisa dipakai bagi manusia atau malaikat atau dewa, kadang-kadang untuk
setan tetapi tidak pernah untuk binatang atau makhluk tak bernyawa. Kata
sudah pada umumnya dapat berkolokasi dengan semua kata kerja, atau kata
sifat, tetapi tidak dapat berkolokasi dengan kata benda.
Sebaliknya, dalam konteks linguistic dapat muncul pengertian tertentu
akibat perpaduan antara dua buah kata, misalnya: rumah ayah mengandung
pengertian “milik”, rumah batu mengandung pengertian dari atau bahannya
dari; membelikan ayah mengandung pengertian untuk atau interaktif.
D. Makna Kata
Makna adalah hubungan antara bentuk dan barang (hal) lain yang diacu. Ada
bermacam-macam makna antara lain seperti berikut.

1. Makna Denotatif dan Konotatif


Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit.makna wajar
ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu
pengertian yang terkandung sebuah kata secara objektif.Makan denotatif sering
sering di sebut makna konseptual.Misalnya kata makan yang bermakna
memasukan sesuatu ke dalam mulut,di kunyah dan di telan

Makna konotatif adalah makna asosiatif,makna yang timbul sebagai akibat dari
sikap sosial,sikap pribadi dan kriteria tambahan yang di kenakan pada sebuah
makna konseptual. Kata makan pada makna konseptual.Kata makan pada makna
konotatif berarti untung atau pukul makna konotatif selalu berubah dari zaman ke
zaman.Contoh lainnya misalnya kamar kecil dapat bermakna konotatif
jembatan,sedangkan makna denotative adalah kamar yang kecil.

2. Makna Umum dan Makna Khusus


Kata umum adalah kata yang acuannya lebih luas. Kata khusus adalah kata
yang acuannya lebih sempit atau khusus.Misalnya ikan termasuk kata
umum,sedangkan kata khusus dari ikan adalah mujair,lele,gurami,gabus,koi.
Contoh lainnya misalnya lele dapat menjadi kata umum,jika kata khususnya
adalah lele lokal,lele dumbo..

3. Makna leksikal dan gramatikal


Terbentuknya makna leksikal dan gramatikal didasarkan pada hubungan unsur
Bahasa yang satu dengan yang lain. Makna leksikal adalah makna kata secara
lepas dan tidak berkaitan dengan kata yang lain baik dalam frasa,kata maupun
kalimat.

Makna leksikal merupakan makna atau arti yang tertulis dalam kamus.
Contoh:
a. Buah > bagian tumbuhan yang berasal dari bunga atau putik (biasanya berbiji)
b. Tari > Gerakan badan yang berirama dan biasanya diiringi bunyi-bunyian
yang berirama
c. Tinggi > jauh antaranya dari sebelah bawah
d. Dua > nama bilangan bagi lambing bilangan asli
e. Sering > kerap, acap
Dalam Bahasa Indonesia, kata-kata bermakna leksikal ribuan jumlahnya.
Semuanya tecantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ada yang berkategori kata
benda dan kata kerja. Ada juga kata sifat dan kata keterangan. Bahkan ada juga kata-
kata tugas. Semua kata yang tercantum dalam kamus tersebut diberi arti.
Kebalikan dari makna leksikal adalah makna gramatikal. Makna gramatikal ini
timbul karena proses gramatik. Ada beberapa jenis proses gramatik.
a. Penambahan imbuhan baik awalan,sisipan, akhiran, maupun imbuhan gabung
Contoh:
Pohon mangga itu mulai berbuah.
Berbuah: ‘menghasilkan buah’
b. Pengulangan, baik pengulangan secara utuh maupun dengan penambahan imbuhan.
Contoh:
Buah-buahan itu menjadi penghias meja makan.
Buah-buahan: ‘seperti buah’
c. Penggabungan kata (pemajemukan)
Contoh:
Karena perbuatannya yang melanggar hukum, ia menjadi buah bibir di masyarakat.
Buah bibir :’orang yang menjadi bahan pembicaraan’

4. Makna Lugas dan Kiasan


Berdasarkan penerapan terhadap acuan, makna dapat dibedakan menjadi 2 yaitu
makna lugas dan kias. Makna lugas merupakan makna yang mengacu pada makna
yang sebenarnya.
Contoh :
a. Untuk menjaga kebutuhan kalori tubuh, lebih baik kita makan tiga kali sehari.
b. Kakinya sakit karena terantuk batu.
Kedua kalimat tersebut menggunakan kata yang bermakna lugas. Kata makan
memiliki arti ‘memasukkan sesuatu makanan ke dalam mulut dan mengunyah-
ngunyahnya’. Kata kaki memiliki arti ‘anggota badan yang menopang tubuh
dan dipakai untuk berjalan’.
Bandingkanlah dengan kalimat-kalimat berikut.
c. Karena terlilit utang yang banyak, juragan itu makan tanah
d. Sukma membeli cendera mata di pedagang kaki lima
Kata makan tanah berarti ‘jatuh miskin’. Sementara itu, kata kaki lima
berarti ‘pedagang di emper toko’. Kedua kata tersebut merupakan kata yang
memiliki makna kias. Jadi, makna kias adalah makna yang memiliki acuan
tudak sesuai dengan makna kata sebenarnya.
Kata makan pada makan tanah tidak menunjuk sesuatu yang
dimasukkan ke mulut. Kata kaki pada kaki lima tidak menunjuk bagian tubuh
manusia. Arti yang timbul dari makan tanah tidak berasal dari kata makan dan
tanah. Arti yang timbul dari kaki lima tidak berasal dari kata kaki lima. Kedua
unsur tersebut tidak dapat diartikan sendiri-sendiri. Kedua kata itu secara
Bersama-sama menimbulkan arti baru.

Untuk mengetahui kata bermakna lugas atau kias, cara yang dapat dilakukan
dengan mencermati kalimat. Dari rangkaian kata dalam kalimat, makna
kalimat dapat diketahui. Berdasarkan makna kalimat dapat diketahui pula
makna tersebut berupa makna kias ataukah bermakna lugas. Kelompok kata
bermakna kias disebut ungkapan. Ada juga yang menyebutnya frasa idiomatic.

5. Makna kontekstual
Makna kontekstual ialah makna yang ditentukan oleh konteks pemakaiannya. Satu
kata bisa memiliki makna yang berbeda pada konteks yang berbeda pula.
Contoh:
Dion sedang mengarang cerita.
Kapal yang tenggelam itu sudah mengarang. (seperti karang)
Rumah yang terbakar itu semuanya mengarang. (menjadi arang)

E. Ciri-ciri Diksi
 Menggunakan pilihan kata yang tepat sesuai dengan konteks kalimat yang
digunakan untuk mengungkapkan gagasan.
 Pilihan kata yang digunakan dapat membedakan nuansa makna,kata, dan
bentuk yang sesuai dengan ide atau gagasan, situasi dan nilai rasa pembaca
maupun pendengar.
 Menggunakan pembendaharaan kata yang dimiliki dan dikenali oleh
masyarakat dan dapat menggerakan dan memberdayakan kekayaan tersebut
menjadi jaring kata yang jelas.

F. Diksi berdasarkan leksikal


 Sinonim adalahkata yang mempunyai arti yang sama dengan kata lain.
Contohnya, Bahagia = Senang, Lezat = Enak, Pintar = Pandai
 Antonim adalah kata yang memilki arti berlawanan dengan kata lain.
Contohnya, Naik x Turun, Besar x Kecil, Banyak x Sedikit, Cepat x Lambat
 Homonim adalah kata yang memiliki lafal dan ejaan yang sama namun artinya
berbeda satu sama lain. Contohnya, penggunaan kata bulan pada kalimat
berikut: Bulan terlihat bulat penuh mala mini x semua karyawan mendapatkan
gaji setiap bulan.
 Homofon adalah kata yang memiliki ejaan dan makna yang berbeda, namun
lafal sama. Contohnya, Anton menabung uangnya di Bank secara rutin x Bang
Anton bekerja di perusahaan pembiayaan. Kata “Bank” dan “Bang” pada
kalimat di atas memiliki lafal yang sama, namun ejaan dan maknanya berbeda
 Homograf adalah kata yang memiliki lafal dan arti yang berbeda, namun
ejaannya sama. Contohnya, Makanan favorit Wanita itu adalah tahu goreng x
Wanita itu tidak tahu kalau hari ini libur. Kata “Tahu” pada kalimat diatas
ejaannya sama. Tapi memiliki arti yang berbeda.
 Polisemi adalah kata ynag memiliki lebih dari satu arti. Contohnya, para
nasabah yang menabung di Bank akan mendapat bunga setiap bulan x Andini
adalah salah satu bunga desa yang paling cantik. Kata “Bunga” pada kalimat
diatas memiliki arti yang berbeda walaupun menggunakan kata yang sama.
 Hipernim adalah kata yang dapat mewakili banyak kata lainnya. Sedangkan
hiponim adalah kata yang dapat terwakili oleh kata hipernim. Contohnya, Di
kebun binatang itu terdapat banyak binatang liar, misalnya gajah, singa, buaya,
rusa, kuda dan lain-lain. Pada kalimat diatas, binatang lair merupakan
hipernim. Sedangkan kata hiponim gajah, singa, buaya, rusa, kuda dan lain-
lain.
G. Ungkapan Idiomatik
Ungkapan idiomatic adalah konstruksi yang khas pada suatu Bahasa yang salah satu
unsurnya tidak dapat dihilangkan atau diganti. Ungkapan idiomatic adalah ungkapan
kata-kata yang mempunyai sifat idiom yang tidak terkena kaidah ekonomi Bahasa.
Ungkapan yang bersifat idiomatic terdiri atas dua atau tiga kata yang dapat
memperkuat diksi di dalam tulisan. Beberapa contoh pemakaian ungkapan idiomatic
adalah sebagai berikut.
Menteri Dalam Negeri bertemu Presiden SBY. (salah)
Menteri Dalam Negeri bertemu dengan Presiden SBY. (benar)

Ungkapan idiomatic lain yang perlu diperhatikan ialah sebagai berikut.


Salah Benar
Terdiri terdiri atas;terdiri dari
Terjadi atas terjadi dari
Membicarakan tentang berbicara tentang
Baik…ataupun baik…maupun
Bukan…tetapi bukan…melainkan
Menemui kesalahan menemukan kesalahan

H. Kesalahan Pembentukan dan Pemilihan Kata


Pada bagian berikut akan diperlihatkan kesalahan pembentukan kata, yang sering kita
temukan, baik dalam Bahasa lisan maupun dalam Bahasa tulis setelah diperlihatkan
bentuk yang salah, diperlihatkan pula bentuk yang benar, yang merupakan
a. Penanggalan Awalan meng-
Penanggalan awalan meng- pada judul berita dalam surat kabar diperbolehkan.
Namun, dalam teks beritanya awalan meng- harus eksplisit. Di bawah ini
diperlihatkan yang salah dan bentuk yang benar.
1) (a) Amerika Serikat luncurkan pesawat bolak balik Columbia. (salah)
(b) Amerika Serikat meluncurkan pesawat bolak balik Columbia. (benar)
2) (a) Jaksa Agung, Basyrif Arief, periksa Arthalyta Suryani. (salah)
(b) Jaksa Agung, Basyrif Arief, memeriksa Arthalyta Suryani. (benar)

b. Penanggalan Awalan ber-

kata-kata yang berawalan ber- sering menanggalkan awalan ber- padahal,


awalan ber-harus dieksplisitkan secara jelas. Di bawah ini dapat dilihat bentuk salah
dan benar dalam pemakaiannya.
1) (a) Sampai jumpa lagi. (salah)
(b) Sampai berjumpa lagi. (benar)
2) (a) Pendapat saya beda dengan pendapatnya. (salah)
(b) Pendapat saya berbeda dengan pendapatnya. (benar)
c. Peluluhan bunyi /c/
Kata dasar yang diawal bunyi /c/ sering menjadi luluh apabila mendapat
awalan meng-. Padahal, sesungguhnya bunyi /c/ tidak luluh apabila mendapat
awalan meng-. Dibawah ini diperlihatkan bentuk salah dan bentuk benar.
1) (a) Wasilan sedang menyuci mobil. (salah)
(b) Wasilan sedang mencuci mobil. (benar)
2) (a) Eka lebih menyintai Boby daripada menyintai Roy. (salah)
(b) Eka lebih mencintai Boby daripada mencintai Roy. (benar)
d. Penyengauan Kata Dasar
Ada lagi gejala penyengauan bunyi awal kata dasar. Penyengauan kata dasar
ini sebenarnya adalah ragam lisan yang dipakai dalam ragam tulis. Akhirnya,
pencampuradukkan antara ragam lisa dan ragam tulis menimbulkan suatu
bentuk kata yang salah dalam pemakaian. Kita sering menemukan penggunaan
kata-kata mandang, ngail, ngatuk, nabrak, nanam,nyubit, ngepung,
nolak,nyabut,nyuap, dan nyari. Dalam Bahasa Indonesia baku tulis, kita harus
menggunakan kata-kata memandang, mengail, mengantuk,
menabrak,meneanam, menulis, mencubit, mengepung, menolak, mencabut,
menyuap dan mencari.

Buatlah contoh-contoh kalimat dengan menggunakan kata-kata diatas!

e. Bunyi/s/, /k/ ,/p/, dan /t/ yang Berimbuhan meng-/peng-


Kata dasar yang bunyi awalnya /s/ ,/k/ ,/p/, atau /t/ harus luluh menjadi bunyi
sengau jika mendapat awal meng- atau peng-, namun, dalama pemakaian
sehari-hari bunyi-bunyi sering tidak luluh. Di bawah ini dibedakan bentuk
salah atau bentuk benar dalam pemakaian sehari-hari.
(1) (a) Eksitensi Indonesia sebagai neggara pensuplai minyak sebaiknya di
pertahankan.(salah)
(b) Eksitensi Indonesia sebagai negara penyuplai minyak sebaiknya di
pertahankan.(benar)

(2) (a) Bangsa Indonesia mampu mengkikis habis paham komunis sampai ke
akar-akarnya.(salah )
(b) Bangsa Indonesia mampu mengikis habis paham komunis sampai ke
akar-akarnya.(benar)

f. Awalan ke-yang keliru


Pada kenyantaan sehari-hari, kata-kata yang seharusnya berawalan ter-
sering di beri berawal ke-, hal itu disebabkan oleh kekurangancermatan dalam
memilih awalan yang tepat. Umumnya, kesalahan itu di pengaruhi oleh
Bahasa daerah sunda. Di bawah ini dipaparkan bentuk salah dan bentuk benar
dalam pemakaian awalan.
(1) (a) Pengendara motor itu meninggal karena ketabrak oleh metro mini.
(salah)
(b) Pengandara motor itu meninggal karena tertabrak oleh metro mini.
(benar)
(2) (a) dompet saya tidak kebawa karena waktu berangkat, saya tergesa- gesa.
(salah)
(b) Dompet saya tidak terbawa karena waktu berangkat, saya tergesa-
gesa.(benar

g. Pemakaian Akhiran-ir
Pemakian akhiran -ir sangat produktif dalam penggunaan Bahasa
Indonesia sehari-hari. Padahal, dalam Bahasa Indonesia baku, untuk padanan
akhiran -ir adalah asi atau -isasi. Dibawah ini diungkapkan bentuk yang salah
dan bentuk yang benar
(1) (a) Saya sanggup mengkoordinir kegiatan itu.(salah)
(b) Saya sanggup mengoordinasi kegiatan itu.(benar)

(2) (a) Sukarno-Hatta memproklamirkan negara Republik Indonesia.(salah)


(b) Sukarno-Hatta memproklamasikan negara Republik Indonesia.(benar)

h. Padanan yang tidak serasi


Karena pemakai Bahasa kurang cermat memilih padanan kata yang
serasi, yang muncul dakam pembicaraan sehari-hari adalah padanan yang
tidak sepadan atau tidak serasi. Hal itu terjadi karena dua kaidah Bahasa
bersilang, atau bergabung dalam sebuah kalimat. Dibawah ini dipaparkan
bentuk salah dan bentuk benar, terutama dalama memakai ungkapan
penghubung intrakalimat
(1) (a) karena modal dibank terbatas sehinhha tidak semua pengusaha lemah
memperoleh kredit.(salah)
(b) Karena modal di bank terrbatas, tidak semua pengusaha lemah
memperoleh kredit.(benar)

(2) (a) Apabila pada hari itu saya berhalangan hadir, maka dapat akan
dipimpin oleh Sdr. Daud.(salah)
(b) Apabila pada hari itu saya berhalangan hadir, rapat akan dipimpin oleh
Sdr. Daud.(benar)

i. Pemakaian kata Depan di, ke, dari, bagi, pada, daripada, dan terhadap
Dalam kehidupan berbahasa sehari-hari, pemakaian di, ke, dari, bagi,
dan daripada sering dipertukarkan. Dibawah ini dipaparkan bentuk benar dan
bentuk salah dalam pemakaian kata depan .
1) (a) Putusan daripada pemerintah itu melegakan hari rakyat.(salah)
(b) Putusan pemerintah itu melegakan hati rakyat.(benar)

2) (a) Meja ini berbuat daripada kayu.(salah)


(b) Meja ini terbuat dari kayu.(benar)

j. Pemakaian Akronim(Singkatan)
Kita membedakan istilah” singkatan”dengan “bentuk singkat”. Yang
dimaksud dengan sinngkatan ialah hasil menyingkat atau memendekkan
berupa huruf atau gabungan huruf, seperti PLO,UI, DPR, BPK,KY, MK, MA,
KBK, dan KTSP. Seterusnya , yang dimaksud dengan bentuk singkat ialah
kontraksi bentuk kata sebagaimana dipakai dalam ucapan cepat, seperti lab
(laboratorium), memo(memorandum), demo(demontrasi), kafe(kafetaria), dan
perpus(perpustakaan). Pemakaian akronim dan singkatan dalam Bahasa
kadang-kadang tidak teratur. Singkatan IBF mempunyai dua makna yaitu
internasional boxing federation dan international badminton federation. Dalam
Bahasa Indonesia, hal seperti itu sering kita temukan, seperti singkatan PBB,
TPA, TPU, GMT,dan ABG, bahkan, singkatan tersebut sering dipelesetkan.
Oleh sebab itu, pemakaian akronim dan singkatan sedapat mungkin dihindari
karena menimbulkan berbagai tafsiran oleh pendengar atau pembaca.

k. Pengunaan kesimpulan, keputusan, penalaran, dan pemukiman


Kata-kata kesimpulan bersaing pemakaiannya dengan kata simpulan; kata
keputusan bersaing pemakaiannya dengan kata keputusan; kata pemukiman
bersaing denga kata permukiman; kata penalaran bersaing dengan kata
pernalaran. Lalu, bentukan yang manakah yang sebenarnya paling tepat?
Apakah yang tepat kesimpulan dan yang salah simpulan, ataukah sebaiknya?
Apakah yang tepat keputusan dan yang salah putusan, ataukan sebaiknya.
Mana yang benar penalaran ataukah pernalaran; kata permukiman ataukah
permukiman

I. Persyaratan dan Ketetapan diksi


Ketetapan adalah kemampuan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang sama
pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau
pembicara, maka setiap penulis atau pembicara harus berusaha secermat mungkin memilih
kata-kata untuk mencapai maksud tertentu.

Ada beberapa yang perlu diperhatikan dalam pemilihan kata untuk mencapai ketetapan
katanya itu.

1. Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi, dari kedua kata yang mempunyai
makna yang mirip satu sama lain ia harus menetapkan mana yang akan
dipergunakannya untuk mencapai maksudnya. Kalua hanya pengertian dasar yang
diiginkannya, ia harus memilih kata yang denotative, kalau ia hanya menghendaki
reaksi emosional tertentu, ia harus memilih kata konotatif sesuai dengan sasaran yang
akan dicapai itu
2. Membedakan dengan cermat kata kata yang hamper bersinonim. Kata bersinonim
tidak selalu memiliki distrbusi yang saling melengkapi. Sebab itu, penulis atau
pembicara harus hati-hati memilih kata dari sinonim yang ada, untuk menyampaikan
apa yang diinginkannya, sehingga tidak timbul interpretasi yang berlainan,
3. Membedakan kata kata yang mirip dalam ejaannya bila penulis sendiri tidak mampu
membedakan kata-kata yang mirip ejaannya itu, maka akan membawa akibat yang
tidak diinginkannya, yaitu salah paham misalnya: bahwa-bawah-bawa, proposisi-
preposisi, korparasi-koperasi dan sebagainya.
4. Hindarilah kata-kata ciptaan sendiri. Bahasa selalu tumbuh dan berkembang sesuai
dengan perkembangan masyarakat. Perkembangan Bahasa pertama tama tampak dari
pertambahan jumlah kata baru. Namun hal itu tidak berarti bahwa setiap orang boleh
menciptakan kata baru seenaknya. Kata baru biasanya muncul pertama kali untuk
karena dipakai oleh orang-orang terkenal atau pengarang terkenal. Bila anggota
masyarakat lainnya menerima kata itu, maka lama-kelamaan kata itu akan menjadi
milik masyarakat. Neologisme atau kata baru atau penggunaan penggunaan sebuah
kata lama dengan makna dan fungsi yang baru termasuk dalam kelompok ini .
Waspadalah terhadap penggunaan akhiran asing, terutama kata-kata asing
yang mengandung akhiran asing tersebut. Perhatikan penggunaan : idiom-
idiomatic, progress-progesif, kultur-kultural, dan sebagainya
5. Kata-kata yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatis: ingat
akan bukan ingat; berharap, berharap akan, mengharapakan bukan mengharap akan,;
berbahaya,berbahaya bagi, membahayakan sesuatu bukan membahayakan bagi
sesuatu; takut akan, menakuti sesuatu (lokatif)

6. Untuk menjamin ketetapan diksi, penulis atau pembicara harus membedakan kata
umum dan kata khusus. Kata umum digunakan untuk mengungkapkan gagasan atau
ide yang umum, sedangkan kata khusus digunakan untuk seluk beluknya atau
perinciannya. Kata khusus lebih tepat menggambarkan sesuatu daripada kata umum.
7. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.
8. Memperhatikan kelangsungan pilihan kata

J. Fungsi dan Tujuan Diksi


Dalam karangan ilmiah, diksi dipakai untuk menyatakan untuk sebuah
konsep,pembuktian, hasil pemikiran, atau solusi dari suatu masalah. Adapun fungsi diksi
antara lain:

a. Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.


b. Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat.
c. Menciptakan komunikasi yang baik dan benar.
d. Mencegah perbedaan penafsiran.
e. Mencegah salah pemahaman.
f. Mengefektifkan pencapaian target komunikasi.

Tujuan diksi adalah unutk memperoleh keindahan guna menambah daya


ekspresivitas. Sebuah kata tentunya akan lebih jelas jika pilihan kata yang digunakan
tepat dan sesuai.
Ketetapan pilihan kata bertujuan agar tidak menimbulkan interpretasi yang berbeda
antara penulis atau pembicara dengan pembaca atau pendengar, sedangkan kesesuaian
kata bertujuan agar tidak merusak suasana.
Hal ini juga berfungsi untuk menghaluskan kata dan kalimat agar terasa lebih indah.
Diksi adalah pilihan kata yang berfungsi untuk mendukung jalan cerita agar lebih
runtut mendeksripsikan tokoh, lebih jelas mendeskripsikan latar waktu, latae tempat,
dan latar social dalam cerita tersebut.
K. Gaya Bahasa
1. Pengertian Gaya Bahasa

Gaya atau khususnya gaya Bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style. Kata
style diturunkan dari kata latin stilus, yaitu semacam alat untuk menulis pada
lempengan lilin. Keahlian dalam menggunakan alat ini akan mempengaruhi jelas
tidaknya tulisan pada lempengan tadi. Kelak pada waktu penekanan dititikberatkan
pada keahlian untuk menulis indah, maka style berubah ,menjadi kemampuan dan
keahlian untuk menulis atau mempergunakan kata-kata secara indah. Karena
perkembangan itu gaya Bahasa ataustyle menajdi masalah atau bagian dari diksi atau
pilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian fakta, frasa atau klausa
tertentu. Sebab itu, persoalan gaya Bahasa meliputi semua hirarki kebahasaan; pilihan
kata secara individual, frasa, klausa, dan kalimat, bahkan mencakup pula sebuah
wacana secara keseluruhan. Walaupun kata style berasal dari kata latin, orang Yunani
sudah mengembangkan sendiri teori-teori mengenai style itu. Ada dua aliran yang
terkenal, yaitu:

Aliran platonik: menganggap style sebagai kualitas suatu uangkapan, menurut mereka
ada ungkapan yang memilki style, ada juga yang tidak style

Aliran Aristoteles: menganggap bahwa gaya adalah suatu kualitas yang inhere, yang
ada ungkapan. Dengan demikian, aliran plato mengatakan bahwa ada karya yang
memiliki gaya dan ada karya karya yang sama sekali tidak memiliki gaya. Sebaliknya,
aliran Aristoteles mengatakan bahwa semua karya memiliki gaya, tettapi ada karya
yang memiliki gaya yang kuat, ada yang lemah, ada yang memilki gaya yang baik, ada
yang memiliki gaya yang jelek.

Bila kita melihat gaya secara umum, kita dapat mengatakan bahwa gaya adalah cara
mengungkapkan diri sendiri, entah melalui Bahasa, tingkah laku, berpakaian, dan
sebagainya.

2. Gaya Bahasa berdasarkan pilihan kata

Berdasarkan kata, gaya Bahasa mempersoalkan kata mana yang paling tepat dan
sesuai untuk posisi posisi tertentu dalam kalimat, serta tepat tidaknya penggunaan
kata-kata dilihat dari lapisan pemakaian Bahasa dalam masyarakat. Dengan kata lain,
gaya bahasa ini mempersoalkan ketetapan dan kesesuaian dalam menghadapi suatu
situasi-situasi tertentu

Dalam Bahasa standar (Bahasa Baku) dapatlah dibedakan : Gaya Bahasa resmi
(bukan Bahasa resmi), gaya Bahasa tak dan gaya Bahasa percakapan.

A. Gaya Bahasa Resmi


Gaya Bahasa Resmi adalah gaya dalam bentuknya yang lengkap, gaya yang
dipergunakan dalam kesempatan-kesempatan resmi, gaya yang digunakan oleh
mereka yang diharapkan mempergunakannya dengan baik dan terpelihara. Amanat
kepresidenan, berita negara, khutbah-khotbah mimbar, pidato-pidato yang penting,
artikel-artikel yang serius, atau esai yang membuat subyek-subyek yang penting,
semua dibawakan dengan Bahasa resmi

B. Gaya Bahasa Tak Resmi


Gaya Bahasa Tak Resmi juga disebut gaya Bahasa yang dipergunakan dalam Bahasa
standar, khususnya dalam kesempatan-kesempatan yang tidak formal atau kurang
formal. Gaya ini biasanya di pergunakan dalam karya-karya tulis, buku-buku
pegangan, artikel-artikel mingguan atau bulanan yang baik, dalam perkuliahan,
editorial, kolumnis dan sebagainya. Singkatnya gaya Bahasa tak resmi adalah gaya
Bahasa yang umum dan normal bagi kaum terpelajar.
Menurut sifatnya, gaya Bahasa tak resmi ini dapat juga memperlihatkan suatu jangka
variasi, mulai dari bentuk informal yang paling tinggi (yang sudah berccampur dan
mendekati gaya resmi) hingga gaya Bahasa tak resmi yang sudah bertumpang tindih
dengan gaya Bahasa percakapan kaum terpelajar.

C. Gaya Bahasa Percakapan


Sejalan dengan kata-kata percakapan, terdapat juga gaya Bahasa percakapan. Dalam
gaya Bahasa ini, pilihan katanya kata-kata popular dan kata-kata percakapan. Kalau
dibandingkan dengan gaya Bahasa resmi dan gaya Bahasa tak resmi, maka gaya
Bahasa percakapan ini dapat diumpakan sebagai Bahasa dalam pakaian sport. Itu
berrati bahasanya masih lengkap untuk suatu kesempatan, dan masih dibentuk
menurut kebiasaan-kebiasaan, tetapi kebiasaan ini agak logar dibandingkan dengan
gaya Bahasa resmi dan gaya Bahasa tak resmi.

L. Kata Dalam Percakapan


Menurut KBBI:
Jargon > kosakata khusus yang digunakan dalam bidang kehidupan (lingkungan)
tertentu
Slang > Ragam Bahasa tidak resmi dan tidak baku yang sifatnya musiman, dipakai
oleh kaum remaja atau kelompok social tertentu untuk komunikasi intern
dengan maksud agar yang bukan anggota kelompok tidak mengerti

M. Perubahan Kata
Meluas > Kata-kata yang dulunya memiliki arti yang terbatas kini cakupan
maknanya jadi luas
Asosiasi > Perubahan makna yang terjadi karwna persamaan sifat
Peyoratif > Kata yang sekarang maknanya lebih renadah dari yang dulu
Menyempit > Kata yang dulunya memilki makna yang luas sekarang maknanya
menjadi sempit
Amelioratif > Pengertian kata yang baru dirasakan lebih baik dan enak didengar
dibandingkan dengan kata yang lama
Sinestesia > Perubahan arti akibat pertukaran tanggapan antara dua indera yang
berlain

N. PERUBAHAN MAKNA
a. Terjadinya perubahan makna
Sebagai telah diuraikan pada awal bagian ini, ketepatan suatu kata untuk
mewakili suatu hal, barang atau orang, tergantung pula dari maknanya, yaitu
relasi antara bentuk (istilah) dengan pengarahannya (referennya). Tetapi
kenyataan lain yang juga dihadapi oleh setiap pemakaian Bahasa adalah
bahwa makna kata tidak selalu bersifat statis. Dari waktu ke waktu, makna
kata-kata dapat mengalami perubahan sehingga akan menimbulkan kesulitan-
kesulitan baru bagi pemakaian yang terlalu bersifat konservatif. Sebab itu,
untuk menjaga agar pilihan kata selalu tepat, maka setiap penutur Bahasa
harus selalu memperhatikan perubahan-perubahan makna yang terjadi.

Perubahan makna itu tidak hanya mencakup bidang waktu, tetapi dapat juga
mencakup persoalan tempat. Sebuah kata dengan arti yang mula-mula dikenal
oleh semua anggota masyrakat Bahasa, pada suatu waktu akan vergeser
maknanya pada suatu wilayah tertentu, sedangkan wilayah-wilayah lainnya
masih tetap mempertahankan makna yang asli. Oleh karena itu, perlu ditarik
suatu garis yang tegas mengenai arti makna yang dianggap paling sesuai, arti
yang lama atau yang baru? Dalam persoalan gaya Bahasa atau lebih khusus
dalam persoalan kata, dasar yang dipakai sebagai patokan untuk menentukan
apakah suatu makna sudah berubah atau tidak adalah: pemakaian kata dengan
makna tertentu harus bersifat nasional (masalah tempat), terkenal, dan
sementara berlangsung (masalah waktu). Sebab itu, penulis yang berkaliber
nasional atau tulisannya ingin dibaca dalam taraf nasional harus
mempergunakan kata (sebagai alat interpretasi dari pembaca) yang bersifat
nasional, terkenal dan masih dipakai dalam masyarakat. Di samping itu, kata
tadi harus diinterpretasikan sesuai dengan makna yang disetujui pada waktu
itu, ditempat dimana ia menulis.

Perubahan makna kata dalam arti yang luas, tidak hanya mencakup perubahan
makna seperti yang dimaksud diatas, tetapi juga mencakup perubahan yang
dapat dikatakan berada dalam dua ekstrem tadi. Dan arti kata yang asli masih
digunakan, sebaliknya dalam hubungan-hubungan tertentu maknanya
mengalami perubahannya, misalnya dalam Bahasa-bahasa kiasan. Ini juga
terjadi karena pemakaian yang berulang-ulang dengan makna yang
menyimpang. Namun kata-kata semacam itu sudah tidak memiliki tenaga lagi,
karena sifatnya agak berlainan dari perubahan makna yang pertama; persoalan
ini akan dibicarakan pada bagian yang lain.

b. Macam-macam Prubahan Makna


Perubahan-perubahan makna yang penting adalah:
(1) Perluasan arti
Yang dimaksud dengan perluasan arti adalah suatu proses perubahan
makna yang dialami sebuah kata yang tadinya mengandung suaru makna
yang khusus, tetapi kemudian meluas sehingga melingkupi sebuah kelas
makna yang lebih umum kata berlayar dulu dipakai dengan pengertian:
bergerak dilaut dengan menggunakan layer. Sekarang semua Tindakan
mengarumi lautan atau perairan dengan mempergunakan alat apa saja
disebut berlayar. Dulu kata bapak dan saudara hanya dipakai dalam
hubungan biologis, sekarang semua orang yang lebih tua atau lenih tinggi
kedudukannya disebut bapak,dan laim-lainnya dengan
saudaranya.demikian pula halnya dengan kata putra dan putri; dahulu
hanya dipakai untuk anak-anak Raja sekarang semua anak laki-laki dan
Wanita disebut putra dan putri.
(2) Penyempitan arti
Penyempitan arti sebuah kata adalah sebauh proses yang dialami sebuah
akata dimana makna yang lama lebih luas cakupannya dari makna yang
baru. Kata pala tadinya berarti buah pada umumnya, sekarang hanya
dipakai untuk menyebutkan jenis buah tertentu. Kata sarjana dulu diapkai
untuk menyebut semua oaring cendekiawan. Sekarang dipakai untuk gelar
universitas.
(3) Ameliorasi
Amiliorasi adalah suatu proses perubahan makna,di mana arti yang baru
di rasakan lebih tinggi atau lebih baik nilainya dari arti yang lama. Kata
Wanita di rasakan nilainya lebih tinggi dari kata perempuan;kata istri atau
nyonya di rasakan lebih tinggi dari kata bini.kata pria mengalami pula
perkembangan yang sama bila di bandingkan dengan kata laki-laki.
(4) Peyorasi
Peyorasi adalah suatu proses perubahan makna sebagai kebalikann dari
Ameliorasi.dalam peyorasi arti yang baru di rasakan lebih rendah nilainya
dari arti yang lama.kata bini di anggap tinggi pada zaman lampau,sekarang
di rasakan sebagai kata yang kasar; kata perempuan dulu tidak
mengandung nilai yang kurang baik,tetapi sekarang nilainya di rasakan
sudah merosot; oleh kebanyakan orang nilainya di anggap kurang baik di
bandingkan dengan kata Wanita.Kata kaki tangan dulu di pakai (sekarang
masi di pakai di Malaysia) dalam arti yang baik yaitu pembantu,sekarang
di pakai dengan arti yang kurang baik.
Peyorasi bertalian erat dengan sopan santun yang di tuntut dalam
kehidupan kemasyarakatan.ada kata yang boleh di ucapkan secara terus
terang,ada yang harus di sembunyikan.kata yang mulanya di pakai untuk
menyembunyikan kata yang di anggap kurang sopan itu suatu waktu dapat
di anggap kurang sopan, sehingga harus di ganti dengan kata lain.kata
bunting di anggap kurang sopan, lalu di ganti dengan hamil atau
mengandung,kemudian di ganti dengan berbadan.sekarang kita berbicara
mengenai WC, pergi ke wc,sebeelum mengenal kata inggris itu kita
mempergunakan kata ke belekang,dan bagaimana sebelumnya?
(5) Metafora
Perubahan makna yang di namakan peyorasi,Ameliorasi,menyempit dan
meluas dilihat dari nilai rasa dan luas lingkup makna dulu dan sekarang.di
samping itu perubahan makna dapat dilihat dari sudut presepsi kemiripan
fungsional antara dua objek. Metafora adalah perubahan makna karna
persamaan sifat antara dua objek.ia merupakan pengalihan semantik
berdasarkan kemiripan presepsi makna.kata matahari ,putri malam (dalam
kurung untuk bulan ) pulau (empu laut),semuanya di bentuk berdasarkan
metafora.salah satu sub-tipe dari metafora adalah sinestesia yaitu
perubahan makna berdasarkan pergeseran istilah antara dua
indriya,misalnya dari indra peraba ke indra penciuman (lihat supra).kita
mengatakan penciuman yang tajam, walaupun kata tajam sebenarnya
menyangkut indra peraba; suaranya terang kedengaran dari sini walaupun
kata terang sebenarnya menyangkut masalah penglihatan bukan
pendengaran.
(6) Metonimi
Metonimi sebagai suatu proses perubahan makna terjadi karena
hubungan yang erat antara kata- kata yang terlibat dalam suatu
lingkungan makna yang sama, dan dapat diklasifikasi menurut tempat
atau waktu, menurut hubungan isi dan kulit, hubungan antara sebab dan
akibat. Kata kota tadinya berarti susunan batu yang dibuat mengelilingi
sebuah tempat pemukiman sebagai pertahanan terhadap serangan dari luar.
Sekarang tempat pemukiman itu disebut kota walaupun sudah tidak ada
susunan batunya lagi. Gereja berarti tempat ibadah umat Kristen, tetapi
juga dipakai untuk mengacu persekutuan umat Kristen. Bila kita berbicara
mengenai, istana merdeka maka yang dimaksud adalah Presiden Republik
Indonesia penemuan-penemuan yang sering disebut menurut
penemuannya termasuk dalam gejala ini: Ohm, ampere, wall; demikian
juga hasil produksi disebut menurut tempatnya: eau de cologne, Bordeaux,
champagne, dan sebagainya.
Hubungan yang lebih sempit lagi disebut sinekdoke, yaitu bagian untuk
keseluruhan, atau keseluruhan untuk bagian: kepala, jiwa untuk manusia.
Suatu gejala yang mirip dengan metonimi adalah elipsis. Dua kata atau
lebih yang sering muncul bersama-sama, dapat memberi pengaruh timbal
balik secara semantik. Sehingga bila salah satunya dihilangkan maka
seluruh makna tetap dipertahankan. Misalnya: (surat kabar) harian,
(oratio) prosa, (mode) ala Prancis, sebuah (lukisan) Picasso, sebotol
(anggur) burgundy, sebuah (bedil) Winchester, dan lain-lain.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Diksi atau pilihan kata adalah kemampuan seseorang dalam memilih kata untuk
mencapai penyampaian yang tepat dalam berbicara atau menulis, sehingga tidak
menimbulkan makna yang tidak dikehendaki pembicara atau penulis.
Dalam pemilihan kata terdapat berbagai syarat yang harud tepati agar mencapai
diksi yang baik dan tepat, diantaranya yaitu:
1. Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi
2. Membedakan dengan cermat kata-kata yang hamper bersinonim
3. Membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaannya
4. Hindarilah kata-kata ciptaan sendiri
5. Waspada terhadap penggunaan akhiran asing
6. Membedakan pemakaian kata yang penghubung yang berpasangan secara
tepat
7. Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatis
8. Membedakan kata umum dan kata khusus
9. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi.
10. Memperhatikan kelangsungan pilihan kata.

Adapun fungsi dari diksi atau pemilihan kata adalah:


a) Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal
b) Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat
c) Menciptakan komunikasi yang baik dan benar
d) Mencegah perbedaan penafsiran
e) Mencegah salah pemahaman
f) Mengefektifkan pencapaian target komunikasi.

B. SARAN
Dengan adanya makalah ini pembaca dapat mengetahui lebih mendalam
tentang diksi atau pemilihan kata, serta penulis berharap adanya karya tulis ini dapat
bermanfaat bagi pelajar, mahasiswa serta semua pihak yang membaca makalah ini.
Melalui makalah ini supaya pembaca dapat mengetahui lebih mendalam lagi sehingga
dapat membentuk generasi yang cerdas dan berbudi pekerti yang baik.
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Maka penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun semua pihak, untuk dapat membuat makalah yang lebih baik lagi
kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

http://tugaskuliahtry.blogspot.com/2015/05/contoh-makalah-diksi-bahasa-indonesia.html?m=1

alifanotes.blogspot.com

Arifin, zaenal 2010.BAHASA INDONESIA AKADEMIK.JAKARTA:PT PUSTAKA MANDIRI

Triningsih,Diah Erna 2018.DIKSI (PILIHAN KATA).KLATEN:PT INTAN PARIWARA

Anda mungkin juga menyukai