Anda di halaman 1dari 16

Daurah wa Tahiyatul Jenazah

1. Urgensi Fiqih Jenazah


Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang cerdas adalah dia yang mempersiapkan
dirinya dengan mengerjakan amal-amal untuk kehidupan sesudah kematian”. Yang
disebut cerdas adalah yang menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi
larangannya untuk bekal menyongsong kematian.

2. Fardhu Kifayah
Pengurusan jenazahi disepakati sebagai kewajiban kifayah yang bisa gugur dengan
adanya orang yang sudah melakukannya, namun bisa saja tidak ada seorangpun
yang melakukannya karena tidak mengetahui akan ilmunya.

3. Menjaga Kehormatan jenazah


Ada hal yang wajib diperhatikan dalam pengurusan jenazah yaitu menjaga
kehormatan jenazah, antara lain
▪ Haram menceritakan aib yang tersembunyi, ▪ Haram
menyentuh aurat langsung dengan tangan, ▪ Haram
melihat aurat.
Kita harus memuliakan manusia saat hidup maupun yang sudah meninggal, dan
sunnah untuk berdiri jika ada jenazah yang lewat. Dan Nabi pernah melakukannya
untuk jenazah yang ternyata seorang yahudi. Maka apalagi jika jenazah tersebut
adalah seorang muslim
4. Tindakan Menjelang Wafat
Datangnya kematian kadang diawali beberapa saat atau sekian lama proses sakarat
al-maut, naza’, atau ihtidzar. Dalam keadaan tersebut, maka keluarga melakukan
beberapa hal antara lain :
➢ (Menghadapkan ke arah kiblat) Rasululah SAW pernah bersabda bahwa
ka’bah itu adalah kiblatnya kaum muslimin pada saat hidup maupun ketika
sudah meninggal.
➢ (Talqin) Setelah itu, pihak keluarga agar mentalqin dengan kalimat syahadah
atau tahlil. sesuai sabda Rasulullah SAW, siapa yang mengakhiri akhir hayatnya
dengan kalimah tahlil maka ia akan masuk surga.
➢ (Membacakan Al Qur’an) Disarankan dibacakan surat Yasin sesuai salah
satu hadits, dan ulama kalangan tabiin menyarankan dibacakan surat Ar
Ra’du, surat ini memiliki faidah memperingan proses keluar ruh.

5. Saat Ruh Terlepas


Ketika ruh berpisah meninggalkan jasadnya itulah yang disebuat al-Maut
(kematian), maka kaum muslimin perlu melakukan hal-hal berikut :

➢ (Memejamkan Matanya) Rasulullah SAW saat bertakziah ke almarhum Abu


Salamah beliau memejamkan matanya yang saat itu masih terbuka. Do’a saat
memejamkan mata jenazah:

➢ (Mengangkat dagunya) agar mulutnya tidak terbuka.


➢ (Melemaskan Persendiannya) Jasad yang sudah cukup lama meninggal,
jasadnya kadang kaku, agar memudahkan dalam proses memandikan, maka
jasad perlu untuk dilemaskan.
➢ (Menanggalkan pakaiannya) Siti Aisyah mengisahkan saat
Rasulullah SAW wafat, pakaian yang beliau kenakan dilepaskan.
➢ (Mebutup seluruh jasad dengan kain atauselimut).
➢ (Meletakkan di Tempat Tinggi) Alasan untuk menghormati jenazah dan
khawatir kelembaban bumi berpengaruh terhadap kecepatan membusuknya
jenazah bila lantainya tanah.
➢ (Menghadapkan ke Arah Kiblat) Cara menghadapnya bisa dua cara :
▪ Muka miring kanan. Kalau kita yang kiblatnya ke barat, maka posisi kepala
berada di utara dan kaki di selatan.
▪ Telentang dengan posisi kepala lebih tinggi. Posisinya seperti orang shalat
berdiri kemudian dijatuhkan ke belakang dan telantang.
6. (Menyegerakan pengurusan jenazahnya)
➢ Pengurusan jenazah dilakukan sesegera mungkin, tetapi kadang ada kendala
atau kemaslahatan yang mengharuskan adanya penundaan. Maka jika memang
ada kemaslahatan dan penundaannya tidak sampai lama, maka boleh ditunda,
menunggunya hanya dalam hitungan jam.
➢ Menunda shalat jenazah karena jamaah belum sampai pada jumlah yang
memuaskan dan potensi untuk bertambahnya jamaah memang ada.
➢ Dulu Abdulah ibn ‘Abbas saat anak Kuraib wafat dan mau dishalati, beliau
meminta kepada Kuraib untuk menunda shalat agar jamaah sudah benarbenar
berjumlah empat puluhan.

7. Menyelesaikan Tanggungan
Jiwa seorang mukmin menggantung karena hutangnya. Bahkan seorang yang
syahid pun tapi punya hutang juga sama. Makanya Nabi SAW tidak mau
menshalati jenazah yang masih punya hutang. Namun bukan berarti orang yang
punya hutang tidak boleh dishalati. Pihak ahli warisnya harus bersedia untuk
menyelesaikannya dan disampaikan pada saat sebelum shalati.

8. Tidak Meratapi (niyahah)


➢ Meratapi itu adalah kesedihan yang berlebihan sampai memukul-mukul diri
sendiri atau apapun, menangis yang berlebihan sampai meracau tidak jelas
sampai menolak takdir atau tidak terima orang yang dicintainya tibatiba tiada.
➢ Kalau sekedar menangis karena sedih maka diperbolehkan dan sama sekali
tidak ada larangannya. Bahkan nabi yang sangat kuat itu juga menangis saat
putranya meninggal. Itulah meratapi yang dilarang.

9. MenginformasikanJenazah
Membutuhkan sejumlah orang untuk menshalatinya. Membutuhkan banyak
pahala, agar banyak yang mau berderma doa, wafatnya almarhum harus
diinformasikan. Keluarga almarhum juga butuh dihibur, butuh dibantu, agar segera
banyak yang bertakziyah, maka harus segera diinformasikan. Itulah tujuannya
mengumumkan wafatnya seseorang.

10. Memandikan Jenazah


➢ Syarat wajib memandikan jenazah antara lain ;
▪ Jenazahnya Muslim
▪ Pernah Hidup contoh bayi yang lahir kemudian meninggal
▪ Ada Fisiknya artinya ada jasad secara utuh ataupun hanya sebagian.
▪ Bukan Syahid di medan pertempuran, karena syahid di luar peperangan tetap
wajib dimandikan.
▪ Jenazah laki-laki dimandikan oleh laki-laki, Jenazah perempuan oleh
perempuan. Suami istri boleh saling memandikan
▪ Yang memandikan harus amanah agar tidak menyembunyi kan kebaikan atau
menyebarkan aib jenazah
➢ Sah memandikan jenazah apabila terpenuhi syarat dan rukunnya yaitu:
▪ Ketika kotoran jenazah sudah diyakini bersih, baru kemudian diratakan air ke
seluruh tubuhnya dengan air yang suci dan mensucikan.
▪ Ketika air sudah merata ke seluruh tubuh dan jenazah sudah bersih, maka
disebut ghaslah wahidah (basuhan pertama) yang dengannya sudah
dikatakan sah.
▪ Prinsip memandikan jenazah sama persis seperti prinsip mandi janabah,
dimana ketika basuhan sudah mereta ke seluruh tubuh, maka itulah ghaslah
wahidah yang dengannya sudah sah.
▪ Tempat memandikan hendaknya tertutup dari pandangan banyak orang
▪ Tempat pemandian hendaknya tidak dibawah langit langsung
▪ Yang ada di tempat memandikan hanyalah yang memandikan, kecuali bagi
wali diperbolehkan meskipun tidak memandikan
▪ Air normal lebih baik daripada air hangat kecuali jika dibutuhkan
▪ Tidak diperbolehkan bagi yang memandikan untuk memandang aurat mayat
dan memegangnya kecuali dengan lapis kain (sarung tangan), Persiapkan
dua buah sarung tangan (satu untuk mengistinja dan satu lagi untuk anggota
badan yang lain)
▪ Perlu dipersiapkan, antara lain: Tempat mandi, air bersih, sidr (bidara), sabun
mandi, sarung tangan, sekidit kapas, air kapur barus, wewangian agar bau
tidak sedap yang barangkali keluar tidak sangat tercium
▪ Sediakan ada kain penutup tubuh mayat saat dimandikan dan handuk.

Cara memandikan jenazah

‫الر ِحي ِْم‬ َّ ِ‫بِ ْس ِم للا‬


َّ ‫الر ْح َم ِن‬
‫َّل َح ْو َل َو َّل قُ َوة َ ِإ َّل ِباللِ ال َع ِلي ِ ال َع ِظي ِْم‬
▪ Letakkan mayit dengan posisi kepala dan dada lebih tinggi pada tempat yang
disediakan agar perutnya bisa diurut dengan mudah untuk menghilangkan
kotoran di dalamnya. Pastikan orang yang memandikannya menggunakan
sarung tangan.
▪ Ambil kain penutup dari jenazah, lalu ganti dengan kain agar auratnya tidak
terlihat.
▪ Bersihkan giginya, lubang telinga, lubang hidung, celah ketiak, jari jemari,
kaki, serta rambutnya.
▪ Keluarkan juga kotoran yang masih terdapat pada tubuh mayit. Caranya
dengan menekan perut secara perlahan-lahan agar isi kotoran dapat keluar.
▪ Jika ada yang keluar dari dalam perutnya siramkan air secukupnya untuk
menghilangkan aroma yang tak sedap.
▪ Bersihkan dubur dan qubulnya dengan salah satu kain (istinja) bersihkan
dengan air sabun, siram dan basuh secara merata
▪ Wudhukan jenazah sebagaimana layaknya orang berwudhu sebelum
melaksanakan salat. Lakukan dengan perlahan dan lembut.
▪ niat mewudlukan jenazah

‫ّلِل تَعَالَى‬
ِ‫ت ِه‬ِ ِِّ‫ض ْو َء ِل ٰهذَا ا ْل َمي‬
ُ ‫نَ َويْتُ ا ْل ُو‬
• Nawaitul wudhu-a li hadzal mayyiti lillahi ta’ala.
• Artinya: “Saya niat wudhu untuk mayit (laki-laki) ini karena Allah
Ta’ala

➢ Niat wudlu untuk jenazah perempuan

ِ ‫ض ْو َء ِل ٰه ِذ ِه ا ْل َم ِيِّتِ ِة ِ ه‬
‫ّلِل تَعَالَى‬ ُ ‫نَ َويْتُ ا ْل ُو‬
▪ Cara selanjutnya ialah, siram menggunakan air bersih seraya berniat sesuai
jenis kelamin mayit itu sendiri.
▪ Membaca niat memandikan jenazah laki-laki atau perempuan. seperti yang
telah tertera diatas.
▪ Niat memandikan jenazah

‫هلل تَعَالَى‬
ِ ِ‫ت‬ِ ِِّ‫س َل اَدَا ًء ع َْن هذَاا ْل َمي‬
ْ ُ‫نَ َويْتُ ا ْلغ‬
• Nawaitul gusla adaa-an 'an haadzal mayyiti lillahi ta'aalaa.
• Artinya: “Saya niat memandikan untuk memenunhi kewajiban dari
mayit (laki-laki) ini karena Allah Ta'ala."

➢ Niat Adus untuk jenazah perempuan

ِ ِ ‫س َل اَدَا ًء ع َْن ه ِذ ِه ا ْل َم ِيِّت َ ِة‬


‫هلل ت َ َعالَى‬ ْ ُ‫نَ َويْتُ ا ْلغ‬

▪ Seusai membaca niat, memulai membasuh kepala terlebih dahulu kemudian


anggota badan sebelah kanan dan anggota wudhu.
▪ Membasuh seluruh tubuh jenazah dengan rata dengan jumlah ganjil.
Berapapun diperbolehkan sesuai dengan kebutuhan. Waktu menyiram,
lubang-lubang tubuh tertentu yang berpotensi kemasukan air agar ditutup
▪ Miringkan mayit ke kanan, basuh bagian lambung kirinya sebelah belakang.
Setelah itu, basuh dengan air bersih mulai dari kepala hingga ujung kaki dan
siram lagi dengan air kapur barus.
▪ Ketika sudah bersih pada basuhan genap, maka sempurnakanlah dengan satu
basuhan lagi agar ganjil.
▪ Setelah bersih, baringkan jenazah dalam kondisi data tapi kepala dan dada
tetap lebih tinggi agar air bisa mengalir, basuhan terakhir dicampur dengan
kapur barus atau cendana
▪ Apabila mayit mengeluarkan kembali najis setelah dimandikan dan mengenai
badannya, maka wajib dimandikan kembali. Jika keluar najis setelah dikafani,
maka tidak perlu dimandikan kembali, cukup dibuang saja najis tersebut
▪ Khusus jenazah wanita, lepas sanggul rambutnya, biarkan terurai ke
belakang. Setelah disiram serta dibersihkan, jangan lupa keringkan tubuhnya
agar nanti tidak membasahi kain kafan.
▪ Setelah selesai dimandikan tubuh jenazah dikeringkan dengan handuk.
▪ Dan cara memandikan jenazah yang terakhir adalah, berikan wangiwangian
yang tidak mengandung alkohol sebelum dikafani. Kebanyakan orang orang
menggunakan kapur barus.

11. Mengkafani Jenazah


➢ Inti dari mengkafani jenazah adalah membungkusnya secara rapat (kecuali
untuk kasus jenazah tertentu). Tidak ada teknis khusus yang menjadi pakem
dalam mengkafani jenazah. Meskipun hanya dengan sehelai kain bila tertutup
rapat sudah cukup.
➢ Rasulullah SAW pernah memerintahkan para shahabat untuk menutupi
kekurangan kain kafan Mush’ab ibn ‘Umair yang cuma sehelai itu, hanya dengan
rumput.
➢ Namun untuk memuliakan jenazah, perlu melakukan dengan cara yang
sesempurna mungkin, sebagaimana sabda nabi, “maka hendaklah ia
mengkafaninya dengan baik”.
➢ Afdhalnya jumlah kain kafan adalah 3 lapis bagi laki-laki dan 5 lapis bagi
perempuan. Sebaiknya dalam jumlah ganjil.
➢ Warna terbaik adalah putih berasal dari bahan yang bagus adalah sunah dalam
mengkafani mayyit, dan kain kapan yang bersih dan suci, dan diperoleh dengan
halal serta dapat menutupi seluruh tubuh jenazah.
➢ Bagi jenazah yang syahid, cukup dikafani dengan kain yang menempel pada
saat dia meninggal dengan segala darahnya sekalipun.
➢ Biaya pembelian kain kafan diambilkan dari peninggalan harta jenazah sebelum
pembagian waris. Atau dari ahli waris, atau diambil dari baitul mal (jika
tersedia), atau dibebankan kepada orang Islam yang mampu.
➢ Dalam mengkafani sebaiknya ada tambahan kapas, kapur barus atau pewangi
lain yang ditaburkan diatas kain kafan tersebut
➢ Niat mengkapani Jenazah

➢ Do’a Mau, sedang, setelah mengkafani

➢ Cara mengkapani Jenazah Laki-laki


▪ Bentangkan kain kafan sehelai demi helai, yang paling bawah lebih lebar dan
luas serta setiap lapisan diberi kapur barus.
▪ Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan di atas
kain kafan memanjang lalu ditaburi wangi-wangian.
▪ Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, qubul dan dubur) yang
mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.
▪ Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung
lembar sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan seperti tersebut selembar demi
lembar dengan cara yang lembut.
▪ Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain kafan 3
(tiga) atau 5 (lima) ikatan.

➢ Jenazah Perempuan
▪ Kain kafan untuk jenazah perempuan terdiri dari 5 (lima) lembar kain,
urutannya sebagai berikut.
✓ Lembar 1 untuk menutupi seluruh badan.
✓ Lembar 2 sebagai kerudung kepala.
✓ Lembar 3 sebagai baju kurung.
✓ Lembar 4 menutup pinggang hingga kaki.
✓ Lembar 5 menutup pinggul dan paha.
▪ Adapun tata cara mengafani jenazah perempuan adalah sebagai berikut:
✓ Susun kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-masing
bagian dengan tertib. Lalu,
✓ Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan di
atas kain kafan sejajar, serta taburi dengan wangi-wangian atau dengan
kapur barus.
✓ Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran
dengan kapas.
✓ Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.
✓ Pakaikan sarung, juga baju kurungnya.
✓ Rapikan rambutnya, lalu julurkan ke belakang.
✓ Pakaikan kerudung.
✓ Membungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan kedua
ujung kain kiri dan kanan lalu digulungkan ke dalam. ✓ Ikat dengan tali
pengikat yang telah disiapkan.

12. Menshalati Jenazah

▪ Ketentuan Shalat Jenazah


✓ Shalat jenazah disepakati oleh para ulama sebagai fardhu kifayah. Pada saat
sudah ada yang melaksanakannya, maka gugurlah kewajiban tersebut bagi
yang lain.
✓ Jika sudah dinyatakan gugur, hukumnya berubah menjadi sunnah atas
orang yang belum melaksanakannya.
✓ Boleh shalat jenazah sendirian.
✓ Perempuan boleh ikut menjadi peserta shalat jenazah.
✓ Boleh mengulangi shalat jenazah bila telat.
✓ Boleh melakukan shalat jenazah diatas kuburannya.
✓ Boleh melakukan shalat jenazah meski jenazahnya berada di tempat yang
jauh (shalat ghaib)
▪ Syarat Shalat Jenazah
✓ Suci dari hadats besar dan kecil, suci badan dan tempat dari najis, menutupi
aurat dan menghadap kiblat.
✓ Jika jenazah laki-laki, posisi imam berdiri sejajar dengan kepalanya.
Sebaliknya, jika jenazah perempuan, posisi berdirinya sejajar dengan
perutnya.
✓ Jenazah diletakkan di arah kiblat orang yang menyalatkan, kecuali shalat di
atas kubur atau shalat gaib.
▪ Sunat Shalat Jenazah
✓ Mengangkat tangan setiap kali takbir.
✓ Merendahkan suara bacaan (sirr), seperti bacaan pada Shalat Dzuhur atau
Ashar.
✓ Membaca ta’awwudz terlebih dahulu.
✓ Disunatkan banyak jama’ahnya (makmumnya) minimal 3 shaf, jika
jamaahnya sedikit, tetap dibuat 3 shaf), lebih baik lebih dari 3 shaf.. ▪ Tata
Cara Shalat JenazahShalat jenazah dilaksanakan sebagai berikut.
✓ Berniat (di dalam hati) shalat jenazah. Boleh juga dilafalkan bagi yang
terbiasa melakukannya. contoh: Saya berniat shalat jenazah dengan 4 kali
takbir karena Allah. ✓ Niat Jika jenazah laki-laki,

Usholli 'ala hadzal mayyiti fardholi ma'amuman lillahi ta'ala Artinya:


"Saya niat shalat atas mayat laki-laki ini fardu karena Allah
SWT"

✓ Niat jika jenazah perempuan menjadi

Usholli 'ala hadzal mayyitatii fardholi ma'amuman lillahi ta'ala :


"Saya niat sholat atas mayat perempuan ini fardu karena Allah"

▪ Takbiratul Ihram (takbir pertama), setelah itu membaca Surat Al Fātihah)


▪ Takbir yang kedua, lanjutkan membaca shalawat atas Nabi Muhammad Saw.
(usahakan membaca shalawat yang lengkap seperti bacaan shalat pada tahiyyat
akhir).
▪ Takbir lagi yang ketiga, lalu berdoa untuk jenazah, bacaannya adalah :
Do’a untuk laki laki dan perempuan

▪ Takbir yang keempat, yang diiringi dengan doa:


Untuk laki laki dan perempuan

Allahumma latahrimna Ajrohu/ha walataftinna ba’dahu/ha wagfirlana walahu/ha

▪ Diakhiri dengan membaca salam.

13.Menguburkan Jenazah
▪ Jenazah harus diperlakukan dengan baik
▪ Kapanpun prosesi ini dilakukan hukumnya boleh saja.
▪ Ada syariat mengecualikan beberapa waktu yang terlarang untuk melakukan
penguburan jenazah. Yaitu pada saat matahari terbit tunggu sampai meninggi,
matahari terbenam tunggu sampai terbenam sempurna, dan matahari tepat
berada diatas kita tunggu sampai condong ke barat.
▪ Disunnahkan membawa jenazah dengan tarbi’ (dibawa empat orang lakilaki).
▪ Menyegerakan mengusung jenazah ke pemakaman, tanpa harus tergesagesa,
Pengiring boleh berada di depan atau dibelakangnya.
▪ Pengiring tidak dibenarkan duduk, sebelum jenazah diletakkan.
▪ Pada waktu masuk ke area pekuburan/pemakaman, ucapkan salam dan do’akan
penghuni kubur,

▪ Doa’ dibaca pada waktu mengantar jenazah, perbanyak istigfar, baca tahlil,
tahmid, takbir, dan do’akan agar jenazah mendapat ampunan dan anugarh Allah
▪ Disunnahkan menggali kubur secara dalam, luas agar jenazah terjaga dari
jangkauan binatang buas, atau agar baunya tidak merebak keluar.
▪ Lubang kubur yang dilengkapi liang lahat (jenazah muslim), bukan syaq
(jenazah non muslim). Syaq adalah liang yang dibuat khusus di dasar kubur
pada bagian tengahnya.
▪ Disunnahkan memasukkan jenazah ke liang lahat dari arah kaki kuburan, lalu
diturunkan ke dalam liang kubur secara perlahan.
▪ Waktu menurunkan jenazah ke liang lahat, hendaknya membaca doa sebagai
berikut, Do’a menurunkan jenazah

▪ Jenazah diletakkan miring ke kanan menghadap kiblat dan menyandarkan


tubuh sebelah kiri ke dinding kubur.
▪ Dianjurkan untuk menaruh tanah dibawah pipi jenazah sebelah kanan.
▪ Melepas simpul tali pengikat kain kafan.
▪ Khusus jenazah perempuan ada anjuran untuk membentangkan kain diatas
kubur pada saat proses penguburan.
▪ Setelah jenazah diletakkan di dalam rongga liang lahat, dan tali-temali selain
kepala dan kaki dilepas, maka rongga liang lahat tersebut ditutup dengan papan
kayu/bambu dari atasnya (agak menyamping).
▪ Setelah itu, keluarga terdekat memulai menimbun kubur dengan memasukkan
3 genggaman tanah, yang dilanjutkan penimbunan sampai selesai.
▪ Para hadirin baru disunnahkan duduk saat jenazah sudah selesai ditimbun.
▪ Hendaklah meninggikan makam kira-kira sejengkal, sebagai tanda agar tidak
dilanggar kehormatannya.
▪ Kemudian ditaburi dengan bunga sebagai tanda sebuah makam dan diperciki
air yang harum dan wangi
Do’a nya

▪ Setelah selesai penguburan diakhiri dengan doa yang isinya, antara lain
memohon: ampunan, rahmat, keselamatan, dan keteguhan (dalam menjawab
beberapa pertanyaan dari malaikat Munkar dan Nakir). ▪ Do’a selesai
penguburan / pemakaman.
➢ Semoga menjadikan sebagai ibrah (pelajaran) bersama, muhasabah diri
(introspeksi diri), bahwa setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati (Q.S.
Ali Imrān/3: 185).

Al Qur’an dan Hadits Hadits Nabi (Referensi)

1. Aurot wanita muslimah di hadapan wanita muslimah lainnya adalah seluruh


badannya kecuali bagian-bagian tubuh yang diletakkan padanya perhiasan wanita,
seperti kepala, telinga, leher dan dada bagian atas (tempat kalung), lengan bawah
(tempat gelang tangan) sampai sedikit di atas siku,telapak kaki dan betis bawah
(tempat gelang kaki). (Talkhis Ahkamil Janaiz, hal. 30)
2. "Paha itu aurot." (HR. Ahmad dan selainnya dari sahabat Ibnu Abbas, Muhammad
bin Jahsy dan Jarhad rodhiyallohu 'anhum, dihasankan oleh Imam Al-Albani dalam
Al-Irwa', no. 269 dan Syaikhuna Yahya dalam Jami'ul Adillah, hal. 169)
3. Batasan aurot laki-laki dan perempuan Aurot seseorang adalah bagian tubuh yang
harus ditutupi agar tidak terlihat oleh pandangan mata, baik ketika masih hidup
ataupun setelah meninggalnya.Aurot laki-laki adalah antara pusar dan lutut, yaitu
mencakup kemaluan (qubul dan dubur) serta kedua paha, menurut pendapat yang
kuat (pendapat jumhur ulama).
4. Ibnu Abdil Barr rohimahulloh dalam Al-Istidzkar mengatakan: "Para ulama
bersepakat bahwa melihat kemaluan seseorang baik yang masih hidup, maupun
yang sudah meninggal itu harom, tidak boleh. Demikian juga tidak boleh
menyentuh langsung aurot seseorang dengan tangan selain orang yang dihalalkan
untuk menyentuhnya seperti suami istri dan sebagainya…" (Jami'ul Adillah, hal.
165)
5. Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam memasuki tempat kami dan kami sedang
memandikan jenazah anak beliau (yaitu Zainab). Maka beliau bersabda:
"Mandikanlah dia tiga atau lima atau lebih jika hal itu diperlukan. Aku (Ummu
'Athiyah) bertanya: "Apakah jumlahnya ganjil?" Beliau menjawab: "Ya. Jadikanlah
basuhan terakhir dicampur dengan kapur barus. Jika kalian telah selesai, maka
panggil aku." Setelah kami selesai, kami panggil beliau. Maka Rosululloh
shollallohu 'alaihi wa sallam melemparkan sarung beliau kepada kami seraya
berkata: "Pakaikan sarung itu padanya." Ummu 'Athiyah berkata: "Kami sisir
rambutnya menjadi tiga bagian." Dalam riwayat lain: "Kami urai rambutnya, lalu
kami cuci. Kemudian kami bagi menjadi tiga bagian, samping kanan-kiri dan satu
bagian atasnya. Lalu kami letakkan ke belakang." Setelah itu beliau bersabda
kepada kami: "Mulailah.
6. "Ketika mereka para sahabat ingin memandikan Rosululloh shollallohu 'alaihi wa
sallam, mereka mengatakan: "Demi Alloh… Kita tidak tahu, apakah kita akan
melepas pakaian Rosululloh sebagaimana kita melepas pakaian mayitmayit kita
atau kita mandikan beliau dengan pakaiannya?" Ketika mereka berselisih, maka
Alloh melemparkan rasa kantuk atas mereka, sehingga tidaklah ada seorangpun
dari mereka melainkan janggutnya telah menempel di dadanya karena tertidur.
Kemudian seolah-olah ada seseorang dari arah sisi rumah -tidak diketahui siapa
diamengatakan kepada mereka: "Mandikanlah Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam
dengan pakaiannya!" Maka mereka bangun dan bangkit menuju Rosululloh
shollallohu 'alaihi wa sallam dan memandikan beliau dengan gamisnya tanpa
melepaskannya. Mereka menyiramkan air ke atas gamis tersebut, lalu mengurut
atau mengusap badan beliau dengan gamis tersebut dengan tangan-tangan
mereka." (HR. Abu Dawud, Ibnu Jarud dalam Al-Muntaqo, Al-Hakim, AlBaihaqi,
Ath-Thoyalisi dan Ahmad, dishohihkan oleh Imam AlAlbani dalam Ahkamul Janaiz,
hal. 49)
7. Dari Ummu ‘Athiyyah, seorang wanita Anshar r.a. berkata: Rasulullah Saw.
menemui kami saat kematian putri kami, lalu bersabda:”Mandikanlah dengan
mengguyurkan air yang dicampur dengan daun bidara tiga kali, lima kali, atau
lebih dari itu, jika kalian anggap perlu, dan jadikanlah yang terakhirnya dengan
kapur barus (wewangian) atau yang sejenis, dan bila kalian telah selesai beritahu
aku”. Ketika kami telah selesai, kami memberi tahu Beliau. Kemudian Beliau
memberikan kain Beliau kepada kami seraya berkata: Pakaikanlah ini kepadanya.
Maksudnya pakaian Beliau (H.R. Bukhari).
8. Dari ‘Aisyah r.a., bahwa Rasulullah Saw (saat wafat) dikafani jasadnya dengan 3
(tiga) helai kain yang sangat putih, terbuat dari katun dari negeri Yaman, dan tidak
dikenakan padanya baju dan serban (tutup kepala). (HR. Bukhari)
9. Rasulullah Saw. bersabda yang artinya:Kami hijrah bersama Rasulullah Saw.
dengan mengharapkan ridha Allah Swt., kami sangat berharap diterima pahala
kami, karena di antara kami ada yang meninggal sebelum memperoleh hasil
duniawi sedikit pun juga. Misalnya Mash’ab bin Umair, dia tewas terbunuh di
perang Uhud, dan tidak ada buat kain kafannya, kecuali selembar kain burdah.
Jika kepalanya ditutup, terbukalah kakinya dan jika kakinya ditutup, tersembul
kepalanya, maka Nabi Saw. menyuruh kami menutupi kepalanya dan menaruh
rumput izhir pada kedua kakinya.” (H.R. Bukhari)
10. Dianjurkan untuk memandikan Jenazah sesuai dengan Hadits dari siti Aisyah RA
berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Hendaknya yang menyelenggarakan
jenazah adalah keluarga terdekat si mayat bila dia mengerti, bila tidak mengerti,
boleh dilakukan oleh seseorang yang mengetahui dan memegang amanah. (HR.
Ahmad).”
11. Dari 'Aisyah radhiyallahuanha berkata dari Nabi Bersabda "Tidaklah seorang mayit
dishalatkan (dengan shalat jenazah) oleh sekelompok kaum muslimin yang
mencapai 100 orang, lalu semuanya memberi syafa'at (mendoakan kebaikan
untuknya), maka syafa'at (do'a mereka) akan diperkenankan." (HR. Muslim)
12. Dari Malik bin Hubairah radhiyallahuanhu berkata bahwa Rasulullah bersabda
"Tidaklah seorang muslim mati lalu dishalatkan oleh tiga shaf kaum muslimin
melainkan do'a mereka akan dikabulkan." (HR. Tirmidzi dan Abu Daud)
13. Dari Abi Umamah bin Sahl bahwa seorang shahabat Nabi SAW mengabarkan nya
bahwa aturan sunnah dalam shalat jenazah itu adalah imam bertakbir kemudian
membaca Al-Fatihah sesudah takbir yang pertama secara sirr di dalam hatinya.
Kemudian bershalawat kepada Nabi SAW, menyampaikan doa khusus kepada
mayyit dan kemudian membaca salam (HR Imam Baihaqi)
14. Diriwayatkan kepada kami di Sunan Abu Dawud, At-Tirmidzi, Al-Baihaqi, dan selain
mereka, dari Ibnu Umar RA bahwa Rasulullah SAW bila meletakkan jenazah di
kubur berdoa, ‘Bismillāh wa ‘ala sunnati rasulillah," Kitab Al Adzkar karya Imam
an Nawawi.

Wallahu a’lam bishawab


Demikian Daurah dan Tahiyatul Janzah, semoga bermanfaat dan menjadi pedoman
untuk pengurusan jenazah di DKM Baetul Amal Bumi Abdi Negara 3.

Bumi Abdi Negara 3 Panyawungan Cileunyi Bandung


Muharam 1445 / Juli 2023
Pengurus DKM Baetul Amal

Ahmad Nazmul Mutaqin


Ketua

Anda mungkin juga menyukai