Anda di halaman 1dari 30

BAB II

TINJAUAN PUSKATA

2.1 Tinjauan Umum


Sistem distribusi air merupakan sistem penyaluran air yang berhubungan
langsung kepada pelanggan atau pengguna air, yang berfungsi membagikan atau
mendistribusikan air melewati jaringan perpipaan dari bangunan pengolahan
menuju tempat pelayanan, tentunya air yang didistribusikan telah memenuhi
persyaratan. Mengenai hal yang mendapat perhatian khusus sistem distribusi ialah
ketersediaan jumlah atau sumber air dan tekanan yang terdapat pada pipa dapat
memenuhi dari persyaratan.
Menurut Peraturan Pemerintah (Nomor 122 Tahun 2015 Tentang Sistem
Penyediaan Air Minum), menjelaskan bahwa kegiatan mengembangkan sistem
penyediaan air minum berkaitan dengan ketersediaan dan kesiapan sarana prasarana
SPAM dalam mencukupi kuantitas, kadar air, dan berkelanjutan. SPAM jaringan
perpipaan meliputi:
1. Unit Air Baku
Media atau tempat pengambilan air baku disebut unit air baku, air yang
dikonsumsi oleh masyarakat secara tidak langsung berasal dari air unit air baku.
Unit air baku yang dimaksud ialah tempat penampung air, tempat pengambilan,
sistem pompa, bangunan pembawa dan penunjang lainnya.
2. Unit Produksi
Infrastruktur yang digunakan pada pemembuatan air baku yang berubah keadaan
menjadi air minum merupakan unit produksi. Unit produksi mencakup bangunan
pengolahan, alat perlengkapan operasional, bangunan penampung, perlengkapan
pengukuran hingga pemantauan.
3. Unit Distribusi
Sarana atau media yang digunakan untuk pengaliran air minum dari suatu tempat
penampungan kepada unit pelayanan merupakan pengertian dari unit distribusi.
Unit distribusi mencakup bangunan atau tempat penampung, jaringan distribusi,
perlengkapan pengukuran hingga pemantauan dan perlengkapan.

4
5

4. Unit Pelayanan
Titik pengambilan air disebut unit pelayanan, pada titik tersebbut pelanggan atau
konsumen langsung memperoleh air, seperti pada sambungan langsung, hidran
umum, dan hidran kebakaran.
Menurut Peraturan Menteri PU (Nomor 18 Tahun 2007 Tentang
Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air minum), merancang suatu
denah (lay-out) pada sistem distribusi sudah semestinya memenuhi beberapa
ketetapan berikut:
1. Denah atau skema suatu sistem distribusi bisa ditentukan oleh kondisi topografi
dan lokasi instansi pengolahan air.
2. Jenis sistem pengaliran air yang digunakan harus berdasarkan topografi wilayah.
3. Jika kondisi studi tersebut tidak dapat dipasang sistem gravitasi, maka sebaiknya
menggunakan gabungan sistem gravitasi dan pompa. Apabila seluruh wilayah
memiliki permukaan datar, digunakan sistem pompa kemudian dikombinasikan
dengan menara air, atau dengan menambahkan pipa penguat.
4. Apabila terdapat perbedaan permukaan tanah yang sangat besar, maka daerah
pelayanan bisa dibagi menjadi bagian-bagian yang kecil.

2.2 Sumber-sumber Air Bersih


Menurut Undang-undang RI (No. 17 Tahun 2019 Tentang Sumber Daya
Air), sumber air adalah tempat alami maupun yang dibuat oleh manusia, letaknya
berada di atas atau di bawah permukaan tanah.
Menurut Peraturan Pemerintah (No. 122 tahun 2015 Tentang Sistem
Penyediaan Air Minum), air baku merupakan air yang asalnya dari air permukaan,
seperti air tanah, air hujan serta air laut, tentunya air tersebut harus memenuhi
persyaratan air minum.
Menurut Sutrisno dan Suciastuti (1991:14) terdapat jenis-jenis sumber air
yang dapat dipergunakan masyarakat, sumber-sumber air tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Air Laut
Air laut bersifat asin, air ini memiliki kandungan NaCl. Air laut memiliki
kandungan garam sebesar 3%, kondisi ini membuat air laut tidak dapat
6

dikonsumsi langsung oleh masyarakat, tentu juga air tersebut tidak memenuhi
persyaratan apabila digunakan sebagai air minum.
2. Atmosfir (Hujan)
Air hujan sangat bersih jika dalam kondisi murni, namun air hujan dapat menjadi
tercemar akibat pencemeran udara, jika menyediakan air hujan sebagai sumber
air sepatutnya saat hujan turun airnya harus langsung ditampung.
3. Air Permukaan
Air yang melewati permukaan bumi ini umumnya mendapatkan banyak
pencemaran saat air tersebut sedang mengalir, baik itu akibat kotoran industri,
batang kayu, lumpur. Ada beberapa macam air permukaan yaitu:
a. Air sungai, pada umumnya memiliki kualitas air yang sangat kotor, jika air
tersebut digunakan maka perlu melewati proses pengolahan yang baik dan
benar.
b. Air danau atau rawa, mayoritas air danau atau rawa memiliki warna, hal
tersebut karena ada lumut yang membuat warnanya hijau.
4. Air Tanah
Air yang terdapat di lapisan tanah atau batuan disebut air tanah. Air tanah adalah
salah satu dari beberapa sumber air yang memiliki fungsi dapat menjaga
keseimbangan kehidupan di muka bumi, hingga memiliki peran penting untuk
menjaga ketersediaan air baku.
Menurut Sutrisno dan Suciastuti (1991:16) beberapa macam air tanah antara
lain:
a. Air tanah dangkal, terjadi akibat meresapnya air dari permukaan tanah. Air
tanah akan jernih akibat proses peresapan dimana lumpur dan benda lain
akan tertahan diatas tanah. Air tanah dangkal lumayan baik ditinjau dari
kualitasnya, namun dari segi kuantitas termasuk kurang karena harus
bergantung pada musim.
b. Air tanah dalam, harus diambil dengan menggunakan bor dan memasukan
pipa ke dalam tanah sekitar 100 meter-300 meter. Jika tidak terdapat keluar
sendiri, maka air dalam tanah dikeluarkan menggunakan pompa.
c. Mata air, keluar dengan sendirinya menuju permukaan tanah. Mata air
asalnya dari tanah dalam yang nyaris tidak berpengaruh akibat musim..
7

2.3 Pertumbuhan Penduduk


Menurut Peraturan Menteri PU (No 18 Tahun 2007 tentang
Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum), proyeksi
penduduk menentukan pemakaian kebutuhan air. Proyeksi penduduk yang
dilakukan dengan interval 5 tahun dalam periode perencanaan. Ada beberapa
metode untuk memprediksi berapa jumlah penduduk diantaranya dengan
menggunakan metode aritmatik, geometrik, regresi linier, eksponensial.
2.3.1 Metode Aritmatik
Menurut Handiyatmo, dkk (2010:5) pada metode aritmatik
pertumbuhan penduduk terus bertambah tiap tahunnya secara konstan.
Persamaan metode aritmatik adalah:
Pn = Po + Ka( 𝑇𝑛 − To) (2.1)
Pa−P1
Ka = T2−T1 (2.2)

Dimana:
Pn = jumlah penduduk pada tahun ke n
Po = jumlah penduduk pada tahun dasar
Tn = tahun ke n
To = tahun dasar
Ka = konstanta arithmatik
P1 = jumlah penduduk yang diketahui pada tahun ke I
P2 = jumlah penduduk yang diketahui pada tahun terakhir
T1 = tahun ke I yang diketahui
T2 = tahun ke II yang diketahui
2.3.2 Metode Geometrik
Pada metode ini pertumbuhan penduduk bertambah secara
geometrik dengan berdasar pada perhitungan bunga majemuk. Persamaan
yang digunakan pada metode geometrik yaitu:
Pn = Po (1 + R)n (2.3)
1
Po (n−1)
R = ( Pt ) −1 (2.4)

Dimana:
8

R = Raio kenaikan penduduk rata-rata per tahun


Pn = Jumlah penduduk pada data awal
Po = Jumlah penduduk pada akhir data
n = Selang waktu
t = Jumlah data diurang 1
2.3.3 Metode Regresi Linear (Least Square)
Menurut Handiyatmo, dkk (2010:5) Rumus dari metode regresi
linier yaitu:
Y = a + bX (2.5)
Dimana:
Y = Nilai variabel berdasarkan garis regresi
X = Variabel independen
a = Konstanta
b = Koefisien arah regresi linier
Adapun persamaan a dan persamaan b sebagai berikut:
∑ Y.∑ X2 −∑ X.∑ Y
a= (2.6)
n.∑ X2 −(∑ X)2
∑ X.Y−∑ X.∑ Y
b = n.∑ X2−(∑ X)2 (2.7)

a=̅ ̅
Y − bX (2.8)
̅ dan Y
X ̅ merupakan rata-rata pada variabel X dan Y.

2.4 Kebutuhan Air


Kodoatie dan Sjarief (2008:174) dalam bukunya menyatakan bahwa
kebutuhan air dimanfaatkan untuk semua aktivitas manusia, terdiri atas air domestik
dan non domestik, air irigasi, dan air penggelontoran kota. Kebutuhan air bersih
terdiri atas:
a. Kebutuhan air domestik, merupakan kebutuhan air yang digunakan untuk
kebutuhan rumah.
b. Kebutuhan air non domestik, merupakan kebutuhan air yang digunakan pada
tempat komersial atau tempat umum seperti kebutuhan air industri, pariwisata,
tempat sosial, tempat ibadah dan lain-lain.
9

2.4.1 Kebutuhan Domestik


Menurut Kodoatie dan Sjarief (2008:174) banyaknya penduduk
suatu pemukiman dan konsumsi mereka perkapita menentukan suatu
kebutuhan air domestik. Dasar perhitungan kebutuhan air ini adalah
kecenderungan dan sejarah populasi, terutama untuk menentukan
pertumbuhan penduduk.
Kebutuhan air setiap orang selama satu hari disesuaikan dengan
standar, iklim, topografi dan kategori kota. Dalam suatu kategori tertentu
dapat berbeda-beda kebutuhan air per orangnya.
Tabel 2.1 Kebutuhan Air Bersih (Domestik dan Non Domestik)
Kategori Kota Berdasarkan Jumlah Jiwa
500.000 100.000 20.000
No Uraian >1.000.000 s/d s/d s/d <20.000
1.000.000 500.000 100.000
Metro Besar Sedang Kecil Desa
Konsumsi unit sambungan
1 190 170 150 130 100
(SR) l/o/h
Konsumsi unit hidran umum
2 30 30 30 30 30
(HU) l/o/h
Konsumsi unit non domestik
3 20-30 20-30 20-30 20-30 10-20
l/o/h
4 Kehilangan air (%) 20-30 20-30 20-30 20-30 20
5 Faktor hari maksimum 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1
6 Faktor jam puncak 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
7 Jumlah jiwa per SR 5 5 6 6 10
8 Jumlah jiwa per HU 100 100 100 100-200 200
Sisa tekan di penyediaan
9 10 10 10 10 10
distribusi (mka)
10 Jam operasi 24 24 24 24 24
Volume reservoir (% max
11 20 20 20 20 20
day demand)
50:50 50:50
12 SR : HR s/d s/d 8:20 70:30 70:30
80:20 80:20
13 Cakupan pelayanan (%) 90 90 90 90 70
Sumber: Cipta Karya, 1997
2.4.2 Kebutuhan Non Domestik
Menurut Kodoatie dan Sjarief (2008:175) kebutuhan air non
domestik meliputi pemanfaatan kebutuhan air untuk tempat umum,
kebutuhan lembaga dan industri. Besar kebutuhan air komersial yaitu 20
sampai 25% dari total air. Kebutuhan air komersial satu daerah dengan
daerah lain meningkat seiring dengan meningkatnya penduduk dan
perubahan tataguna lahan. Kebutuhan air suatu lembaga digunakan pada
10

sekolah, gedung pemerintah, gedung tempat merawat orang sakit, tempat


sembahyang dan lain-lain. Kebutuhan industri saat mudah untuk diketahui,
akan tetapi untuk kebutuhan dimasa depan sulit, hal tersebut karena
banyaknya jenis industri yang ada.

2.5 Kebocoran Air


Salah satu komponen major adalah kebocoran air. Indonesia sebagai
negara yang sedang berkembang kebocoran air masih lebih dari 30% kebocorannya,
untuk negara maju dapat dikecilkan menjadi 15% ke bawah. (Kodoatie dan Sjarief,
2008).
Peristiwa bocornya air karena adanya perbedaan air saat diproduksi
dengan air yang terjual. Kehilangan air terbagi menjadi kebocoran fisik dan non
fisik, secara fisik disebabkan oleh beberapa macam persoalan seperti adanya
kebocoran jaringan distribusi, reservoir yang melimpas keluar, penguapan,
kebocoran meter pelanggan. Umumnya untuk kehilangan air non fisik disebabkan
karena konsumsi yang tidak resmi, dan meteran air yang tidak teregistrasi.

2.6 Fluktuasi Kebutuhan Air


Menurut Triatmadja (2016:13) kebutuhan air untuk pemenuhan kebutuhan
tidak selalu sama, tapi berfluktuasi. Kebutuhan air tergantung pada musim dan pola
hidup manusia. Keluarga satu dengan keluarga lain koefisien fluktuasi hariannya
berbeda. Dalam suatu zona distribusi melayani berbagai macam fluktuasi
kebutuhan air, oleh karena itu fluktuasi kebutuhan air tiap keluarga perlu diratakan
untuk perencanaan pipa distribusi. Rerata fluktuasi kebutuhan air tiap jam sebagai
berikut:
Tabel 2.2 Fluktuasi Kebutuhan Air Zona Distribusi
Jam Koefisien Jam Koefisien Jam Koefisien
1.00 0.24 9.00 1.18 17.00 1.80
2.00 0.40 10.00 1.18 18.00 0.98
3.00 0.60 11.00 1.39 19.00 1.09
4.00 1.14 12.00 1.28 20.00 0.98
5.00 1.40 13.00 1.40 21.00 0.47
6.00 1.95 14.00 1.45 22.00 0.40
7.00 1.50 15.00 1.00 23.00 0.15
8.00 1.09 16.00 1.25 24.00 0.13
Sumber: Triatmadja,2016
11

Kebutuhan air mencapai puncak pukul 06.00 pagi, dimana aktivitas mandi,
mencuci, bersih-bersih meningkat. Pukul 7.00 pagi sebagian warga masyarakat
meninggalkan rumah untuk melakukan aktivitas lain saat di luar rumah. Pada pukul
8 pagi sampai 4 sore tidak memerlukan air yang banyak karena berada di luar
rumah, sehingga kebutuhan air di jam tersebut relatif rendah. Pada jam 5 sore ketas
masyarakat mandi dan melakukan kegiatan bersih-bersih sehingga kebutuhan air
meningkat kembali.

2.7 Sistem Pengaliran


Menurut Joko (2010:15) pengaliran air bersih dilakukan melalui sejumlah
pengaliran yang ada, harus sesuai pada keadaan maupun letak sumber air dengan
wilayah pelayanan. Berikut macam-macam cara sistem pengaliran distribusi:
1. Sistem Gravitasi
Pengaliran dengan cara gravitasi dilakukan jika elevasi atau ketinggian sumber
dengan ketinggian daerah pelayanan memiliki perbedaan yang besar, hal
tersebut membuat tekanan mampu dipertahankan.

Gambar 2.1 Sistem Gravitasi


Sumber : Joko,2010
2. Sistem Pompa
Sistem pompa digunakan apabila daerah layanan termasuk tidak memiliki bukit
dan daerah tersebut memiliki permukaan yang datar, pompa dipakai untuk
meningkatkan tekanan dalam menyalurkan air dari reservoir kepada masyarakat.
12

Gambar 2.2 Sistem Pompa


Sumber: Joko,2010
3. Sistem Gabungan
Pengaliran dengan sistem gabungan menggunakan reservoir dengan tujuan
tekanan dapat dipertahankan. Kemudian pada saat pemakaian air masyarakat
rendah, sisa air di pompa dapat disimpan pada reservoir. Peran reservoir sendiri
digunakan sebagai tempat cadangan air dalam pemakaian puncak, dan pompa
dioperasikan pada saat kapasitas debit rata-rata.

Gambar 2.3 Sistem Gabungan


Sumber : Joko,2010
2.7.1 Jaringan Distribusi
Jaringan distribusi merupakan bagian dari pipa yang membawa
air dari penampung untuk sampai kepada wilayah pelayanan. Berdasarkan
Joko (2010:17) terdapat macam-macam bentuk sistem jaringan distribusi
antara lain:
13

1. Sistem Cabang (Branch)


Berbentuk cabang dimana terdapat jalur yang buntu seperti cabang pada
pohon. Pipa utama dan pipa cabang saling terhubung langsung satu sama
lain ke penyediaaan air gedung. Pada pipa yang jalurnya buntu aliran
selalu sama.

Gambar 2.4 Sistem Cabang (Branch)


Sumber : Joko,2010
Tabel 2.3 Kelebihan dan Kekurangan Sistem Cabang
Kelebihan Kekurangan
Sistem dan desain pipanya sederhana Air tidak tersedia sementara saat terjadi kerusakan
Untuk memadamkan kebakaran air tidak cukup,
Digunakan didaerah yang masih
disebabkan persediaan air cuma berasal dari pipa
berkembang sangat sepadan
tunggal
Mudah menghitung pengambilan dan Memungkinkan terjadinya pencemaran pada jalur
tekanannya dimanapun titik itu berada. yang buntu
Mudah menambahkan pipa jika
Ketika ada penambalan area tekanan tidak mencukupi
diperlukan
Dimensi pipa yang digunakan bisa lebih
kecil
Sumber: Joko,2010
2. Sistem Gridiron
Pipa induk utama dan pipa induk sekunder terdapat dalam kotak, pipa-
pipa tersebut dengan pipa pelayanan utama saling terhubung.
14

Gambar 2.5 Sistem Gridiron


Sumber: Joko,2010
Tabel 2.4 Kelebihan dan Kekurangan Sistem Gridiron
Kelebihan Kekurangan
Terjadi aliran air bebas tanpa tidak terjadi Lebih rumit dalam menghitung ukuran dan
stagnasi diameter pipa
Jika terjadi perbaikan pada pipa, tetap Membutuhkan biaya mahal akibat penggunaan
mendapatkan air dari sisi lain pipa dan sambungan.
Jika kebakaran terjadi, air dapat tersedia dari
seluruh arah
Membuat minimnya terjadi kehilangan
tekanan
Sumber: Joko,2010
3. Sistem Melingkar (Loop)
Pada pipa induk utama membuat bentuk seperti mengelilingi daerah
pelayanan dan terdapat dua sisi pengambilan. Pipa pelayanan utama
terhubung pada pipa induk utama.
15

Gambar 2.6 Sistem Melingkar (Loop)


Sumber : Joko,2010
Tabel 2.5 Kelebihan dan Kekurangan Sistem Loop
Kelebihan Kekurangan
Tiap titik memperoleh persediaan sebanyak dua arah Memerlukan pipa yang lebih banyak
Jika terjadi kerusakan pada pipa, air dari arah lain tersedia
Air tersedia ke segala arah jika terjadi kebakaran
Mudah dalam desain pipanya
Sumber: Joko,2010

2.8 Perpipaan
2.8.1 Jenis Pipa
Menurut Joko (2010:154-157) jenis pipa ditetukan menurut
material dari pipanya sendiri, seperti CI (cast iron), baja, beton, GI, AC,
plastik dan PVC.
1. Cast-Iron Pipe
Pipa Cast-Iron disediakan dengan diameter 50 mm sampai 900 mm,
dengan panjang 3,7 m sampai 5,5 m. Pipa CI mampu menahan tekanan
sampai 240 m tergantung dari besarnya diameter pipa
Tabel 2.6 Kelebihan dan Kekurangan Cast-Iron Pipe
Kelebihan Kekurangan
Harga yang terjangkau Lama kelamaan pipa menjadi kasar membuat
kapasitas pengangkutan berkurang.
Ekonomis Pipa CI diproduksi dengan diameter yang besar
sehingga membuat pipa ini berat.
Tahan terhadap korosi jika dilapisi
Cenderung atau terlihat patah saat pengangkutan.
dengan bahan anti korosi.
16

Dalam proses menyambungkan pipa


tergolong sangat mudah
Mampu menahan tekanan air tanpa ada
yang rusak.
Sumber: Joko,2010
2. Steel Pipe
Jika menggunakan pipa berdiameter besar dan tekanan yang tinggi
maka digunakan pipa baja.
Tabel 2.7 Kelebihan dan Kekurangan Steel Pipe
Kelebihan Kekurangan
Pipa yang tergolong kuat. Pipa hanya bertahan 25-30 tahun
Apabila dibandingkan dengan pipa CI, Gampang rusak karena kadar dari baja sendiri
pipa ini lebih ringan. terdapat air asam dan basa.
Bersifat mudah untuk dipasang maupun
untuk disambung.
Dapat menahan tekanan hingga 70 mka.
Sumber: Joko,2010
3. Concrete Pipe
Biasanya pipa beton dipergunakan apabila tidak dalam tekanan yang
tinggi serta masalah akan kebocoran tidak dipersoalkan.
Tabel 2.8 Kelebihan dan Kekurangan Concrete Pipe
Kelebihan Kekurangan
Bagian pipa yang sangat halus membuat sedikit Pipa beton berat yang membuat sulit diangkat
kehilangan akibat friksi. maupun dipindahkan.
Sangat tahan lama minimal sekitar 75 tahun. Cenderung patah saat pengangkutan.
Tidak mudah karatan. Sulit untuk diperbaiki.
Murah untuk biaya pemeliharaannya.
Sumber: Joko,2010
4. Galvanised-Iron Pipe
Pipa GI (Galvanised-Iron) sering digunakan pada saluran di dalam
bangunan, yang disediakan dengan diameter 6-75 cm.
Tabel 2.9 Kelebihan dan Kekurangan Galvanised-Iron Pipe
Kelebihan Kekurangan
Memiliki berat yang sangat ringan. Umur yang cukup pendek sekitar 7-10 tahun.
Dalam melakukan proses penyambungan pipa Gampang rusak akibat terdapat sifat atau
tergolong mudah. kadar asam dan basa.
Pemukaan dalam yang halus membuat kecilnya Mahal dan sering digunakan untuk
kehilangan tekanan. kebutuhan pipa yang kecil.
Sumber: Joko,2010
17

5. Asbestos-Cement Pipe
Pipa AC (Asbestos-Cement) berdiameter 5-9 cm sehingga mampu
menahan tekanan sampai dengan 250 mka, namun disesuaikan dengan
tipe dari pipa dan pembuatannya, Pembuatan pipa ini dilakukan
dengan mencampur antara bahan serat asbes dan semen.
Tabel 2.10 Kelebihan dan Kekurangan Asbestos-Cement Pipe
Kelebihan Kekurangan
Mudah digunakan dan ringan. Mudah patah dan rapuh.
Tidak dapat digunakan pada
Dapat tahan terhadap air yang asam dan basa.
tekanan tinggi.
Permukaan dalam yang halus dan tahan akan proses korosi.
Tersedia dengan ukuran yang lebih panjang.
Dapat dipotong-potong menjadi beberapa ukuran panjang
yang diinginkan.
Sumber: Joko,2010
6. Plastic Pipe
Kelebihan pipa plastik tidaklah sekidit, beberapa keunggulan misalnya
dapat meminimalisir agar tidak terjadi proses korosi di pipa, murah
serta ringan. Pipa Polytene disediakan warna hitam, lebih tahan akan
suatu bahan kimia, namun tidak bisa tahan terhadap asam nitrat dan
minyak. Berikut dapat dilihat dua jenis pipa plastic:
1) Low-Density Polytene Pipe, merupakan pipa yang materialnya
fleksibel atau mudah disesuaikandan dibentuk, tersedia ukuran
diameter sampai 6,3 cm, dimanfaatkan untuk jalur yang panjang,
namun tidak disarankan untuk penyediaan air pada gedung.
2) High-Density Polytene Pipe, pipa ini lebih kuat dari Low-Density
Polytene Pipe dan diameter pipa yang tersedia antara 1,6-40 cm.
7. PVC Pipe (Unplasticised)
Pipa PVC lebih kuat dan mampumenahan tekanan karena memiliki
kekakuan tiga kali lebih besr dari Polytene biasa, untuk melakukan
penyembungan juga lebih mudah. Pipa ini tahan terhadap asam
organik, senyawa organik, dan korosi.
2.8.2 Perpipaan Distribusi
Menurut Peraturan Menteri PU (No 18 Tahun 2007 tentang
Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum)
18

Perpipaan distribusi merupakan pipa yang digunakan untuk menyalurkan


air dari bak penampung sampai kepada pemakainya. Berikut dapat dilihat
tabel kriteria perpipaan:
Tabel 2.11 Kriteria Pipa Distribusi
No Uraian Notasi Kriteria
1 Debit perencanaan Q puncak Kebutuhan air jam puncak
Qpeak = F peak × Q rata-rata
2 Faktor jam puncak F.puncak 1,15 - 3
3 Kecepatan aliran dalam pipa
a) Kecepatan minimum V min 0,3 – 0,6 m/det
b) Kecepatan maksimum
Pipa PVC atau ACP V.max 3,0 – 4,5 m/det
Pipa baja atau DCIP V.max 6,0 m/det
4 Tekanan air dalam pipa
a) Tekanan minimum h min (0,5 - 1,0) atm, pada titik
jangkauan pelayanan terjauh.
b) Tekanan maksimum
- Pipa PVC atau ACP h max 6 – 8 atm
- Pipa baja atau DCIP h max 10 atm
- Pipa PE 100 h max 12.4 Mpa
- Pipa PE 80 h max 9.0 Mpa
Sumber:Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.18 Tahun 2007

1. Diameter Pipa Distribusi


Pipa distribusi air bersih untuk ukuran diameternya didasarkan pada
aliran jam puncak dengan sisa tekanan minimum. Berikut dapat dilihat
tabel ukuran diameter pipa distribusi:
Tabel 2.12 Dimensi Pipa Distribusi
Cakupan Pipa Distribusi Pipa Distribusi Pipa Distribusi Pipa
Sistem Utama Pembawa Pembagi Pelayanan
Sistem
≥ 100 mm 75-100 mm 75 mm 50 mm
Kecamatan
Sistem
≥ 150 mm 100-150 mm 75-100 mm 50-75 mm
Kota
Sumber:Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.18 Tahun 2007
Tabel 2.13 Dimensi Pipa HDPE (PE-100)
Dimensi Tekanan Kerja
Outer Diameter Outer Diameter Maksimal
(mm) (inch) (Bar)
20 1/2“
25 3/4”
32 1”
40 1 1/4” 16
50 1 1/2”
63 2”
75 2 1/2”
19

90 3”
110 4”
125
5”
140
160
6”
180
200
8”
225
250
10”
280
315 12”
355 14”
400 16”
500 20”
560 22”
630 24”
Keterangan:
16 Bar = 163,16 m
Sumber:Katalog Pipa PT. Wahana Duta Jaya Rucika

2. Perlengkapan Pipa Distribusi


Dalam menyangga suatu sistem distribusi yang teratur, diperlukan
perlengkapan tambahan antara lain:
a. Katup / Valve
Menurut Nugroho dalam jurnalnya (2020:397) katup merupakan
salah satu kelengkapan atau aksesoris pada jaringan perpipaan.
Kelengkapan tersebut membuat kerugian tekanan akibat gesekan
pada jaringan perpipaan, hal tersebut tidak dapat diabaikan, karena
akibat gesekan tersebut mengakibatkan head loss. Katup
mempunyai fungsi untuk membuka atau metutup aliran padapipa.
Katup dipasang pada lokasi ujung pipa, setiap percabangan, pipa
outlet pompa, dan pipa penguras. Jaringan pipa distribusi biasanya
menggunakan jenis gate velve dan butterly velve.
b. Katup Penguras
Peletakan katup penguras yang benar yaitu pada tempat yang
memiliki elevasi muka tanah yang rendah, pada ujung pipa yang
datar hingga menurun, dan pada suatu titik awal jembatan.
20

c. Katup Udara
Peletakan katup udara dipasang pada titik atau elevasi muka tanah
yang tertinggi, di jembatan pipa dengan perletakan ¼ panjang
bentang pipa, serta diletakan pada jalur tertentu yang lurus.
d. Hidran Kebakaaran
Hidran kebakaran dipasang dengan jarak antar hidran kebakaran
maksimal tidak lebih dari 300 meter di depan gedung kantor kran
komersil.

2.9 Reservoir
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (No 18 Tahun 2007 tentang
Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum) Reservoir
merupakan tempat penampungan air smentara sebelumm didistribusikan kepada
pelanggan atau konsumen.
2.9.1 Lokasi dan Tinggi Reservoir
Menurut Peraturan Menteri PU (No 18 Tahun 2007 tentang
Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum)
Terdapat beberapa pertimbangan dalam memilih lokasi dan tinggi
reservoir, pertimbangan-pertimbangan tersebut antara lain:
1. Reservoir pelayanan ditempatkan didekat pusat daerah pelayanan,
kecuali karena keadaan yang tidak memungkinkan. Terlebih lagi saaat
pemasangan pipa secara paralel lebih dipertimbangkan.
2. Tinggi reservoir sistem gravitasi ditentukan agar tekanan minimum
sesuai dengan hitungan kriteria perencanaan. Muka air rencana
diperhitungkan dengan tinggi muka air minimum.
3. Apabila terdapat elevasi yang bervariasi, maka wilayah pelayanan
dibagi beberapa zona yang dilayani satu reservoir masing-masingnya.
2.9.2 Reservoir Penyeimbang
Reservoir penyeimbang merupakan reservoir yang gunanya
untuk menampung air jika terdapat kelebihan, saat masyarakat
menggunakan kebutuhan air yang relatif kecil daripada air yang masuk, air
tersebut akan disalurkan kembali saat pemakaian konsumen relatif besar.
21

Volume dari reservoir penyeimbang dapat disesuaikan dari aliran yang


keluar dan masuk. Sistem pompa maupun gravitasi bisa dijadikan dalam
mengisi reservoir.
2.9.3 Reservoir Pelayanan
Volume reservoir pelayanan ditentukan berdasarkan:
1. Volume air maksimum wajib ditampung saat pemakaian air minimum,
kemudian ditambah volume air pada jam puncak, kerena terdapat
fluktuasi.
2. Air cadangan yang digunkan untuk pemadam kebakaran kota harus
sesuai pada peraturan Dinas Kebakaran setempat.
3. Kebutuhan air khusus, yaitu pengurasan reservoir, taman dan peristiwa
khusus.

2.10 Hukum Kontinuitas


Menurut Triatmodjo (1993:136) keadaan hukum kontinuitas pada aliran
zat cair contohnya seperti zat cair yang tidak mengalir secara berkelanjutan
melewati saluran terbuka atau pipa, dengan aliran konstan atau tidak, maka volume
zat cair yang dilalui tiap waktu adalah sama pada seluruh penampang.

Gambar 2.7 Saluran Pipa pada Diameter Berbeda


Sumber: Triatmadja,2016
A1 . V1 = A2 . V2 (2.9)
Dimana:
V1 = Kecepatan aliran pejampang 1 (m/detik)
A1 = Luas penampang 1 (m2)
V2 = Kecepatan aliran pejampang 2 (m/detik)
A2 = Luas penampang 2 (m2)
22

Pada pipa bercabang, besarnya debit yang masuk ke cabang harus sama
besar dengan debit yang ditinggalkan.

Gambar 2.8 Persamaan Kontinuitas Pipa Bercabang


Sumber: Triatmodjo, 1993
Q1 = Q2 + Q3 (2.10)
2.11 Kecepatan Rerata
Menurut Triatmodjo (2008:33) ketika debit aliran Q melalui pipa
berdiameter D, maka kecepatan V yaitu:
Q
V=A (2.11)

Dimana:
V = Kecepatan aliran (m/detik)
Q = Debit aliran (m3/detik)
A = Luas penampang (m2)

2.12 Kehilangan Tenaga Aliran Melalui Pipa


Menurut Triatmodjo (2008:25-26) pada pipa atau saluran terbuka yang
mengalir suatu zat cair akan terjadi gradient kecepatan dan tegangan geser di
seluruh tempat aliran, hal tersebut terjadi karena adanya kekentalan.
Pipa dengan kemiringan tertentu seperti pada gambar diatas hanya terjadi
kehilangan tenaga. Gaya-gaya yang terdapat dalam pipa yaitu gaya tekanan, gaya
berat, dan gaya geser. Berikut persamaan Bernoulli untuk aliran pada pipa:
PA VA2 PB VB2
ZA + ρg + = ZB + ρg + + Hf (2.12)
2g 2g

Dimana:
ZA = Elevasi pipa 1 dari datum (m)
23

ZB = Elevasi pipa 2 dari datum (m)


PA = Tekana pada titik 1 (m)
VB = Kecepatan aliran pada titik 2 (m)
𝜌 = Massa jenis air (kg/m3)
g = Gravitasi = 9,81 m/detik2
Hf = Head loss (m)

Gambar 2.9 Garis Energi dan Hidrolis Zat Cair


Sumber : Triatmodjo, 2008

2.13 Kehilangan Energi


Menurut Triatmadja (2016:228-229) air dalam perjalanannya melewati
pipa akan mengalami kehilangan energi. Hal tersebut diakibatkan karena gesekan
pada dinding pipanya.
2.13.1 Mayor Losses
Mayor losses merupakan kehilangan tekanan akibat gesekan atau
friksi yang terjadi antara air dan dinding pipa. Friksi tersebut terjadi karena
cairan yang kental dan dinding pipa yang tidak licin. Pada umumnya
kehilangan tekanan akibat gesek dihitung dengan kedua persamaan
berikut:
1. Persamaan Darcy Weisbach
L.V2
hf = f D.2g (2.13)

Dimana:
hf = Kehilangan energi (m)
f = Koefisien gesek Darcy Weisbach
24

L = Pajang pipa (m)


V = Kecepatan aliran (m/detik)
D = Diameter pipa (m)
g = Gravitasi 9,81 m/detik2
Nilai f diperoleh dengan menggunakan diagram moody. Nilai f didapat
dengan memplot nilai reynold (Re) dengan koefisien kekasaran relative
(r) pada diagram moody.

Gambar 2.10 Diagram Moody


Sumber : Triatmadja,2016
2. Persamaan Hazen Williams
Menurut Triatmadja (2016:233) Persamaan Hazen Williams terkenal di
Amerika Serikat, dan dalam pengerjaanya lebih sederhana
dibandingkan dengan persamaan Darcy Weisbach namun persamaan
ini hanya untuk air saja.
Q1,85
hf = (0,2785.D2,63 .C)1,85 × L (2.14)

Dimana:
hf = Kehilangan energi (m)
Q = Debit (m3/detik)
D = Diameter pipa (m)
C = Koefisien Hazen Williams
25

L = Pajang pipa (m)


Tabel 2.14 Nilai Koefisien Hazen William Setiap Jenis Pipa
Jenis Pipa Nilai C
Asbes cement (ACP) 120
U-PVC 120
Polyethylene (PE) 130
Ductile (DCIP) 110
Besi tulang (CIP) 110
GIP 110
Baja 110
Pre-stress Concrete (PSC) 120
Sumber: SNI 7509 Tahun 2011

2.13.2 Minor Losses


Menurut Triatmadja (2016:234) kehilangan energi sekunder atau
minor losses relatif lebih kecil daripada mayor losses. Minor losses terjadi
karena hambatan saat air mengalir, seperti perubahan penampang tiba-tiba,
katup, belokan, dan lain-lain.
V2
hf = K 2g (2.15)

Dimana:
hf = Kehilangan energi (m)
K = Konstanta konstraksi (berdasarkan karakteristik pipa)
V = Kecepatan aliran (m/detik)
g = Gravitasi = 9,81 m/detik2

2.14 Analisa Jaringan dengan EPANET Versi 2.2


2.14.1 Deskripsi
Menurut Rossman A (2020:1) EPANET merupakan satu dari
beberapa program komputer yang digunakan untuk simulasi pergerakan
air dan kualitas air. Komponen fisik EPANET terdiri atas junction, pipa,
tangki, reservoir, pompa, dan valve, sedangkan komponen non fisik
meliputi kurva, pola waktu (time pattern), dan kontrol. Epanet merupakan
program yang akurat sehingga memebuat efektif dalam pemodelan
pengaliran serta kualitas air. EPANET memiliki kemampuan antara lain:
1. Kemampuan analisa yang tidak terbatas.
26

2. Terdapat tiga macam metode dalam menghitung kekasaran pipa yaitu


persamaan Hazen-Williams, Darcy Weisbach, dan Chezy-Manning
3. Dapat memodelkan pompa dengan kecepatan yang konstan maupun
variabel
4. Dapat menghitung energi pompa dan biaya
5. Tersedia beberapa variasi tipe dari valve
6. Memungkinkan dimasukkannya kategori kebutuhan air ganda.
2.14.2 Tahap-tahap Penggunaan EPANET Versi 2.2
Berikut tahap-tahap dalam dalam menggunakan program EPANET:
1. Membuka dan Mengatur program
a) Jalankan program EPANET dengan klik ganda (double click)
pada software EPANET, sehingga menampilkan tampilan awal
seperti gambar dibawah ini.

Gambar 2.11 Tampilan Awal


Sumber: Program EPANET 2.2
b) Setelah program EPANET muncul, kemudian klik File lalu klik
New jika membuat project yang baru, namun jika sudah ada
project yang telah dibuat maka klik Open pada file yang sudah
ada.
c) Sebelum membuka program EPANET sebaiknya terlebih
dahulu membuat gambar dasar yang akan menjadi tempat pipa
eksisting disimpan, file gambar tersebut bisa berupa BMP,
EMF, maupun WMF.
27

d) Masukkan gambar bentuk BMP dilakukan dengan klik View –


Backdroop – Load – tekan file gambar rencana

Gambar 2.12 Memasukan Gambar Backdroop


Sumber: Program EPANET 2.2
e) Mengatur satuan debit dan metode kehilangan energi yaitu klik
pada toolbar browser: Data – Options – Hydraulics
Jika menggunakan satuan liter/detik maka pada Flow Units diisi
dengan LPS, kemudian jika memilih metode kehilangan energi
dengan persamaan Hazen Williams maka pada Headloss
Formula diisi (H-W)

Gambar 2.13 Pengaturan Satuan Debit


Sumber: Program EPANET 2.2
Setelah mengatur satuan debit, isi Total duration 24 jam dengan
cara klik Data – Options – Times
28

Gambar 2.14 Pengaturan Total Waktu


Sumber: Program EPANET 2.2
2. Membuat Gambar Jaringan
Pemodelan suatu sistem jaringan dibuat dengan Toolbars Map pada
EPANET Versi 2.2 ini, komponen Toolbars Map pada EPANET
disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 2.15 Toolbars Map EPANET Versi 2.2
Simbol Keterangan
Reservoar, klik toolbar reservoar dan letakkan pada gambar
rencana
Junction, klik toolbar junction atau node dan letakkan pada
gambar rencana
Pipa, klik toolbar pipa kemudian hubungkan antara junction
Tank, klik toolbar tank untuk memamba tangka dan letakkan
pada gambar rencana
Pompa, klik toolbar pompa kemudian letakkan antara dua
junction
Valve, klik toolbar valve kemudian letakkan antara dua
junction
Klik toolbar Add Label jika ingin menambah label pada gambar
rencana
Select Object berfungsi untuk memilih objek pada gambar
rencana, dengan cara klik toolbar tersebut
Klik toolbar Select Vertex dapat memilih point vertex link atau
pipa
Pan, toolbar pan dapat menggeser peta atau gambar rencana
Select Region digunakan dalam memilih area pada gambar
renana
Zoon In, digunakan untuk memperbesar gambar
Zoom Out, digunakan untuk memperkecil gambar
Full Extent, klik toolbar full extent sehingga menampilkan
gambar secara menyeluruh
Sumber: Rossman A (2020: IV-6)
29

3. Memasukkan Data
a) Time Patterns diisi dengan faktor jam puncak fluktuasi
pemakaian air tiap jam. Memasukkan faktor jam puncak dengan
klik Data – Pattern – Add

Gambar 2.15 Membuat Time Patterns


Sumber: Program EPANET 2.2
b) Mengisi data junction, data yang dimasukkan yaitu elevasi
(elevation), dan debit (base demand). Untuk mengisi data
junction dilakukan dengan klik dua kali pada junction yang akan
diisi.

Gambar 2.16 Mengisi Data Junction


Sumber: Program EPANET 2.2
c) Mengisi data pipa (pipe). Pada pipa data yang harus diisikan
yaitu panjang pipa (length), diameter pipa dan koefisien
kekasaran pipa (roughness). Diameter dalam program epanet
hanya menggunakan satuan mm, untuk koefisien kekasaran
30

Hazen William pada pipa HDPE adalah 130, dan 110 untuk pipa
CI. Untuk mengisi data pipa dilakukan dengan double click kali
pada pipa.

Gambar 2.17 Mengisi Data Pipa


Sumber: Program EPANET 2.2
d) Mengisi data reservoir pada EPANET cukup dengan
memasukkan tinggi total reservoir tersebut berada dalam Head
Total.

Gambar 2.18 Mengisi Data Reservoir


Sumber: Program EPANET 2.2
e) Mengisi data katup (valve) dengan memasukkan diameter, jenis
valve, setting dan status. Diameter yang dimaksud yaitu
diameter pipa dimana katup tersebut dipasang. Terdapat
beberapa tipe valve pada program EPANET, tipe-tipe tersebut
antara lain adalah PRV, PSV, PBV, FCV, TCV, dan GPV.
31

Gambar 2.19 Mengisi Data Katup


Sumber: Program EPANET 2.2
f) Bila sistem memerlukan pompa terlebih dulu membuat kurva
pompa dengan cara klik Data – Curves – Add. Untuk Curve
Type dipilih pump kemudian isi debit (flow) dan tekanan.

Gambar 2.20 Mengisi Kurva Pompa


Sumber: Program EPANET 2.2
Dalam mengisi data pompa data yang dimasukkan yaitu nama
pompa, kurva pompa, dan status. Kurva pompa disesuai dengan
spesifikasi pompa yang ada.
32

Gambar 2.21 Mengisi Data Pompa


Sumber: Program EPANET 2.2
4. Running Data
Setelah semua data selesai diisi tekan Run. Jika analisa berlangsung
sukses ikon kran yang mengalirkan air akan muncul dan terdapat tulisan
Run Succesfull dilanjutkan dengan menampilkan hingga pengecekan
dat. Menampilkan data dengan cara klik Report – Table – Type –
Columns– OK.

Gambar 2.22 Hasil Running


Sumber: Program EPANET 2.2
33

Gambar 2.23 Cara Report


Sumber: Program EPANET 2.2

2.15 Analisa Jaringan Metode Hardy Cross


Menurut Triatmadja (2016:237) pada tahun 1936 Hardy Cross
memperkenalkan metode perhitungan jaringan perpipaan dalam loop, Hardy Cross
menggunakan dua persamaan yaitu persamaan kontinuitas dan persamaan energi.
Cara ini mudah dilakukan dengan manual, namun cara ini sudah ketinggalan zaman.
Menurut Agus Susanto dan Kanjalia Rusli (2009:1-91) memaparkan
bahwa pada metode Hardy Cross dapat digunakan untuk menentukan debit
optimum pada suatu jaringan perpipaan. Metode Hardy Cross untuk nilai konstanta
hambatan (k) sangat bergantung pada rumus gesekan pipa, karakteristik pipa serta
pembuatan jaringan pipa.
Dengan menggunakan program Microsoft Excel metode Hardy Cross
dapat terselesesaikan dengan cepat karena akan terus mengulang (interasi) debit
untuk mencapai debit yang optimum. Rumus umum dari metode Hardy Cross
sebagai berikut:
∑ kQn
0
∆Q = ∑|nkQn−1 |
≤ 5%Qterkecil (2.16)
0

Tabel 2.16 Kelebihan dan Kekurangan Hardy Cross


Metode Hardy Cross
Kelebihan Kekurangan
Untuk melakukan analisis jaringan yang Proses iterasi cukup panjang sehingga
terlalu besar dapat dilakukan pemecahan memakan waktu yang lebih lama dalam
menjadi loop yang lebih kecil. memperoleh nilai debit sebenarnya.
Memiliki peluang besar akan kekeliruan dalam
Perhitungan dapat menjadi lebih gampang.
mengoreksi debit
Tanpa menggunakan cara matriks.
Sumber: Amin, M. (2019:3-19)

Anda mungkin juga menyukai