1
Ida Ayu Pradnya Dwi Cahya, 2Nyoman Utari Vipriyanti , 3I Ketut Widnyana,
4
Wayan Maba
Jl. Kamboja No.11A, Dangin Puri Kangin, Kec. Denpasar Utara, Kota Denpasar,
Bali, Indonesia
2
Universitas Mahaswara Denpasar,
Jl. Kamboja No.11A, Dangin Puri Kangin, Kec. Denpasar Utara, Kota Denpasar,
Bali, Indonesia
3
Universitas Mahaswara Denpasar,
Jl. Kamboja No.11A, Dangin Puri Kangin, Kec. Denpasar Utara, Kota Denpasar,
Bali, Indonesia
4
Universitas Mahaswara Denpasar,
Jl. Kamboja No.11A, Dangin Puri Kangin, Kec. Denpasar Utara, Kota Denpasar,
Bali, Indonesia
PENDAHULUAN
Pada Pembangunan sektor kesehatan semakin penting peranannya dalam
konteks pembangunan wilayah sejak bergulirnya otonomi daerah UU No. 23
tentang Pemerintahan Daerah 2014 tentang Pemerintahan Daerah). Sumber daya
di bidang kesehatan adalah segala bentuk dana, tenaga, perbekalan kesehatan,
sediaan farmasi dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan dan
teknologi yang dimanfaatkan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang
dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
Pelayanan kesehatan tradisional (yankestrad) masih diminati masyarakat
Indonesia, terbukti dari data (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2018)
menyatakan bahwa 31,4% penduduk memanfaatkan yankestrad.). Jenis ramuan
yang ada di unit yankestrad RS nantinya dapat berupa jamu, obat herbal terstandar
(OHT), maupun fitofarmaka yang diperoleh baik dari industri jamu maupun
industri farmasi. Hal tersebut sudah sesuai dengan pasal 26 ayat 1, (Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No 103, 2014), yang menyebutkan bahwa tenaga
kesehatan tradisional hanya dapat memberikan klien/pasien berupa ramuan/obat
tradisional yang diproduksi oleh industri/usaha obat tradisional yang sudah berizin
serta memiliki nomor izin edar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pelayanan kesehatan publik merupakan sub bagian dari pelayanan publik
yang diselenggarakan oleh pemerintah sebagai penyelenggara layanan public
(Listiyono R. A., 2015). Pelayanan kesehatan tradisional terbagi menjadi 2 jenis,
yaitu Pelayanan Kesehatan Tradisional Keterampilan dan Pelayanan Kesehatan
Tradisional Ramuan. Hasil utama riset (Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, 2018) menunjukan bahwa yang memanfaatkan yankestrad sebesar
31,4%, sedangkan proporsi rumah tangga yang memanfaatkan Taman Obat
Keluarga (Toga) sebesar 24,6%, tertinggi di Sulawesi Utara (55,6%). Proporsi
jenis upaya pelayanan kesehatan tradisional yang terbanyak digunakan adalah
keterampilan manual (65,3%), ramuan jadi (48%), ramuan buatan sendiri (31,8%),
keterampilan olah pikir (1,9%) dan keterampilan energi (2,1%). Jenis tenaga
yankestrad yang terbanyak adalah penyehat tradisional (98,5%) dan tenaga
kesehatan tradisional (Nakestrad) sebesar 2,7%. Kondisi ini menggambarkan
bahwa pelayanan Kesehatan tradisional mempunyai potensi yang cukup besar dan
perlu mendapat perhatian karena merupakan bagian pembangunan Kesehatan
Nasional (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2019).
Hasil menunjukan pemanfaatan yankestrad pada lansia 37%, lansia muda
terbanyak memanfaatkan Yankestrad (36,9% sedangkan upaya sendiri dengan
obat tradisional didominasi lansia perempuan (18,3%) (Rukmini, Tumaji and Lusi
K., 2022). Jangkauan pelayanan kesehatan modern semakin merata sampai ke
pedesaan, akan tetapi dalam kenyataan cara pengobatan tradisional masih
mendapat tempat di masyarakat. Sebagian besar masyarakat memiliki presepsi
bahwa pengobatan alternatif lebih aman dari pengobatan medis.
Persepsi merupakan suatu proses yang diterimanya stimulus oleh individu
melalui alat penerima yaitu alat indera (Supiani, Rahmat Faawza and Budiman
Fajar, 2021). Anggapan-anggapan yang positif, misalnya pengobatan tradisonal
terbukti berkhasiat di kalangan masyarakat umum yang lebih murah dan efisien.
Sumber produksi ramuan di yankestrad RS bisa berasal dari industri jamu, industri
farmasi, dan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional (Suharmiati, Handayani L. and Zainul N. K., 2020). 37,88% persepsi
pasien mengenai konsultasi apoteker kurang, 82,25% persepsi pasienmengenai
saran pengobatan baik, dan 68,2% persepsi pasien mengenai peran apoteker cukup
baik (Izzatin I. A. N., 2015).
Masyarakat lebih banyak menggunakan obat tradisional secara turun
temurun karena diwariskan oleh orang tua mereka, maka persepsi tersebut
membentuk sikap positif pada diri masyarakat yaitu mereka memiliki
kecenderungan menggunakan pengobatan alternatif tersebut (Amisim, Kusen and
Mamosey, 2020).
Pengertian pelayanan kesehatan tradisional mengandung persyaratan yaitu
adanya aktifitas pengobatan dan perawatan, menggunakan cara atau obat,
berdasarkan pengalaman dan ketrampilan yang turun-temurun, dapat
dipertanggung jawabkan secara empiris, penerapannya sesuai dengan norma yang
berlaku dimasyarakat (Heriani I. and Munajah, 2019). Melonjaknya harga obat
sintetis dan efek sampingnya bagi kesehatan juga meningkatkan kembali
pemanfaatan pengobatan secara non-medis sebagai bentuk pengobatan alternatif
oleh masyarakat dengan memanfaatkan sumberdaya alam yang ada di sekitar.
Seperti penelitian terdahulu (Lestari D. Ayu., Ahri R. A. and Muchlis N.,
2022) bahwa komponen input sudah berjalan baik dan komponen output sudah
optimal peningkatan jumlah masyarakat yang memilih menggunakan pelayanan
akupressur serta rasa puas pasien walaupun ada beberapa yang mengatakan tidak
puas karena pembatasan pelayanan.
Kegagalan pengobatan konvensional, ketakutan terhadap efek samping
penggunaan obat-obat kimia, ketakutan tindakan operasi, ketidakpuasan terhadap
pengobatan konvensional, fakta ekonomi, kemudahan dan faktor-faktor social
budaya tertentu turut mempengaruhi masyarakat dalam menjatuhkan pilihannya
pada pengobatan alternatif yang tersedia seperti sinshe, herbalist, akupunktur,
tenaga dalam dan sebagainya (Bambang Dharwiyanto Putro, 2018).
Tidak ada pengaruh pendidikan,pengetahuan, ekonomi dan dukungan
keluarga terhadap pemilihan pengobatantradisional fraktur (Pitang Y. and
Keytimu Y. M. H, 2018). Pelayanan dengan obat tradisional masuk jalur upaya
preventif, promotiv atau kuratif ringan baik sebagai adjuvant maupun komplemen
dengan obat konvensional (Widowati L et al., 2020). Terdapat hubungan yang
signifikan antara persepsi pasien tentang kualitas pelayanan dengan minat
kunjungan ulang (Hamidiyah A., 2016).
Berdasarkan pengamatan secara subjektif, RSUD Sanjiwani Kabupaten
Gianyar mengalami perkembangan yang cukup pesat baik dari segi kualitas
pelayanan maupun fasilitas dibandingkan RSUD lainnya sehingga dijadikan
rumah sakit rujukan wilayah Bali Timur. Pelayanan kesehatan tidak hanya dapat
dilakukan secara konvensional di suatu rumah sakit namun dapat dilakukan juga
secara tradisional khusunya di Bali. Pernyataan tersebut didukung dengan adanya
(Peraturan Gubernur No 55 Tahun 2019) tentang Pelayanan Kesehatan
Tradisional Bali. Peraturan Gubernur ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas
kesehatan krama bali, sebagai bagian dari kearifan lokal jana kertih (upaya untuk
menjaga kualitas individu). Peraturan lainnya yang mendukung pernyataan
tersebut yaitu (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 103 Tahun 2014)
tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional.
Hingga saat ini belum terlaksananya implementasi dari (Peraturan
Gubernur No 55, 2019) yaitu rencana pendirian pelayanan kesehatan tradisional di
RSUD Sanjiwani Kabupaten Gianyar, sehingga diperlukan kajian-kajian yang
lebih mendalam terkait layanan kesehatan tradisional di RSUD Sanjiwani
Kabupaten Gianyar.
METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Lokasi penelitian akan
dilaksanakan di Lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani Kabupaten
Gianyar. Pemilihan lokasi ini sebagai tempat penelitian secara sengaja atau
purposive dengan pertimbangan bahwa salah satu Rumah Sakit yang selalu
berupaya berinovasi dalam memberikan pelayanan yang semakin baik. Selain hal
tersebut dengan menimbang (Peraturan Gubernur No 55, 2019) tentang Pelayanan
Kesehatan Tradisional Bali yang mewajibkan setiap rumah sakit memiliki
pelayanan kesehatan tradisional.
Waktu penelitian ini akan dilaksanakan bulan November 2022 sampai
dengan Januari 2023. Penelitian yang akan dilakukan ini merupakan penelitian
lapangan yakni dilakukan dengan melakukan survei pasien yang melakukan
kunjungan ke poliklinik rawat jalan di lingkungan RSUD Sanjiwani. Populasi
dalam penelitian ini adalah rata-rata kunjungan pasien poliklinik rawat jalan bulan
Oktober 2022 sebanyak 200 orang. Jumlah rata-rata pasien pada masing-masing
pasien poliklinik RSUD Sanjiwani Gianyar pada bulan Oktober 2022 yaitu
Jantung 33 Pasien , Interna 35 Pasien, Bedah 36 Pasien, Gigi 10 Pasien, THT 6
Pasien, Mata 6 Pasien, VCT 10 Pasien, Paru 8 Pasien, Anak 15 Pasien, Kebidanan
10 Pasien, Saraf 13 Pasien, Rehabilitasi Medik 5 Pasien, Jiwa 7 Pasien, Kulit dan
Kelamin 4 Pasien, Psikolog 2 Pasien dengan total 200 Pasien.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling
karena peneliti menyebarkan kuesioner kepada setiap pasien yang datang ke
RSUD Sanjiwani Gianyar. Menurut Sugiyono, 2016 Sampling
Insidental/Accidental Sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan, yaitu siapa saja pasien yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti
dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui
itu cocok sebagai sumber data. Besar sampel ditentukan dengan menggunakan
rumus Slovin sebagai berikut:
N
n=
1+ N e 2
200
n= 2
1+(200 x 0,1 )
200
n=
1+(200 x 0,01)
200
n=
1+2
200
n=
3
n=66,67
Keterangan:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = nilai kritis (batas ketelitian) yaitu sebesar 10%
Berdasarkan perhitungan di atas didapatkan sampel sebesar 66,67
dibulatkan menjadi 67, jadi jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 67
responden. Sampel lainnya yang digunakan dengan metode AHP dipilih pada
penelitian ini adalah stakeholders yang ditentukan berdasarkan purposive
sampling yaitu menentukan informan dilakukan dengan sengaja berdasarkan
tujuan dan maksud tertentu agar keterangan yang diberikan dapat lebih
dipertanggung jawabkan. Adapun informan dalam penelitian ini harus memenuhi
kriteria sebagai berikut :
a. Memiliki pengetahuan mendalam tentang kondisi RSUD Sanjiwani
Gianyar.
b. Memiliki pengetahuan mendalam terkait dengan faktor internal RSUD
Sanjiwani Gianyar
c. Memiliki pengetahuan mendalam terkait dengan faktor eksternal RSUD
Sanjiwani Gianyar.
Jumlah sebaran kuisioner pada structural RSUD Sanjiwani Gianyar yaitu
Direktur RSUD Sanjiwani Kabupaten Gianya 1 orang, Wakil Direktur Pelayanan
RSUD Sanjiwani Kabupaten Gianyar1 orang, Wakil Direktur Penunjang RSUD
Sanjiwani Kabupaten Gianyar 1 orang, Wakil Direktur Umum, Administrasi dan
Keuangan RSUD Sanjiwani Kabupaten Gianyar 1 orang, Kabid. Penunjang Medis
1 orang, Kabid Pelayanan Medis 1 orang, Kabid Keperawatan 1 orang, Kabid
Penunjang Non Medis 1 orang, Kasubid Keperawatan Rawat Jalan 1orang dan
Kepala Instalasi Farmasi 1 orang total 10 orang.
Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif yang setiap
jawabannya menggunakan daftar tabel dan angka dengan menggunakan skala
likert (likert scale). Metode analisis digunakan dengan menggunakan program
SPSS. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan
sikap yang diungkapkan dengan kata-kata Sangat Setuju Skor (5) Setuju Skor (4)
Netral Skor (3) Tidak Setuju Skor (2) Sangat Tidak Setuju Skor (1). Dengan cara
perhitungan skor masing-masing pertanyaan yaitu: Jumlah Skor tiap kriteria =
(Capaian Skor X Jumlah Responden) .
KESIMPULAN
Persepsi pasien terhadap pengembangan poliklinik pelayanan kesehatan
tradisional di Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani Gianyar berada pada
kategori positif ditunjukan dengan nilai indeks 68,35 (baik). Faktor yang paling
menghambat rencana pendirian poliklinik yanskestrad yaitu kurangnya sosialisasi
tentang pelayanan kesehatan tradisional yang akan diselenggarakan khususnya
pada staf RSUD Sanjiwani Gianyar. Faktor yang paling mendukung atas rencana
pendirian poliklinik yanskestrad yaitu adanya standar operasional pelayanan
dalam pengelolaan poliklinik di RSUD Sanjiwani Gianyar. Strategi prioritas
utama untuk rencana pendirian bentuk layanan di poliklinik yankestrad di RSUD
Sanjiwani Gianyar yang dapat diimplementasikan di RSUD Sanjiwani yaitu
melakukan pembinaan, pendidikan dan pelatihan dalam upaya peningkatan kinerja
karyawan.
SARAN
Saran dari hasil penelitian ini ditujukan kepada Pemerintah Kabupaten
Gianyar, Direktur RSUD Sanjiwani Kabupaten Gianyar dan rekomendasi untuk
akademisi (penelitian selanjutnya). Perlunya optimalisasi persiapan yang
dilakukan oleh manajemen RSUD Sanjiwani mengenai diklat, SDM, sarana dan
prasarana. Perlunya penelitian lebih lanjut terkait ketertarikan pasien dan atau
masyarakat sekitar setelah dibukanya poliklinik ini. Bagi akademisi untuk
melakukan penelitian lanjutan mengenai sejauh mana pelayanan kesehatan
tradisional yang diberikan RSUD Sanjiwani menarik bagi masyarakat sebagai
penunjang kesehatan baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Penelitian yang telah dilakukan di lingkungan RSUD Sanjiwani
Kabupaten Gianyar tentunya mempunyai implikasi. Perlunya disusun dan
diterbitkan kebijakan terkait pengembangan pelayanan kesehatan di RSUD
Sanjiwani Kabupaten Gianyar sehingga dapat mengembangkan pelayanan
kesehatan tradisional di rumah sakit. Harus ada upaya untuk mengoptimalkan
dukungan dan perhatian kepada tenaga kesehatan dan karyawan di RSUD
sanjiwani Kabupaten Gianyar dengan menjadwalkan kegiatan diklat di setiap
minggunya.
DAFTAR RUJUKAN
Amisim, O.A., Kusen, A.W.S. and Mamosey, W.E. (2020) ‘PERSEPSI SAKIT
DAN SISTEM PENGOBATAN TRADISIONAL DAN MODERN
PADA ORANG AMUNGME (STUDI KASUS DI KECAMATAN
ALAMA KABUPATEN MIMIKA)’, 13(1).
Supiani, Rahmat Faawza and Budiman Fajar (2021) Pengaruh Budaya dan
Persepsi Masyarakat Terhadap Keputusan Menabung di Bank Syariah,
Al-bank: Journal Islamic Banking and Finance.