Anda di halaman 1dari 81

HUBUNGAN KONDISI LINGKUNGAN DALAM RUMAH DAN SUMBER

PENCEMARAN UDARA DALAM RUMAH DENGAN KEJADIAN PENYAKIT


ISPA PADA MASYARAKAT KECAMATAN KABANGKA KABUPATEN
MUNA TAHUN 2021

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana


Kesehatan Masyarakat

OLEH :
NINGSI MEILANA
J1A1 15 084

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2021
HUBUNGAN KONDISI LINGKUNGAN DALAM RUMAH DAN SUMBER
PENCEMARAN UDARA DALAM RUMAH DENGAN KEJADIAN
PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)
PADA MASYARAKAT KECAMATAN KABANGKA
KABUPATEN MUNA TAHUN 2021

OLEH:
NINGSI MEILANA
J1A1 15 084

ABSTRAK

ISPA merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan akut yang menyerang


saluran pernapasan bagian atas dan bagian bawah. ISPA dapat menimbulkan gejala
ringan seperti batuk dan pilek, menimbulkan gejala sedang seperti sesak, serta dapat
juga menimbulkan gejala berat. Berdasarkan data dari 10 besar penyakit terbanyak
diperoleh dari Puskesmas Kabangka Kabupaten Muna bahwa jumlah kasus ISPA pada
tahun 2019 sebanyak 352 orang. Hal ini berhubungan dengan kondisi lingkungan dalam
rumah dan sumber pencemaran udara dalam rumah yang kurang baik/ sehat. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kondisi lingkungan dalam rumah dan sumber
pencemaran udara dalam rumah dengan kejaadian penyakit ISPA pada masyarakat
Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna Tahun 2021. Metode penelitian yang digunakan
adalah analitik observasional dengan rancangan Cross Sectionaal Study. Sampel dalam
penelitian ini adalah 60 responden yang di peroleh dengan menggunakan Tehnik
Random Sampling/ metode acak kepada kepala keluarga (KK) pada setiap rumah
masyarakat. Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi square pada tingkat signifikan
alpha 0,05 adalah, (1) ada hubungan yang bermakna antara kondisi lingkungan dalam
rumah dengan kejadian penyakit ISPA (PValue = 0,283), (2) ada hubungan yang bermakna
antara sumber pencemaran udara dalam rumah dengan kejadian penyakit ISPA (PValue =
0,090). Diharapkan kepada masyarakat untuk menjadikan penelitian ini sebagai
informasi terkait penyebab meningkatnya ISPA yang sering terjadi pada masyarakat
sebagai upaya pencegahan awal terhadap penyakit ISPA dan bagi peneliti selanjutnya
diharapkan untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut.

Kata Kunci : Kejadian penyakit ISPA, Kondisi lingkungan dalam rumah, dan Sumber
pencemaran udara

v
THE RELATIONSHIP OF ENVIRONMENTAL CONDITIONS IN THE HOME
AND SOURCES OF AIR POLLUTION IN THE HOME WITH THE EVENT OF
ACUTE RESPIRATORY TRACT INFECTIONS (ARI) IN COMMUNITIES,
KABANGKA DISTRICT, MUNA IN 2021

BY:
NINGSI MEILANA
J1A1 15 084

ABSTRACT

ARI is an acute respiratory infection disease that attacks the upper and lower
respiratory tract. ARI can cause mild symptoms such as cough and runny nose,
moderate symptoms such as shortness of breath, and can also cause severe symptoms.
Based on data from the top 10 most diseases obtained from the Kabangka Health
Center, Muna Regency, the number of ARI cases in 2019 was 352 people. This is
related to environmental conditions in the house and sources of air pollution in the
house that are not good/healthy. This study aims to determine the relationship between
environmental conditions in the house and sources of air pollution in the house with the
incidence of ARI disease in the people of Kabangka District, Muna Regency in 2021.
The research method used is observational analytic with a cross sectional study design.
The sample in this study was 60 respondents who were obtained by using the Random
Sampling Technique / random method to the head of the family (KK) in each
community house. The results of statistical tests using Chi square at a significant level
of alpha 0.05 are, (1) there is a significant relationship between environmental
conditions in the house and the incidence of ARI disease (PValue = 0.283), (2) there is a
significant relationship between sources of air pollution in the house. house with the
incidence of ARI disease (PValue = 0.090). It is hoped that the public will use this
research as information related to the causes of increased ARI that often occurs in the
community as an early prevention effort against ARI disease and for further researchers
it is expected to develop further research.

Keywords: ARI disease incidence, environmental conditions in the house, and sources
of air pollution

vi
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT berkat limpahan rahmat, hidayah-nya,

semangat tak terbatas serta akal sehat diberikan kepada penulis dan Shalawat dan salam

kepada nabi Muhammad SAW sosok teladan umat dalam segala perilaku keseharian

yang berorientasi kemuliaan hidup di dunia dan akhirat sehingga penulis dapat

menyelesaikan hasil penelitian yang berjudul “HUBUNGAN KONDISI

LINGKUNGAN DALAM RUMAH DAN SUMBER PENCEMARAN UDARA

DALAM RUMAH DENGAN KEJADIAN PENYAKIT INFEKSI SALURAN

PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA MASYARAKAT KECAMATAN

KABANGKA KABUPATEN MUNA TAHUN 2021” dapat diselesaikan dengan baik.

Penelitian ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagai syarat untuk memperoleh

gelar sarjana pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Halu Oleo. Disamping itu penulisan ini diharapkan dapat memperluas

pengetahuan pembaca, secara khusus mahasiswa.

Dalam penyusunan hasil ini banyak sekali hambatan dan rintangan yang penulis

hadapi namun akhirnya penulis bisa melaluinya, hal ini karena adanya bantuan dan juga

bimbingan dari pihak baik moral maupun spiritual. Untuk itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rektor Universitas Halu Oleo Bapak Prof. Dr. Muhammad Zamrun F,

S.Si., M.Sc.

2. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo Bapak Prof.

vii
Dr. Yusuf Sabilu, M.Si

3. Ketua Jurusan Kesehatan Kasyarakat Ibu Dr. Asnia Zainuddin M.Kes.

4. Dosen Pembimbing Bapak Ramadhan Tosepu S.KM.,M.Kes.,P.hD selaku

pembimbing I dan Ibu Arum Dian Pratiwi, S.KM., M.Sc selaku pembimbing II

yang telah berkenan meluangkan waktunya demi mendidik dan memberikan

bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

5. Ibu Dr. Jafriati S.Si.,M.Si, Bapak Jumakil S.KM.,M.P.H, Bapak Irma

S.KM.,M.Ked.,Trop, selaku dewan penguji yang selalu meluangkan waktu dan

memberikan pengetahuan, saran perbaikan serta motivasi kepada penulis.

6. Seluruh Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo.

7. Staf Jurusan dan Fakultas Kesehatan Masyarakat yang telah banyak membantu

pengurusan administrasi penulis dalam menyelesaikan studi.

8. Ibu Siti Rabbani Karimuna S.KM., M.P.H selaku dosen pembimbing akademik

yang selalu memberikan arahan, motivasi dan dukungan kepada penulis dari

awal masa perkuliahan sampai sekarang.

9. Badan Kesatuan Bangsa Politik Kota Kendari yang telah memberi izin penelitian

10. Kepala Puskesmas Kabangka di Kecematan Kabangka telah mengizinkan dalam

melakukan penelitian.

11. Kedua Orang Tua, Almarhum Bapak La Peningkiri, Mama Rasnah, Kakak Sheni

Rabani dan Adikku Wulandari dan Srimayanti serta Anakku Laode Muhammad

Syawal Amrin yang telah memberikan dukungan, semangat, cinta perhatian dan

doa kepada penulis.

viii
12. Sepupu- sepupu Lisma Nurul Hidaya, Ikhlas, Neles, Muhammad Abdul Rajab,

Juni Ardi, Ade Nurul Fitra, serta Keluarga besar dari mama dan bapak yang

selalu memberikan bantuan, tawa, semangat dan dukungan kepada penulis.

13. Teman- teman Isyuni, Nelini, Nilam Erfina, Apriatin, Nurhayani, La Ode Faldi,

La Ode Darno, La Ode Ramlan, Ayu Trisna Wati, Fitriani, Nelsi, yang

memberikan semangat kepada penulis.

14. Teman-teman KLKK, AKK, EPIDEMIOLOGI, PROMKES, GIZI angkatan

2015 yang telah bersama-sama menempuh bangku perkuliahan dengan semangat

bekerjasama dengan kompak dari awal kuliah sampai sekarang.

15. Teman- teman Praktikum yang telah memberikan banyak pengalaman dan cerita

yang sangat menyenangkan.

16. Teman- teman PBL Kelurahan Lembo, Candra Kirana, Retno Ambarwati,

Fitriani Mustamin, Yuliana, Fatimah Azzahra, Anita Khyiar, Rendy, Ramhla

yang memberikan banyak cerita dan pengalaman yang luar biasa

17. Teman-teman KKN Kelurahan Wamelai Kecamatan Lawa Kabupaten Muna

Barat, Muhammad Zikran, Ramadhan, Janur Ariyanti Magribi , Bagus Sulasti,

Herman, Dede Nugraha, Siti Aminah, Efariastian, Hariyani yang selalu ada

untuk membantu dan memberikan motivasi, saran, dukungan yang tak ternilai

selama ini.

18. Seluruh responden yang berada di Kecamatan Kabangka, yang bersedia

menerima dan membantu penelitian dalam menyelesaikan proses penelitian.

Rasa hormat dan ucapan terimakasih kepada semua pihak atas segala doa dan

ix
dukungannya semoga Allah Subuhanahu Wa Ta’ala membalas semua kebaikan

yang sudah mereka berikan kepada penulis. Aamiin.

Demikian penulis harapkan agar hasil penelitian ini membawa manfaat bagi

pembaca dan menambah khasanah ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan

masyarakat.

Kendari , Oktober 2021

Penulis

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………….......... i
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………….. ii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………… iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN……………………………………. iv
ABSTRAK…………………………………………………………………….. v
ABSRACK…………………………………………………………………….. vi
KATA PENGANTAR………………………………………………………... vii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………... xi
DAFTAR TABEL……………………………………………………………... xiii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………. xiv
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN………………………..... xv
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………….. xvi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................................... 4
1.5 Ruang Lingkup/ Batasan penelitian................................................................. 5
1.6 Organisasi dan Sistematika.............................................................................. 5

BAB II TINJUAN PUSTAKA


2.1 Tinjauan Umum Penyakit ISPA….................................................................. 7
2.2 Tinjauan Umum Tentang Kondisi Lingkungan Dalam Rumah....................... 15
2.3 Kerangka Teori................................................................................................ 16
2.4 Kerangka Konsep............................................................................................ 17
2.5 Hipotesis Penelitian......................................................................................... 18

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Rancangan Penelitian...................................................................................... 20
3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian........................................................................... 20
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian....................................................................... 20
3.4 Variabel Penelitian.......................................................................................... 22
3.5 Instrumen Penelitian........................................................................................ 22
3.6 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif…................................................. 22
3.7 Jenis Pengumpulan Data……………………….............................................. 24

xi
3.8 Pengolahan dan Penyajian Data...................................................................... 25

4.1 …..................................................................................................................... 27
4.2 …..................................................................................................................... 27
4.3 …..................................................................................................................... 29
4.4 ….....................................................................................................................37

BAB V PENUTUP
…...........................................................................................................................39
…...........................................................................................................................39

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

NO TABEL HALAMAN

1 Skala Likert 27

2 Distribusi Jenis Kelamin Responden Kecamatan 29


Kabangka Kabupaten Muna Tahun 2021

3 Distribusi Umur Responden Kecamatan Kabangka 30


Kabupaten Muna Tahun 2021

4 Distribusi Pekerjaan Responden Kecamatan Kabangka 31


Kabupaten Muna Tahun 2021

5 Distribusi Pendidikan Terakhir Responden Kecamatan 32


Kabangka Kabupaten Muna Tahun 2021

6 Distribusi Karakteristik Penderita ISPA Responden 33


Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna Tahun 2021

7 Distribusi Kondisi Lingkungan Responden Kecamatan 33


Kabangka Kabupaten Muna Tahun 2021

8 Distribusi Sumber Pencemaran Udara Dalam Rumah 34


Responden Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna
Tahun 2021

9 Distribusi Hubungan Kondisi Lingkungan Dalam 35


Rumah Penderita ISPA Dengan Responden di
Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna Tahun 2020

10 Hubungan Sumber Pencemaran Udara Dalam Rumah 36


Dengan Penderita ISPA Pada Masyarakat Kecamatan
Kabangka Kabupaten Muna Tahun 2020

xiii
DAFTAR GAMBAR
NO Judul Halaman
2.1 Kerangka Teori 16
2.2 Kerangka Konsep 17
Dokumentasi Terlampir

xiv
ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

Lambang dan Singkatan Arti dan Keterangan


% : Persen
( : Buka kurung
) : Tutup kurung
. : Titik
, : Koma
> : Lebih Dari
< : Kurang Dari
: : Titik Dua
= : Sama Dengan
/ : Garis Miring
WHO : World Health Organization
KEMENKES RI : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
ISPA : Infeksi Saluran Pernapasan Akut
ARI : Acute Respiratory Infections
P2 ISPA : Program Pemberantasan ISPA
ICH : Immune Compromised Host
GLY : Gelatin, Lactalbumine dan Ekstrak Yeast
TSB : Trypticase, Soya Boillon dan Bovine Albumin

xv
DAFTAR LAMPIRAN

NO LAMPIRAN HALAMAN

1 Informed Consent Terlampir


2 Kuesioner Penelitian Terlampir
3 Master Tabel Penelitian Terlampir
4 Output Master Tabel Hasil Penelitian Terlampir

5 Dokumentasi Terlampir

xvi
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyebab utama morbiditas

dan mortalitas penyakit menular di dunia. Tingkat mortalitas sangat tinggi pada bayi,

anak-anak dan orang lanjut usia, terutama di negara dengan pendapatan perkapita

rendah dan menengah. Begitu pula, ISPA merupakan penyakit infeksi saluran

pernapasan akut yang menyerang saluran pernapasan bagian atas dan bagian bawah.

ISPA dapat menimbulkan gejala ringan seperti batuk dan pilek, menimbulkan gejala

sedang seperti sesak, serta dapat juga menimbulkan gejala berat..

Menurut WHO (World Health Organization), memperkirakan kejadian penyakit

ISPA pada balita di negara berkembang yaitu sebesar 151,8 juta kasus per tahun (2017),

serta kejadian penyakit ISPA merupakan penyakit yang paling sering di derita oleh

masyarakat yaitu 78% pasien yang datang berkunjung ke pelayanan kesehatan dengan

kejadian penyakit ISPA. Setiap tahun jumlah penderita yang di rawat di rumah sakit

dengan kejadian penyakit ISPA sebesar 12 juta penderita (WHO, 2018).

Di Indonesia kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) selalu menempati

urutan pertama penyebab kematian bayi, dan menempati urutan kedua penyebab

kematian pada anak-anak dan remaja. Sebanyak (36,4%) kematian bayi dan (25,7%)

pada anak-anak dan remaja yang masih masa pertumbuhan, pada tahun 2014 (32,1%)

pada tahun 2015, (18,2%) pada tahun 2016, (38,8%), pada tahun 2017 (25%), dan

(24,4%) pada tahun 2018 disebabkan karena infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

Selain itu, ISPA sering berada pada daftar sepuluh penyakit terbanyak penderitannya di

1
2

rumah sakit, diperoleh bahwa antara 20-30% kematian anak disebabkan oleh ISPA

(Riset Kesehatan Dasar, 2018).

Data Dinas Kesehatan Kabupaten Muna tahun 2017 menunjukan jumlah penderita

ISPA sebanyak (21,05%) penderita, sedangkan pada tahun 2018 penderita ISPA

sebanyak (23,23%). Sehingga jumlah ini menunjukan adanya peningkatan terhadap

penyakit ISPA dari tahun sebelumnya (Dinkes Kabupaten Muna, 2018).

Menurut data dari Puskesmas Kabangka Kabupaten Muna tahun 2018 jumlah

penderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) sebanyak 346 penderita. Pada tahun

2019 berjumlah 353, sedangkan pada tahun 2020 dari tiga bulan terakhir yaitu pada

bulan juli berjumlah 68, pada bulan agustus berjumlah 76 dan pada bulan september

berjumlah 89. Jumlah ini menunjukan terjadinya peningkatan kejadian infeksi saluran

pernapasan akut (ISPA) dari tahun sebelumnya (Puskesmas Kabangka, 2019).

Selain itu, penelitian yang berhubungan dengan tingginya penyakit infeksi

saluran pernapasan akut (ISPA) di Indonesia menunjukkan ada beberapa faktor yang

mempengaruhi penyakit tersebut di antaranya seperti: Status ekonomi, lingkungan di

dalam rumah yang kurang memadai berupa kurang hygienisnya lantai yang masih

dalam kondisi berupa tanah atau tidak terbuat dari keramik, ventilasi udara yang

bertolak belakang dengan kesesuaian dimana luas ventilasi udara di bawah standar

ukuran luas area tiap ruangan, serta merokok dalam rumah (Anonim, 2009).

Tinjauan awal pada kondisi lingkungan dalam rumah di Kecamatan Kabangka

Kabupaten Muna ada beberapa kondisi fisik rumah yang tidak memenuhi kriteria rumah

sehat seperti kurangnya penggunaan ventilasi, kurangnya penggunaan langit-langit


3

rumah, adanya anggota keluarga yang merokok, adanya penggunaan bahan bakar

memasak seperti arang/kayu, serta adanya penggunaan anti nyamuk bakar yang dapat

menimbulkan polusi dalam rumah. Hal itulah yang menjadi salah satu pemicu terjadinya

pneumonia atau gejala-gejala terjadinya penyakit infeksi saluran pernapasan akut

(ISPA). Pencemaran udara dalam rumah dikatakan berbahaya karena sumbernya berada

dekat dengan penghuni dalam rumah tersebut dan akan menyebabkan terjadinya gejala-

gejala penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)s. Oleh karena itu faktor-faktor

diatas menjadi salah satu alasan penulis tertarik mengambil judul untuk tugas kuliah

akhir yang berjudul “Hubungan Kondisi Lingkungan Dalam Rumah dan Sumber

Pencemaran Udara Dalam Rumah dengan Kejadian Penyakit ISPA pada Masyarakat di

Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna Tahun 2021”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka yang menjadi pokok masalah dalam

penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara Kondisi Lingkungan Dalam Rumah

dan Sumber Pencemaran Udara Dalam Rumah dengan Kejadian Penyakit Infeksi

Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Masyarakat di Kecamatan Kabangka Kabupaten

Muna Tahun 2021?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin diketahui dalam penelitian ini terbagi atas tujuan umum dan

tujuan khusus.
4

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara Kondisi Lingkungan Dalam Rumah dan Sumber

Pencemaran Udara Dalam Rumah dengan Kejadian Penyakit Infeksi Saluran

Pernapasan Akut (ISPA) Pada Masyarakat Kecamatan Kabangka di Kabupaten Muna

Tahun 2021.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui kondisi lingkungan dalam rumah seperti kondisi ventilasi, jendela,

dinding, lantai, langit-langit rumah dengan kejadian penyakit infeksi saluran

pernapasan akut (ISPA) pada Masyarakat di Kecamatan Kabangka Kabupaten

Muna Tahun 2021.

2. Mengetahui sumber pencemaran udara dalam rumah seperti adanya anggota

keluarga yang merokok dalam rumah dan adanya penggunaan bahan bakar

memasak seperti arang/kayu yang menimbulkan polusi dalam rumah dengan

kejadian penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada Masyarakat di

Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna Tahun 2021.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Praktis

Bagi masyarakat hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

tentang kondisi lingkungan dalam rumah seperti kondisi ventilasi, penggunaan jendela,

dinding rumah, lantai, dan langit-langit rumah serta mengetahui hubungan antara

sumber pencemaran udara dalam rumah seperti adanya anggota keluarga yang merokok

dalam rumah, dan adanya penggunaan bahan bakar memasak seperti arang/kayu yang
5

menimbulkan polusi dalam rumah dengan kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut

( ISPA) pada Masyarakat di Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna Tahun 2021.

1.4.2 Manfaat Instansi Kesehatan

Penelitian ini dapat membantu sebagai informasi data untuk menentukan

kebijakan program yang dapat di ambil terhadap penyakit Infeksi Saluran Pernapasan

Akut (ISPA), sehingga dapat diprediksi dan diantisipasi dengan cepat dan tepat.

1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk menggali pengetahuan

dan wawasan tentang kondisi lingkungan dalam rumah seperti kondisi ventilasi,

penggunaan jendela, dinding rumah, lantai, dan langit- langit serta mengetahui

hubungan antara sumber pencemaran udara dalam rumah seperti adanya anggota

keluarga yang merokok dan penggunaan bahan bakar memasak seperti arang/kayu yang

menimbulkan polusi dalam rumah dengan kejadian penyakit infeksi saluran pernapasan

akut (ISPA) pada Masyarakat di Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna Tahun 2021.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian yang hanya terbatas pada wilayah Kecamatan Kabangka

Kabupaten Muna, dan penelitian ini menggunakan penelitian Observasional Deskriptif

di Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna Tahun 2021.

1.6 Organisasi/Sistematika

Proposal penelitian ini berjudul Hubungan Kondisi Dalam Rumah dan Sumber

Pencemaran Udara Dalam Rumah Dengan Kejadian ISPA pada Masyarakat di

Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna Tahun 2021 yang dibimbing oleh: Ramadhan
6

Tosepu, S.KM.,M.Kes., P.hD. (Pembimbing I) dan, Arum Dian Pratiwi, S.KM.,M.S.c.

(Pembimbing II).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

2.1.1 Defenisi Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan singkatan dari Infeksi

Saluran Pernapasan Akut. Istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute

Respiratory Infections (ARI). Infeksi Saluran Penapasan Akut (ISPA) meliputi tiga

unsur yakni infeksi saluran pernapasan dan akut. Infeksi adalah masuk dan berkembang

biaknya agent infeksi pada jaringan tubuh manusia yang berakibat terjadinya kerusakan

sel atau jaringan yang patologis. Saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung

hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan

pleura. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari.

Menurut Alsagaff, Hood, Mukty, (2010) Infeksi Saluran Pernapasan Akut

(ISPA) adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan

oleh infeksi bakteri, virus maupun riketsia, atau disertai radang parenkim paru.

2.1.2 Patogenesis Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

Menurut Alsagaff, Hood, Mukty, (2010), saluran pernapasan selama hidup

selalu terpapar dengan dunia luar sehingga guna mengatasinya dibutuhkan suatu sistem

pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan saluran pernapasan terhadap infeksi

maupun partikel dan gas yang ada diudara amat tergantung pada dua (2) unsur alami

yang selalu terdapat pada orang sehat, yaitu:

7
8

1. Keutuhan epitel mukosa dan gerak mukosilia.

2. Makrofag alveoli.

Sudah menjadi suatu kecenderungan bahwa infeksi bakteri mudah terjadi pada

saluran napas yang sel-sel epitel mukosanya telah rusak, akibat infeksi yang terdahulu.

Selain itu, hal-hal yang dapat mengganggu keutuhan lapisan mukosa dan gerak silia

adalah :

a. Asap rokok dan gas SO2, polutan utama dalam pencemaran udara.

b. Sindroma imotil.

c. Pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25% atau lebih).

Menurut Alsagaff dan Mukty (2010), Makrofag banyak terdapat di alveol dan

akan di mobilisasi ke tempat lain bila terjadi infeksi. Asap rokok dapat menurunkan

kemampuan makrofag membunuh bakteri, sedangkan alkohol akan menurunkan

mobilitas sel-sel ini.

Menurut Alsagaff dan Mukty (2010), Antibody setempat yang ada pada saluran

pernapasan ialah IgA. Antibodi ini banyak didapatkan di mukosa. Kekurangan antibodi

ini akan memudahakan terjadinya infeksi saluran pernapasan, seperti yangsering terjadi

pada anak. Mereka dengan defesiensi IgA akan mengalami hal yang serupa dengan

penderita yang mengalami imunodefesiensi lain, seperti penderita yang mendapat terapi

sitostatik atau radiasi, penderita dengan neoplasma yang ganas dan lain-lain (Immune

Compromised Host).

Menurut Alsagaff dan Mukty (2010), Gambaran klinik radang yang disebabkan

oleh infeksi sangat tergantung pada:


9

1. Karakteristik Inokulum Meliputi ukuran aerosol, jumlah dan tingkat virulensi

jasad renik yang masuk.

2. Daya tahan tubuh seseorang tergantung pada utuhnya sel epitel mukosa, gerak

mukosilia, makrofag alveoli dan IgA.

3. Umur mempunyai pengaruh besar. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

yang terjadi pada anak dan bayi akan memberikan gambaran klinik yang lebih

jelek bila dibandingkan dengan orang dewasa. Gambaran klinik yang jelek dan

tampak lebih berat tersebut terutama disebabkan oleh infeksi virus pada bayi dan

anak yang belum memperoleh kekebalan alamiah.

2.1.3 Etiologi Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

Etiologi Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) terdiri lebih dari 300 jenis

bakteri, virus, dan riketsia. Bakteri penyebabnya antara lain dari genus Streptococcus,

Stafilococcus, Pnemococcus, Hemofilus, Bordetella dan Corinebakterium. Virus

penyebab antara lain golongan Micsovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus,

Micoplasma, Herpesvirus. Jamur penyebabnya antara lain adalah Aspergillussp,

Candida albicans, dan Hitoplasma (Widoyono, 2008). sSebagian besar Infeksi Saluran

Pernapasan Akut (ISPA) disebabkan oleh infeksi, akan tetapi dapat juga disebabkan

oleh bahan-bahan seperti aspirasi minyak mineral, inhalasi bahan-bahan organik dan

uap kimia seperti Berilium, inhalasi bahan-bahan debu yang mengandung alergen,

seperti Spora Aktinomisete termofilik yang terdapat pada ampas tebu di pabrik gula,

obat (Nitrofuratoin, Busulfan, Metotreksat), radiasi dan Desquamative Interstitial

Pneumonia, Eosinofilic Pneumonia (Alsagaff dan Abdul, 2010).


10

2.1.4 Epidemiologi Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) sering terjadi pada anak-anak.

Episode penyakit batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan tiga sampai enam

kali per tahun (rata-rata lima kali per tahun), artinya seorang balita rata-rata

mendapatkan serangan batuk, pilek sebanyak tiga sampai enam kali per tahun. Dari

hasil pengamatan epidemiologi dapat diketahui bahwa angka kesakitan dikota

cenderung lebih besar dari pada di desa. Hal ini mungkin disebabkan oleh tingkat

kepadatan tempat tinggal dan pencemaran lingkungan di kota lebih tinggi dari pada di

desa (Widoyono, 2008).

Hasil SKRT tahun 1992 menunjukkan bahwa angka mortalitas pada bayi akibat

penyakit ispa menduduki urutan pertama (36%) dan angka mortalitas pada balita

menduduki urutan kedua (13%). Di Jawa Tengah pada tahun 1999 penyakit ISPA selalu

menduduki rangking 1 pada 10 besar penyakit pasien rawat jalan di Puskesmas

(Widoyono, 2008)

2.1.5 Klasifikasi Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

Menurut Ramaliah (2004), program pemberantasan ISPA (P2 ISPA)

mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:

1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada

kedalaman (chest Indrawing).

2. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.


11

3. Bukan Pneumonia: ditandai secara kilinis oleh batuk pilek, bias disertai demam,

tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, Faringitis

dan Tonsillitis tergolong Pneumonia.

Menurut Ramaliah (2004), Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu

klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi ini di bedakan untuk golongan umur dibawah 2

bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun. Untuk golongan umur kurang 2

bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu:

a. Pneumonia berada: di isolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada

bagian bawah dan napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2

bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.

b. Bukan Pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat

dinding dada bagian bawah atau napas cepat.

Menurut Ramaliah (2004), Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun Ada 3

klasifikasi penyakit yaitu:

1) Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada

bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saaat diperiksa

anak harus dalam keadaan tenang tidak menangis dan meronta)

2) Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2-12

bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1- 4 tahun adalah 40

kali per menit atau lebih.

3) Bukan Pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada

bagian bawah dan tidak ada napas cepat.


12

2.1.6 Tanda dan Gejala Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

Tanda dan gejala yang dapat diambil pada penderita penyakit ISPA yaitu:

rhinitis, nyeri tenggorokan, batuk-batuk dengan dahak putih kental, nyeri retrosternal

dan konjungtivis, suhu badan meningkat 4-7 hari, disertai malaise, mialgia, nyeri

kepala, anoreksia, mual, muntah, insomnia, dan kadang-kadang dapat juga terjadi diare

(Alsagaff dan Mukty, 2010).

2.1.7 Cara Penularan Penyakit Infeksi Saluran PernapasanAkut (ISPA)

Salah satu penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah

tercemar, bibit penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernapasan oleh karena itu

penyakit ISPA ini termasuk golongan Air Borne Disease. Adanya bibit penyakit di

udara umumnya berbentuk aerosol yakni suatu suspense yang melayang di udara,

seluruhnya dapat berupa bibit penyakit atau hanya sebagian dari padanya. Adapun

bentuk aerosol dari penyebab penyakit tersebut ada 2, yakni Droplet Nuclei (sisa dari

sekresi saluran pernapasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan melayang di

udara) dan Dust (campuran antara bibit penyakit yang melayang di udara). Penularan

melalui udara adalah cara penularan yang terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun

dengan benda terkontaminasi (Ditjen PP & PL, 2004).

2.1.8 Diagnosis Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

Menurut Alsagaff dan Mukty (2010), diagnosis ISPA oleh karena virus dapat

ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium terhadap jasad renik itu sendiri. Ada tiga

cara pemeriksaan yang lazim dikerjakan:


13

1. Biakan virus

Bahan berasal dari secret hidung atau hapusan dinding belakang faring

kemudian dikirim dalam media Gelatin, Lactalbumine dan Ekstrak Yeast (GLY) dalam

suhu 40C. Untuk enterovirus dan adenovirus selain bahan diambil dari dua tempat

tersebut dapat juga diambil dari tinja dan hapusan rectum. Untuk pembiakan

Mikroplasma pneumonia digunakan media Trypticase, Soya Boillon dan Bovine

Albumin (TSB).

2. Reaksi serologis

Reaksi serologis yang digunakan antara lain, pengikatan komplemen, reaksi

hambatan hemadsorpso, reaksi hambatan hemaglutinasi, reaksi nertalisasi, RIA serta

ELISA.

3. Diagnostic virus secara langsung

Dengan cara khusus yaitu imunofluoresensi RIA, ELISA dapat didentifikasi

virus influenza, RSV dan Mikroplasma pneumonia. Mikroskop electron juga

dipergunakan pada pemeriksaan virus corona.

Selain dari ketiga cara di atas, dapat juga dilakukan cara yang lebih sederhana

walupun tidak khas yaitu pemeriksaan darah tepi, jumlah leukosit dan hitung jenis.

Jarang sekali terjadi leukositosis yang paling sering jumlah leukoit normal atau rendah.

Bila terjadi leucopenia, berarti ada gamban arklinik yang berat. Pada hitungan jenis

dapat dijumpai eosinofilia, limfopenia dan netrofilia. Beberapa infeksi dengan bacteria

dapat pula memberikan leucopenia seperti infeksi karena tifus abdominalis.


14

Leukositosis dengan peningkatan sel PMN didalam darah maupun sputum menandakan

ada infeksi sekunder oleh karena bakteri.

2.1.9 Pengobatan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

Ada beberapa cara pengobatan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yaitu

sebagai berikut :

1. Menurut Rasmaliah (2004), pengobatan ISPA adalah sebagai berikut:

a. Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak

mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kotrimoksasol

keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu

ampisilin, amoksisilin, atau penisilin prokalin.

b. Bukan Pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di

rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain

yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein, dekstrometorfan, dan

antihistamin. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol.

c. Dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya

bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah benih dileher,

dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcus dan halus diberi

antibiotik (penisilin) selama 10 hari.

2.1.10 Pencegahan dan Pemberantasan.

Pencegahan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Menurut

Rasmaliah (2004), pencegahan penyakit ISPA dapat dilakukan dengan:


15

1. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.

2. Immunisasi

3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.

4. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.

5. Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).

6. Penyuluhan kesehatan yang terutama di tunjukan pada para ibu.

7. Pengelolaan kasus yang disempurnakan.

2.2 Tinjauan Umum Tentang kondisi lingkungan dalam rumah

Ditinjau dari segi ilmu kesehatan lingkungan, penyakit terjadi karena adanya

interaksi antara manusia dengan lingkungannya (Soemirat, 2007). Lingkungan

perumahan sangat berpengaruh pada terjadinya ISPA dan tersebarnya ISPA. Penyakit

ISPA masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama. Hal ini

disebabkan masih tingginya angka kejadian penyakit ISPA terutama pada anak balita.

Penyakit ISPA masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia, prevalensi ISPA

di Indonesia pada tahun 2013 adalah 25%, tidak jauh berbeda dengan prevalensi pada

tahun 2007 sebesar 25,5%. Prevalensi ISPA yang tertinggi terjadi pada kelompok umur

1-4 tahun sebesar 25,8% dan <1 tahun sebesar 22,0% (Riskesdas, 2013) Sedangkan

menurut provinsi, periode prevalensi Sulawesi Utara yaitu 24,7% (Kemenkes, 2013).

Sanitasi rumah secara fisik yang memiliki hubungan dengan kejadian ISPA pada balita

meliputi kepadatan penghuni, ventilasi, dan penerangan alami hubungan antara penyakit

dengan tempat menunjukan adanya faktor yang mempunyai arti yang penting sebagai

penyebab timbulnya penyakit (Notoatmodjo, 2003).


16

2.3 Kerangka Teori

Kerangka Teori disusun berdasarkan variabel-variabel yang di teliti. Variabel

dependen adalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Variabel independen kondisi

fisik dalam rumah, dan sumber pencemaran udara dalam rumah, Kondisi tersebut

merupakan kondisi yang memengaruhi kejadian Infeksi saluran pernapasan akut

(ISPA). Berdasarkan Kerangka Teori Kejadian ISPA Sumber : Modifikasi kerangka

teori faktor yang mempengaruhi kejadian ISPA Damage (2009), Simanjuntak (2007),

dan Marni (2014). Status kesehatan masyarakat dipegaruhi oleh 3 faktor yaitu induk

orang (host), agen penyakit (agent), dan lingkungan (enviroment). Ketiga faktor

tersebut akan menimbulkan hasil positif dan negatif hasil interaksi akan menimbulkan

keadaan sehat sedangkan yang negatif akan menimbulkan keadaan sakit.

Maka kerangka Teori dalam penelitian ini sebagai berikut:

FAKTOR
LINGKUNGAN
1. Ventilasi
KEJADIAN ISPA 2. Jendela FAKTOR IKLIM
1. Host 3. Dinding rumah 1. Suhu.
2. Agent 4. Lantai 2. Cura hujan.
3. Enviroment 5. Langit - langit 3. Kelembaban

FAKTOR FAKTOR PERILAKU


DEMOGRAFI 1. Merokok
1. Usia 2. Penggunaan bahan
2. Jenis kelamin bakar memasak
(arang/ kayu)

Sumber: Modifikasi kerangka teoritis faktor, yang mempengaruhi kejadian ISPA Marni
(2014) (Damage 2009), Simanjuntak (2007).

Gambar 2.3 Kerangka Teori Kejadian ISPA


17

2.4 Kerangka Konsep

Kerangka konsep disusun berdasarkan variabel-variabel yang diteliti. Variabel

dependen adalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Variabel independen adalah

kondisi fisik dalam rumah, dan sumber pencemaran udara dalam rumah, Kondisi

tersebut merupakan kondisi yang memengaruhi kejadian Infeksi saluran pernapasan

akut (ISPA). Berdasarkan kerangka konsep dan keterbatasan data yang ada, maka

kerangka konsep dalam penelitian ini sebagai berikut:

Kondisi Lingkungan Dalam Rumah


 Ventilasi
 Jendela
 Dinding Rumah
 Lantai
 Langit-langit Infeksi Salururan
Pernapasan Akut
(ISPA)
Sumber Pencemaran Udara Dalam
Rumah
 Merokok
 Penggunaan Bahan Bakar
Memasak Arang/Kayu

Gambar 2.4 Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan :

: Variabel Bebas ( independen)

: Variabel Terikat (dependen)


18

2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep maka hipotesis dalam penelitian ini dapat di

rumuskan sebagai berikut :

1. H0 : p = 0 (Tidak ada hubungan antara ventilasi dengan kejadian penyakit ISPA

pada Masyarakat Kecamatan Kabangka di Kabupaten Muna Tahun 2021).

Ha : p ≠ 0 (Ada hubungan antara ventilasi dengan kejadian penyakit ISPA pada

Masyarakat Kecamatan Kabangka di Kabupaten Muna Tahun 2021).

2. H0 : p = 0 (Tidak ada hubungan antara jendela dengan kejadian penyakit ISPA

pada Masyarakat Kecamatan Kabangka di Kabupaten Muna Tahun 2021).

Ha : p ≠ 0 (Ada hubungan antara jendela dengan kejadian penyakit ISPA pada

Masyarakat Kecamatan Kabangka di Kabupaten Muna Tahun 2021).

3. H0 : p = 0 (Tidak ada hubungan antara dinding rumah dengan kejadian penyakit

ISPA pada Masyarakat Kecamatan Kabangka di Kabupaten Muna Tahun 2021).

Ha : p ≠ 0 (Ada hubungan antara dinding dengan kejadian penyakit ISPA pada

Masyarakat Kecamatan Kabangka di Kabupaten Muna Tahun 2021).

4. H0 : p = 0 (Tidak ada hubungan antara lantai dengan kejadian penyakit ISPA

pada Masyarakat Kecamatan Kabangka di Kabupaten Muna Tahun 2021).

Ha : p ≠ 0 (Ada hubungan antara lantai dengan kejadian penyakit ISPA pada

Masyarakat Kecamatan Kabangka di Kabupaten Muna Tahun 2021).

5. H0 : p = 0 (Tidak ada hubungan antara langit-langit dengan kejadian penyakit

ISPA pada Masyarakat Kecamatan Kabangka di Kabupaten Muna Tahun 2021).


19

Ha : p ≠ 0 (Ada hubungan antara langit-langit dengan kejadian penyakit ISPA

pada Masyarakat Kecamatan Kabangka di Kabupaten Muna Tahun 2021).

6. H0 : p = 0 (Tidak ada hubungan antara merokok dalam rumah dengan kejadian

penyakit ISPA pada Masyarakat di Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna

Tahun 2021).

Ha : P ≠ 0 (Ada hubungan antara merokok udara dalam rumah dengan kejadian

penyakit ISPA pada Masyarakat di Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna

Tahun 2021).

7. H0 : p = 0 (Tidak ada hubungan antara penggunaan bahan bakar memasak

arang/kayu dengan kejadian penyakit ISPA pada Masyarakat di Kecamatan

Kabangka Kabupaten Muna Tahun 2021).

Ha : P ≠ 0 (Ada hubungan antara penggunaan bahan bakar memasak arang/kayu

dengan kejadian penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada

Masyarakat Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna Tahun 2021.


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian analitik observasional

dengan rancangan Cross Sectional Study, dimaksudkan untuk melihat

bagaimana hubungan kondisi lingkungan fisik dalam rumah dengan kejadian

penyakit ISPA pada Masyarakat Kecamatan Kabangka di Kabupaten Muna

Tahun 2021, dan suatu pendekatan yang bersifat sesaat pada waktu dan tidak

diikuti dalam suatu kurun waktu tertentu (Notoatmodjo, 2005).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian yang akan dilaksanakan, di Kecamatan Kabangka Kabupaten

Muna Tahun 2021.

3.2. 2 Waktu Penelitian

Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan pada Bulan Januari- Februari

Tahun 2021.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini di Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna Tahun

2021 sejumlah 150 KK.

20
21

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah kepala keluarga (KK), sebanyak 60

responden dengan menggunakan Tehnik Random Sampling/ metode acak dan

diperoleh dengan pengambilan sampel pada setiap rumah masyarakat di

Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna Tahun 2021, Dimana pada setiap kepala

keluarga (KK) memiliki peluang yang sama untuk menjadi responden atau

sampel penelitian . Metode penelitian ini menggunakan analitik observasional

dengan rancangan Cross Sectionaal Study, dengan rumus Taro Yamane yang

dikutip dari Notoatmodjo (2005) sebagai berikut:

N
n=
1+ N ( d 2)

Keterangan :
N = Besar Populasi
n = Besar Sampel
d = Tingkat kepercayaan atau ketetapan yang diinginkan (10%)

n = 150
1+150 (0,12)
= 150
1+150 (0,01)
= 150
2,50
= 60 responden
22

3.4 Variabel Penelitian

Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah kejadian penyakit ISPA

pada Masyarakat di Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna Tahun 2021,

kondisi lingkungan dalam rumah yaitu kondisi fisik rumah seperti ventilasi,

jendela, dinding, lantai, langit-langit rumah serta sumber pencemaran udara

dalam rumah seperti adanya anggota keluarga yang merokok dalam rumah, dan

adanya penggunaan bahan bakar memasak seperti arang/kayu yang

menimbulkan polusi dalam rumah.

3.5 Instrumen Pengumpulan Data

Instrument pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

sebagai berikut: Kuosioner, yang berisikan daftar pertanyaan tentang variabel-

variabel yang diteliti yaitu karakteristik penderita ISPA pada Masyarakat di

Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna Tahun 2021.

3.6 Defenisi Operasional Kriteria Objektif

Defenisi operasional dan kriteria objektif dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Kejadian ISPA

ISPA adalah infeksi saluran pernapasan akut yang meliputi infeksi pada saluran

pernapasan atas maupun bawah.

Kriteria objektif yaitu :


23

a. Menderita ISPA : Bila ada anggota keluarga yang menderita

penyakit ISPA 3 bulan terakhir, menderita ISPA,

dengan skor presentase total ≥ 50%

a. Tidak menderita ISPA : Bila tidak ada anggota keluarga yang

menderita ISPA 3 bulan terakhir. Tidak menderita

ISPA dengan skor presentase total < 50%

2. Kondisi fisik rumah

Kondisi fisik rumah meliputi, ventiasi, jendela, dinding rumah, lantai, langit-langit

rumah. Kondisi fisik rumah cara pengukuran dengan melakukan pengamatan

keadaan dalam rumah, yaitu:

a. Memenuhi syarat : Bila persyaratan kondisi di dalam

rumah seperti ventiasi, jendela, dinding rumah,

lantai, langit-langit rumah, memenuhi syarat

dengan skor presentase total ≥ 50%

b. Tidak memenuhi syarat : Jika tidak memenuhi persyaratan kondisi di dalam

rumah seperti ventiasi, jendela, dinding rumah,

lantai, langit-langit rumah, tidak memenuhi syarat

dengan skor presentase total < 50%

8. Sumber Pencemaran Udara Dalam Rumah

Sumber pencemaran udara dalam rumah dalam penelitian ini adalah keberadaan

asap rokok dalam rumah, penggunaan bahan bakar untuk memasak dari

arang/kayu dan penggunaan anti nyamuk bakar.


24

Cara pengukuranya menanyakan langsung kepada kepala

keluarga yaitu:

a. Ada : Bila ada yang merokok dalam rumah, menggunakan

bahan bakar memasak dari arang/kayu, Ada pencemaran

udara dengan skor presentase total ≥ 50%

b. Tidak ada : Bila tidak ada sumber pencemaran udara seperti merokok

dalam rumah, menggunakan bahan bakar memasak dari

arang/kayu, tidak ada sumber pencemaran udara dengan

skor presentase total < 50%

3.7 Jenis Pengumpulan Data

Sebelum mengumpulkan data setiap responden dalam penelitian ini akan

dimintai persetujuan dengan mengisi lembar informed consent yang berisikan

tujuan, manfaat dan kejelasan tentang kerahasiaan subjek.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung melalui

wawancara dengan responden menggunakan koesioner untuk mendapatkan data

tentang kondisi lingkungan dalam rumah serta kejadian penyakit ISPA pada

anggota keluarga responden

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui hasil pencatatan dan pelaporan

(dokumentasi) dari instansi yang terkait berupa data yang di ambil dari data

kependudukan di Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna, Profil Dinas


25

Kesehatan Kabupaten Muna, serta laporan sistem pencatatan dan pelaporan

terpadu Puskesmas Kabangka di Kabupaten Muna Tahun 2021.

3.8 Pengolahan, Analisis Dan Penyajian Data

3.8.1.Pengolahan Data

Pengolahan data yang diperoleh dari kuesioner dan hasil pengamatan

dilapangan diolah menggunakan program komputer. Langkah-langkah

pengolahan data meliputi :

1. Editing, yaitu memeriksa data yang telah dikumpulkan untuk diteliti

kelengkapan, kejelasan makna jawaban, konsistensi maupun kesalahan antar

jawaban pada kuesioner.

2. Coding, yaitu memberikan kode-kode untuk memudahkan proses pengolahan

data.

3. Entry, yaitu memasukan data untuk diolah menggunakan komputer.

4. Tabulating, yaitu mengelompokkan data sesuai variabel yang akan diteliti agar

mudah dijumlah, disusun, dan ditata untuk disajikan dan dianalisis

(Notoatmodjo, 2003).

Langkah-langkah ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kondisi

lingkungan fisik dalam rumah dan pencemaran udara dalam rumah dengan

kejadian penyakit ISPA pada masyarakat di Kecamatan Kabangka Kabupaten

Muna Tahun 2021.

3.8.2 Analisis Data


26

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum

variabel yang diteliti.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui ada atau tidak adanya

hubungan kondisi lingkungan dalam rumah dengan tingkat kejadian infeksi

saluran pernapasan akut (ISPA). Hasil pengamatan dilapangan diolah

menggunakan program komputer. Adapun uji statistic yang digunakan adalah uji

Chi Square dengan tingkat signifikan (a= 0,1)

3.8.3 Penyajian Data

Penyajian data disajikan dalam bentuk tabel serta analisis hubungan

veriabel bebas dan variabel terikat. Berikut prosedur kerja dalam teknik

penyajian data :

1. Pemberian informend consent (formulir persetujuan)

Setiap responden dalam penelitian ini akan dimintai persetujuan dengan mengisi

lembar informend consent yang berisikan tujuan, manfaat, dan kejelasan tentang

kerahasiaan subyek.

2. Pengisian kuesioner oleh responden

3. Pengisian lembar master tabel observasi, untuk pengukuran luas lantai dan

ventilasi peneliti menggunakan meteran sebagai alat ukur.


27

4. Dokumentasi yaitu sejumlah data data atau informasi dari observasi dilapangan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1 Gambaran Umum Kecamatan Kabangka

Kabangka adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi

Tenggara, Indonesia. Kecamatan Kabangka berada di bagian Barat Pulau Muna

Secara geografis, Kecamatan Kabangka terletak di bagian Barat Pulau Muna.

Secara geografis, Kabangka terletak di bagian selatan garis khatulistiwa, memanjang

dari utara ke selatan di antara 4.49° – 4.50° Lintang Selatan dan membentang dari barat

ke timur diantara 122.420 - 122.430 Bujur Timur.

Dari aspek geografis, Kecamatan Kabangka mempunyai batas-batas wilayah

sebagai berikut:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Maginti

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kabawo

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Parigi

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Tiworo

4. 2 Gambaran Umum Puskesmas Kabangka

Puskesmas Kabangka merupakan pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Kecamatan Kabangka yang di fungsikan sejak tahun 1990, berada di desa Lakandito

Kecamatan Kabangka dengan jarak +_40 km dari ibu kota Kabupaten Muna. Pada

Bulan Maret tahun 2013 Wilayah Kerja dibagi menjadi 2 Puskesmas yaitu Puskesmas

Wakobalu dan Puskesmas Kabangka.

27
28

Adapun Wilayah kerja Puskesmas Kabangka terdiri dari:

1. Desa Lakandito

2. Desa Lupia

3. Desa Wataliku

Secara geografis Puskesmas Kabangka terletak di bagian Selatan Khatulistiwa

pada garis lintang 4006’ sampai 5015’ Lintang Selatan dan 12208’ Bujur Timur sampai

dengan 123015’ Bujur Timur, Las wilayah: 223,35 km².

Dari aspek geografis, Puskesmas Kabangka mempunyai batas-batas wilayah

sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatas dengan Kecamatan Kontukowuna

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kontukowuna dan Kabawo

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kabawo, dan

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Wakobalu Agung dan Desa Wansugi

Kecamatan Kabangka
29

4.3 Hasil dan Penelitan

4.3.1 Karakteristik Responden

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna dengan

total sampel sebanyak 60 KK. Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan, maka

disajikan hasil sebagai berikut:

1. Jenis kelamin

Jenis kelamin yaitu suatu hal yang mengacu pada perbedaan biologis

antara perempuan dan laki-laki. Perbedaan secara biologis ini dibawa sejak lahir

dan tidak bisa diubah. Adapun distribusi jenis kelamin dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada sampel di


Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna Tahun 2021

No Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%)


1. Laki-Laki 19 31.7
2. Perempuan 41 68.3
Total 60 100
Sumber: Data Primer, 2021

Tabel 1 menunjukan bahwa dari 60 responden (100%), lebih banyak

responden yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 41 orang (68,3%)

dibandingkan dengan responden yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak

19 orang (31,7%).

2. Umur

Umur secara umum adalah satuan waktu yang mengukur waktu

keberadaan suatu mahluk, baik yang hidup maupun yang mati, yang diukur sejak
30

dia lahir hingga waktu umur itu dihitung. Distribusi responden menurut

kelompok umur dalam penelitian ini disajikan pada tabel.

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur pada sampel di


Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna Tahun 2021

No. Kelompok Umur Jumlah


Presentase (%)
(Tahun) (n)
1. 20-30 5 8.3
2. 31-40 21 35,0
3. 41-50 17 28,3
4. 51-60 13 21,7
5. 61-70 3 5,0
6. 71-80 1 1,7
Total 60 100
Sumber: Data Primer, 2021

Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 60 responden (100%), umur

responden yang paling banyak adalah kelompok umur 31 - 40 tahun dengan

jumlah responden 21 (35,0%) dan yang paling sedikit adalah kelompok umur

71-80 tahun dengan jumlah responden 1 (1,7 %).

3. Pekerjaan

Pekerjaan secara umum didefinisikan sebagai sebuah kegiatan aktivitas

yang dilakukan oleh manusia, pekerjaan digunakan untuk sebuah tugas atau

kerja yang menghasilkan sebuah karya bernilai imbalan dalam bentuk uang

bagi seseorang. Adapun distribusi responden berdasarkan jenis pekerjaan

disajikan pada tabel berikut.


31

Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan pada sampel di


Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna Tahun 2021

Jumlah
No. Pekerjaan Presentase (%)
(n)
1. Bidan 2 3.3
2. Honorer 2 3.3
3. Ibu rumah tangga 17 28.3
4. Pedagang 4 6.7
5. Pensiun 4 6.7
6. Perawat 2 3.3
7. Petani 7 11.7
8. Pns 17 28.3
9. Wiraswasta 5 8.3
Total 60 100
Sumber: Data Primer, 2021

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 60 responden (100%), jenis

pekerjaan responden yang paling banyak adalah PNS dan Ibu rumah tangga.

PNS dengan jumlah 17 responden (28,3%) dan Ibu rumah tangga sebanyak 17

responden (28,3%) serta jenis pekerjaan yang paling sedikit adalah Honorer,

Perawat dan Bidan. Honorer dengan jumlah 2 responden ( 3,3%), Perawat

dengan jumlah 2 responden (3,3%), dan Bidan dengan jumlah 2 responden

(3,35).

4. Pendidikan terakhir

Pendidikan terakhir adalah pendidikan yang ditamatkan oleh responden.

Adapun distribusi tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut:


32

Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pada


Masyarakat Kecamatan Kabangka Tahun 2021

Pendidikan Jumlah Presentase


No
Terakhir (n) (%)
1. D3 2 3.3
2. D4 5 8.3
3. S1 24 40.0
4. SD 9 15.0
5. SMA 10 16.7
6. SMP 10 16.7
Total 60 100
Sumber: Data Primer, 2021

Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 60 responden (100%), tingkat

pendidikan responden yang paling banyak adalah tingkat pendidikan S1 dengan

jumlah 24 responden (40,0%) dan yang paling sedikit adalah tingkat pendidikan

D3 dengan jumlah 2 responden (3,3%).

4.3.2 Analisis Univariat

1. Kejadian Penyakit ISPA

ISPA merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan yang bersifat akut

dengan adanya batuk, pilek, serak, demam, baik di sertai maupun tidak disertai

sesak napas cepat atau sesak napas, yang berlangsung selama 14 hari atau

demam selama 2 minggu. Adapun distribusi responden berdasarkan penderita

ISPA pada masyarakat dapat dilihat pada tabel berikut :


33

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Penderita ISPA Pada


Masyarakat Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna Tahun 2021

No. Penderita ISPA Jumlah (n) Presentase(%)


1. Menderita 42 70,0
2. Tidak menderita 18 30,0
Total 60 100
Sumber: Data Primer, 2021.

Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 60 responden (100%), terdapat 42

responden (70,0%) yang menderita ISPA dan 18 responden (30,0%) yang tidak

menderita ISPA.

2. Kondisi Lingkungan Dalam Rumah

Kondisi lingkungan dalam rumah merupakan keadaan suatu rumah

yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status

kesehatan yang optimal pula. Adapun distrbusi responden berdasarkan kondisi

lingungan dalam rumah pada masyarakat dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Lingkungan Dalam


Rumah Pada Masyarakat Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna Tahun
2021

Kondisi Lingkungan Dalam Jumlah Prensetase


No.
Rumah (n) (%)
1. Memenuhi syarat 58 96,7
2. Tidak memenuhi syarat 2 3,3
Total 60 100
Sumber: Data Primer, 2021.

Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 60 responden (100%), terdapat tidak

memenuhi syarat 58 responden (96,7%) dan yang memenuhi syarat 2 responden

(3,3%).
34

3. Sumber Pencemaran Udara Dalam Rumah

Sumber pencemaran udara dalam rumah merupakan suatu keadaan

yang mempengaruhi kualitas udara dalam rumah dari berbagai sumber, baik

sumber biologis maupun non biologis. Adapun distrbusi responden berdasarkan

sumber pencemaran udara dalam rumah pada masyarakat dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Pencemaran Udara


Dalam Rumah Pada Masyarakat Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna
Tahun 2021

Sumber Pencemaran Udara Presentase


No. Jumlah (n)
Dalam Rumah (%)
1. Ada 16 26,7
2. Tidak ada 44 73,3
Total 60 100
Sumber: Data Primer, 2021.

Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 60 responden (100%), terdapat 16

responden (26,7%) yang ada sumber pencemaran udara dalam rumah dan 44

responden (73,3%) yang tidak ada sumber pencemaran udara dalam rumah.

4.3.3 Analisis Bivariat

1. Hubungan Kondisi Lingkungan Dalam Rumah Dengan Penderita ISPA


Pada Masyarakat Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna Tahun 2021

Kondisi lingkungan dalam rumah merupakan keadaan suatu rumah

yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status

kesehatan yang optimal pula. Kondisi lingkungan dalam rumah penelitian ini

dikategorikan memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat yang kemudian


35

dihubungkan dengan penderita ISPA pada responden, hal ini dapat dilihat pada

tabel berikut:

Kejadian ISPA
Kondisi
Tidak
Lingkungan Menderita Total
No
Dalam ISPA
Menderita ρvalue
ISPA
Rumah
N % n % n %
Memenuhi
1. 43 72,9% 16 27,1% 59 100,0%
Syarat
0,283
Tidak
2. Memenuhi 0 0% 1 100% 1 100,0%
Syarat
Total 43 71,7% 17 28,3% 60 100%

Tabel diatas, menunjukkan bahwa responden yang mengatakan kondisi

lingkungan dalam rumah yang memenuhi syarat yang berhubungan dengan

penderita ISPA sebesar 72,9% dan yang tidak menderita ISPA sebesar 27,1%.

Sedangkan responden yang mengatakan kondisi lingkungan rumah yang tidak

memenuhi syarat yang berhubungan dengan penderita ISPA sebesar 0% dan

yang tidak menderita ISPA sebesar 100%.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square pada tingkat

kepercayaan 95% atau α = 0,05 didapatkan nilai p = 0,283 (P Value<α) sehingga

ada hubungan antara kondisi lingkungan dalam rumah dengan penderita ISPA

pada masyarakat Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna Tahun 2021.


36

2. Hubungan Sumber Pencemaran Udara Dalam Rumah Penderita ISPA


Dengan Pada Masyarakat Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna
Tahun 2021

Sumber pencemaran udara dalam rumah merupakan suatu keadaan yang

mempengaruhi kualitas udara dalam rumah dari berbagai sumber, baik sumber

biologis maupun non biologis. Sumber pencemaran udara dalam rumah

penelitian ini dikategorikan memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat yang

kemudian dihubungkan dengan penderita ISPA pada responden, hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut:

Penderita ISPA
Sumber
Tidak
Pencemaran Menderita Total
No
Udara Dalam ISPA
Menderita ρvalue
ISPA
Rumah
n % n % n %

1. Ada 14 87,5% 2 12,5% 16 100,0%

2. Tidak Ada 29 65,9% 15 34,1% 44 100,0% 0,012

Total 43 71,7% 17 28,3% 60 100%

Tabel 2, menunjukkan bahwa responden yang mengatakan sumber pencemaran

udara dalam rumah yang ada sumber pencemarannya yang berhubungan dengan

penderita ISPA sebesar 87,5% dan yang tidak menderita ISPA sebesar 12,5%.

Sedangkan responden yang mengatakan sumber pencemaran udara dalam rumah yang

tidak ada pencemarannya yang berhubungan dengan penderita ISPA sebesar 65,9% dan

yang tidak menderita ISPA sebesar 34,1%.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square pada tingkat kepercayaan

95% atau α = 0,05 didapatkan nilai p = 0,090(P Value<α) sehingga tidak ada hubungan
37

antara sumber pencemaran udara dalam rumah dengan penderita ISPA pada masyarakat

Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna Tahun 2021.

4.4 Pembahasan

4.4.1. Hubungan Kondisi Lingkungan Dalam Rumah Dengan Penderita ISPA


Pada Masyarakat Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna Tahun 2021

Salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit ISPA yaitu kondisi

lingkungan dalam rumah yang meliputi kondisi fisik rumah, seperti ventilasi, jendela,

dinding rumah, lantai, langit- langit (Notoadmodjo, 2003).

Ventilasi merupakan tempat pergantian udara dalam rumah dengan udara segar

dalam jumlah yang sesuai kebutuhan. Dampak ventilasi yang tidak memenuhi syarat

adalah pertukaran udara yang menyebabkan suburnya pertumbuhan mikroorganisme

yang mengakibatkan gangguan terhadap kesehatan manusia. Saat observasi penelitian di

rumah responden (60 KK) Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna, rumah responden

tidak memiliki ventilasi sebanyak 20 KK dan ada juga yang memiliki ventilasi sebanyak

40 KK.

Rumah yang tidak memiliki jendela ataupun rumah yang memiliki jendela tetapi

tidak pernah di buka dapat menyebabkan udara tercemar jika tidak dapat keluar.

Pencemaran udara yang sering terjadi yaitu karbon monoksida, apabila dalam jumlah

yang besar dapat menyebabkan gangguan pada saluran pernapasan. Saat observasi

penelitian di rumah responden (60 KK) Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna, rumah

responden tidak memiliki jendela rumah sebanyak 2 KK dan memiliki jendela sebanyak

58 KK.
38

Dinding rumah memiliki fungsi untuk melindungi penghuni dari panas matahari,

angin, hujan dari luar lingkungan juga sebagai penyangga atap. Penggunaan dinding

yang tidak baik akan menimbulkan keadaan buruk bagi kesehatan penghuni rumah.

Dinding rumah sebaiknya terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, dan tahan terhadap

api seperti memakai batu bata dan tembok dinding yang terbuat dari bahan kayu atau

bambu cukup baik karena tahan terhadap segala cuaca namun bila kontruksinya tidak

bagus dapat menimbulkan penyakit. Saat observasi penelitian rumah responden (60 KK)

Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna, rumah responden tidak memiliki dinding

rumah yang kurang baik atau melapuk sebanyak 2 KK dan ada juga yang memiliki

dinding sebanyak 58 KK.

Lantai adalah salah satu bagian dalam rumah yang merupakan elemen penting

sebagai landasan bangunan antara dinding dan pondasi. Lantai berfungsi sebagai

penerima beban, baik benda mati ataupun benda hidup,serta tempat berlangsungnya

aktivitas dalam rumah. Saat observasi penelitian rumah responden (60 KK) Kecamatan

Kabangka Kabupaten Muna, rumah responden tidak memiliki lantai yang kurang baik

atau terbuat dari kayu sebanyak 1 KK dan ada juga yang memiliki lantai sebanyak 59

KK.

Langit-langit merupakan pelindung rumah dari rangka atap, serta mencegah cuaca

panas. Saat observasi penelitian rumah responden (60 KK) Kecamatan Kabangka

Kabupaten Muna, rumah responden tidak memiliki langit-langit rumah sebanyak 42 KK

dan ada juga yang memiliki langit-langit rumah sebanyak 28 KK.


39

Dengan kondisi lingkungan dalam rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan

mengakibatkan suasana dalam rumah tidak nyaman dan merugikan kesehatan

khususnya saluran pernapasan, Hal ini menyebabkan banyak masalah kesehatan

khususnya berhubungan dengan ISPA dan memerlukan perhatian dan pemahaman

tentang kondisi lingkungan dalam rumah yang baik dan memenuhi syarat kesehatan

untuk menciptakan kehidupan yang sehat.

Berdasarkan hasil penelitian dilapangan menunjukan bahwa responden yang

memiliki kondisi lingkungan dalam rumah yang tidak memenuhi syarat berhubungan

dengan penderita penyakit ISPA. Sedangkan responden yang memiliki kondisi

lingkungan dalam rumah yang memenuhi syarat tidak berhubungan dengan penderita

penyakit ISPA.

4.4.2. Hubungan Sumber Pencemaran Udara Dalam Rumah Dengan Penderita


ISPA Pada Masyarakat Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna Tahun
2021

Pencemaran udara dalam rumah terjadi karena adanya berbagai aktivitas

penghuninya dalam rumah seperti adanya penggunaan bahan bakar kayu atau arang

untuk memasak, adanya anggota keluarga yang merorok. Udara yang bersih sangat

dibutuhkan oleh manusia, normalnya manusia setiap detik selama hidupnya akan

membutuhkan udara. Secara rata-rata manusia tidak dapat mempertahankan hidupnya

tanpa adanya udara lebih dari tiga menit. Karena udara berbentuk gas, maka terdapat

dimana-mana sebagai akibatnya manusia tidak pernah memikirkannya dan

memperhatikannya. Udara bebas yang ada disekitar manusia dapat berpengaruh

terhadap kesehatan manusia (Aswar, 2003).


40

Penggunaan bahan bakar seperti kayu atau arang dapat menyebabkan resiko

terjadinya pencemaran udara dalam rumah, yang mana dapat terjadi sumber pencemaran

kimia seperti SO2, NO2, CO dan CO2, yang bisa meningkatkan resiko terjadinya ISPA.

Saat observasi penelitian rumah responden (60 KK) Kecamatan Kabangka Kabupaten

Muna, dirumah responden tidak menggunakan bahan bakar arang/kayu sebanyak 23

KK, dan yang menggunakan bahan bakar arang/kayu sebanyak 37 KK.

Asap rokok mempunyai dampak mempengaruhi gejala penderita asma, senyawa

dalam asap rokok dapat menyebabkan kanker paru-paru. Perokok pasif mempunyai

resiko lebih besar terkena ganggunan saluran pernapasan dengan gejala sesak napas,

batuk dan lendir berlebihan. Saat observasi penelitian rumah responden (60 KK)

Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna, didalam rumah responden yang tidak merokok

sebanyak 27 KK, dan yang merokok sebanyak 33 KK.

Berdasarkan hasil observasi dilapangan sebagian besar responden yang di dalam

rumahnya terdapat pencemaran udara, dimana pencemaran udara tersebut berasal dari

aktivitas sehari-hari penghuni dalam rumah responden. Seperti memasak menggunakan

bahan bakar kayu atau arang untuk memasak dan aktivitas merokok yang sering

dilakukan dalam rumah.

Berdasarkan hasil penelitian dilapangan ada hubungan yang bermakna antara

sumber pencemaran udara dalam rumah dengan kejadian penyakit ISPA di Kecamatan

Kabangka Kabupaten Muna, bahwa responden yang ada sumber pencemaran udara

dalam rumah lebih besar dibandingkan dengan penderita ISPA. Sedangkan responden
41

yang mengatakan tidak ada sumber pencemaran udara dalam rumah lebih kecil

dibandingkan dengan penderita ISPA.

Hal ini tidak didukung oleh oleh penelitian Mansyur (2007) yang menyatakan

bahwa orang biasa memasak menggunakan bahan bakar yang megeluarkan asap seperti

kayu bakar sering mengalami masalah kesehatan seperti flu, batuk, radang saluran

pernapasan dan radang paru. Kebiasaan anggota keluarga merokok (perokok aktif) di

dalam rumah memberikan pengaruh pada anggota keluarga lainya yang tidak merokok

atau sering disebut perokok pasif. Asap rokok sangat berbahaya bagi kesehatan

khususnya terhadap anak karena bahan-bahan toksik yang terkandung dalam rokok.
42

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat di simpulkan

bahwa:

1. Ada hubungan antara kondisi lingkungan dalam rumah terhadap kejadian

penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada masyarakat

Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna Tahun 2021.

2. Tidak Ada hubungan antara sumber pencemaran udara dalam rumah

terhadap kejadian penyakit infeksi saluran pernapasan akut ( ISPA) pada

masyarakat Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna Tahun 2021.

5.2 Saran

1. Agar kondisi dalam rumah lebih di perhatikan lagi, seperti kondisi ventilasi,

jendela, dinding, lantai, langit-langit rumah. karena jika kondisi dalam

rumah yang tidak baik atau tidak memenuhi syarat rumah sehat akan jadi

pemicu terhadap kejadian penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

2. Agar diupayakan mencegah adanya sumber pencemaran udara dalam rumah,

seperti kebiasan merokok, mengurangi pemakaian bahan arang/kayu untuk

memasak karena dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan dan

pencemaran udara dalam rumah.

42
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, U. (2014). Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jakarta: UI-Press.

Alsagaff, Hood, Mukty, A. (2010). Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru (1st Ed.). Surabaya:
Airlangga University Press.

Ayres Jg. (2011). The Environment And Health Committee Of The European
Respiratory Society. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 7, 14.

Achmadi, UF. (2008). Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Universitas Indonesia.


Jakarta.

Afandi, A. I, (2012). Hubungan Lingkungan Fisik Rumah Dengan Kejadian Infeksi


Saluran Pernapasan Akut Pada Anak Balita di Kabupaten Wonosobo
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012.

Anonymous. (2009), Rumah Sehat Dalam Lingkungan Sehat, Dinas Cipta Karya.
Departemen Pekerjaan Umum RI. Jakarta.

Anonymous. (2012), Pedoman Rumah Sederhana Sehat. Dinas Pekerjaan Umum,


Departemen Pekerjaan Umum RI. Jakarta.

Arief, (2013), Hubungan Kondisi Rumah Dengan Kejadian Penyakit ISPA Di Desa
Bambang Timur Kecamatan Bambang Kabupaten Mamasa. Skripsi.
Universitas Di Ponegoro. Semarang.

Azwar, (2003), Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Mutiara Sumber Widya,


Jakarta.

Chahaya, Indra. (2004). Faktor Faktor Kesehatan Lingkungan Perumahan Yang


Mempengaruhi Kejadian Ispa Pada Balita Di Perumahan Nasional
(Perumnas) Mandala,Kecamatan Percut Sei Tuan,Kabupaten Deli Serdang.
Majalah Kedokteran Nusantara Vol.38. No.3.

Depkes RI, (2002). Pedoman Pemberatasan Penyakit Saluran Pernapasan Akut.


Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Depkes RI, (2006) . Pedoman Pengendalian Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut
Untuk Penanggulangan Pheunomia Pada Balita. Jakatra

Dewi, (2012). Hubungan Fisik Rumah Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Wilayah
Kerja Puskesmas Gayamsari Kota Semarang. Universitas Diponegoro.
Semarang.
Dinkes Kabupaten Muna. (2018). Profil Kesehatan Kabupaten Muna. Raha.

Ditjen Pp & Pl. (2004). Kajian Riset dan Operasional Intensifikasi Pemberantasan
Penyakit Menular Tahun 1998/1999-2003.

Environmental Protection Agency. (2010). Climate And Health Impacts.

Gardinassi L. (2015). Seasonality Of Viral Respiratory Infections In Southeast Of


Brazil: The Influence Temperature And Air Humidity. Jurnal Ilmu
Kesehatan Masyarakat, 7, 15.

Guslim. (2007). Agroklimatologi. Medan: Universitas Sumatera Utara Press:


Universitas Sumatera Utara Press.

Hastono, S. (2011). Statistik Kesehatan (P. 6). Jakarta: Rajawali Pers.

Haris, A. Muchar.,Rita, (2012). Asap Rokok Sebagai Bahan Pencemar Dalam Ruangan,
CDK-189,39,1:17-19.

Urianto, Bambang, (2006). Hubungan Faktor Lingkungan Rumah Dan Karakteristik


Balita Dengan Kejadian Penyakit Ispa Pada Balita Di Wilayah Kecamatan
Lemah Wungkuk Kota Cirebon Tahun 2006. Tesis. UI. Depok

Kepmenkes No.1407/Menkes/Sk/XI/2002. Pedoman Pengendalian Dampak


Pencemaran Udara.

Kementrian Kesehatan RI.2009. Parameter Pencemaran Udara Dan Dampaknya


Terhadap Kesehatan.

Kementrian Kesehatan RI.2011. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor


1995/MENKES/SK/XII/PER/2010 Tentang Standar Antropomentri
Penilaian Status Gizi Anak. Direktur Jendral Bina Gizi dan Kesehatan Ibu
dan Anak. Jakarta

Kementrian Kesehatan RI.2012. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor


1077/Menkes/Per/2012 Tentang Pedoman Penyehatan Udara Dalam ruang
Rumah.Jakarta : Kementrian Kesehatan

Kusnoputranto, (2000). Kesehatan Lingkungan. Penerbit Departemen Pendidikan Dan


Kebudayaan Universitas Indonesia Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Jakarta.

Komisi WHO Mengenai Kesehatan Dan Lingkungan. (2001). Planet Kita Kesehatan
Kita. Kusnanto H(Editor).Yokyakarta : Gajah Mada University Press,P. 279.

Mas Yuhda, 2003. Kondisi Rumah Dengan Kejadian Penyakit Ispa Pada Balita.
Skripsi, Universitas Di Ponegoro. Semarang.

Notoadmojo, S. (2003). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rinepka Cipta.

Notoadmojo, S. (2005). Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi. Jakarta: Rinepka Cipta.

Notoadmojo, S. (2010). Metodeologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rinepka Cipta.

Oktaviani, (2009). Hubungan Sanitasi Fisik Rumah Dengan Kejadian Infeksi Saluran
Pernapasan Atas (Ispa) Pada Balita Di Desa Cepogo Kecamatan Cepogo
Kabupaten Boyolali. FKM. UMS.

Ramaliah. (2004). Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Ispa) Dan Penanggulangannya.

Rasmaliah. (2004). Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Dan Penanggulangannya.


Universitas Sumatera Utara, 5, 4.

Riset Kesehatan Dasar. (2018). Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan


Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.

Sumantri, A. (2010). Kesehatan Lingkungan Dan Perspektif Islam. Jakarta: Kencana.

Surakusumah W. (2016). Adaptasi Dan Mitigasi. In Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat


(Vol. 7, P. 13). Bandung.

Sarifah, (2013). Hubungan Kondisi Lingkungan Dalam Rumah Dengan Kejadian


Penyakit Ispa Pada Masyarakat Pesisir Kelurahan Lapulu Kecamatan
Abeli. FKM UHO. Kendari.

Tosepu, R. (2010). Kesehatan Lingkungan,Penerbit Bintang. Surabaya.

Tosepu, R. (2013). Epodemiologi Lingkungan Teori Dan Aplikasinya, Penerbit Bintang.


Surabaya

WHO. (2017). Penanganan Ispa Pada Anak Di Rumah Sakit Kecil Negara
Berkembang.

WHO. (2018). Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Ispa) Yang Cenderung Epidemi dan
Pandemi Pencegahan dan Pengendalian Ispa Di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan ;Pp. 5-6
Widoyono. (2008). Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan Dan
Pengobatan . Bandung : Egc.

Wattimena, C. S, (2004). Faktor Lingkungan Rumah Yang Mempengaruhi Hubungan


Kadar PM10 Dengan Kejadian Ispa Pada Balita di Wilayah Puskesmas
Curung Kabupaten Tanggerang Tahun 2004. Tesis. FKM UI. Depok.

Yuslinda, (2017). Hubungan Lingkungan Dalam Rumah Dengan Tingkat Kejadian


Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut( ISPA) Pada Masyarakat Di
Kelurahan Ranomeeto Kecamatan Ranomeeto Tahun 2017. FKM UHO.
Kendari.
KOESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN KONDISI LINGKUNGAN DALAM RUMAH DENGAN TINGKAT


KEJADIAN PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)
PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN KABANGKA KABUPATEN MUNA
PADA TAHUN 2021

I. Identitas Responden
1. Nama :
2. Jenis kelamin :
3. Desa :
4. Umur :
5. Pendidikan KK :
6. Pekerjaan KK :

No. Pertanyaan Kategori


Ya Tidak
Karakteristik Penderita ISPA
1. Apakah dalam 3 bulan terakhir ini Bapak/Ibu pernah
diagnosa penyakit ISPA? (jika tidak, lompat ke bagian
pertanyaan sumber pencemaran udara dalam rumah)
2. Jika memiliki gejala, gejala apa yang ditimbulkan :
a. Batuk
b. Demam/panas
c. Pilek
d. Sesak napas
3. Apakah ± 14 hari mengalami keluhan gejala penyakit
ISPA, anda memeriksakan diri ke puskesmas?
Kondisi Fisik Dalam Rumah
1. Apakah dalam rumah ini memiliki vetilasi?
2. Apakah dalam rumah ini memiliki jendela?

3. Apakah dalam rumah ini memiliki dinding rumah?


4. Apakah dalam rumah ini memiliki lantai?
5. Apakah dalam rumah ini memiliki langit-langit?
Sumber Pencemaran Udara dalam Rumah
1. Apakah ada anggota keluarga dalam rumah yang
merokok?
2. Apakah di rumah menggunakan bahan arang untuk
memasak?
3. Apakah di rumah menggunakan bahan bakar kayu
untuk memasak dan apakah lokasinya ada di dalam
rumah?
Sumber: Dimodifikasi (Wa Ode Yuslinda, 2014)

LAMPIRAN

Dokumentasi Penelitian
Gambar 1 : Wawancara terhadap responden

Gambar 2 : kondisi ventilasi rumah


Gambar 3 : kondisi jendela rumah

Gambar 4 : kondisi dinding rumah


Gambar 5 : kondisi lantai rumah

Gambar 6 : kondisi langit-langit rumah


Gambar 7 : kondisi penggunaan kayu /arang
MASTER TABEL
CROSSTAB

KATEGORI KONDISI LINGKUNGAN DALAM RUMAH DAN KATEGORI


PENDERITA ISPA
KATEGORI
PENDERITA ISPA
Tidak
Menderita Menderita Total
Memenuhi Count 43 16 59
Syarat % within Kategori
KATEGORI Kondisi
KONDISI 72.9% 27.1% 100.0%
Lingkungan
LINGKUNGAN Dalam Rumah
DALAM
RUMAH Tidak Count 0 1 1
Memenuhi % within Kategori
syarat Kondisi
.0% 100.0% 100.0%
Lingkungan
Dalam Rumah
Total Count 43 17 60
% within Kategori
Kondisi
71.7% 28.3% 100.0%
Lingkungan
Dalam Rumah

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value Df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 2.572a 1 .109
Continuity
.235 1 .628
Correctionb
Likelihood Ratio 2.566 1 .109
Fisher's Exact Test .283 .283
N of Valid Casesb 60
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is .28.
b. Computed only for a 2x2 table
KATEGORI SUMBER PENCEMARAN UDARA DALAM RUMAH DAN
KATEGORI PENDERITA ISPA
KATEGORI
PENDERITA ISPA
Tidak
Menderita Menderita Total
KATEGORI Ada Count 14 2 16
SUMBER % within Kategori
PENCEMARAN Sumber
UDARA 87.5% 12.5% 100.0%
Pencemaran Udara
DALAM Dalam Rumah
RUMAH
Tidak Count 29 15 44
Ada % within Kategori
Sumber
65.9% 34.1% 100.0%
Pencemaran Udara
Dalam Rumah
Total Count 43 17 60
% within Kategori
Sumber
71.7% 28.3% 100.0%
Pencemaran Udara
Dalam Rumah

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value Df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 2.694a 1 .101
Continuity
1.735 1 .188
Correctionb
Likelihood Ratio 3.008 1 .083
Fisher's Exact Test .120 .090
N of Valid Casesb 60
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
4.53.
b. Computed only for a 2x2 table
FREKUENSI

KATEGORI KARAKTERISTIK PENDERITA ISPA

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Menderita 43 71.7 71.7 71.7
Tidak Menderita 17 28.3 28.3 100.0
Total 60 100.0 100.0

KATEGORI KONDISI LINGKUNGAN DALAM RUMAH

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Memenuhi Syarat 60 100.0 100.0 100.0

KATEGORI SUMBER PENCEMARAN UDARA DALAM RUMAH

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Ada 16 26.7 26.7 26.7
Tidak Ada 44 73.3 73.3 100.0
Total 60 100.0 100.0

JENIS KELAMIN
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Laki-Laki 19 31.7 31.7 31.7
Perempuan 41 68.3 68.3 100.0
Total 60 100.0 100.0
UMUR

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 20-30 5 8.3 8.3 8.3
31-40 21 35.0 35.0 43.3
41-50 17 28.3 28.3 71.7
51-60 13 21.7 21.7 93.3
61-70 3 5.0 5.0 98.3
71-80 1 1.7 1.7 100.0
Total 60 100.0 100.0

PEKERJAAN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Bidan 2 3.3 3.3 3.3
Honorer 2 3.3 3.3 6.7
Ibu Rumah
17 28.3 28.3 35.0
Tangga
Pedagang 4 6.7 6.7 41.7
Pensiun 4 6.7 6.7 48.3
Perawat 2 3.3 3.3 51.7
Petani 7 11.7 11.7 63.3
Pns 17 28.3 28.3 91.7
Wiraswasta 5 8.3 8.3 100.0
Total 60 100.0 100.0
PENDIDIKAN TERAKHIR
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid D3 2 3.3 3.3 3.3
D4 5 8.3 8.3 11.7
S1 24 40.0 40.0 51.7
SD 9 15.0 15.0 66.7
SMA 10 16.7 16.7 83.3
SMP 10 16.7 16.7 100.0
Total 60 100.0 100.0

Anda mungkin juga menyukai