SKRIPSI
OLEH :
NINGSI MEILANA
J1A1 15 084
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2021
HUBUNGAN KONDISI LINGKUNGAN DALAM RUMAH DAN SUMBER
PENCEMARAN UDARA DALAM RUMAH DENGAN KEJADIAN
PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)
PADA MASYARAKAT KECAMATAN KABANGKA
KABUPATEN MUNA TAHUN 2021
OLEH:
NINGSI MEILANA
J1A1 15 084
ABSTRAK
Kata Kunci : Kejadian penyakit ISPA, Kondisi lingkungan dalam rumah, dan Sumber
pencemaran udara
v
THE RELATIONSHIP OF ENVIRONMENTAL CONDITIONS IN THE HOME
AND SOURCES OF AIR POLLUTION IN THE HOME WITH THE EVENT OF
ACUTE RESPIRATORY TRACT INFECTIONS (ARI) IN COMMUNITIES,
KABANGKA DISTRICT, MUNA IN 2021
BY:
NINGSI MEILANA
J1A1 15 084
ABSTRACT
ARI is an acute respiratory infection disease that attacks the upper and lower
respiratory tract. ARI can cause mild symptoms such as cough and runny nose,
moderate symptoms such as shortness of breath, and can also cause severe symptoms.
Based on data from the top 10 most diseases obtained from the Kabangka Health
Center, Muna Regency, the number of ARI cases in 2019 was 352 people. This is
related to environmental conditions in the house and sources of air pollution in the
house that are not good/healthy. This study aims to determine the relationship between
environmental conditions in the house and sources of air pollution in the house with the
incidence of ARI disease in the people of Kabangka District, Muna Regency in 2021.
The research method used is observational analytic with a cross sectional study design.
The sample in this study was 60 respondents who were obtained by using the Random
Sampling Technique / random method to the head of the family (KK) in each
community house. The results of statistical tests using Chi square at a significant level
of alpha 0.05 are, (1) there is a significant relationship between environmental
conditions in the house and the incidence of ARI disease (PValue = 0.283), (2) there is a
significant relationship between sources of air pollution in the house. house with the
incidence of ARI disease (PValue = 0.090). It is hoped that the public will use this
research as information related to the causes of increased ARI that often occurs in the
community as an early prevention effort against ARI disease and for further researchers
it is expected to develop further research.
Keywords: ARI disease incidence, environmental conditions in the house, and sources
of air pollution
vi
KATA PENGANTAR
semangat tak terbatas serta akal sehat diberikan kepada penulis dan Shalawat dan salam
kepada nabi Muhammad SAW sosok teladan umat dalam segala perilaku keseharian
yang berorientasi kemuliaan hidup di dunia dan akhirat sehingga penulis dapat
Universitas Halu Oleo. Disamping itu penulisan ini diharapkan dapat memperluas
Dalam penyusunan hasil ini banyak sekali hambatan dan rintangan yang penulis
hadapi namun akhirnya penulis bisa melaluinya, hal ini karena adanya bantuan dan juga
bimbingan dari pihak baik moral maupun spiritual. Untuk itu pada kesempatan ini
S.Si., M.Sc.
vii
Dr. Yusuf Sabilu, M.Si
pembimbing I dan Ibu Arum Dian Pratiwi, S.KM., M.Sc selaku pembimbing II
7. Staf Jurusan dan Fakultas Kesehatan Masyarakat yang telah banyak membantu
8. Ibu Siti Rabbani Karimuna S.KM., M.P.H selaku dosen pembimbing akademik
yang selalu memberikan arahan, motivasi dan dukungan kepada penulis dari
9. Badan Kesatuan Bangsa Politik Kota Kendari yang telah memberi izin penelitian
melakukan penelitian.
11. Kedua Orang Tua, Almarhum Bapak La Peningkiri, Mama Rasnah, Kakak Sheni
Rabani dan Adikku Wulandari dan Srimayanti serta Anakku Laode Muhammad
Syawal Amrin yang telah memberikan dukungan, semangat, cinta perhatian dan
viii
12. Sepupu- sepupu Lisma Nurul Hidaya, Ikhlas, Neles, Muhammad Abdul Rajab,
Juni Ardi, Ade Nurul Fitra, serta Keluarga besar dari mama dan bapak yang
13. Teman- teman Isyuni, Nelini, Nilam Erfina, Apriatin, Nurhayani, La Ode Faldi,
La Ode Darno, La Ode Ramlan, Ayu Trisna Wati, Fitriani, Nelsi, yang
15. Teman- teman Praktikum yang telah memberikan banyak pengalaman dan cerita
16. Teman- teman PBL Kelurahan Lembo, Candra Kirana, Retno Ambarwati,
Herman, Dede Nugraha, Siti Aminah, Efariastian, Hariyani yang selalu ada
untuk membantu dan memberikan motivasi, saran, dukungan yang tak ternilai
selama ini.
Rasa hormat dan ucapan terimakasih kepada semua pihak atas segala doa dan
ix
dukungannya semoga Allah Subuhanahu Wa Ta’ala membalas semua kebaikan
Demikian penulis harapkan agar hasil penelitian ini membawa manfaat bagi
masyarakat.
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………….......... i
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………….. ii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………… iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN……………………………………. iv
ABSTRAK…………………………………………………………………….. v
ABSRACK…………………………………………………………………….. vi
KATA PENGANTAR………………………………………………………... vii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………... xi
DAFTAR TABEL……………………………………………………………... xiii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………. xiv
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN………………………..... xv
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………….. xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................................... 4
1.5 Ruang Lingkup/ Batasan penelitian................................................................. 5
1.6 Organisasi dan Sistematika.............................................................................. 5
xi
3.8 Pengolahan dan Penyajian Data...................................................................... 25
4.1 …..................................................................................................................... 27
4.2 …..................................................................................................................... 27
4.3 …..................................................................................................................... 29
4.4 ….....................................................................................................................37
BAB V PENUTUP
…...........................................................................................................................39
…...........................................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
NO TABEL HALAMAN
1 Skala Likert 27
xiii
DAFTAR GAMBAR
NO Judul Halaman
2.1 Kerangka Teori 16
2.2 Kerangka Konsep 17
Dokumentasi Terlampir
xiv
ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN
xv
DAFTAR LAMPIRAN
NO LAMPIRAN HALAMAN
5 Dokumentasi Terlampir
xvi
BAB 1
PENDAHULUAN
dan mortalitas penyakit menular di dunia. Tingkat mortalitas sangat tinggi pada bayi,
anak-anak dan orang lanjut usia, terutama di negara dengan pendapatan perkapita
rendah dan menengah. Begitu pula, ISPA merupakan penyakit infeksi saluran
pernapasan akut yang menyerang saluran pernapasan bagian atas dan bagian bawah.
ISPA dapat menimbulkan gejala ringan seperti batuk dan pilek, menimbulkan gejala
ISPA pada balita di negara berkembang yaitu sebesar 151,8 juta kasus per tahun (2017),
serta kejadian penyakit ISPA merupakan penyakit yang paling sering di derita oleh
masyarakat yaitu 78% pasien yang datang berkunjung ke pelayanan kesehatan dengan
kejadian penyakit ISPA. Setiap tahun jumlah penderita yang di rawat di rumah sakit
urutan pertama penyebab kematian bayi, dan menempati urutan kedua penyebab
kematian pada anak-anak dan remaja. Sebanyak (36,4%) kematian bayi dan (25,7%)
pada anak-anak dan remaja yang masih masa pertumbuhan, pada tahun 2014 (32,1%)
pada tahun 2015, (18,2%) pada tahun 2016, (38,8%), pada tahun 2017 (25%), dan
(24,4%) pada tahun 2018 disebabkan karena infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).
Selain itu, ISPA sering berada pada daftar sepuluh penyakit terbanyak penderitannya di
1
2
rumah sakit, diperoleh bahwa antara 20-30% kematian anak disebabkan oleh ISPA
Data Dinas Kesehatan Kabupaten Muna tahun 2017 menunjukan jumlah penderita
ISPA sebanyak (21,05%) penderita, sedangkan pada tahun 2018 penderita ISPA
Menurut data dari Puskesmas Kabangka Kabupaten Muna tahun 2018 jumlah
penderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) sebanyak 346 penderita. Pada tahun
2019 berjumlah 353, sedangkan pada tahun 2020 dari tiga bulan terakhir yaitu pada
bulan juli berjumlah 68, pada bulan agustus berjumlah 76 dan pada bulan september
berjumlah 89. Jumlah ini menunjukan terjadinya peningkatan kejadian infeksi saluran
saluran pernapasan akut (ISPA) di Indonesia menunjukkan ada beberapa faktor yang
dalam rumah yang kurang memadai berupa kurang hygienisnya lantai yang masih
dalam kondisi berupa tanah atau tidak terbuat dari keramik, ventilasi udara yang
bertolak belakang dengan kesesuaian dimana luas ventilasi udara di bawah standar
ukuran luas area tiap ruangan, serta merokok dalam rumah (Anonim, 2009).
Kabupaten Muna ada beberapa kondisi fisik rumah yang tidak memenuhi kriteria rumah
rumah, adanya anggota keluarga yang merokok, adanya penggunaan bahan bakar
memasak seperti arang/kayu, serta adanya penggunaan anti nyamuk bakar yang dapat
menimbulkan polusi dalam rumah. Hal itulah yang menjadi salah satu pemicu terjadinya
(ISPA). Pencemaran udara dalam rumah dikatakan berbahaya karena sumbernya berada
dekat dengan penghuni dalam rumah tersebut dan akan menyebabkan terjadinya gejala-
gejala penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)s. Oleh karena itu faktor-faktor
diatas menjadi salah satu alasan penulis tertarik mengambil judul untuk tugas kuliah
akhir yang berjudul “Hubungan Kondisi Lingkungan Dalam Rumah dan Sumber
Pencemaran Udara Dalam Rumah dengan Kejadian Penyakit ISPA pada Masyarakat di
Berdasarkan latar belakang tersebut maka yang menjadi pokok masalah dalam
penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara Kondisi Lingkungan Dalam Rumah
dan Sumber Pencemaran Udara Dalam Rumah dengan Kejadian Penyakit Infeksi
Tujuan yang ingin diketahui dalam penelitian ini terbagi atas tujuan umum dan
tujuan khusus.
4
Tahun 2021.
keluarga yang merokok dalam rumah dan adanya penggunaan bahan bakar
tentang kondisi lingkungan dalam rumah seperti kondisi ventilasi, penggunaan jendela,
dinding rumah, lantai, dan langit-langit rumah serta mengetahui hubungan antara
sumber pencemaran udara dalam rumah seperti adanya anggota keluarga yang merokok
dalam rumah, dan adanya penggunaan bahan bakar memasak seperti arang/kayu yang
5
menimbulkan polusi dalam rumah dengan kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut
kebijakan program yang dapat di ambil terhadap penyakit Infeksi Saluran Pernapasan
Akut (ISPA), sehingga dapat diprediksi dan diantisipasi dengan cepat dan tepat.
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk menggali pengetahuan
dan wawasan tentang kondisi lingkungan dalam rumah seperti kondisi ventilasi,
penggunaan jendela, dinding rumah, lantai, dan langit- langit serta mengetahui
hubungan antara sumber pencemaran udara dalam rumah seperti adanya anggota
keluarga yang merokok dan penggunaan bahan bakar memasak seperti arang/kayu yang
menimbulkan polusi dalam rumah dengan kejadian penyakit infeksi saluran pernapasan
akut (ISPA) pada Masyarakat di Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna Tahun 2021.
Ruang lingkup penelitian yang hanya terbatas pada wilayah Kecamatan Kabangka
1.6 Organisasi/Sistematika
Proposal penelitian ini berjudul Hubungan Kondisi Dalam Rumah dan Sumber
Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna Tahun 2021 yang dibimbing oleh: Ramadhan
6
(Pembimbing II).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Saluran Pernapasan Akut. Istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute
Respiratory Infections (ARI). Infeksi Saluran Penapasan Akut (ISPA) meliputi tiga
unsur yakni infeksi saluran pernapasan dan akut. Infeksi adalah masuk dan berkembang
biaknya agent infeksi pada jaringan tubuh manusia yang berakibat terjadinya kerusakan
sel atau jaringan yang patologis. Saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung
hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan
pleura. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari.
(ISPA) adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan
oleh infeksi bakteri, virus maupun riketsia, atau disertai radang parenkim paru.
selalu terpapar dengan dunia luar sehingga guna mengatasinya dibutuhkan suatu sistem
pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan saluran pernapasan terhadap infeksi
maupun partikel dan gas yang ada diudara amat tergantung pada dua (2) unsur alami
7
8
2. Makrofag alveoli.
Sudah menjadi suatu kecenderungan bahwa infeksi bakteri mudah terjadi pada
saluran napas yang sel-sel epitel mukosanya telah rusak, akibat infeksi yang terdahulu.
Selain itu, hal-hal yang dapat mengganggu keutuhan lapisan mukosa dan gerak silia
adalah :
a. Asap rokok dan gas SO2, polutan utama dalam pencemaran udara.
b. Sindroma imotil.
Menurut Alsagaff dan Mukty (2010), Makrofag banyak terdapat di alveol dan
akan di mobilisasi ke tempat lain bila terjadi infeksi. Asap rokok dapat menurunkan
Menurut Alsagaff dan Mukty (2010), Antibody setempat yang ada pada saluran
pernapasan ialah IgA. Antibodi ini banyak didapatkan di mukosa. Kekurangan antibodi
ini akan memudahakan terjadinya infeksi saluran pernapasan, seperti yangsering terjadi
pada anak. Mereka dengan defesiensi IgA akan mengalami hal yang serupa dengan
penderita yang mengalami imunodefesiensi lain, seperti penderita yang mendapat terapi
sitostatik atau radiasi, penderita dengan neoplasma yang ganas dan lain-lain (Immune
Compromised Host).
Menurut Alsagaff dan Mukty (2010), Gambaran klinik radang yang disebabkan
2. Daya tahan tubuh seseorang tergantung pada utuhnya sel epitel mukosa, gerak
yang terjadi pada anak dan bayi akan memberikan gambaran klinik yang lebih
jelek bila dibandingkan dengan orang dewasa. Gambaran klinik yang jelek dan
tampak lebih berat tersebut terutama disebabkan oleh infeksi virus pada bayi dan
Etiologi Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) terdiri lebih dari 300 jenis
bakteri, virus, dan riketsia. Bakteri penyebabnya antara lain dari genus Streptococcus,
Candida albicans, dan Hitoplasma (Widoyono, 2008). sSebagian besar Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) disebabkan oleh infeksi, akan tetapi dapat juga disebabkan
oleh bahan-bahan seperti aspirasi minyak mineral, inhalasi bahan-bahan organik dan
uap kimia seperti Berilium, inhalasi bahan-bahan debu yang mengandung alergen,
seperti Spora Aktinomisete termofilik yang terdapat pada ampas tebu di pabrik gula,
Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) sering terjadi pada anak-anak.
Episode penyakit batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan tiga sampai enam
kali per tahun (rata-rata lima kali per tahun), artinya seorang balita rata-rata
mendapatkan serangan batuk, pilek sebanyak tiga sampai enam kali per tahun. Dari
cenderung lebih besar dari pada di desa. Hal ini mungkin disebabkan oleh tingkat
kepadatan tempat tinggal dan pencemaran lingkungan di kota lebih tinggi dari pada di
Hasil SKRT tahun 1992 menunjukkan bahwa angka mortalitas pada bayi akibat
penyakit ispa menduduki urutan pertama (36%) dan angka mortalitas pada balita
menduduki urutan kedua (13%). Di Jawa Tengah pada tahun 1999 penyakit ISPA selalu
(Widoyono, 2008)
1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada
3. Bukan Pneumonia: ditandai secara kilinis oleh batuk pilek, bias disertai demam,
tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, Faringitis
klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi ini di bedakan untuk golongan umur dibawah 2
bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun. Untuk golongan umur kurang 2
a. Pneumonia berada: di isolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada
bagian bawah dan napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2
b. Bukan Pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat
Menurut Ramaliah (2004), Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun Ada 3
1) Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada
bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saaat diperiksa
2) Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2-12
bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1- 4 tahun adalah 40
3) Bukan Pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada
Tanda dan gejala yang dapat diambil pada penderita penyakit ISPA yaitu:
rhinitis, nyeri tenggorokan, batuk-batuk dengan dahak putih kental, nyeri retrosternal
dan konjungtivis, suhu badan meningkat 4-7 hari, disertai malaise, mialgia, nyeri
kepala, anoreksia, mual, muntah, insomnia, dan kadang-kadang dapat juga terjadi diare
Salah satu penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah
tercemar, bibit penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernapasan oleh karena itu
penyakit ISPA ini termasuk golongan Air Borne Disease. Adanya bibit penyakit di
udara umumnya berbentuk aerosol yakni suatu suspense yang melayang di udara,
seluruhnya dapat berupa bibit penyakit atau hanya sebagian dari padanya. Adapun
bentuk aerosol dari penyebab penyakit tersebut ada 2, yakni Droplet Nuclei (sisa dari
sekresi saluran pernapasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan melayang di
udara) dan Dust (campuran antara bibit penyakit yang melayang di udara). Penularan
melalui udara adalah cara penularan yang terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun
Menurut Alsagaff dan Mukty (2010), diagnosis ISPA oleh karena virus dapat
ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium terhadap jasad renik itu sendiri. Ada tiga
1. Biakan virus
Bahan berasal dari secret hidung atau hapusan dinding belakang faring
kemudian dikirim dalam media Gelatin, Lactalbumine dan Ekstrak Yeast (GLY) dalam
suhu 40C. Untuk enterovirus dan adenovirus selain bahan diambil dari dua tempat
tersebut dapat juga diambil dari tinja dan hapusan rectum. Untuk pembiakan
Albumin (TSB).
2. Reaksi serologis
ELISA.
Selain dari ketiga cara di atas, dapat juga dilakukan cara yang lebih sederhana
walupun tidak khas yaitu pemeriksaan darah tepi, jumlah leukosit dan hitung jenis.
Jarang sekali terjadi leukositosis yang paling sering jumlah leukoit normal atau rendah.
Bila terjadi leucopenia, berarti ada gamban arklinik yang berat. Pada hitungan jenis
dapat dijumpai eosinofilia, limfopenia dan netrofilia. Beberapa infeksi dengan bacteria
Leukositosis dengan peningkatan sel PMN didalam darah maupun sputum menandakan
Ada beberapa cara pengobatan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yaitu
sebagai berikut :
rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain
yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein, dekstrometorfan, dan
c. Dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya
dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcus dan halus diberi
2. Immunisasi
Ditinjau dari segi ilmu kesehatan lingkungan, penyakit terjadi karena adanya
perumahan sangat berpengaruh pada terjadinya ISPA dan tersebarnya ISPA. Penyakit
ISPA masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama. Hal ini
disebabkan masih tingginya angka kejadian penyakit ISPA terutama pada anak balita.
Penyakit ISPA masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia, prevalensi ISPA
di Indonesia pada tahun 2013 adalah 25%, tidak jauh berbeda dengan prevalensi pada
tahun 2007 sebesar 25,5%. Prevalensi ISPA yang tertinggi terjadi pada kelompok umur
1-4 tahun sebesar 25,8% dan <1 tahun sebesar 22,0% (Riskesdas, 2013) Sedangkan
menurut provinsi, periode prevalensi Sulawesi Utara yaitu 24,7% (Kemenkes, 2013).
Sanitasi rumah secara fisik yang memiliki hubungan dengan kejadian ISPA pada balita
meliputi kepadatan penghuni, ventilasi, dan penerangan alami hubungan antara penyakit
dengan tempat menunjukan adanya faktor yang mempunyai arti yang penting sebagai
dependen adalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Variabel independen kondisi
fisik dalam rumah, dan sumber pencemaran udara dalam rumah, Kondisi tersebut
teori faktor yang mempengaruhi kejadian ISPA Damage (2009), Simanjuntak (2007),
dan Marni (2014). Status kesehatan masyarakat dipegaruhi oleh 3 faktor yaitu induk
orang (host), agen penyakit (agent), dan lingkungan (enviroment). Ketiga faktor
tersebut akan menimbulkan hasil positif dan negatif hasil interaksi akan menimbulkan
FAKTOR
LINGKUNGAN
1. Ventilasi
KEJADIAN ISPA 2. Jendela FAKTOR IKLIM
1. Host 3. Dinding rumah 1. Suhu.
2. Agent 4. Lantai 2. Cura hujan.
3. Enviroment 5. Langit - langit 3. Kelembaban
Sumber: Modifikasi kerangka teoritis faktor, yang mempengaruhi kejadian ISPA Marni
(2014) (Damage 2009), Simanjuntak (2007).
dependen adalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Variabel independen adalah
kondisi fisik dalam rumah, dan sumber pencemaran udara dalam rumah, Kondisi
akut (ISPA). Berdasarkan kerangka konsep dan keterbatasan data yang ada, maka
Keterangan :
Tahun 2021).
Tahun 2021).
Tahun 2021, dan suatu pendekatan yang bersifat sesaat pada waktu dan tidak
Tahun 2021.
3.3.1. Populasi
20
21
3.3.2. Sampel
Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna Tahun 2021, Dimana pada setiap kepala
keluarga (KK) memiliki peluang yang sama untuk menjadi responden atau
dengan rancangan Cross Sectionaal Study, dengan rumus Taro Yamane yang
N
n=
1+ N ( d 2)
Keterangan :
N = Besar Populasi
n = Besar Sampel
d = Tingkat kepercayaan atau ketetapan yang diinginkan (10%)
n = 150
1+150 (0,12)
= 150
1+150 (0,01)
= 150
2,50
= 60 responden
22
kondisi lingkungan dalam rumah yaitu kondisi fisik rumah seperti ventilasi,
dalam rumah seperti adanya anggota keluarga yang merokok dalam rumah, dan
sebagai berikut:
1. Kejadian ISPA
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan akut yang meliputi infeksi pada saluran
Kondisi fisik rumah meliputi, ventiasi, jendela, dinding rumah, lantai, langit-langit
Sumber pencemaran udara dalam rumah dalam penelitian ini adalah keberadaan
asap rokok dalam rumah, penggunaan bahan bakar untuk memasak dari
keluarga yaitu:
b. Tidak ada : Bila tidak ada sumber pencemaran udara seperti merokok
1. Data Primer
tentang kondisi lingkungan dalam rumah serta kejadian penyakit ISPA pada
2. Data Sekunder
(dokumentasi) dari instansi yang terkait berupa data yang di ambil dari data
3.8.1.Pengolahan Data
data.
4. Tabulating, yaitu mengelompokkan data sesuai variabel yang akan diteliti agar
(Notoatmodjo, 2003).
lingkungan fisik dalam rumah dan pencemaran udara dalam rumah dengan
1. Analisis Univariat
2. Analisis Bivariat
menggunakan program komputer. Adapun uji statistic yang digunakan adalah uji
veriabel bebas dan variabel terikat. Berikut prosedur kerja dalam teknik
penyajian data :
Setiap responden dalam penelitian ini akan dimintai persetujuan dengan mengisi
lembar informend consent yang berisikan tujuan, manfaat, dan kejelasan tentang
kerahasiaan subyek.
3. Pengisian lembar master tabel observasi, untuk pengukuran luas lantai dan
4. Dokumentasi yaitu sejumlah data data atau informasi dari observasi dilapangan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
dari utara ke selatan di antara 4.49° – 4.50° Lintang Selatan dan membentang dari barat
sebagai berikut:
Kecamatan Kabangka yang di fungsikan sejak tahun 1990, berada di desa Lakandito
Kecamatan Kabangka dengan jarak +_40 km dari ibu kota Kabupaten Muna. Pada
Bulan Maret tahun 2013 Wilayah Kerja dibagi menjadi 2 Puskesmas yaitu Puskesmas
27
28
1. Desa Lakandito
2. Desa Lupia
3. Desa Wataliku
pada garis lintang 4006’ sampai 5015’ Lintang Selatan dan 12208’ Bujur Timur sampai
sebagai berikut:
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Wakobalu Agung dan Desa Wansugi
Kecamatan Kabangka
29
total sampel sebanyak 60 KK. Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan, maka
1. Jenis kelamin
Jenis kelamin yaitu suatu hal yang mengacu pada perbedaan biologis
antara perempuan dan laki-laki. Perbedaan secara biologis ini dibawa sejak lahir
dan tidak bisa diubah. Adapun distribusi jenis kelamin dapat dilihat pada tabel
berikut:
19 orang (31,7%).
2. Umur
keberadaan suatu mahluk, baik yang hidup maupun yang mati, yang diukur sejak
30
dia lahir hingga waktu umur itu dihitung. Distribusi responden menurut
jumlah responden 21 (35,0%) dan yang paling sedikit adalah kelompok umur
3. Pekerjaan
yang dilakukan oleh manusia, pekerjaan digunakan untuk sebuah tugas atau
kerja yang menghasilkan sebuah karya bernilai imbalan dalam bentuk uang
Jumlah
No. Pekerjaan Presentase (%)
(n)
1. Bidan 2 3.3
2. Honorer 2 3.3
3. Ibu rumah tangga 17 28.3
4. Pedagang 4 6.7
5. Pensiun 4 6.7
6. Perawat 2 3.3
7. Petani 7 11.7
8. Pns 17 28.3
9. Wiraswasta 5 8.3
Total 60 100
Sumber: Data Primer, 2021
pekerjaan responden yang paling banyak adalah PNS dan Ibu rumah tangga.
PNS dengan jumlah 17 responden (28,3%) dan Ibu rumah tangga sebanyak 17
responden (28,3%) serta jenis pekerjaan yang paling sedikit adalah Honorer,
(3,35).
4. Pendidikan terakhir
jumlah 24 responden (40,0%) dan yang paling sedikit adalah tingkat pendidikan
dengan adanya batuk, pilek, serak, demam, baik di sertai maupun tidak disertai
sesak napas cepat atau sesak napas, yang berlangsung selama 14 hari atau
responden (70,0%) yang menderita ISPA dan 18 responden (30,0%) yang tidak
menderita ISPA.
lingungan dalam rumah pada masyarakat dapat dilihat pada tabel berikut:
(3,3%).
34
yang mempengaruhi kualitas udara dalam rumah dari berbagai sumber, baik
sumber pencemaran udara dalam rumah pada masyarakat dapat dilihat pada
tabel berikut:
responden (26,7%) yang ada sumber pencemaran udara dalam rumah dan 44
responden (73,3%) yang tidak ada sumber pencemaran udara dalam rumah.
kesehatan yang optimal pula. Kondisi lingkungan dalam rumah penelitian ini
dihubungkan dengan penderita ISPA pada responden, hal ini dapat dilihat pada
tabel berikut:
Kejadian ISPA
Kondisi
Tidak
Lingkungan Menderita Total
No
Dalam ISPA
Menderita ρvalue
ISPA
Rumah
N % n % n %
Memenuhi
1. 43 72,9% 16 27,1% 59 100,0%
Syarat
0,283
Tidak
2. Memenuhi 0 0% 1 100% 1 100,0%
Syarat
Total 43 71,7% 17 28,3% 60 100%
penderita ISPA sebesar 72,9% dan yang tidak menderita ISPA sebesar 27,1%.
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square pada tingkat
ada hubungan antara kondisi lingkungan dalam rumah dengan penderita ISPA
mempengaruhi kualitas udara dalam rumah dari berbagai sumber, baik sumber
penelitian ini dikategorikan memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat yang
kemudian dihubungkan dengan penderita ISPA pada responden, hal ini dapat
Penderita ISPA
Sumber
Tidak
Pencemaran Menderita Total
No
Udara Dalam ISPA
Menderita ρvalue
ISPA
Rumah
n % n % n %
udara dalam rumah yang ada sumber pencemarannya yang berhubungan dengan
penderita ISPA sebesar 87,5% dan yang tidak menderita ISPA sebesar 12,5%.
Sedangkan responden yang mengatakan sumber pencemaran udara dalam rumah yang
tidak ada pencemarannya yang berhubungan dengan penderita ISPA sebesar 65,9% dan
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square pada tingkat kepercayaan
95% atau α = 0,05 didapatkan nilai p = 0,090(P Value<α) sehingga tidak ada hubungan
37
antara sumber pencemaran udara dalam rumah dengan penderita ISPA pada masyarakat
4.4 Pembahasan
Salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit ISPA yaitu kondisi
lingkungan dalam rumah yang meliputi kondisi fisik rumah, seperti ventilasi, jendela,
Ventilasi merupakan tempat pergantian udara dalam rumah dengan udara segar
dalam jumlah yang sesuai kebutuhan. Dampak ventilasi yang tidak memenuhi syarat
rumah responden (60 KK) Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna, rumah responden
tidak memiliki ventilasi sebanyak 20 KK dan ada juga yang memiliki ventilasi sebanyak
40 KK.
Rumah yang tidak memiliki jendela ataupun rumah yang memiliki jendela tetapi
tidak pernah di buka dapat menyebabkan udara tercemar jika tidak dapat keluar.
Pencemaran udara yang sering terjadi yaitu karbon monoksida, apabila dalam jumlah
yang besar dapat menyebabkan gangguan pada saluran pernapasan. Saat observasi
penelitian di rumah responden (60 KK) Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna, rumah
responden tidak memiliki jendela rumah sebanyak 2 KK dan memiliki jendela sebanyak
58 KK.
38
Dinding rumah memiliki fungsi untuk melindungi penghuni dari panas matahari,
angin, hujan dari luar lingkungan juga sebagai penyangga atap. Penggunaan dinding
yang tidak baik akan menimbulkan keadaan buruk bagi kesehatan penghuni rumah.
Dinding rumah sebaiknya terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, dan tahan terhadap
api seperti memakai batu bata dan tembok dinding yang terbuat dari bahan kayu atau
bambu cukup baik karena tahan terhadap segala cuaca namun bila kontruksinya tidak
bagus dapat menimbulkan penyakit. Saat observasi penelitian rumah responden (60 KK)
rumah yang kurang baik atau melapuk sebanyak 2 KK dan ada juga yang memiliki
Lantai adalah salah satu bagian dalam rumah yang merupakan elemen penting
sebagai landasan bangunan antara dinding dan pondasi. Lantai berfungsi sebagai
penerima beban, baik benda mati ataupun benda hidup,serta tempat berlangsungnya
aktivitas dalam rumah. Saat observasi penelitian rumah responden (60 KK) Kecamatan
Kabangka Kabupaten Muna, rumah responden tidak memiliki lantai yang kurang baik
atau terbuat dari kayu sebanyak 1 KK dan ada juga yang memiliki lantai sebanyak 59
KK.
Langit-langit merupakan pelindung rumah dari rangka atap, serta mencegah cuaca
panas. Saat observasi penelitian rumah responden (60 KK) Kecamatan Kabangka
Dengan kondisi lingkungan dalam rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan
tentang kondisi lingkungan dalam rumah yang baik dan memenuhi syarat kesehatan
memiliki kondisi lingkungan dalam rumah yang tidak memenuhi syarat berhubungan
lingkungan dalam rumah yang memenuhi syarat tidak berhubungan dengan penderita
penyakit ISPA.
penghuninya dalam rumah seperti adanya penggunaan bahan bakar kayu atau arang
untuk memasak, adanya anggota keluarga yang merorok. Udara yang bersih sangat
dibutuhkan oleh manusia, normalnya manusia setiap detik selama hidupnya akan
tanpa adanya udara lebih dari tiga menit. Karena udara berbentuk gas, maka terdapat
Penggunaan bahan bakar seperti kayu atau arang dapat menyebabkan resiko
terjadinya pencemaran udara dalam rumah, yang mana dapat terjadi sumber pencemaran
kimia seperti SO2, NO2, CO dan CO2, yang bisa meningkatkan resiko terjadinya ISPA.
Saat observasi penelitian rumah responden (60 KK) Kecamatan Kabangka Kabupaten
dalam asap rokok dapat menyebabkan kanker paru-paru. Perokok pasif mempunyai
resiko lebih besar terkena ganggunan saluran pernapasan dengan gejala sesak napas,
batuk dan lendir berlebihan. Saat observasi penelitian rumah responden (60 KK)
Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna, didalam rumah responden yang tidak merokok
rumahnya terdapat pencemaran udara, dimana pencemaran udara tersebut berasal dari
bahan bakar kayu atau arang untuk memasak dan aktivitas merokok yang sering
sumber pencemaran udara dalam rumah dengan kejadian penyakit ISPA di Kecamatan
Kabangka Kabupaten Muna, bahwa responden yang ada sumber pencemaran udara
dalam rumah lebih besar dibandingkan dengan penderita ISPA. Sedangkan responden
41
yang mengatakan tidak ada sumber pencemaran udara dalam rumah lebih kecil
Hal ini tidak didukung oleh oleh penelitian Mansyur (2007) yang menyatakan
bahwa orang biasa memasak menggunakan bahan bakar yang megeluarkan asap seperti
kayu bakar sering mengalami masalah kesehatan seperti flu, batuk, radang saluran
pernapasan dan radang paru. Kebiasaan anggota keluarga merokok (perokok aktif) di
dalam rumah memberikan pengaruh pada anggota keluarga lainya yang tidak merokok
atau sering disebut perokok pasif. Asap rokok sangat berbahaya bagi kesehatan
khususnya terhadap anak karena bahan-bahan toksik yang terkandung dalam rokok.
42
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
bahwa:
5.2 Saran
1. Agar kondisi dalam rumah lebih di perhatikan lagi, seperti kondisi ventilasi,
rumah yang tidak baik atau tidak memenuhi syarat rumah sehat akan jadi
42
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaff, Hood, Mukty, A. (2010). Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru (1st Ed.). Surabaya:
Airlangga University Press.
Ayres Jg. (2011). The Environment And Health Committee Of The European
Respiratory Society. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 7, 14.
Anonymous. (2009), Rumah Sehat Dalam Lingkungan Sehat, Dinas Cipta Karya.
Departemen Pekerjaan Umum RI. Jakarta.
Arief, (2013), Hubungan Kondisi Rumah Dengan Kejadian Penyakit ISPA Di Desa
Bambang Timur Kecamatan Bambang Kabupaten Mamasa. Skripsi.
Universitas Di Ponegoro. Semarang.
Depkes RI, (2006) . Pedoman Pengendalian Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut
Untuk Penanggulangan Pheunomia Pada Balita. Jakatra
Dewi, (2012). Hubungan Fisik Rumah Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Wilayah
Kerja Puskesmas Gayamsari Kota Semarang. Universitas Diponegoro.
Semarang.
Dinkes Kabupaten Muna. (2018). Profil Kesehatan Kabupaten Muna. Raha.
Ditjen Pp & Pl. (2004). Kajian Riset dan Operasional Intensifikasi Pemberantasan
Penyakit Menular Tahun 1998/1999-2003.
Haris, A. Muchar.,Rita, (2012). Asap Rokok Sebagai Bahan Pencemar Dalam Ruangan,
CDK-189,39,1:17-19.
Komisi WHO Mengenai Kesehatan Dan Lingkungan. (2001). Planet Kita Kesehatan
Kita. Kusnanto H(Editor).Yokyakarta : Gajah Mada University Press,P. 279.
Mas Yuhda, 2003. Kondisi Rumah Dengan Kejadian Penyakit Ispa Pada Balita.
Skripsi, Universitas Di Ponegoro. Semarang.
Notoadmojo, S. (2005). Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi. Jakarta: Rinepka Cipta.
Oktaviani, (2009). Hubungan Sanitasi Fisik Rumah Dengan Kejadian Infeksi Saluran
Pernapasan Atas (Ispa) Pada Balita Di Desa Cepogo Kecamatan Cepogo
Kabupaten Boyolali. FKM. UMS.
WHO. (2017). Penanganan Ispa Pada Anak Di Rumah Sakit Kecil Negara
Berkembang.
WHO. (2018). Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Ispa) Yang Cenderung Epidemi dan
Pandemi Pencegahan dan Pengendalian Ispa Di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan ;Pp. 5-6
Widoyono. (2008). Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan Dan
Pengobatan . Bandung : Egc.
I. Identitas Responden
1. Nama :
2. Jenis kelamin :
3. Desa :
4. Umur :
5. Pendidikan KK :
6. Pekerjaan KK :
LAMPIRAN
Dokumentasi Penelitian
Gambar 1 : Wawancara terhadap responden
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value Df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 2.572a 1 .109
Continuity
.235 1 .628
Correctionb
Likelihood Ratio 2.566 1 .109
Fisher's Exact Test .283 .283
N of Valid Casesb 60
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is .28.
b. Computed only for a 2x2 table
KATEGORI SUMBER PENCEMARAN UDARA DALAM RUMAH DAN
KATEGORI PENDERITA ISPA
KATEGORI
PENDERITA ISPA
Tidak
Menderita Menderita Total
KATEGORI Ada Count 14 2 16
SUMBER % within Kategori
PENCEMARAN Sumber
UDARA 87.5% 12.5% 100.0%
Pencemaran Udara
DALAM Dalam Rumah
RUMAH
Tidak Count 29 15 44
Ada % within Kategori
Sumber
65.9% 34.1% 100.0%
Pencemaran Udara
Dalam Rumah
Total Count 43 17 60
% within Kategori
Sumber
71.7% 28.3% 100.0%
Pencemaran Udara
Dalam Rumah
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value Df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 2.694a 1 .101
Continuity
1.735 1 .188
Correctionb
Likelihood Ratio 3.008 1 .083
Fisher's Exact Test .120 .090
N of Valid Casesb 60
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
4.53.
b. Computed only for a 2x2 table
FREKUENSI
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Memenuhi Syarat 60 100.0 100.0 100.0
JENIS KELAMIN
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Laki-Laki 19 31.7 31.7 31.7
Perempuan 41 68.3 68.3 100.0
Total 60 100.0 100.0
UMUR
PEKERJAAN