PROBLEMATIKANYA DI INDONESIA
Ummi Maimunah
WHD 2020
FK Unair/ RSUD Dr Soetomo
Gambar 1. Persentase hasil pemeriksaan Anti-HCV berdasarkan kelompok
umur Riskesdas Balitbangkes Tahun 2013
Gambar 2. Distribusi jumlah pemeriksaan dan kasus
hepatitis C berdasarkan provinsi tahun 2012 Hasil
surveilans Hepatitis C oleh Dirjen P2PL
1
Prevalensi Infeksi VHC di Indonesia
2,5
35 %
30,94
30,16
30
25
20
15,56
15
12,27
10
7,52
4,51
5 3,2
0,26 0,89
0,12
0
Riskesdas 2007, Riskesdas 2013 0-9 10-19 20-29 30-39 40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-99
VIROLOGI DAN PERJALANAN PENYAKIT HEPATITIS C
Virus Hepatitis C
Virus hepatitis C adalah virus RNA dari keluarga Flaviviridae.
Genom VHC terdiri dari protein struktural (C, E1 dan E2) dan
protein non-struktural (NS1, NS2, NS3, NS4A, NS4B, NS5A dan
NS5B)
Transmisi VHC terutama melalui paparan media darah dan cairan tubuh
Risiko terinfeksi virus hepatitis C di kalangan tenaga medis akibat tertusuk jarum
sebesar 3-10%.
Prevalensi transmisi perinatal dari ibu yang tertular hepatitis C ke bayi adalah sebesar
5%.7
Data faktor risiko dari hasil surveilans oleh Direktorat Jenderal Pengendalian dan Penyehatan
Lingkungan (Ditjen P2PL) pada tahun 2007-2012 dapat dilihat dalam gambar 4.
20% 80%
15 – 20 tahun
~20%
Sirosis Sirosis berat
~75%
1-4%
Sirosis per tahun
ringan HCC
Kematian
Diagnosis hepatitis C kronik dapat ditegakkan apabila anti-HCV dan HCV
RNA tetap terdeteksi lebih dari 6 bulan sejak terinfeksi disertai dengan
gejala-gejala penyakit hati kronik. 1,13
Pemeriksaan laboratorium harus dilakukan untuk menilai fungsi hati antara lain
pemeriksaan kadar alanine aminotransferase (ALT), aspartate aminotransferase
(AST), gamma-glutamyl transpeptidase (GGT), alkali fosfatase, bilirubin, waktu
protrombin, albumin, globulin dan darah perifer lengkap.1
Biopsi hati merupakan baku emas untuk menilai derajat nekroinflamasi (grading)
dan fibrosis (staging) hati. Menilai derajat fibrosis hati pada infeksi hepatitis C kronik
penting dalam membuat keputusan untuk memulai terapi antivirus dan juga
menentukan prognosis.
Siklus Hidup Virus Hepatitis C
Velpatasvir
SIKLUS HIDUP VHC Daclatasvir
Ledipasvir
Asunaprevir Elbasvir
Danoprevir
“…asvirs“
Grazoprevir
MK-5172 NS5A Inhibitors
Sovaprevir
“…buvirs“
Elbasvir/grazoprevir Zepatier
TERAPI DAA: TANPA SIROSIS
12**
1 12 24-48* ? 12 12 12
16 (+RBV)***
12
2 12 - 12 12 12 - - 12
3 Response 12 - 24 - 12 - - 12
guided
12
4 12 24-48* ? 12 12 12
16 (+RBV)***
12
5 12 - ? 12 12 - - 12
6 12 - ? 12 12 - - 12
TERAPI DAA: SIROSIS KOMPENSATA
PegIFN, PegIFN
PegIFN, SOF, SOF/ SOF, SOF, ELB/ SOF/
GT RBV, RBV,
RBV RBV LED DAC SIM GRA VEL
SOF SIM
2 12 - 16-24 12 12 - - 12
24
3 12 - 24 - - - 12 (+RBV)
(+/- RBV)
12 (+RBV) 12 (+RBV)
5 12 - ? 24 (-RBV) 24 (-RBV)
- - 12
12 (+RBV) 12 (+RBV)
6 12 - ? 24 (-RBV) 24 (-RBV)
- - 12
Tabel 5. Beberapa Interaksi Penting DAA 20,21
CHC dengan Tbc
Rekomendasi
• Pasien dengan koinfeksi VHC-TB perlu
menyelesaikan terapi TB terlebih dahulu
sebelum memulai terapi VHC dengan
regimen DAA.
• Diperlukan monitor fungsi hati ketat terkait
hepatotoksisitas pada penggunaan OAT.
Follow up pasca terapi
Pasien yang mencapai SVR 12
– Tanpa sirosis /fibrosis berat tidak memerlukan
follow up
– Pasien dengan sirosis/fibrosis F3/F4 perlu USG
dengan atau tanpa AFP untuk surveilance KHP
setiap 6 bulan.
– Pasien dengan risiko terinfeksi ulang (Penderita
yang menjalani HD atau pengguna narkoba suntik,
promiskuitas dsb, harus dilakukan pemeriksaan
HCV RNA tiap 1 tahun
DAA Pada Pasien Hep C di RSDS
40,00%
30,00%
23,40%
20,00% 17,20%
14,10%
10,00%
0,00%
25-40 41-55 56-70 >70
Data distribusi karakteristik pasien
Evaluasi SVR 12
• Hasil SVR 12
3,20%
Detected (2 Pasien)
Nondetected (62 Pasien)
96,80%
Kesimpulan
• DAA merupakan back-bone untuk terapi
Hepatitis C Kronis
• Dengan tersedianya DAA maka pemakaian IFN
banyak ditinggalkan
• Pilihan regimen dan durasi terapi bergantung
pada status sirosis pasien.