Anda di halaman 1dari 9

Sejarah Uang Seribu Rupiah Kertas, dari 1952

Hingga Kini


  Uang seribu rupiah merupakan salah satu uang yang masih beredar dan berlaku secara
resmi di Indonesia. Tahun lalu, pecahan Rp1.000 ini kembali diwacanakan akan
disederhanakan atau mengalami redenominasi menjadi Rp1 pada tahun ini.

Namun rencana ini belum akan dilakukan dalam waktu dekat. Karena kondisi rupiah yang
belum stabil dan belum ditetapkannya undang-undang sebagai dasar hukum.
Redenominasi adalah penyederhanaan nilai mata uang tanpa mengubah nilai tukarnya. Jadi,
jumlah digit di uang yang selama ini kita gunakan akan berkurang, namun tidak akan
mengubah nilai daya beli, harga, atau nilai rupiah terhadap barang dan atau jasa. 

Efeknya, proses penghitungan uang akan jadi lebih cepat karena satuan “ribu” berupa tiga
angka nol di belakang satuan uang tidak akan digunakan.

Selain itu, ada efek psikologis dalam penggunaan uang akibat redenominasi ini karena
masyarakat lebih percaya terhadap mata uang rupiah karena terasa setara dengan negara
maju yang tidak menggunakan satuan “ribu” sebagai pecahan uang.

Uang seribu rupiah kertas memang kurang menarik dibandingkan nominal yang lebih besar.
Namun, satu miliar tidak akan genap jumlahnya jika kurang seribu rupiah. Di balik uang kertas
Rp1.000 yang kita gunakan, ada sejarah panjang yang menyertai perjalanan uang ini.

Sebelum redenominasi dilakukan setidaknya di tahun 2024 nanti, ada baiknya kita mengenal
satuan uang Rp1.000 yang selama ini beredar sebagai alat pembayaran yang sah melalui
artikel dari redaksi Ajaib berikut.

Uang Seribu Rupiah Tahun 1952

Rp1.000 kertas pertama kali diterbitkan tahun 1952 dan mengalami berbagai perubahan
hingga akhirnya terbit versi terbaru tahun 2016.

Rp1.000 tahun 1952 ini memiliki gambar depan kepala arca dan ular serta ditandatangani
Gubernur dan Direktur Bank Indonesia serta gambar belakang ukiran. Penerbit uang ini
adalah Johan Enschede en Zonen, dengan warna dominan hijau dan cokelat lumut.

Uang Seribu Rupiah Tahun 1957


Rp1.000 tahun emisi 1957 memiliki warna depan hijau dengan gambar depan gajah dan
gambar belakang nelayan, dilengkapi tanda air Pangeran Diponegoro.

Uang ini dicetak oleh Thomas De La Rue & Company, Ltd, pabrik percetakan keamanan
semacam uang, paspor, dan stempel pajak asal Inggris.

Uang Seribu Rupiah Tahun 1958

Selang setahun, Rp1.000 kembali terbit dan mulai memperkenalkan budaya Indonesia
sebagai gambarnya. Uang edisi ini memiliki gambar depan pengukir perak dari Minangkabau
Sumatera Barat dan gambar belakang Rumah Gadang dari Sumatera Barat juga.

Berbeda dengan seri sebelumnya, Rp1.000 tahun 1958 ini dicetak oleh PT Pertjetakan
Kebajoran.

Uang Seribu Rupiah Tahun 1959


Setahun kemudian, Rp1.000 kembali terbit dengan gambar depan bunga tanaman air dan
gambar belakang burung dilengkapi tanda air burung Garuda Pancasila. Uang ini kembali
dicetak oleh Thomas De La Rue & Company Ltd.

Uang Seribu Rupiah Tahun 1960

Uang seribu rupiah yang diterbitkan tahun 1960 ini memiliki gambar depan Soekarno,
gambar belakang penari Serimpi dari Jawa Tengah dan memiliki warna dominan hijau.
Dicetak oleh Thomas De La Rue & Company Ltd., pecahan ini memiliki tanda air Soekarno.

Uang Seribu Rupiah Tahun 1968


Uang Rp1.000 kembali diterbitkan tahun 1968 dengan gambar Jenderal Sudirman sebagai
Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat sebagai gambar depan dan gedung dan relief di
gambar belakang.

Uang ini kembali dicetak oleh Percetakan Negara Kebajoran dan menyertakan burung
Garuda Pancasila sebagai tanda air.

Uang Seribu Rupiah Tahun 1975

Uang Rp1.000 tahun 1975 dicetak oleh Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri),
yang merupakan hasil penggabungan Perusahaan Negara (PN) Arta Yasa dengan PN
Percetakan Kebayoran.

Uang ini memiliki gambar depan Pangeran Diponegoro, gambar belakang petani sedang
membajak sawah, punya warna dominan hijau dengan tanda air Gadjah Mada.

Uang Seribu Rupiah Tahun 1980


Sosok yang diabadikan sebagai gambar uang seribu keluaran tahun 1980 ini adalah Dr.
Raden Soetomo, pendiri Budi Utomo yang jadi organisasi pergerakan pertama di Indonesia.

Sedangkan gambar belakang dari uang ini adalah pemandangan Ngarai Sianok dari Sumatera
Barat dengan tanda air Pattimura.

Uang Seribu Rupiah Tahun 1987

Tujuh tahun kemudian, uang Rp1.000 kembali diterbitkan dengan gambar pahlawan dari
Sumatera Utara yaitu Sisingamaraja XII dan bangunan Keraton Yogyakarta sebagai gambar
belakang. Sultan Hasanuddin, pahlawan dari Sulawesi Selatan menjadi gambar tanda air.

Uang Seribu Rupiah Tahun 1992


Anak generasi 90-an pasti mengenal uang seribu tahun edar 1992 yang punya warna biru ini
karena gambar belakang tradisi Lompat Batu di Pulau Nias dan gambar depan Danau Toba.
Uang ini ditarik dari peredaran tahun 2006.

Uang Seribu Rupiah Tahun 2000

Uang Rp1.000 tahun 2000 dengan gambar Kapten Pattimura yang diterbitkan tahun 2000 ini
masih berlaku walau mulai sulit ditemukan. Memiliki warna dominan hijau, uang yang dicetak
Peruri ini memiliki gambar belakang Pulau Maitara dan Tidore di Maluku yang sangat indah.

Uang Seribu Rupiah Tahun 2016


Uang seribu rupiah tahun emisi 2016 dengan gambar Tjut Meutia sebagai gambar depan dan
Banda Neira & Tari Tifa sebagai gambar belakang ini adalah versi terbaru yang masih berlaku
hingga kini.

Uang ini sudah memiliki berbagai fitur seperti ultraviolet yang akan memunculkan berbagai
gambar-gambar identitas dengan berbagai pendaran warna. Uang ini juga sudah dilengkapi
fitur kode tunanetra untuk mempermudah kaum ini dalam mengenali pecahan uang.

Itu dia uang seribu rupiah yang pernah dan masih beredar di masyarakat sebagai alat
pembayaran yang sah. Walau beberapa dari uang di atas sudah tidak beredar lagi, bukan
berarti uang ini tidak bernilai.

Buktinya hingga kini masih banyak orang-orang yang menjadi kolektor uang lama dan
mendapatkan keuntungan dengan menjual uang lama ini pada kolektor lain untuk
mendapatkan keuntungan.

Investasi uang lama atau kerap disebut numismatik ini menggiurkan, apalagi bagi kolektor
yang hanya mengumpulkan uang berprospek cerah dalam kondisi sangat baik seperti
pecahan Rp5 tahun 1957, pecahan Rp5 tahun 1968, atau uang Rp5 tahun 1957 yang terus
mengalami kenaikan harga per tahunnya.

Apakah kamu tertarik untuk investasi di uang lama? Jika belum, mungkin kamu bisa mencoba
jenis investasi lainnya yang kini bisa dilakukan dengan memanfaatkan teknologi, yaitu
investasi reksa dana dan saham melalui Ajaib.

Anda mungkin juga menyukai