M E N G E N A L RUPIAH ii
Judul: Cinta Rupiah
Tahun Terbit: 2021
Penanggung Jawab
Marlison Hakim, Kepala Departemen Pengelolaan Uang
Imaduddin Sahabat, Kepala Grup Perizinan dan Pendukung PUR
Tim Penulis
Dr. A. Jajang W. Mahri, Drs., M.Si.
Dr. Herlan Firmansyah, S.Pd.,M.Pd.,M.E.
Momon Sudarma, S.Pd.,M.Si.
Tim Editor
Yuliansah Andrias, Deviana Anthony, Wahyu Tri Basuki,
Firda Mairani, Adila Luthfiana Idhar
Departemen Kebijakan Ekonomi & Moneter
Departemen Kebijakan Makro Prudensial
Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran
Departemen Pengembangan Pasar Keuangan
Departemen Pengembangan UMKM dan Perlindungan Konsumen
Departemen Hukum
Bank Indonesia Institute
Media Indonesia
Desain Grafis
Media Indonesia Publishing
iii C I N TA RUPIAH
Cinta Bangga Paham
Rupiah
untuk Indonesia,
dimulai dari
kita!
C I N TA RUPIAH iv
Latar Belakang
Uang Rupiah Kertas yang baru, harum, dengan permukaan licin, terasa begitu enak
dipandang dan membanggakan. Semua aspek uang Rupiah dikerjakan dengan hati-hati,
melewati tahapan demi tahapan dalam proses panjang, sebelum akhirnya diedarkan ke
masyarakat. Namun, seberapa lama uang itu bertahan dalam kondisi primanya?
Survei Bank Indonesia tentang perilaku masyarakat atas uang Rupiah menunjukkan
banyaknya masyarakat yang belum memperlakukan uang Rupiah dengan baik, seperti
mencoret, meremas, membasahi, melubangi, dan melipat. Akibatnya, tingkat pemusnahan
uang setiap tahunnya cukup tinggi. Uang yang beredar di masyarakat juga menjadi lebih
cepat lusuh sehingga usia edarnya menjadi lebih singkat.
Bank Indonesia juga mendapati fenomena perlakuan terhadap uang Rupiah yang
berbeda-beda antara pedagang di pasar, ibu rumah tangga, dan mahasiswa. Pedagang di
pasar umumnya menyimpan Rupiah dari pembeli di wadah tertentu, sebelum dihitung
pada akhir hari. Sementara ibu rumah tangga biasa menyimpan uang tidak lusuh di dalam
dompet. Namun saat terburu-buru atau bepergian tanpa dompet, uang biasa dimasukkan
ke dalam kantong pada pakaian. Sedangkan sebagian besar mahasiswa menyimpan uang,
lusuh maupun tidak lusuh, di dalam dompet panjang atau lipat.
Perlakuan kita terhadap Rupiah menentukan usia edar uang tersebut. Semakin kita
berhati-hati dan menjaga dengan baik, uang Rupiah akan bertahan lama, dan dapat dikenali
ciri-ciri keasliannya. Dengan begitu, kita turut serta meminimalisir peredaran uang palsu yang
merugikan negara.
Perlakuan kita terhadap Rupiah juga menjadi wujud penghormatan kita atas para
jasa pahlawan. Uang Rupiah Kertas memuat gambar pahlawan, kekayaan flora dan
fauna, budaya, serta pemandangan alam. Bukankah bangsa yang besar adalah bangsa
yang menghormati para pahlawannya?
Menjaga uang Rupiah juga berarti menjaga salah satu simbol kedaulatan bangsa
Indonesia. Tidak semua negara memiliki mata uang nasional sendiri. Karena itu, kita patut
berbangga. Uang Rupiah hadir sebagai kreativitas anak bangsa, lahir setahun setelah
kemerdekaan untuk menandai kemerdekaan Indonesia dalam bidang moneter, menjadikan
negeri ini berdaulat seutuhnya.
Selain merupakan amanah Undang-Undang, menggunakan Rupiah untuk setiap
transaksi di seluruh wilayah NKRI adalah bentuk dukungan kedaulatan Indonesia. Ini
berarti, setiap orang baik Warga Negara Indonesia maupun Warga Negara Asing, wajib
menggunakan uang Rupiah untuk setiap transaksi di seluruh wilayah NKRI, tunai maupun
v C I N TA RUPIAH
non tunai, bahkan sampai ke daerah terdepan, terluar, dan terpencil. Sebagai mata
uang tunggal, Rupiah menggambarkan kedaulatan NKRI dan persatuan kesatuan seluruh
wilayah Indonesia.
Peristiwa di masa lalu seharusnya tidak terjadi lagi, ketika Indonesia kehilangan
Sipadan dan Ligitan karena minimnya transaksi yang menggunakan Rupiah di daerah
tersebut. Bagaimanapun, sejak zaman dahulu, mata uang menjadi penanda kekuasaan
tertinggi di suatu wilayah.
Menggunakan Rupiah dalam setiap transaksi adalah aksi nyata perjuangan dan
nasionalisme bangsa Indonesia. Tanpa kebanggaan atas Rupiah, bagaimana bisa kita
menegakkan kedaulatan moneter di bumi pertiwi?
Sebagai alat pembayaran yang sah dalam perekonomian, Rupiah hadir untuk
mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia melalui fisik dan stabilitas
nilainya. Tak sekadar berfungsi sebagai alat transaksi, uang Rupiah juga merupakan alat
penyimpan nilai, sehingga menjadi salah satu pilihan masyarakat dalam menyimpan
kekayaan, selain tanah, rumah, dan benda berharga lainnya. Pada skala besar, masyarakat
yang gemar menyimpan uangnya dalam bentuk tabungan di bank akan mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional. Berbelanja bijak mengunakan Rupiah juga berarti menjaga
stabilitas Rupiah dan turut mengendalikan laju inflasi.
Karena itu, masyarakat yang memahami Rupiah akan bijak bertransaksi, berbelanja,
dan berinvestasi yang pada akhirnya akan mendukung kekuatan ekonomi negara. Pada
akhirnya, kekuatan ekonomi negara akan menjaga eksistensi serta kedaulatan Indonesia di
mata dunia Internasional.
Dalam rangka meningkatkan literasi masyarakat terhadap Rupiah, Bank Indonesia
menerbitkan modul Cinta Bangga Paham Rupiah, terdiri dari 3 seri, yaitu Cinta Rupiah,
Bangga Rupiah, dan Paham Rupiah.
Cinta Rupiah sama artinya dengan Mencintai Indonesia. Bangga Rupiah sama artinya
dengan Menjaga Kedaulatan Bangsa. Paham Rupiah sama artinya dengan mewujudkan
stabilitas dan kesejahteraan Negara. Cinta Bangga Paham Rupiah untuk Indonesia, dimulai
dari kita!
Modul Cinta Rupiah ini diharapkan dapat mengajak peserta sosialisasi lebih mencintai
Rupiah dengan mengenal Rupiah lebih dalam, serta mengetahui cara merawat dan
menjaga uang Rupiah dengan tepat.
C I N TA RUPIAH vi
Daftar Isi
Latar Belakang .............................................................................................................. v
1. PENDAHULUAN ......................................................................................................... 2
2. TUJUAN PEMBELAJARAN .......................................................................................... 2
3. MATERI PEMBELAJARAN ........................................................................................... 2
a. Story of Money: Rupiah dalam Sejarah ............................................................. 2
1) Sejarah Uang Rupiah ...................................................................................... 4
2) Dasar Penentuan Warna, Pecahan dan Ukuran ........................................... 6
3) Unsur Desain Rupiah ....................................................................................... 8
b. Karakteristik Rupiah ............................................................................................ 11
1) Macam-macam Uang Rupiah ......................................................................... 11
2) Ciri Umum Uang Rupiah ................................................................................. 11
3) Ciri Khusus Uang Rupiah ................................................................................. 12
c. Pembuatan/Pencetakan Uang ........................................................................... 13
1) Bahan Uang ...................................................................................................... 13
2) Tahapan Pembuatan/Pencetakan Uang Rupiah .......................................... 14
3) Peran Peruri dalam Percetakan ..................................................................... 16
4. PENDIDIKAN NILAI ..................................................................................................... 17
5. TINDAK LANJUT .......................................................................................................... 20
1. PENDAHULUAN ......................................................................................................... 20
2. TUJUAN PEMBELAJARAN .......................................................................................... 20
3. MATERI PEMBELAJARAN ........................................................................................... 21
a. Kualitas Uang Rupiah .......................................................................................... 21
1) Pengenalan Jenis Uang Rupiah ....................................................................... 21
2) Clean Money Policy ......................................................................................... 21
3) Strategi Bank Indonesia dalam Meningkatkan Kualitas Rupiah ................ 22
b. Peredaran Uang Rupiah .................................................................................... 23
1) Siklus Uang ....................................................................................................... 23
2) Proses Pengolahan Uang ................................................................................ 26
3) Tata Kelola Pemusnahan UTLE ....................................................................... 27
vii C I N TA RUPIAH
b. Strategi Merawat Kualitas Uang Rupiah .......................................................... 27
1) Langkah dan Cara Merawat Rupiah .............................................................. 27
2) Konsep Penanganan dan Penyimpanan Rupiah oleh Industri ................... 28
3) Risiko dan Dampak Penanganan Rupiah ...................................................... 28
4. PENDIDIKAN NILAI .................................................................................................... 29
5. TINDAK LANJUT ......................................................................................................... 31
1. PENDAHULUAN ......................................................................................................... 32
2. TUJUAN PEMBELAJARAN .......................................................................................... 33
3. MATERI PEMBELAJARAN .......................................................................................... 33
a. Unsur Pengaman Uang Rupiah ......................................................................... 34
1) Unsur Pengaman yang Terbuka (Overt/Level 1) .......................................... 52
2) Unsur Pengaman yang Semi Tertutup (SemiCovert/Level 2) .................... 72
3). Unsur pengaman tertutup (covert/level 3) ................................................. 72
b. Pelaporan dan Penanggulangan Uang Rupiah Palsu ...................................... 72
1) Mekanisme Pelaporan dan Klarifikasi Masyarakat ke Bank Indonesia ..... 72
2) Penanganan Uang Rupiah Palsu di Bank Indonesia .................................... 74
3) Risiko dan Dampak Peredaran Uang Rupiah Palsu ..................................... 76
c. Strategi Penanggulangan Uang Rupiah Palsu .................................................. 78
1) Peran Bank Indonesia dalam Pemberantasan Uang Rupiah Palsu ........... 78
2) Peran Badan Koordinasi Pemberantasan Rupiah Palsu (Botasupal) ......... 81
3) Teknologi Identifikasi Uang Palsu di Bank Indonesia dan Industri ........... 82
4. PENDIDIKAN NILAI .................................................................................................... 84
5. TINDAK LANJUT ......................................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 89
C I N TA RUPIAH viii
Bagian 1
Mengenal
Rupiah
i M E N G E N A L RUPIAH
1. PENDAHULUAN
Rasa Cinta Rupiah adalah sebuah modal awal bagi masyarakat untuk selalu
menggunakan Rupiah dalam kebutuhan transaksi hingga investasi, serta menjaga
Rupiah sebagai simbol kedaulatan Indonesia.
Rasa Cinta Rupiah dapat tumbuh apabila pengguna Rupiah mampu mengenali,
menjaga, dan merawat uang Rupiah. Dengan mengenali sejarah, karakteristik, dan proses
pembuatan Rupiah, kecintaan dan kebanggaan masyarakat terhadap Rupiah akan menguat
sehingga mencegah peredaran uang palsu.
Pembelajaran Mengenal Rupiah adalah bagian pertama dari Modul Cinta Rupiah, seri
pertama Cinta Bangga Paham (CBP) Rupiah yang diterbitkan Bank Indonesia. Modul ini
akan mengajak kita lebih mengenal Rupiah, sehingga bisa memperkuat kecintaan pada
Rupiah dan mendorong perilaku yang selaras dengan sikap tersebut. Aksi Cinta Rupiah
yang terwujud dalam tindakan nyata sehari-hari merupakan salah satu bentuk patriotisme
warga negara Indonesia.
2. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pembelajaran pada modul Mengenal Rupiah ini bertujuan agar masyarakat memiliki
pengetahuan dan pemahaman mengenai filosofi Rupiah, ciri-ciri umum dan khusus
Rupiah, serta mengetahui penanggulangan pemalsuan uang Rupiah. Melalui presentasi,
pengamatan, diskusi, dan pendekatan pemecahan masalah, peserta sosialisasi
diharapkan dapat:
a. mengenal sejarah uang;
b. mengenal karakteristik Rupiah; dan
c. mengenali proses pembuatan uang.
3. MATERI PEMBELAJARAN
a. Story of Money: Rupiah dalam Sejarah
Uang merupakan media atau alat pembayaran dalam sebuah transaksi. Karena
itu, keberadaan uang tidak terlepas dari perkembangan interaksi dan komunikasi
masyarakat. Saat masyarakat belum menggunakan uang, transaksi dilakukan dengan
M E N G E N A L RUPIAH 2
sistem barter. Sistem ini merupakan peristiwa antara dua pihak yang saling menukar
barang untuk memenuhi kebutuhan masing-masing. Namun sistem ini memiliki
sejumlah kekurangan.
Barter seringkali tidak terjadi karena sulitnya mencapai kesepakatan, baik
mengenai kebutuhan atas barang yang dibarter maupun nilai pertukarannya.
Misalnya, kita memiliki seekor hewan dan membutuhkan makanan. Sementara pada
saat yang bersamaan, pemilik makanan tidak membutuhkan seekor hewan, sehingga
barter tidak bisa terjadi. Situasi ini memunculkan kebutuhan akan alat penukar.
Masyarakat kemudian mulai menggunakan benda-benda sebagai alat tukar,
berbeda-beda antara satu masyarakat dengan masyarakat lain. Benda-benda yang
ditetapkan sebagai alat pertukaran itu adalah benda-benda yang diterima oleh umum
(generally accepted), bernilai tinggi, benda-benda yang sukar diperoleh, atau benda-
benda yang merupakan kebutuhan primer sehari-hari, seperti garam.
Namun, masyarakat masih saja kesulitan meskipun alat tukar sudah tersedia.
Benda-benda yang dijadikan alat tukar belum memiliki pecahan sehingga sulit
menentukan nilai uang. Masyarakat juga kesulitan melakukan penyimpanan (storage)
dan pengangkutan (transportation). Selain itu, benda-benda tersebut mudah hancur
atau tidak tahan lama.
Dari sejumlah kekurangan tersebut, uang logam hadir sebagai inovasi di masa
itu. Uang logam pertama sudah ada sejak 1000 SM di Tiongkok. Logam dipilih sebagai
alat tukar karena memiliki nilai tinggi sehingga digemari masyarakat umum. Selain itu,
logam bersifat tahan lama, tidak mudah rusak, mudah dipecah tanpa mengurangi nilai,
dan mudah untuk dipindah-pindahkan.
Logam yang memenuhi syarat untuk dijadikan alat tukar adalah emas dan
perak. Uang logam emas dan perak disebut sebagai uang penuh (full bodied money).
Artinya, nilai intrinsik (nilai bahan) uang sama dengan nilai nominalnya (nilai yang
tercantum pada mata uang tersebut). Pada saat itu, setiap orang berhak menempa
uang, melebur, menjual atau memakainya, serta memiliki hak tidak terbatas dalam
menyimpan uang logam.
Sejalan dengan perkembangan perekonomian, uang logam mulai dibutuhkan
dalam jumlah besar. Padahal ketersediaan logam emas dan perak sangat terbatas,
sehingga diciptakanlah uang kertas.
Uang kertas pertama kali dipakai di Tiongkok pada zaman Dinasti Tang. Awalnya,
uang kertas yang beredar merupakan bukti kepemilikan emas dan perak, sehingga
berfungsi sebagai alat atau perantara untuk melakukan transaksi. Bisa dibilang, uang
kertas pada saat itu merupakan uang yang dijamin 100 persen dengan emas atau
perak yang disimpan di pandai emas atau perak, dan sewaktu-waktu dapat ditukarkan
penuh dengan jaminannya.
3 M E N G E N A L RUPIAH
Pada perkembangan selanjutnya, masyarakat tidak lagi menggunakan emas
secara langsung sebagai alat pertukaran. Sebagai gantinya, mereka menjadikan kertas
bukti tersebut sebagai alat tukar. Penggunaan uang kertas sebagai alat tukar mampu
mengatasi masalah, termasuk kelemahan dari proses barter maupun penggunaan alat
tukar lainnya sebelum uang kertas.
1) Sejarah Uang Rupiah
Pada awal kemerdekaan, Indonesia masih menggunakan mata uang dari
Jepang. Ketika NICA dengan Sekutu menduduki kota-kota besar Indonesia dan
menguasai bank-bank Jepang, mereka mengedarkan Rupiah Jepang dari bank-
bank tersebut.
NICA menggunakan Rupiah Jepang untuk membiayai operasi militer
mereka, membayar gaji pegawai pribumi, dan mengedarkan uang tersebut ke
seluruh Indonesia guna menarik simpati masyarakat. NICA juga mengedarkan
uang Hindia Belanda baru yang dikenal sebagai uang NICA. Itu semua
memperparah kondisi keuangan Indonesia.
Pada 2 Oktober 1945, Pemerintah mengeluarkan maklumat yang
menyatakan bahwa mata uang NICA tidak berlaku lagi di wilayah Republik
Indonesia. Desakan untuk mencetak uang sendiri mulai bermunculan. Namun,
Pemerintah Indonesia tidak dapat segera mencetak mata uang sendiri akibat
keterbatasan dana dan tenaga ahli.
Untuk mengatasinya, berdasarkan Maklumat 3 Oktober 1945, mata uang
yang beredar sampai dengan masa pendudukan Jepang diakui sebagai alat
pembayaran yang sah di wilayah Indonesia. Selanjutnya, Pemerintah baru
mengedarkan ORI (Oeang Repoeblik Indonesia) pada 30 Oktober 1946.
Dalam keterbatasan transportasi dan ancaman keamanan pasca
kemerdekaan, ORI disebarluaskan secara gerilya. Namun karena situasi yang
sulit pasca Agresi Militer Belanda, distribusi ORI belum bisa menjangkau
seluruh wilayah Indonesia. Pada 1947, Pemerintah memberi mandat kepada
para pemimpin daerah untuk menerbitkan ORI-Daerah (ORIDA) yang berlaku
sementara di daerah masing-masing, antara lain di Banda Aceh, Tapanuli,
Sumatera, dan Banten.
Eksistensi ORI dan ORIDA tidak berlangsung lama. Terbentuknya Republik
Indonesia Serikat (RIS) sebagai salah satu hasil keputusan Konferensi Meja
Bundar (KMB) pada 27 Desember 1949 mewajibkan penggunaan uang RIS
mulai 1 Januari 1950.
Sejak itu, terdapat tiga jenis mata uang yang beredar, yaitu mata uang
peninggalan pemerintah kolonial Hindia Belanda yang dikeluarkan oleh De
Javasche Bank, mata uang yang digunakan ketika NICA (Belanda) berada di
M E N G E N A L RUPIAH 4
Uang Rupiah Logam yang Uang Rupiah Kertas
Rp masih berlaku Rp yang masih berlaku
Indonesia pasca-kemerdekaan atau selama masa revolusi fisik, serta ORI dan
ORIDA. Ketiganya bisa digunakan sebagai alat pembayaran dan beredar dalam
jumlah besar.
Akibatnya, jumlah uang yang beredar tidak sebanding dengan
ketersediaan barang. Harga barang-barang melambung memicu kenaikan
tingkat inflasi. Untuk mengatasi situasi tersebut, Menteri Keuangan RIS
Syafruddin Prawiranegara mengeluarkan kebijakan penyehatan keuangan
bernama Kebijakan Gunting Uang, yang juga dikenal dengan nama
“Gunting Syafruddin”.
Kebijakan ini dilakukan secara harfiah dengan menggunting uang. Bagian
kiri uang kertas diakui sebagai alat pembayaran yang sah dengan nilai setengah
dari nilai pecahan yang digunting. Sedangkan bagian kanan dapat ditukarkan
dengan Obligasi Republik Indonesia 1950. Kebijakan ini resmi diterapkan pada
10 Maret 1950, namun tidak berlaku pada ORI dan ORIDA. Mulai 1 Mei 1950,
ORI dan ORIDA ditarik secara resmi dari peredaran.
Ketika Indonesia kembali ke bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia
pada 17 Agustus 1950, ada kesempatan untuk menggunakan uang Rupiah.
Pada Desember 1951, De Javasche Bank dinasionalisasi menjadi Bank
Indonesia (BI) sebagai bank sentral. Pemerintah mengeluarkan uang Rupiah
Logam dalam periode 1951-1952. Koin bernilai 5 sen dan 1 sen itu berbentuk
bulat pipih menggunakan bahan aluminium.
Pada 1953, kewenangan menerbitkan Rupiah berpindah dari Kementerian
Keuangan ke Bank Indonesia. Untuk pertama kalinya, uang kertas Bank
Indonesia dengan tanda tahun 1952 beredar.
5 M E N G E N A L RUPIAH
Uang kertas tersebut disiapkan bersamaan dengan penyusunan Undang-
undang Bank Sentral dan dicetak di percetakan Thomas De La Rue & Co,
Inggris, serta percetakan Johan Enschede en Zonen, Imp., Belanda. Sementara
itu, NV Pertjetakan Kebajoran mencetak sebagian pecahan Rp10 dan Rp25.
Seri ini disusul dengan seri hewan, seri pekerja tangan, seri bunga dan burung,
serta seri tokoh nasional atau pahlawan.
Nama ‘Rupiah’ digunakan secara resmi pada periode setelah kemerdekaan,
kendati Indonesia sempat memiliki Rupiah Riau atau Rupiah Papua dalam
kurun tertentu pada era 1960-an. Pada masa–masa modern, kita bisa
menemukan berbagai jenis Rupiah, misalnya uang Rupiah khusus peringatan
dan uang Rupiah bersambung.
M E N G E N A L RUPIAH 6
memiliki paten teknologi tersebut antara lain berasal dari Jerman, Swiss, dan
Inggris.
Adapun warna dari beberapa uang logam dipengaruhi oleh bahan yang
digunakan, seperti nikel, aluminium, atau tembaga. Bahkan, beberapa uang
logam edisi spesial terbuat dari emas atau perak. Salah satunya uang logam
Rp850.000 yang dikeluarkan secara terbatas pada tahun 1995 dalam rangka
Peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia ke-50 Tahun.
Pasal 8
1. Bank Indonesia menetapkan bahan aluminium, aluminium bronze,
baku Uang Rupiah yang terdiri atas kupronikel, baja, atau bahan logam
Kertas Uang atau Logam Uang. lainnya.
2. Kertas Uang sebagaimana dimaksud 4. Bahan baku Uang Rupiah sebagaimana
pada ayat (1) dapat terbuat dari dimaksud pada ayat (1) mengutamakan
bahan kertas atau bahan lainnya. produk dalam negeri dengan menjaga
3. Logam Uang sebagaimana dimaksud mutu, keamanan, dan harga yang
pada ayat (1) dapat terbuat dari bersaing.
7 M E N G E N A L RUPIAH
bagi pengguna antara lain terdiri dari masyarakat, kasir, dan pengguna uang
lainnya.
Kedua, ukuran Rupiah harus menunjang pemrosesan melalui peralatan kas
(mesin sortasi uang, mesin hitung uang, kemasan uang), mesin Anjungan Tunai
Mandiri (ATM), vending machines (untuk uang logam). Sesuai best practice
beberapa negara, uang memiliki ukuran lebar dari 65 milimeter sampai dengan
80 milimeter, sedangkan panjang uang dari 140 milimeter sampai dengan 160
milimeter.
Ketiga, ukuran yang memudahkan masyarakat untuk dapat membedakan
pecahan uang. Sebagai contoh, uang kertas pecahan Rp100.000 Tahun
Emisi 2016 bergambar Soekarno-Hatta memiliki ukuran 151 x 65 milimeter,
menggunakan bahan dari serat kapas dengan warna merah. Sedangkan pada
pecahan Rp50.000 berwarna biru, memiliki ukuran 149 x 65 milimeter, terbuat
dari serat kapas, dengan gambar pahlawan Ir. H. Djuanda Kartawidjaja di bagian
depan.
Adapun uang logam pecahan Rp1.000 Tahun Emisi 2016 memiliki ukuran
diameter 24,10 milimeter; tebal 1,45 milimeter; berat 4,50 gram; terbuat dari
bahan nickel plated steel berwarna putih aluminium, dengan gambar utama
Mr. I Gusti Ketut Pudja pada bagian depan, dan tulisan denominasi pecahan
Rp1.000 pada bagian belakang.
Sedangkan pada uang logam pecahan Rp500 Tahun Emisi 2016 memiliki
ukuran diameter 27,2 milimeter; tebal 2,35 milimeter; berat 3,10 gram; terbuat
dari bahan aluminium berwarna putih aluminium, dengan gambar utama
Letjen TNI T.B. Simatupang pada bagian depan, serta tulisan denominasi
pecahan Rp500 pada bagian belakang.
M E N G E N A L RUPIAH 8
unsur pengaman yang sudah digunakan pada uang Rupiah.
2. Pemilihan warna menggunakan skema Munsell. Untuk pecahan dengan
angka depan sama, harus digunakan warna yang berbeda secara kontras.
Dalam penentuan warna ini, Bank Indonesia berkoordinasi dengan
Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri) selaku desainer uang.
3. Melakukan koordinasi dengan beberapa pihak, antara lain Kementerian
Sosial (Kemensos), Badan Koordinasi Pemberantasan Rupiah Palsu
(Botasupal), akademisi, sejarawan, seniman, dan numismatik. Koordinasi
dilakukan melalui forum group discussion (FGD) yang melibatkan seluruh
pemangku kepentingan tersebut.
4. Pembahasan mengenai efektivitas blind code pada uang Rupiah dan
evaluasi untuk pengembangannya, dikoordinasikan dengan Persatuan
Tunanetra Indonesia (Pertuni).
5. Pengambilan materi desain, bekerjasama dengan Peruri, Arsip Nasional
Republik Indonesia (ANRI), serta Kemensos.
6. Untuk proses perizinan penggunaan desain Pahlawan sebagai gambar
utama, Bank Indonesia bekerjasama bersama Kemensos dan ahli waris
yang bersangkutan.
7. Drafting konsep desain yang berkoordinasi dengan Peruri, Kemensos, dan
Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
8. Koordinasi internal Bank Indonesia melalui Komite Desain Bank Indonesia.
9. Melakukan high level meeting bersama Kemenkeu dalam rangka finalisasi
desain.
10. Mengajukan proof design untuk pandangan akhir dan persetujuan oleh
Gubernur Bank Indonesia.
9 M E N G E N A L RUPIAH
Secara umum, pada pengeluaran uang rupiah baru, Khususnya dalam hal
penyusunan desain, Bank Indonesia belum melibatkan publik
(masyarakat umum) secara menyeluruh
PENGAMBILAN
All Stakeholder MATERI DESAIN
Peruri, ANRI,
Kemensos
FGD
PROSES
DRAFTING PERIJINAN
KONSEP DESAIN
HIGH LEVEL
KOORDINASI
INTERNAL
Komite Desain BI Kemenkeu
PROOF OF DESIGN
Bank Indonesia
Dalam pendesainan uang,
Bank Indonesia berkoordinasi dengan
mitra strategis terkait pada setiap tahapan
M E N G E N A L RUPIAH 10
b. Karakteristik Rupiah
1) Macam-macam Uang Rupiah
Pemerintah Republik Indonesia melalui Bank Indonesia mengeluarkan dua
jenis uang Rupiah, yaitu uang Rupiah kertas atau lebih dikenal dengan sebutan
Rupiah Kertas, dan uang Rupiah logam atau sederhananya disebut Rupiah Logam.
Kertas uang adalah bahan untuk membuat Rupiah Kertas yang mengandung
unsur pengaman dan tahan lama. Sedangkan untuk membuat Rupiah Logam
digunakan bahan baku logam yang mengandung unsur pengaman dan tahan
lama. Bahan pembuatan uang Rupiah (kertas maupun logam) mengutamakan
produk dalam negeri dengan menjaga mutu, keamanan, dan harga bersaing, serta
ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Untuk mendeteksi ciri umum dan ciri khusus uang Rupiah, setiap warga negara
perlu memahami bagian depan dan belakang uang tersebut. Bagian depan Rupiah
antara lain memuat gambar utama dan gambar lambang negara Garuda Pancasila.
Bagian belakang memuat gambar dengan tema keindahan Indonesia, berupa
kebudayaan dan pemandangan alam.
Pada waktu-waktu tertentu, Bank Indonesia juga mengeluarkan uang Rupiah
khusus untuk tujuan tertentu atau untuk memperingati suatu peristiwa berskala
nasional maupun internasional. Uang Rupiah khusus ini bisa berbentuk Rupiah
Logam dan Rupiah Kertas dan memenuhi sejumlah kriteria.
Pertama, uang tersebut dikeluarkan secara khusus untuk tujuan tertentu atau
memperingati peristiwa berskala nasional maupun internasional. Kedua, uang
tersebut memiliki desain yang berbeda dengan desain uang Rupiah yang sudah
beredar. Ketiga, uang tersebut dapat memiliki nilai jual yang berbeda dengan nilai
nominalnya. Keempat, uang itu juga berlaku sebagai alat pembayaran yang sah.
Uang Rupiah khusus dapat berbentuk uang Rupiah Kertas bersambung, berupa
lembaran uang Rupiah Kertas yang terdiri dari 2 lembar (bilyet), 4 lembar (bilyet),
atau lebih, dan masih merupakan satu kesatuan.
11 M E N G E N A L RUPIAH
d. tanda tangan pihak Pemerintah dan Bank Indonesia;
e. nomor seri pecahan;
f. teks ”DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, NEGARA KESATUAN
REPUBLIK INDONESIA MENGELUARKAN RUPIAH SEBAGAI ALAT PEMBAYARAN
YANG SAH DENGAN NILAI …”; dan
g. tahun emisi dan tahun cetak.
Adapun ciri umum uang Rupiah Logam terdiri dari:
a. gambar lambang negara Garuda Pancasila;
b. frasa “Republik Indonesia”;
c. sebutan pecahan dalam angka sebagai nilai nominalnya; dan
d. tahun emisi.
Lambang Negara
Cetak intaglio Tahun emisi Garuda Pancasila
Gambar Frasa
saling isi “Negara
(Rectoverso) Kesatuan
Republik
Indonesia”
M E N G E N A L RUPIAH 12
pecahan Rp100.000 dan Rp50.000, benang pengaman akan berubah warna
apabila dilihat dari sudut pandang berbeda;
c. gambar tersembunyi (latent image), yaitu teknik cetak di mana terdapat tulisan
tersembunyi yang dapat dilihat dari sudut pandang tertentu;
d. cetak intaglio, yaitu hasil cetak berbentuk relief yang terasa kasar bila diraba.
Cetak intaglio terdapat pada angka nominal, huruf terbilang, tulisan Bank
Indonesia, gambar utama dan Lambang Negara Burung Garuda;
e. kode tunanetra (blind code), yaitu kode tertentu untuk mengenali jenis
pecahan bagi tunanetra. Pada umumnya, kode tunanetra terletak di bagian
muka uang di atas tulisan Bank Indonesia;
f. tanda air (watermark), yaitu suatu gambar tertentu pada bahan kertas uang
yang akan terlihat bila diterawang ke arah cahaya, umumnya berupa gambar
pahlawan; dan
g. gambar saling isi (rectoverso), yaitu hasil cetak pada bagian muka dan belakang
uang yang beradu tepat dan saling mengisi, menghasilkan gambar logo Bank
Indonesia secara utuh apabila diterawang ke arah cahaya.
Ciri pengaman yang bersifat semi tertutup (semi covert) adalah unsur pengaman
yang dapat dideteksi dengan menggunakan alat sederhana seperti kaca pembesar
dan lampu ultraviolet (UV). Unsur pengaman ini antara lain terlihat pada:
a. tulisan mikro (micro text), berupa tulisan berukuran sangat kecil yang hanya
dapat dibaca dengan menggunakan kaca pembesar;
b. tinta tidak tampak (invisible ink) berupa hasil cetak tidak kasat mata yang akan
memendar di bawah sinar ultraviolet;
c. tinta tampak (visible ink) berupa gambar tertentu yang dicetak dengan tinta
tampak dan akan terlihat terang apabila disinari lampu ultraviolet; dan
d. nomor seri, dibuat asimetris dan akan berubah warna dari merah menjadi
jingga dan hitam atau biru menjadi hijau apabila disinari lampu ultraviolet.
Adapun unsur pengaman bersifat tertutup (covert/forensic) adalah unsur
pengaman yang hanya dapat dideteksi dengan menggunakan media peralatan
laboratorium/forensik.
c. Pembuatan/Pencetakan Uang
1) Bahan Uang
Bahan baku uang Rupiah baik kertas maupun logam mengutamakan produk
dalam negeri dengan menjaga mutu, keamanan, dan harga yang bersaing. Bahan
baku ini ditetapkan oleh Bank Indonesia berdasarkan masukan dari benchmark
negara lain dan perkembangan teknologi terkini dari bahan uang.
13 M E N G E N A L RUPIAH
Uang Rupiah Kertas menggunakan bahan baku kertas, terbuat dari serat kapas
yang lentur dan tidak mudah sobek karena menyesuaikan dengan kondisi iklim
tropis Indonesia. Selain dari serat kapas, bahan Rupiah Kertas dapat terbuat dari
polimer, seperti uang Rupiah Kertas pecahan Rp100.000 Tahun Emisi 1999.
Sedangkan untuk uang Logam yang merupakan alat tukar nominal kecil di
Indonesia, sampai saat ini masih menggunakan bahan aluminium, aluminium
bronze, nikel-tembaga (cupronickel), perak, dan emas.
Uang Rupiah
Kertas
1 Tahap persiapan cetak yang merupakan langkah awal
dalam proses produksi uang kertas. Pada tahap ini,
dipersiapkan seluruh bahan-bahan penunjang proses cetak
Rp
uang kertas meliputi pelat cetak rata (offset), pelat cetak
dalam (intaglio), rol sablon, tinta dan beberapa sarana
pendukung lainnya. Setelah seluruh sarana pendukung
telah tersedia, maka dilanjutkan ke proses pencetakan.
Tahap pencetakan. Proses cetak uang kertas dibagi menjadi tiga tahapan yaitu
2 cetak offset, cetak intaglio, dan cetak nomor. Cetak offset merupakan proses
pencetakan untuk membentuk gambar latar belakang/warna dasar pada uang
kertas. Setelah itu, akan dilakukan teknik cetak intaglio pada lembar kertas untuk
gambar utama. Hasil cetak intaglio ini akan memberikan kesan kasar jika diraba.
Selanjutnya, dilakukan proses pemeriksaan atau verifikasi pada lembar kertas uang
untuk mengidentifikasi dan memilah hasil cetak uang kertas yang baik maupun
yang rusak, demi menjaga kualitas produk yang dihasilkan.
Lembar kertas uang yang lolos pemeriksaan dan dinyatakan berkualitas baik akan
dilanjutkan ke proses cetak nomor. Pada proses ini lembar kertas uang diberi nomor
seri pada setiap bilyet uang kertas. Nomor seri uang dibubuhkan pada dua lokasi
di salah satu sisi lembar uang kertas. Nomor seri setiap uang kertas terdiri dari
tiga digit huruf dan enam digit angka yang membentuk susunan nomor unik untuk
menghindari terjadinya uang kertas dengan nomor yang sama dalam satu masa edar.
Proses pemotongan lembar kertas uang. Lembar kertas uang yang berkualitas baik
3 dipotong agar sesuai dengan ukuran yang diharapkan. Setelah itu, pemeriksaan
final dilakukan dengan menggunakan mesin berteknologi tinggi yang dilengkapi
dengan beberapa kamera resolusi tinggi dan sensor untuk memastikan kualitas
uang kertas sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
M E N G E N A L RUPIAH 14
4 Pengemasan. Lembar kertas uang yang berkualitas baik dan siap edar dikemas
ke dalam dus sebelum diserahkan kepada Bank Indonesia.
Uang Rupiah Logam Produksi uang Rupiah Logam lebih sederhana dibandingkan
dengan produksi uang Rupiah Kertas. Proses pencetakan
uang logam hanya menggunakan sepasang acuan cetak
Rp logam terbuat dari baja yang telah dibuat relief pada bagian
permukaannya dengan menggunakan mesin engraving dan
heat treatment modern berteknologi nano. Acuan cetak logam
ini selanjutnya disebut dies. Dengan begitu, proses cetak dapat
berlangsung dalam kecepatan tinggi, dan mampu mencetak
bahan logam keras seperti bahan logam berbasis baja.
1 Proses dimulai dengan menyiapkan bahan uang logam berupa keping logam yang
berbentuk bundar (blank coin). Selanjutnya blank coin tersebut mengalami proses
pembentukan dua tepi/sisi (rimming) yaitu proses mengikis dan menekan bagian
tepi blank coin agar tiap koin memiliki dimensi ukuran diameter yang homogen,
sesuai persyaratan teknis pencetakan.
3 Keping logam uang yang telah diperiksa dan dinyatakan berkualitas baik
dilanjutkan ke proses penghitungan dan pengemasan dengan mesin
berteknologi tinggi. Mesin ini mempunyai tingkat akurasi dan presisi tinggi
sehingga bisa menghasilkan perhitungan dan pengemasan sesuai spesifikasi
yang telah ditetapkan.
15 M E N G E N A L RUPIAH
4 Pengemasan yang terdiri dari tiga tahapan kemasan, yaitu bungkus (wrapping),
dilanjutkan dengan kemasan dus, dan terakhir dimasukkan dalam kemasan
boks. Dalam pengerjaannya, pengemasan dilakukan menggunakan robot
otomatis. Mata uang yang sudah dihitung dan dikemas kemudian diserahkan
kepada Bank Indonesia sesuai dengan jadwal yang telah disepakati.
M E N G E N A L RUPIAH 16
Peran tersebut dalam rangka turut melaksanakan dan menunjang kebijakan
dan program Pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional dengan
menyelenggarakan usaha yang bertujuan untuk kemanfaatan umum.
Selain kegiatan tersebut, Perusahaan Umum Peruri dapat melakukan kegiatan
usaha dalam rangka optimalisasi pemanfaatan potensi sumber daya yang sudah
dimiliki dan/atau dikuasai Perusahaan sebagaimana ditetapkan oleh Menteri.
Dengan memperhatikan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2019, Perum
Peruri memiliki tugas utama untuk mencetak uang Republik Indonesia sesuai
pesanan dari Bank Indonesia. Dalam pencetakan uang kertas, Perum Peruri
menerapkan Standar Operasional Prosedur dengan tingkat keamanan tinggi
untuk menjamin keamanan dan kerahasiaan proses cetak uang, mulai dari proses
desain uang sampai dengan proses cetaknya hingga akhirnya menjadi uang
Rupiah Hasil Cetak Sempurna.
Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2019 menyatakan penugasan
kepada Perum Peruri untuk mencetak Mata Uang Rupiah guna memenuhi
kebutuhan sesuai permintaan Bank Indonesia. Apabila Perum Peruri menyatakan
tidak sanggup memenuhi pencetakan Mata Uang Rupiah yang disebabkan oleh
keadaan kahar (force majeure) dan bencana sosial, Perum Peruri dapat bekerja
sama dengan perusahaan lain yang ditunjuk melalui proses yang transparan dan
akuntabel serta menguntungkan negara, dengan berkonsultasi terlebih dahulu
kepada Menteri dan meminta persetujuan Bank Indonesia.
Selain penugasan tersebut di atas, Pemerintah memberikan penugasan
kepada Perum Peruri untuk membuat dokumen negara yang memiliki fitur
sekuriti berupa Dokumen Keimigrasian dan Benda Meterai guna memenuhi
kebutuhan sesuai permintaan instansi yang berwenang. Pembuatan dokumen
negara ini meliputi pembuatan desain, penyediaan seluruh bahan baku,
pembuatan dokumen negara dalam format cetakan dan/atau elektronik, serta
proses lain dalam pembuatan dokumen negara yang memiliki fitur sekuriti.
4. PENDIDIKAN NILAI
Mengenali uang Rupiah adalah upaya sadar untuk mengetahui sejarah, karakteristik,
dan proses pembuatan/pencetakan uang Rupiah. Desain uang Rupiah yang terus
berkembang dari waktu ke waktu, termasuk ciri umum dan ciri khusus yang merupakan
dokumen sejarah dan budaya bangsa Indonesia, sesungguhnya memuat nilai sejarah,
perjuangan, pengorbanan, dan juga kecintaan kita terhadap bangsa Indonesia
Dengan Mengenali Rupiah, rasa cinta terhadap uang Rupiah akan semakin
meningkat, disertai rasa tanggung jawab terhadap fungsi dan nilai Rupiah bagi masa
depan dan kesejahteraan bangsa Indonesia.
17 M E N G E N A L RUPIAH
Penilaian Pembelajaran
Pilih salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Yang dimaksud dengan “uang” dalam Undang Undang Nomor 7 Tahun 2011 adalah...
A. Lembaran kertas berharga
B. Uang digital
C. Uang yang dikeluarkan Negara
D. Alat pembayaran yang sah
E. Benda yang digunakan sebagai alat tukar
2. Sebutkan macam uang Rupiah Indonesia berdasarkan UU Nomor 7 Tahun 2011!
A. Uang Rupiah kertas, uang Rupiah logam
B. Uang Rupiah kertas, uang Rupiah logam, uang Rupiah khusus
C. Uang Rupiah cetak, uang Rupiah digital
D. Uang Rupiah asli, uang Rupiah palsu
E. Uang digital dan uang giral
3. Bagian depan uang Rupiah ditandai dengan...
A. Nomor seri uang Rupiah
B. Lambang negara
C. Frasa “Bank Indonesia”
D. Seni budaya Indonesia
E. Pemandangan alam
4. Untuk mengetahui mulai berlakunya Uang Rupiah tertentu dapat diketahui dari...
A. Tahun cetak
B. Tahun emisi
C. Lambang negara
D. Nominal uang
E. Nomor seri
5. Pada tahun berapakah Pemerintah menerbitkan Oeang Repoeblik Indonesia (ORI)?
A. 1950
B. 1949
C. 1947
D. 1948
E. 1946
6. Lembaga yang memiliki kewenangan untuk menetapkan desain dan ukuran uang
Rupiah adalah...
A. Presiden
B. DPR
C. Bank Indonesia
M E N G E N A L RUPIAH 18
D. MPR
E. Peruri
7. BUMN yang memiliki peran dalam pencetakan uang adalah...
A. Bank Indonesia
B. Perum Peruri
C. Perusahaan Swasta
D. Perusahaan Asing
E. Kantor Pos dan Giro
8. Tahapan Pengelolaan Uang yang membutuhkan koordinasi antara Bank Indonesia
dengan Pemerintah adalah...
A. Perencanaan
B. Pencetakan
C. Pengeluaran
D. Pengedaran
E. Pencabutan dan Penarikan
9. Pengenalan mengenai proses pembuatan/pencetakan uang Rupiah merupakan salah
satu pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan aspek...
A. Mengenali karakteristik uang Rupiah
B. Merawat uang Rupiah
C. Menjaga uang Rupiah
D. Menggunakan uang Rupiah
E. Memahami uang Rupiah
10. Seorang warga negara yang difabel pada aspek penglihatan tetap dapat mengenali
uang Rupiah dengan mendeteksi tanda uang Rupiah pada unsur pengaman:
A. Tanda air (watermark)
B. Tulisan mikro (micro text)
C. Gambar saling isi (rectoverso)
D. Benang pengaman (security thread)
E. Kode tunanetra (blind code)
Kunci Jawaban
No Jawaban No Jawaban
1 D 6 C
2 A 7 B
3 B 8 A
4 B 9 A
5 E 10 E
19 M E N G E N A L RUPIAH
5. TINDAK LANJUT
Berikut ini rekomendasi tindak lanjut setelah mengikuti kegiatan sosialisasi Cinta Rupiah.
1. Bila capaian pemahaman dan pengetahuan dalam sub modul Mengenali Rupiah ini
belum mencapai angka minimal 80%, diharapkan untuk melakukan pembelajaran dan
pengujian ulang.
2. Capaian pemahaman dan pengetahuan yang sudah mencapai minimal 80%, dapat
dijadikan pengetahuan dasar untuk melanjutkan pada bab selanjutnya.
3. Pemahaman akan menjadi buah yang manis apabila mampu dijadikan bekal untuk
meningkatkan kedewasaan kita dalam memperlakukan Rupiah sebagai mata uang sah
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu, sosialisasikan dan kembangkan
dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.
4. Untuk meningkatkan pemahaman, peserta sosialisasi diharapkan dapat meningkatkan
wawasan dan pengetahuannya, dengan mencermati video dokumenter atau video
informasi yang terkait dengan Rupiah. Data dan lampiran tautan video terdapat pada
sub modul Menjaga Rupiah – Seri Cinta Rupiah.
M E N G E N A L RUPIAH 20
Bagian 2
Merawat
Rupiah
21 M E R AWAT RUPIAH
1.PENDAHULUAN
Setelah memahami sub modul Mengenal Rupiah, khususnya terkait dengan bahan,
desain, dan ciri-ciri uang Rupiah yang membangkitkan rasa Cinta Rupiah, masyarakat perlu
mengerti strategi merawat Rupiah.
Data Bank Indonesia menunjukkan pemusnahan uang Rupiah yang tidak layak edar
masih cukup tinggi. Karena itu, pendalaman materi mengenai hal ini menjadi penting
mengingat masih ada perilaku dan sikap masyarakat yang belum mengetahui atau sadar
untuk memperlakukan Rupiah secara baik.
Strategi merawat uang Rupiah terdiri dari memelihara, menjaga, dan mengurus. Dalam
merawat uang Rupiah, terdapat tiga aspek pokok yang perlu dipahami oleh masyarakat.
Pertama, merawat fisik uang Rupiah dimulai dengan memahami jenis-jenis uang Rupiah.
Kedua, memahami peredaran uang Rupiah, dan ketiga, memahami tip dan trik merawat
uang Rupiah.
Pembelajaran Merawat Rupiah adalah bagian dari Modul Cinta Rupiah yang merupakan
seri pertama Cinta Bangga Paham (CBP) Rupiah yang diterbitkan Bank Indonesia. Modul
ini akan mengajak kita lebih peduli dan bertanggungjawab untuk Merawat Rupiah dalam
memelihara, menjaga, mengurus uang Rupiah, baik dalam pengertian fisik maupun
fungsinya.
2. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pembelajaran pada sub modul Merawat Rupiah ini bertujuan agar masyarakat
menunjukkan kecintaan terhadap uang Rupiah dengan merawat uang Rupiah, serta
membekali diri dengan pengetahuan terkait pencegahan tindak kejahatan uang palsu.
Melalui presentasi, pengamatan, diskusi, dan pendekatan pemecahan masalah, peserta
sosialisasi diharapkan dapat:
1. memahami dan mengenali kualitas uang Rupiah;
2. memahami dan mengenali peredaran uang Rupiah; dan
3. mengerti strategi merawat uang Rupiah.
M E R AWAT RUPIAH 20
3.MATERI PEMBELAJARAN
a. Kualitas Uang Rupiah
1) Pengenalan Jenis Uang Rupiah
Proses pencetakan uang menghasilkan uang dengan kategori Hasil Cetak
Sempurna (HCS) yang siap digunakan sebagai alat pembayaran di masyarakat.
Standar kualitas uang Rupiah menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor
21/10/2019 adalah Uang Layak Edar (ULE) dan Uang Tidak Layak Edar (UTLE).
Berdasarkan peraturan tersebut, ULE adalah uang asli yang memenuhi
persyaratan untuk diedarkan berdasarkan standar kualitas yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia. Sedangkan UTLE adalah uang asli yang tidak memenuhi
persyaratan untuk diedarkan berdasarkan standar kualitas yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia, meliputi uang Rupiah yang lusuh, cacat, atau rusak.
Uang Rupiah lusuh adalah uang Rupiah dengan ukuran dan bentuk fisik tidak
berubah dari ukuran dan bentuk aslinya, tetapi kondisi fisiknya telah berubah.
Uang Rupiah cacat adalah uang Rupiah hasil cetak yang spesifikasi teknisnya
tidak sesuai dengan yang telah ditetapkan Bank Indonesia.
Uang Rupiah rusak adalah uang Rupiah yang ukuran atau fisiknya telah
berubah dari ukuran atau fisik aslinya yang antara lain karena terbakar, berlubang,
atau hilang sebagian. Uang Rupiah rusak bisa juga karena ukuran atau fisiknya
berbeda dengan ukuran atau fisik aslinya, antara lain karena robek atau mengerut.
21 M E R AWAT RUPIAH
pencetakan uang Rupiah. Selanjutnya, Bank Indonesia, baik di Kantor Pusat maupun
seluruh Kantor Perwakilan di daerah senantiasa menjaga kecukupan kas sesuai
dengan kebutuhan uang kartal perbankan dan masyarakat.
Pada strategi meningkatkan kualitas uang yang beredar di masyarakat (clean
money policy), Bank Indonesia telah menempuh sejumlah langkah. Kebijakan
clean money policy dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas uang beredar
di masyarakat. Terkait hal ini, Bank Indonesia secara konsisten memilah dan
memusnahkan UTLE.
Konsistensi Bank Indonesia dalam meningkatkan kualitas uang yang diedarkan
terus menunjukkan hasil yang positif. Survei di 46 kota/kabupaten pada 2020
menunjukkan soil level untuk uang pecahan besar dan uang pecahan kecil berada di
atas standar kelayakan uang beredar yang ditentukan oleh Bank Indonesia. Capaian
tersebut merupakan wujud komitmen Bank Indonesia dalam menyediakan ULE
bagi masyarakat.
Bagaimanapun, penyediaan uang Rupiah yang berkualitas sangat penting
dalam menjaga integritas uang Rupiah sebagai salah satu simbol kedaulatan negara.
Selain itu, ULE juga memberikan kenyamanan bertransaksi bagi masyarakat.
Dalam prosesnya, implementasi clean money policy didukung oleh penguatan
layanan Kas Bank Indonesia, penguatan kualitas layanan setoran dan bayaran,
serta penukaran UTLE dengan ULE. Kebijakan ini diharapkan mampu mencukupi
kebutuhan peredaran uang Rupiah sekaligus menjaga kualitasnya.
Pada strategi mencegah dan menanggulangi peredaran uang Rupiah palsu,
Bank Indonesia menempuh beberapa upaya yang penting. Peredaran uang Rupiah
palsu merugikan masyarakat secara langsung dan berpotensi mengganggu kestabilan
ekonomi nasional serta menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap Rupiah.
Untuk menghadapi tantangan tersebut, Bank Indonesia menempuh tiga strategi
pencegahan dan penanggulangan peredaran uang Rupiah palsu, yaitu preemptif,
preventif, dan represif, yang akan dijelaskan pada bagian lain dalam modul ini.
M E R AWAT RUPIAH 22
kertas demi menjaga kualitas uang, sehingga tidak mudah lusuh atau tercoret.
Selain itu Bank Indonesia juga menggunakan bahan uang kertas yang cenderung
lebih awet dan tahan lama (durable paper).
1. Perencanaan
Bank Indonesia merencanakan jumlah dan jenis Rupiah yang akan dicetak
dengan memperhatikan asumsi tingkat inflasi, asumsi pertumbuhan ekonomi,
perkembangan teknologi, kebijakan perubahan harga Rupiah, kebutuhan
masyarakat terhadap jenis pecahan uang Rupiah tertentu, tingkat pemalsuan,
dan faktor lain yang memengaruhi.
2. Pencetakan
Pencetakan uang Rupiah dilakukan melalui Badan Usaha Milik Negara yang
penunjukannya dilakukan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang
mengatur mengenai pengadaan.
3. Pengeluaran
Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang
mengeluarkan uang Rupiah. Bank Indonesia menetapkan tanggal, bulan, dan
tahun mulai berlakunya uang Rupiah yang dikeluarkan sebagai alat pembayaran
yang sah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
23 M E R AWAT RUPIAH
4. Pengedaran
Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang
mengedarkan uang Rupiah. Kegiatan ini dilakukan melalui distribusi Rupiah
dan layanan kas Rupiah. Distribusi Rupiah dilakukan dari kantor Bank Indonesia
ke lokasi penyimpanan uang Rupiah yang ditetapkan oleh Bank Indonesia,
serta ke lokasi pihak lain yang melakukan kerja sama dengan Bank Indonesia
dalam layanan kas. Adapun layanan kas dilakukan melalui penukaran uang
Rupiah, penyetoran dan penarikan uang Rupiah, pengolahan uang Rupiah, dan
penentuan keaslian uang Rupiah.
5. Pencabutan dan Penarikan
Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang mencabut
dan menarik uang Rupiah. Bank Indonesia menetapkan uang Rupiah tidak
lagi sebagai alat pembayaran yang sah di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia dengan pencabutan dan penarikan uang Rupiah dari peredaran. Bank
Indonesia mengganti uang Rupiah yang dicabut dan ditarik dari peredaran.
6. Pemusnahan
Bank Indonesia melakukan pemusnahan terhadap UTLE. Pemusnahan juga
dilakukan pada uang Rupiah layak edar yang dengan pertimbangan tertentu
tidak lagi mempunyai manfaat ekonomis, kurang diminati oleh masyarakat,
dan/atau uang Rupiah yang sudah tidak berlaku.
Moda
transportasi
Pengedaran
Bank Lembaga Kolektif
Indonesia Perbankan
Mandiri
Datang
Datang
Masyarakat ATM PJPUR
Pengiriman
M E R AWAT RUPIAH 24
Distribusi uang Rupiah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan kas di seluruh
wilayah kerja Bank Indonesia baik dalam bentuk pengiriman uang (remise) dari
Kantor Pusat Bank Indonesia (KPBI) ke Kantor-kantor Perwakilan Bank Indonesia
(KPwBI) maupun pengembalian uang (retur) dari KPwBI ke KPBI. Sedangkan
kegiatan layanan kas bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat melalui
penarikan dan penyetoran perbankan, termasuk Kas Titipan, serta penukaran uang
rusak/cacat/lusuh kepada masyarakat melalui Kas Keliling dan kerja sama dengan
perbankan dan/atau instansi lain.
Mekanisme distribusi uang Rupiah dilakukan dari Kantor Pusat Bank Indonesia
kepada Kantor-kantor Perwakilan Bank Indonesia Dalam Negeri (KPwDN) yang
berfungsi sebagai Depo Kas Wilayah (DKW). Selanjutnya DKW akan mendistribusikan
kepada KPwDN lainnya.
Moda transportasi utama yang digunakan adalah moda transportasi darat
(truk dan kereta api) dan laut (kapal barang dan kapal penumpang). Dalam kondisi
tertentu, pesawat terbang juga digunakan untuk melakukan distribusi uang. Untuk
menjaga kelancaran distribusi uang, Bank Indonesia terus meningkatkan kerja
sama dengan berbagai instansi seperti penyedia moda transportasi dan penyedia
pengawalan dan pengamanan jalur distribusi.
Untuk menjaga kestabilan peredaran uang di masyarakat, Bank Indonesia
wajib menjaga kualitas dan ketersediaannya. Dalam siklus itu, Bank Indonesia
mengedarkan uang ke masyarakat melalui lembaga perbankan, baik yang
dikelola pemerintah maupun swasta. Bank-bank tersebut memberikan layanan
kas, penyetoran dan pembayaran secara langsung, atau melalui Anjungan Tunai
Mandiri (ATM).
Peredaran uang Rupiah dari perbankan, dilakukan oleh bank masing-masing
secara mandiri, atau menggunakan Perusahaan Jasa Pengolahan Uang Rupiah
(PJPUR), baik untuk disimpan di ATM maupun di bank itu sendiri, yang akan
dimanfaatkan oleh masyarakat. Sementara masyarakat dapat memanfaatkan
layanan keuangan, baik langsung ke lembaga perbankan maupun ke ATM.
Bank adalah bank umum termasuk kantor cabang dari bank yang berkedudukan
di luar negeri dan bank umum syariah termasuk unit usaha syariah. Sedangkan
PJPUR adalah pihak yang telah memperoleh izin dari Bank Indonesia untuk
melakukan kegiatan jasa pengolahan uang Rupiah.
Jenis kegiatan jasa pengolahan uang Rupiah yang dilakukan oleh PJPUR terdiri
dari distribusi uang Rupiah, penyimpanan uang Rupiah di khazanah, pemrosesan
uang Rupiah; dan/atau pengisian, pengambilan, dan/atau pemantauan
kecukupan uang Rupiah pada ATM, Cash Deposit Machine (CDM), Cash Recycling
Machine (CRM), dan/atau mesin transaksi uang Rupiah tunai lain yang disetujui
otoritas terkait.
25 M E R AWAT RUPIAH
Selain kegiatan jasa pengolahan uang Rupiah, PJPUR dapat melakukan kerja
sama untuk kegiatan pembawaan uang kertas asing ke dalam dan/atau ke luar
daerah pabean Indonesia, melakukan penyediaan dan pemeliharaan ATM, Cash
Deposit Machine (CDM), Cash Recycling Machine (CRM), dan/atau mesin transaksi
uang Rupiah tunai lain yang disetujui otoritas terkait.
M E R AWAT RUPIAH 26
3) Tata Kelola Pemusnahan UTLE
Bank Indonesia memiliki kewajiban untuk melaporkan pengelolaan uang
Rupiah secara periodik setiap tiga bulan kepada Dewan Perwakilan Rakyat sesuai
Pasal 11 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang.
Untuk menjamin akuntabilitas pelaksanaan Pencetakan, Pengeluaran, dan
Pemusnahan Uang Rupiah, Badan Pemeriksa Keuangan melakukan audit secara
periodik paling sedikit satu kali dalam setahun.
27 M E R AWAT RUPIAH
Masyarakat juga dianjurkan menyimpan uang Rupiah Kertas di tempat yang
bersih dan kering (tidak lembap). Upaya ini akan mencegah uang terkena air yang
menyebabkan menurunnya kualitas dan usia edar uang Rupiah.
2) Konsep Penanganan dan Penyimpanan Rupiah oleh Industri
Dalam melakukan distribusi uang Rupiah dan kegiatan layanan kas, Bank
Indonesia menyimpan uang Rupiah pada khazanah. Dalam kondisi tertentu, uang
Rupiah dapat disimpan di khazanah milik pihak lain yang bekerja sama dengan
Bank Indonesia.
Kegiatan layanan kas berupa penukaran uang Rupiah, penyetoran dan
penarikan uang Rupiah, serta pengolahan uang Rupiah. Dalam melaksanakan
kegiatan layanan kas, Bank Indonesia dapat bekerja sama dengan bank umum
dalam bentuk Kas Titipan. Bank umum yang bekerja sama dengan Bank Indonesia
melakukan distribusi uang dan layanan kas untuk dan atas nama Bank Indonesia.
Rp
4. Kedaulatan uang Rupiah di wilayah NKRI.
Rp
Rp
M E R AWAT RUPIAH 28
4. PENDIDIKAN NILAI
Kesungguhan kita merawat uang Rupiah pada dasarnya merupakan salah satu
pilar sosial yang dapat mendukung ketahanan uang Rupiah dan pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Rupiah adalah milik kita, milik bangsa Indonesia, dan juga menjadi salah satu
kebanggaan Bangsa Indonesia. Bila bukan kita yang merawatnya, maka siapa lagi? Apabila
tidak kita rawat dari sekarang, kapan lagi?
Penilaian Pembelajaran
Pilih salah satu jawaban yang paling tepat.
1. Kondisi uang Rupiah dengan ukuran dan bentuk fisiknya tidak berubah dari ukuran dan
bentuk aslinya, tetapi kondisi fisiknya telah berubah, disebut...
A. Uang layak edar
B. Uang tidak layak edar
C. Uang lusuh
D. Uang cacat
E. Hasil cetak sempurna
2. Kebijakan Bank Indonesia untuk menjaga kualitas uang Rupiah beredar di masyarakat,
disebut...
A. Clean and Good Governance
B. Clean Money Policy
C. Pengolahan Uang Rupiah
D. Pengawasan Uang Rupiah
E. Manajemen Uang Rupiah
3. Bank Indonesia berkewajiban melakukan laporan periodik kepada Dewan Perwakilan
Rakyat, mengenai peredaran dan pemusnahan uang Rupiah, setiap...
A. 1 bulan sekali
B. 2 bulan sekali
C. 3 bulan sekali
D. 6 bulan sekali
E. Setahun sekali
4. Layanan perbankan dilaksanakan langsung kepada masyarakat adalah...
A. Kas Titipan
B. Kas Keliling
C. Bank Umum
D. ATM
E. Money Changer
29 M E R AWAT RUPIAH
5. Kebijakan yang terkait dengan menjaga kualitas uang Rupiah, diantaranya telah
dijalankan melalui...
A. Kampanye Merawat Uang Rupiah
B. Kampanye Bangga Rupiah
B. Peningkatan Teknologi Cetak Rupiah
C. Festival Cinta Rupiah
D. Pembentukan Duta Rupiah
6. Yang BUKAN merupakan kegiatan PJPUR adalah...
A. Distribusi Uang Rupiah
B. Penyimpanan Uang Rupiah di khazanah
C. Pemrosesan Uang Rupiah
D. Pengisian, pengambilan, dan/atau pemantauan ATM
E. Pemusnahan uang
7. Instansi yang berhak untuk melakukan pemusnahan uang Rupiah adalah...
A. Kementerian Keuangan
B. Bank Indonesia
C. Kepolisian
D. Panitia Adhoc yang dibentuk Presiden
E. Peruri
8. Beredarnya Uang Rupiah Tidak Layak Edar di masyarakat merupakan cerminan dari...
A. Rupiah tidak bisa digunakan sebagai alat pembayaran
B. Inefisiensi anggaran untuk program menjaga stabilitas Rupiah
C. Warga negara tidak percaya pada Rupiah
D. Warga negara kurang peduli terhadap Rupiah
E. Krisis ekonomi akan terasa berkepanjangan
9. Kantor Perwakilan Bank Indonesia yang berfungsi sebagai pusat distribusi uang Rupiah
kepada KPwDN lainnya disebut...
A. Kantor Pusat
B. Kas Keliling
C. Kas Titipan
D. PJPUR
E. Depo Kas wilayah
10. Pemusnahan uang Rupiah Kertas dilakukan oleh Bank Indonesia dengan cara diracik
sehingga tidak menyerupai uang Rupiah Kertas dengan menggunakan...
A. Mesin Hitung Uang Kertas (MHUK)
B. Mesin Racik Uang Kertas (MRUK)
C. Mesin Hitung dan Pembungkus Uang Logam (MHPUL)
M E R AWAT RUPIAH 30
D. Mesin Hitung Uang Kertas dengan Deteksi Keaslian Uang Rupiah (MHUK-KUR)
E. Mesin Document Forensic Examination (DFE)
Kunci Jawaban
No Jawaban No Jawaban
1 C 6 E
2 B 7 B
3 C 8 D
4 D 9 E
5 A 10 B
5. TINDAK LANJUT
Berikut ini rekomendasi tindak lanjut setelah mengikuti kegiatan sosialisasi Cinta Rupiah.
1. Bila capaian pemahaman dan pengetahuan dalam bab Mengenal Rupiah belum
mencapai angka minimal 80%, diharapkan untuk melakukan pembelajaran dan
pengujian ulang.
2. Capaian pemahaman dan pengetahuan yang sudah mencapai minimal 80%, dapat
dijadikan pengetahuan dasar untuk melanjutkan pada bab selanjutnya.
3. Pemahaman akan menjadi buah yang manis, apabila mampu dijadikan bekal untuk
meningkatkan kedewasaan kita dalam memperlakukan Rupiah sebagai mata uang sah
Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu, sosialisasikan dan kembangkan dalam
kehidupan Negara sehari-hari di masyarakat.
4. Untuk meningkatkan pemahaman, peserta sosialisasi diharapkan dapat meningkatkan
wawasan dan pengetahuannya, dengan mencermati video dokumenter atau video
informasi yang terkait dengan Rupiah Data dan lampiran tautan video terdapat pada
bagian modul Menjaga Rupiah – Seri Cinta Rupiah.
31 M E R AWAT RUPIAH
M E R AWAT RUPIAH 32
Bagian 3
Menjaga
Rupiah
M E N JAG A RUPIAH 34
2. TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui presentasi, pengamatan, diskusi dan pendekatan pemecahan masalah,
peserta pelatihan/sosialisasi dapat mengidentifikasi dan memahami:
1. unsur pengaman uang Rupiah;
2. pelaporan dan penanggulangan uang Rupiah palsu; dan
3. strategi penanggulangan uang Rupiah palsu.
3. MATERI PEMBELAJARAN
a. Unsur Pengaman Uang Rupiah
Sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) memiliki simbol-simbol kedaulatan negara yang dihormati dan dibanggakan
oleh seluruh warganya. Salah satu simbol negara tersebut adalah mata uang.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang pasal 1 menjelaskan
bahwa mata uang NKRI adalah Rupiah atau disingkat Rp. Selain simbol satuan Rp,
dikenal juga sebutan IDR atau Indonesian Rupiah. Simbol IDR biasa digunakan dalam
perdagangan valuta asing (valas), baik dilaksanakan di dalam maupun di luar negeri.
Mengingat peran vitalnya dalam perekonomian suatu negara, mata uang
harus dibuat sedemikian rupa agar tidak mudah dipalsukan oleh pihak manapun.
Bank Indonesia sebagai Bank Sentral Republik Indonesia berperan penting untuk
menentukan ciri, desain, bahan baku, dan teknik cetak uang Rupiah.
Undang – Undang Nomor 23 Tahun 1999 yang telah disempurnakan dengan
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia, dan Undang – Undang
Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang pasal 16,menegaskan Bank Indonesia
merupakan satu-satunya lembaga yang diberikan kewenangan untuk mengedarkan
Uang Rupiah kepada masyarakat.
Bank Indonesia menetapkan unsur-unsur pengaman pada setiap pecahan
uang Rupiah yang diedarkannya, baik pada bahan uang ataupun pada waktu proses
pencetakan. Bank Indonesia juga senantiasa melakukan penelitian dalam upaya
meningkatkan unsur pengaman uang Rupiah agar lebih andal dan makin sulit dipalsukan.
Pemilihan unsur pengaman uang Rupiah oleh Bank Indonesia mempertimbangkan
dua hal. Pertama, semakin besar nominal uang Rupiah, maka diperlukan unsur
pengaman yang semakin kompleks dan semakin baik. Kedua, untuk uang Rupiah
nominal besar, diupayakan penerapan satu atau beberapa unsur pengaman yang
canggih yang memungkinkan hasil pemalsuan tidak sempurna.
Pasal 1 ayat 5 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 menyebutkan bahwa ciri
Rupiah adalah tanda tertentu pada setiap Rupiah yang ditetapkan dengan tujuan
untuk menunjukkan identitas, membedakan harga atau nominal, dan mengamankan
Rupiah dari upaya pemalsuan.
35 M E N JAG A RUPIAH
Secara umum Bank Indonesia membagi unsur pengaman uang Rupiah menjadi tiga
tingkatan, yaitu unsur pengaman yang terbuka (overt/level 1), unsur pengaman yang semi
tertutup (semi covert/level 2), dan unsur pengaman yang tertutup (covert/level 3).
1) Unsur Pengaman yang Terbuka (Overt/Level 1)
Unsur terbuka merupakan unsur pengaman yang dapat dideteksi oleh panca
indra, sehingga masyarakat umum bisa mengenali keaslian uang Rupiah dengan
cara 3D (Dilihat, Diraba, Diterawang). Berikut ini unsur-unsur pengaman bersifat
terbuka (overt) yang saat ini terdapat pada uang Rupiah.
a) Warna uang Rupiah terlihat terang dan jelas
Jika dilihat, warna uang akan terlihat jelas, baik tampak depan maupun
tampak belakang.
Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp100.000 Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp75.000
Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp50.000 Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp20.000
Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp10.000 Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp5.000
Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp2.000 Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp1.000
M E N JAG A RUPIAH 36
Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp100.000 Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp75.000
Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp50.000 Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp20.000
Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp10.000 Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp5.000
Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp2.000 Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp1.000
37 M E N JAG A RUPIAH
b) Memiliki benang pengaman (security thread)
Terdapat benang pengaman seperti dianyam pada uang Rupiah Kertas
pecahan Rp100.000, Rp75.000, Rp50.000, dan Rp20.000. Untuk pecahan
Rp100.000 dan Rp50.000, benang pengaman akan berubah warna bila
dilihat dari sudut pandang tertentu.
Khusus pada pecahan Rp75.000 bermotif batik Kawung yang memuat
tulisan “BI” dan angka “75” secara berulang dengan efek gerak dinamis bila
dimiringkan (tilt). Pada uang kertas pecahan Rp75.000, Rp10.000, Rp5.000,
Rp1.000, dan Rp2.000, terdapat benang pengaman yang tertanam.
M E N JAG A RUPIAH 38
Gambar 9. Benang Pengaman pada
Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp50.000
39 M E N JAG A RUPIAH
Gambar 12. Benang Pengaman pada
Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp5.000
M E N JAG A RUPIAH 40
c) Berubah warna (colour shifting)
Gambar perisai pada pecahan Rp100.000, Rp50.000, dan Rp20.000
atau gambar bunga anggrek bulan pada pecahan Rp75.000 yang berisi logo
Bank Indonesia akan berubah warna (colour shifting) bila dilihat dari sudut
pandang tertentu. Khusus pada gambar bunga anggrek bulan, juga tampak
efek berupa gerak dinamis apabila uang digerakkan/dimiringkan (tilt).
Gambar 16. Perubahan Warna dari Keemasan Menjadi Kehijauan serta Efek
Berupa Gerak Dinamis pada Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp75.000
41 M E N JAG A RUPIAH
Gambar 18. Perubahan Warna dari Hijau menjau Ungu
pada Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp20.000
Gambar 19. Kombinasi Warna Merah, Kuning, dan Hijau dalam Angka 100
pada Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp100.000
Gambar 20. Kombinasi Warna Merah, Kuning, dan Biru dalam Angka 50
pada Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp50.000
Gambar 21. Kombinasi Warna Merah, Kuning, dan Hijau dalam Angka 20
pada Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp20.000
M E N JAG A RUPIAH 42
Gambar 22. Kombinasi Warna Ungu, Biru, dan Kuning dalam Angka 10
pada Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp10.000
43 M E N JAG A RUPIAH
Gambar 25. Gambar Tersembunyi
pada Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp50.000
M E N JAG A RUPIAH 44
Gambar 29. Gambar Tersembunyi pada Uang Rupiah
Kertas Pecahan Rp2.000
f) Cetak intaglio
Hasil cetak berbentuk relief yang terasa kasar bila diraba (tactile). Cetak
intaglio ini terdapat pada angka nominal, huruf terbilang, tulisan Bank
Indonesia, gambar utama, dan lambang negara Burung Garuda.
Gambar 31. Cetak Intaglio pada Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp100.000
45 M E N JAG A RUPIAH
Gambar 32. Cetak Intaglio pada Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp75.000
Gambar 33. Cetak Intaglio pada Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp50.000
Gambar 34. Cetak Intaglio pada Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp20.000
M E N JAG A RUPIAH 46
Gambar 35. Cetak Intaglio pada Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp10.000
Gambar 36. Cetak Intaglio pada Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp5.000
Gambar 37. Cetak Intaglio pada Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp2.000
47 M E N JAG A RUPIAH
Gambar 38. Cetak Intaglio pada Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp1.000
1 pasang 1 pasang
4 baris 4 baris
berjarak berjarak
M E N JAG A RUPIAH 48
2 pasang 2 pasang
3 pasang 3 pasang
4 pasang 4 pasang
49 M E N JAG A RUPIAH
5 pasang 5 pasang
6 pasang 6 pasang
7 pasang 7 pasang
M E N JAG A RUPIAH 50
h) Tanda air (watermark)
Suatu gambar tertentu pada bahan kertas uang yang akan terlihat
bila diterawang ke arah cahaya, umumnya berupa gambar pahlawan dan
ornamen (electrotype).
Gambar 47. Tanda Air (Watermark) Berupa Gambar Pahlawan dan Ornamen
pada Uang Rupiah Kertas PecahanRp100.000, Rp75.000, Rp50.000, Rp20.000 dan Rp10.000
51 M E N JAG A RUPIAH
Gambar 49. Tampak Depan Gambar
Saling Isi pada Uang Rupiah Kertas
Pecahan Rp100.000
M E N JAG A RUPIAH 52
Gambar 55. Tampak Depan Gambar
Saling Isi pada Uang Rupiah Kertas
Pecahan Rp20.000 Gambar 56. Tampak Belakang Gambar
Saling Isi pada Uang Rupiah Kertas
Pecahan Rp20.000
53 M E N JAG A RUPIAH
Gambar 61. Tampak Depan Gambar
Saling Isi pada Uang Rupiah Kertas
Pecahan Rp2.000 Gambar 62. Tampak Belakang Gambar
Saling Isi pada Uang Rupiah Kertas
Pecahan Rp2.000
M E N JAG A RUPIAH 54
Tulisan ‘BI 100’
Tulisan ‘100000’
Tulisan ‘100000’
Tulisan ‘BI100000’
Gambar 65. Tulisan Mikro pada Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp100.000
Tulisan ‘NKRI75’
Tulisan ‘NKRI75’
55 M E N JAG A RUPIAH
Tulisan ‘BI50’
Tulisan ‘BI50000’
Tulisan ‘BANK
INDONESIA’
Tulisan ‘BI50000’
Tulisan ‘50000’
Gambar 67. Tulisan Mikro pada Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp50.000
Tulisan ‘BI20’
Tulisan ‘BI20000’
Tulisan ‘BANK
INDONESIA20000’
Tulisan ‘BI20000’
Tulisan ‘20000’
Gambar 68. Tulisan Mikro pada Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp20.000
M E N JAG A RUPIAH 56
Tulisan ‘BI10’
Tulisan ‘BI10000’
Tulisan ‘10000’
Gambar 69. Tulisan Mikro pada Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp10.000
Tulisan ‘BI5’
Tulisan
‘BANKINDONESIA’
Tulisan ‘BI5000’
Tulisan ‘5000’
Gambar 70. Tulisan Mikro pada Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp5.000
57 M E N JAG A RUPIAH
Tulisan ‘BI2’
Tulisan ‘2000’
Tulisan ‘BI2000’
Tulisan ‘2000’
Gambar 71. Tulisan Mikro pada Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp2.000
Tulisan ‘BI1’
Tulisan ‘1000’
Tulisan ‘BI1000’
Tulisan ‘1000’
Gambar 72. Tulisan Mikro pada Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp1.000
M E N JAG A RUPIAH 58
b) Gambar Raster
Gambar raster merupakan unsur pengaman berupa tulisan NKRI dan
angka nominal uang secara acak.
Gambar berupa
Tulisan ‘NKRI’
dan angka ‘100’
secara acak
Gambar berupa
Tulisan ‘NKRI’ dan
angka ‘100000’
secara acak
Gambar berupa
Tulisan ‘NKRI’ dan
angka ‘100000’
secara acak
Gambar 73. Gambar Raster pada Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp100.000
Gambar berupa
angka‘75’ yang
tertulis utuh
dan/atau sebagian
Gambar berupa
tulisan ’NKRI’ dan
angka ’75’
Gambar 74. Gambar Raster pada Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp75.000
59 M E N JAG A RUPIAH
Gambar berupa
tulisan ’NKRI’
Gambar berupa
Tulisan ‘NKRI’ dan
angka ‘50000’
secara acak
Gambar berupa
Tulisan ‘NKRI’ dan
angka ‘50000’
secara acak
Gambar 75. Gambar Raster pada Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp50.000
Gambar berupa
tulisan ’NKRI’
Gambar berupa
Tulisan ‘NKRI’ dan
angka ‘20000’
secara acak
Gambar berupa
Tulisan ‘NKRI’ dan
angka ‘20000’
secara acak
Gambar 76. Gambar Raster pada Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp20.000
M E N JAG A RUPIAH 60
Gambar berupa
tulisan ’NKRI’
Gambar berupa
Tulisan ‘NKRI’ dan
angka ‘10000’
secara acak
Gambar berupa
Tulisan ‘NKRI’ dan
angka ‘10000’
secara acak
Gambar 77. Gambar Raster pada Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp10.000
Gambar berupa
tulisan ’NKRI’
Gambar berupa
Tulisan ‘NKRI’ dan
angka ‘5000’
secara acak
Gambar berupa
Tulisan ‘NKRI’ dan
angka ‘5000’
secara acak
Gambar 78. Gambar Raster pada Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp5.000
61 M E N JAG A RUPIAH
Gambar berupa
tulisan ’NKRI’
Gambar berupa
Tulisan ‘NKRI’ dan
angka ‘2000’
secara acak
Gambar berupa
Tulisan ‘NKRI’ dan
angka ‘2000’
secara acak
Gambar 79. Gambar Raster pada Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp2.000
Gambar berupa
tulisan ’NKRI’
Gambar berupa
Tulisan ‘NKRI’ dan
angka ‘1000’
secara acak
Gambar berupa
Tulisan ‘NKRI’ dan
angka ‘1000’
secara acak
Gambar 80. Gambar Raster pada Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp1.000
M E N JAG A RUPIAH 62
c) Tinta tidak tampak (invisible ink) dan tinta tampak (visible ink)
Tinta tidak tampak (invisible ink) merupakan hasil cetak tidak kasat mata
yang akan memendar dibawah sinar ultraviolet. Sedangkan tinta tampak
(visible ink) merupakan gambar tertentu yang dicetak dengan tinta tampak
dan akan terlihat memendar apabila disinari dengan lampu ultraviolet.
Bidang persegi empat Ornamen Batik Gambar Wilayah Angka nominal Bidang Persegi Empat
yang berisi tulisan BI NKRI
Bidang Persegi Empat Yang Berisi Tulisan Fauna Khas Benang Pengaman****
BI atau NKRI untuk pecahan Rp75.000** Indonesia***
Catatan:
*) Terdapat pada seluruh pecahan, kecuali Rp75.000
**) Hanya terdapat pada pecahan Rp5.000 ke atas, dan khusus Rp75.000 berupa
tulisan ‘NKRI’
***) Hanya terdapat pada pecahan Rp100.000, Rp50.000, Rp20.000, dan Rp10.000
****) Hanya terdapat pada pecahan Rp75.000 dan Rp20.000 ke bawah
63 M E N JAG A RUPIAH
Bidang Persegi Ornamen Batik Gambar Angka Nominal Bidang
Empat berwarna wilayah NKRI berwarna putih- Persegi Empat
yang berisi merah-putih berwarna merah berwarna putih
Tulisan BI merah-putih dan putih
berwarna putih
M E N JAG A RUPIAH 64
Hasil cetak yang
akan memendar saat
dilihat dengan sinar
ultraviolet berupa:
1. gambar pengibaran
bendera pada
peristiwa Proklamasi
17 Agustus 1945;
2. gambar motif
songket yang berasal
dari daerah Sumatera
Selatan; dan
3. Jembatan Youtefa
Gambar motif songket Gambar pengibaran Jembatan Papua.
yang berasal dari daerah bendera pada Youtefa Papua
Sumatera Selatan peristiwa Proklamasi
17 Agustus 1945
65 M E N JAG A RUPIAH
Bidang Persegi Ornamen Batik Gambar wilayah Angka Nominal Bidang
Empat yang berisi berwarna NKRI berwarna berwarna jingga- Persegi Empat
Tulisan BI biru-jingga biru-jingga biru dan jingga berwarna jingga
berwarna jingga
M E N JAG A RUPIAH 66
Bidang Persegi Ornamen Batik Gambar Angka Nominal Bidang
Empat berwarna wilayah NKRI berwarna Persegi Empat
yang berisi hijau berwarna hijau- jingga-hijau berwarna jingga
Tulisan BI jingga dan jingga
berwarna jingga
67 M E N JAG A RUPIAH
Bidang Persegi Ornamen Batik Gambar wilayah Angka Nominal Bidang
Empat yang berwarna NKRI berwarna berwarna Persegi Empat
berisi Tulisan BI kuning-biru kuning-biru biru-kuning berwarna biru
berwarna biru dan biru
M E N JAG A RUPIAH 68
Bidang Persegi Angka Nominal Ornamen Batik Gambar Bidang
Empat berwarna biru berwarna biru Wilayah NKRI Persegi Empat
yang berisi berwarna biru berwarna biru
Tulisan BI
berwarna biru
69 M E N JAG A RUPIAH
Bidang Persegi Angka Ornamen Gambar Angka Bidang
Empat Nominal Batik Wilayah Nominal Persegi Empat
yang berisi berwarna berwarna biru NKRI berwarna berwarna hijau
Tulisan BI biru berwarna biru hijau
berwarna biru
M E N JAG A RUPIAH 70
Bidang Persegi Angka Ornamen Batik Gambar Bidang
Empat Nominal berwarna Wilayah NKRI Persegi Empat
yang berisi berwarna kuning berwarna berwarna kuning
Tulisan BI kuning kuning
berwarna kuning
71 M E N JAG A RUPIAH
d) Nomor seri (serial number)
Nomor seri uang yang pada umumnya dibuat asimetris. Apabila disinari
lampu ultra violet, nomor seri ini akan memendar berubah warna dari
merah menjadi oranye dan hitam atau biru menjadi hijau.
Gambar 99. Nomor Seri pada Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp100.000
Gambar 100. Nomor Seri pada Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp75.000
Gambar 101. Nomor Seri pada Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp50.000
M E N JAG A RUPIAH 72
Gambar 102. Nomor Seri pada Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp20.000
Gambar 103. Nomor Seri pada Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp10.000
Gambar 104. Nomor Seri pada Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp5.000
Gambar 105. Nomor Seri pada Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp2.000
73 M E N JAG A RUPIAH
Gambar 106. Nomor Seri pada Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp1.000
M E N JAG A RUPIAH 74
Pada PADG Nomor 22/ 13/PADG/2020 pasal 2 dan 3, dijelaskan bahwa
masyarakat dapat meminta klarifikasi kepada Bank Indonesia tentang uang Rupiah
yang diragukan keasliannya.Masyarakat yang dimaksud meliputi Bank, PJPUR,
perseorangan, badan hukum, dan lembaga yang melakukan fungsi penyelidikan
dan penyidikan.
Rp
Perbankan Penyerahan
Uang kepada
Asli Pemilik
LAB
Uang
Adapun ketentuan-ketentuan pokok terkait permintaan klarifikasi oleh pihak selain Bank
dan selain PJPUR atas uang Rupiah yang diragukan keasliannya, juga diatur berdasarkan
PADG Nomor 22/13/PADG/2020, mencakup 7 hal berikut ini.
75 M E N JAG A RUPIAH
1. Pengajuan secara langsung atau tidak langsung.
2. Secara langsung dengan mengisi formulir permintaan klarifikasi dan menyerahkan
kepada Bank Indonesia beserta fisik uang.
3. Bank Indonesia memberikan salinan tanda terima uang Rupiah kepada pihak
yang meminta klarifikasi.
4. Secara tidak langsung dengan mengirimkan formulir dan fisik uang ke Bank
Indonesiamelalui jasa pengiriman tercatat atau penyedia jasa pengiriman barang.
5. Risiko kerusakan fisik uang selama pengiriman menjadi tanggung jawab pengirim.
6. Salinan tanda terima akan diberikan bersamaan dengan hasil klarifikasi.
7. Pihak selain Bank dan PJPUR dapat mengajukan permintaan klarifikasi pada
kegiatan kas keliling.
Uang diganti sesuai ketentuan penukaran Uang Tidak diberikan penggantian untuk kemudian
Rupiah kepada Bank atau PJPUR: ditatausahakan dan diklasifikasi serta diberikan
Kredit rekening giro Bank di BI Tunai atau kredit ke tanda Uang Rupiah tidak asli
rekening Bank yang ditunjuk
Uang diganti mengacu ketentuan penukaran Uang Menyerahkan uang yang telah diberi tanda ke
Rupiah kepada nasabah: Kepolisian Negara RI paling lama tanggal 15
Tunai bulan berikutnya
Kredit simpanan nasabah pada Bank
Penyerahan dilakukan dengan Berita Acara
PJPUR menyampaikan penggantian kepada Bank Serah Terima (BAST) yang ditandatangani
atau pihak lain: pegawai Bank Indonesia dan petugas Kepolisian
Tunai
Transfer ke rekening Bank
Transfer ke rekening Bank yang ditunjuk oleh
pihak lain
Tabel 1. Klarifikasi Bank Indonesia atas Uang Rupiah dinyatakan Asli atau Palsu
M E N JAG A RUPIAH 76
4. PJPUR menyampaikan hasil klarifikasi kepada Bank atau pihak lain dalam hal uang
merupakan milik Bank atau pihak lain.
5. Hasil klarifikasi Bank Indonesia adalah uang Rupiah dinyatakan asli atau palsu.
Terhadap uang Rupiah yang dinyatakan asli akan diganti oleh Bank Indonesia,
sedangkan uang Rupiah tidak asli tidak akan diganti.
Bank Indonesia memiliki pusat analisa dan informasi uang palsu yang dikenal
dengan nama Bank Indonesia Counterfeit Analysis Center (BI-CAC). Sistem informasi
ini digunakan untuk mencatat, mengklasifikasikan, serta menganalisa Uang Palsu
(UPAL) yang diterima dari masyarakat, Perbankan dan PJPUR. Secara umum aplikasi
BI-CAC memiliki empat menu utama, yaitu, Penatausahaan Uang Palsu, Laporan,
Bantuan dan Administrasi.
Bank BICAC
Ekstranet
Intranet
Firewall
PJPUR
BICAC
BICAC BICAC
Internet
77 M E N JAG A RUPIAH
3) Risiko dan Dampak Peredaran Uang Rupiah Palsu
Uang Rupiah tak pernah lepas dari aktivitas masyarakat sehari-hari. Selain
harus bijak menggunakan uang, setiap orang juga harus hati-hati dan waspada
terhadap tindak kejahatan pemalsuan uang Rupiah agar tak menjadi korban.
Karena itu, masyarakat harus mengetahui cara mengecek keaslian uang Rupiah.
Para pelaku tindak pidana kejahatan pemalsuan uang Rupiah biasanya
mengedarkan uang palsu di pasar tradisional atau toko-toko kelontong dengan cara
membelanjakan pada saat ramai pembeli.Karena itu, biasanya para pedagang tidak
sempat lagi memeriksa uang yang diterima sehingga Uang Rupiah Palsu (UPAL) bisa
beredar di masyarakat.
Modus lain biasanya terjadi di Anjungan Tunai Mandiri (ATM) pada
saat seseorang hendak melakukan tarik tunai. Ia dimintai tolong oleh orang
tidak dikenal untuk melakukan transaksi pembayaran melalui transfer, dan
akan mendapatkan uang tunai sebagai gantinya. Selain itu ada pula modus
menggandakan uang.
Modus-modus tersebut hanya sebagian kecil dari modus yang dikembangkan
oknum pemalsuan uang. Karena itu, sikap berhati-hati dan bijak dalam
menggunakan uang Rupiah harus menjadi kebiasaan ketika bertransaksi
menggunakan uang Rupiah.
Peredaran UPAL sangat merugikan masyarakat dan perekonomian secara umum.
Berikut ini sejumlah dampak negatif dari peredaran UPAL terhadap perekonomian.
a) Mendorong terjadinya inflasi
Beredarnya UPAL yang digunakan dalam kegiatan perekonomian
mengakibatkan jumlah uang beredar di masyarakat menjadi lebih banyak
dibandingkan dengan uang yang diedarkan secara resmi oleh Bank Indonesia.
Hal tersebut akan meningkatkan volume transaksi barang dan jasa. Kondisi ini
akan mendorong kenaikan harga barang akibat banyaknya uang beredar dan
tingginya permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa. Kenaikan harga
yang terus menerus dalam jangka panjang dapat memicu kenaikan inflasi.
b) Menimbulkan kecemburuan sosial
Oknum pembuat, penyimpan, dan pengedar UPAL bisa seenaknya
membeli barang dan jasa sesuai keinginan. Sementara, disisi lain masyarakat
tertentu harus bekerja keras dalam mendapatkan uang. Kondisi tersebut
dapat menyebabkan kecemburuan sosial dalam masyarakat,yang berpotensi
menimbulkan gesekan sosial dan kerawanan keamanan.
c) Mempengaruhi penawaran uang
Beredarnya UPAL akan mempengaruhi perkiraan jumlah uang yang
beredar di masyarakat. Besarnya jumlah UPAL akan berdampak buruk bagi
perekonomian suatu daerah hingga perekonomian suatu negara.
M E N JAG A RUPIAH 78
d) Uang Rupiah yang berkualitas baik tergantikan oleh UPAL yang berkualitas
buruk
Uang Rupiah yang dikelola Bank Indonesia memiliki kualitas terbaik,
dilengkapi dengan berbagai unsur pengamanan yang canggih seperti color
shifting, latent image, ultra violet feature, tactile effect, dan rectoverso.
Beredarnya UPAL mengancam eksistensi uang Rupiah asli yang dicetak dan
diedarkan Bank Indonesia.
UPAL yang memiliki kualitas lebih buruk dibanding uang Rupiah asli,
prosesnya juga lebih mudah dibuat dengan biaya cetak lebih murah. Bila
tidak dicegah dan dikendalikan, lambat-laun uang dengan kualitas buruk
tersebut dapat menggantikan uang dengan kualitas yang baik. Hal tersebut
berbahaya bagi perekonomian dan merendahkan kehormatan Uang Rupiah
asli sebagai simbol NKRI. Karena itu, Bank Indonesia memiliki laboratorium
BI-CAC untuk meneliti keaslian uang Rupiah.
1. Tolak dan jelaskan secara sopan bahwa Anda 1. Menjaga fisik dan tidak mengedarkan
meragukan keaslian uang tersebut. kembali uang yang diragukan keasliannya.
2. Minta kepada pihak pemberi untuk
memberikan uang lainnya sebagai pengganti 2. Melaporkan temuan tersebut disertai fisik
uang tersebut yang diragukan tersebut uang yang diragukan keasliannya kepada
(mengecek ulang). bank, kepolisian, atau meminta klarifikasi
langsung ke kantor Bank Indonesia terdekat.
3. Sarankan pihak pemberi untuk mengecek
uang yang diragukan tersebut ke bank,
kepolisian, atau meminta klarifikasi langsung
ke kantor Bank Indonesia terdekat.
4. Tetaplah berpegang pada prinsip praduga tak
bersalah karena pihak pemberi mungkin juga
adalah korban, yang tidak menyadari bahwa
uang tersebut adalah uang yang diragukan
keasliannya.
79 M E N JAG A RUPIAH
c. Strategi Penanggulangan Uang Rupiah Palsu
Pasal 26 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang telah menjelaskan
bahwa:
1) setiap orang dilarang memalsu Rupiah;
2) setiap orang dilarang menyimpan secara fisik dengan cara apa pun yang
diketahuinya merupakan Rupiah Palsu;
3) setiap orang dilarang mengedarkan dan/atau membelanjakan Rupiah yang
diketahuinya merupakan Rupiah Palsu;
4) setiap orang dilarang membawa atau memasukkan Rupiah Palsu ke dalam dan/
atau ke luar Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan
5) setiap orang dilarang mengimpor atau mengekspor Rupiah Palsu.
Untuk mencegah beredarnya uang Rupiah palsu, Bank Indonesia dan Badan
Koordinasi Pemberantasan Rupiah Palsu (Botasupal) telah melakukan beberapa upaya
nyata sesuai dengan tugas pokok yang diatur perudang-undangan.
1) Setiap orang yang memalsu Rupiah sebagaimana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana
dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) dipidana denda paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) puluh miliar rupiah).
tahun dan pidana denda paling banyak 4) Setiap orang yang membawa atau memasukkan
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah). Rupiah Palsu ke dalam dan/atau ke luar Wilayah
2) Setiap orang yang menyimpan secara fisik dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana
cara apa pun yang diketahuinya merupakan Rupiah dimaksud dalam Pasal 26 ayat (4) dipidana
Palsu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 dengan pidana penjara paling lama 15 (lima
ayat (2), dipidana dengan pidana penjara paling lama belas) tahun dan pidana denda paling banyak
10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah).
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah). 5) Setiap orang yang mengimpor atau mengekspor
3) Setiap orang yang mengedarkan dan/atau Rupiah Palsu sebagaimana dimaksud dalam Pasal
membelanjakan Rupiah yang diketahuinya 26 ayat (5) dipidana dengan pidana penjara paling
merupakan Rupiah Palsu sebagaimana dimaksud lama seumur hidup dan pidana denda paling banyak
dalam Pasal 26 ayat (3), dipidana dengan pidana Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).
M E N JAG A RUPIAH 80
Sebagai bagian dari Botasupal, Bank Indonesia berperan aktif dalam upaya
menanggulangi uang palsu dengan berpedoman pada peta strategi pencegahan
dan pemberantasan uang Rupiah palsu.
Payung Hukum
UU No.8/1981 UU No.23/1999 UU No.7/2011 Perpres No.123/2012
Tentang KUHP Tentang BI Tentang BI Tentang Botasuspal
Gambar 110. Strategy Map Pencegahan dan Pemberantasan Uang Rupiah Palsu
Peredaran uang Rupiah palsu sangat merugikan masyarakat secara langsung dan
berpotensi mengganggu kestabilan ekonomi nasional. Lebih jauh, peredaran Uang
Rupiah palsu dapat menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap uang Rupiah.
Mengatasi tantangan tersebut, Bank Indonesia melakukan beberapa upaya
untuk mencegah dan menanggulangi peredaran uang Rupiah palsu melalui tiga
strategi, yaitu strategi preemptif, preventif, dan represif.
Gambar 111. Tiga Strategi Pencegahan dan Penanggulangan Peredaran Uang Rupiah Palsu
oleh Bank Indonesia
81 M E N JAG A RUPIAH
a) Strategi preemptif
Strategi preemptif ditempuh melalui kegiatan komunikasi dan sosialisasi
kepada masyarakat terkait ciri keaslian uang Rupiah dan cara memperlakukan
uang dengan baik. Strategi ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman
masyarakat terhadap uang Rupiah sehingga dapat mempersempit ruang
gerak peredaran uang palsu.
Bank Indonesia menjalankan kegiatan sosialisasi menyasar ke berbagai
segmen pemangku kepentingan, antara lain masyarakat umum, pelajar dan
akademisi, aparatur penegak hukum, pemuka agama, serta perbankan.
Sosialisasi ciri keaslian uang Rupiah juga dilakukan melalui publikasi di media
massa, baik media elektronik maupun media cetak, untuk menjangkau target
masyarakat yang lebih luas.
Sebagai upaya preemptif lainnya, Bank Indonesia telah mempublikasikan
Iklan Layanan Masyarakat (ILM) di banyak tempat dan lokasi strategis. Terdapat
tiga kategori konten sosialisasi ILM yaitu Pengelolaan Uang Rupiah, Ciri Keaslian
Uang Rupiah, dan Cara Merawat Rupiah.
Bank Indonesia juga menyajikan situs mini (microsite) Rupiah di situs
Bank Indonesia yang memuat berbagai informasi terkait ciri Uang Rupiah
dan permainan interaktif mengenai uang Rupiah. Untuk menjangkau
warganet, generasi milenial serta generasi Z yang melek internet, Bank
Indonesia juga memiliki kanal Youtube, beralamat di youtube.com/user/
BankIndonesiaChannel.
Pada kanal itu, disosialisasikan unsur-unsur pengaman uang Rupiah,
pelaporan dan penanggulangan uang Rupiah palsu, strategi penanggulangan
uang Rupiah palsu dan hal-hal lainnya yang sangat penting untuk diketahui
masyarakat
Selain itu, Bank Indonesia juga menempuh upaya melalui jalur pendidikan
dengan memasukkan materi Ciri Keaslian Uang Rupiah ke dalam kurikulum
pendidikan di berbagai jenjang pendidikan sekolah dan perguruan tinggi.
b) Strategi preventif atau pencegahan
Sebagai upaya preventif, Bank Indonesia menguatkan unsur pengaman
Rupiah sehingga sulit untuk dipalsukan, namun tetap mudah dikenali oleh
masyarakat. Unsur-unsur pengaman Uang Rupiah yang dimaksud sudah
dijelaskan pada bagian sebelumnya.
M E N JAG A RUPIAH 82
yang berat sehingga diharapkan mampu memberikan efek jera (deterrent
effect) bagi para pelaku kejahatan pemalsuan uang Rupiah.
Peran serta masyarakat sangat diharapkan dalam upaya pemberantasan
uang Rupiah palsu. Masyarakat dapat mengajukan permintaan klarifikasi atas
uang Rupiah yang diragukan keasliannya kepada Bank Indonesia.
Permintaan klarifikasi atas uang Rupiah yang diragukan keasliannya oleh
masyarakat dapat dialamatkan kepada:
1. Departemen Pengelolaan Uang
Kompleks Perkantoran Bank Indonesia Gedung C Jalan M. H. Thamrin
Nomor 2 Jakarta 10350, bagi masyarakat yang berada di wilayah DKI Jakarta,
Kota Tangerang Selatan, Kabupaten/Kota Bekasi, Kabupaten/Kota Bogor,
Kabupaten Karawang, dan Kota Depok; atau
2. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Dalam Negeri setempat, bagi masyarakat
yang berada di luar wilayah sebagaimana dimaksud dalam angka 1), dengan
alamat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Dalam Negeri mengacu pada
website Bank Indonesia.
Sebagai lembaga yang berwenang untuk menentukan keaslian uang Rupiah,
Bank Indonesia mendukung penegakan hukum denganmemberi keterangan ahli
terkait uang Rupiah. Selain itu, Bank Indonesia juga memberikan dukungan dalam
bentuk pertukaran data/informasi temuan uang Rupiah palsu, termasuk bantuan
pemeriksaan laboratorium terhadap barang bukti uang Rupiah yang diragukan
keasliannya yang berasal dari pengungkapan kasus oleh POLRI.
Unsur Botasupal terdiri dari Badan Intelijen Negara, Kepolisian Negara RI,
Kejaksaan Agung, Kementerian Keuangan, dan Bank Indonesia. Ketua Botasupal
secara ex-officio dijabat oleh Kepala Badan Intelijen Negara. Dalam melaksanakan
fungsi dan tugasnya, Ketua Botasupal dibantu oleh Kepala Pelaksana Harian yang
selanjutnya disebut Kalakhar, yang secara ex-officio dijabat oleh pejabat yang
berada di lingkungan Badan Intelijen Negara.
83 M E N JAG A RUPIAH
pemberantasan Rupiah palsu. Botasupal bertugas memadukan kegiatan dan
operasi pemberantasan Rupiah palsu yang dilakukan oleh lembaga/instansi
terkait sesuai dengan fungsi, tugas, dan wewenang masing-masing lembaga/
instansi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Tugas Botasupal
1. Mengoordinasikan dan
menyinkronisasikan penyusunan Wewenang Botasupal
kebijakan pemberantasan Rupiah Palsu.
1. Mengoordinasikan penyusunan
2. Mengoordinasikan dan
kebijakan pemberantasan Rupiah Palsu.
menyinkronisasikan pelaksanaan
pemberantasan Rupiah Palsu. 2. Meminta data dan bahan keterangan
yang diperlukan dari lembaga/instansi
3. Menganalisa dan mengevaluasi
terkait dalam pemberantasan Rupiah
pelaksanaan pemberantasan Rupiah
Palsu.
Palsu.
3. Meminta masukan dari lembaga/
4. Memfasilitasi kerja sama pelaksanaan
instansi terkait tentang spesifikasi teknis
pemberantasan Rupiah Palsu.
dan ciri bahan baku Rupiah.
5. Membuat dan memberikan rekomendasi
4. Memberikan masukan kepada
kepada lembaga/ instansi terkait
lembaga/instansi terkait terhadap aspek
mengenai pemberantasan Rupiah Palsu.
keamanan tentang spesifikasi teknis dan
6. Menghimpun data dan bahan ciri bahan baku Rupiah.
keterangan yang terkait dengan
5. Memberikan masukan kepada
pemberantasan Rupiah Palsu.
lembaga/instansi terkait terhadap
aspek keamanan Rupiah mulai dari
perencanaan, pencetakan, dan
pemusnahan Rupiah.
6. Mengoordinasikan kegiatan unsur
pemberantasan Rupiah Palsu.
M E N JAG A RUPIAH 84
Gambar 112. Laboratorium BI-CAC
85 M E N JAG A RUPIAH
Laboratorium BI-CAC berisi perangkat peralatan seperti: document forensic
examination device, binocular microscope, dan multipurpose portable device.
Seluruh peralatan tersebut digunakan untuk meneliti dan menguji uang yang
diragukan keasliannya, apakah mempunyai unsur pengaman pada level 1 sampai
dengan 3. Hasil penelitian ini akan menentukan apakah uang yang diragukan
keasliannya tersebut merupakan uang Rupiah asli atau uang Rupiah palsu.
4.PENDIDIKAN NILAI
Menjaga uang Rupiah dari tindakan oknum yang tidak bertanggungjawab merupakan
wujud cinta setiap warga negara terhadap salah satu simbol Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), termasuk didalamnya ialah mengenali unsur-unsur pengaman uang
Rupiah, baik yang terbuka maupun semi tertutup.
Sikap berhati-hati dan bijak dalam menggunakan uang Rupiah harus menjadi
kebiasaan ketika bertransaksi secara tunai dan non tunai. Transaksi dengan menggunakan
sistem pembayaran non tunai, maupun penggunaan Quick Response Code Indonesia
Standard (QRIS) merupakan salah satu upaya bersama untuk menekan peredaran UPAL
di Indonesia.
Membuat, menyimpan dan mengedarkan Uang Rupiah Palsu (UPAL) sama dengan
merendahkan kehormatan Rupiah sebagai salah satu simbol NKRI. Oleh karena itu,
menghindarkan diri dari perbuatan tersebut merupakan tindakan patriotik yang harus
ditanam, dijaga, dan ditransformasikan pada setiap generasi bangsa. Dimulai dari cinta,
selanjutnya diharapkan tertanam rasa bangga dan paham dengan Rupiah sebagai salah
satu simbol NKRI yang harus dijaga kehormatannya.
Penilaian Pembelajaran
Pilihlah jawaban yang paling tepat.
M E N JAG A RUPIAH 86
2. Perhatikan tabel unsur pengaman uang berikut ini.
A B C
1. Multi Colour
1. Security Thread 1. Invisible Ink
Latent Image
2. Latent Image 2. Micro Text 2. Colour Shifting
3. Berikut ini yang tidak termasuk Ketentuan-ketentuan pokok terkait dengan permintaan
klarifikasi oleh Bank atau Penyelenggara Jasa Pengelolaan Uang Rupiah (PJPUR)
atas Uang Rupiah yang diragukan keasliannya berdasarkan PADG Nomor 22/13/
PADG/2020 tentang Klarifikasi Atas Uang Rupiah yang Diragukan Keasliannya adalah...
A. Mengajukan melalui aplikasi BI-CAC dan mencetak surat pengantar serta formulir
permintaan klarifikasi dari aplikasi.
B. Menyerahkan fisik uang yang diragukan keasliannya langsung ke Bank Indonesia
paling lama 5 hari kerja setelah tanggal permintaan klarifikasi. Bank dan PJPUR
harus menyusun uang Rupiah yang diragukan keasliannya sesuai dengan rincian
dalam formulir klarifikasi.
C. Bank Indoenesia memberikan salinan tanda terima uang Rupiah yang diragukan
keasliannya. Bank Indonesia dapat melakukan penyesuaian rincian dalam formulir
apabila terdapat perbedaan data formulir dengan fisik yang diserahkan.
D. Bank atau PJPUR harus mengajukan kembali permintaan klarifikasi dalam hal
melewati waktu penyerahan fisik uang ke Bank Indonesia.
E. Bank Indonesia memberikan uang penggantian senilai minimal 3 kali lipat sesuai
dengan perundang-undangan yang berlaku
4. Berdasarkan UU Nomor 7 tahun 2011 tentang Mata Uang pasal 36 bahwa setiap orang
yang memalsu Rupiah akan mendapatkan sanksi berupa…
A. Pidana penjara paling lama 50 tahun dan denda paling banyak Rp50.000.000.000,00
(lima puluh miliar Rupiah).
B. Pidana penjara paling lama 40 tahun dan denda paling banyak Rp40.000.000.000,00
(empat puluh miliar Rupiah).
87 M E N JAG A RUPIAH
C. Pidana penjara paling lama 30 tahun dan denda paling banyak Rp30.000.000.000,00
(tiga puluh miliar rupiah).
D. Pidana penjara paling lama 20 tahun dan denda paling banyak Rp20.000.000.000,00
(dua puluh miliar rupiah).
E. Pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp10.000.000.000,00
(sepuluh miliar rupiah).
5. Pada gambar tersebut, analis Uang Palsu sedang menggunakan salah satu alat yang
ada pada laboratorium BI-CAC, yaitu:
A. Document forensic examination device
B. Binocular microscope
C. Multipurpose portable device
D. Perforator
E. Mesin Hitung Uang
6. Salah satu tantangan besar yang dihadapi Bank Indonesia dalam melaksanakan
kegiatan pengelolaan Uang Rupiah adalah adanya peredaran Rupiah Palsu. Strategi
apakah yang diambil Bank Indonesia dalam mengatasi peredaran uang palsu ini?
A. Bank Indonesia memberikan layanan bagi masyarakat untuk menukarkan uang
B. Bank Indonesia menerapkan strategi preemptif, preventif, dan represif
C. Bank Indonesia bekerja sama dengan masyarakat dan aparat hukum memberantas
peredaran uang palsu
D. Menerapkan strategi preventif berupa peluncuran iklan masyarakat dan strategi
represif dengan pemberian hukuman berat bagi pembuat uang palsu
E. Menerapkan strategi preventif dengan meningkatkan unsur pengaman uang
M E N JAG A RUPIAH 88
memastikan keaslian uang dengan cara dilihat, diraba dan diterawang. Bank Indonesia
menghimbau masyarakat untuk menukarkan uang baru guna kebutuhan perayaan
Idul Fitri pada tempat atau loket resmi yang disiapkan BI ataupun perbankan, untuk
menghindari peredaran uang palsu dan beban biaya untuk penukaran. (Sumber:
https://news.ddtc.co.id/ https://news.ddtc.co.id/)
Langkah Bank Indonesia meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat untuk memastikan
keaslian uang sebagai upaya mengurangi peredaran uang palsu termasuk strategi:
A. Preemptif
B. Preventif
C. Represif
D. Regresif
E. Progresif
8. Berikut ini yang TIDAK termasuk sikap jika ditemukan uang palsu atau yang diragukan
keasliannya pada saat bertransaksi, yaitu …
A. Menolak dan memberikan penjelasan secara sopan bahwa kita meragukan keaslian
uang tersebut
B. Minta kepada pihak pemberi untuk memberikan uang lainnya sebagai pengganti
uang tersebut (lakukan pengecekan ulang)
C. Melaporkan temuan tersebut disertai menyerahkan fisik uang yang diragukan
keasliannya kepada bank, kepolisian, atau meminta klarifikasi langsung ke kantor
Bank Indonesia pusat
D. Sarankan pihak pemberi untuk mengecek uang ke bank, kepolisian, atau meminta
klarifikasi langsung ke kantor Bank Indonesia terdekat
E. Gunakan praduga tak bersalah karena pihak pemberi mungkin adalah korban yang
tidak menyadari bahwa uang tersebut adalah uang yang diragukan keasliannya
9. Berikut ini yang TIDAK termasuk pada tugas Botasupal dalam mencegah peredaran
uang palsu, yaitu:
A. Mengoordinasikan dan menyinkronisasikan penyusunan kebijakan pemberantasan
Rupiah Palsu.
B. Mengoordinasikan dan menyinkronisasikan pelaksanaan pemberantasan Rupiah
Palsu.
C. Menganalisis dan mengevaluasi pelaksanaan pemberantasan Rupiah Palsu.
D. Memfasilitasi kerja sama antara BI, OJK, Perbankan, IKNB, Kementerian Keuangan
RI dan pemerintah daerah.
E. Membuat dan memberikan rekomendasi kepada lembaga/ instansi terkait
mengenai pemberantasan Rupiah Palsu.
89 M E N JAG A RUPIAH
10. Bank Indonesia memiliki laboratorium khusus untuk meneliti dan menguji uang yang
diragukan keasliannya pada semua unsur pengaman pada level 1 s.d. 3. Laboratorium
tersebut dikenal denga nama…
A. Laboratorium Bank Indonesia-Countified Analysis Center (BI-CAC)
B. Laboratorium Bank Indonesia-Counterfeit Analysis Center (BI-CAC)
C. Laboratorium Bank Indonesia-Money Analysis Center (BI-MAC)
D. Laboratorium Bank Indonesia-Digital Analysis Center (BI-DAC)
E. Laboratorium Bank Indonesia- False Analysis Center (BI-FAC)
Kunci Jawaban
No Jawaban No Jawaban
1 C 6 B
2 A 7 A
3 E 8 C
4 E 9 D
5 C 10 B
5. TINDAK LANJUT
Tindak lanjut berupa pengayaan dengan cara menonton video edukasi yang disediakan
pada akun Youtube resmi Bank Indonesia tentang upaya menjaga Uang Rupiah.
https://www.youtube.com/watch?v=vj0NYsT6d1E
5 Kenali Rupiahmu dengan 3D
M E N JAG A RUPIAH 90
DAFTAR PUSTAKA
1. MENGENAL RUPIAH
Buku
Solikin dan Suseno. 2002. Uang: Pengertian, Penciptaan dan Peranannya dalam
Perekonomian.Jakarta, Bank Indonesia
HotbinSigalingging, dkk, 2004.KebijakanPengedaran Uang Di Indonesia. Jakarta, Bank
Indonesia
Perundang-undangan
Undang – UndangNomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang
Peraturan Bank Indonesia Nomor 21/10/PBI/2019 tentangPengelolaan Uang Rupiah
PeraturanPemerintahRepublik Indonesia Nomor 6 Tahun 20l9 tentang Perusahaan Umum
(Perum) Percetakan Uang Republik Indonesia
Internet
Bank Indonesia, www.bi.go.id
Peruri, https://www.peruri.co.id/
2. MERAWAT RUPIAH
Buku
Solikin dan Suseno. 2002. Uang: Pengertian, Penciptaan dan Peranannya dalam
Perekonomian.Jakarta, Bank Indonesia
HotbinSigalingging, dkk, 2004.KebijakanPengedaran Uang Di Indonesia. Jakarta, Bank
Indonesia
Perundang-undangan
Undang – UndangNomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang
Peraturan Bank Indonesia Nomor 21/10/PBI/2019 tentang Pengelolaan Uang Rupiah
PeraturanPemerintahRepublik Indonesia Nomor 6 Tahun 20l9 tentang Perusahaan Umum
(Perum) Percetakan Uang Republik Indonesia
Internet
Bank Indonesia, www.bi.go.id
Peruri, https://www.peruri.co.id/
3. MENJAGA RUPIAH
Buku
Bank Indonesia. 2011. Buku Panduan Uang Rupiah; Ciri-ciri Keaslian, Standar Visual Kualitas
Rupiah dan Daftar Rupiah yang Dicabut dan Ditarik Dari Peredaran. Jakarta:
Direktorat Pengedaran Uang Bank Indonesia.
-------------------. 2004. Bank Sentral Republik Indonesia : Sebuah Pengantar. Jakarta : PPSK Bank
Indonesia.
91 C I N TA RUPIAH
------------------- . 2012. Bank Sentral Republik Indonesia : Sebuah Pengantar. Jakarta : PPSK Bank
Indonesia.
Bimantoro, Suarpika. Syahrul Bahroem. 2003. Organisasi Bank Indonesia. Jakarta: PPSK Bank
Indonesia.
F.X. Sugiyono, Ascarya. 2003. Seri Kebanksentralan: Kelembagaan Bank Indonesia. Jakarta :
PPSK Bank Indonesia.
Firmansyah, Herlan dan Purwanta, Wiji. 2014. Ekonomi SMA/MA Muatan Kebanksentralan.
Jakarta: Bank Indonesia.
Hossain, Akhand Akhtar. 2010. Bank Sentral dan Kebijakan Moneter di Asia-Pasifik. Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
Marsuki. Landscape Kebanksentralan Indonesia. 2010. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Rizal A. Djaafara, dkk. 2012. Pengantar Ilmu Kebanksentralan. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Studi Kebanksentralan (DPSK).
Sigalingging, Hitbin. Setiawan Ery, Sihaloho, Hilde D. 2004. Kebijakan Pengedaran Uang di
Indonesia. Jakarta: Bank Indonesia.
Subari, Sri Mulyati Tri. Ascarya. 2003. Kebijakan Sistem Pembayaran di Indonesia. Jakarta: Bank
Indonesia.
Solikin dan Suseno. 2002. Uang: Pengertian, Penciptaan dan Peranannya dalam Perekonomian.
Jakarta: Bank Indonesia.
Tri Subari, Sri Mulyati, et.all. 2003. Seri Kebanksentralan:Kebijakan Sistem Pembayaran di
Indonesia. Jakarta: PPSK Bank Indonesia.
Perundang-undangan
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 jo UU Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
Undang-undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2012 tentang Badan Koordinasi
Pemberantasan Rupiah Palsu (Botasupal)
Peraturan Bank Indonesia dan Surat Edaran Bank Indonesia
Peraturan Bank Indonesia Nomor 21/10/PBI/2019 Tentang Pengelolaan Uang Rupiah
Peraturan Anggota Dewan Gubernur Nomor 22/ 13/Padg/2020 tentang Klarifikasi Atas Uang
Rupiah Yang Diragukan Keasliannya
Internet
https://www.bi.go.id
https://www.setneg.go.id/view/index/badan_koordinasi_pemberantasan_Rupiah_palsu_1
https://www.youtube.com/watch?v=lveB_8RMD78
https://www.youtube.com/watch?v=JAZirp8Y3l8
https://www.youtube.com/watch?v=BCdvtDXoyOU
https://www.youtube.com/watch?v=vj0NYsT6d1E
https://www.youtube.com/watch?v=YKGWqSahlvY
https://www.youtube.com/watch?v=aApNNtEe52w
https://www.youtube.com/watch?v=k4v8hETcBkM
https://www.youtube.com/watch?v=ZS-jn71Xf0Y
C I N TA RUPIAH 92