Anda di halaman 1dari 68

Paham Rupiah

Rp

Rp

Departemen Pengelolaan Uang


2021
i
Paham Rupiah

Departemen Pengelolaan Uang


2021

PA H A M RUPIAH ii
Judul: Paham Rupiah
Tahun Terbit: 2021

Penanggung Jawab
Marlison Hakim, Kepala Departemen Pengelolaan Uang
Imaduddin Sahabat, Kepala Grup Perizinan dan Pendukung PUR

Tim Penulis
Dr. A. Jajang W. Mahri, Drs., M.Si.
Dr. Herlan Firmansyah, S.Pd.,M.Pd.,M.E.
Momon Sudarma, S.Pd.,M.Si.

Tim Editor
Yuliansah Andrias, Deviana Anthony, Wahyu Tri Basuki,
Firda Mairani, Adila Luthfiana Idhar
Departemen Kebijakan Ekonomi & Moneter
Departemen Kebijakan Makro Prudensial
Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran
Departemen Pengembangan Pasar Keuangan
Departemen Pengembangan UMKM dan Perlindungan Konsumen
Departemen Hukum
Bank Indonesia Institute
Media Indonesia

Desain Grafis
Media Indonesia Publishing

Hak Cipta pada Penulis


Hak Penerbitan pada Penerbit
Tidak boleh direproduksi Sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun
tanpa seizin tertulis dari penulis dan atau penerbit
Kutipan Pasal 72
Sanksi Pelanggaran Undang-undang Nomor 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta
1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara
masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00
(satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual
kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

iii PA H A M RUPIAH
Cinta Bangga Paham
Rupiah
untuk Indonesia,
dimulai dari
kita!

PA H A M RUPIAH iv
Latar Belakang
Uang Rupiah Kertas yang baru, harum, dengan permukaan licin, terasa begitu enak
dipandang dan membanggakan. Semua aspek uang Rupiah dikerjakan dengan hati-hati,
melewati tahapan demi tahapan dalam proses panjang, sebelum akhirnya diedarkan ke
masyarakat. Namun, seberapa lama uang itu bertahan dalam kondisi primanya?
Survei Bank Indonesia tentang perilaku masyarakat atas uang Rupiah menunjukkan
banyaknya  masyarakat yang belum memperlakukan uang Rupiah dengan baik, seperti
mencoret, meremas, membasahi, melubangi, dan melipat. Akibatnya, tingkat pemusnahan
uang setiap tahunnya cukup tinggi. Uang yang beredar di masyarakat juga menjadi lebih
cepat lusuh sehingga usia edarnya menjadi lebih singkat.
Bank Indonesia juga mendapati fenomena perlakuan terhadap uang Rupiah yang
berbeda-beda antara pedagang di pasar, ibu rumah tangga, dan mahasiswa. Pedagang di
pasar umumnya menyimpan Rupiah dari pembeli di wadah tertentu, sebelum dihitung
pada akhir hari. Sementara ibu rumah tangga biasa menyimpan uang tidak lusuh di dalam
dompet. Namun saat terburu-buru atau bepergian tanpa dompet, uang biasa dimasukkan
ke dalam kantong pada pakaian. Sedangkan sebagian besar mahasiswa menyimpan uang,
lusuh maupun tidak lusuh, di dalam dompet panjang atau lipat.
Perlakuan kita terhadap Rupiah menentukan usia edar uang tersebut. Semakin kita
berhati-hati dan menjaga dengan baik, uang Rupiah akan bertahan lama, dan dapat dikenali
ciri-ciri keasliannya. Dengan begitu, kita turut serta meminimalisir peredaran uang palsu
yang merugikan negara.
Perlakuan kita terhadap Rupiah juga menjadi wujud penghormatan kita atas para
jasa pahlawan. Uang Rupiah Kertas memuat gambar pahlawan, kekayaan flora dan fauna,
budaya, serta pemandangan alam. Bukankah bangsa yang besar adalah bangsa yang
menghormati para pahlawannya?

Uang Layak Edar (ULE) Uang Tidak Layak Edar (UTLE)

Menjaga uang Rupiah juga berarti menjaga salah satu simbol kedaulatan bangsa
Indonesia. Tidak semua negara memiliki mata uang nasional sendiri. Karena itu, kita patut
berbangga. Uang Rupiah hadir sebagai kreativitas anak bangsa, lahir setahun setelah
kemerdekaan untuk menandai kemerdekaan Indonesia dalam bidang moneter, menjadikan
negeri ini berdaulat seutuhnya.
Selain merupakan amanah Undang-Undang, menggunakan Rupiah untuk setiap
transaksi di seluruh wilayah NKRI adalah bentuk dukungan kedaulatan Indonesia. Ini
berarti, setiap orang baik Warga Negara Indonesia maupun Warga Negara Asing, wajib
menggunakan uang Rupiah untuk setiap transaksi di seluruh wilayah NKRI, tunai maupun
non tunai, bahkan sampai ke daerah terdepan, terluar, dan terpencil. Sebagai mata uang

v PA H A M RUPIAH
tunggal, Rupiah menggambarkan kedaulatan NKRI dan persatuan kesatuan seluruh
wilayah Indonesia.
Peristiwa di masa lalu seharusnya tidak terjadi lagi, ketika Indonesia kehilangan Sipadan
dan Ligitan karena minimnya transaksi yang menggunakan Rupiah di daerah tersebut.
Bagaimanapun, sejak zaman dahulu, mata uang menjadi penanda kekuasaan tertinggi di
suatu wilayah.
Menggunakan Rupiah dalam setiap transaksi adalah aksi nyata perjuangan dan
nasionalisme bangsa Indonesia. Tanpa kebanggaan atas Rupiah, bagaimana bisa kita
menegakkan kedaulatan moneter di bumi pertiwi?

Sebagai alat pembayaran yang sah dalam perekonomian, Rupiah hadir untuk
mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia melalui fisik dan stabilitas
nilainya. Tak sekadar berfungsi sebagai alat transaksi, uang Rupiah juga merupakan alat
penyimpan nilai, sehingga menjadi salah satu pilihan masyarakat dalam menyimpan
kekayaan, selain tanah, rumah, dan benda berharga lainnya. Pada skala besar, masyarakat
yang gemar menyimpan uangnya dalam bentuk tabungan di bank akan mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional. Berbelanja bijak mengunakan Rupiah juga berarti menjaga
stabilitas Rupiah dan turut mengendalikan laju inflasi.
Karena itu, masyarakat yang memahami Rupiah akan bijak bertransaksi, berbelanja,
dan berinvestasi yang pada akhirnya akan mendukung kekuatan ekonomi negara. Pada
akhirnya, kekuatan ekonomi negara akan menjaga eksistensi serta kedaulatan Indonesia di
mata dunia Internasional.
Dalam rangka meningkatkan literasi masyarakat terhadap Rupiah, Bank Indonesia
menerbitkan modul Cinta Bangga Paham Rupiah, terdiri dari 3 seri, yaitu Cinta Rupiah,
Bangga Rupiah, dan Paham Rupiah.
Cinta Rupiah sama artinya dengan Mencintai Indonesia. Bangga Rupiah sama artinya
dengan Menjaga Kedaulatan Bangsa. Paham Rupiah sama artinya dengan mewujudkan
stabilitas dan kesejahteraan Negara. Cinta Bangga Paham Rupiah untuk Indonesia, dimulai
dari kita!
Modul Paham Rupiah ini diharapkan mampu membekali peserta sosialisasi dalam
memahami Rupiah sebagai alat transaksi, mendukung kestabilan ekonomi, dan penyimpan
nilai. Dengan memahami Rupiah, kita dapat bijak bertransaksi, belanja, dan berinvestasi
yang pada akhirnya akan mendukung kekuatan ekonomi negara.

PA H A M RUPIAH vi
Daftar Isi
Latar Belakang .............................................................................................................. v

Bagian 1 Transaksi dengan Rupiah ........................................................................ 1

1. PENDAHULUAN ......................................................................................................... 2
2. TUJUAN PEMBELAJARAN .......................................................................................... 2
3. MATERI PEMBELAJARAN ........................................................................................... 3
a. Uang dan Fungsi Uang .......................................................................................... 3
1) Konsep Uang sebagai Satuan Hitung
(unit of account) ................................................................................................ 3
2) Uang sebagai penyimpan nilai (store of value) ................................................ 4
b. Evolusi Sistem Pembayaran .................................................................................. 4
1) Evolusi Instrumen Pembayaran ......................................................................... 4
2) Penggunaan alat pembayaran ......................................................................... 7
3) Uang Digital (Digital Currency) ........................................................................ 8
c. Customer Protection & Data Privacy ................................................................... 10
1) Instrumen Platform Transaksi Tunai dan Non Tunai (KRRK) ....................... 10
2) Keamanan Siber dalam Transaksi Elektronik
(Cyber Security on Electronic Transaction) ...................................................... 11
3) Perlindungan Konsumen ................................................................................... 14
4. PENDIDIKAN NILAI ..................................................................................................... 18
5. TINDAK LANJUT .......................................................................................................... 20

Bagian 2 Berbelanja ................................................................................................ 21

1. PENDAHULUAN ......................................................................................................... 22
2. TUJUAN PEMBELAJARAN .......................................................................................... 22
3. MATERI PEMBELAJARAN .......................................................................................... 23
a. Peran Rupiah dalam Perekonomian .................................................................... 23
1) Peran Rupiah dalam Fungsi Intermediasi Lembaga Keuangan ....................... 23
2) Pengertian dan Jenis Uang Beredar ................................................................. 23
3) Konsep Likuiditas di Lembaga Keuangan ........................................................ 25
b. Inflasi .................................................................................................................... 26
1) Konsep Dasar Inflasi .......................................................................................... 26
2) Dampak Inflasi .................................................................................................. 29

vii PA H A M RUPIAH
3) Peran Serta Masyarakat dalam Mengendalikan Inflasi ................................... 31
c. Nilai Tukar .............................................................................................................. 31
1) Konsep Dasar Nilai Tukar .................................................................................. 31
2) Dampak Fluktuasi Nilai Tukar ........................................................................... 32
3) Peran Serta Masyarakat dalam Stabilitas Nilai Tukar ....................................... 34
4. PENDIDIKAN NILAI ..................................................................................................... 34
5. TINDAK LANJUT ......................................................................................................... 37

Bagian 3 Berhemat ................................................................................................ 39

1. PENDAHULUAN ......................................................................................................... 40
2. TUJUAN PEMBELAJARAN .......................................................................................... 40
3. MATERI PEMBELAJARAN .......................................................................................... 40
a. Rupiah sebagai Penyimpanan Nilai ...................................................................... 40
1) Dana Pihak Ketiga ............................................................................................. 41
2) Penjaminan Simpanan (Deposite Insurance) ................................................... 42
3). Peran Dana Pihak Ketiga dalam Perekonomian .............................................. 43
b. Investasi ................................................................................................................ 44
1) Peran Investasi dalam perekonomian .......................................................... 44
2) Jenis Investasi ................................................................................................. 44
3) Membangun Iklim Investasi .......................................................................... 48
c. Literasi Keuangan .................................................................................................. 50
1) Konsep Dasar Perencanaan Keuangan Diri ................................................. 50
2) Mengenali Risiko Investasi ............................................................................. 52
3) Strategi Dalam Berinvestasi ........................................................................... 54
4. PENDIDIKAN NILAI ..................................................................................................... 55
5. TINDAK LANJUT ......................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 58

PA H A M RUPIAH viii
Bagian 1
Transaksi
dengan Rupiah

i T R A N SA K S I DENGAN RUPIAH
1. PENDAHULUAN
Seiring perkembangan zaman, konsep uang terus berkembang lebih dari sekadar alat
pembayaran. Uang juga memiliki makna sebagai satuan hitung dan penyimpan nilai. Uang
juga berkembang bukan saja dalam konteks pemaknaan namun juga dari sisi instrumen
pembayaran yang digunakan, dan sistem pembayarannya.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang menegaskan bahwa
Rupiah merupakan alat pembayaran yang sah bagi masyarakat di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Dengan adanya peraturan ini, maka proses transaksi, baik yang bersifat
tunai maupun non tunai, wajib mengacu pada mata uang Rupiah.
Sebagai mata uang resmi NKRI, Rupiah akan terus berkembang dan beradaptasi,
termasuk diantaranya, pada perkembangan ke arah uang elektronik dan uang digital.
Setiap warga negara hendaknya bisa memahami perkembangan konsep dan dinamika
Rupiah dalam konteks transaksi dalam wilayah NKRI.
Memahami Rupiah, sama artinya dengan mewujudkan stabilitas dan kesejahteraan
Negara, dimulai dari memahami Rupiah sebagai alat transaksi.

2. TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui penjelasan, pengamatan dan diskusi serta pemecahan masalah terkait
dengan fenomena transaksi di tengah masyarakat mengenai uang Rupiah, setiap peserta
diharapkan dapat memahami makna, dan fungsi Rupiah baik tunai maupun non tunai
sebagai alat pembayaran yang sah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tujuan khusus dari pembelajaran ini, adalah:
a. memahami dan bersikap kritis mengenai makna uang dan fungsi uang;
b. memahami dan bersikap kritis terhadap evolusi mata uang Rupiah dalam kehidupan
bangsa Indonesia; dan
c. memahami dan bersikap kritis mengenai customer protection dan data privacy.

T R A N SA K S I DENGAN RUPIAH 2
3. MATERI PEMBELAJARAN
a. Uang dan Fungsi Uang
1) Konsep Uang sebagai Satuan Hitung (unit of account)
Satuan nilai adalah satuan ukuran yang menentukan besarnya nilai dari berbagai
jenis barang. Nilai suatu barang atau jasa dapat dengan mudah dinyatakan sebesar
jumlah uang yang diperlukan untuk memperoleh barang atau jasa tersebut. Tanpa
uang sebagai satuan hitung, dapat dibayangkan kesulitan dalam menilai suatu
barang atau jasa.
Selain itu, uang juga memungkinkan pertukaran antara dua barang yang
berbeda secara fisik. Dalam model transaksi tradisional, bisa saja seekor sapi dinilai
sama dengan dua ekor kambing, atau sejenisnya. Namun dengan adanya uang,
tukar-menukar dan penilaian terhadap suatu barang atau jasa akan lebih terukur
dan mudah dilakukan.
Dengan demikian, adanya satuan hitung memudahkan orang menetapkan
nilai pada sebuah barang atau jasa, pada saat melakukan transaksi. Uang berfungsi
sebagai alat untuk memudahkan pertukaran (medium of exchange).
Tanpa uang sebagai nilai tukar, dapat dibayangkan kerumitan yang dihadapi
dalam perekonomian modern ini. Tanpa uang, transaksi hanya dapat dilakukan
dengan cara tukar-menukar antara barang yang satu dengan barang yang lain (barter).

Keterbatasan Sistem Barter


Ahmad memiliki seekor ayam, dan
dia butuh garam untuk masak di
rumah. Ahmad bermaksud untuk
menukarkan ayam dengan garam.
Karena itu, Ahmad harus mencari
tetangga atau orang yang bersedia
menukarkan garam dengan ayam.
Bila sudah bertemu dengan orang
yang dimaksud, maka mereka saling terlalu kaku dan sulit dipenuhi. Dengan
menukarkan barang tersebut. Tapi jika adanya uang, seseorang dapat secara
tidak ada yang mau menerima ayam langsung menukarkan uang tersebut
untuk ditukarkan dengan garam, dengan barang yang dibutuhkannya
Ahmad tidak bisa mendapatkan kepada orang lain yang menghasilkan
kebutuhannya. Kondisi ini dinilai barang tersebut.

3 T R A N SA K S I DENGAN RUPIAH
2) Uang sebagai penyimpan nilai (store of value)
Bila kita membeli barang dengan nilai tertentu, maka suatu hari nanti kita bisa
menjualnya dengan nilai lebih tinggi. Dalam kasus tertentu, ada nilai jual yang lebih
tinggi dibandingkan dengan harga pada saat membeli, atau juga ada yang lebih
rendah dari saat pembeliannya. Dengan demikian uang juga berfungsi juga sebagai
alat penyimpan nilai, karena dapat digunakan untuk mengalihkan nilai dari masa
sekarang ke masa mendatang.
Ketika seorang penjual saat ini menerima sejumlah uang sebagai pembayaran
atas barang dan jasa yang dijualnya, maka ia dapat menyimpan uang tersebut untuk
membeli barang dan jasa pada masa mendatang. Uang menjadi salah satu pilihan
sebagai simpanan kekayaan, selain tanah, rumah, dan benda berharga lain.

b. Evolusi Sistem Pembayaran


Sistem Pembayaran adalah suatu sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga,
dan mekanisme, yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi
suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi. Definisi itu disebutkan dalam
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah
beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
yang dikenal dengan UU Bank Indonesia.
1) Evolusi Instrumen Pembayaran
Dalam catatan sejarah, proses transaksi yang dilakukan manusia pada awal
peradaban hanya sekadar memenuhi kebutuhan hidup masing-masing. Tidak ada
kebutuhan untuk tukar menukar barang atau jual beli. Pada masa berburu dan
meramu, muncul gejala ekonomi. Pada perkembangan selanjutnya, mulai muncul
kesenjangan antara kebutuhan dan kemampuan. Setiap orang memiliki kemampuan
yang berbeda dengan orang lain dalam mengumpulkan benda ekonomis. Sementara
kebutuhan manusia terus berkembang dan bertambah. Muncullah situasi kebetulan
ganda (double coincidence), yang menuntun orang untuk melakukan pertukaran
barang. Itulah yang disebut dengan praktik barter.
Secara sederhana, sistem barter dapat diartikan sebagai praktik pertukaran
barang dengan nilai dan taksiran harga yang serupa. Menurut Solikin dan
Suseno (2002), berbagai benda dikembangkan sebagai alat pertukaran atau alat
pembayaran dalam waktu yang lama. Benda yang dipergunakan dan diterima
sebagai alat pembayaran dalam sistem perekonomian sederhana tersebut pada
umumnya berupa benda yang sama-sama dianggap berharga, benda konsumsi atau
keperluan produksi, mudah dibawa, dan tidak mudah rusak, antara lain kulit kerang,
batu permata, gading, telur, garam, beras, hingga binatang ternak.

T R A N SA K S I DENGAN RUPIAH 4
Pada perkembangan selanjutnya, masyarakat menggunakan benda-benda
seperti logam berharga dan kertas sebagai alat pembayaran ini. Benda-benda ini
dianggap lebih ringan dan mudah dibawa. Benda logam yang digunakan pada masa
itu juga beragam, pada umumnya berbentuk koin terbuat dari logam. Inilah cikal
bakal lahirnya uang dan disebut sebagai evolusi dalam alat pembayaran. Dalam
konteks Indonesia, setelah kemerdekaan, kemudian dikenal dengan Rupiah Kertas
dan Rupiah Logam.
Uang kertas pertama kali digunakan di kepulauan Nusantara oleh Perusahaan
Hindia Timur Belanda, dalam bentuk surat kredit dari Rijksdaalder, berasal antara
tahun 1783 dan tahun 1811. Uang kertas Gulden dikeluarkan oleh ‘Pemerintah
Jepang’ selama pendudukan dari tahun 1942, lalu diubah menjadi ‘Roepiah’ pada
tahun 1943. Kemudian  30 Oktober 1946, Oeang Republik Indonesia (ORI) menjadi
mata uang pertama yang dimiliki Republik Indonesia usai merdeka.
Pada tahun 1951 dan 1952, Pemerintah Indonesia pertama kalinya
mengeluarkan uang logam. Rupiah Logam tahun itu menggunakan bahan
aluminium, bentuknya bulat pipih dengan lubang di tengah. Koin tersebut bernilai 5
sen dan 1 sen. Dua sisi logam dihiasi gambar berbeda, yakni bunga beserta nominal
dan nama Indonesia bertuliskan huruf Arab.
Pada tahun 1970, Bank Indonesia mengeluarkan lima jenis uang logam
cetakan khusus, semuanya dengan tampilan depan bergambar Garuda Pancasila.
Salah satunya terbuat dari emas berbentuk bulat pipih. Koleksi ini diterbitkan
memperingati 25 tahun kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1970.
Evolusi instrumen pembayaran belum berakhir pada uang kertas dan
uang logam. Dalam dunia modern, kemudian muncul model-model instrumen
pembayaran non tunai, salah satunya uang elektronik (electronic money).
Uang Elektronik adalah instrumen pembayaran yang memenuhi unsur (a)
diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu kepada penerbit,
(b) nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media server atau chip; dan
(c) nilai uang elektronik yang dikelola oleh penerbit bukan merupakan simpanan
sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai
perbankan.
Dengan demikian, setiap warga negara tidak harus membawa Rupiah dalam
bentuk fisik berlembar-lembar dari satu daerah ke daerah lain. Warga negara masa
kini cukup dengan membawa kartu kredit, atau uang elektronik dalam jenis atau
bentuk lainnya.
Bank Indonesia kemudian mengeluarkan Quick Response Code Indonesian
Standard atau biasa disingkat QRIS (dibaca KRIS) yang merupakan penyatuan
berbagai macam QR dari berbagai Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP)
menggunakan QR Code.

5 T R A N SA K S I DENGAN RUPIAH
QRIS Unggul
menggunakan aplikasi pembayaran
 Universal QR apapun.
QRIS dapat menerima pembayaran  Untung
aplikasi pembayaran apa pun yang Pengguna dapat menggunakan akun
menggunakan QR Code, sehingga pembayaran QR apa pun untuk
masyarakat tidak perlu memiliki membayar. Merchant cukup punya
berbagai macam aplikasi pembayaran. minimal 1 akun untuk menerima
 Gampang semua pembayaran QR Code.
Masyarakat mudah bertransaksi, cukup  Langsung
scan dan klik, lalu bayar. Pembayaran dengan QRIS langsung
Bagi merchant juga mudah, karena diproses seketika. Pengguna dan
tidak perlu memajang banyak QR Code. merchant langsung mendapat
Cukup satu QRIS yang dapat dipindai notifikasi transaksi.​​​

QRIS dikembangkan oleh industri sistem pembayaran bersama dengan Bank


Indonesia agar proses transaksi dengan QR Code dapat lebih mudah, cepat, dan
terjaga​keamanannya. Semua Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran yang akan
menggunakan QR Code Pembayaran wajib menerapkan QRIS.
Standarisasi QR Code dengan QRIS memberikan banyak manfaat bagi pengguna
maupun merchant. Bagi pengguna aplikasi pembayaran, just scan and pay, cepat,
aman, tidak perlu repot lagi membawa uang tunai, tidak perlu pusing memikirkan
QR siapa yang terpasang, terlindungi karena semua Penyelenggara Jasa Sistem
Pembayaran (PJSP) penyelenggara QRIS sudah pasti memiliki izin dan diawasi oleh
Bank Indonesia.
Sedangkan bagi merchant, penggunaan QRIS berpotensi meningkatkan
pendapatan dari penjualan karena dapat menerima pembayaran berbasis QR apapun,
meningkatkan branding, kekinian, lebih praktis karena cukup menggunakan satu QRIS,
mengurangi biaya pengelolaan kas, terhindar dari uang palsu, tidak perlu menyediakan
uang kembalian, transaksi tercatat otomatis dan bisa dilihat setiap saat, terpisahnya
uang untuk usaha dan personal, memudahkan rekonsiliasi dan berpotensi mencegah
tindak kecurangan dari pembukuan transaksi tunai, dan membangun informasi credit
profile untuk memudahkan memperoleh kredit ke depan.

T R A N SA K S I DENGAN RUPIAH 6
2) Penggunaan alat pembayaran
1. Alat Pembayaran Menggunakan Uang (APMU)
Praktik ini termasuk pada kategori transaksi konvensional. Orang melakukan
transaksi atau jual beli dengan menggunakan uang kertas atau uang logam
sebagai alat pembayarannya bagi proses transaksi dalam ukuran nominal kecil.
Bagi masyarakat kita, seperti di warung, pasar, atau pedesaan, model APMU masih
menjadi pilihan yang praktis dan mudah dilakukan.
2. Alat Pembayaran Menggunakan Rekening (APMR)
Model APMR banyak digunakan untuk transaksi dalam jumlah besar, atau skala
geografi yang luas. Transaksi antar lembaga atau antara perorangan dengan lembaga
dengan jarak yang cukup berjauhan cenderung menggunakan model APMR. Di
bidang pendidikan, misalnya, siswa atau orang tua siswa kerap menggunakan model
APMR untuk membayar biaya pendidikanpada lembaga pendidikan. Pembeli dan
penjual online juga sering menggunakan model APMR ini.
3. Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK)
Kartu kredit, kartu tol, atau kartu ATM, merupakan perkembangan awal alat
pembayaran di era modern menuju model APMD.
4. Alat Pembayaran Menggunakan Digital (APMD)
Perkembangan berikutnya,sistem pembayaran dan transaksi berkembang seiring
dengan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Sistem online dan/
atau digital kemudian merangsang penggunaan alat pembayaran menggunakan
digital (APMD).

3) Uang Digital (Digital Currency)


Terdapat beberapa definisi mengenai ‘uang digital’ atau ‘uang virtual’ yang
dikeluarkan oleh Bank Sentral maupun organisasi internasional.
European Central Bank (ECB) mendefinisikan ‘uang virtual’ sebagai “a type of
unregulated, digital money, which is issued & usually controlled by its developers, and
used and accepted among the members of a specific virtual community” (European
Central Bank, 2012). Dalam hal ini, ECB memfokuskan ‘uang virtual’ sebagai ‘uang
digital’ yang tidak diatur oleh regulator atau lembaga pemerintahan manapun.
Tidak jauh berbeda dengan ECB, Financial Action Task Force (FATF)
menggunakan terminologi ‘uang virtual’ dengan definisi: ”Digital representation of
value that can be digitally traded and functions as (1) a medium of exchange; and/
or (2) a unit of account; and/or (3) a store of value, but does not have legal tender
status (i.e., when tendered to a creditor, is a valid and legal offer of payment) in any
jurisdiction. It is not issued nor guaranteed by any jurisdiction and fulfils the above
functions only by agreement within the community of users of the virtual currency”
(Financial Action Task Force, 2014).

7 T R A N SA K S I DENGAN RUPIAH
Berdasarkan definisi tersebut, FATF juga menekankan bahwa uang virtual dapat
memenuhi fungsi uang, namun bukan merupakan legal tender di wilayah hukum
manapun. Dengan kata lain, uang virtual tidak diterbitkan atau dijamin oleh yurisdiksi
manapun dan hanya didasarkan pada kesepakatan dalam komunitas pengguna.
Selanjutnya Bank of England (BOE) menggunakan terminologi ‘uang digital’
yang didefinisikan sebagai: “digital currency as any electronic form of money,
or medium of exchange, that features a distributed ledger and a decentralised
payment system”. Definisi tersebut menekankan bahwa uang digital merupakan
bentuk elektronik dari uang atau media pertukaran dengan menggunakan
distributed ledger technology (DLT) dan merupakan sistem pembayaran yang
bersifat desentralisasi (Barrdear dan Kumhof, 2016).
Topik mengenai uang digital menjadi fokus di seluruh Bank Sentral dalam
beberapa tahun terakhir. Bank Indonesia juga terus melakukan penelitian dalam
menentukan konsep Rupiah Digital / Central Bank Digital Currency (CBDC) dan
teknologi yang akan digunakan dalam upaya mendukung transformasi digital di
Indonesia.
Berbeda dengan uang digital maupun uang virtual, CBDC merupakan
bentuk baru dari Central Bank Money. CBDC merupakan kewajiban Bank Sentral,
mempunyai denominasi yang sama dengan mata uang resmi (legal tender) serta
memiliki fungsi uang sehingga dapat digunakan untuk alat tukar, satuan hitung,
maupun penyimpan nilai (CPMI, 2018).
Secara besaran, konsep CBDC yang dapat diimplementasikan oleh Bank Sentral
terdiri atas dua jenis, yaitu CBDC dalam lingkup terbatas pada sistem pembayaran
bernilai besar (wholesale payment) dan digunakan dalam pembayaran antar
bank, serta CBDC dalam lingkup luas yang dapat diakses oleh masyarakat untuk
pembayaran ritel.
Secara prinsip, CBDC memiliki nilai tambah jika dibandingkan dengan uang
kertas dan uang logam yang ada saat ini. Potensi manfaat CBDC diantaranya
adalah menambah alternatif instrumen pembayaran bagi masyarakat, pencatatan
transaksi menjadi transparan dan lebih akurat, meningkatkan efektifitas kebijakan
moneter, meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui percepatan perputaran
uang (velocity of money), serta meningkatkan inklusi keuangan.
Namun demikian, penerapan CBDC juga tidak terlepas dari risiko yang perlu
diantisipasi oleh Bank Sentral. Beberapa potensi risiko antara lain risiko keamanan
sistem dan cyber security, risiko operasional dan kerahasiaan data (privacy), risiko
reputasi, serta risiko hukum bagi Bank Sentral.
Untuk memitigasi risiko-risiko tersebut, beberapa hal perlu dilakukan seperti
menyediakan fitur keamanan yang dapat memberikan proteksi lebih tinggi bagi
sistem CBDC berbasis DLT, membangun infrastruktur dengan kapasitas yang
memadai untuk menerima beban transaksi yang akan meningkat signifikan, serta

T R A N SA K S I DENGAN RUPIAH 8
melakukan kontrol dan audit yang ketat pada sistem DLT yang dibangun untuk
menghindari risiko reputasi yang dapat berdampak pada skala luas.
Berdasarkan regulasi saat ini, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang
Mata Uang mengatur bahwa alat pembayaran yang sah di Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) adalah Rupiah. Dengan demikian, uang digital atau
uang virtual seperti halnya Bitcoin, Ethereum, Ripple, Libra, dan lain-lain bukan
sebagai alat pembayaran yang sah di Indonesia. 
Sebagai upaya untuk membangun ekosistem yang sehat dan sebagai
pemandu perkembangan ekonomi keuangan digital yang juga dapat mendukung
stabilitas sistem keuangan, Bank Indonesia merumuskan Blueprint Sistem
Pembayaran Indonesia 2025 (BSPI 2025). Dalam BSPI terdapat 5 visi Sistem
Pembayaran Indonesia 2025 yang dirumuskan sekaligus menjadi target akhir dari
arah kebijakan jangka panjang Bank Indonesia:
(1) SPI 2025 mendukung integrasi ekonomi keuangan digital nasional sehingga
menjamin fungsi Bank Sentral dalam proses peredaran uang, kebijakan
moneter, dan stabilitas sistem keuangan, serta mendukung inklusi keuangan
(2) SPI 2025 mendukung digitalisasi perbankan sebagai lembaga utama dalam
ekonomi-keuangan digital melalui Open Banking maupun pemanfaatan
teknologi digital dan data dalam bisnis keuangan
(3) SPI 2025 menjamin interlink antara fintech dengan perbankan untuk
menghindari risiko shadow-banking melalui pengaturan teknologi digital
(seperti API), kerjasama bisnis, maupun kepemilikan perusahaan
(4) SPI 2025 menjamin keseimbangan antara inovasi dengan perlindungan
konsumen, integritas dan stabilitas serta persaingan usaha yang sehat
melalui penerapan prinsip Know Your Customer (KYC) dan Anti Pencucian
Uang/Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU/PPT), kewajiban keterbukaan
data/ informasi/bisnis publik, dan penerapan regtech dan suptech dalam
kewajiban pelaporan, regulasi dan pengawasan.
(5) SPI 2025 menjamin kepentingan nasional dalam ekonomi-keuangan digital
antar negara melalui kewajiban pemrosesan semua transaksi domestik di
dalam negeri dan kerja sama penyelenggara asing dengan domestik, dengan
memperhatikan prinsip resiprokalitas.
Kelima visi BSPI ini akan diwujudkan melalui lima inisiatif yaitu: 1) Open Banking;
2) Pembayaran Ritel; 3) Infrastruktur Pasar Keuangan; 4) Data dan 5) Pengaturan,
Perizinan, dan Pengawasan.
Implementasi inisiatif ini akan dilakukan baik secara langsung oleh Bank
Indonesia sesuai tugas dan kewenangannya, maupun diimplementasikan melalui
kolaborasi dan koordinasi produktif dengan Kementerian/Lembaga terkait beserta
industri terkait.

9 T R A N SA K S I DENGAN RUPIAH
Arah kebijakan pengembangan ekonomi dan keuangan digital tersebut diatas
diharapkan dapat mendorong pertumbuhan inklusif, dengan tetap memperhatikan
mitigasi risiko sehingga dapat mendukung stabilitas sistem keuangan.

c. Customer Protection & Data Privacy


1) Instrumen Platform transaksi tunai dan non tunai
Pembayaran tunai adalah pembayaran yang menggunakan mata uang. Platform
transaksi tunai, merupakan bentuk dari sistem pembayaran yang konvensional,
yakni menggunakan uang kartal (logam dan kertas). Dalam konteks Negara Kesatuan
Republik Indonesia, alat pembayaran dalam transaksi tunai menggunakan mata
uang Rupiah. Penggunaan mata uang selain Rupiah merupakan alat pembayaran
transaksi tunai yang tidak sah (ilegal).
Pembayaran non tunai adalah sistem pembayaran yang tidak menggunakan
uang kartal (logam dan kertas) atau biasa disebut cashless. Instrumen yang digunakan,
misalnya cek, giro, uang debit, kartu kredit, uang elektronik dsb. Pada masa sekarang
ini, pembayaran non tunai semakin banyak diminati, dan terus tumbuh berkembang
di tengah masyarakat. Terdapat delapan pembayaran non-tunai di Indonesia.
Pertama, Kartu Debit. Ini merupakan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu
(APMK) yang dapat digunakan untuk membayar kewajiban yang timbul dari suatu
kegiatan ekonomi termasuk transaksi pembelanjaan. Kewajiban pemegang kartu
dipenuhi seketika dengan mengurangi secara langsung simpanan pemegang kartu
pada bank atau lembaga selain bank yang berwenang untuk menghimpun dana
sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Kedua, Kartu Kredit. Ini adalah APMK yang dapat digunakan untuk melakukan
pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk
transaksi pembelanjaan dan/atau untuk melakukan penarikan tunai, di mana
kewajiban pembayaran pemegang kartu dipenuhi terlebih dahulu oleh acquirer
atau penerbit, dan pemegang kartu berkewajiban untuk melakukan pembayaran
pada waktu yang disepakati baik dengan pelunasan secara sekaligus (charge card)
ataupun dengan pembayaran secara angsuran.
Ketiga, Uang Elektronik (UE). Ini merupakan instrumen pembayaran yang
memenuhi unsur-unsur:
1) Diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu kepada penerbit;
2) Nilai uang yang disimpan secara elektronik dalam suatu media server atau chip;
3) Nilai uang elektronik yang dikelola oleh penerbit bukan merupakan
simpanan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang yang mengatur
mengenai perbankan.
Berdasarkan media penyimpanan, UE dibedakan menjadi UE server based yang
merupakan UE dengan media penyimpanan berupa server dan UE chip based yaitu

T R A N SA K S I DENGAN RUPIAH 10
UE dengan media penyimpan berupa chip. Di Indonesia, penggunaan UE chip based
diantaranya untuk pembayaran jasa tol dan parkir.
Keempat, Bilyet Giro. Ini merupakan surat yang berfungsi sebagai perintah
dari nasabah Penarik kepada bank Tertarik untuk melakukan pemindahbukuan
sejumlah uang.
Kelima, Nota Debit atau Kredit. Nota debit adalah tagihan dari bank ke nasabah,
sementara nota kredit digunakan untuk mengirimkan atau memindahkan dana
bukan tunai kepada nasabah bank atau bank lain melalui kliring dengan nominal dan
waktu yang ditentukan.
Keenam, kartu ATM. Ini adalah APMK yang dapat digunakan untuk melakukan
penarikan tunai dan/atau pemindahan dana di mana kewajiban pemegang kartu
dipenuhi seketika dengan mengurangi secara langsung simpanan pemegang kartu
pada Bank atau Lembaga Selain Bank yang berwenang untuk menghimpun dana
sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Ketujuh, cek. Ini merupakan surat atau lembar perintah pencairan dari naskah
kepada bank. Terdapat beberapa jenis cek, yaitu (1) Cek atas nama, yaitu cek yang
dikeluarkan atas nama seseorang atau badan hukum sesuai yang tertera dalam surat
cek tersebut, (2) Cek atas unjuk yaitu cek yang di dalamnya tidak ada nama si penerima
sehingga siapa pun dapat mencairkannya. (3) Cek silang (Cross check) yaitu cek yang
diberi tanda silang pada ujung kiri atas, hal ini dilakukan karena cek yang semula
akan dibayar tunai menjadi dibayar non tunai, (4) Cek mundur yaitu cek yang diberi
tanggal mundur.

2) Keamanan Siber dalam Transaksi Elektronik (Cyber Security on Electronic Transaction)


Sebagai lembaga penyedia jasa keuangan, perbankan sudah lama menggunakan
teknologi komputer, untuk meningkatkan efektivitas layanan jasa keuangannya.
ATM (anjungan tunai mandiri), merupakan salah satu bentuk komputerisasi
layanan jasa keuangan, sebagai model pengganti kasir dalam memberikan layanan
pembayaran kepada nasabah.
Keunggulan elektronifikasi atau digitalisasi perbankan juga dibarengi dengan
potensi risiko yang harus diantisipasi oleh masyarakat dan perbankan. Salah satu
potensi masalah tersebut yaitu munculnya kejahatan melalui sistem digital atau
yang disebut kejahatan siber (cyber crime).
Dilihat dari karakter sasarannya, kejahatan siber di era modern ini, dapat
dibedakan menjadi dua jenis. Pertama, kejahatan yang menyasar komputer
sebagai target aktivitas kriminal dengan merusak sistem, menghapus sistem, dan/
atau menyebarkan virus komputer sehingga dapat mengganggu sistem operasi
komputer. Virus tersebut disebarkan melalui web deface, yaitu sistem exploitation
dengan tujuan mengganti  tampilan halaman muka suatu situs, email spamming

11 T R A N SA K S I DENGAN RUPIAH
(mengirimkan junk email berupa iklan produk dan sejenisnya pada alamat email
seseorang), atau Denial of Service (membanjiri data dalam jumlah sangat besar
dengan maksud untuk melumpuhkan sistem sasaran).
Kedua, kejahatan siber menggunakan perangkat teknologi informasi dan
komunikasi, seperti komputer, telepon seluler sebagai alat kejahatan. Misalnya,
seorang pelaku kejahatan siber dapat melakukan kejahatan siber dari rumah untuk
membobol sistem perbankan dan melakukan pencurian data, atau keuangan.
Dengan memperhatikan kedua tipe target kejahatan siber tersebut dapat
ditemukan beberapa bentuk kejahatan siber yang sering terjadi di masyarakat
(Faridi, 2018). Berikut adalah beberapa contoh kejahatan siber.
Pertama, skimming. Ini merupakan metode yang digunakan untuk mencuri
informasi nasabah pada saat bertransaksi menggunakan ATM. Terdapat tiga
komponen pokok yang digunakan pelaku dalam melaksanakan kejahatan siber
model skimming, yaitu skimmer, kamera tersembunyi, dan keypad. Alat skimmer
berfungsi untuk merekam aktivitas nasabah dalam menggunakan mesin ATM.
Alat ini mampu merekam strip elektromagnetik yang ada pada kartu korban pada
saat kartu dimasukkan ke mesin ATM. Kamera tersembunyi dan keypad digunakan
untuk merekam aktivitas korban pada saat memasukkan PIN pada mesin ATM.

Tips Terhindar dari


Kejahatan Skimming di ATM

1. Tutupi jari
Anda saat
memasukkan 3. Perhatikan
PIN kartu ATM lingkungan sekitar.
Hindari ATM jika
mendapati orang
mencurigakan.

2. Perhatikan kondisi
mesin ATM. Jika 4. Jika
menemukan alat menemukan
yang tidak biasa, orang ang cukup
laporkan pada petugas lama berada di
setempat, atau depan mesin ATM,
hubungi Call Center maka ingatkan
Bank bersangkutan. dia atau laporkan
pada satpam.

T R A N SA K S I DENGAN RUPIAH 12
Kedua, malware (malicious software). Malware berarti software yang tidak
diinginkan dalam sistem komputer. Malware biasanya dibuat untuk mencuri data
informasi yang bahkan dapat merusak sebuah sistem komputer. Kejahatan dengan
teknik ini termasuk model kejahatan siber yang sulit dideteksi.

Tips Terhindar dari Malware

Hapus
temporary file
Scan perangkat
Selalu pastikan menggunakan
Anda memiliki anti-malware
back up data
Melakukan
reset browser

Jalankan
save mode
Putuskan
internet, bila Hapus program
diduga Anda yang tidak
sudah terserang dikenal
malware

Ketiga, peretasan (hacking). Ini adalah kegiatan membobol dan mengeksploitasi


sistem komputer milik orang atau lembaga lain. Hacking semula diidentikkan dengan
kejahatan, tapi seiring berjalannya waktu berkembang white hack, yaitu kegiatan
hacking untuk menguji sistem keamanan komputer.

Tips Terhindar dari Peretasan (Hacking)


Selalu update
Lakukan backup software, serta
data. Langkah meningkatkan
dilakukan, untuk kewaspadaan dari
menjaga risiko serangan hacking
terburuk, yaitu
hilangnya data
karena hacking Gunakan firewall.
Install security Firewall adalah
plugins. Plugin aplikasi yang
ini memberikan mengatur antara
perlindungan server website
tambahan dan dengan koneksi
selalu diperbaharui data dan membaca
dari waktu ke setiap bit data
waktu

13 T R A N SA K S I DENGAN RUPIAH
Keempat, tindak pidana phising. Istilah phising diduga berasal dari kata fishing,
artinya memancing. Phising adalah upaya mengelabui (social engineering) untuk
mendapatkan informasi data seseorang. Data yang kerap menjadi sasaran adalah
data pribadi, data akun, dan data finansial (nomor rekening).
Korban biasanya terpancing memberikan data-data tersebut karena pelaku
menyamar menggunakan identitas dan lembaga yang seolah-olah resmi. Pelaku
memancing korban untuk memberikan informasi atau data pribadi untuk kemudian
digunakan sebagai alat dalam melakukan kejahatan.

3 ) Perlindungan Konsumen
Konsumen didefinisikan sebagai orang-perseorangan atau badan, baik
berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum, yang memanfaatkan produk
dan/atau jasa dari penyelenggara layanan keuangan. Isu perlindungan konsumen
menjadi perhatian utama Bank Indonesia dalam menngeluarkan berbagai kebijakan
dan ketentuan. Pertimbangannya, perlindungan konsumen yang efektif akan
mendorong kepercayaan masyarakat pada sektor keuangan dan pada akhirnya
mendukung stabilitas sistem keuangan.
Manfaat dari upaya menguatkan perlindungan konsumen adalah menumbuhkan
kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya melindungi konsumen; mengurangi
ketidakseimbangan kedudukan antara pelaku usaha dan konsumen; menghilangkan
penyampaian informasi yang tidak sehat, penyalahgunaan kewenangan dan fraud,
serta mendorong perkembangan inovasi produk dan layanan keuangan yang
bertanggung jawab dan efisien.
Untuk menciptakan perlindungan konsumen yang lebih efektif, Bank Indonesia
melakukan empat kegiatan strategis, yaitu fungsi pengaturan dan kebijakan,
pengawasan, penanganan pengaduan, serta edukasi dan literasi. Penguatan fungsi
ini didukung dengan kerja sama nasional maupun internasional dan memperhatikan
praktik-praktik terbaik di dunia internasional (international best practices).
Dari aspek kebijakan dan ketentuan, Bank Indonesia menerbitkan Peraturan
Bank Indonesia No.22/20/PBI/2020 tentang Perlindungan Konsumen Bank
Indonesia.
PBI PK mengatur mengenai penerapan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip
Perlindungan Konsumen yang harus dipatuhi Penyelenggara, yaitu:
1) Kesetaraan dan perlakuan yang adil;
2) Keterbukaan dan transparansi;
3) Edukasi dan literasi;
4) Perilaku bisnis yang bertanggung jawab;
5) Perlindungan aset konsumen terhadap penyalahgunaan;

T R A N SA K S I DENGAN RUPIAH 14
6) Perlindungan data dan/atau informasi konsumen; dan
7) Penanganan dan penyelesaian pengaduan yang efektif.
Ruang lingkup pengaturan pada PBI mencakup Penyelenggara di bidang:
1) Sistem Pembayaran, antara lain Alat Pembayaran Menggunakan Kartu
(APMK), Uang Elektronik, Cek/bilyet giro, Dompet Elektronik dan Transfer
Dana);
2) Kegiatan Layanan Uang, meliputi Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan
Bank (KUPVA BB), dan Kegiatan Layanan Uang lainnya yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia;
3) Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing, mencakup Penerbitan Instrumen
Pasar Uang, Pendukung transaksi di Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing yang
berhubungan langsung dengan konsumen.

Dari aspek edukasi dan literasi, Bank Indonesia juga turut berupaya
meningkatkan keberdayaan konsumen melalui kegiatan edukasi untuk
meningkatkan literasi keuangan konsumen dan/atau masyarakat. Edukasi
dilakukan secara terencana, terukur dan berkelanjutan. Terkait hal tersebut,
Bank Indonesia telah menyusun strategi Edukasi Perlindungan Konsumen dengan
menargetkan pada segmentasi konsumen, berfokus pada wilayah di Indonesia dan
mempertimbangkan berbagai kanal penyampaian informasi.
Peningkatan literasi keuangan masyarakat diharapkan dapat menciptakan
konsumen yang berdaya, yaitu konsumen yang sadar, paham dan cakap
menggunakan produk dan jasa keuangan secara aman dan bijak, serta mampu
memperjuangkan hak dan kepentingannya, termasuk pengaduan kepada
penyelenggara. Dalam hal konsumen tidak menyepakati hasil penanganan dan
penyelesaian yang dilakukan oleh penyelenggara, konsumen dapat mengadukan
kepada Bank Indonesia.
Aspek Penanganan Pengaduan, Bank Indonesia dapat melakukan tindak lanjut
pengaduan konsumen yang disebabkan oleh ketidakpahaman konsumen, adanya
indikasi pelanggaran oleh Penyelenggara atau adanya kerugian dan/atau potensi
kerugian finansial. Permasalahan yang diadukan merupakan masalah perdata
yang tidak diproses oleh pengadilan, badan/lembaga penyelesaian sengketa, atau
otoritas yang berwenang lainnya. Pengaduan konsumen akan ditindaklanjuti oleh
Bank Indonesia dengan Edukasi, Konsultasi dan Fasilitasi.
Guna mendukung pelaksanaan perlindungan konsumen, Bank Indonesia juga
melakukan pengawasan. Kegiatan dilakukan terhadap Penyelenggara yang diatur

15 T R A N SA K S I DENGAN RUPIAH
Pengaduan kepada Bank Indonesia

 Contact center  Kantor Perwakilan Dalam


Langsung BICARA 131 Negeri yang terdekat
dengan domisili/tempat
tinggal konsumen.

 Melalui surat  Surat  Portal


Tidak kepada Kantor elektronik Pengaduan
langsung Perwakilan (e-mail) melalui Konsumen Bank
Dalam Negeri bicara@bi.go.id Indonesia melalu
yang terdekat website https://
dengan domisili/ www.bi.go.id/
tempat tinggal id/layanan/
konsumen pengaduan-
konsumen/
default.aspx

dan diawasi oleh Bank Indonesia. Fokus pengawasan adalah untuk memastikan
kepatuhan terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip perlindungan konsumen yang
telah diatur dalam ketentuan Bank Indonesia.
Untuk itu, Bank Indonesia mengawasi dengan pendekatan pengawasan
perilaku yaitu memantau perilaku Penyelenggara agar senantiasa memperhatikan
kepentingan konsumen dalam setiap tahapan produksi pra-penjualan, penjualan
dan pasca penjualan. Ini termasuk tapi tidak terbatas pada kegiatan mendesain,
menyusun, menyampaikan informasi, menawarkan, membuat perjanjian atas
produk/atau jasa, serta penanganan dan penyelesaian pengaduan.
Dalam melindungi konsumen, Bank Indonesia senantiasa bersinergi
dengan Kementerian/Lembaga lain. Kerjasama dilakukan dengan Kemendag,
OJK, Kemenkominfo, BPKN, YLKI dan lain-lain. Berbagai kegiatan dengan para
Kementerian dan Lembaga yang dilakukan seperti mendukung Hari Konsumen
Nasional, anggota Portal Pengaduan Konsumen Nasional, anggota Kelompok Kerja
(Pokja 5) Perlindungan Konsumen pada Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI),
anggota pada Strategi Nasional Perlindungan Konsumen (Stranas-PK), sinergi
pelaksanaan seminar edukasi dengan OJK dan penyusunan materi edukasi kepada
masyarakat bersama Kemenkominfo.

T R A N SA K S I DENGAN RUPIAH 16
Tips Melindungi Kegiatan Transaksi
Keuangan Kita

1) Pahami Produk dan risikonya;


2) Kenali regulatornya;
3) Adukan jika produk tidak sesuai.

Kiat Aman Bertransaksi Digital

1) Lindungi Data Pribadi Anda


2) Jaga Data Kartu Atm/Debet/Kredit, Uang elektronik dan Data Pribadi (Copy KTP,
Nomor HP), serta One Time Password (OTP) dan PIN.
3) Perbaharui Data Pribadi (Sim Card HP, alamat, Penghasilan) kepada Penyelenggara
jika terdapat perubahan dari Data yang terdaftar sebelumnya.
4) Pastikan Bertransaksi Secara Resmi
5) Pastikan melakukan transaksi Online/E-Commerce pada Merchant resmi/platform
yang memiliki fitur keamanan bertransaksi.
6) Tidak tergoda melakukan transaksi di luar platform resmi seperti mengakses link
tertentu atau melakukan transaksi melalui transfer.
7) Adukan: Pastikan selalu mempunyai call center yang bisa dihubungi. Segera
hubungi call center Penyelenggara jika terdapat transaksi mencurigakan atau
mengalami kendala dalam menggunakan kartu ATM/Debet/kredit maupun
aplikasi.

17 T R A N SA K S I DENGAN RUPIAH
4. PENDIDIKAN NILAI
Literasi keuangan merupakan agenda pembelajaran dan pencerahan terhadap
warga negara dalam mengelola keuangan. Rupiah atau uang pada umumnya, bukan saja
sekedar alat pembayaran, tetapi juga terkait dengan keberlanjutan seseorang, bangsa
dan negara.
Dengan mengelola keuangan dengan baik, maka diharapkan kesejahteraan hidup
di masa depan, dapat diwujudkan. Maka cerdas mengelola keuangan, merupakan kunci
awal dalam mewujudkan target-target hidup yang direncanakan.

Penilaian Pembelajaran
Pilih salah satu jawaban yang tepat !

1. Contoh dari Uang Sebagai Satuan Hitung adalah...


A. Menetapkan nilai sebuah barang
B. Investasi dalam sebuah perusahaan
C. Menyimpan uang di perbankan
E. Menukar barang dengan harga yang sama
F. Menggunakan uang sebagai alat pembayaran
2. Memanfaatkan koin sebagai alat tukar, untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan,
merupakan fungsi uang dalam bidang...
A. Satuan hitung
B. Nilai tertunda
C. Alat pembayaran
D. Penyimpanan nilai
E. Komoditas ekonomi
3. Prinsip double coincidence, merupakan prinsip pokok untuk bisa terjadinya praktik...
A. Jual beli
B. Barter
C. Investasi
D. Pembayaran tunai
E. Pembayaran non tunai
4. Program QRIS, yang dikembangkan Bank Indonesia memiliki manfaat QRIS dapat
menerima pembayaran aplikasi pembayaran apa pun yang menggunakan QR Code,
jadi masyarakat tidak perlu memiliki berbagai macam aplikasi pembayaran. Hal ini,
sejalan dengan prinsip...
A. Universal
B. Gampang

T R A N SA K S I DENGAN RUPIAH 18
C. Langsung
D. Mudah
E. Untung
5. Saat kita hendak masuk tol atau parkir di sebuah hotel, jenis alat pembayaran yang
digunakan adalah ...
A. APMU
B. APMK
C. APMD
D. APMR
E. Rupiah
6. Kejahatan perbankan dunia maya (cyber crime) dengan teknik merekam nomor pin
dan nomor rekening di ATM, disebut ...
A. Skimming
B. Hacking
C. Malware
D. Virus
E. Spam
7. Peraturan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Perlindungan Konsumen adalah ...
A. PBI Nomor22/20/PBI/2020
B. PBI Nomor14 / 2 /PBI/ 2012
C. PBI Nomor 20/6/PBI/2018
D. PBI Nomor 18/ 17 /PBI/2016
E. PBI Nomor 11/12/PBI/2009
8. Sistem pembayaran non tunai, dimana kewajiban pemegang kartu dipenuhi seketika
dengan mengurangi secara langsung simpanan pemegang kartu pada bank atau
lembaga selain bank yang berwenang untuk menghimpun dana sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku, biasa disebut...
A. Bilyet Giro
B. COD
C. Check
D. Kartu Debet
E. Nota Kredit
9. Sistem pembayaran yang menggunakan kartu kredit, dapat pula disebut dengan
model...
A. APMK
B. COD
C. Check

19 T R A N SA K S I DENGAN RUPIAH
D. Nota Kredit
E. Nota Debet
10. Langkah praktis Bank Indonesia, untuk memberikan perlindungan terhadap konsumen
adalah, kecuali...
A. Menyusun Undang-undang perlindungan konsumen
B. Mengeluarkan peraturan Bank Indonesia
C. Memberikan layanan edukasi kepada masyarakat
D. Membuat portal pengaduan konsumen
F. Melakukan bersinergi atau kerja sama dengan Kementerian/Lembaga lain

Kunci Jawaban

No Jawaban No Jawaban
1 A 6 A
2 A 7 A
3 B 8 D
4 A 9 A
5 B 10 A

5. TINDAK LANJUT
Berikut ini rekomendasi kegiatan setelah mengikuti kegiatan sosialisasi Paham Rupiah.
1) Bila capaian pemahaman dan pengetahuan dalam bab Rupiah sebagai Pemersatu
Bangsa belum mencapai angka minimal 80%, diharapkan untuk melakukan
pembelajaran dan pengujian ulang.
2) Capaian pemahaman dan pengetahuan yang sudah mencapai minimal 80%, dapat
dijadikan pengetahuan dasar untuk melanjutkan pada bab selanjutnya.
3) Pemahaman akan menjadi buah yang manis, manakala mampu dijadikan bekal untuk
meningkatkan kedewasaan kita dalam memperlakukan Rupiah sebagai mata uang sah
NKRI. Oleh karena itu, sosialisasikan dan kembangkan dalam kehidupan sehari-hari di
masyarakat.
4) Untuk meningkatkan pemahaman, peserta sosialisasi diharapkan dapat
meningkatkan wawasan dan pengetahuannya, dengan mencermati video
dokumenter atau video informasi yang terkait dengan Rupiah.

T R A N SA K S I DENGAN RUPIAH 20
Bagian 2
Berbelanja

21 BERBELANJA
1. PENDAHULUAN
Bank Indonesia didirikan dan dijalankan dengan tujuan mencapai dan memelihara
kestabilan nilai Rupiah, berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang dikenal dengan UU Bank Indonesia.
Kestabilan nilai Rupiah tersebut mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai Rupiah
terhadap barang​dan jasa, serta kestabilan nilai Rupiah terhadap mata uang negara
lain. Aspek pertama tercermin pada perkembangan laju inflasi, sedangkan aspek kedua
tercermin pada perkembangan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang negara lain (kurs).
Inflasi yang terkendali serta nilai tukar yang stabil merupakan prasyarat bagi
pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan, yang pada akhirnya bermanfaat untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pengalaman empiris menunjukkan bahwa inflasi
yang tidak terkendali menyulitkan masyarakat mengambil keputusan untuk konsumsi,
produksi, dan investasi. Kondisi tersebut berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat secara umum.
Tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dibanding dengan tingkat inflasi di
negara tetangga menjadikan tingkat bunga domestik riil menjadi tidak kompetitif,
sehingga menekan nilai Rupiah. Dengan demikian, pengendalian inflasi tidak hanya
mempertimbangkan perkembangan ekonomi domestik, melainkan juga perkembangan
fundamental makroekonomi negara tetangga dan global.
Inflasi yang terkendali, nilai tukar inflasi yang terkendali, serta nilai tukar yang stabil
akan berdampak terhadap stabilitas sistem keuangan.​Bank Indonesia sebagai otoritas
dalam bidang makro prudensial, disamping sebagai otoritas di bidang moneter dan sistem
pembayaran, berperan strategis dalam menjaga stabilitas sistem keuangan. Pada sisi lain,
peran masyarakat sangat diperlukan dalam rangka mendukung kebijakan yang ditetapkan
dan dilaksanakan Bank Indonesia.

2. TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui presentasi, pengamatan, diskusi dan pendekatan pemecahan masalah, peserta
pelatihan/sosialisasi dapat memahami:
a. peran Rupiah dalam perekonomian;
b. konsep inflasi; dan
c. konsep nilai tukar.

BERBELANJA 22
3. MATERI PEMBELAJARAN
a. Peran Rupiah dalam Perekonomian
1) Peran Rupiah dalam Fungsi Intermediasi Lembaga Keuangan
Secara umum, lembaga keuangan berfungsi sebagai lembaga intermediasi,
yaitu menyalurkan dana dari masyarakat dan/atau lembaga yang kelebihan dana
kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana.
Bank adalah lembaga yang berdasarkan undang-undang dapat menghimpun
dana dari masyarakat dan/atau lembaga dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya dalam bentuk kredit atau pembiayaan. Pihak-pihak yang
membutuhkan dana tersebut dapat menggunakannya untuk tujuan konsumsi
maupun usaha produktif di berbagai sektor ekonomi, dalam rangka meningkatkan
taraf hidup masyarakat.
Instrumen dalam pelaksanaan fungsi intermediasi lembaga keuangan itu adalah
uang Rupiah. Lancar tidaknya fungsi intermediasi tersebut, salah satunya tergantung
kepada perputaran dana masyarakat yang mengalir melalui lembaga keuangan. Bank
Indonesia merupakan otoritas moneter yang mengendalikan volume peredaran
mata uang Rupiah melalui peran lembaga keuangan sebagai lembaga intermediasi.

2) Pengertian dan Jenis Uang Beredar


Dalam sistem moneter Indonesia terdapat dua lembaga utama yaitu bank
sentral dan bank umum. Bank sentral adalah bank yang dibentuk oleh suatu negara,
berperan untuk mengatur sistem pembayaran dan kebijakan moneter di negara
tersebut. Menurut Singleton (2011), bank sentral adalah sebuah bank tempat bank-
bank lain menyimpan dana (rekening) dan mempergunakan dana tersebut untuk
penyelesaian akhir (settlement) dari transaksi antar bank.
Berdasarkan pasal 4 Undang-Undang Bank Indonesia, Bank Indonesia adalah
lembaga negara yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya,
bebas dari campur tangan Pemerintah dan/atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal
yang secara tegas diatur dalam Undang-undang.
Adapun Bank Umum menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha baik secara konvensional
maupun berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Dalam konteks manajemen pengelolaan uang di Indonesia, Bank Indonesia
selaku bank sentral mengeluarkan dan mengedarkan uang kartal sedangkan
bank umum mengeluarkan dan mengedarkan uang giral dan uang kuasi. Dengan
demikian, kedua lembaga tersebut dalam sistem moneter Indonesia dikenal sebagai
lembaga yang dapat menciptakan uang.

23 BERBELANJA
Semua jenis uang yang dikeluarkan dan diedarkan merupakan kewajiban
lembaga yang mengeluarkan dan mengedarkannya. Contohnya suatu bank
mempunyai kewajiban uang giral sebesar rekening giro yang disimpan masyarakat,
ditambah dengan kewajiban uang kuasi sebesar tabungan dan deposito berjangka
yang disimpan masyarakat pada bank yang bersangkutan.
Dengan mengeluarkan dan mengedarkan uang, sistem moneter mempunyai
kewajiban kepada sektor swasta domestik atau penduduk/ masyarakat yang terdiri
dari individu, badan usaha, dan lembaga lainnya.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa uang beredar
adalah kewajiban sistem moneter terhadap sektor swasta domestik atau terhadap
masyarakat yang terdiri dari individu, badan usaha, dan lembaga lainnya.
Dalam praktiknya, berbagai negara menggunakan uang beredar dengan
jenis yang beragam. Jenis-jenis uang beredar tersebut secara resmi didefinisikan
berdasarkan komponen yang tercakup di dalamnya, umumnya meliputi ketiga jenis
uang yang telah dikenal secara umum, yaitu uang kartal, uang giral, dan uang kuasi.
Berikut ini tiga jenis uang beredar yang dikenal di Indonesia.
1) M0 disebut juga sebagai uang primer atau uang inti atau reserve money. M0
adalah kewajiban otoritas moneter (Bank Indonesia) terhadap sektor swasta
domestik dan bank umum yang berupa uang kartal (uang kertas dan uang
logam) yang berada di luar Bank Indonesia serta simpanan giro bank umum di
Bank Indonesia. Dengan demikian, M0 atau uang primer terdiri atas:
(a) Uang tunai (uang kartal) yang dipegang baik oleh masyarakat maupun
bank umum,
(b) Saldo rekening giro atau cadangan milik bank umum dan masyarakat di
Bank Indonesia
2) M1 yaitu kewajiban sistem moneter terhadap sektor swasta domestik
yang meliputi uang kartal yang dipegang masyarakat dan uang giral (giro
berdenominasi Rupiah).
3) M2 yaitu kewajiban sistem moneter terhadap sektor swasta domestik yang
terdiri dari: uang kartal, uang giral, dan uang kuasi (mencakup tabungan,
simpanan berjangka dalam Rupiah dan valas, serta giro dalam valuta asing),
dan surat berharga yang diterbitkan oleh sistem moneter yang dimiliki sektor
swasta domestik dengan sisa jangka waktu sampai dengan satu tahun. Dengan
kata lain M2 adalah M1 ditambah dengan uang kuasi dan surat berharga yang
diterbitkan oleh sistem moneter yang dimiliki sektor swasta domestik dengan
sisa jangka waktu sampai dengan satu tahun.

BERBELANJA 24
M2 M0
M1

Giro positif
Uang Kuasi: bank di BI
Tabungan (Rp) Giro
Deposito (Rp) masyarakat
Simpanan Valas (tab, di bank
Deposito Giro Valas) umum Uang Kartal
di Masyarakat Uang Kartal
Surat Berharga (currency di Bank (Cash
selain Saham Outside Banks) in vault)

Uang yang diedarkan


(currency)

M0 = Uang kartal/currency baik yang dipegang masyarakat


maupun oleh bank dan saldo giro perusahaan & bank di BI
M1 = Uang Kartal + Uang giral
Uang Kartal = Uang Kertas + Uang logam
Uang Giral = Simpanan Giro Rupiah
Uang Kuasi = Simpanan Berjangka + Tabungan + Simpanan
Giro Valas

Gambar : Jenis Uang Beredar di Indonesia

3) Konsep Likuiditas di Lembaga Keuangan


Likuiditas merupakan kemampuan lembaga keuangan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendekya yang harus segera dibayar dengan menggunakan
harta lancarnya. Pada umumnya, tingkat likuiditas suatu lembaga keuangan dapat
ditunjukkan dengan angka-angka tertentu, seperti angka-angka rasio lancar dan
angka rasio kas.
Semakin tinggi tingkat likuiditas lembaga keuangan, semakin tinggi pula
kemampuan lembaga keuangan tersebut dalam memenuhi kewajiban-kewajiban
jangka pendeknya. Semakin tinggi pula kepercayaan dari para stakeholder-nya,
sehingga pertumbuhan aset dan kinerja keuangannya menjadi lebih tinggi juga.
Tingginya likuiditas lembaga keuangan tergambar dalam banyak sedikitnya
ketersediaan harta lancar berupa uang Rupiah di kas, serta simpanan dan piutang
berupa uang Rupiah pada pihak lain. Dengan demikian, kepemilikan uang Rupiah
tunai dan non tunai dari suatu lembaga keuangan mencerminkan tingkat likuiditas
dari lembaga keuangan tersebut.

25 BERBELANJA
Likuiditas bagi lembaga keuangan terutama perbankan merupakan hal yang
sangat penting. Permasalahan likuiditas di suatu bank selain dapat mengganggu
operasional bank tersebut juga dapat berpengaruh pada bank lain dan mengganggu
stabilitas sistem keuangan. Bank Indonesia, dalam rangka menjaga stabilitas sistem
keuangan berperan sebagai Lender of the Last Resort yaitu menyediakan likuiditas di
pasar uang maupun kepada individual bank.
Ketersediaan M0 milik bank berupa uang kartal dan simpanan gironya di Bank
Indonesia, M1 berupa uang kartal dan uang giral serta M2 berupa M1 ditambah
uang kuasi merepresentasikan baik tidaknya tingkat likuiditas bank tersebut.
b. Inflasi
1) Konsep Dasar Inflasi
Inflasi menunjukkan persentase kenaikan harga sejumlah barang dan jasa
secara umum yang dikonsumsi rumah tangga selama periode tertentu. Inflasi dapat
diartikan sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus-menerus
dalam jangka waktu tertentu. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak
dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan
harga) pada barang lainnya.
Kenaikan harga barang dan jasa menurunkan nilai mata uang. Maka, inflasi
dapat juga diartikan sebagai penurunan nilai uang terhadap nilai barang dan jasa
secara umum.
Boediono (2001) menjelaskan bahwa inflasi adalah kenaikan harga barang
secara umum dan terus-menerus. Adapun Suseno, Siti Astiyah (2008), Samuelson
dan Nordhaus (2010), Romer (2012), dan Mankiw, N. Gregory (2018) menjelaskan
bahwa inflasi dimaknai sebagai kecenderungan meningkatnya harga barang dan
jasa secara umum dan terus-menerus.
Perhitungan inflasi di Indonesia dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
berdasarkan Classification Of Individual Consumption According to Purpose (COICOP)
tahun dasar 2018. COICOP tahun dasar 2018 menjadi pijakan bagi BPS untuk
menghitung Indeks Harga Konsumen (IHK). Indeks ini mengukur rata-rata perubahan
harga antar waktu dari suatu paket jenis barang dan jasa yang dikonsumsi oleh
penduduk/rumah tangga di daerah perkotaan dengan dasar suatu periode tertentu.
Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket
barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga. Berikut ini paket barang dan
jasa yang menjadi basis perhitungan di Indonesia berdasarkan COICOP tahun dasar
2018, dikelompokkan dalam 11 kelompok pengeluaran.
1. Makanan, minuman, dan tembakau.
2. Pakaian dan alas kaki.
3. Perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga.

BERBELANJA 26
4. Perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga.
5. Kesehatan.
6. Transportasi.
7. Informasi, komunikasi, dan jasa keuangan.
8. Rekreasi, olahraga dan budaya.
9. Pendidikan.
10. Penyediaan makanan dan minuman/restoran.
11. Perawatan pribadi dan jasa lainnya.
Untuk mengetahui pergerakan harga dari sebelas kelompok pengeluaran
tersebut, BPS melakukan survei harga konsumen. Survei harga konsumen merupakan
survei yang dilakukan untuk mengetahui harga transaksi yang terjadi antara penjual
(pedagang eceran) dan pembeli (konsumen). Selanjutnya, berdasarkan survei harga
konsumen tersebut dihitung IHK. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan
pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga.
Disamping pengelompokan berdasarkan COICOP di atas, BPS juga
mempublikasikan inflasi berdasarkan pengelompokan lainnya yang dinamakan
disagregasi inflasi. Ini dilakukan untuk menghasilkan indikator inflasi yang
menggambarkan pengaruh faktor-faktor fundamental.

Tabel 1. Disagregasi Inflasi Berdasarkan IHK di Indonesia

No. Jenis Inflasi Keterangan

1 Inflasi Inti Komponen inflasi yang cenderung menetap (persistent


component) dalam pergerakan ​inflasi dan dipengaruhi oleh faktor
fundamental sepertiinteraksi permintaan-penawaran, lingkungan
eksternal: nilai tukar, harga komoditi internasional, inflasi mitra
dagang, serta ekspektasi inflasi dari pedagang dan konsumen.

2 Inflasi Non-Inti Komponen inflasi yang cenderung tinggi volatilitasnya karena


dipengaruhi oleh selain faktor fundamental. Komponen inflasi
non-inti terdiri dari:
a) Inflasi Komponen Bergejolak (Volatile Food): Inflasi yang
dominan dipengaruhi oleh efek kejut (shocks)dalam kelompok
bahan makanan seperti panen, gangguan alam, atau faktor
perkembangan harga komoditas pangan domestik maupun
perkembangan harga komoditas pangan internasional.
b) Inflasi Komponen Harga yang diatur oleh Pemerintah
(Administered Prices): Inflasi yang dominan dipengaruhi
oleh efek kejut (shocks) berupa kebijakan harga Pemerintah,
seperti harga BBM bersubsidi, tarif listrik, tarif angkutan, dll.

27 BERBELANJA
Jenis inflasi juga dapat dikelompokkan berdasarkan berbagai kategori sebagaimana
tampak pada tabel di bawah ini.

Tabel 2: Jenis Inflasi Berdasarkan Tingkat Keparahannya, menurut Boediono (1985)

No. Jenis Inflasi Keterangan

1 Inflasi ringan Inflasi ringan terjadi ketika tingkat harga umum mengalami
kenaikan dibawah 10% per tahun. Inflasi ringan sering pula
disebut single digit inflation atau inflasi satu digit.
2 Inflasi sedang Inflasi sedang berkisar antara 10% hingga 25% per tahun. Inflasi
jenis ini belum membuyarkan perekonomian, tapi berdampak
menurunkan tingkat kesejahteraan penduduk, terutama yang
berpenghasilan tetap karena daya beli mereka berkurang.
3 Inflasi berat Kenaikan harga-harga umum pada inflasi berat bisa mencapai
25% hingga 100% per tahun. Pada kondisi ini, masyarakat tidak
berminat untuk menabung karena bunga tabungan lebih rendah
daripada tingkat inflasi.
4 Hiperinflasi Inflasi ini mencapai lebih dari 100% per tahun dan tidak hanya
berdampak pada bidang ekonomi, tetapi juga bidang sosial dan
politik.

Tabel 3: Jenis Inflasi Berdasarkan Periodenya

No. Jenis Inflasi Keterangan

1 Inflasi tahunan Mengukur IHK periode bulan ini terhadap IHK pada periode
(year on year) yang sama di tahun sebelumnya, misalnya inflasi pada
Desember 2020 terhadap inflasi pada Desember 2019.

2 Inflasi bulanan Mengukur IHK bulan ini terhadap IHK bulan sebelumnya,
(month to misalnya IHK bulan Maret 2020 terhadap IHK bulan Februari
month) 2020.

3 Inflasi Mengukur IHK bulan ini terhadap IHK awal tahun, misalnya
kalender (year inflasi dari bulan Januari hingga Desember 2020.
to date)

Inflasi dapat disebabkan oleh adanya tekanan dari sisi penawaran (cost push
inflation), dari sisi permintaan (demand pull inflation), dan dari ekspektasi inflasi.
Faktor-faktor terjadinya cost push inflation dapat disebabkan oleh depresiasi
nilai tukar, dampak inflasi luar negeri terutama negara-negara mitra dagang,

BERBELANJA 28
peningkatan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah (administered price),
dan terjadi negative supply shocks akibat bencana alam dan terganggunya distribusi.
Faktor penyebab demand pull inflation adalah tingginya permintaan barang
dan jasa relatif terhadap ketersediaannya. Dalam konteks makro ekonomi, kondisi
ini digambarkan oleh output riil yang melebihi output potensialnya atau permintaan
total (aggregate demand) lebih besar daripada kapasitas perekonomian.
Adapun faktor ekspektasi inflasi dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dan
pelaku ekonomi lainnya dalam menggunakan ekspektasi angka inflasi ketika
membuat keputusan melakukan kegiatan ekonomi. Ekspektasi inflasi tersebut dapat
bersifat adaptif atau forward looking. Hal ini tercermin dari perilaku pembentukan
harga pada tingkat produsen dan pedagang terutama pada saat menjelang hari
besar keagamaan (bulan Ramadan dan Lebaran, Hari Natal, dan Tahun Baru) dan
penentuan Upah Minimum Provinsi (UMP).
Meskipun ketersediaan barang secara umum diperkirakan mencukupi dalam
mendukung kenaikan permintaan, namun harga barang dan jasa pada saat hari raya
keagamaan meningkat lebih tinggi dari kondisi supply-demand tersebut. Demikian
halnya pada saat penentuan UMP, pedagang ikut meningkatkan harga barang meski
kenaikan upah tersebut tidak terlalu signifikan dalam meningkatkan permintaan.
2) Dampak Inflasi
Tingkat inflasi pada angka yang wajar dan stabil sangat diperlukan untuk
menjaga kestabilan nilai mata uang dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang
berkesinambungan. Namun inflasi yang tinggi atau bahkan hiperinflasi dapat
menyebabkan penurunan nilai uang yang dapat berdampak negatif. Berikut ini
beberapa dampak positif dan negatif inflasi terhadap perekonomian dan terhadap
masyarakat.

Dampak Inflasi bagi Kegiatan Perekonomian


Berikut ini beberapa dampak positif dan negatif dari inflasi terhadap
perekonomian.
Dampak positif
Inflasi berdampak positif jika berada pada tingkat yang rendah, yakni masih
berada dalam persentase tingkat bunga kredit yang berlaku. Misalnya, pada
saat itu tingkat bunga kredit adalah 10% per tahun dan tingkat inflasi 4%.
Bagi negara maju, inflasi seperti itu akan mendorong kegiatan ekonomi sebab
para pengusaha di negara maju dapat memanfaatkan kenaikan harga untuk
berinvestasi, memproduksi, serta menjual barang dan jasa.
Dampak negatif
Inflasi yang terlalu tinggi membawa dampak negatif bagi perekonomian,
terutama terhadap tingkat kemakmuran masyarakat, antara lain sebagai berikut.

29 BERBELANJA
1) Mendorong penanaman modal spekulatif
Inflasi menyebabkan para pemilik modal cenderung melakukan kegiatan
spekulatif. Cara tersebut dirasa oleh mereka lebih menguntungkan daripada
melakukan investasi yang produktif.
2) Menimbulkan masalah pada neraca pembayaran
Inflasi di dalam negeri menyebabkan harga barang-barang impor menjadi
lebih murah, sehingga masyarakat lebih menyukai barang impor. Hal tersebut
dapat mendorong terjadinya defisit rencana pembayaran dan menurunnya
nilai tukar mata uang dalam negeri.
3) Mendorong tingkat bunga naik, mengakibatkan investasi turun
Untuk menghindari turunnya nilai uang dari modal yang mereka pinjamkan,
lembaga keuangan akan menaikkan suku bunga pinjaman. Apabila tingkat
inflasi tinggi, suku bunga juga tinggi. Tingginya suku bunga pinjaman akan
mengurangi penanaman modal untuk membuka usaha-usaha produktif.
4) Menimbulkan ketidakpastian keadaan ekonomi di masa depan
Tingkat inflasi yang cukup parah serta gagal dikendalikan akan berdampak
pada ketidakstabilan ekonomi makro dan perkembangan ekonomi. Keadaan
tersebut mempersulit masyarakat, baik konsumen maupun produsen.
Konsumen cenderung menimbun barang, sedangkan produsen akan sulit
memperhitungkan biaya produksi.

Dampak Inflasi bagi Masyarakat


Inflasi dapat menimbulkan beberapa masalah sosial yang berdampak bagi
masyarakat, antara lain sebagai berikut.
1) Menurunkan nilai riil tabungan dan pinjaman
Hal ini terjadi pada masyarakat yang menyimpan kekayaan dalam bentuk
tabungan pada lembaga keuangan. Ketika inflasi tinggi, nilai tabungan akan
turun. Masyarakat yang memegang uang tunai akan merugi karena nilai riil
uang turun.
2) Memperlebar kesenjangan distribusi pendapatan
Pada saat terjadi inflasi, harga tanah, rumah, dan barang-barang akan naik.
Kenaikan harga tersebut sering lebih cepat daripada kenaikan inflasi. Tentu saja
hal tersebut akan menyebabkan pendapatan riil pengusaha dan tuan tanah
meningkat. Tetapi, bagaimana dengan masyarakat golongan lain, terutama
yang berpenghasilan tetap dan rendah? Jika inflasi semakin tinggi, pendapatan
riil masyarakat berpenghasilan rendah akan turun. sehingga distribusi
pendapatan yang dilihat dari pendapatan riil masyarakat semakin memburuk.
Hal tersebut menyebabkan terjadinya kesenjangan distribusi pendapatan.
3) Tingkat kesejahteraan masyarakat menurun
Secara sederhana, tingkat kesejahteraan masyarakat diukur dengan tingkat

BERBELANJA 30
daya beli terhadap pendapatan yang diperoleh. Inflasi menurunkan daya
beli masyarakat karena harga barang-barang kebutuhan naik secara
drastis. Semakin tinggi tingkat inflasi, semakin cepat penurunan tingkat
kesejahteraan.

Bank Indonesia telah mempelopori penerapan bauran kebijakan bank


sentral (central bank policy mix) antara kebijakan moneter dan kebijakan
makro prudensial sehingga dapat lebih optimal dalam mencapai stabilitas
moneter (inflasi dan nilai tukar) dan turut menjaga stabilitas sistem
keuangan dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

Perry Warjiyo (Gubernur Bank Indonesia), Laporan Tahunan


Bank Indonesia, 2020

3) Peran Serta Masyarakat dalam Mengendalikan Inflasi


Masyarakat  berperan penting dalam upaya pengendalian inflasi. Permintaan
masyarakat yang tinggi terhadap suatu produk mendorong terjadinya kenaikan
harga yang akan mengakibatkan tekanan inflasi, jika kenaikan harga tersebut terjadi
secara terus menerus dan berdampak terhadap produk lainnya.
Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mengendalikan inflasi adalah dengan
menjadi konsumen yang bijak dalam berbelanja, antara lain dengan menghindari
perilaku konsumtif berlebihan dan mengurangi pembelian produk-produk impor
serta beralih kepada produk-produk dalam negeri. Selain itu, membiasakan diri
menyusun perencanaan keuangan ketika akan berbelanja juga penting dan akan
berdampak pada stabilitas inflasi. Oleh karena itu, literasi keuangan dan inklusi
keuangan masyarakat harus terus ditingkatkan.

c. Nilai Tukar
1) Konsep Dasar Nilai Tukar
Nilai tukar atau kurs adalah perbandingan nilai suatu mata uang terhadap
mata uang negara lainnya. Nilai tukar mencerminkan harga dari suatu mata uang.
Kekuatan permintaan dan penawaran terhadap mata uang suatu negara akan
menentukan nilai tukar mata uang negara tersebut.
Kurs transaksi Bank Indonesia disajikan dalam bentuk kurs jual dan kurs beli valas
terhadap Rupiah. Kurs tersebut digunakan sebagai acuan transaksi Bank Indonesia
dengan pihak ketiga seperti Pemerintah. Titik tengah Kurs Transaksi Bank Indonesia
USD/IDR menggunakan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR).

31 BERBELANJA
JISDOR merupakan harga spot USD/IDR yang disusun berdasarkan kurs transaksi USD/
IDR terhadap Rupiah antar bank di pasar valuta asing Indonesia, melalui Sistem Monitoring
Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah (SISMONTAVAR) di Bank Indonesia secara real time.
JISDOR dimaksudkan untuk memberikan referensi harga pasar yang representatif untuk
transaksi spot USD/IDR pasar valuta asing Indonesia. JISDOR mulai diterbitkan sejak 20 Mei
2013 yang bertepatan dengan peringatan Hari Kebangkitan Nasional.
Kurs Transaksi Bank Indonesia diumumkan sekali setiap hari kerja, tidak termasuk Sabtu,
Minggu, hari libur nasional, atau hari lain yang ditetapkan sebagai hari libur, yang berakibat
bank tidak melakukan kegiatan operasi. Jika tidak terdapat data transaksi spot antar bank
selama rentang waktu yang ditetapkan, maka perhitungan JISDOR menggunakan rata-rata
tertimbang kurs transaksi pukul 10.00-16.00 WIB pada hari kerja sebelumnya.
2) Dampak Fluktuasi Nilai Tukar
Fluktuasi nilai tukar dipengaruhi oleh banyak faktor fundamental, seperti
penawaran dan permintaan terhadap mata uang, kinerja ekonomi, inflasi,
perbedaan suku bunga, dan aliran modal.
Sesuai amanah Undang-Undang Bank Indonesia, salah satu tujuan dari Bank
Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah, termasuk
stabilitas nilai tukar. Hal tersebut sangat penting karena fluktuasi nilai tukar
mencerminkan stabilitas nilai Rupiah dan berdampak terhadap beberapa hal-hal
sebagai berikut.
Arus Modal
Arus modal asing akan cenderung mengalir ke negara-negara yang memiliki nilai
tukar mata uang yang stabil. Aliran modal asing dapat diklasifikasikan menjadi
dua jenis utama. Pertama, investasi asing langsung (FDI), yaitu investor asing
mengambil saham di perusahaan yang ada atau membangun fasilitas baru
di luar negeri. Kedua, investasi portofolio asing, yaitu investorasing membeli,
menjual dan memperdagangkan surat berharga luar negeri.
Perdagangan Barang
Secara umum, mata uang yang lebih lemah akan mendorong ekspor dan
membuat imporlebih mahal, sehingga mengurangi defisit perdagangan suatu
negara (atau peningkatan surplus) dari waktu ke waktu. Sebaliknya, mata uang
yang secara signifikan lebih kuat dapat mengurangi daya saing ekspor dan
membuat impor lebih murah. Hal tersebut menyebabkan defisit perdagangan
melebar lebih lanjut, akhirnya melemahkan nilai mata uang.

Inflasi
Mata uang yang terdepresiasi dapat menghasilkan inflasi bagi negara-
negara importir. Penurunan tiba-tiba nilai mata uang domestik dapat
mengakibatkan peningkatan biaya produk impor. Penjelasan lebih
mendalam terkait inflasi terdapat pada bab sebelumnya di modul ini.

BERBELANJA 32
Suku Bunga
Fluktuasi nilai tukar dapat berdampak terhadap suku bunga. Oleh karena itu,
stabilitas nilai tukar menjadi salah satu pertimbangan bagi sebagian besar
bank sentral, terutama dari small open economy, ketika menetapkan kebijakan
moneternya. Stabilitas nilai tukar menjadi pertimbangan bank sentral ketika
menetapkan pilihan instrumen kebijakan moneter yang akan digunakan.
Investasi
Kuat tidaknya perekonomian Indonesia tercermin dari stabilitas fundamental
ekonomi makronya, seperti nilai tukar yang stabil, inflasi yang terkendali, laju
pertumbuhan ekonomi yang tinggi, keseimbangan neraca pembayaran, dan
tingkat pengangguran yang rendah. Kondisi tersebut mendorong investor
untuk berinvestasi pada perusahaan-perusahaan Indonesia, baik melalui pasar
modal maupun investasi di pasar keuangan dan di sektor riil.
Output Nasional
Fluktuasi nilai tukar menyebabkan harga faktor produksi impor menjadi
bergejolak dan risiko ekspor meningkat. Hal tersebut akan berdampak
terhadap output nasional. Turunnya output nasional sama artinya dengan
turunnya pendapatan nasional dan turunnya pengeluaran nasional. Kondisi
tersebut tentuakan menekan laju pertumbuhan ekonomi secara nasional.
Kesempatan Kerja
Rupiah yang tidak stabil akan menyebabkan daya saing produk dalam
negeri menjadi lemah. Hal tersebut akan berdampak terhadap penurunan
produksi dalam negeri sehingga kesempatan kerja di dalam negeri turun.
Kondisi tersebut pada akhirnya menjadi pemicu laju pertumbuhan ekonomi
mengalami penurunan.

Intervensi valuta asing dalam jumlah besar oleh Bank Indonesia


ditempuh untuk menstabilkan nilai tukar Rupiah dari dampak kepanikan
pasar keuangan global pada awal pandemi Covid-19, sehingga Indonesia
terhindar dari kemungkinan krisis moneter dan ekonomi

Perry Warjiyo (Gubernur Bank Indonesia), Laporan Tahunan


Bank Indonesia, 2020

33 BERBELANJA
3) Peran Serta Masyarakat dalam Stabilitas Nilai Tukar
Masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga stabilitas nilai
tukar. Permintaan masyarakat yang tinggi terhadap produk impor, mendorong
naiknya kebutuhan valas dan naiknya harga valas. Pada saat bersamaan, nilai mata
uang dalam negeri akan terdepresiasi. Dengan demikian, salah satu cara yang dapat
dilakukan masyarakat adalah dengan mengurangi konsumsi produk-produk impor
dan beralih kepada produk-produk dalam negeri.
Jadilah konsumen yang bijak ketika berbelanja dengan cara lebih mengutamakan
produk-produk dalam negeri serta menggunakan Rupiah sebagai alat pembayaran
ketika bertransaksi.Meningkatkan volume penggunaan mata uang Rupiah di dalam
negeri dibanding valuta asing merupakan bagian penting dari peran serta masyarakat
dalam menjaga stabilitas nilai tukar mata uang Rupiah terhadap valuta asing.
Tingginya volume impor akan meningkatkan kebutuhan valas untuk memenuhi
kebutuhan transaksi tersebut. Kondisi ini akan melemahkan mata uang dalam negeri
dan memperkuat nilai tukar mata uang asing. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia
sebaiknya berbelanja produk-produk dalam negeri sehingga perekonomian dalam
negeri tumbuh dan nilai tukar mata uang Rupiah pun ikut menguat.
Adapun kegiatan ekspor akan berdampak sebaliknya dibanding impor. Tingginya
volume ekspor akan membantu mendorong naiknya nilai tukar mata uang dalam
negeri. Oleh karena itu, produktivitas masyarakat dalam menghasilkan produk-
produk dalam negeri berkualitas ekspor perlu terus ditingkatkan guna meningkatkan
daya saing kualitas produk dalam negeri.

4. PENDIDIKAN NILAI
Menghindari perilaku hidup konsumtif dan selalu menggunakan mata uang Rupiah
dalam setiap transaksi, akan membantu menjaga stabilitas inflasi dan nilai tukar. Sebagai
perwujudan cinta tanah air, setiap warga negara harus berpartisipasi dengan menghindari
perilaku konsumtif, mengurangi penggunaan valas dalam melakukan transaksi di dalam
negeri dan mengurangi membeli barang-barang impor.
Sikap selalu menggunakan mata uang Rupiah serta cinta produk dalam negeri akan
sangat membantu upaya Bank Indonesia dalam menstabilkan inflasi dan nilai tukar mata
uang Rupiah terhadap mata uang negara lain. Cinta dan bangga menggunakan Rupiah,
serta cinta dan bangga dengan produk dalam negeri adalah salah satu wujud dari bela
negara.
Konsumen yang bijak dalam berbelanjaakan membantu menjaga stabilitas
perekonomian nasional, dan pada akhirnya dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakat
Indonesia.

BERBELANJA 34
Penilaian Pembelajaran
Pilihlah jawaban yang paling tepat.

1. Uang kartal dan uang giral yang sering digunakan dalam kegiatan transaksi di masyarakat
merupakan contoh dari uang beredar yang berkategori…
A M0
B. M1
C. M2
D. M3
E. M4

2. Perhatikan tabel berikut!

A B C
1. Naiknya harga 1. Kebutuhan pokok naik 1. Terjadi sesaat
2. Turunnya harga 2. Harga barang kebutuhan 2. Terus menerus
3. Stabilnya harga primer naik 3. Pada akhir tahun
3. Barang-barang secara tertentu
umum naik

Berdasarkan tabel di atas, yang termasuk ciri-ciri inflasi adalah…


A. A1, B1, C1
B. A3, B3, C3
C. A3, B2, C3
D. D. A2, B2, C2
E. E. A1, B3, C2
3. Berikut yang bukan merupakan penyebab inflasi adalah…
A. Tingginya permintaan
B. Naiknya biaya produksi
C. Ekspektasi atau prakiraan masa depan tentang harga
D. Jumlah uang beredar menurun
E. Terjadinya gagal panen
4. Inflasi yang tercermin dari perilaku pembentukan harga pada tingkat produsen dan
pedagang disebut…
A. Demand Pull Inflation
B. Cost Push Inflation
C. Expectation Inflation
D. Structural Inflation
E. Imported Inflation

35 T R A N SA K S I DENGAN RUPIAH
5. Tingkat inflasi dikatakan berat apabila berada pada kisaran…
A. Lebih kecil dari 10%
B. 10%-20%
C. 25% - 100 %
D. 100%-200%
E. Lebih besar dari 200%
6. Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh efek kejut  (shocks) berupa kebijakan harga
pemerintah seperti harga BBM bersubsidi, tarif listrik, dan tarif angkutan dalam
disagregasi inflasi berdasarkan IHK di Indonesia termasuk kategori…
A. Inflasi Inti
B. Inflasi Non-Inti
C. Inflasi Merayap
D. Inflasi Menengah
E. Inflasi Tinggi
7. Berikut yang bukan merupakan dampak negatif dari inflasi yang tinggi adalah…
A. Mendorong penanaman modal spekulatif
B. Menimbulkan masalah pada neraca pembayaran
C. Tingkat bunga meningkat dan mengakibatkan investasi menurun
D. Nilai tukar valas semakin menguat
E. Menimbulkan ketidakpastian ekonomi di masa depan
8. Tindakan yang dapat memperkuat stabilitas nilai tukar mata uang Rupiah terhadap mata
uang valuta asing adalah…
A. Diki memborong barang-barang impor dari Cina
B. Ronald membeli jam tangan secara online dengan menggunakan mata uang Dolar
Amerika
C. Azzam memproduksi jaket kulit, sepatu dan kain untuk diekspor ke Italia setiap bulan
D. Azmi menggunakan uang Rupiah sesekali ketika bertransaksi
E. Yosef cinta produk dalam negeri dengan cara mengoleksi barang antik

9. Tabel harga valuta asing

Mata Uang Kurs Beli Kurs Jual


$ Rp14.000 Rp14.500
Yen Rp200 Rp300

Tn. Azzam menjual ikan Tuna ke Jepang senilai Rp500.000.000 dan ia juga membeli barang
elektronik dari Jepang senilai 500.000 Yen. Sesuai kesepakatan pembayaran dilakukan
oleh pihak bank karena baik pembeli atau penjual adalah nasabah bank bersangkutan.

T R A N SA K S I DENGAN RUPIAH 36
Berapa Rupiahkah sisa uang hasil impor yang akan diterima Tn. Azzam?
A. Rp50.000.000
B. Rp150.000.000
C. Rp250.000.000
D. Rp350.000.000
E. Rp450.000.000
10. Di suatu bank devisa tertulis bahwa kurs valuta dolar AS terhadap Rupiah US$1beli
Rp 13.500 dan jual Rp 14.000. Azmi ingin mendapatkan Rupiah dengan menukar dolar
sejumlah US$150. Berapa Rupiahkah yang diterima oleh Azmi?
A. Rp 2.025.000
B. Rp 2.100.000
C. Rp 4.025.000
D. Rp 5.025.000
E. Rp 6.025.000

Kunci Jawaban

No Jawaban No Jawaban
1 B 6 B
2 E 7 D
3 D 8 C
4 C 9 D
5 C 10 A

5. TINDAK LANJUT
Tindak lanjut berupa pengayaan dengan cara menonton video edukasi yang disediakan
pada youtube channel resmi Bank Indonesia tentang inflasi dan nilai tukar sebagai berikut.

No. Judul Link Video

1 Inflasi https://www.youtube.com/watch?v=19l6NalTE4c

2 Mengapa Rupiah bisa https://www.youtube.com/watch?v=DIGYA3SnUe4


Menguat atau Melemah?

37 T R A N SA K S I DENGAN RUPIAH
T R A N SA K S I DENGAN RUPIAH 38
Bagian 3
Berhemat

39 B E R H E M AT
1. PENDAHULUAN
Sebagian diantara kita mungkin pernah mendengar ungkapan, “Hemat pangkal kaya,
rajin pangkal pandai”. Di sekolah-sekolah, kalimat itu biasanya terpajang di dinding kelas,
dengan maksud dan harapan dapat dibaca, ditelaah, dan diamalkan oleh para peserta
didiknya. Kemudian, pada gerakan Pramuka ada ungkapan senada, “Hemat, cermat dan
bersahaja”.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata hemat mengandung makna “Berhati-hati
dalam membelanjakan uang, dan sebagainya; tidak boros; cermat”. Kata ini pun, dapat
diartikan pula, “Penuh minat dan perhatian; (dengan) seksama; teliti”. Dengan kata lain,
kata ‘hemat’ merupakan sikap dan pikiran yang cermat, dalam memanfaatkan sesuatu,
sehingga mampu mendapatkan nilai yang lebih banyak, lebih besar, dan lebih berarti.
Modul tentang Berhemat ini akan mengulas mengenai makna hemat, tujuan dan
manfaat berhemat, baik dalam kaitannya dengan penguatan ketahanan ekonomi pribadi
dan keluarga, maupun peranannya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

2. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan umum pembelajaran ini adalah memberikan pemahaman mengenai hakikat
dan fungsi Rupiah, baik dalam konteks ekonomi maupun sosial budaya. Secara khusus,
setelah melaksanakan diskusi, pengamatan, dan klarifikasi, serta konfirmasi informasi,
peserta sosialisasi diharapkan:
a. dapat memahami makna Rupiah sebagai penyimpanan nilai;
b. menjelaskan mengenai strategi investasi yang baik dan tepat; dan
c. memahami literasi dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

3. MATERI PEMBELAJARAN
a. Rupiah sebagai Penyimpanan Nilai
Sesuai dengan sifatnya, manusia gemar mengumpulkan dan menyimpan
kekayaan dalam bentuk barang-barang berharga untuk dipergunakan pada masa yang
akan datang. Uang menjadi salah satu pilihan untuk menyimpan kekayaan, selain
barang-barang berharga lainnya seperti tanah, rumah, dan benda berharga lain.

B E R H E M AT 40
1) Dana Pihak Ketiga
Negara dengan tingkat tabungan yang tinggi akan menjadi negara dengan
perekonomian yang kuat karena pertumbuhan ekonomi akan ditopang oleh
investasi. Salah satu faktor yang mempengaruhi investasi adalah tingkat tabungan
masyarakat.
Semakin banyak yang dapat ditabung dan diinvestasikan, laju pertumbuhan
ekonomi akan semakin tinggi. Terkait hal ini, maka gerakan menabung menjadi
pendekatan penting dalam mendukung proses pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi nasional.
Arti kata menabung dalam kamus Bahasa Indonesia adalah menyimpan
uang. Dalam budaya masyarakat tradisional, tradisi menyimpan uang masih biasa
dilakukan di rumah, misalnya menggunakan celengan, menyimpan di bawah
bantal, ataupun di tempat lain, yang dianggap aman. Pada masyarakat modern,
menabung adalah praktik menyimpan uang pada pihak ketiga, yaitu di lembaga
keuangan yang sah.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang dikenal sebagai UU
tentang Perbankan, menyatakan bahwa simpanan adalah dana yang dipercayakan
oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam
bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan dan/atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu. Simpanan itulah yang kemudian disebut Dana Pihak Ketiga.
Praktik penyimpanan Dana Pihak Ketiga bisa dilakukan di berbagai lembaga
perbankan, misalnya di Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Dana
Pihak Ketiga terdiri dari tabungan, giro, dan deposito.
Tabungan merupakan praktik penyimpanan Rupiah yang paling umum, dan
banyak dilakukan oleh masyarakat. Mata uang yang digunakan adalah mata uang
dalam negeri (misalnya Rupiah), disimpan untuk waktu yang tidak tentu, dan dapat
diambil kapan saja. Bagi pemiliknya, tabungan berfungsi untuk beragam transaksi
transfer dan pembelian sesuai kebutuhan, dengan jumlah yang bervariasi.
Rekening giro atau current account adalah layanan perbankan yang menerima
simpanan dari nasabah yang bisa ditarik menggunakan bilyet giro dan warkat cek.
Penarikan uang dari Giro dapat dilakukan kapan saja, sepanjang masih dalam jam
kerja bank terkait. Giro merupakan jenis penyimpanan yang memudahkan individu,
lembaga, maupun perusahaan, yang sering melakukan transaksi atau transfer dana
dalam jumlah besar.
Manfaat pokok dari Giro adalah keleluasaan melakukan transaksi dan transfer
dana tanpa batas. Dengan menggunakan rekening Giro, nasabah dapat menarik
uang atau transfer dalam jumlah puluhan atau ratusan juta Rupiah, setiap hari.

41 B E R H E M AT
Deposito merupakan bentuk simpanan uang di bank yang memiliki jangka
waktu tertentu. Fungsi utama dari Deposito adalah simpanan berjangka yang
memiliki suku bunga lebih tinggi daripada jenis tabungan lainnya.
Dana yang disimpan dalam deposito hanya bisa dicairkan setelah jangka waktu
yang ditentukan berdasarkan kesepakatan antara penyimpan dan pihak perbankan
pada awal perjanjian. Jangka waktu yang tersedia, adalah sesuai dengan perjanjian
dan kebijakan di lembaga perbankan, misalnya 3, 4, 6, 12 atau 24 bulan.
2) Penjaminan Simpanan (Deposite Insurance)
Untuk menunjang terwujudnya perekonomian nasional yang stabil dan
tangguh, Pemerintah memerlukan sistem perbankan yang sehat dan stabil,
sehingga perlu menyempurnakan program penjaminan simpanan nasabah bank.
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) (Indonesia Deposite Insurance Corporation)
dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004, untuk melaksanakan
program penjaminan terhadap simpanan nasabah bank.
Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, LPS bekerja secara
independen, transparan, dan akuntabel. LPS bertanggung jawab kepada Presiden
dan berkedudukan di ibukota Negara Republik Indonesia. LPS dapat mempunyai
kantor perwakilan di wilayah Negara Republik Indonesia.
Pasal 5 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang LPS menyatakan
bahwa fungsi LPS adalah menjamin simpanan nasabah penyimpan serta turut aktif
dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannya.
Dalam menjalankan tugasnya, fungsi LPS adalah :
1) merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan penjaminan simpanan;
2) melaksanakan penjaminan simpanan,
3) merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam rangka turut aktif memelihara
stabilitas sistem perbankan;
4) merumuskan, menetapkan, dan melaksanakan kebijakan penyelesaian Bank
Gagal (bankresolution) yang tidak berdampak sistemik; dan
5) melaksanakan penanganan Bank Gagal yang berdampak sistemik.
Sedangkan wewenang Lembaga Penjamin Simpanan adalah :
1) menetapkan dan memungut premi penjaminan;
2) menetapkan dan memungut kontribusi pada saat bank pertama kali menjadi
peserta;
3) melakukan pengelolaan kekayaan dan kewajiban LPS;
4) mendapatkan data simpanan nasabah, data kesehatan bank, laporan keuangan
bank, dan laporan hasil pemeriksaan bank sepanjang tidak melanggar
kerahasiaan bank;

B E R H E M AT 42
5) melakukan rekonsiliasi, verifikasi, dan/atau konfirmasi atas data yang terkait;
6) menetapkan syarat, tata cara, dan ketentuan pembayaran klaim; menunjuk,
menguasakan, dan/atau menugaskan pihak lain untuk bertindak bagi
kepentingan dan/atau atas nama LPS, guna melaksanakan sebagian tugas
tertentu;
7) melakukan penyuluhan kepada bank dan masyarakat tentang penjaminan
simpanan; dan
8) menjatuhkan sanksi administratif.

Terkait dengan penyelesaian dan penanganan Bank Gagal, LPS memiliki kewenangan :
1) mengambil alih dan menjalankan segala hak dan wewenang pemegang
saham, termasuk hak dan wewenang RUPS;
2) menguasai dan mengelola aset dan kewajiban Bank Gagal yang dise-
lamatkan;
3) meninjau ulang, membatalkan, mengakhiri, dan/atau mengubah setiap
kontrak yang mengikat Bank Gagal yang diselamatkan dengan pihak keti-
ga yang merugikan bank; dan
4) menjual dan/atau mengalihkan aset bank tanpa persetujuan debitur dan/
atau kewajiban bank tanpa persetujuan kreditur.

3) Peran Dana Pihak Ketiga dalam Perekonomian


Menurut UU tentang Perbankan, simpanan adalah dana yang dipercayakan
oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam
bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu.
Dengan kata lain, simpanan atau Dana Pihak Ketiga merupakan dana nasabah
yang dimiliki lembaga perbankan, yang kemudian bisa dimanfaatkan atau
disalurkan kepada masyarakat. Istilah pihak ketiga merujuk pada seseorang yang
tidak terlibat langsung dalam transaksi. Dana-dana yang dihimpun dari masyarakat
ini merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank.
Peranan DPK dapat dikaji dalam beberapa aspek. Pertama, DPK merupakan
dasar bagi bank untuk mengambil keputusan dalam pemberian kredit.
Semakin besarnya DPK maka akan memberikan keleluasaan untuk bank dalam
memberikan kredit.
Kedua, DPK dapat mempengaruhi likuiditas bank. Jika DPK meningkat, maka
likuiditas bank akan meningkat juga. Jika DPK menurun, itu dapat melemahkan
kegiatan operasional bank. Dengan demikian, DPK memberikan pengaruh pada
likuiditas bank, untuk bisa berperan secara maksimal dalam menjaga stabilitas
moneter.

43 B E R H E M AT
Ketiga, secara praktis, ketersediaan DPK memungkinkan lembaga perbankan
menyalurkan kredit/ pinjaman kepada masyarakat untuk menstimulasi atau
mendorong pertumbuhan sektor riil di masyarakat. Dengan menyalurkan DPK
pada masyarakat ini, sektor usaha masyarakat memiliki kesempatan untuk tumbuh
kembang, yang kemudian mendorong peningkatan daya beli masyarakat pada
umumnya.

b. Investasi
Salah satu pakar manajemen ekonomi Kenichi Ohmae pernah memberi pandangan
bahwa ada ‘4-I’ yang mengalami globalisasi, yaitu individu, informasi, industri, dan
investasi. Sejumlah negara, baik negara maju maupun berkembang, memiliki kebutuhan
dana investasi baik dari swasta dalam negeri maupun luar negeri untuk mendukung
percepatan pembangunan, dan atau menjaga stabilitas ekonomi nasional. Investasi
memegang peranan penting dalam mendorong perekonomian nasional.
1) Peran Investasi dalam Perekonomian
Berbeda dengan tabungan, investasi adalah segala macam usaha yang dilakukan
seseorang untuk menambah nilai aset yang telah dimilikinya. Sedangkan tabungan
lebih pada proses menyimpan atau menyisihkan sebagian hasil pendapatan untuk
kepentingan di masa mendatang, walaupun pada prakteknya menabung juga bisa
meningkatkan nilai aset (uang) kita dalam bentuk tambahan bunga.
Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan tujuan
untuk memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang. Dengan kata
lain, investasi dapat diartikan sebagai komitmen untuk mengorbankan konsumsi
sekarang dengan tujuan memperbesar konsumsi di masa datang.
Investasi merupakan langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. Dinamika
penanaman modal mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi,
sekaligus mencerminkan tinggi dan lesunya pembangunan.
2) Jenis Investasi
Tujuan investasi pada dasarnya adalah untuk mengembangkan dana yang
dimiliki atau mengharapkan keuntungan di masa depan. Berikut ini beberapa
tujuan khusus dari berinvestasi, menurut Didit Herlianto (2013).
1) Untuk memperoleh pendapatan yang tetap dalam setiap periode, antara
lain seperti bunga, royalti, deviden, atau uang sewa dan lain-lainnya.
2) Untuk membentuk suatu dana khusus, misalnya dana untuk kepentingan
ekspansi, kepentingan sosial.
3) Untuk mengontrol atau mengendalikan perusahaan lain, melalui
kepemilikan sebagian ekuitas perusahaan tersebut.
4) Untuk menjamin tersedianya bahan baku dan mendapatkan pasar untuk
produk yang dihasilkan.

B E R H E M AT 44
5) Untuk mengurangi persaingan diantara perusahaan-perusahaan yang
sejenis.
6) Untuk menjaga hubungan antar perusahaan

Lebih lanjut, Didit Herlianto menganalisis bahwa secara umum investasi dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1) Investasi pada aset riil (real assets). Investasi pada aset riil antara lain dapat
berupa tanah, emas, mesin, sedangkan investasi pada aset finansial antara
lain dapat berupa saham, obligasi.
2) Investasi pada aset keuangan (financial assets), melalui dua cara:
a. Investasi Secara Langsung, dengan memiliki surat berharga (saham) sehingga
pemilik dapat menentukan jalannya kebijaksanaan yang juga berpengaruh
pada investasi surat berharga yang dimilikinya.
b. Investasi Secara Tidak Langsung, dengan mempercayakan pengelolaan surat
berharga diwakilkan oleh suatu badan atau lembaga yang mengolah investasi
para pemegang surat berharganya, untuk sedapat mungkin menghasilkan
keuntungan yang memuaskan para pemegang surat berharganya. Kepemilikan
aset secara tidak langsung dilakukan melalui lembaga-lembaga keuangan yang
terdaftar, yang bertindak sebagai perantara. Contohnya membeli Reksadana.
Terdapat beberapa produk investasi, yang berkembang dalam sistem keuangan
modern, seperti saham, reksa dana, obligasi, dan sukuk.
1. Saham
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang
atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.
Dengan menyertakan modal, pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan
perusahaan, klaim atas aset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS).
Keuntungan berinvestasi saham terletak pada kesempatan memperoleh
bagian laba (deviden) setiap tahun, dan capital gain melalui kenaikan harga
saham yang diperdagangkan di bursa. Misalnya, ketika kita membeli saham
seharga seribu Rupiah, kemudian harga saham tersebut naik menjadi Rp1.200
setahun kemudian. Jika saham itu kita jual, maka kita memperoleh capital gain
dari kenaikan harga saham sebesar 20%.
Seperti pada umumnya produk investasi, investasi saham juga memiliki
risiko, seperti berikut ini.
1) Capital loss
Harga jual saham lebih rendah daripada harga beli, sehingga
menyebabkan kerugian pada pihak investor.

45 B E R H E M AT
2) Suspend
Pada saat transaksi saham perusahaan diberhentikan (suspend) oleh
Bursa Efek, maka transaksi berakhir dan tidak bisa dilaksanakan lagi. Bila
terjadi demikian, kerugian terjadi pada penanam modal.
3) Bangkrut
Ketika sebuah perusahaan dinyatakan pailit dan tidak likuid, operasi
perusahaan dan transaksi modal juga berhenti, sehingga investor
mengalami kerugian.

2. Reksadana
Reksa Dana diartikan sebagai wadah yang dipergunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan
dalam portofolio Efek oleh Manajer Investasi.
Dana yang telah terkumpul, diinvestasikan ke dalam beberapa
instrumen investasi seperti saham, atau obligasi. Produk yang terkait dengan
jenis Reksa Dana ini antara lain, Reksa Dana Pasar Uang (Money Market
Funds), Reksa Dana Pendapatan Tetap (Fixed Income Funds), Reksa Dana
Saham (Equity Funds), Reksa Dana Campuran (Discretionary Funds).
Manfaat berinvestasi pada Reksa Dana antara lain pengelolaannya
dibantu manajemen profesional, potensi hasil investasi tinggi, mendukung
prinsip diversifikasi investasi, tingkat likuiditas tinggi, transparansi informasi
dapat diandalkan, aman dan terjamin.
Beberapa risiko investasi Reksa Dana, yaitu:
1) Risiko Reksa Dana lebih tinggi dari tabungan, tanpa keuntungan yang pasti
2) Kerugian reksa Dana ditanggung nasabah, bukan oleh Pemerintah
3) Tidak memiliki proteksi jiwa, investasi berhenti dan tidak ada asuransi jiwa
4) Membutuhkan kedisiplinan kuat dari investor
5) Produk Reksa Dana bisa dibubarkan

3. Obligasi
Surat Utang (Obligasi) merupakan salah satu Efek yang tercatat pada Bursa
disamping Efek lainnya seperti Saham, Sukuk, Efek Beragun Aset maupun
Dana Investasi Real Estat. Obligasi dikelompokkan sebagai efek bersifat utang.
Obligasi merupakan surat utang jangka menengah panjang yang dapat
dipindahtangankan, berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar
imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada
waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut. Obligasi
dapat diterbitkan oleh Korporasi maupun Negara.

B E R H E M AT 46
Beberapa manfaat dari investasi Obligasi antara lain mendapatkan bunga
yang dibayarkan secara reguler dari pihak penerbit, mendapatkan capital gain
apabila obligasi tersebut dijual di pasar sekunder, memiliki hak klaim pertama
terhadap aktiva perusahaan tersebut apabila perusahaan bangkrut, atau
dilikuidasi oleh pihak ketiga.
Beberapa risiko investasi Obligasi, yaitu:
1) Risiko perusahaan tidak mampu membayar kupon obligasi atau tidak
mampu mengembalikan pokok obligasi.
2) Fluktuasi suku bunga, karena harga jual kembali obligasi sangat dipengaruhi
suku bunga
3) Risiko likuiditas karena obligasi dapat diperjualbelikan antara satu investor
dengan investor lain, karena itu ada kemungkinan tidak ada yang bersedia
membeli obligasi dengan harga yang sangat rendah.
4. Sukuk
Sukuk adalah Efek Syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang
bernilai sama dan mewakili bagian yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi
(syuyu’/undivided share), atas aset yang mendasarinya.
Sukuk merupakan instrumen yang aman untuk investasi. Sukuk
juga memberikan layanan yang bisa menawarkan fixed return dan dapat
diperjualbelikan sebelum jatuh tempo.
Investasi Sukuk memiliki sejumlah manfaat, yaitu pokok dan imbalan
dijamin oleh negara, menawarkan tingkat imbalan kompetitif, lebih tinggi dari
rata-rata tingkat bunga deposito Bank BUMN. Tingkat imbalan Sukuk bersifat
tetap dan imbalan dibayar tiap bulan. Selain itu, Sukuk dapat diperdagangkan
pada pasar sekunder antar investor domestik. Sukuk merupakan investasi
sesuai prinsip syariah sekaligus mendukung pembiayaan pembangunan
Nasional.
Seperti investasi pada umumnya, Sukuk juga memiliki sejumlah risiko,
antara lain seperti berikut ini.
1) Gagal Bayar (default risk): ketidakmampuan penerbit untuk membayar
kupon atau mengembalikan pokok sukuk
2) Risiko likuiditas (liquidity risk), yaitu potensi kerugian apabila sebelum jatuh
tempo pemilik Sukuk Ritel yang memerlukan dana tunai kesulitan menjual
Sukuk Ritel di pasar sekunder pada tingkat harga (pasar) yang wajar
3) Risiko pasar (market risk), yakni apabila terjadi kenaikan tingkat suku bun-
ga yang menyebabkan penurunan harga Sukuk Ritel di pasar sekunder,
sehingga harga jual lebih rendah daripada harga beli.

47 B E R H E M AT
Instrumen
Perbedaan Reksadana
Obligasi Sukuk Saham Deposito
Terproteksi
Jatuh Tempo √ √ x √ √
Kupon/Bunga √ x x √ x

Imbal hasil/Nisbah x √ x x x

Dividen x x √ x x
Potensi Capital
√ √ √ x √
Gain
Jaminan Negara
√ √ x √ x
(untuk SBN)

Perdagangan di
√ √ √ x √
Pasar Sekunder

Stand by buyer di
√ √ x x x
Pasar Sekunder

3) Membangun Iklim Investasi


Investasi merupakan salah satu faktor penting dalam mendorong pertumbuhan
ekonomi. Iklim investasi yang kondusif akan meningkatkan minat investasi dan
mendorong penanaman modal untuk pembangunan nasional. Iklim investasi
dipengaruhi oleh sejumlah faktor, mulai dari suku bunga hingga kondisi politik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi iklim investasi.
Pertama, suku bunga. Tingkat suku bunga akan mempengaruhi keputusan
investor untuk menanamkan dana pada sebuah negara. Suku bunga yang tinggi
menyebabkan biaya investasi semakin mahal. Sementara investor akan berusaha
untuk mencari peluang investasi pada suku bunga yang menguntungkan dirinya.
Kedua, tingkat pengembalian yang diharapkan. Seorang investor berusaha
untuk menghindari kerugian, dan mencari keuntungan. Oleh karena itu, tingkat
pengembalian (keuntungan) dari investasi yang bisa diramalkan atau terprediksi,
akan memberikan pengaruh positif terhadap keputusan investor.
Ketiga, tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya.
Berinvestasi pada negara yang memiliki pendapatan nasional stabil, dan meningkat,
akan menjadi daya tarik kuat bagi investor.
Keempat, kemudahan-kemudahan yang diberikan pemerintah. Regulasi dan
fasilitas yang diberikan Pemerintah terhadap investor menjadi faktor penting
dalam mendukung iklim investor.

B E R H E M AT 48
Kelima, situasi politik dan keamanan. Investasi membutuhkan waktu yang
cukup lama. Karena itu, investor membutuhkan situasi politik dan keamanan yang
stabil guna menjaga aset dan modal yang diinvestasikan pada sebuah negara.
Keenam, keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan. Semakin besar
keuntungan yang diperoleh perusahaan, maka akan mendorong para investor
untuk menyediakan sebahagian dari keuntungan yang diperoleh untuk investasi-
investasi baru.
Terkait hal ini, maka dibutuhkan sinergitas antar lembaga dan komponen
bangsa dalam menjaga iklim investasi di Indonesia.
Lembaga yang menjaga iklim investasi di Indonesia
Pertama, Kementerian Investasi atau Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM). Kementerian ini berdiri pada 2021 semasa pemerintahan Presiden Jokowi
– Wakil Presiden Ma’ruf Amin. Kementerian Investasi ini memiliki tanggung jawab
dan wewenang untuk meningkatkan investasi yang lebih besar dari dalam maupun
luar negeri, dan mendapatkan investasi berkualitas yang dapat menggerakkan
perekonomian Indonesia serta menyerap banyak tenaga kerja.
Kedua, Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
OJK dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan dalam sektor jasa
keuangan: (a) terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel, (b)
mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan
stabil; dan (c) mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.
OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang
terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. OJK
mengatur dan mengawasi kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan, kegiatan
jasa keuangan di sektor Pasar Modal, dan kegiatan jasa keuangan di sektor
Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan
Lainnya.
Ketiga, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI).
BAPPEBTI mempunyai tugas membina, mengatur dan mengawasi kegiatan
perdagangan berjangka serta pasar fisik dan jasa. Dalam melaksanakan tugasnya,
BAPPEBTI menyelenggarakan fungsi perumusan, pelaksanaan, pengamanan
pelaksanaan kebijakan teknis, dan evaluasi di bidang pembinaan, pengaturan dan
pengawasan perdagangan berjangka, pembinaan, pengaturan dan pengawasan
pasar fisik dan jasa, serta perumusan standar, norma, pedoman, kriteria, dan
prosedur serta pemberian bimbingan teknis dan pelaksanaan administrasi Badan.
Keempat, Bursa Efek.
Bursa Efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem
dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli Efek pihak-pihak
lain dengan tujuan memperdagangkan Efek di antara mereka. Sementara makna

49 B E R H E M AT
Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial,
saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan kontrak investasi kolektif,
kontrak berjangka atas Efek, dan setiap derivatif dari Efek.
Terakhir, dan yang paling penting, yaitu Bank Indonesia.
Sebagai bank sentral, Bank Indonesia memiliki peran penting dalam menjaga
kestabilan moneter secara nasional. Untuk mendukung ini, Bank Indonesia
mengembangkan Sistem Penunjang Keputusan Untuk Investasi (SPKUI).
SPKUI merupakan salah satu bagian dari strategi pengembangan usaha
kecil melalui penyediaan informasi. Dalam konteks pengembangan UMKM,
pengembangan SPKUI tidak terlepas dari kebijakan dan strategi yang diambil oleh
Bank Indonesia dalam membantu pengembangan usaha kecil sejak tahun 1978
sampai dengan berlakunya Undang-undang Bank Indonesia.
Berdasarkan Undang-undang, Bank Indonesia dapat memberikan kredit
atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah untuk jangka waktu paling lama 90
(sembilan puluh) hari kepada Bank untuk mengatasi kesulitan pendanaan jangka
pendek Bank yang bersangkutan.
Pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah kepada Bank
yang dimaksudkan dalam pasal ini hanya dilakukan untuk mengatasi kesulitan
Bank karena adanya ketidaksesuaian antara arus dana masuk yang lebih kecil
dibandingkan dengan arus dana keluar.
Pelaksanaan pemberian kredit ini, wajib dijamin oleh Bank penerima dengan
agunan yang berkualitas tinggi yang nilainya minimal sebesar jumlah kredit
atau pembiayaan yang diterimanya. Dalam hal suatu Bank mengalami kesulitan
keuangan yang berdampak sistemik dan berpotensi mengakibatkan krisis yang
membahayakan sistem keuangan, Bank Indonesia dapat memberikan fasilitas
pembiayaan darurat yang pendanaannya menjadi beban Pemerintah.
Kehadiran lembaga dan produk-produk yang beragam itu, pada satu sisi
memberikan pilihan bagi masyarakat untuk berinvestasi, dan pada sisi lain,
memberikan kenyamanan dalam investasi.
c. Literasi Keuangan
Literasi keuangan, atau melek keuangan, merupakan kemampuan seseorang
mengelola keuangan. Sejumlah riset menunjukkan, faktor penyebab kekayaan
seseorang bukanlah dari gaji besar, melainkan kemampuan ia megelola keuangan dan
melakukan investasi. Sementara, sebagian masyarakat berlomba-lomba bekerja di
sektor usaha yang bisa menghasilkan upah (gaji) besar.
1) Konsep Dasar Perencanaan Keuangan Diri
Perencanaan keuangan (financial planning), adalah proses terencana dan
bertujuan dalam mengelola keuangan untuk mencapai tujuan hidup seseorang.

B E R H E M AT 50
Ida Kurnia Putri (2016), menggunakan makna perencanaan keuangan dari
Ghozie (2014), yang mengatakan bahwa perencanaan keuangan adalah, “Sebuah
proses saat seseorang atau individu berusaha untuk memenuhi tujuan-tujuan
finansialnya melalui pengembangan dan implementasi dari rencana keuangan
yang komprehensif dan perencanaan keuangan yang baik akan menghasilkan
sebuah rencana keuangan yang jelas dan memudahkan rencana keuangan
ibaratkan sebuah blueprint yang dapat menunjukkan kemana arah kondisi
keuangan individu berjalan”
Perencanaan keuangan dimaksudkan untuk bisa memaksimalkan keuangan
yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan hidup, yang bersifat konkret maupun
abstrak. Misalnya menikah, membeli kendaraan, atau membangun keluarga yang
sejahtera dan bahagia
Secara konseptual, perencanaan keuangan bertujuan untuk memanfaatkan
keuangan untuk mendapat keberuntungan, kemuliaan, dan ketenangan, hidup.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui situs sikapiuangmu.ojk.go.id menjelaskan
beberapa kondisi atau kejadian yang dapat mempengaruhi perencanaan keuangan
seseorang, sebagai berikut.
• Status perkawinan
Seorang yang sudah menikah memiliki agenda perencanaan keuangan yang
berbeda dengan belum menikah.
• Kondisi pekerjaan
Status pekerjaan, pengangguran, setengah pengangguran memiliki model
perencanaan keuangan yang berbeda.
• Usia
Seorang remaja akan menyusun rencana keuangan berbeda dengan orang
dewasa.
• Kondisi keluarga
Perbedaan jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan akan turut
mempengaruhi pada model dan karakter dari perencanaan keuangan.
• Kondisi perekonomian nasional
Perbedaan jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan akan turut
mempengaruhi Kemudahan dalam mencari pekerjaan dan penghasilan akan
mempengaruhi perencanaan keuangan seseorang.
• Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan mempengaruhi penghasilan.
• Kondisi kesehatan
Kesehatan kita mempengaruhi biaya dan kelangsungan dari pendapatan.

51 B E R H E M AT
Lebih lanjut, menurut OJK, terdapat lima tahap perencanaan keuangan.
Pertama, evaluasi kondisi keuangan Anda saat ini.
Lakukan analisis terhadap kondisi keuangan sendiri, dengan memperhatikan
kondisi terkini, seperti status perkawinan, jumlah anggota keluarga, kondisi
pekerjaan, usia, kondisi kesehatan, kebutuhan pendidikan, dan tujuan dari
perencanaan keuangan.
Kedua, susun tujuan-tujuan keuangan Anda.
Menyusun tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik dalam jangka pendek maupun
panjang, seperti rencana pendidikan, ibadah haji bagi umat Muslim, atau
pembelian rumah. Rencana keuangan itu perlu disusun dan ditegaskan dalam
perencanaan keuangan pribadi dan atau perencanaan keuangan keluarga.
Ketiga, susun perencanaan keuangan dan alternatifnya untuk mencapai
tujuan keuangan.
Perencanaan keuangan dapat berupa kegiatan yang akan dilakukan dan produk
keuangan yang akan digunakan, dikaitkan dengan jangka waktu pencapaian
tujuan keuangan. Untuk mengantisipasi berbagai hal yang tidak diinginkan,
atau tidak terduga, maka diperlukan adanya rencana-rencana alternatif dalam
pencapaian keuangan pribadi dan keluarga, dalam upaya pencapaian tujuan.
Keempat, laksanakan perencanaan keuangan yang sudah tersusun dengan
disiplin.
Kedisiplinan dalam menjalankan rencana keuangan akan menentukan
keberhasilan mencapai tujuan perencanaan keuangan yang sudah disusun.
Disiplin dalam pemanfaatan keuangan, sesuai dengan rencana keuangan
(financial planning) menjadi kunci ketercapaian ragam tujuan penggunaan
keuangan yang sudah ditetapkan.
Terakhir, review dan sempurnakan rencana keuangan secara periodik untuk
menyesuaikan kondisi keuangan terkini.
Kondisi keuangan seseorang bisa berubah. Berbagai situasi dan kondisi faktual,
secara nyata akan mempengaruhi rencana keuangan, seperti kehadiran
anggota baru dalam keluarga, musibah sakit yang membutuhkan biaya besar,
perubahan status pekerjaan anggota keluarga, meningkatnya pendapatan
secara signifikan, dan lain-lain.
2) Mengenali Risiko Investasi
Kegagalan berinvestasi, pada dasarnya bukan (hanya) karena terjebak oleh
investasi bodong (fake investment), melainkan juga bisa terkait dengan risiko inflasi
(inflation risk), dan risiko modal (capital risk). Inflasi yang terjadi pada sebuah
negara, akan mempengaruhi kesehatan iklim investasi, dan juga keuntungan
maksimal investasi yang didapat.

B E R H E M AT 52
Untuk menghadapi risiko modal (capital risk) maka perlu melakukan upaya
diversifikasi modal, untuk menjaga modal awal, dan kelanjutan investasi. Dengan
memilih instrumen investasi yang beragam, pendekatan diversifikasi ini dapat
menjaga dan mengendalikan kelancaran investasi. Pilihan instrumen investasi
sangat dipengaruhi oleh tipologi investor, yaitu konservatif, moderat, dan agresif.
Investor Konservatif (risk averse)
Tipe ini biasanya ditunjukkan oleh investor pemula yang lebih suka mengambil
jarak aman dengan tujuan investasi menjaga nilai pokok investasi awal. Investor
tipe ini memilih instrumen yang aman, kendati memberikan keuntungan sedikit di
atas angka inflasi.
Produk yang diminati investor ini berupa reksa dana pasar uang (RDPU), reksa
dana pendapatan tetap, dan deposito.
Untuk memperoleh hasil investasi yang lebih tinggi, investor konservatif perlu
berani berinvestasi dengan tujuan jangka panjang. Sebab, investasi dalam jangka
pendek, tidak akan bisa memaksimalkan hasil investasi yang lebih tinggi.
Investor Moderat (risk neutral)
Investor moderat adalah investor yang siap menghadapi risiko jangka pendek,
dan berhati-hati dengan instrumen yang bersifat fluktuatif. Investor tipe ini memiliki
pemahaman yang lebih matang dibanding dengan tipe konservatif.
Sikap investor tipe ini jauh lebih berani dibanding tipe moderat, namun tetap
menunjukkan sikap hati-hati. Mereka tetap berinvestasi di sektor yang aman,
tetapi berani berinvestasi pada sektor yang fluktuatif. Produk yang diminati ialah
deposito, obligasi dan sedikit saham.
Investor Agresif (risk seeker )
Tipe Agresif mencari investasi yang lebih fluktuatif dan tidak pasti untuk
peluang pengembalian yang lebih tinggi. Investor tipe ini lebih toleran terhadap
risiko, bahkan menikmati tantangannya. Mereka siap dengan risiko kegagalan,
tetapi meyakini adanya peluang keberhasilan yang jauh lebih besar, yang tidak akan
bisa dinikmati oleh tipe investor yang lainnya. Tipe agresif meyakini, high risk, high
return. Investasi berisiko tinggi, memiliki peluang keuntungan dan pengembalian
yang tinggi pula.
Ada perbedaan besar antara Investor Agresif dengan mereka yang berinvestasi
tanpa perhitungan. Perilaku sebagian masyarakat kita, yang cukup sering terjebak
pada investasi bodong, tidak selalu dapat dikategorikan sebagai risk seeker. Sebab
perilaku ini bisa disebabkan oleh ketidaktahuan terhadap peta risiko investasi.
Kebutaan terhadap karakter lingkungan investasi yang sehat, menyebabkan
mereka mudah terjebak dan tertipu oleh produk investasi tidak resmi atau ilegal
(illegal investment).

53 B E R H E M AT
3) Strategi Dalam Berinvestasi
Seseorang yang ingin berinvestasi perlu memahami strategi investasi yang cerdas.
Pribadi yang cerdas berinvestasi adalah orang yang mampu memahami, dan menetapkan
pilihan strategi dengan situasi serta kondisi pasar investasi yang akan dipilihnya.
Modal awal bagi investor, dengan tipe apapun, adalah kejelian melihat
kecenderungan yang terjadi di pasar investasi yang akan dipilihnya dan mengamati data
statistik pergerakan nilai investasi sebelumnya (historis). Kemudian, gabungkan berbagai
faktor analisis untuk membuat keputusan investasi. Langkah ini merupakan modal awal
dalam membaca peluang dan kemungkinan untuk berinvestasi.
Bila kita sudah memiliki pengetahuan yang baik, dan mampu memprediksi keuntungan
dari pasar investasi, disarankan menggunakan strategi saham ajek (constant Share). Ini
adalah strategi investasi yang sudah memperhitungkan secara matang mengenai waktu
dan risikonya sejak awal. Strategi investasi seperti ini, biasanya diterapkan dalam bisnis
atau entitas yang sudah bisa diketahui keuntungan maksimalnya.
Dalam kaitan ini, ada minimal tiga pilihan strategi investasi, yaitu diversifikasi, Dollar
Cost Averaging (DCA) dan Lump Sum.
Pertama, strategi diversifikasi. Pelaku investasi pemula disarankan dapat
mengembangkan model diversifikasi aset. Hal ini untuk menjaga aset pokok yang
dimiliki, tapi masih punya keleluasaan untuk melakukan ekspansi aset sehingga bisa
memaksimalkan hasil. Prinsip inilah yang dikenal dengan “Don’t put your eggs in one
basket”.
Kedua, strategi Dollar Cost Averaging (DCA). Dengan strategi ini, pemodal
menginvestasikan modal secara bertahap, sesuai dengan waktu dan kemampuan. Strategi
ini cocok digunakan oleh pemilik modal yang terbatas. Bila dalam satu periode waktu,
tampak ada peluang pasar yang positif, maka sebagian dana bisa diinvestasikan kembali.
Variasi dari strategi ini, ada juga yang menggunakan model Value Cost Averaging (VCA).
Strategi ini mirip dengan DCA, perbedaannya itu, terletak pada penetapan waktu bulanan
dengan besaran investasi yang akan dilakukan. Misalnya, menetapkan investasi di setiap
bulannya sebesar Rp500.000.
Ketiga, strategi Lump Sum. Dengan strategi ini, investor menginvestasikan
seluruh dana yang dimilikinya kepada satu jenis investasi tertentu. Keuntungan maksimal
dari investasi akan diperoleh bila investor memiliki kemampuan menganalisis profil
risiko investasi. Bila perkiraan terhadap tren keuangan atau saham tepat, maka dia akan
mendapatkan keuntungan maksimal. Sedangkan bila salah dalam mengambil keputusan
investasi, maka hasilnya bisa minimal atau rugi.
Dalam berinvestasi, investor harus selalu lakukan pemantauan dan review secara
berkala. Ini dilakukan untuk memantau perkembangan iklim investasi, mengingat selalu
ada resiko inflasi, dan resiko-resiko lainnya.

B E R H E M AT 54
4. PENDIDIKAN NILAI
Merujuk paparan yang sudah disampaikan, kita bisa menyimpulkan bahwa
kesejahteraan tidak ditentukan oleh berapa banyak uang atau aset yang kita dapatkan,
melainkan cara mengelola keuangan yang kita miliki. Semakin cerdas mengelola keuangan,
kita akan semakin berpeluang untuk sejahtera.
Terkait hal ini, berhemat dan berinvestasi bukan berarti tidak melakukan konsumsi/
berbelanja, melainkan menjadi instrumen pendamping dalam mewujudkan kebutuhan
dan kesejahteraan. Investor terkemuka Warren Buffet berpesan, “Jangan menabung apa
yang tersisa, tapi habiskan apa yang tersisa setelah menabungnya.”
Berhemat, bukan hanya menguntungkan diri sendiri, tetapi juga mendukung
pembangunan negeri. Untuk menjadi negara maju, Indonesia membutuhkan warga negara
yang cermat dalam mengelola keuangan dan cerdas dalam berinvestasi. Inilah pribadi yang
bijak dalam menggunakan uang, mengelola uang dan cermat dalam berinvestasi.

Penilaian Pembelajaran
Pilih salah satu jawaban yang paling tepat !

1. Dana pihak ketiga, yang sifatnya yang fleksibel, dan penarikan bisa dilakukan kapan
saja, dengan jumlah yang terbatas, disebut ...
A. Tabungan
B. Giro
C. Deposito
D. Reksa Dana
E. Saham
2. Bila seorang nasabah, bermaksud untuk bisa menarik simpanan dengan jumlah yang
besar di sebuah Bank, maka diharapkan dia menggunakan instrumen tabungan...
A. Tabungan
B. Giro
C. Deposito
D. Reksa Dana
E. Saham
3. Lembaga yang memiliki kewenangan untuk melindungi simpanan nasabah, disebut...
A. LPS
B. BEI
C. BI
D. OJK
E. BAPPEBTI

55 B E R H E M AT
4. Lembaga yang berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan
yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan,
disebut...
A. LPS
B. BEI
C. BI
D. OJK
E. BAPPEBTI
5. Surat berharga yang menunjukkan kepemilikan terhadap sebuah perusahaan,
disebut...
A. Obligasi
B. Saham
C. Reksa Dana
D. Deposito
E.Saving Bond Ritel
6. Seorang investor yang berani menghadapi tantangan, termasuk berhadapan dengan
risiko kemungkinan gagal, adalah tipe...
A. Konservatif
B. Moderat
C. Agresif
D. Campuran
E. Pemula
7. Aspek yang BUKAN menjadi fungsi LPS adalah...
A. merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan penjaminan simpanan;
B. melaksanakan penjaminan simpanan,
C. merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam rangka turut aktif memelihara
stabilitas sistem perbankan;
D. merumuskan, menetapkan, dan melaksanakan kebijakan penyelesaian Bank
Gagal (bankresolution) yang tidak berdampak sistemik;
E. Menetapkan dan memungut premi
8. Sikap melek terhadap masalah keuangan dan pengelolaan keuangan, disebut...
A. Financial planning
B. Financial literacy
C. Financial management
D. Financial investment
E. Financial risk
9. Masyarakat yang tertipu oleh adanya investasi bodong, menunjukkan bahwa korban
masih perlu ditingkatkan dalam aspek...

B E R H E M AT 56
A. Literasi keuangan
B. Literasi investasi
C. Perencanaan keuangan
D. Manajemen keuangan
E. Pengetahuan keuangan
10. Salah satu keyakinan dari investor tipe agresif adalah:
A. High risk, high return
B. High risk, high tech
C. Financial freedom
D. Financial planning yang baik
E. Open minded terhadap peluang

Kunci Jawaban

No Jawaban No Jawaban
1 A 6 C
2 B 7 E
3 A 8 B
4 D 9 B
5 B 10 A

5. TINDAK LANJUT
Berikut ini rekomendasi setelah mengikuti kegiatan sosialisasi Paham Rupiah.

1) Bila capaian pemahaman dan pengetahuan dalam bab Berhemat belum mencapai
angka minimal 80%, diharapkan untuk melakukan pembelajaran dan pengujian
ulang.
2) Capaian pemahaman dan pengetahuan yang mencapai minimal 80% merupakan
bekal untuk menjadi Duta Rupiah bagi masyarakat.
3) Pemahaman akan menjadi buah yang manis, manakala mampu menjadi bekal
untuk meningkatkan kedewasaan kita dalam memperlakukan Rupiah sebagai
mata uang sah NKRI. Oleh karena itu, sosialisasikan dan kembangkan dalam
kehidupan sehari-hari di masyarakat.
4) Untuk meningkatkan pemahaman, peserta sosialisasi diharapkan dapat
meningkatkan wawasan dan pengetahuannya, dengan mencermati video
dokumenter atau video informasi yang terkait dengan Rupiah.

57 B E R H E M AT
DAFTAR PUSTAKA
1. TRANSAKSI DENGAN RUPIAH
Buku
Hani Sirine dan Dwi Setyani Utami, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Menabung Di
Kalangan Mahasiswa, Volume 19 No. 1, April 2016 ISSN 1979 – 6471, https://core.
ac.uk/download/pdf/234029112.pdf, tanggal 29 Maret 2021.
Muhammad Khairul Faridi, KEJAHATAN SIBER DALAM BIDANG PERBANKAN, Siber Security dan
Forensik Digital, e-ISSN: 2615-8442 Vol. 1, No. 2, November 2018, hlm 57-61. Dikutip
dari https://core.ac.uk/download/pdf/267117563.pdf.
Solikin dan Suseno, Uang: Pengertian, Penciptaan, dan Peranannya dalam Perekonomian,
Desember 2002, Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK) BANK INDONESIA
Sutrisno Fernando Ngiu, Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Sebagai Subjek Hukum
Menurut Undang Tundang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, diunduh dari
https://media.neliti.com/media/publications/151012-ID-none.pdf.
Wahyu Syarvina, Peranan Dana Pihak Ketiga Dalam Kegiatan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah
Pada Bank Syariah, https://core.ac.uk/download/pdf/266976785.pdf
Perundang-undangan
Undang – Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
Peraturan Bank Indonesia
Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/ 17 /PBI/2016 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Bank
Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009 Tentang Uang Elektronik (Electronic Money)
Peraturan Bank Indonesia Nomor 21/10/Pbi/2019 Tentang Pengelolaan Uang Rupiah
Peraturan Bank Indonesia Nomor 22/20/ PBI/2020 Tentang Perlindungan Konsumen Bank
Indonesia
Peraturan Bank Indonesia Nomor: 14 / 2 / PBI / 2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Bank Indonesia Nomor 11/11/ PBI /2009 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat
Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu
Internet
Bank Indonesia,www.bi.go.id

2. BERBELANJA
Buku
Boediono. 2016. Ekonomi Makro. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.2 Edisi Keempat.
Yogyakarta:BPFE UGM
Firmansyah, Herlan dan Purwanta, Wiji. 2014. Ekonomi SMA/MA Muatan Kebanksentralan. Jakarta:
Bank Indonesia.
Hall, Robert E (Edited). 1982. Inflation: Causes and Effect. Chicago and London: The University of
Chicago Press.

PA H A M RUPIAH 58
Marsuki. 2010. Landscape Kebanksentralan Indonesia. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Mankiw, N. Gregory. 2018. Ekonomi Makro. Jakarta: Salemba Empat.
Rizal A. Djaafara, dkk. 2012. Pengantar Ilmu Kebanksentralan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Studi Kebanksentralan (DPSK).
Romer, David, 2012, Advanced Macroeconomics, Fourth Edition. New York: McGraw-Hill.
Rudiger Dornbush, Stanley Fischer dan Rucard Startz.2008. Makroekonomi Edisi Bahasa Indonesia
(Edisi ke 10). Jakarta: Media Global Edukasi
Samuelson, Paul A and Nordhaus, William D. 2010.Economics. Nineteenth Edition. New York: The
McGraw-Hill Companies.Inc.
Simorangkir, Iskandar dan Suseno. 2004. Sistem dan Kebijakan Nilai Tukar. Jakarta: Bank Indonesia
Singleton, John. 2011. Central Banking in the Twentieth Century. Cambridge: Cambridge University
Press.
Suseno, Siti Astiyah. 2008. Inflasi. Jakarta: Bank Indonesia
Solikin dan Suseno. 2002. Uang: Pengertian, Penciptaan dan Peranannya dalam Perekonomian.
Jakarta: Bank Indonesia.
Tim Bank Indonesia. 2012. Bank Sentral Republik Indonesia: Sebuah Pengantar. Jakarta : PPSK Bank
Indonesia.
Tim Bank Indonesia. 2004. Bank Sentral Republik Indonesia: Sebuah Pengantar. Jakarta : PPSK Bank
Indonesia.
Perundang-undangan
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 jo UU Nomor 3 Tahun 2004 jo UU Nomor 6 tahun 2009
tentang tentang Bank Indonesia
Undang-undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang
Peraturan Bank Indonesia Nomor 21/10/PBI/2019 Tentang Pengelolaan Uang Rupiah
Internet
https://www.bi.go.id/id/fungsi-utama/moneter/inflasi/Default.aspx diakses tanggal 1 April 2021
https://www.bi.go.id/id/statistik/informasi-kurs/transaksi-bi/default.aspx diakses tanggal 1 April
2021
https://dosenekonomi.com/ilmu-ekonomi/ekonomi-mikro/pengaruh-nilai-tukar-rupiah diakses
tanggal 1 April 2021
https://www.youtube.com/watch?v=19l6NalTE4c diakses tanggal 1 April 2021
https://www.youtube.com/watch?v=DIGYA3SnUe4 diakses tanggal 1 April 2021

3. BERHEMAT
Buku
Aufi Rahman Pasha, Melek Investasi : Simak Beda Investasi Saham, Reksa Dana, SBR, ORI, dan
Deposito, 2020., diunduh dari https://www.cermati.com/artikel/melek-investasi-simak-
beda-investasi-saham-reksa-dana-sbr-ori-dan-deposito.
Hani Sirine dan Dwi Setyani Utami, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Menabung Di
Kalangan Mahasiswa, Volume 19 No. 1, April 2016 ISSN 1979 – 6471, https://core.
ac.uk/download/pdf/234029112.pdf, tanggal 29 Maret 2021.
Muhammad Khairul Faridi , KEJAHATAN SIBER DALAM BIDANG PERBANKAN, Siber Security dan
Forensik Digital,e-ISSN: 2615-8442 Vol. 1, No. 2, November 2018, hlm 57-61. Dikutip
dari https://core.ac.uk/download/pdf/267117563.pdf.

59 PA H A M RUPIAH
Solikin dan Suseno, Uang: Pengertian, Penciptaan, dan Peranannya dalam Perekonomian,
Desember 2002, Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK) Bank Indonesia.
Suryanto, Strategi Investasi Di Bursa Saham, Journal The WINNERS, Vol. 3 No. 1, Maret 2002: 79-87
Sutrisno Fernando Ngiu, Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Sebagai Subjek Hukum
Menurut Undang Tundang Nomor 10 Tahun 1998 TentangPerbankan, diunduh dari
https://media.neliti.com/media/publications/151012-ID-none.pdf.
Wahyu Syarvina, Peranan Dana Pihak Ketiga Dalam Kegiatan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah
Pada Bank Syariah, diunduh dari https://core.ac.uk/download/pdf/266976785.pdf
Perundang-undangan
Undang – Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 01/M-DAG/PER/3/2005 tentang Tupoksi dan Struktur
Organisasi BAPPEBTI, DEPDAG
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 20l9 Tentang Perusahaan Umum (Perum)
Percetakan Uang Republik Indonesia,
Peraturan Bank Indonesia
Peraturan Bank Indonesia Nomor 20/6/PBI/2018 tentang Uang Elektronik
Peraturan Bank Indonesia Nomor 21/10/PBI/2019 tentang Pengelolaan Uang Rupiah
Peraturan Bank Indonesia Nomor 22/20/ PBI/2020 tentang Perlindungan Konsumen Bank
Indonesia
Peraturan Bank Indonesia Nomor: 14 / 2 / PBI / 2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Bank Indonesia Nomor 11/11/ PBI /2009 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat
Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu
Internet
Bank Indonesia.www.bi.go.id
Bank Indonesia, https://bicara.bi.go.id/knowledgebase/article/KA-01038/en-us
Peruri, https://www.peruri.co.id/

PA H A M RUPIAH 60

Anda mungkin juga menyukai