Penanggung Jawab
Marlison Hakim, Kepala Departemen Pengelolaan Uang
Imaduddin Sahabat, Kepala Grup Perizinan dan Pendukung PUR
Tim Penulis
Dr. A. Jajang W. Mahri, Drs., M.Si.
Dr. Herlan Firmansyah, S.Pd.,M.Pd.,M.E.
Momon Sudarma, S.Pd.,M.Si.
Tim Editor
Yuliansah Andrias, Deviana Anthony, Wahyu Tri Basuki,
Firda Mairani, Adila Luthfiana Idhar
Departemen Kebijakan Ekonomi & Moneter
Departemen Kebijakan Makro Prudensial
Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran
Departemen Pengembangan Pasar Keuangan
Departemen Pengembangan UMKM dan Perlindungan Konsumen
Departemen Hukum
Bank Indonesia Institute
Media Indonesia
Desain Grafis
Media Indonesia Publishing
iii BA N G G A RUPIAH
Cinta Bangga Paham
Rupiah
untuk Indonesia,
dimulai dari
kita!
BA N G G A RUPIAH iv
Latar Belakang
Uang Rupiah Kertas yang baru, harum, dengan permukaan licin, terasa begitu enak
dipandang dan membanggakan. Semua aspek uang Rupiah dikerjakan dengan hati-hati,
melewati tahapan demi tahapan dalam proses panjang, sebelum akhirnya diedarkan ke
masyarakat. Namun, seberapa lama uang itu bertahan dalam kondisi primanya?
Survei Bank Indonesia tentang perilaku masyarakat atas uang Rupiah menunjukkan
banyaknya masyarakat yang belum memperlakukan uang Rupiah dengan baik, seperti
mencoret, meremas, membasahi, melubangi, dan melipat. Akibatnya, tingkat pemusnahan
uang setiap tahunnya cukup tinggi. Uang yang beredar di masyarakat juga menjadi lebih
cepat lusuh sehingga usia edarnya menjadi lebih singkat.
Bank Indonesia juga mendapati fenomena perlakuan terhadap uang Rupiah yang
berbeda-beda antara pedagang di pasar, ibu rumah tangga, dan mahasiswa. Pedagang di
pasar umumnya menyimpan Rupiah dari pembeli di wadah tertentu, sebelum dihitung
pada akhir hari. Sementara ibu rumah tangga biasa menyimpan uang tidak lusuh di dalam
dompet. Namun saat terburu-buru atau bepergian tanpa dompet, uang biasa dimasukkan
ke dalam kantong pada pakaian. Sedangkan sebagian besar mahasiswa menyimpan uang,
lusuh maupun tidak lusuh, di dalam dompet panjang atau lipat.
Perlakuan kita terhadap Rupiah menentukan usia edar uang tersebut. Semakin kita
berhati-hati dan menjaga dengan baik, uang Rupiah akan bertahan lama, dan dapat
dikenali ciri-ciri keasliannya. Dengan begitu, kita turut serta meminimalisir peredaran
uang palsu yang merugikan negara.
Perlakuan kita terhadap Rupiah juga menjadi wujud penghormatan kita atas para
jasa pahlawan. Uang Rupiah Kertas memuat gambar pahlawan, kekayaan flora dan
fauna, budaya, serta pemandangan alam. Bukankah bangsa yang besar adalah bangsa
yang menghormati para pahlawannya?
Menjaga uang Rupiah juga berarti menjaga salah satu simbol kedaulatan bangsa
Indonesia. Tidak semua negara memiliki mata uang nasional sendiri. Karena itu, kita patut
berbangga. Uang Rupiah hadir sebagai kreativitas anak bangsa, lahir setahun setelah
kemerdekaan untuk menandai kemerdekaan Indonesia dalam bidang moneter, menjadikan
negeri ini berdaulat seutuhnya.
Selain merupakan amanah Undang-Undang, menggunakan Rupiah untuk setiap
transaksi di seluruh wilayah NKRI adalah bentuk dukungan kedaulatan Indonesia. Ini
berarti, setiap orang baik Warga Negara Indonesia maupun Warga Negara Asing, wajib
menggunakan uang Rupiah untuk setiap transaksi di seluruh wilayah NKRI, tunai maupun
v BA N G G A RUPIAH
non tunai, bahkan sampai ke daerah terdepan, terluar, dan terpencil. Sebagai mata uang
tunggal, Rupiah menggambarkan kedaulatan NKRI dan persatuan kesatuan seluruh
wilayah Indonesia.
Peristiwa di masa lalu seharusnya tidak terjadi lagi, ketika Indonesia kehilangan
Sipadan dan Ligitan karena minimnya transaksi yang menggunakan Rupiah di daerah
tersebut. Bagaimanapun, sejak zaman dahulu, mata uang menjadi penanda kekuasaan
tertinggi di suatu wilayah.
Menggunakan Rupiah dalam setiap transaksi adalah aksi nyata perjuangan dan
nasionalisme bangsa Indonesia. Tanpa kebanggaan atas Rupiah, bagaimana bisa kita
menegakkan kedaulatan moneter di bumi pertiwi?
Sebagai alat pembayaran yang sah dalam perekonomian, Rupiah hadir untuk
mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia melalui fisik dan stabilitas
nilainya. Tak sekadar berfungsi sebagai alat transaksi, uang Rupiah juga merupakan alat
penyimpan nilai, sehingga menjadi salah satu pilihan masyarakat dalam menyimpan
kekayaan, selain tanah, rumah, dan benda berharga lainnya. Pada skala besar, masyarakat
yang gemar menyimpan uangnya dalam bentuk tabungan di bank akan mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional. Berbelanja bijak mengunakan Rupiah juga berarti
menjaga stabilitas Rupiah dan turut mengendalikan laju inflasi.
Karena itu, masyarakat yang memahami Rupiah akan bijak bertransaksi, berbelanja,
dan berinvestasi yang pada akhirnya akan mendukung kekuatan ekonomi negara. Pada
akhirnya, kekuatan ekonomi negara akan menjaga eksistensi serta kedaulatan Indonesia di
mata dunia Internasional.
Dalam rangka meningkatkan literasi masyarakat terhadap Rupiah, Bank Indonesia
menerbitkan modul Cinta Bangga Paham Rupiah, terdiri dari 3 seri, yaitu Cinta Rupiah,
Bangga Rupiah, dan Paham Rupiah.
Cinta Rupiah sama artinya dengan Mencintai Indonesia. Bangga Rupiah sama artinya
dengan Menjaga Kedaulatan Bangsa. Paham Rupiah sama artinya dengan mewujudkan
stabilitas dan kesejahteraan Negara. Cinta Bangga Paham Rupiah untuk Indonesia, dimulai
dari kita!
Modul Bangga Rupiah ini diharapkan dapat memperkuat kebanggaan peserta
sosialisasi atas Rupiah, melalui pemahaman Rupiah sebagai simbol kedaulatan, alat
pembayaran sah di seluruh wilayah NKRI, dan instrumen pemersatu bangsa.
BA N G G A RUPIAH vi
Daftar Isi
Latar Belakang .............................................................................................................. v
1. PENDAHULUAN ......................................................................................................... 2
2. TUJUAN PEMBELAJARAN .......................................................................................... 2
3. MATERI PEMBELAJARAN .......................................................................................... 3
a. Rupiah Sebagai Simbol Kedaulatan ..................................................................... 3
1) Otoritas Pencipta Uang .................................................................................... 3
2) Penggunaan Rupiah Melambangkan Wilayah Indonesia ............................... 4
3) Kewajiban Menggunakan Rupiah di Wilayah NKRI ......................................... 6
b. Rupiah Sebagai Mata Uang Indonesia ................................................................ 7
1) Non-Internasionalisasi Rupiah ......................................................................... 7
2) Pembatasan Pembawaan Uang Tunai (Rupiah dan Valas) ............................. 7
3) Mekanisme Pelaporan, Declaration, dan Risiko Hukum ............................ 10
c. Bela Negara Tanpa Senjata ................................................................................... 12
1) Macam-macam Bela Negara ........................................................................... 12
2) Implementasi Kebijakan Bank Indonesia ........................................................ 13
3) Studi Kasus Ancaman Kedaulatan ................................................................... 15
4. PENDIDIKAN NILAI .................................................................................................... 16
5. TINDAK LANJUT ......................................................................................................... 18
1. PENDAHULUAN ........................................................................................................... 20
2. TUJUAN PEMBELAJARAN ........................................................................................... 20
3. MATERI PEMBELAJARAN ............................................................................................ 21
a. Rupiah sebagai Alat Pembayaran yang Sah .......................................................... 21
1) Penggunaan Rupiah di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) .............. 21
2) Risiko Hukum atas Penggunaan Pembayaran Selain Rupiah ........................... 22
3) Masa Berlaku Uang Rupiah ............................................................................... 23
b. Pengecualian Penggunaan Alat Pembayaran Selain Rupiah ................................ 24
1) Konsep Pengecualian Selain Rupiah .................................................................. 24
2) Penerapan Pengecualian Selain Rupiah yang Diperbolehkan .......................... 25
3) Syarat-syarat Pengecualian ................................................................................ 26
vii BA N G G A RUPIAH
4) Tata Cara Mengajukan Permohonan Pengecualian Penggunaan Rupiah
untuk Infrastruktur Strategis ............................................................................ 29
c. Koleksi dan Numismatik Uang Rupiah ................................................................. 30
4. PENDIDIKAN NILAI ..................................................................................................... 40
5. TINDAK LANJUT ......................................................................................................... 43
1. PENDAHULUAN ......................................................................................................... 46
2. TUJUAN PEMBELAJARAN ......................................................................................... 46
3. MATERI PEMBELAJARAN .......................................................................................... 46
a. Rupiah Sebagai Identitas dan Karakteristik Bangsa.......................................... 46
1) Simbol Garuda Pancasila .................................................................................. 47
2) Negara Kesatuan Republik Indonesia .............................................................. 50
3). Sejarah dan Nilai Perjuangan Pahlawan Nasional .......................................... 51
4). Kekayaan Alam dan Budaya Indonesia ........................................................... 59
b. Konsep Satu Mata Uang Satu Negara (One Nation One Currency) .................... 62
1) Sejarah Rupiah Sebelum Menjadi Uang Tunggal ............................................ 62
2) Satu Negara Satu Mata Uang ........................................................................... 63
3) Belajar dari Negara Multi Currency ................................................................... 64
c. Perjalanan Rupiah Sebagai Pemersatu Bangsa ................................................... 65
1) Sejarah Uang Masa Kerajaan ........................................................................... 65
2) Sejarah Uang Sebelum Kemerdekaan ............................................................. 66
3) Sejarah Rupiah Setelah Kemerdekaan ............................................................ 67
4. PENDIDIKAN NILAI ..................................................................................................... 70
5. TINDAK LANJUT ......................................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 73
BA N G G A RUPIAH viii
Bagian 1
Simbol
Kedaulatan
i S I M B O L KEDAULATAN
1. PENDAHULUAN
Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 menandai kedaulatan bangsa Indonesia,
berdiri sama tinggi dengan negara-negara lain di dunia. Pengakuan atas kedaulatan
Indonesia pun datang dari berbagai negara dan organisasi internasional, menegaskan
kemerdekaan Indonesia secara politik. Namun, baru setahun kemudian Indonesia
berdaulat secara moneter. Ditandai dengan kelahiran dan pemberlakukan Rupiah sebagai
mata uang sah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Keberlakuan dan pemberlakuan Rupiah bersifat mutlak dan merata di seluruh
wilayah administrasi NKRI. Kelahiran Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang
Mata Uang menegaskan bahwa Rupiah menjadi satu-satunya mata uang sah yang
digunakan di NKRI, dan setiap warga negara berkewajiban menggunakan Rupiah untuk
berbagai keperluan keuangan.
Berbagai kasus terkait penggunaan mata uang asing di sejumlah daerah termasuk
di daerah perbatasan menjadi tantangan bagi Bank Indonesia khususnya, dan seluruh
bangsa Indonesia pada umumnya, untuk terus melakukan pendidikan kewarganegaraan
mengenai sikap patriotisme dalam menggunakan mata uang Rupiah.
Rupiah adalah simbol kedaulatan negara. Memanfaatkan Rupiah sebagai alat
pembayaran, alat transaksi maupun investasi, merupakan bentuk nyata perjuangan dan
nasionalisme bangsa Indonesia dalam menegakkan kedaulatan negara dalam aspek
moneter.
2. TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui diskusi, pengamatan serta studi kasus berbagai hal terkait penggunaan Rupiah
di berbagai daerah di wilayah NKRI, peserta sosialisasi diharapkan mampu bersikap kritis
dan menunjukkan sikap Bangga terhadap Rupiah sebagai simbol kedaulatan Bangsa.
Secara khusus, pembelajaran pada modul ini bertujuan agar peserta sosialisasi mampu:
a. secara kritis dan analitis memahami Rupiah sebagai simbol kedaulatan bangsa dan
negara;
b. secara kritis dan analitis memahami bahwa Rupiah sebagai mata uang Indonesia; dan
c. secara kritis dan analisis memahami bentuk nyata Bela Negara Tanpa Senjata dalam
kaitannya dengan penegakan kedaulatan NKRI.
S I M B O L KEDAULATAN 2
3. MATERI PEMBELAJARAN
a. Rupiah Sebagai Simbol Kedaulatan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kedaulatan diartikan sebagai kepemilikan,
atau pelaksanaan kekuasaan tertinggi. Maka yang dimaksud dengan kedaulatan
negara adalah Indonesia sebagai bangsa dan negara memiliki kekuasaan penuh atas
pengelolaan sumber daya negara dan bangsa, untuk mencapai tujuan bangsa dan
rakyat Indonesia.
Sebagai negara merdeka dan berdaulat, NKRI memiliki mata uang yang
ditetapkan dengan Undang-Undang. Mata uang ini merupakan salah satu simbol
kedaulatan negara yang harus dihormati dan dibanggakan oleh seluruh warga negara
Indonesia. Mata uang diperlukan sebagai alat pembayaran yang sah dalam kegiatan
perekonomian nasional dan internasional guna mewujudkan kesejahteraan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Hal tersebut diatur dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 pasal
23B yang menyebutkan bahwa macam dan harga mata uang ditetapkan dengan
Undang-Undang, serta pasal 23D mengatur bahwa Negara memiliki suatu bank sentral
yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur
dengan undang-undang.
Pasal-pasal tersebut menegaskan bahwa Indonesia berdaulat penuh dalam
mengelola keuangan negara di dalam negeri, termasuk dalam hal menetapkan macam
dan jenis mata uang yang berlaku dan sah dalam negerinya.
1) Otoritas Pencipta Uang
Bank Indonesia adalah bank sentral Republik Indonesia, yang salah satu
tugasnya adalah mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran.
Pelaksanaan tugas tersebut diharapkan dapat mendukung terpeliharanya
stabilitas moneter, stabilitas sistem keuangan, dan kelancaran sistem
pembayaran.
Hal tersebut diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang
Bank Indonesia, sebagaimana yang telah beberapa kali diubah, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia, yang dikenal dengan UU Bank Indonesia.
Dalam melaksanakan tugas mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran, Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang
berwenang melakukan Pengeluaran, Pengedaran, dan/atau Pencabutan dan
Penarikan Rupiah. Kewenangan tersebut juga ditegaskan dalam Undang-
Undang (UU) Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang. Selain itu, Bank
3 S I M B O L KEDAULATAN
Indonesia juga berwenang merencanakan, mencetak dan memusnahkan
Rupiah, berkoordinasi dengan Pemerintah.
Dalam menjalankan kewenangannya ini, ada sejumlah lembaga yang
terkait dengan pelaksanaan kewenangan Bank Indonesia.
Pertama, Pemerintah. Penyediaan jumlah Rupiah yang beredar dilakukan
oleh Bank Indonesia. Namun demikian, Bank Indonesia berkoordinasi dengan
Pemerintah dalam merencanakan dan menentukan jumlah Rupiah yang
akan dicetak, juga waktu pencetakan. Sebagai landasan keputusan ini, Bank
Indonesia menandatangani Nota Kesepahaman dengan Pemerintah Indonesia
terkait Pelaksanaan Koordinasi Dalam Rangka Perencanaan dan Pencetakan,
serta Pemusnahan Rupiah.
Kedua, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai pelaksana Pencetakan
Rupiah. Pencetakan Rupiah dilakukan oleh Bank Indonesia di dalam negeri dengan
menunjuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai pelaksana Pencetakan
Rupiah. Jika karena satu dan lain hal BUMN tersebut menyatakan tidak sanggup,
Pencetakan Rupiah dilaksanakan oleh BUMN tersebut bekerja sama dengan
lembaga lain yang ditunjuk melalui proses yang transparan dan akuntabel serta
menguntungkan negara. Pelaksanaan pencetakan Rupiah saat ini dilakukan oleh
Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (PERURI).
Ketiga, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia. Pasal 19
UU Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang menegaskan kewajiban Bank
Indonesia untuk melaporkan Pengelolaan Rupiah secara periodik setiap tiga
bulan kepada DPR.
Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa menjaga stabilitas moneter
di Indonesia membutuhkan peran nyata dari semua pihak, baik masyarakat
maupun lembaga-lembaga negara.
2) Penggunaan Rupiah Melambangkan Wilayah Indonesia
Rupiah merupakan satu-satunya mata uang yang digunakan sebagai alat
pembayaran yang sah di wilayah NKRI, dan setiap transaksi yang mempunyai
tujuan pembayaran di NKRI wajib menggunakan Rupiah.
Hal ini memiliki dasar hukum perundang-undangan di Indonesia. Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia 1945 pasal 23B menyatakan bahwa macam
dan harga mata uang ditetapkan dengan Undang-Undang. Adapun UU Nomor
7 Tahun 2011 pasal 2 ayat (1) menegaskan bahwa Mata Uang Negara Kesatuan
Republik Indonesia adalah Rupiah, dan Pasal 21 menjelaskan Rupiah wajib
digunakan dalam (1) setiap transaksi yang mempunyai tujuan pembayaran, (2)
penyelesaian kewajiban lainnya yang harus dipenuhi dengan uang; dan/atau,
(3) transaksi keuangan lainnya yang dilakukan di Wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
S I M B O L KEDAULATAN 4
Perundangan-undangan juga menegaskan bahwa siapa pun dan lembaga
apapun, baik Warga Negara Indonesia (WNI) maupun Warga Negara Asing
(WNA), badan hukum Indonesia maupun asing, ketika berada di wilayah
administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka orang atau pihak yang
bersangkutan wajib menggunakan Rupiah sebagai alat pembayaran atau pada
setiap transaksi yang mempunyai tujuan pembayaran.
Kendati demikian, UU Nomor 7 Tahun 2011 memberikan pengecualian
terhadap beberapa kondisi yang memungkinkan penggunaan mata uang asing.
Pertama, transaksi tertentu dalam rangka pelaksanaan anggaran
pendapatan dan belanja negara. Kedua, penerimaan atau pemberian hibah
dari atau ke luar negeri. Artinya, jika seseorang bermaksud untuk memberikan
hibah atau menerima hibah luar negeri, maka transaksi bisa dilakukan dengan
menggunakan mata uang asing, demikian pula bila kita bermaksud untuk
memberikan hibah kepada warga negara lain di luar NKRI.
Ketiga, melaksanakan proses transaksi perdagangan internasional.
Seorang pengusaha yang hendak melakukan transaksi dengan pengusaha lain,
dikecualikan untuk boleh tidak menggunakan Rupiah. Keempat, simpanan
di bank dalam bentuk valuta asing, atau sebagai investasi. Kelima, transaksi
pembiayaan internasional.
Lantas bagaimana dengan warga negara Indonesia yang ada di daerah
perbatasan? Rupiah berlaku dan diberlakukan di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, termasuk di daerah 3T (Terdepan, Terluar dan
Terpencil).
Warga Negara Indonesia yang ada di daerah perbatasan (terdepan), tetap
wajib menggunakan Rupiah sebagai alat pembayaran yang sah. Penggunaan
Rupiah di wilayah perbatasan menjadi ciri kemartabatan dan kedaulatan
NKRI. Penggunaan Rupiah dalam transaksi, kendati ada di wilayah perbatasan,
menunjukkan kemandirian, kedaulatan dan juga kewibawaan Rupiah dan NKRI
di hadapan negara lain.
Untuk memastikan ketersediaan Rupiah hingga ke daerah 3T, Bank
Indonesia bekerja sama dengan TNI Angkatan Laut dalam pendistribusian
Rupiah. Selain itu, Bank Indonesia mengembangkan layanan Kas Titipan
(Kastip) untuk daerah-daerah yang terpencil guna memudahkan penggunaan
Rupiah sebagai alat pembayaran bagi masyarakat.
Bank Indonesia memiliki program BI Jangkau untuk menyediakan dan
menjaga ketersediaan Rupiah bagi masyarakat, sampai daerah-daerah
pedesaan, atau daerah terpencil dan terluar.
5 S I M B O L KEDAULATAN
Gambar 1. Pidato
S I M B O L KEDAULATAN 6
b. Rupiah Sebagai Mata Uang Indonesia
1) Non-Internasionalisasi Rupiah
Rupiah adalah mata uang NKRI yang digunakan sebagai alat pembayaran yang
sah di wilayah NKRI. Berdasarkan pasal 2 UU Nomor 7 Tahun 2011, terdapat dua
macam Rupiah, yaitu Rupiah Kertas dan Rupiah Logam. Selain di wilayah NKRI,
Rupiah tidak digunakan, dan tidak sah digunakan sebagai alat pembayaran. Dalam
konteks ini, Rupiah bukan hard currency yang bisa digunakan lintas negara.
Meski begitu, sejumlah warga negara Indonesia di luar negeri, atau orang asing
di sana, ada yang menerima proses transaksi dengan menggunakan Rupiah sebagai
alat pembayarannya. Hal ini juga jamak dijumpai di masyarakat perbatasan antara
Indonesia dengan negara tetangga.
Hal ini bukan sekadar mencegah tindak pidana pencucian uang, atau tindak
pidana lain. Namun, ada hal yang lebih strategis yaitu untuk mencegah hilangnya
arus peredaran Rupiah di dalam negeri.
Uang Rupiah yang dibawa masuk ke dalam negeri secara tunai, tanpa melakukan
transaksi melalui lembaga keuangan dalam negeri, akan menyebabkan tidak
terdeteksinya peredaran atau arus kas Rupiah di masyarakat. Bila hal ini dibiarkan,
sulit untuk membuat asumsi peredaran Rupiah yang akurat sehingga berpotensi
menyebabkan ketidaktepatan analisa dan kebijakan moneter di Indonesia. Karena
itu, pelanggaran terkait hal ini mendapatkan sanksi seperti diatur dalam pasal 35
UU Nomor 8 Tahun 2010.
7 S I M B O L KEDAULATAN
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010
Pasal 35
(1) Setiap orang yang tidak memberitahukan pembayaran lain sebagaimana dimaksud
pembawaan uang tunai dan/atau instrumen dalam Pasal 34 ayat (1), tetapi jumlah uang
pembayaran lain sebagaimana dimaksud tunai dan/atau instrumen pembayaran
dalam Pasal 34 ayat (1) dikenai sanksi lain yang dibawa lebih besar dari jumlah
administratif berupa denda sebesar 10% yang diberitahukan dikenai sanksi
(sepuluh perseratus) dari seluruh jumlah administratif berupa denda sebesar
uang tunai dan/atau instrumen pembayaran 10% (sepuluh perseratus) dari kelebihan
lain yang dibawa dengan jumlah paling jumlah uang tunai dan/atau instrumen
banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta pembayaran lain yang dibawa dengan
rupiah). jumlah paling banyak Rp300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah).
(2) Setiap orang yang telah memberitahukan
pembawaan uang tunai dan/atau instrumen
Bank Indonesia juga mengatur pembawaan uang tunai Rupiah melalui PBI
Nomor 4/8/PBI/2002 tentang Persyaratan dan Tata Cara Membawa Uang Rupiah
Keluar atau Masuk Wilayah Pabean Republik Indonesia.
Disebutkan, setiap orang yang membawa uang Rupiah sebesar Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah) atau lebih keluar wilayah pabean Republik Indonesia, wajib
terlebih dahulu memperoleh izin dari Bank Indonesia. Kemudian, setiap orang yang
membawa uang Rupiah sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) atau lebih
masuk wilayah pabean Republik Indonesia, wajib terlebih dahulu memeriksakan
keaslian uang tersebut kepada petugas Bea dan Cukai di tempat kedatangan.
Mata uang kertas asing yang hendak dibawa masuk juga dibatasi, seperti
tertuang dalam PBI Nomor 20/2/PBI/2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank
Indonesia Nomor 19/7/PBI/2017 tentang Pembawaan Uang Kertas Asing (UKA) ke
Dalam dan ke Luar Daerah Pabean Indonesia. Peraturan itu menjelaskan:
1. Badan Berizin sebagaimana dimaksud setiap akan melakukan pembawaan UKA
dengan jumlah yang nilainya paling sedikit setara dengan Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah), wajib memperoleh Persetujuan Pembawaan UKA, dan
dilarang melakukan Pembawaan UKA melebihi persetujuan untuk setiap
Pembawaan UKA.
2.Untuk mendapatkan Persetujuan Pembawaan UKA sebagaimana dimaksud,
Badan Berizin mengajukan permohonan Persetujuan Pembawaan UKA kepada
Bank Indonesia, dilengkapi dengan proyeksi kebutuhan UKA per mata uang
S I M B O L KEDAULATAN 8
dan detail rencana Pembawaan UKA untuk periode Pembawaan UKA yang
bersangkutan.
3. Penetapan konversi UKA ke dalam mata uang Rupiah yang terkait dengan
ambang batas Pembawaan UKA sebagaimana dimaksud menggunakan nilai
kurs yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
4. Jika mata uang asing yang digunakan dalam Pembawaan UKA tidak terdapat
dalam nilai kurs yang ditetapkan Menteri Keuangan, penetapan konversi mata
uang asing tersebut dilakukan ke dalam dolar Amerika Serikat terlebih dahulu
dengan menggunakan kurs jual pasar sebelum menggunakan nilai kurs yang
ditetapkan Menteri Keuangan.
5. Badan Berizin yang melakukan Pembawaan UKA dengan jumlah yang
nilainya paling sedikit setara dengan Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah) dan tidak memiliki Persetujuan Pembawaan UKA, menurut PBI ini,
dikenakan sanksi administratif berupa denda sebesar 10% (sepuluh persen)
dari seluruh jumlah UKA yang dibawa dengan jumlah paling banyak setara
dengan Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
9 S I M B O L KEDAULATAN
Ketiga jenis tindakan tersebut, dimasukkan pada kategori tindak pidana
pencucian uang, dan bisa dijerat oleh hukum di Indonesia. Dengan kata lain,
membatasi jumlah maksimal uang, dan menegakkan tindak pidana pencucian
uang, merupakan paket penting dari sisi moneter untuk mencegah terjadi transaksi
keuangan antar kelompok teroris di Indonesia. Oleh karena itu, konsep ini dikenal
dengan konsep anti money laundering and counter terrorism financing (AMLCTF).
S I M B O L KEDAULATAN 10
Selanjutnya, Bank Indonesia akan memberikan jawaban atas permohonan
izin paling lambat 10 hari kerja terhitung sejak tanggal permohonan diterima
secara lengkap dan benar oleh Bank Indonesia.
PIB
(BC.2.0) Valas dan/atau
IMPORT atau CD instrumen
pembayaran Pemberitahuan ke BC
lainnya
11 S I M B O L KEDAULATAN
Sanksi
S I M B O L KEDAULATAN 12
Pendidikan kewarganegaraan melalui jalur pendidikan formal, dilakukan
mulai dari jenjang pendidikan dasar, menengah sampai perguruan tinggi.
Adapun pendidikan kewarganegaraan melalui jalur nonformal dilakukan dengan
memanfaatkan organisasi sosial, organisasi keagamaan, maupun instrumen media
sosial kepada masyarakat luas. Sedangkan, pendidikan kewarganegaraan melalui
jalur informal, diharapkan bisa ditumbuhkembangkan melalui penanaman nilai
sejak dini di dalam keluarga.
Kedua, pelatihan dasar kemiliteran wajib. Program dasar kemiliteran
secara wajib ini dikhususkan kepada warga negara yang akan menjadi anggota
komponen cadangan dalam pertahanan negara.
Ketiga, pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara
sukarela atau secara wajib. Setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk bisa
mendaftar sebagai prajurit TNI. Bila dalam keadaan mendesak, dan darurat militer,
maka setiap warga negara memiliki kewajiban untuk mengikuti wajib militer.
Keempat, pengabdian sesuai dengan profesi. Ini adalah pengabdian warga
negara yang mempunyai profesi tertentu untuk kepentingan pertahanan negara
termasuk dalam menanggulangi dan/atau memperkecil akibat yang ditimbulkan
oleh perang, bencana alam, atau bencana lainnya.
Adapun nilai-nilai bela negara, dapat disarikan menjadi enam pokok pikiran,
yaitu (1) cinta tanah air, (2) sadar berbangsa dan bernegara, (3) setia kepada
Pancasila sebagai ideologi negara, (4) rela berkorban untuk bangsa dan negara,
(5) mempunyai kemampuan awal bela negara, (6) semangat untuk mewujudkan
negara yang berdaulat, adil dan makmur.
Maka dapat dikatakan bahwa penggunaan Rupiah sebagai satu-satunya
mata uang yang berlaku untuk setiap transaksi pembayaran di wilayah NKRI
merupakan bagian dari bela negara tanpa senjata.
Lebih jauh lagi, sikap Cinta, Bangga, dan Paham Rupiah merupakan salah
satu bentuk nyata dalam menunjukkan sikap cinta tanah air, sadar berbangsa dan
bernegara, serta semangat untuk mewujudkan negara yang berdaulat, adil dan
makmur.
2) Implementasi Kebijakan Bank Indonesia
Untuk menegakkan kedaulatan moneter Republik Indonesia, Bank Indonesia
berkewajiban memastikan kestabilan peredaran Rupiah di dalam negeri. Terkait hal
ini, ada beberapa langkah strategis yang dikembangkan Bank Indonesia.
Pertama, membuka pelayanan kas oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia
(KASPw), secara umum terdiri penerimaan setoran dari bank-bank, kegiatan
bayaran, penukaran uang, dan layanan kas lainnya. Tujuan dari layanan kas
13 S I M B O L KEDAULATAN
dimaksud untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas uang dan menjaga agar
uang yang beredar tetap dalam kondisi yang layak edar.
Penukaran
Dalam Setoran
Kantor
Bayaran
Pihak Lain
Kas Titipan
BI Jangkau
(Layanan Kas
di Daerah 3T) Masyarakat
Kedua, Pelayanan Kas Luar Kantor yang dijalankan melalui program kas keliling
atau kas mobil, kerja sama penukaran, dan BI Jangkau.
Bank Indonesia menghadirkan Kas Keliling (Kasling) atau kas mobil untuk
memudahkan masyarakat di sejumlah daerah yang sulit menjangkau layanan Kas
dalam Kantor. Layanan Kasling menjadi salah satu upaya nyata Bank Indonesia
untuk menjaga kestabilan peredaran uang di masyarakat, sehingga masyarakat
dapat menggunakan Rupiah dengan nyaman dan tenang.
Selain itu, Bank Indonesia juga mengembangkan model Kas Titipan yang
juga merupakan layanan kas luar kantor, untuk memenuhi kebutuhan uang tunai
terutama di daerah terpencil. Kas Titipan ini bisa dilakukan oleh lembaga keuangan
perbankan atau lembaga lain yang disahkan oleh Bank Indonesia, untuk memudahkan
masyarakat di daerah terpencil menabung atau melakukan transaksi perbankan.
Keberadaan Kas Titipan memberikan manfaat antara lain ketersediaan uang
yang layak edar, terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan uang yang layak edar
(clean money), pengelolaan kas yang efisien, kas perbankan yang aman dan optimal,
serta meningkatkan perekonomian daerah.
Adapun program BI Jangkau merupakan program peningkatan layanan kas
untuk menjangkau masyarakat di wilayah kecamatan/desa melalui optimalisasi
jaringan kantor Bank, Pegadaian, PJPUR dan pihak lain seperti BPR, Lembaga Non
Bank/LNB dan Lembaga Keuangan Non Bank LKNB.
S I M B O L KEDAULATAN 14
Terdapat 12 lokasi pilot project untuk program BI Jangkau, meliputi Kalimantan
Barat, Kepulauan Riau, Kalimantan Utara, Sibolga, Sulawesi Utara, Maluku Utara,
Papua Barat, Papua, Maluku, Nusa Tenggara Timur, Pulau Kangean, dan Banten.
Keduabelas lokasi tersebut ditetapkan dengan mempertimbangkan antara lain
keterwakilan setiap regional, memenuhi salah satu kriteria 3T (Terdepan, Terluar,
dan Terpencil), serta density kantor bank di wilayah tersebut.
15 S I M B O L KEDAULATAN
Papua 2017. Mengangkat tema ‘Dengan Non tunai: Lebih Mudah, Lebih Aman,
dan Lebih Keren!’, Bank Indonesia mendorong masyarakat Papua kompak untuk
memulai kebiasaan bertransaksi secara non tunai.
Untuk wilayah terdepan, terluar, dan terpencil, termasuk lintas batas negara,
pemenuhan dilakukan langsung oleh Bank Indonesia melalui kegiatan kas keliling
serta bekerja sama dengan perbankan. Sedangkan khusus untuk daerah terluar,
Bank Indonesia juga melakukan kerja sama dengan TNI AL untuk distribusi uang
Rupiah layak edar.
4. PENDIDIKAN NILAI
Kedaulatan sebuah negara tidak sekadar diukur dari aspek geografi atau politik, namun
juga bisa dilihat dan ditunjukkan dari aspek kedaulatan ekonomi dan moneter. Indonesia
merupakan salah satu negara berdaulat secara geografi, politik, dan juga ekonomi atau
moneter.
Rupiah yang menjadi mata uang sah dan satu-satunya alat pembayaran di wilayah
NKRI adalah simbol kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Penggunaan Rupiah
merupakan bentuk nyata dari partisipasi warga negara dalam Bela Negara Tanpa Senjata.
Ini lah peran nyata warga negara untuk menegakkan kedaulatan moneter, ekonomi dan
kedaulatan NKRI. Rupiah berdaya, Indonesia Jaya.
Penilaian Pembelajaran
Pilih salah satu jawaban yang tepat.
1. Peraturan tertinggi, yang menyatakan bahwa Rupiah sebagai alat pembayaran sah di
wilayah NKRI adalah...
A. UU Nomor 7 Tahun 2011
B. UU Nomor 8 Tahun 2010
C. UU Nomor 33 Tahun 2009
D. UU Nomor 24 Tahun 2019
E. UU Nomor 1 Tahun 2019
2. Lembaga yang memiliki otoritas mencetak uang Rupiah di Indonesia adalah ...
A. Bank Indonesia
B. Perum PERURI
C. Kementerian Keuangan
D. Kementerian Dalam Negeri
E. Sekretariat Negara
3. Dalam kewenangan pengelolaan Rupiah Bank Indonesia berkewajiban membuat
laporan periodik yang dilaporkan kepada ...
A. Dewan Perwakilan Rakyat
B. Presiden
S I M B O L KEDAULATAN 16
C. Kementerian Keuangan
D. Otoritas Jasa Keuangan
E. Dewan Perwakilan Daerah
4. Kewenangan pencabutan pemberlakuan Rupiah, Bank Indonesia berkewajiban untuk
mempublikasikannya kepada masyarakat melalui ...
A. Penelitian ilmiah
B. Pemberitahuan ke DPR
C. Juru bicara Istana Negara
D. Juru bicara Bank Indonesia
E. Media Massa
5. Rupiah dinyatakan sebagai mata uang non-internasionalisasi, hal itu sejalan dengan...
A. UU Nomor 7 Tahun 2011
B. Kelayakan Rupiah dalam pasar dunia
C. Belum digunakan secara global
D. Belum diakui oleh dunia
E. Keputusan Gubernur Bank Indonesia
6. Pembatasan membawa Rupiah secara tunai dalam jumlah tertentu, baik ke dalam
maupun ke luar negeri, diatur dalam...
A. UU Nomor 7 Tahun 2011
B. UU Nomor 8 Tahun 2010
C. UU Nomor 33 Tahun 2009
D. UU Nomor 24 Tahun 2019
E. UU Nomor 1 Tahun 2019
7. Menggunakan Rupiah dinyatakan sebagai salah satu bentuk jenis Bela Negara, khususnya
dilihat dari aspek...
A. Pendidikan kewarganegaraan
B. Pendidikan dasar kemiliteran
C. Sebagai bentuk kegiatan kekuatan cadangan
D. Pengabdian sebagai Prajurit
E. Pengabdian sebagai profesi
8. Untuk menjaga stabilitas peredaran Rupiah sampai daerah pelosok, Bank Indonesia
mengembangkan bentuk layanan...
A. Kas Keliling
B. Pameran Rupiah di daerah pedesaan
C. Layanan Pendidikan Cinta Rupiah melalui Media
D. Menyebarkan brosur Cinta Rupiah
E. Memanfaatkan lembaga sosial untuk pendidikan Cinta Rupiah
9. Layanan Perbankan di daerah perbatasan, diantaranya adalah...
A. Mendirikan KUPVA PLBN
17 S I M B O L KEDAULATAN
B. Mengembangkan Kastip
C. Menyelenggarakan Kasling
D. Pameran Cinta Rupiah
E. Mengembangkan Duta Rupiah
10. Salah satu bentuk Cinta Tanah Air dalam kaitannya dengan ekonomi, adalah...
A. Menggunakan Rupiah dalam ragam transaksi di dalam negeri
B. Menggunakan Rupiah dalam transaksi di luar negeri
C. Menjadikan Rupiah sebagai alternatif transaksi ekonomi
D. Menggunakan Rupiah secara bersamaan dengan mata yang asing dalam transaksi
di Indonesia
E. Menjadikan Rupiah sebagai mata uang internasional
Kunci Jawaban
No Jawaban No Jawaban
1 A 6 B
2 B 7 A
3 A 8 A
4 E 9 A
5 A 10 A
5. TINDAK LANJUT
Berikut ini rekomendasi tindak lanjut setelah mengikuti kegiatan sosialisasi Bangga
Rupiah.
1. Bila capaian pemahaman dan pengetahuan dalam sub modul Simbol Kedaulatan ini
belum mencapai angka minimal 80%, diharapkan untuk melakukan pembelajaran dan
pengujian ulang.
2.Capaian pemahaman dan pengetahuan yang sudah mencapai minimal 80%, dapat
dijadikan pengetahuan dasar untuk melanjutkan pada bab selanjutnya.
3. Pemahaman akan menjadi buah yang manis apabila mampu dijadikan bekal untuk
meningkatkan kedewasaan kita dalam memperlakukan Rupiah sebagai mata uang sah
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu, sosialisasikan dan kembangkan
dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.
4.Untuk meningkatkan pemahaman, peserta sosialisasi diharapkan dapat meningkatkan
wawasan dan pengetahuannya, dengan mencermati video dokumenter atau video
informasi yang terkait dengan Rupiah.
S I M B O L KEDAULATAN 18
Bagian 2
Alat
Pembayaran
19 ALAT P E M BAYA R A N
1. PENDAHULUAN
Rupiah merupakan mata uang yang berlaku sebagai alat pembayaran yang sah di
wilayah NKRI. Kewajiban menggunakan Rupiah berlaku bagi siapa saja yang bertransaksi
di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), baik penduduk maupun bukan
penduduk, serta berlaku untuk orang asing yang bekerja di wilayah Indonesia.
Hal tersebut tegas diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata
Uang pasal 21 ayat 1, berbunyi “Rupiah wajib digunakan dalam setiap transaksi yang
mempunyai tujuan pembayaran, penyelesaian kewajiban lainnya yang harus dipenuhi
dengan uang dan/atau transaksi keuangan lainnya yang dilakukan di Wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia”.
Undang-undang juga mengatur tugas dan kewenangan Bank Indonesia untuk
mengelola penerbitan, peredaran dan penarikan Rupiah untuk menjaga stabilitas moneter,
stabilitas sistem keuangan, dan kelancaran sistem pembayaran.
Karena itu Peraturan Bank Indonesia (PBI) juga mengatur penggunaan Rupiah,
seperti tertuang dalam PBI Nomor 17/3/PBI/2015 tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah
di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Secara lebih terperinci, kewajiban
penggunaan Rupiah diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 17/11/DKSP/2015
tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui presentasi, pengamatan, diskusi dan pendekatan pemecahan masalah,
peserta sosialisasi Bangga Rupiah dapat memahami:
a. mata uang Rupiah sebagai alat pembayaran yang sah;
b. masa berlaku uang Rupiah; dan
c. pengecualian penggunaan alat pembayaran selain Rupiah.
ALAT P E M BAYA R A N 20
3. MATERI PEMBELAJARAN
a. Rupiah sebagai Alat Pembayaran yang Sah
1) Penggunaan Rupiah di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
Pasal 21 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang
menegaskan bahwa setiap transaksi yang dilakukan di wilayah NKRI, baik
dilakukan oleh penduduk maupun bukan penduduk, serta orang asing yang
bekerja di wilayah Indonesia, wajib menggunakan mata uang Rupiah.
Ketentuan tersebut juga dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan Bank
Indonesia (PBI) Nomor 17/3/PBI/2015 tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah di
Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
21 ALAT P E M BAYA R A N
Bank Indonesia mengatur pengecualian atas kewajiban penggunaan Rupiah
dalam beberapa transaksi, seperti diatur dalam PBI Nomor 17/3/PBI/2015.
Transaksi-transaksi tersebut meliputi transaksi dalam rangka pelaksanaan anggaran
pendapatan dan belanja Negara, transaksi perdagangan internasional, dan transaksi
pembiayaan internasional. Lebih lengkap mengenai pengecualian penggunaan
pembayaran selain Rupiah, akan dibahas pada bagian lain dalam modul ini.
2) Risiko Hukum atas Penggunaan Pembayaran Selain Rupiah
Bank Indonesia mengawasi kepatuhan setiap pihak dalam menerapkan
kewajiban penggunaan Rupiah. Dalam menjalankan fungsi pengawasannya, Bank
Indonesia bekerja sama dengan aparat penegak hukum untuk transaksi tunai dan
instansi terkait untuk transaksi non tunai.
Pengawasan Bank Indonesia tersebut berdasarkan ketentuan-ketentuan
yang tercantum dalam SEBI 17/11/DKSP/ 2015 tentang Kewajiban Penggunaan
Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berikut adalah ketentuan
pengawasan tersebut.
1) Metode pengawasan dilakukan secara langsung dan/atau tidak langsung.
2) Pengawasan secara langsung dilakukan melalui pemeriksaan yang dapat
dilakukan sewaktu-waktu oleh Bank Indonesia. Pihak yang diperiksa harus
memberikan dokumen berupa:
a) laporan keuangan, data transaksi, dan data pendukung;
b) akses untuk melakukan observasi terhadap aktivitas operasional dan
sarana fisik yang berkaitan dengan kegiatan usahanya; dan
c) keterangan mengenai transaksi dan kegiatan yang berkaitan dengan
kewajiban penggunaan Rupiah dari pihak yang kompeten dan berwenang
pada saat pemeriksaan sedang berlangsung.
3) Pengawasan secara tidak langsung dilakukan melalui kegiatan analisis dan
evaluasi atas laporan yang disampaikan oleh setiap pihak.
Jika terdapat pelanggaran atas kewajiban penggunaan Rupiah di wilayah
NKRI untuk transaksi tunai dan pelanggaran atas larangan menolak Rupiah, maka
terdapat sanksi sesuai ketentuan pidana sebagaimana diatur dalam pasal 33 UU
Nomor 7 Tahun 2011. Sanksi yang diberikan berupa sanksi administratif dan/atau
juga sanksi pidana.
Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang tersebut menjelaskan bahwa setiap orang
yang tidak menggunakan Rupiah dalam setiap transaksi yang mempunyai tujuan
pembayaran dan penyelesaian kewajiban lainnya yang harus dipenuhi dengan
uang; dan/atau transaksi keuangan lainnya, dipidana dengan pidana kurungan
paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah).
ALAT P E M BAYA R A N 22
Ketentuan sanksi yang diberikan terhadap pelanggaran kewajiban penggunaan
Rupiah dijelaskan lebih rinci dalam SEBI Nomor 17/11/DKSP/2015 seperti berikut ini.
1) Setiap pihak yang melakukan pelanggaran atas kewajiban penggunaan Rupiah
untuk transaksi non tunai dikenakan sanksi administratif berupa:
a) teguran tertulis;
b) kewajiban membayar; dan/atau
c) larangan untuk ikut dalam lalu lintas pembayaran.
2) Sanksi kewajiban membayar dikenakan dengan ketentuan:
a) Sanksi kewajiban membayar dikenakan setelah Bank Indonesia
memberikan sanksi teguran tertulis paling kurang 2 (dua) kali.
b) Sanksi kewajiban membayar ditetapkan sebesar 1% (satu persen) dari
nilai transaksi, dengan jumlah kewajiban membayar paling banyak
sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
c) Nilai transaksi dihitung dari seluruh nilai transaksi yang melanggar
ketentuan kewajiban penggunaan Rupiah. Pengenaan sanksi
administratif dilakukan terhadap pelanggaran transaksi non tunai yang
terjadi sejak tanggal 1 Juli 2015.
d) Pelaku usaha yang telah dikenakan sanksi kewajiban membayar masih
melakukan pelanggaran kewajiban penggunaan Rupiah maka pelaku
usaha tersebut dikenakan kewajiban membayar tanpa melalui teguran
tertulis.
e) Sanksi kewajiban membayar dikenakan dalam Rupiah dan dihitung
dengan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia yang berlaku 1 (satu)
hari kerja sebelum tanggal transaksi dilakukan.
f) Pelaksanaan sanksi kewajiban membayar dilakukan dengan cara:
(1) pendebetan rekening yang ada di Bank Indonesia, jika pihak yang
dikenakan sanksi memiliki rekening di Bank Indonesia; atau
(2) pembayaran ke rekening Bank Indonesia yang ditunjuk, jika pihak
yang dikenakan sanksi tidak memiliki rekening di Bank Indonesia.
23 ALAT P E M BAYA R A N
UU Nomor 23 Tahun 1999 juncto UU Nomor 3 Tahun 2004 juncto UU Nomor 6
Tahun 2009 tentang Bank Indonesia.
Selain itu, pengelolaan Rupiah oleh Bank Indonesia ditujukan untuk
menjamin tersedianya uang Rupiah yang layak edar, denominasi sesuai, tepat
waktu sesuai kebutuhan masyarakat, serta aman dari upaya pemalsuan dengan
tetap mengedepankan efisiensi dan kepentingan nasional.
ALAT P E M BAYA R A N 24
Indonesia sebagai Bank Sentral Republik Indonesia mewajibkan seluruh transaksi
dalam negeri menggunakan Rupiah. Pencantuman harga barang dan atau jasa
(kuotasi) di wilayah Indonesia yang selama ini mencantumkan dolar Amerika
Serikat (AS) juga harus menggunakan Rupiah.
Konsep ‘kuotasi’ dalam Rupiah adalah kewajiban untuk mencantumkan harga
barang dan/atau jasa dalam Rupiah, karena selama ini masih banyak pihak yang
kurang memahami hal tersebut. Sebagai contoh, berdasarkan hasil pengawasan,
kuotasi dalam valutas asing kerap dilakukan pelaku usaha tour and travel, serta jasa
travel umroh dan haji.
25 ALAT P E M BAYA R A N
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang juga
menegaskan bahwa kewajiban penggunaan Rupiah mendapat pengecualian
untuk transaksi-transaksi tertentu. Pemberian pengecualian ini hanya pada
transaksi-transaksi yang tidak dapat menghindari penggunaan valuta asing
karena berhubungan dengan aktivitas dunia internasional.
Penerapan pengecualian selain Rupiah yang diperbolehkan diatur melalui
UU Nomor 7 Tahun 2011 pasal 21 ayat (2) yang menegaskan bahwa kewajiban
penggunaan Rupiah mendapat pengecualian untuk:
1) transaksi tertentu dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan dan
belanja negara;
2) penerimaan atau pemberian hibah dari atau ke luar negeri;
3) transaksi perdagangan internasional;
4) simpanan di Bank dalam bentuk valuta asing; atau
5) transaksi pembiayaan internasional.
Ketentuan tentang pengecualian tersebut dijabarkan lebih jauh dalam PBI
Nomor 17/3/PBI/2015 Bab III pasal 4 bahwa kewajiban penggunaan Rupiah
tidak berlaku bagi transaksi sebagai berikut.
1) transaksi tertentu dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan dan
belanja negara;
2) penerimaan atau pemberian hibah dari atau ke luar negeri;
3) transaksi perdagangan internasional;
4) simpanan di Bank dalam bentuk valuta asing;
5) transaksi pembiayaan internasional.
ALAT P E M BAYA R A N 26
g) Penerimaan atau pemberian hibah dari atau ke luar negeri yang
hanya dapat dilakukan oleh penerima atau pemberi hibah yang salah
satunya berkedudukan di luar negeri;
2) Transaksi perdagangan internasional yang meliputi:
a) kegiatan ekspor dan/atau impor barang ke atau dari luar wilayah
pabean Republik Indonesia yaitu perdagangan barang antarnegara atau
lintas Negara;
b) kegiatan perdagangan jasa yang melampaui batas wilayah negara
yang dilakukan dengan cara:
c) pasokan lintas batas (cross border supply) yaitu kegiatan penyediaan
jasa dari wilayah suatu negara ke wilayah negara lain seperti
pembelian secara online (dalam jaringan);
d) konsumsi di luar negeri (consumption abroad) yaitu kegiatan
penyediaan jasa di luar negeri untuk melayani konsumen dari Indonesia
seperti warga negara Indonesia yang kuliah di luar negeri atau dirawat
di rumah sakit luar negeri;
e) simpanan di Bank dalam bentuk valuta asing.
3) Transaksi pembiayaan internasional, kegiatan usaha dalam valuta asing
yang dilakukan oleh Bank. Kegiatan ini meliputi:
a) kredit dalam valuta asing untuk kegiatan ekspor dan kegiatan lainnya;
b) pasar uang antar Bank dalam valuta asing;
c) obligasi dalam valuta asing;
d) sub-debt dalam valuta asing;
e) jual beli surat berharga dalam valuta asing; dan
f) transaksi perbankan lainnya dalam valuta asing yang diatur dalam
undang-undang yang mengatur mengenai perbankan dan perbankan
syariah beserta peraturan pelaksanaannya;
g) transaksi surat berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah dalam
valuta asing di pasar perdana dan pasar sekunder;
h) penukaran valuta asing yang dilakukan oleh penyelenggara kegiatan
usaha penukaran valuta asing sesuai dengan peraturan perundang-
undangan;
i) pembawaan uang kertas asing ke dalam atau ke luar wilayah pabean
Republik Indonesia yang dilakukan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan;
j) transaksi lainnya dalam valuta asing yang dilakukan berdasarkan
Undang-undang.
PBI Nomor 17/3/PBI/2015 tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah di
Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia mengatur bahwa setiap pihak
dilarang menolak untuk menerima Rupiah yang penyerahannya dimaksudkan
sebagai pembayaran atau untuk menyelesaikan kewajiban yang harus
27 ALAT P E M BAYA R A N
dipenuhi dengan Rupiah dan/atau untuk transaksi keuangan lainnya di
wilayah NKRI serta mewajibkan pelaku usaha untuk mencantumkan harga
barang dan/atau jasa hanya dalam Rupiah.
Namun demikian, terdapat pengecualian juga terhadap penolakan ini
yang diatur dalam PBI dan SEBI, jika memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1. terdapat keraguan atas keaslian Rupiah yang diterima untuk transaksi tunai;
2. terdapat perjanjian secara tertulis tentang pembayaran atau penyelesaian
kewajiban dalam valuta asing, seperti transaksi yang dikecualikan atau
proyek infrastruktur strategis yang mendapat persetujuan pengecualian
kewajiban penggunaan Rupiah dari Bank Indonesia.
ALAT P E M BAYA R A N 28
1. transaksi dalam rangka pembangunan proyek infrastruktur strategis
sampai dengan proyek selesai dibangun; dan/atau
2. transaksi dalam rangka penjualan produk atau jasa yang dihasilkan oleh
proyek infrastruktur strategis sampai dengan jangka waktu tertentu,
dengan syarat penjualan produk atau jasa tersebut telah diperjanjikan
sejak awal pembangunan proyek dimaksud.
Pengecualian terhadap kewajiban penggunaan Rupiah diberikan dengan
peraturan yang ketat dan mempertimbangkan sumber pembiayaan proyek
serta bagaimana dampak proyek tersebut terhadap stabilitas ekonomi makro.
Pengecualian penggunaan Rupiah ini dapat dilakukan apabila:
1. proyek tersebut dinyatakan oleh pemerintah pusat atau pemerintah
daerah sebagai proyek infrastruktur strategis yang dibuktikan dengan
adanya surat keterangan dari kementerian/lembaga terkait kepada
pemilik proyek; dan
2. memperoleh persetujuan pengecualian terhadap kewajiban
penggunaan Rupiah dari Bank Indonesia.
Bank Indonesia juga dapat memberikan kebijakan penundaan dalam
jangka waktu tertentu terhadap pelaku usaha yang memiliki karakteristik
tertentu dengan memperhatikan antara lain aspek kesiapan usaha,
kontinuitas kegiatan usaha, kontinuitas kegiatan usaha, kegiatan investasi,
dan dampak ekonomi sesuai dengan pasal 16 PBI jo Romawi IV SEBI
Kewajiban Rupiah.
Adapun pelaku usaha yang diberikan penundaan kewajiban penggunaan
Rupiah antara lain sebagai berikut:
1. Pelaku usaha yang berada di Kawasan Free Trade Zone (FTZ) dan Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK).
2. Pelaku usaha Tekstil dan Produk Turunannya (TPT).
3. Pelaku usaha di Tempat Penimbunan Berikat (TPB) dan Pelayaran (INSA).
4. Penundaan untuk kategori 3 sektor migas, minerba, dan EBTKE (Energi
Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi).
(4) Tata Cara Mengajukan Permohonan Pengecualian Penggunaan Rupiah untuk
Infrastruktur Strategis
Permohonan untuk mendapatkan pengecualian terhadap kewajiban
penggunaan Rupiah diajukan oleh pihak yang memerlukan disertai dengan
alasan yang kuat penggunaan valuta asing dalam pembayaran atau penyelesaian
kewajiban. Pemohon menyampaikan permohonan secara tertulis kepada Bank
Indonesia yang disertai dengan beberapa dokumen pelengkap.
29 ALAT P E M BAYA R A N
Berdasarkan SEBI 17/11/DKSP/2015 tentang Kewajiban Penggunaan
Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dokumen yang harus
disertakan dalam surat permohonan tersebut antara lain sebagai berikut:
1) dokumen yang menunjukkan legalitas pemohon, seperti akta pendirian
dan anggaran dasar perusahaan termasuk perubahannya, keterangan
domisili, dan profil badan usaha;
2) surat keterangan dari kementerian atau lembaga berwenang yang
menyatakan bahwa proyek yang dilaksanakan merupakan proyek
infrastruktur strategis;
3) permohonan yang diajukan oleh pelaksana pekerjaan atau kontraktor,
keterangan mengenai proyek infrastruktur strategis dapat berupa
fotokopi surat keterangan dari kementerian atau lembaga berwenang
disertai dengan rekomendasi yang menyatakan bahwa:
a) proyek yang dilaksanakan merupakan bagian dari proyek
infrastruktur strategis; dan/atau
b) pelaksanaan proyek memerlukan valuta asing dalam rangka
pengadaan barang dan/atau jasa yang berasal dari luar Wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
4) fotokopi perjanjian tertulis yang menyatakan bahwa pembayaran
menggunakan valuta asing, yang dinyatakan sesuai dengan aslinya oleh
pemohon.
Setelah pemohon mengajukan surat permohonan pengecualian
terhadap kewajiban penggunaan Rupiah, Bank Indonesia akan memproses
surat tersebut dan dapat meminta keterangan dan/atau dokumen tambahan
serta pemeriksaan ke lokasi proyek. Setelah itu, Bank Indonesia akan
memberikan persetujuan atau penolakan secara tertulis atas permohonan
yang disampaikan, paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak berkas permohonan
diterima dengan lengkap.
ALAT P E M BAYA R A N 30
Museum Bank Indonesia menempati gedung BI Kota yang sebelumnya digunakan oleh
De Javasche Bank. Gedung ini memiliki nilai sejarah tinggi dan telah ditetapkan Pemerinta
sebagai bangunan cagar budaa, sesuai SK Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 475 Tahun
1993. Pelestarian gedung BI Kota sejalan dengan kebijakan Pemerintah DKI Jakarta yang
mencanangkan daerah Kota Tua sebagai salah satu daerah bersejarah di Jakarta.
Secara lebih spesifik, tujuan dari pendirian dan pemeliharaan gedung BI Kota sebagai
Museum Bank Indonesia adalah sebagai berikut.
1. Sarana komunikasi kebijakan Bank Indonesia Museum Bank Indonesia memiliki
fungsi untuk mensosialisasikan berbagai kebijakan yang dikeluarkan Bank Indonesia
sehingga masyarakat dapat lebih mudah mengetahui dan memahami kebijakan
Bank Indonesia terkini.
2. Tempat mengumpulkan, menyimpan, dan merawat benda numismatik maupun dokumen
bersejarah Bank Indonesia. Beragam bentuk benda numismatik ataupun dokumen yang
bernilai sejarah dalam perjalanan bank sentral Indonesia dikelola dan disajikan secara
lengkap dan runut, sehingga mudah dipahami oleh berbagai lapisan masyarakat.
3. Sarana rekreasi literasi yang mengibur (education-entertaintment) Museum
juga bertujuan sebagai sarana edukasi yang menghibur bagi masyarakat dengan
menyediakan fasilitas pengetahuan kebanksentralan berbasis teknologi terkini.
Koleksi numismatik Museum Bank Indonesia sangat lengkap, dimulai dari uang
zaman kerajaan Hindu Budha, uang kolonial zaman penjajahan Belanda, uang zaman
pendudukan Jepang, uang awal kemerdekaan RI, uang Republik Indonesia Serikat dan
Gunting Sjafruddin, hingga uang bersambung atau sengaja tidak digunting kertasnya
seperti pecahan Rp100.000 dan Rp20.000 yang dikeluarkan Bank Indonesia pada 2004,
serta uang bersambung pecahan Rp10.000 dan Rp50.000.
31 ALAT P E M BAYA R A N
Gambar 7. Uang Dinara/Jinggara (Koleksi Museum Bank Indonesia)
ALAT P E M BAYA R A N 32
Gambar 10. Uang Seri Biljet 25F (Koleksi Museum Bank Indonesia)
Gambar 11. Uang Seri J.P Coen (Koleksi Museum Bank Indonesia)
Gambar 12. Uang Dai Nippon Teikoku Seihu (Koleksi Museum Bank Indonesia)
33 ALAT P E M BAYA R A N
Gambar 14. Uang ORI (Koleksi Museum Bank Indonesia)
Gambar 16. Uang Republik Indonesia Serikat (Koleksi Museum Bank Indonesia)
ALAT P E M BAYA R A N 34
Gambar 18. Uang Bank Indonesia Tahun 1953 (Koleksi Museum Bank Indonesia)
35 ALAT P E M BAYA R A N
Gambar 22. Rupiah Bank Indonesia (Koleksi Museum Bank Indonesia)
Gambar 23. Token Perkebunan Tembakau Sandakan (Koleksi Museum Bank Indonesia)
Gambar 24. Token Perkebunan Rimboen Deli (Koleksi Museum Bank Indonesia)
ALAT P E M BAYA R A N 36
Gambar 25. Uang Seabad Bung Hatta 2002 (Koleksi Museum Bank Indonesia)
Gambar 26. Uang 100 Tahun Bung Karno 2001 (Koleksi Museum Bank Indonesia)
Gambar 27. Uang Seri Cagar Alam (Koleksi Museum Bank Indonesia)
37 ALAT P E M BAYA R A N
Gambar 28. Uang Pecahan Rp100.000 Bersambung 1 Desember 2004
(Koleksi Museum Bank Indonesia)
Gambar 29. Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp100.000 Bersambung 1 Desember 2016
Gambar 30. Uang Rupiah Kertas Pecahan Rp20.000 Bersambung 1 Desember 2004
(Koleksi Museum Bank Indonesia)
ALAT P E M BAYA R A N 38
Informasi lebih lanjut tentang koleksi numismatik Museum Bank
Indonesia dapat di akses melalui link sebagai berikut.
https://www.bi.go.id/id/layanan/museum-bi/default.aspx
https://www.bi.go.id/id/layanan/museum-bi/koleksi-museum/default.aspx
Selain Museum Bank Indonesia, berikut ini komunitas yang juga mengembangkan
koleksi numismatik uang kuno di Indonesia.
39 ALAT P E M BAYA R A N
4. PENDIDIKAN NILAI
Salah satu wujud kecintaan dan kebanggaan sebagai warga NKRI adalah selalu
menggunakan uang Rupiah dalam setiap transaksi. Gunakanlah uang Rupiah untuk
menjaganya sebagai salah satu simbol negara yang terhormat. Jika perlu menggunakan
mata uang asing, warga negara Indonesia harus memperhatikan ketentuan perundangan
yang berlaku. Selalu menggunakan Rupiah di seluruh pelosok Indonesia sama dengan
mengukuhkan kedaulatan Rupiah di bumi pertiwi.
Penilaian Pembelajaran
Pilih salah satu jawaban yang tepat.
A B C D
ALAT P E M BAYA R A N 40
D. Kegiatan perdagangan jasa yang melampaui batas wilayah
E. Pembawaan uang kertas asing ke dalam atau ke luar wilayah pabean Republik
Indonesia
3. Pemberian izin pengecualian terhadap kewajiban penggunaan Rupiah diberikan dengan
peraturan yang ketat dan mempertimbangkan beberapa hal mendasar, seperti …
A. Sumber pembiayaan proyek dan lokasi proyek
B. Sumber pembiayaan proyek dan dampak proyek tersebut terhadap stabilitas
ekonomi makro
C. Asumsi tingkat pertumbuhan ekonomi dan investasi dalam periode waktu tertentu
D. Sumber investasi dan alokasi proyekP endapatan Negara dari valas dan cadangan
devisa
4. Pelaksanaan pemusnahan uang Rupiah oleh Bank Indonesia harus berkoordinasi dengan
Pemerintah. Hal ini dilakukan sesuai dengan amanat UU Nomor 7 Tahun 2011 tentang
Mata Uang. Koordinasi Bank Indonesia dengan Pemerintah diwujudkan dalam bentuk ….
A. Penerbitan Surat Edaran Bank Indonesia yang berisi teknis pelaksanaan
B. Pembuatan berita acara pemusnahan uang Rupiah
C. Pembuatan kesepakatan antara Bank Indonesia dan Pemerintah yang berisi teknis
pelaksanaan pemusnahan uang Rupiah
D. Nota kesepahaman antara Bank Indonesia dan Pemerintah yang berisi teknis
pemusnahan uang Rupiah, termasuk pembuatan berita acara pemusnahan uang
Rupiah
E . Surat perjanjian antara Bank Indonesia dan Pemerintah tentang ketetapan
pemusnahan uang Rupiah
5. Penerbitan Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/3/PBI/2015 tentang Kewajiban
Penggunaan Rupiah di Negara Kesatuan Republik Indonesia salah satunya berisi
larangan penggunaan mata uang asing dalam transaksi di Indonesia dan mengharuskan
penggunaan Rupiah dalam setiap transaksinya. Perintah ini dikeluarkan dalam rangka …
A. Menstabilkan Rupiah dan meningkatkan perekonomian bangsa
B. Meningkatkan daya saing Rupiah di pasar internasional
C. Memperkuat nilai Rupiah, memperkuat perekonomian bangsa, dan menstabilkan
ekonomi makro
D. Memperdalam pasar domestik Rupiah, menstabilkan Rupiah, dan mendorong
ekspansi perekonomian
E. Meningkatkan pasar domestik, menstabilkan ekonomi makro, dan memperkuat BI
sebagai otoritas moneter
41 ALAT P E M BAYA R A N
6. Berikut ini yang tidak termasuk kriteria untuk perencanaan uang Rupiah khusus, yaitu ….
A. Dikeluarkan secara khusus untuk tujuan tertentu atau memperingati peristiwa yang
berskala nasional maupun internasional
B. Memiliki desain yang berbeda dengan desain Uang Rupiah yang sudah beredar
C. Dapat memiliki nilai jual yang berbeda dengan nilai nominalnya
D. Berlaku sebagai alat pembayaran yang sah
E. Memiliki unsur pengaman baru
7. Faktor yang dipertimbangkan Bank Indonesia dalam menerbitkan uang emisi baru,
antara lain …
A. Tingkat pemalsuan dan tingkat kebutuhan masyarakat akan jenis pecahan tertentu
B. Nilai nominal uang dan masa edar
C. Masa edar dan masa berlaku uang
D. Tingkat inflasi dan masa edar
E. Penemuan pengaman uang yang baru dan masa edar
8. Kegiatan pengedaran Uang Rupiah merupakan suatu rangkaian kegiatan mengedarkan
atau mendistribusikan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kegiatan
pengedaran Uang Rupiah ini meliputi kegiatan ….
A. Menarik dan mengambil setoran dari kantor perwakilan Bank Indonesia
B. Distribusi Uang Rupiah dan layanan kas
C. Layanan kas di kantor BI pusat dan perwakilan
D. Pengiriman uang (remise) dari KPBI ke KPwBI maupun pengembalian uang (retur)
dari KPwBI ke KPBI
E. Penarikan dan penyetoran perbankan
9. Berikut ini adalah perlakuan terhadap dokumen bersejarah Bank Indonesia di Museum
Bank Indonesia, kecuali…..
A. Dikumpulkan
B. Disimpan
C. Dijual
D. Dirawat
E. Dijaga
10. Dokumen numismatik yang paling banyak diminati dan paling populer serta memiliki
nilai tukar tinggi, yaitu ….
A. Medali
B. Obligasi
C. Saham
D. Uang kuno
E. Prangko
ALAT P E M BAYA R A N 42
Kunci Jawaban
No Jawaban No Jawaban
1 A 6 E
2 C 7 A
3 B 8 B
4 D 9 C
5 C 10 D
5. TINDAK LANJUT
Tindak lanjut berupa pengayaan dengan cara menonton video edukasi yang disediakan
pada Youtube Channel resmi Bank Indonesia tentang kewajiban menggunakan Uang
Rupiah sebagai alat pembayaran yang sah sebagai berikut.
https://www.youtube.com/
3 Mengenal Museum Bank Indonesia
watch?v=K2ibFcAVcXk
https://www.youtube.com/
4 Jelajah Virtual 360 Museum BI watch?v=sU0hfaZXMmM
https://www.youtube.com/
5 Sejarah Oeang Republik Indonesia (ORI) watch?v=o8c_OsJ9Dxc
43 ALAT P E M BAYA R A N
ALAT P E M BAYA R A N 44
Bagian 3
Alat Pemersatu
Bangsa
2. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan pembelajaran umum dari modul ini adalah membangun kesadaran masyarakat
Indonesia untuk bangga terhadap Rupiah. Secara khusus, setelah melakukan diskusi,
mengamati dan mempelajari, peserta sosialisasi dapat:
a. secara kritis, dan analitis memahami Rupiah sebagai identitas dan karakteristik Bangsa;
b. secara kritis, dan analitis memahami konsep satu mata uang satu negara, dan implikasinya
terhadap kehidupan ekonomi dan kebangsaan; dan
c. secara kritis, dan analitis memahami perjalanan Rupiah sebagai pemersatu bangsa.
3. MATERI PEMBELAJARAN
a. Rupiah Sebagai Identitas dan Karakteristik Bangsa
Rupiah adalah nama mata uang resmi Indonesia. Mata uang ini dicetak dengan me-
nerapkan Standar Operasional Prosedur yang berpengaman tinggi untuk menjamin kea-
manan dan kerahasiaan proses cetak uang, mulai dari proses desain uang, penyediaan
kertas, tinta maupun proses cetaknya hingga akhirnya menjadi uang Rupiah siap edar
yang memiliki beberapa fitur pengaman.
Fitur pengamanan pada uang kertas yang dikenal luas oleh masyarakat terdiri dari
watermark, cetak intaglio, benang pengaman dan tinta pengaman. Selain fitur-fitur
WR Soepratman
(1903-1938)
Raja Ampat
(Papua Barat)
Tari Topeng
Betawi
(Jakarta)
Ketiga, Brigadir Jenderal Anumerta Gusti Ngurah Rai, pada kertas pecahan
Rp50.000 Tahun Edar 2016, akan tampak bila kita menerawang Rupiah Kertas tersebut.
I Gusti Ngurah Rai (lahir 30 Januari 1917, wafat 20 November 1946) adalah pahlawan
nasional dari Provinsi Bali, dikenal sebagai komandan pada pertempuran Puputan
Margarana. Beliau gugur saat memimpin pasukan Ciung Wanara, melawan penjajah.
Pahlawan Nasional yang muda belia, pemberani, rela berkorban demi membela
dan menjaga kemerdekaan Indonesia ini juga muncul sebagai gambar utama pada
Rupiah TE 2005, dalam denominasi Rp50.000.
Pulau Komodo
(Nusa Tenggara
Timur) Tari Legong
(Bali)
Otto Iskandar
Dinata
(1997-1945)
Dr. G. S. S. J. Ratulangi
(1890-1949)
Pulau Derawan
(Kalimantan
Timur) Tari Gong
(Kalimantan
Timur)
Mahmud
Badaruddin II
(1767-1862)
Frans Kisiepo
(1921-1979)
Wakatobi
(Sulawesi
Tenggara) Tari Gong
(Kalimantan
Timur)
Tjut Meutia
(1870-1910)
Gunung Bromo
(Jawa Timur) Tari Gambyong
(Jawa Tengah)
Pangeran Antasari
(1797-1862)
Gunung Bromo
(Jawa Timur)
Tari Piring
(Sumatera Barat)
Tjut Meutia
(1870-1910)
Tjut Meutia
(1870-1910)
MUKA BELAKANG
Gambar Utama : Mr. I Gusti Ketut Pudja
Bahan : Terbuat dari Nickel Plated Steel
Berat : 4,50 ± 0,18 mm
Diameter : 24,10 ± 0,10 mm
Tebal Sisi : 1,45 ± 0,10 mm
Warna Dominan : Putih Keperakan
Pada bagian belakang terdapat relief titik-titik
yang membentuk lingkaran
MUKA BELAKANG
MUKA BELAKANG
MUKA BELAKANG
4. PENDIDIKAN NILAI
Dengan memahami sejarah uang Rupiah, kita dapat mengetahui pentingnya mata uang
dalam menjaga keutuhan, persatuan dan kesatuan bangsa. Kita bisa melihat, bagaimana
hambatan pokok pembangunan nasional, yang dialami Palestina dan Vietnam, pada saat
dihadapkan dengan adanya multi currency yang tumbuh kembang di masyarakat.
Sehubungan hal itu, maka Rupiah sebagai satu-satunya mata uang nasional,
hendaknya dapat dijadikan sebagai landasan pokok dan modal penting untuk menjaga
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
1. Lambang Burung Garuda yang biasa dijadikan simbol dalam Rupiah, adalah hasil karya
dari...
A. Sultan Hamid II
B. Soekarno
C. Moh. Yamin
D. WR. Soepratman
E. Otto Iskandardinata
2. Letak geografi Indonesia adalah...
A. Diapit oleh dua samudera dan dua benua
B. Memiliki empat musim
C. Terdiri 34 provinsi
D. Terletak di daerah Tropis
E. Memiliki musim hujan dan musim kemarau
3. Pahlawan Cut Nyak Meutia, terdapat pada Rupiah Kertas dengan denominasi...
A. Rp1.000
B. Rp5.000
C. Rp10.000
D. Rp2.000
E. Rp100.000
4. Tarian Adat Dayak Kalimantan, dapat ditemukan pada Rupiah Kertas dengan denominasi...
A. Rp100.000
B. Rp50.000
C. Rp10.000
D. Rp5.000
E. Rp20.000
5. Pahlawan Otto Iskandardinata yang terdapat pada Rupiah Rp20.000, adalah Pahlawan
dari Provinsi...
A. Aceh
B. Jawa Barat
C. Kalimantan Selatan
D. Maluku
E. Bali
6. Tokoh Nasional yang mengumumkan pemberlakuan Oeang Republik Indonesia (ORI) di
tahun 1946, adalah...
A. Soekarno
B. Moh. Hatta
10. Salah satu masalah yang dihadapi oleh Palestina, di saat menggunakan lebih dari satu
jenis mata uang adalah...
A. Bisa bebas bertransaksi
B. Bisa bertransaksi dengan negara asing
C. Kesulitan mengontrol keuangan nasional
D. Menguatnya ekonomi nasional
E. Mampu bersaing dengan ekonomi global
Kunci Jawaban
No Jawaban No Jawaban
1 A 6 C
2 A 7 C
3 A 8 C
4 E 9 C
5 B 10 C
1) Bila capaian pemahaman dan pengetahuan dalam bab Rupiah sebagai Pemersatu
Bangsa belum mencapai angka minimal 80%, diharapkan untuk melakukan
pembelajaran dan pengujian ulang.
2) Capaian pemahaman dan pengetahuan yang sudah mencapai minimal 80%, dapat
dijadikan pengetahuan dasar untuk mewlanjutkan pada bab selanjutnya.
3) Pemahaman akan menjadi buah yang manis, manakala mampu dijadikan bekal untuk
meningkatkan kedewasaan kita dalam memperlakukan Rupiah sebagai mata uang sah
NKRI. Oleh karena itu, sosialisasikan dan kembangkan dalam kehidupan sehari-hari di
masyarakat.
4) Untuk meningkatkan pemahaman, peserta sosialisasi diharapkan dapat meningkatkan
wawasan dan pengetahuannya, dengan mencermati video dokumenter atau video
informasi yang terkait dengan Rupiah.
DAFTAR PUSTAKA
1. SIMBOL KEDAULATAN
Perundang-undangan
Undang-Undang Dasar 1945
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang
Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/3/PBI 2015 tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah di
Wilaah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Peraturan Bank Indonesia Nomor No.19/7/PBI/2016 tentang Pembawaan Uang Kertas Asing
Ke Dalam dan Ke Luar Daerah Pabean Indonesia sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Bank Indonesia Nomor 20/2/PBI/2018.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 4/8/PBI/2002 tentangPersyaratan dan Tata Cara Membawa
Uang RupiahKeluar Atau Masuk Wilayah Pabean Republik Indonesia
2. ALAT PEMBAYARAN
Buku
Firmansyah, Herlan dan Purwanta, Wiji. 2014. Ekonomi SMA/MA Muatan Kebanksentralan.
Jakarta: Bank Indonesia.
Marsuki. Landscape Kebanksentralan Indonesia. 2010. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Rizal A. Djaafara, dkk. 2012. Pengantar Ilmu Kebanksentralan. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Studi Kebanksentralan (DPSK).
Singalingging, Hotbin. Setiawan, Ery. dan Sihaloho, Hilde D. 2004. Kebijakan Pengedaran Uang
di Indonesia. Jakarta: Bank Indonesia.
Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 jo UU Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang
Peraturan Bank Indonesia dan Surat Edaran Bank Indonesia
Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 17/3/PBI/2015 tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah
di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 21/10/PBI/2019 tentang Pengelolaan Uang Rupiah.
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 17/11/DKSP/2015 tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah
di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Internet
https://bicara.bi.go.id/knowledgebase/article/KA-01016/en-us.Diakses tanggal 5 April 2021
https://www.bi.go.id/id/layanan/museum-bi/default.aspx. Diakses tanggal 5 April 2021
https://www.youtube.com/watch?v=u0lM2hubSec. Diakses tanggal 5 April 2021
https://www.youtube.com/watch?v=WuIWlqsH84M. Diakses tanggal 5 April 2021