Anda di halaman 1dari 5

Nama : Muftihaturrahma Salim

NIM : 200903501011

Kelas : Manajemen Keuangan A

Tugas 1

1. Jelaskan perkembangan Sejarah Uang di Indonesia!


Perkembangan sejarah uang di Indonesia dimulai pada tahun 800. Selanjutnya,
perkembangan ini terbagi menjadi beberapa era, sebagai berikut:
a. Tahun 800-1600 M. Pada masa dimana transaksi jual beli masih banyak
dilakukan dengan menggunakan emas dan perak. Koin pertama berasal dari
Dinasti Syailendra (Kerajaan Mataram) pada abad ke-9 hingga ke-12.
Masyarakat juga menggunakan manik-manik sebagai alat tukar.
b. Tahun 1600-1942. Tahun dimana orang-orang Eropa mulai berdatangan ke
Indonesia dan membawa mata uang masing-masing teutama bidang
perdagangan. Kemudian pada tahun 1752, muncullah uang kertas pertama
berkat pembentukan De bank Courant dan Bank van Leening. Setelah VOC
bangkrut, akhirnya Republik Batavia mengeluarkan mata uang sendiri dan
membuat koin guilden perak pada tahun 1802.
c. Tahun 1942-1944. Pada tahun 1942 adalah masa penjajahan Jepang, Jepang
berhasil menginvasi pemerintahan Hindia Belanda dan mengambil alih seluruh
negeri. Hal tersebut menjadikan jepang membawa mata uangnya sendiri lalu
membubarkan bank-bank bentukan Indonesia. Setelah itu, Jepang menerbitkan
uang kertas dan menjadi alat pembayaran yang sah sejak itu. Kemudian tahun
1944, Jepang mengeluarkan uang yang dicetak dalam Bahasa Indonesia. Stok
uang tersebut dipakai oleh pemerintahan Indonesia sampai tahun 1946.
d. Tahun 1945-1948. Tahun dimana Indonesia sudah merdeka dan pemerintahan
mencetak mata uang sendiri, dengan menerbitkan Oeang Repoeblik Indonesia
(ORI). Dalam peredarannya, ORI terbagi atas beberapa penerbitan, yaitu: ORI I
(1945) pertama kali diedarkan secara resmi pada 30 Oktober 1946. Pecahan
uangnya terdiri atas 1 sen, 5 sen, 10 sen, ½ rupiah, Rp1.00, Rp5.00, Rp10.00,
dan Rp100.00. ORI II (1947), Penerbitan ORI selanjutnya justru hanya
memiliki empat pecahan saja, yaitu Rp5.00, Rp10.00, Rp25.00, dan Rp100.00.
ORI III (1947) mulai bertambah jumlah pecahannya menjadi tujuh jenis, yakni
½ rupiah hingga Rp250.00. Pada era ini juga ada sebuah pecahan langka yaitu
seri Rp100 Maramis. ORI IV (1948), terdapat pecahan baru yakni Rp75.00,
Rp100.00 dan Rp400.00. Bahkan ada juga salah satu terbitan uang terbaik,
terlangka, sekaligus termahal dengan nominal Rp600.00.
e. Pada Masa Orde Baru. Pada masa ini, uang yang diterbitkan adalah seri
Sudirman. Terdiri atas pecahan Rp1.00, Rp2½.00, Rp5.00, Rp10.00, Rp25.00,
Rp50.00, Rp100.00, Rp500.00, Rp1.000 Rp5.000 dan Rp10.000. Uang terbitan
masa orde baru ini ditandatangani oleh Gubernur Bank Indonesia, Radius
Prawiro dan Direktur Bank Indonesia, Suksmo B Martokoesoemo. Namun,
pada tanggal 23 Agustus 1971, justru terjadi devaluasi mata uang Rupiah
sebesar 10%. Hal tersebut mengakibatkan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS
naik, yang awalnya Rp378.00 menjadi Rp415.00.
f. Tahun 1975. terdapat seri baru yang dirilis dan diedarkan di masyarakat
Indonesia. Yakni nominal Rp1.000 dengan gambar Pangeran Diponegoro,
nominal Rp5.000 dengan gambar nelayan, dan nominal Rp10.000 dengan
gambar relief Candi Borobudur. Masing-masing dari seri baru tersebut
ditandatangani oleh Gubernur Bank Indonesia, Rachmat Saleh dan Direktur
Bank Indonesia, Suksmo B Martokoesoemo.
g. Tahun 1992. Pada tahun ini, seri baru dari mata uang Rupiah mulai dicetak
dan diedarkan lagi, yakni berupa: p100.00 dengan gambar Perahu Pinisi,
Rp500.00 dengan gambar Orangutan, Rp1.000 dengan gambar Danau Toba,
Rp5.000 dengan gambar alat musik Sasando, Rp10.000 dengan gambar Sri
Sultan Hamengku Buwono IX, Rp20.000 dengan gambar Cendrawasih merah.
h. Tahun 1993.  terbit seri terbaru yakni dengan nominal Rp50.000 dengan
gambar Presiden Soeharto. Bahan yang digunakan dalam mencetak uang
tersebut adalah plastik polymer dengan pengaman “Holografis” Soeharto,
bukan watermark yang biasa digunakan.
i. Pada Orde Reformasi. Pecahan Rp100.000 yang bergambar Soekarno, Moh.
Hatta, dan teks proklamasi diedarkan. Pecahan tersebut dicetak di Australia dan
Thailand, menggunakan material plastik polymer. Juga ada terbitan seri baru
uang pecahan Rp1.000 dengan gambar Kapten Pattimura dan pecahan Rp5.000
dengan gambar wanita yang tengah menenun. Ada juga pecahan Rp10.000
dengan gambar Cut Nyak Dien, pecahan Rp50.000 dengan gambar I Gusti
Ngurah Rai, dan pecahan Rp100.000 dengan gambar Bung Karno dan Bung
Hatta, tetapi tidak ada plastik lingkarannya.
Pada tahun 2016 dimana Indonesia dipimpin oleh Presiden Jokowi, mulai
menerbitkan uang baru yakni 7 pecahan uang rupiah kertas dan 4 empat
pecahan uang logam. Tahun 2020, Bank Indonesia mulai meluncurkan uang
baru berupa pecahan uang nominal Rp75.000.

2. Jelaskan menurut bahasa kalian, bagaimana pertumbuhan digital money


di Indonesia dan bagaimana kalian menilai fenomena ini!
Seiring perkembangan zaman, maka teknologi informasi pun berkembang
sangat pesat dan semakin canggih dalam berbagai aspek kehidupan manusia
terutama dalam proses transaksi keuangan. Yang dulunya hanya menggunakan
uang kertas untuk melakukan transaksi, sekarang sudah menggunakan uang
elektronik dalam kegiatan sehari-hari. Hendarsyah, D. (dalam Peraturan Bank
Indonesia Nomor 16/8/PBI/2014 pada pasal 1 ayat 3 dan 4, 2016:1) menyebutkan
bahwa Uang Elektronik (Electronic Money) adalah alat pembayaran yang
memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
a. Diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu kepada penerbit
b. Nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media server atau chip
c. Digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan merupakan
penerbit uang elektronik tersebut
d. Nilai uang elektronik yang dikelola oleh penerbit bukan merupakan simpanan
sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai
perbankan.
Menurut Anam, C., & EI, M. (2018) ada beberapa manfaat digital money
digunakan sebagai alat pembayaran, yakni: dapat mempermudah dan memberikan
kecepatan dalam melakukan transaksi tanpa perlu membawa uang tunai, tidak lagi
menerima barang (seperti permen) sebagai kembalian uang, sangat cocok untuk
transaksi massal yang nilainya kecil namun frekuensinya tinggi, seperti tol, fast
food, transportasi, serta risiko kehilangan, pencurian dan persoalan lainnya akan
berkurang.
Menurut Latief, F., & Dirwan, D. (2020) Sistem uang digital menawarkan
konsep transaksi yang mudah untuk dijangkau. Integrasi uang digital ke mobile
phone melalui aplikasi semakin memudahkan masyarakat untuk bertransaksi.
Beberapa kemudahan yang dimiliki uang digital ialah masyarakat tidak perlu
membawa uang kertas dalam jumlah besar, sarana prasarana (perangkat dan
jaringan) pendukung tersedia di hampir seluruh tempat transaksi, tampilan dan
fitur yang sederhana, dan tidak memerlukan biaya tambahan dalam
penggunaannya. Berbagai kemudahan tersebut merupakan dasar pertimbangan
masyarakat untuk memutuskan bermigrasi dari uang kertas ke uang digital.
Dengan adanya E-money sebagai alat pembayaran non tunai ini menurut
saya sangat memudahkan kita sebagai generasi z dalam melakukan transaksi. Kita
juga tidak perlu repot membawa uang tunai langsung dalam jumlah yang banyak
untuk bertransaksi, hal ini membuat kita sebagai generasi z nyaman dan aman
untuk bertransaksi tanpa takut lupa membawa atau kehilangan uang.
DAFTAR PUSTAKA

Anam, C., & EI, M. (2018). E-Money (uang elektronik) dalam perspektif Hukum
Syari’ah. Qawãnïn Journal of Economic Syaria Law, 2(1), 95-112.
Hendarsyah, D. (2016). Penggunaan uang elektronik dan uang virtual sebagai
pengganti uang tunai di Indonesia. IQTISHADUNA: Jurnal Ilmiah
Ekonomi Kita, 5(1), 1-15.
Latief, F., & Dirwan, D. (2020). Pengaruh Kemudahan, Promosi, Dan
Kemanfaatan Terhadap Keputusan Penggunaan Uang Digital. Jurnal
Ilmiah Akuntansi Manajemen, 3(1), 16-30.

Anda mungkin juga menyukai