Catatan Koas Interna
Catatan Koas Interna
Randy Richter
Catatan Koas | Ilmu Penyakit Dalam
“GASTROENTEROHEPATIK”
Pantoprazole 40 mg 2x sehari 40 mg
Esomeprazole 40 mg 2x sehari 40 mg
Lansoprazole 30 mg 2x sehari 30 mg
Omeprazole 20 mg 2x sehari 20 mg
Rabeprazole 20 mg 2x sehari 20 mg
Perdarahan Perdarahan
Saluran Saluran
Cerna Atas Cerna Bawah
Hematemesis Hematochezia
Melena Tissue toilet bleeding
Coffee ground vomit
Etiologi perdarahan saluran cerna atas :
- Perdarahan ulkus peptikum paling sering
- Varises esofagus
Adanya gangguan-gangguan pembuluh darah pada perdarahan saluran
cerna atas portosystemic anastomoses
Stabilisasi ABC
Stabilkan hemodinamik
- Pemasangan IV line 2 jalur dan persiapan transfusi
- Oskigen kanul/sungkup
- Mencatat intake output dan pemasangan kateter urin
- Monitor tekanan darah
- Antibiotik broad spectrum (ceftriaxone)
- Pertimbangkan intubasi jika kesadaran mulai menurun
Lakukan bilas lambung agar mempermudah dalam tindakan endoskopi
Tambahan terapi :
- Persiapan vitamin K penyakit hepar kronis
- PPI
- Terapi lain sesuai komorbid
Unconjugated
Meningkat Meningkat Normal
bilirubin
Conjugated
Normal Meningkat Meningkat
bilirubin
VDB (Von den
Indirek Bifasik Direk
Bergh)
AST & ALT Normal Meningkat Normal
Arti marker :
HbsAg petanda infeksi
Anti-Hbs petanda infeksi hepatitis B yang sudah sembuh
Anti-Hbc IgM untuk petanda infeksi akut, IgG untuk petanda kronis
HbeAg petanda replikasi, sangat infeksius
Terapi :
Imunomodulator interferon alfa (kontraindikasi psikosis/depresi,
sirosis hepatis dekompensata, hamil, infeksi berat, hipertensi, gagal
jantung dan akan menjalani transplantasi)
Antinukleotida lamivudine, adefovir, entecavir, telbivudine, tenofovir
Etiologi virus HBV DNA masa inkubasi 60-90 hari
Etiologi HCV RNA
Masa inkubasi 15-60 hari
Bersifat kronik
Paling sering menyebabkan sirosis hepatis dan karsinoma
hepatoselular
Diagnosis menggunakan HCV RNA seberapa besar aktivitas HCV
Serologi :
- HCV (+) dan IgM anti-HCV (+) Hepatitis C Akut
- HCV (+) dan IgG anti-HCV (+) Hepatitis C Kronis
- HCV (-) dan IgG anti-HCV (+) Sembuh
Terjadi pankreatitis akut diawali karena adanya jejas di sel asini
pankreas akibat :
- Obstruksi pada duktus pankreatikus / ampula Vater
- Stimulasi hormon kolesistokinin akibat hipertrigliseridemia dan
alkohol
- Iskemia prosedur seperti endoscopic retrograde
cholangiopancreatography (ERCP) atau aterosklerosis
Kriteria diagnosis klasifikasi Atlanta (2 dari 3 gejala) :
- Nyeri pada daerah perut bagian atas yang khas dengan pankreatitis
- Peningkatan lipase atau amilase >3 kali nilai batas atas normal
- Gambaran inflamasi pankreas dari pemeriksaan imaging USG, CT
Scan atau MRI
Tanda khas :
- Cullen sign ekimosis dan edema pada jaringan subkutan sekitar
umbilikal
- Gray-Turner sign ekimosis di badan
Pemeriksaan penunjang :
- Amilase paling sering digunakan, meningkat dalam 6-12 jam dari
onset, dapat meningkat 3-5 hari
- Lipase naik dalam 4-8 jam, pucak dalam 24 jam dan menurun 8-
14 hari, lebih baik deteksi pankreatitis akibat alkohol
- CRP >150 dalam 48 jam masuk RS menunjukkan pankreatitis
akut, >180 dalam 72 jam menunjukkan nekrosis pankreas,
puncaknya 36-72 jam dari onset
Etiologi sirosis hepatis :
- Infeksi hepatitis yang tidak diobati
- Autoimun
- Toksin alkohol yang terlalu banyak dan sering
- Metabolik non alcoholic fatty liver disease (NAFLD)
- Genetik
5 etiologi mengakibatkan kematian sel-sel hepatosit membentuk
skar dan fibrosis pada hepar terbentuk nodul untuk meregenerasi
menekan vaskulata ekskresinya terganggu sirosis hepatis
Dua hal yang menyebabkan sirosis hepatis :
- Hipertensi portal
- Kegagalan fungsi hati
Hipertensi portal portosystemic anastomoses :
- Varises esofagus
- Hemorroid
- Splenomegali
- Ascites shifting dullness (perkusi pekak berpindah), undulasi
(palpasi seperti ada getaran cairan pada abdomen dengan tangan
pasien keadaan tegak ditengah umbilikus) dan puddle sign (posisi
sujud, ada genangan pada daerah terendah abdomen auskultasi)
- Caput medusa
Kegagalan fungsi hati :
- Hipoalbuminemia edema anasarka
- Meningkatnya hormon estrogen
1. Eritema palmar warna merah pada thenar dan hipothenar
2. Spider navi cari bintik perdarahan, tekan dengan jari, akan
menyebar seperti kaki laba-laba biasanya pada daerah
vena cava superior
3. Ginekomastia pada pria payudara membesar
4. Atrofi testis
- Koagulopati gangguan pembekuan darah
- Ikterus gangguan konjugasi
- Gangguan ekskresi toksin
1. Ensefalopati hepatikum penurunan kesadaran diakibatkan
oleh peningkatan amonia
2. Asterixis gerakan bilateral tetapi tidak sinkron, seperti
mengepak-ngepak tangan, dorsofleksi lengan
Pemeriksaan penunjang :
- SGOT dan SGPT meningkat (SGOT >> SGPT)
- Alkali phosphatase meningkat sampai 2-3 kali batas normal atas
- Bilirubin (bisa normal/meningkat)
- Albumin menurun (hipoalbuminemia)
- Globulin meningkat
- Prothrombin time (PT) memanjang
- Na+ serum menurun (hiponatremia)
- Anemia
- Trombositopenia
- Leukopenia
Pada pemeriksaan hepar, jika :
- Ukuran hepar mengecil skar dan fibrosis sirosis hepatis
- Ukuran hepar membesar bernodul-nodul karsinoma
hepatoselular
Komorbid sirosis hepatis :
- Tanda sirosis hepatis + gagal jantung cardiac cirrhosis (adanya
backflow + hepatoselular gangguan katup, hipertensi pulmonal,
cor pulmonale, pericardial disease, cardiac tamponade, konstriktif)
- Tanda sirosis hepatis + gagal ginjal hepatorenal syndrome
(adanya hipertensi portal backflow splanic vasodilatasi
arterial waterfilling RAAS (hipertensi) stenosis arteri renalis
kurang volume AKI pre renal)
Jenis sirosis hepatis :
- Kompensata mudah lelah, nafsu makan berkurang, mual muntah,
kembung, berat badan menurun
- Dekompensata hipertensi portal dan kegagalan fungsi hati,
hilangnya rambut badan, gangguan tidur, hematemesis melena, air
kemih warna the pekat
Klasifikasi derajat keparahan sirosis hepatis Child-Turcotte-Pugh
Tatalaksana :
- Diet protein 0,8-1 g/kg/hari menekan uremia
- Laktulosa membantu mengeluarkan amonia
- Enema agar tidak konstipasi, memperlancar BAB
- Antibiotik neomycin mengurangi bakteri penghasil amonia
- Diuretik spironolakton 100-200 mg/hari atau furosemide 20
mg/hari (maksimal 160 mg/hari) mengurangi edema
- Beta blocker varises esofagus (sebelum dan sesudah berdarah)
Leukopenia
Trombositopenia
(<150.000)
Demam disertai 2 atau lebih
Peningkatan hematokrit
tanda sakit kepala, nyeri
Demam dengue (5-10%)
retroorbital, mialgia,
artralgia Tidak ada tanda
kebocoran plasma (tidak
ada ascites, efusi pleura,
ronkhi)
Gejala demam dengue + uji
DBD derajat 1
bendung / torniquet (+)
Gejala demam dengue +
perdarahan spontan
DBD derajat 2
(perdarahan gusi,
epistaksis) Trombositopenia
(<100.000)
Gejala demam dengue +
kegagalan sirkulasi (kulit Peningkatan hematokrit
DBD derajat 3 (> 20%)
dan akral dingin, lembab,
(DSS)
gelisah, tekanan darah dan
nadi masih terukur)
Gejala demam dengue +
DBD derajat 4
syok (tekanan darah dan
(DSS)
nadi tidak terukur)
Torniquet test / rumple leed test
- Pertahankan manset tensimeter pada pertengahan sistole dan
diastole selama 5 menit
- Positif apabila terdapat > 10 petekie / 1 inchi
NS1
- Antigen non struktural untuk replikasi virus
- Puncak deteksi NS1 hari ke 2-3 dan mulai tidak terdeteksi pada
hari ke 5 dan 6
IgM dan IgG
- Infeksi primer IgM (+) muncul setelah hari ke 3-6 dan hilang dalam 2
bulan
- IgG muncul mulai hari ke 12
- IgG bertahan berbulan-bulan dan hasil positif seumur hidup, maka
untuk mendiagnosis dapat dilihat dari titernya
Membaik Tidak
Membaik
Tatalaksana
Membaik
sesuai protokol
syok
5% defisit
cairan
Membaik
Koloid 10-20 ml/kg dalam
10-15 menit
Kristaloid/Koloid IV 3-5
ml/kgBB/jam selama 2-4 jam
Membaik Tetap Syok
Membaik
Koloid maksimal 30 ml/kg
Kristaloid/Koloid IV 2-3
ml/kgBB/jam selama 2-4 jam
Membaik Tetap Syok
Hipovolemik Normovolemik
Tetap
syok
Kristaloid dipantau Koreksi gangguan
10-15 menit asam basa, elektrolit,
hipoglikemia, anemia,
infeksi sekunder
Membaik
Catatan penting :
Jika syok terkompensasi (tekanan sistolik stabil tetapi ada tanda
penurunan perfusi) kristaloid 5-10 ml/kgBB/jam selama 1 jam
Jika syok hipotensi kristaloid atau koloid 20 ml/kgBB/jam selama <10
menit
Hematokrit dipantau tiap 6-8 jam
- Jika hematokrit naik pertimbangkan bolus cairan atau tingkatkan
jumlah pemberian cairan
- Jika hematokrit turun pertimbangkan transfusi dengan fresh whole
blood
Hentikan pemberian cairan maksimal 48 jam
Kriteria pulang :
- Tidak demam selama 48 jam
- Perbaikan status klinis (keadaan umum baik, nafsu makan membaik,
hemodinamik stabil, urine output normal, tidak ada distress
pernapasan)
- Peningkatan jumlah trombosit
- Hematokrit stabil tanpa ada pemberian cairan IV
Vektor nyamuk Anopheles (betina)
Patogen parasit plasmodium falciparum, plasmodium vivax,
plasmodium ovale, plasmodium malariae, dan plasmodium knowlesi
Tanda dan Gejala :
- Menggigil demam tinggi berkeringat
- Riwayat sakit malaria
- Riwayat berkunjung ke daerah endemis
- Riwayat tinggal di daerah endemis malaria
Pemeriksaan penunjang :
- Preparat darah tebal (mengetahui ada atau tidaknya parasit) dan
preparat darah tipis (mengetahui spesies dan stadium malaria)
- Rapid test malaria (dengan metode imunokromatografi)
Patogenesis :
- Sitoadherensi perlekatan antara eritrosit berparasit stadium matur
pada permukaan endotel vaskular
- Sekuestrasi eritrosit berparasit matur yang mengalami sekuestrasi
yaitu parasit dalam eritrosit matur yang tinggal dalam jaringan
mikrovaskular (hanya plasmodium falciparum yang bersekuestrasi
karena siklusnya tidak terjadi pada pembuluh darah perifer)
- Rosetting berkelompoknya eritrosit berparasit matur yang
diselubungi 10 atau lebih eritrosit yang non parasit (menyebabkan
obstruksi aliran darah dalam jaringan)
- Sitokin terbentuk dari sel endotel, monosit dan makrofag setelah
mendapat stimulasi dari toksin (TNF, IL-1, IL-3, IL-6, limfotoksin dan
interferon gamma)
- Nitrit oksida kadar NO tepat memberikan efek protektif karena
membatasi perkembangan parasit dan menurunkan ekspresi
molekuladhesi, jika kadar NO rendah mungkin menimbulkan malaria
berat
Plasmodium falciparum
Plasmodium malariae
Eritrosit Normal
Trimester 1
Kina + klindamisin Plasmodium falciparum
Hamil trimester 1-3 Kina saja Plasmodium malariae, vivax, ovale
Trimester 2 dan 3
ACT saja
1. Doksisiklin
1 tablet per hari (1x100 mg)
Diminum 1-2 hari sebelum pergi dan dilanjutkan hingga 4 minggu
setelah pulang
Kontraindikasi pada ibu hamil dan anak < 8 tahun
Anak-anak > 8 tahun 20 mg/kgBB/hari (max 100 mg)
2. Mefloquine
Untuk ibu hamil
Dosis 250 mg (1 tablet per minggu)
Diminum 1-2 hari sebelum pergi dan dilanjutkan hingga 4 minggu
setelah pulang
Perjalanan infeksi HIV :
- Fase infeksi akut (sindroma retroviral akut) jumlah limfosit T CD4
> 500 sel/mm3 (infeksi primer HIV)
- Fase infeksi laten jumlah limfosit T CD4 200-500 sel/mm3
(berlangsung sekitar 8-10 tahun post infeksi HIV)
- Fase infeksi kronis jumlah limfosit T CD4 < 200 sel/mm3
Tanda dan gejala :
- Demam > 1 bulan (terus-menerus atau intermitten)
- Diare > 1 bulan
- Kehilangan BB (< 10% dari BB dasar)
- Limfadenopati yang meluas
- Kulit (kutil genital, folikulitis, dan psoriasis)
- Infeksi (jamur kandidiasis oral, dermatitis seboroik), (virus
herpes zoster, moluskum kontagiosum, kondiloma)
- Gangguan pernapasan (batuk > 1 bulan, sesak napas, TBC,
pneumonia berulang)
- Gejala neurologis (nyeri kepala yang semakin parah, kejang demam,
menurunnya fungsi kognitif)
AKI atau gangguan ginjal akut kelainan ginjal struktural dan fungsional
dalam 48 jam yang diketahui melalui pemeriksaan darah, urin atau
radiologis
Peningkatan serum kreatinin (SCr) > 0,3 mg/dL dalam 48 jam, atau
Peningkatan SCr > 1,5 x baseline (nilai dasar), yang terjadi atau
diasumsikan terjadi dalam kurun waktu 7 hari sebelumnya, atau
Volume urine < 0,5 mL/kgBB/jam selama > 6 jam
Vaskular
Glomerular Vaskulitis
Glomerulonefritis Hipertensi maligna
akut
HUS
Etiologi Escherichia coli Shiga-like toksin (verotoxin)
Trias HUS :
- Anemia hemolitik mikroangiopati
- Trombositopenia
- Insufisiensi renal (AKI)
Acyclovir
Allopurinol
Aminoglikosida
Cephalosporine
Amphotericin
NSAIDs
Cisplatin
Penicillin
Cyclosporine
Phenytoin
Indinavir
PPI
Lithium
Quinolone
NSAIDs
Rifampisin
Pentamidine
Sulfas
Vancomycin
Risiko tinggi
- Hentikan semua agen nefrotoksik bila memungkinkan
- Pastikan status volume dan tekanan perfusi
- Pertimbangkan pemantauan hemodinamik fungsional
- Pantau serum kreatinin dan urine output
- Hindari hiperglikemia
- Pertimbangkan prosedur alternatif dari radiokontras
Stadium 1
- Lakukan pemeriksaan diagnostik non-invasif (USG)
- Pertimbangkan pemeriksaan diagnostik invasif
Stadium 2
- Periksa bila ada perubahan dosis obat
- Pertimbangkan terapi pengganti ginjal hemodialisis
- Pertimbangkan ICU
Stadium 3
- Hindari kateter
- Subklavia bila memungkinkan
Asidosis dengan pH <7,1
Intoksikasi
Overload cairan
(140 − umur) 𝑥 BB
72 x kreatinin plasma
GFR < 60 :
- Protein 0,6 – 0,8 gr/kgBB/hari
- Fosfat < 10 gr/hari
Anemia eritropoietin subkutan atau terapi zat besi 2-3 mg/kgBB/hari,
dibagi 2-3 dosis
Osteodistrofi renal batas asupan fosfat
Restriksi cairan input cairan adalah 500-800 ml + urin yang keluar
Kontrol tekanan darah ACE inhibitor atau ARB
Diuretik
Kontrol dislipidemia target LDL <100 mg/dL (golongan statin)
Belum terkompensasi ↓ ↑ normal asma berat,
Asidosis
Terkompensasi sebagian ↓ ↑ ↑ pneumonia,
Respiratorik hipoventilasi
Terkompensasi penuh normal ↑ ↑
Belum terkompensasi ↑ ↓ normal hiperventilasi,
Alkalosis
Terkompensasi sebagian ↑ ↓ ↓ serangan panik,
Respiratorik keracunan aspirin
Terkompensasi penuh normal ↓ ↓
Belum terkompensasi ↓ normal ↓ ketoasidosis
Asidosis
Terkompensasi sebagian ↓ ↓ ↓ diabetikum, asidosis
Metabolik laktat, alkohol
Terkompensasi penuh normal ↓ ↓
Belum terkompensasi ↑ normal ↑
Alkalosis muntah berat,
Terkompensasi sebagian ↑ ↑ ↑
Metabolik hipokalemia
Terkompensasi penuh normal ↑ ↑
Kesimpulan : Kesimpulan :
Alkalosis respiratorik belum Asidosis metabolik dengan
terkompensasi hipoksemia terkompensasi
sebagian
Terapi asidosis metabolik berat Terapi penyakit yang
(pH <7,2) mendasarinya
- KAD insulin dan cairan Infus normal saline
- KAD berhubungan dengan Kalium klorida sesuai indikasi
alkohol saline dan glukosa Antagonis reseptor histamin H2
- AKI dialisis menurunkan produksi HCl
Terapi bikarbonat dengan natrium dan mencegah alkalosis
bikarbonat metabolik yang dapat terjadi
akibat penghisapan NGT
Anhidrase carbonic inhibitor
asetazolamide
Leukosit
(-) (+) pyuria
esterase
Nitrit (-) (+) penanda bakteri pereduksi nitrat
WBC <5 WBC > 10 pyuria
RBC <5 Hematuria
Adanya kontaminasi flora kulit biasanya
Epitel <5
ISK atas
pH 4,5 – 8 pH meningkat pada infeksi bakteri urease
1. Pungsi suprapubik
Berapapun jumlah koloni
2. Kateter
>105 ISK
104 – 105 diperkirakan ISK
103 - 104 diragukan (ulangi)
3. Midstream
a) Laki-laki
>104 ISK
< 104 tidak ada ISK
b) Perempuan
1 atau 2 atau 3 x biakan > 105 ISK
5 x 104 – 105 diragukan (ulangi)
104 – 5 x 104 + klinis simptomatik diperkirakan ISK (ulangi)
104 – 5 x 104 + klinis asimptomatik tidak ada ISK
< 104 tidak ada ISK
Biasanya pada usia 15-30 tahun Biasanya pada usia >40 tahun
Diabetes Mellitus
GDS (glukosa darah sewaktu) langsung diperiksa saat itu juga (tanpa
puasa)
GDP (glukosa darah puasa) pasien puasa 8 jam dari malam,
kemudian dilakukan pengecekkan
TTGO (tes toleransi glukosa oral) setelah cek GDP kemudian
menyuruh pasien meminum 75 gram glukosa, kemudian diukur
GD2PP (gula darah 2 jam post prandial) setelah sudah dilakukan
TTGO, 2 jam setelah makan 75 gram glukosa yang tadi kemudian pasien
cek lagi gula darahnya
HbA1c paling bagus menggambarkan kondisi selama 3 bulan
GDPT (glukosa darah puasa terganggu)
- GDP 100 – 125 mg/dl
- TTGO < 140 mg/dl normal
TGT (toleransi glukosa terganggu)
- GDP < 100 mg/dl normal
- TTGO 140 – 199 mg/dl
Prediabetes GDPT + TGT
Obesitas (IMT > 25)
Ya Tidak
5 pilar tatalaksana DM
- Edukasi (pemeliharaan dan perawatan kaki, mengenal dan mencegah
penyakit, dan rencana kegiatan khusus)
- Manajemen diet
Rumus Broca BB ideal = 90% x (TB-100)
90% digunakan jika tinggi laki-laki > 160 cm dan perempuan > 150 cm
Kebutuhan kalori laki-laki 30 kal/kgBB
Kebutuhan kalori perempuan 25 kal/kgBB
Karbohidrat (45-65%), lemak (20-25%), protein (10-20%) dan serat (20-
35 gram /hari)
- Aktivitas fisik
- Obat-obatan
- Monitoring mandiri
HbA1c saat diperiksa < 7,5% monoterapi (Metformin)
HbA1c belum mencapai < 7% dalam 3 bulan (ketika mengonsumsi
monoterapi) atau HbA1c saat diperiksa > 7,5% kombinasi 2 obat
(biasanya Metformin + Sulfonilurea)
HbA1c belum mencapai < 7% dalam 3 bulan (ketika mengonsumsi
kombinasi 2 obat) kombinasi 3 obat (Metformin + salah satu obat +
salah satu obat sesuai tabel diatas)
HbA1c saat diperiksa > 9%
- Gejala klinis (+) tambahkan insulin atau intensifikasi insulin
- Gejala klinis (-) kombinasi 2 atau 3 obat
HbA1c belum mencapai < 7% dalam 3 bulan (ketika mengonsumsi
kombinasi 3 obat) Insulin
Lini pertama Metformin
Insulin disuntikkan pada daerah perut sekitar pusat sampai
kesamping, kedua lengan atas bagian luar (bukan deltoid), atau kedua
paha bagian luar
1. Biguanide
- Obat Metformin
- Cara kerja menekan produksi glukosa hati dan menambah
sensitivitas terhadap insulin
- Indikasi bagus pada orang tua dan obesitas, tidak menyebabkan
hipoglikemia, menurunkan kejadian penyakit kardiovaskular
- Kontraindikasi CKD, asidosis, hipoksia dan dehidrasi
- Efek samping gastrointestinal, asidosis laktat, defisiensi vitamin B12
2. Sulfonilurea
- Obat glibenklamid, glipizid, gliklazid, glimepirid
- Cara kerja meningkatkan sekresi insulin
- Indikasi bagus pada orang kurus atau IMT normal, efek hipoglikemik
kuat, menurunkan komplikasi mikrovaskuler
- Efek samping risiko hipoglikemia dan BB meningkat
- Kontraindikasi lansia, wanita hamil, gangguan fungsi hati dan ginjal
3. Tiazolindindion
- Obat pioglitazone, rosiglitazone
- Cara kerja menambah sensitivitas terhadap insulin
- Indikasi tidak menyebabkan hipoglikemia, bagus untuk dislipidemia
- Efek samping BB meningkat, edema, gagal jantung, risiko fraktur
meningkat pada wanita menopause
4. Alpha glukonidase inhibitor
- Obat acarbose
- Cara kerja menghambat absorpsi glukosa
- Indikasi gula darah yang sangat meningkat setelah makan, tidak
menyebabkan hipoglikemia
- Efek samping gastointestinal
5. DPP4 inhibitor
- Obat sitagliptin, linagliptin, saxagliptin, vildagliptin
- Cara kerja meningkatkan sekresi insulin, menghambat sekresi
glukogon
- Indikasi tidak menyebabkan hipoglikemia
- Efek samping angioedema, urtika atau efek dermatologis lain
6. SGLT-2 inhibitor
- Obat canagliflozin, empagliflozin, dapagliflozin
- Cara kerja menghambat absorpsi kembali gula di tubuli distal ginjal
- Indikasi penyakit kardiovaskular, BB menurun, tidak hipoglikemia
- Efek samping ISK
7. GLP1 agonis
- Obat exenatide, liraglutide, lixisenatide, dulaglutide
- Cara kerja meningkatkan sekresi insulin, menghambat sekresi
glukogon
- Indikasi penyakit kardiovaskular, obesitas, tidak hipoglikemia
- Efek samping BB menurun, gastrointestinal
Insulin kerja cepat (Rapid-acting insulin)
Insulin Lispro
(Humalog)
Insulin Aspart
5-15 menit 1-2 jam 4-6 jam
(Novorapid)
Insulin Glulisin
(Apidra)
Insulin kerja pendek (Short-acting insulin)
Humulin R
30-60 menit 2-4 jam 6-8 jam
Actrapid
Insulin Glargine
(Lantus)
Hampir tanpa
Insulin Detemir 1-3 jam 12-24 jam
puncak
(Levemir)
Lantus 300
Komplikasi
Akut Kronis
Ketoasidosis Hiperosmolar
Diabetikum Hiperglikemia
(KAD) Sindrom (HHS)
Klasifikasi Wagner :
- Grade 0 tidak terdapat ulkus
- Grade 1 ulkus superficial yang mengenai seluruh lapisan kulit
tapi tidak mengenai jaringan dibawahnya
- Grade 2 ulkus dalam, penetrasi ke dalam sampai ligamen dan
otot, tapi tidak mengenai tulang atau terdapat abses
- Grade 3 ulkus dalam dengan selulitis atau abses, sering dengan
osteomielitis
- Grade 4 gangren yang terlokalisasi pada fore foot
- Grade 5 gangren yang mengani seluruh kaki
Pemeriksaan fisik
- Ankle Brachial Index
Right ABI tekanan tertinggi pada kaki kanan / tekanan
tertinggi pada kedua tangan
Left ABI tekanan tertinggi pada kaki kiri / tekanan tertinggi
pada kedua tangan
Indikasi obstruksi < 0,9 (normal ABI 0,9 – 1,3)
- Pulsasi a. dorsalis pedis atau a. tibialis posterior
- Sensoris (nyeri, raba, getaran)
’
Dalrymple sign tampaknya sklera antara kornea dan palpebra
superior pada saat membuka mata
Eksoftalmus penonjolan bola mata
Jofroy sign otot fasial yang tidak bergerak pada saat gerak bola mata
ke arah atas
Lid lag sign kelopak mata atas berada di atas iris pada saat gerak
bola mata ke arah bawah
Moebius sign gangguan gerak konvergen bola mata
Rosenbach sign tremor palpebra superior saat menutup mata
Stellwag sign melihat tanpa sering berkedip
Von Graef sign ketidakmampuan kelopak mata atas untuk mengikuti
gerak bola mata ke arah bawah
Pemeriksaan fisik :
- Inspeksi amati kelenjar tiroid dari depan dan samping, meminta
pasien menelan ludah
- Palpasi dari belakang pasien, menilai (lokasi, bentuk, permukaan,
ukuran, pembesaran KGB, konsistensi, mobilitas dan nyeri)
- Auskultasi menilai apakah ada bruit (menandakan adanya toksin
Grave)
Kelenjar tiroid :
- Folikular T3 dan T4 (pro-metabolisme)
- Parafolikular (meningkatkan pelepasan kalsium pada darah)
kalsitonin (merangsang osteoblast menghambat pelepasan
kalsium pada darah)
TSH Hipertiroid
menurun primer
Meningkat
TSH Hipertiroid
Benjolan meningkat sekunder
leher T4
TSH Hipotiroid
menurun sekunder
Menurun
TSH Hipotiroid
meningkat primer
Ya Kista duktus
tiroglossus
Bergerak saat
Ya Tiroid menjulurkan
lidah
Tidak Tiroid
Bergerak
saat menelan
Limfoma
Tidak (keganasan)
atau kista
Uninodular
Nodul
Toxic Multinodular
Difus
Goiter
Difus
Nodul
Multinodular
Nodul keganasan
Difus + hipertiroid + eksoftalmus Graves
Difus + hipotiroid + anti-TPO (+) Hashimoto
Eutiroid atau Hipotiroid + daerah gunung + kena masal goiter endemik
Kolesterol Total :
< 200 mg/dl Optimal
200 – 239 mg/dl Borderline tinggi
> 240 mg/dl Tinggi
Kolesterol HDL :
< 40 mg/dl Rendah
> 60 mg/dl Tinggi
Mulai statin
Periksa ulang 3
bulan
Tekanan darah > 130 / > 85 mmHg > 130 / > 85 mmHg
Borderline
ACTH ACTH
independen Dependen
Sampel sinus
CAT scan atau petrosal inferior
MRI abdomen dan MRI otak
1. Hipersensitivitas tipe I
- Anaphylaxis IgE-mediated tipe cepat
- Patogenesis antigen mengikat IgE yang terikat membran pada sel
mast, menghasilkan pelepasan amine, metabolit asam arakidonat,
dan molekul vasoaktif lainnya.
- Penyakit atopi, urtikaria, asma, rheumatoid arthritis, konjungtivitis
alergi, alergi makanan, anafilaksis
2. Hipersensitivitas tipe 2
- Cytotoxic IgG-mediated
- Patogenesis antibodi IgG atau IgM terikat pada permukaan sel
antigen atau komponen matriks ekstraseluler
- Penyakit anemia hemolitik, ITP
3. Hipersensitivitas tipe 3
- Immune-complex mediated
- Patogenesis pengendapan kompleks antigen-antibodi yang
terbentuk dalam substansi padat seperti sel atau jaringan
- Penyakit ENL, glomerulonefritis, arthus reaction, rheumatoid
disease, SLE
4. Hipersensitivitas tipe 4
- Delayed type cell-mediated tipe lambat
- Patogenesis aktivitas perusakan jaringan oleh sel limfosit T dan
makrofag
- Penyakit SJS/TEN, fixed drug eruption, dermatitis kontak,
eritroderma, psoriasis, pemfigus vulgaris, reaksi tuberkulin, reaksi 1
yang kronis
“RHEUMATOLOGI”
Tatalaksana :
Analgesik paracetamol (lini pertama), NSAID (tidak ada gastritis /
ulkus peptikum)
Selektif COX-2 inhibitor (partial meloxicam atau piroxicam) dan
(total celecoxib) ada gastritis / ulkus peptikum
DMOADS glukosamin, kondroitin sulfat, asam hialuronat, vitamin C,
injeksi steroid intraartikular grade 1 dan 2
Operatif TKR atau THR grade 3 dan 4
Perlindungan sendi penurunan BB, olahraga (seperti berenang,
sepeda statis, senam OA), fisioterapis dan penguatan otot quadriceps
Gout arthritis (pirai) radang sendi karena deposisi kristal monosodium
urat
Tanda klinis :
- Kondisi hiperurisemia (laki-laki > 7,0 mg/dl) dan (perempuan > 6,0
mg/dl)
- Tanda-tanda inflamasi
- Lokasi tersering MTP 1 (Metatarsophalangeal 1), bisa juga pada
siku, lutut, dorsum pedis, dekat Achilles, tulang rawan telinga
- Gejala memberat biasanya pada malam hari atau lingkungan dingin
- Bisa menyebabkan demam, menggigil dan nyeri badan
- X-ray erosion with overhanging edges dan rat-bite erosion
Fase gout :
- Akut bentuk podagra nyeri, merah dan bengkak terapinya
Kolkisin atau NSAID
- Interkritikal gejala gout menurun
- Kronis bentuk tophus sudah tidak ada tanda inflamasi, tetapi
ada nodul terapinya Allopurinol
Gout Pseudogout
1. Akut
Kolkisin
- Dosis awal 1 mg PO dilanjut 0,5-0,6 mg per 2 jam sampai nyeri dan
inflamasinya hilang (max 6-8 mg)
- Mekanisme kerja menghambat fagositosis, pergerakan neutrofil,
kemotaksis dan menghambat prostaglandin
- Kontraindikasi gangguan ginjal
NSAIDS
- Full dose 2-5 hari, setelah serangan terkontrol turun dalam 2 minggu
(natrium diklofenak 2x50 mg atau asam mefenamat 2x500 mg)
2. Kronis (2-4 minggu post serangan akut)
Xanthine Oxidase Inhibitor (Allopurinol)
- Dosis awal 100 mg/hari
- Bila perlu naik bertahap (max 800 mg/hari)
- Target terapi kadar asam urat < 6 mg/dl
Urikosurik (Probenesid)
- Dosis 0,5 gr/hari
- Kontraindikasi gangguan ginjal
- Target terapi < 6 mg/dl
3. Modifikasi gaya hidup hindari makanan tinggi purin (bayam, jeroan, otak-
otak, emping), buah nangka, seafood, minuman manis pengawet
Rheumatoid arthritis penyakit radang sendi kronik akibat proses
autoimun pada HLA B27
Patofisiologi proliferasi makrofag dan fibroblas membran sinovial,
infiltrasi leukosit intraartikular, pembentukan pannus yang merusak
kartilago dan osteum sehingga kartilago menghilang, dan terdapat erosi
juksaartikular
Tanda dan gejala :
- Sinovitis
- Erosi tulang
- Pannus (jaringan ikat pada celah sendi)
- Degradasi kartilago
- Swan neck deformity hiperekstensi PIP dan fleksi DIP
- Boutonniere deformity fleksi PIP dan hiperekstensi DIP
- Deviasi ulnar pada sendi metacarpophalangeal (MCP)
- Hallux valgus MTP 1 terdesak ke arah medial dan ibu jari kaki
terdesak ke arah lateral
- Rheumatoid factor (+) dan anti-CCP (ACPA) (+)
- Nyeri sendi simetris
- Membaik dengan aktivitas
- Kaku di pagi hari > 30 menit
Terapi :
- DMARDs (Disease-Modifying Antirheumatic Drug) drug of choice
Methrotrexate 7,5 – 25 mg/minggu + suplemen asam folat
Sulfasalazine 2-3 gr/hari
Leflunomide 1x20 mg
Klorokuin 250 mg
- NSAID mengontrol nyeri
Diklofenak 50-100 mg 2x/hari
Meloksikam 7,5-15 mg/hari
Celecoxib 200-400 mg/hari
- Kortikosteroid mengontrol inflamasi
Prednisone 10-15 mg/hari
Osteoporosis penyakit tulang sistemik akibat gangguan
mikroarsitektur tulang
Tipe osteoporosis :
- Primer penurunan estrogen, penurunan fungsi paratiroid, tingkat
keropos tulang cepat (tipe 1 post menopause dan tipe 2
berhubungan dengan usia)
- Sekunder penuaan dan penurunan kalsium, peningkatan fungsi
paratiroid, tingkat keropos lambat (tipe 3 konsumsi steroid,
osteodistrofi renal, hiperparatiroid
Tanda dan gejala :
- Fraktur patologis fraktur colles, collum femoris, wedge
- Penurunan tinggi badan
- Peningkatan kifosis torakal
- Riwayat penggunaan obat-obatan kortikosteroid, siklosporin
- Dowager’s Hump kifosis dorsal (Bone mineral density menurun)
Pemeriksaan Penunjang :
- Biokimiawi tulang alkali fosfatase isoenzim tulang dan osteocalcin
pembentukan tulang (diukur dalam serum)
- Biokimiawi tulang deoxypyridinoline dan pyridinoline cross-links
reabsorpsi tulang (diukur dalam urine)
- Densitometri tulang teknik DXA (dual X-ray absorptiometry) diukur
pada vertebra lumbal 1-4, panggul dan lengan bawah (radius 1/3
distal)
Nilai T-score :
> -1 normal
-1 sampai -2,5
osteopenia
< -2,5 osteoporosis
< -2,5 + fraktur
patologis
osteoporosis berat
Nilai Z-score :
> -2 within expected
range for age
< -2 low BMD (bone
mineral density) for
chronological age
Tatalaksana :
- Non farmakologis
Aktivitas fisik teratur berjalan 30-60 menit/hari, bersepeda atau
berenang
Intake kalsium 1000-1500 mg/hari
- Farmakologis
Bifosfonat
1. Alendronate 5 mg/hari
2. Risendronate 5 mg/hari
3. Ibandronate 150 mg/bulan (oral) atau 3 mg/3 bulan (IV)
SERMS (Selective Estrogen Receptor Modulators)
1. Raloxifene 60 mg/hari
2. Tamoxifene (sesuai kondisi)
Terapi lainnya
1. Kalsitonin
2. Kalsitriol
3. Hormon paratiroid
4. Strontium ranelat
5. Denosumab
“HEMATOLOGI”
Thalassemia
Normal
Sideroblastik
Mikrositik Besi
Hipokromik serum
Defisiensi
besi
Menurun
Penyakit
kronik
Anemia
ANEMIA
Normositik hemolitik
Normokromik Retikulosit Meningkat
Perdarahan
akut
Defisiensi Anemia
folat aplastik
Makrositik Normal /
Menurun
Defisiensi Leukemia
B12
Besi serum
Menurun Normal
Faktor Faktor
koagulasi koagulasi Bleeding
menurun normal Time
APTT APTT
Memanjang Normal
Von Gangguan
Willebrand vaskular &
Disease platelet Memanjang Normal
PT PT
Memanjang Normal
Gangguan Gangguan
semua faktor faktor intrinsik
koagulasi (hemofilia) Memanjang Normal
Gangguan
Gangguan
faktor
faktor XII
ekstrinsik
Faktor koagulasi terganggu APTT dan PT memanjang
Faktor intrinsik APTT VIII, IX, XI, XII hemofilia A, B, C (normal
25-35 detik)
Faktor ekstrinsik PT III, VII (normal 11-13 detik)
Common pathway PT I, II, IV, V, VI, X, XIII
Nama lain faktor-faktor koagulasi :
- I = fibrinogen
- II = protrombin
- III = tissue factor
- IV = calcium
- V = proaccelerin
- VI = accelerin
- VII = proconvertin
- VIII = antihemophilic factor A
- IX = christmas factor
- X = stuart-prower factor
- XI = plasma thromboplastin antecedent (PTA)
- XII = hageman factor
- XIII = protransglutaminase
ITP penyakit yang menyebabkan tubuh mudah memar atau berdarah,
karena rendahnya jumlah trombosit
Etiologi autoimun
Tanda khas :
- Riwayat infeksi yang sudah sembuh
- Ruam merah atau memar di tubuh
- Perdarahan yang sulit dihentikan ketika luka
- Bercak darah pada urine dan feses
- Trombositopenia saja
Tatalaksana awal :
- Prednisone 1 mg/kgBB/hari oral (7-10 hari)
- Dexametasone 40 mg/hari oral (4 hari setiap 2 minggu untuk 4 siklus)
- IVIG 1 gr/kgBB/hari IV (2 hari)
- Platelet jika sedang perdarahan
Hemofilia kelainan pembuluh darah tersering yang diturunkan dengan
pola X-linked resesif baik A dan B
Jenis hemofilia (defisiensi faktor intinsik) :
- Hemofilia A defisiensi faktor VIII
- Hemofilia B defisiensi faktor IX
- Hemofilia C defisiensi faktor XI (jarang)
Diagnosis :
- Riwayat perdarahan pada pria
- Hemarthrosis spontan (perdarahan spontan pada sendi)
- Trombosit normal
- Bleeding time normal
- Clotting time memanjang
- PT normal
- APTT memanjang
Tatalaksana :
- Cegah terjadinya perdarahan
- Pemberian suntikan dihindari
- Hemofilia A konsentrat faktor VIII + kriopresipitat
- Hemofilia B konsentrat faktor IX + FFP (fresh frozen plasma)
vWD penyakit yang disebabkan defek pada faktor VIII dalam plasma
disertai gangguan agregasi trombosit pada subendotel dinding
pembuluh darah
vWD kelainan ini diturunkan secara autosomal dominan, autosomal
resesif, dan X-linked resesif
Tanda khas :
- Mudah memar
- Perdarahan kulit
- Perdarahan berkepanjangan dari permukaan mukosa
Pemeriksaan penunjang :
- Tes vWF antigen (+)
- Tes ritocetin (+) waktu aglutinasi meningkat ketika menggunakan
antibiotik
- Trombosit normal
- PT normal
- INR normal (bentuk standar internasional dari rasio PT) monitor
terapi warfarin
- Bleeding time memanjang
- APTT memanjang
Tatalaksana Desmopressin (DDAVP), dosis diberikan sesuai berat
ringannya gejala atau tindakan invasif yang akan dilakukan
Polisitemia vera kelainan mieloproliferatif dengan ciri proliferasi sel
prekursor eritroid yang tidak terkendali (masalah bone marrow)
Jenis polisitemia :
- Primer (Vera) peningkatan RBC karena keganasan RBC
- Sekunder stimulasi eritropoietin berlebihan dari respon tubuh
terhadap oksigenasi jaringan yang berkurang (akibat penyakit)
- Relatif peningkatan bukan karena RBC (dehidrasi atau luka bakar)
Gejala dan tanda :
- Gangguan oksigenasi ringan nyeri kepala, vertigo, tinnitus,
gangguan penglihatan dan angina
- Trombosis vena atau arteritromboemboli
- Tanda perdarahan petekie hingga perdarahan saluran cerna
- Gatal lepasnya granulosit histamin
- Neuropati perifer degenerasi akson saraf
- Hepatosplenomegali
- Hipertensi
- Facial plethora
Kriteria diagnosis (WHO 2016) 3 mayor atau 2 mayor + 1 minor
1. Hemoglobin > 16,5 gr/dl (pria), > 16,0 gr/dl (wanita),
atau
Hematokrit > 49% (pria), > 48% (wanita), atau
Peningkatan massa eritrosit (>25%)
2. Biopsi sumsum tulang menunjukkan hiperselularitas
dengan adanya eritroid yang menonjol, granulositik,
dan proliferasi megakariositik dengan pleomorfik
3. Adanya mutasi dari JAK2V617F atau JAK2 ekson 12
Level eritropoietin serum dibawah normal
Pemeriksaan penunjang :
- Hb meningkat
- Leukosit meningkat
- Trombosit meningkat
Tatalaksana :
- Flebotomi mempertahankan hematokrit (< 0,45 + dosis rendah
ASA / aspirin 81-100 mg/hari)
- Jika risiko tinggi dari trombosis (kepatuhan yang buruk terhadap
flebotomi, mieloproliferasi yang progresif, splenomegali, leukositosis
dan trombositosis terapi sitoreduktif
- Terapi sitoreduktif :
Hydroxyurea lini pertama
Interferon umur < 40 tahun dan hamil
Leukemia keganasan darah akibat tubuh terlalu banyak memproduksi
sel darah normal
Faktor risiko paparan benzena
Gejala dan tanda :
- Organomegali hepatosplenomegali
- Perdarahan spontan petekie
- Demam
- Nyeri tulang
Klasifikasi :
- Akut sel blast banyak (limfoblast atau mieloblast), perdarahan
spontan dan gejala berat muncul
- Kronik sel matur banyak dan gejala asimptomatis tidak ada
perdarahan spontan
Jenis leukemia :
- AML (acute myeloblast leukemia) Auer rod (+), perdarahan
spontan, sel blast banyak
- ALL (acute lymphoblast leukemia ) biasanya pada anak-anak, sel
blast banyak
- CML (chronic myeloblast leukemia) semua fase pembelahan sel
darah putih ada (fenomena pasar mala), philadelphia kromosom, sel
matur banyak
- CLL (chronic lymphoblast leukemia) smudge cell, sel matur
banyak
Pemeriksaan penunjang :
- Leukosit meningkat
- Bisitopenia anemia dan trombositopenia
- Apusan darah tepi
Limfoblast akan menjadi limfosit tidak ada granul
Mieloblast akan menjadi semua (selain limfosit) ada
granul
- Hitung jenis leukosit
Urutannya eosinofil / basofil / neutrofil batang / neutrofil
segmen / limfosit / monosit
Shift to the left peningkatan PMN mieloblast
Shift to the right peningkatan MN limfoblast
Normal neutrofil segmen dan limfosit 2 digit, yang lainnya
normal (eosinofil, basofil, neutrofil batang dan monosit) 1
digit