Anda di halaman 1dari 40

Modul 1: 570 Seni Tari

Kegiatan Belajar 1
KONSEP TARI DAN PEMBELAJARAN TARI

Penulis
Drs. Supriyadi Hasto Nugroho, M.Sn

DIREKTORAT JENDRAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN


KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
JAKARTA
2019

1
Daftar Isi
COVER/JUDUL 1
DAFTAR ISI 2
PENDAHULUAN 3
Deskripsi 4
Relevansi 4
Petunjuk Belajar 4
KEGIATAN INTI 5
Capaian Pembelajaran 5
Sub Capaian Pembelajaran 5
Pokok-pokok Materi 5
Uraian Materi 6
A. PENGERTIAN, JENIS, DAN FUNGSI TARI 6
1. Pengertian Tari 6
2. Jenis Tari 7
a. Menurut Corak Garapan 8
b. Menurut Koreografinya 16
c. Menurut Genre Pertunjukan 22
3. Fungsi Tari 27
B. PENGERTIAN PEMBELAJARAN TARI 29
C. KEGIATAN PEMBELAJARAN TARI 31
1. Apresiasi 32
2. Ketrampilan 33
3. Kreasi tari 35
Contoh-Non Contoh/ Ilustrasi 36
Forum Diskusi 37
PENUTUP 38
RANGKUMAN 38

TES FORMATIF 39

DAFTAR PUSTAKA 41

2
Pendahuluan
Selamat pagi teman-teman. Peserta Pendidikan Profesi Guru Dalam
Jabatan yang berbagia dan salam budaya. Apa kabar hari ini, semoga Anda semua
dalam keadaan sehat walafiat, sehingga dapat mengikuti kegiatan pembelajaran
dengan baik. Coba Anda jawab dalam hati pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
Apakah Anda pernah menari? Apakah Anda pernah melihat sebuah pertunjukan
tari? Setelah Anda jawab, tentunya akan muncul pertanyaan, apa itu yang dimaksud
dengan tari? Bagaimana bentuk tari yang kita lihat bisa seperti itu? Bagaimana pula
cara mempelajarinya?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut mengisyaratkan adanya beberapa
permasalahan atau seluk beluk tentang tari, sehingga harus kita dalami dan kita
analisis agar kita menemukan pemecahannya. Pertanyaan “apakah anda pernah
menari?” Bagaimana jawabannya? Tentunya akan dijawab pernah atau belum
pernah. Jika setiap gerak merupakan sebuah tari maka kita semua pernah menari.
Tentunya menari tidaklah semudah yang dibayangkan, karena membutuhkan bakat
dan kemauan untuk mempelajarinya sehingga akan mencapai tingkat ketrampilan
menari yang tinggi.
Seseorang penari tidak bisa hanya mengandalkan kemampuannya atau
ketrampilannya saja. Melainkan harus mempunyai kemampuan berapresiasi
terhadap karya tari yang ditarikan oleh selain dirinya. Melalui apresiasi, seorang
penari akan mampu mengkritisi maupun menghargai karya tari yang ditampilkan
oleh orang lain, bahkan seseorang yang bukan penari pun kadangkala
membutuhkan pengalaman estetis dengan melihat pertunjukan tari, agar
mempunyai kepekaan artistik, muncul rasa mencintai seni, mempunyai kemauan
untuk mempelajarinya, dan akhirnya bisa menghargainya.
Munculnya pertanyaan “bagaimana tari yang kita lihat bisa seperti itu”,
mengandung beberapa hal yang menyangkut keberadaan tari tersebut, antara lain:
siapa penciptanya, bagaimana latar belakang penciptanya, apa tujuan tari tersebut
diciptakan, dan bagaimana tari tersebut diciptakan. Perntanyaan tersebut
menyangkut permasalahan tentang prinsip dan konsep penciptaannya. Berkaitan

3
dengan permasalahan tentang tari di atas, maka pembelajaran tari tidak akan
terlepas dari permasalahan tentang apresiasi tari, ketrampilan tari, dan kreasi tari.

Deskripsi
Pada pembelajaran kali ini, materi yang akan kita pelajari bersama adalah
tentang Konsep Tari dan Pembelajaran Tari. Materi tentang Konsep Tari mencakup
tentang Pengertian Tari, Jenis Tari, dan Fungsi Tari. Sedangkan materi tentang
Pembelajaran Tari terdiri dari: Pengertian Pembelajaran Tari dan Kegiatan
Pembelajaran tari. Pada bagian yang disebutkan terakhir meliputi kegiatan tentang
Apresiasi Tari, Ketrampilan Tari, dan Kreasi tari.

Relevansi
Setelah Anda membaca pokok-pokok materi yang telah disampaikan di atas,
tentunya tidaklah asing bagi anda untuk mengenal istilah-istilah tersebut, dan pasti
Anda sudah mulai menerka isi dari setiap pokok materi di atas, Setelah Anda
menpelajari materi secara lengkap, diharapkan Anda mampu menganalisis tentang
konsep tari dan pembelajaran tari serta implementasinya. Selain itu, nantinya
apabila Anda menjadi seorang koreografer sudah banyak pilihan bagi anda untuk
menggarap tari dengan konsep seperti yang Anda inginkan.

Petunjuk Belajar
Untuk mempermudah dalam memahami dan menganalisis dalam
pembelajaran Modul 1 Kegiatan Belajar 1 tentang Konsep dan Pembelajaran Tari,
maka dibutuhkan langkah-langkah yang tepat. Pertama bacalah dengan cermat
materi dibawah ini, kemudian anda analisis. Selanjutnya dilakukan diskusi
kelompok, dimana setiap kelompok mencari foto atau video tari, dianalisis dan
dipresentasikan.

4
Kegiatan Inti
 Capaian Pembelajaran
Mampu menganalisis konsep dan prinsip estetika tari dan aplikasinya dalam
pembelajaran seni tari.

Sub Capaian Pembelajaran


Pada akhir pembelajaran diharapkan peserta PPG Dalam Jabatan:
a. mampu memahami pengertian, jenis, dan fungsi tari
b. mampu memahami pengertian pembelajaran tari dan kegiatan
pembelajaran tari
c. mampu menganalisis dan menjelaskan tentang konsep tari dan
pembelajaran tari

 Pokok-pokok Materi
Dalam Kegiatan Belajar 1 tentang Konsep Tari dan Pembelajaran Tari,
pokok-pokok materi yang akan dipelajari adalah:
A. Pokok Bahasan
1) Pengertian, Jenis, dan Fungsi Tari
2) Pengertian Pembelajaran dan Kegiatan Pembelajaran Tari
B. Sub Pokok Bahasan
1) Pengertian Tari
2) Jenis Tari (menurut Corak Garapan, Koreografi, dan Genre
Pertunjukan)
3) Fungsi Tari
4) Pengertian Pembelajaran Tari
5) Kegiatan Pembelajaran Tari (Apresiasi, Ketrampilan, Kreasi Tari)

5
 Uraian Materi
A. PENGERTIAN, JENIS, DAN FUNGSI TARI
1. Pengertian Tari
Pengertian tari atau lebih kita kenal dengan definisi tari sudah
banyak disampaikan tokoh-tokoh tari, baik itu tokoh tari di Indonesia
maupun tokoh tari dari luar negeri. Tentunya definisi-definisi tari yang
disampaikan tokoh tersebut tidak lepas dari latar belakang budaya dari
setiap tokoh tersebut. Kita ketahui bersama, bahwa tari yang substansi
bakunya adalah gerak mempunyai karakteristik tertentu yang
membedakan antara daerah yang satu dengan daerah lainnya. RM.
Soedarsono mendefinisikan tari sebagai ekspresi jiwa manusia yang
diungkapkan melalui gerak-gerak ritmis yang indah (Soedarsono,1983,
7). Dalam definisi tersebut ada beberapa prinsip yang dikemukakan,
yaitu ekspresi, gerak, ritme, dan indah. Ekspresi tari yang dimaksud
adalah isi atau roh tari yang harus diungkapkan oleh penari. Gerak
sebagai media ungkap ekspresi, tentunya gerak mengandung ritme
(irama/hitungan dan dinamika) dan sangat ditentukan oleh iringan untuk
membangun ritme dan rasa (ekspresi). Apabila ketiga hal tersebut
terpenuhi, maka keindahan tari akan bisa dinikmati, tentunya gerak yang
dilakukan sudah mengalami proses stilisasi. Pengertian tersebut
diperjelas pula oleh Pangeran Soerjodiningrat yang mengemukakan
bahwa:
Ingkang kawastanan djoged inggih poenika ebahing sarandhoening
badhan kasarewngan oengeling gangsa katata pikantoek kalajan
wiramaning gendhing, djoemboehing pasemon kalajan pikadjenging
djoged. (Soerjodiningrat, 1934, 3)

Yang dimaksud dengan tari adalah keindahan gerak seluruh badan


diiringi oleh suara gamelan disusun selaras dengan irama gending,
kesesuaian ekspresi dengan maksud tarinya

6
Keterkaitan dari kedua definisi tersebut adalah, bahwa tari
mempunyai tiga aspek utama, yaitu wiraga, wirama, dan wirasa. Wiraga
terkait dengan teknik gerak, wirama dapat dimaknai sebagai ritme dan
tempo, sedangkan wirasa berkaitan dengan penjiwaan. Sussane K.
Langer mengatakan bahwa tari adalah gerak-gerak yang dibentuk secara
ekspresif yang diciptakan oleh manusia untuk dapat dinikmati dengan
rasa.
Di samping teori-teori di atas tari dibentuk melalui tiga elemen
penting, yaitu gerak, ruang, dan waktu. Gerak merupakan perpindahan
dari pose yang satu ke pose lainnya. Gerak tersebut terdiri dari dua yaitu
gerak murni dan gerak maknawi. Gerak murni hanya mengutamakan
unsur keindahan semata, sedangkan gerak maknawi disusun untuk
mengungkap makna. Ruang juga bisa dimaknai sebagai ruang untuk
menari dan akan tercipta desain-desain lantai dan desain-desain atas yang
dibentuk tubuh penari. Ruang juga bisa diartikan sebagai body space atau
ruang tubuh penari itu sendiri yang membentuk sebuah teba gerak dan
volume gerak. Tubuh penari juga bisa membentuk ruang imajiner,
dimana ruang itu tidak tampak tapi ada, kalau boleh mengambil istilah
Sardono W. Kusumo disebut dengan meruang. Waktu tidak hanya berupa
durasi secara menyeluruh, tetapi secara terperinci bisa dimaknai sebagai
waktu yang dibutuhkan dalam melakukan setiap motif-motif gerak.
Tari sangat membutuhkan musik sebagai iringan untuk
memperjelas ritme dan suasana. Namun demikian bisa juga dipahami
pula bahwa tari merupakan cabang seni yang bisa berdiri sendiri. Ada
beberapa tari muncul memang tidak menggunakan pengiring, karena
tubuh penari sendiri bisa menciptakan ritme dan suara yang sering kita
sebut dengan musik internal.

2. Jenis Tari
Tari yang kita kenal, kita pahami, dan kita lakukan sangatlah
beraneka ragam jenisnya. Keanekaragaman jenis tari tersebut tentunya

7
mempunyai bentuk dan ciri yang berbeda-beda, sehingga jenis tari bisa
digolong-golongkan atau dipilah-pilah. Coba kita perhatikan bersama
jenis-jenis tari berikut ini.

a. Jenis Tari menurut Corak Garapannya


1) Tari Tradisional
Tari Tradisional mempunyai pengertian sebagai tari yang
telah mengalami perjalanan sejarah yang sangat panjang, dan
secara turun temurun dilakukan secara kontinyu oleh masyarakat
pendukungnya, serta bertumpu pada pola-pola tradisi. Ekspresi
atau ungkapan jiwa lebih bersifat kolektif sesuai dengan locus
budaya, etnik, dan bangsa dimana tari itu tumbuh dan berkembang.

a) Tari Primitif
Jenis tari ini berkembang pada masa pra sejarah atau
berkembang di pedalaman-pedalaman serta didominir oleh
kehendak. Menurut Soedarsono gerak-gerak tari pada suku
bangsa primitif sangat dikendalikan dan didorong oleh
kehendak untuk maksud-maksud tertentu, serta dengan ciri-ciri
sebagai berikut : gerakan yang sangat sederhana, pola lantai
cenderung berbentuk lingkaran, hentakan-hentakan kaki dan
tepuk tangan sebagai gerakan sangat dominan sekaligus sebagai
iringan, menirukan gerak hewan dan alam, bersifat sakral dan
magis karena untuk pemujaan, sebagai saraana upacara
kelahiran dan proses inisiasi, sebagai sarana upacara kematian,
sebagai sarana upacara menyembuhkan penyakit, dan busana
terbuat dari bulu-bulu dan daun-daun, serta rias berakulturasi
dengan alam

8
Foto: 1.1.1.Tari Primitif
Sumber: https://brainly.co.id/tugas/13984399/

b) Tari Kerakyatan
Jenis tari ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
lahir, tumbuh, dan berkembang di lingkungan masyarakat,
terutama daerah pedesaan, gerakan yang sangat sederhana,
ekspresi spontan dan tidak formal, tidak terikat oleh aturan-
aturan, tidak begitu mementingkan kualitas teknik tertentu,
mengutamakan kehendak maksud isi penari.

Foto:1.1.2. Tari Jaran Kepang


Sumber: http://andri_mz.staff.ipb.ac.id/jaran-kepang/

Tari kerakyatan juga berfungsi untuk menumbuhkan


rasa senang dengan munculnya tari pergaulan, seperti Cepet-
cipit dari Banyumas dan Jaipongan dari Jawa Barat

9
Foto: 1.1.3. Tari Cepet cipit dari Banyumas
Sumber: https://m.medcom.id

Pada sisi yang lain tari rakyat juga difungsikan


sebagai pertunjukan dengan penggarapan secara artistik,
seperti Reog Ponorogo, Ebeg, dan Burung Enggang

Foto: 1.1.4. Tari Burung Enggang dari Kalimantan Timur


Sumber: http://life.108jakarta.com

Foto:1.1.5. Reog Ponorogo


Sumber:https://blogkulo.com

b. Tari Klasik
Jenis tari ini adalah tari yang tumbuh dan berkembang
dikalangan istana. Istana dalam hal ini adalah sebuah keraton

10
atau kerajaan, baik yang ada di dalam negeri maupun yang
ada di luar negeri. Kraton di dalam negeri sangatlah banyak,
seperti Kasultanan Yogyakarta, Pura Pakualaman
Yogyakarta, Kasunanan Surakarta, Pura Mangkunegaran
Surakarta, Sumenep Madura, Kasepuhan Cirebon, Kaneman
Cirebon, Kraton ternate, Kraton Buton, Kerajaan Raya
Simalungun, dan masih banyak lagi hingga ratusan kraton
yang ada di Nusanytara. Kerajaan atau kraton tersebut
tentunya ada yang masih eksis dan ada pula yang tinggal
bangunannya saja. Tari yang berkembang di kraton dan
kerajaan tersebut masih bisa kita lihat hingga saat ini. Tari
yang berkembang di istina inilah sering kita sebut dengan tari
klasik dengan sejumlah ciri seperti: bersumber dari kalangan
istana, standardisasi artistik yang mengikat (gerak, iringan,
rias, dan busana), gerak tari bersifat simbolis, dengan melalui
proses stilisasi dan distorsi gerak keseharian, gerak dan
iringan secara teknis terikat oleh norma-norma tertentu,
kostum tari/pakaian adat sangat baku, baik itu bentuknya,
cara pemakaiannya, maupun motif kainnya, dan riasnya juga
baku, baik itu bentuk, ukuran, warna, dan tebal tipisnya
goresan)
Berbicara ari klasik Jawa (gaya Yogyakarta dan gaya
Surakarta) tentu anda mengenal tari Bedhaya dan Serimpi, atau
tari lainnya. Coba perhatikan gambar di bawah in

Foto: 1.1.6. Tari Bedhaya gaya Yogyakarta

11
Sumber:https://slbn1bantul20155.wordpress.com/seni-
pertunjukan/tari-bedoyo/

Tari klasik yang ada di kraton Surakarta maupun Yogyakarta


tidak hanya tari Bedhaya dan Serimpi saja, namun masih
banyak lagi tari klasik dari kedua gaya tersebut yang lain yang
ditarikan oleh penari putra secarakelompok, berpasangan,
mauoun tunggal.
Coba perhatikan juga tari klasik yang ada di luar tari
Jawa, pada gambar di bawah ini.

Foto:1.1.7. Tari Topeng Kasepuhan Cirebon


Sumber: https://travel.detik.com/

Foto:1.1.8. Tari Legong dari Bali


Sumber: https://www.kompasiana.com/

2) Tari Modern
Jenis tari ini mmempunyai sejumlah ciri yang berlawanan
dari tari tradisional. Tari modern merupakan sebuah perubahan
nyata dalam perkembangan seni tari dunia dengan adanya

12
perubahan dan peralihan fungsi pada seluruh aspek/ elemen/
unsur di dalamnya, seperti gerak, busana, dan pemaknaannya.
Beberapa ciri tari modern yang paling penting adalah tidak
mengacu pada pola, norma, dan aturan yang ada dalam tari
tradisi. Ciri berikutnya adalah ekspresi dibangun tidak secara
kolektif melainkan merupakan ekspresi personal koreografer
atau penata tari.
Perhatikan jenis-jenis tari yang tergolong dalam tari
modern di bawah ini:
a) Tari Kreasi Baru
Seperti apa ciri kas tari kreasi baru? Apakah kita mengenal
tokoh-tokoh tari kreasi baru dan hasil karyanya. Dengan
melihat tokoh dan hasil karyanya tentunya kita akan coba
menganalisis ciri tari kreasi baru yang diciptakannya, yang
akhirnya bisa menyimpulkan ciri tari kreasi baru secara
umum. Kita sebut saja tokoh tari berikut ini. Bagong ,Ketiga
tokoh tersebut masih menggunakan tari tradisi sebagai titik
tolak garapannya, namun dari segi tematik mereka mempunya
kebebasan untuk mengekspresikan idenya. Coba anda lihat
gambar tari Wira Pertiwi karya Bagong Kussudiardja berikut
ini.

Foto: 1.1.9. Tari Wira Pertiwi karya Bagong Kussudiardja


Sumber:https://indonesiandance.wordpress.com/

13
Silahkan juga melihat youtube tari Wira Pertiwi dengan link
ke: https://www.youtube.com/watch?v=SuMPEAxP9cA. Bagong
Kussudiardja sangat lihai dalam memanfaatkan elemen atau
unsur tari Jawa untuk membuat karya tari kreasi baru dengan
sejumlah ciri tari Jawa yang cukup dikenali. Selanjutnya
silahkan anda lihat gambar tari Dwi Muko karya Didik Nini
Thowok dibawah ini

Foto:1.1.10. Tari Dwi Muko karya Didik Nini Thowok


Sumber:https://litera.id/2017/09/29/jiwa-yang-menari-lewat-tubuh/

Anda silahkan lihat videomelalui youtube, link ke:


https://www.youtube.com/watch?v=BV28fJezUwU. Kepintaran
Didik Nini Thowok dalam memasukkan beberapa unsur tari
atau musik etnik yang ada di Indonesia menjadi kekuatan
karyanya, apalagi Didik Nini Thowok juga sebagai seorang
penari yang handal dengan memperdalam ilmu tarinya ke
beberapa daerah di Indonesia.

14
Sekarang coba kita lihat tari karya seniman tari dari
Jawa Barat yang sudah meng-Haki-kan 10 karya tarinyanya.
Gugum Gumbira, yaitu tari Jaipong Pencok, link ke:
https://www.youtube.com/watch?v=BV28fJezUwU. Demikian
juga Gugum Gumbira yang sangat pandai menggunakan
Jaipongan sebgai titik tolak karya-karyanya,
Setelah melihat beberapa tari karya beberapa tokoh tari
kreasi baru, maka nisa kita analisis dan kita simpulkan tentang
ciri-ciri tari kreasi baru. Pertama: tidak terikat pola tradisi,
kedua: mengeksplorasi tema-tema dan teknik-teknik baru
dalam pengungkapan tarinya, ketiga: bemtuk ekspresi dari
penata tari, dan keempat: tari tradisi masih menjadi pijakan

b) Tari Kontemporer
Secara leksikal, kata kontemporer berarti masa kini.
Bisa dikatakan bahwa tari kontemporer adalah karya tari yang
bersifat kekinian, mengikuti trend yang ada di jamannya,
sehingga setiap jaman mempunyai sejumlah ciri yang
berbeda. Secara umum ciri-ciri yang ada dalam tari
kontemporer adalah sebagai berikut: bersifat kekinian, tidak
terikat oleh pakem seperti halnya dalam tari tradisi, bukan
untuk konsumsi hiburan, umum, atau populair, dicipta untuk
kepentingan khusus seperti festivalseni tari tingkat nasional
maupun internasional, di Indonesia, seni tradisi atau budaya
lokal masih menjadi sumber inspirasi dalam penciptaan tari
kontemporer, dan bisa memanfaatkan atau menggunakan
teknologi mutakhir
Berikut ini contoh tari kontemporer yang tercipta
sebelum tahun 1980, yaitu tari Cak Rina karya Sardono W.
Kusumo, tari setan Bercanda karya I Wayan Dibya , dan tari

15
Yapong karya Bagong Kussudiardja. Selanjutnya perhatikan
gambar di bawah ini :

Foto:1.1.11. Tari Cak Rina karya Sardono W. Kusumo


Sumber:https://pelajarindo.com/

Foto:1.1.12. Tari Setan bercanda karya I Wayan Dibya


Sumber: https://ilmuseni.com/

3) Tari Postmodern
Jenis tari ini tidak mengacu pada tari modern. Karya tari
yang ditampilkan bertujuan untuk memberikan kritik-kritik
sosial. Beberapa contoh karya seperti berjudul Sampah dan
Buruh Gendong karya M. Miroto, serta karya Sardono W.
Kusumo berjudul Rahwana Obong.

b. Jenis Tari menurut Koreografinya


1) Tari Tunggal
Jenis tari ini dicipta untuk ditarikan secara tunggal, baik
itu ditarikan oleh laki-laki maupun ditarikan oleh perempuan.

16
Pada perkembangannya tari tunggal juga bisa ditarikan oleh
lebih dari satu orang bahkan masal. Jumlah penari yang banyak
untuk menarikan tari tunggal tersebut tentunya
memperhitungkan faktor estetis dan kesesuaian tema dari tari
yang dibawakan.
Secara garis besar tari tunggal terdiri dari dua macam,
yaitu tari tunggal yang menggambarkan karakter atau tokoh
tertentu dan tari tunggal yang tidak menggambarkan tokoh
tertentu.

a) Tokoh
Beberapa tari tunggal yang kita kenal menggambarkan
tokoh tertentu, terutama tari tunggal yang berasal dari keraton
di Jawa, Kasultanan Yogya, Kasunanan Surakarta, dan
Kasepuhan Cirebon, atau juga dari daerah lain yang
mempunyai lokus budaya yang kuat seperti Banyumas, Bali,
dan Jawa Timur. Mungkin juga tari tunggal dari daerah lain
di Indonesia
Secara tematik tari tunggal yang menggambarkan
tokoh lebih banyak bertema gandrung atau jatuh cinta.
Sebagai contoh tari Gatutkaca Gandrung menggambarkan
Gatotkaca sedang jatuh cinta dan membayangkan Dewi
Pergiwa, Gambiranom menggambarkan Irawan muda sedang
membayangkan kekasihnya Dewi Titi Sari, Gunungsari
menggambarkan Gunungsari sedang membayangkan
kekasihnya Dewi Ragil Kuning. Ketiga tari di atas berasal
dari Surakarta Jawa Tengah. tari Klono Topeng (gaya
Yogyakarta dan Surakarta) menggambarkan Prabu Klono
sedang jatuh cinta dan membayangkan Dewi Sekar Taji. Coba
anda cari tema tari Klono dan Gatotkaca (gaya Cirebon),
apakah sama dengan tari Gatutkaca dan Klono di Surakarta

17
dan Yogyakarta. Di samping itu ada juga tari tunggal yang
menggambarkan tokoh bertema heroik seperti tari Baladewan
dari Banyumas.
Tari tunggal yang bertema jatuh cinta maupun tema
lainnya yang menggambarkan tokoh, tentunya diungkapkan
melalui simbol-simbol gerak tertentu yang menjadi ciri untuk
mempertegas ekspresinya. Simbol-simbol gerak tersebut bisa
anda analisis dengan melihat video tarinya.
Perhatikan gambar di bawah ini atau link ke:
https://www.youtube.com/watch?v=NgpqCOFZlzc

Foto: 1.1.13. Tari Topeng Gunungsari gaya Malangan

b) Non Tokoh
Tari tunggal yang tidak menggambarkan tokoh
secara tematik ada beberapa macam, yakni tema
keprajuritan, tema binatang, menggambarkan gadis yang
sedang bersolek, dan lain sebagainya. Contoh tari tunggal
non tokoh yang bertema keprajuritan : tari Prawiroguna, tari
Prawiro Watang, dan tari Eko Prawiro dari Surakarta Jawa
tengah. Sedangkan contoh tari tunggal non tokoh yang
bertema binatang yaitu : tari Merak (Jawa Barat), tari
Kukilo dan tari Kelinci (Surakarta) Jawa Tengah). Tari
tunggal non tokoh dengan tema atau menggambarkan gadis

18
remaja yang sedang bersolek adalah tari Gambyong dan tari
Golek dari Surakarta dan Yogyakarta.
Tentunya masih ada beberapa contoh tari yang lain
dan daerah yang lain pula yang menggambarkan ketiga
tema di atas. Berkaitan dengan tari tunggal, secara
koreografis ditarikan satu orang, namun untuk non tokoh
bisa bahkan sering ditarikan oleh lebih dari dua penari
bahkan masal, coba anda analisa dari ketiga tema di atas,
secara artistik apakah memungkinkan atau bahkan lebih
indah apabila tari tinggal non tokoh ditarikan secara
kelompok atau masal.

2) Tari Berpasangan
Jenis tari ini tercipta untuk ditarikan secara berpasangan atau dua
penari, bisa putra semua, bisa putri semua, maupun putra dan
putri. Ciri yang harus anda ketahui adalah kedua penari harus
mempunyai komunikasi gerak, bisa berupa gerak yang
menggambarkan percintaan atau menggambarkan peperangan.
Hal inilah yang membedakan tari berpasangan dengan tari
tunggal yang ditarikan dua penari. Ada persamaan antara tari
tunggal dengan berpasangan, yaitu sama-sama bisa ditarikan
secara masal.

a) Tokoh
Tari berpasangan juga menggambarkan tokoh tertentu.
Tokoh dalam tari berpasangan bisa berbagai macam tokoh
sesuai dengan tema dan cerita yang melatarbelakngi tari
berpasangan tersebut.
Secara tematik, tari berpasangan yang menggambarkan
tokoh bertema perang dan percintaan. Contoh tari
berpasangan bertema perang, yaitu: tari Bambangan Cakil

19
(Surakarta) menggambarkan peperangan antara satria dengan
raksasa tokoh yang digambarkan putra semua, tari Srikandi
Suradewati (Yogyakarta) menggambarkan tokoh Srikandi
dengan tokoh Suradewati.

Foto: 1.1.14. Tari Srikandi Surodewati


Sumber:https://myimage.id/beksan-srikandi-suradewati/
b) Non Tokoh
Tari berpasangan non tokoh di Indonesia mempunyai
beberapa tema, seperti perang dan binatang. Tema perang
banyak dijumpai dalam tari Jawa seperti tari Bondoyudo dari
Surakarta, sedangkan tari Cendrawasih merupakan tari
berpasangan dengan tema binatang yang berasal dari Bali.

Foto:1.1.15. Tari Cendrawasih dari Bali


Sumber: https://blogkulo.com/

3) Tari Kelompok
Jenis tari ini ditarikan oleh empat orang penari atau lebih
dimana antar penanari terjalin komunikasi gerak yang telah

20
tertata. Tari kelompok bisa ditarikan penari putri semua, putra
semua atau campuran dengan tema bermacam-macam.

a) Tokoh
Tari kelompok yang diciptakan untuk menggambarkan
cerita tertentu yang di dalam cerita tersebut terdapat
penokohan yang harus diperankan oleh penari. Tari Wira
Pratama dari Surakarta contohnya. Tokoh wayang yang
terdapat dalam tari ini adalah Abimanyu, Irawan, Gatotkaca
dan Antaseno. Sedangkan sendratari adalah tari kelompok
yang menggambarkan penokohan dengan membawakan cerita
tertentu dengan jumlah penari tidak menentu tergantung cerita
yang dibawakan

Foto: 1.1.16. Sendratari Kresna Dwipayana dari Bali


Sumber: http://rakyatjateng.fajar.co.id/

b) Non Tokoh
Tari kelompok non tokoh tidak memvisualisasikan
tokoh secara jelas, yang biasanya tokoh tersebut mempunyai
ciri yang berbeda dengan penari lainnya, baik dari segi rias
busana hingga gerakannya. Sedangkan non tokoh semua
pemain memerankan satu karakter yang mencerminkan tema
tarinya. Contoh tari kelompok non tokoh adalah tari Bedaya,

21
Serimpi dari Yogyakarta dan Surakarta, dan di Sumatera ada
tari Kipas Surumpun dan tari Saman dari Aceh.

Foto: 1.1.17 . Tari Kipas Serumpun


Sumber: https://www.silontong.com/

c. Jenis Tari menurut Genre Pertunjukan


Jenis tari ini sangat benyak dan contoh-contoh yang tertulis di
bawah ini hanya merupakan sebuah konsep, dan para seniman tari
bisa berkarya dengan menggunakan konsep tersebut

1) Bedaya
Secara umum tari Bedaya adalah sebuah tarian sakral dari
kraton yang ditarikan oleh sembilan penari dengan durasi yang
sangat panjang. Tari ini mempunyai simbol-simbol yang bisa
dijadikan konsep penggarapan jenis tari bedaya baru dengan
durasi yang lebih pendek. Simbol-simbol tersebut antara lain
pola lantai (garudha nglayang, jejer wayang, montor mabur,
urut kacang), maupun konsep garap penokohan yang tidak
terlihat karena semua penari menggunakan kostum yang sama.

22
Foto: 1.1.18. Tari Bedaya gaya Yogyakarta
Sumber: https://www.kompasiana.com/

Berkaitan dengan hal tersebut munculah tari “Bedaya


Retno Dumilah” karya S. Ngaliman dari Surakarta, tari “Bedaya
Gendheng” karya Bagong Kussudiardja, Bahkan muncul tari
dengan konsep bedaya dan ditarikan oleh laki-laki semua, yaitu
tari “Bedaya Diradameta”.

Foto: 1.1.19. Tari Dirodometo dari Mangkunegaran


Sumber:https://hot.detik.com/

2) Srimpi
Sama halnya dengan tari Bedaya, tari Srimpi dengan
sejumlah ciri dimiliki bisa menjadi konsep untuk diciptakannya
tari baru dengan konsep serimpi. Salah satu cirinya adalah
ditarikan oleh empat orang penari dan menggambarkan perang.

23
Foto: 1.1.20. Tari Srimpen Manggala Retno
Sumber:https://www.romadecade.org/tari-serimpi/#!

3) Wireng
Genre tari wireng adalah jenis tari berpasangan yang
mempunyai sejumlah ciri sebagai berikut.
a) Jumlah penari dua orang atau lebih bahkan bisa masal
dengan berpasangan
b) Struktur penyajiannya : Maju Beksan, Beksan 1, Perang,
Beksan 2, dan Mundur Beksan
c) Gerak penari sama
d) Kostum sama
e) Bertema Perang, namun tidak ada yang menang dan kalah

Contoh tari wireng adalah Bondoyudo, Kridha Warastra, dan


Bondoboyo. Dengan konsep tersebut sangat mungkin diterapkan
untuk terciptanya tari konsep wireng di daerah di luar tari Jawa.

Foto: 1.1.21. Tari Wireng Bondoyudo


Sumber: https://myimage.id/

24
4) Pethilan
Pethilan adalah sebuah tari yang memenggal atau
mengambil sebagian dari sebuah cerita tertentu. Tari ini
umumnya berpasangan dan menggambarkan tokoh taertentu
sesuai dengan cerita yang dibawkan. Contoh : tari Bambangan
Cakil dalam Perang Kembang yang mengambil sebagian cerita
dalam pertunjukan Wayang Orang. Tari Yudasmoro
menggambarkan Priyambodo Mustokoweni dalam cerita Jamus
Kalimosodo.

Foto: 1.1.22. Tari Bambangan Cakil


Sumber: http://www.negerikuindonesia.com/

Dalam tari gaya Yogyakarta istilah pethilan tersebut sering


disebut dengan beksam.

5) Sendratari
Sendratari merupakan tari kelompok, mengambil dari
cerita tertentu serta tidak menggunakan dialog atau tembang.
Sendratari Ramayana sebagai contoh. Atau sendratari-sendratari
lain yang menggunakan cerita selain Ramayana

25
Foto: 1.1.23. Salah satu adegan dalam Sendratari Ramayana
Sumber: https://www.pegipegi.com/

6) Dramatari
Dramatari adalah sebuah pertunjukan tari dengan sejumlah ciri
sama dengan sendrataru, tetapi menggunakan dialog, tembang
atau nyanyian. Sebagai contoh Pertunjukan Wayang Orang
dengan menggunakan dialog, Langendriyan, Langen Mandra
Wanara, dan Pertunjukan Opera di Eropa menggunakan tembang
atau nyanyian.

Foto: 1.1.24. Pertunjukan Wayang Orang Sriwedari


Sumber: https://www.solopos.com/

26
Foto: 1.1.25. Pertunjukan Opera
Sumber:https://www.kapanlagi.com/

3. Fungsi Tari
Tari dan masyarakat tidak dapat dipisahkan, karena di dalam
masyarakat dimana tari tumbuh dan berkembang pasti mempunyi
fungsi-fungsi tertentu. Secara umum tari mempunyai bermacam-
macam fungsi dalam kehidupan manusia. Tari dapat berfungsi sebagai
sarana dalam upacara-upacara, baik itu upacara adat, upacara
keagamaan, upacara penobatan raja, dan sebagainya. Tari juga
berfungsi sebagai ungkapan rasa kegembiraan dengan munculnya tari-
tari pergaulan. Kemudian yang terakhir, tari bisa berfungsi sebagai seni
tontonan.
Menurut Soedarsono, di Bali, tari sebagai sarana untuk upacara
keagamaan, dan hampir semua upacara keagamaan yang ditujukan
para dewa menggunakan dan dipenuhi tari-tarian. Di daerah lain tari
juga digunakan sebagai sarana untuk upacara kelahiran, memotong
gigi, memotong rambut yang pertama, kedewasaan, perkawinan. Tari
sebagai upacara adat atau upacara keagamaan mempunyai sifat yang
magis. Seperti tari Sang Hyang Jaran di Bali.

27
Foto: 1.1.26. Tari Sang Hyang Jaran
Sumber: https://bali.idntimes.com/

Tari pergaulan sebagai tari yang bersifat sosial biasanya berupa


tari berpasangan muda mudi. Di Banyumas Jawa Tengah muncul tari
Cepet cipit dan tari Bongkel, di daerah Jawa Tengah yang lain muncul
tari Tayuban, di daerah Ngawi muncul tari Orek-orek. Tari Tayub di
daerah tertentu di samping sebagai tari pergaulan juga bisa berfungsi
sebagai tari untuk upacara kesuburan dan upacara bersih desa.

Foto: 1.1.27. Tari Orek-orek


Sumber:http://komunitasrahayat.blogspot.com/

Tari sebagai seni tontonan atau seni pertunjukan lebih


mengutamakan sebagai tontonan estetis dan akan memberikan hiburan
kepada penonton. Pertunjukan tari sebagai tontonan biasanya
mempunyai persiapan yang matang karena melalui penataan gerak,
dan unsur-unsur pendukungnya secara estetis akan sangat dinikmati
oleh penonton.
Pada perkembangan dewasa ini, hampir semua sebagai tontonan
atau pertunjukan yang berkualitas, sehingga tari yang semula berfungsi

28
sebagai tari untuk upacara maupun pergaulan dikemas sebagai seni
tontonan yang menarik untuk dilihat. Dicontohkan disini tari Nir
sengkala, yang penggarapannya mengacu pada tari Edan-edanan di
kraton Yogyakarta. Tari Edan-edanan mulanya sebagai tarian adat
untuk upacara perkawinan, kemudian diangkat sebagai materi untuk
digarap dan dikembangkan dalam even parade tari daerah di
Yogyakarta.

Foto: 1.1.28. Tari Nir Sengkala


Sumber: http://pst.fbs.uny.ac.id/

B. PENGERTIAN PEMBELAJARAN TARI


Semakin berkembang teori pembelajaran hendaklah disertai
dengan kualitas pelaksanaan pembelajaran, seorang guru yang mampu
memahami teori pembelajaran harus mampu pula mengaplikasikannya
dalam proses belajar dan pembelajaran. Pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa. Pembelajaran akan
efektif dan efisien apabila dalam rancangan maupun pelaksanaan
memperhatikan teori belajar yang menjelaskan bagaimana manusia
belajar.
Dalam artikel yang berjudul “Berbagai teori belajar dan
pembelajaran (masalalu, kini, dan masa depan)” membagi teori belajar
menjadi beberapa bagian:
1. Teori belajar behavioristik.
Dalam teori ini proses pembelajaran lebih mementingkan pada
stimulus (rangsangan) dan respon yang dilakukan oleh siswa.

29
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika iadapat menunjukan
perubahan tingkah lakunya. Seorang pendidik dapat memberikan
stimulus berupa apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan
belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal yang dapat ditangkap
melalui alat indera. Menurut Watson, belajar adalah proses interaksi
antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud
harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur. Jadi,
dalam dalam teori ini stimulus yang diberikan harus memberikan
perubahan tingkah lakupada sisiwa yang mudah diamati. Semakin
terpenuhinya kebutuhan material akan berpeluang besar keberhasilan
proses pembelajaran. Selanjutnya yaitu menurut Edwin Guthrie, ia
menjelaskan bahwa hubungan antara stimulus dan respon cenderung
hanya bersifat sementara. Dalam kegiatan belajar peserta didik harus
selalu diberikan stimulus agar hubungan antara stiumulus dan respon
bersifat lebih tetap. Keberhasilan proses belajar tidak hanya dari
kualitas stimulus dan respon tetapi ada hal penting taitu proses
pemberian hukuman (Punishment).

2. Teori belajar kognitif


Teori Kognitif mempunyai pandangan bahwa belajar atau
pembelajaran adalah suaatu proses yang menitikberatkan proses
membangun ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-
aspek yang bersifat intelektialitas lainya.Menurut Praget,
perkembangan kognitif seseorang adalah suatu proses yang bersifat
genetik, semakin tambahnya umur seseorang mengakibatkan
kompleksnya susunan sel-sel saraf dan juga semakin
meningkatkemampuannya,nkhususnya dalam kuallitas intelektual
(kognitif).Jika semakin matang umur seseorang maka akan semakin
bisa menerima pelajaran yang dianggap lebih sulit.

30
3. Teori belajar konstruktivisme
Teori ini merupakan teori dari Piaget. Menurut cara pandang
teori konstruktivisme belajar adalah proses untuk membangun
pengetahuan, melalu pengalaman nyata dari lapangan. Siswa akan
memiliki pengetahuan dangan cepat jika ia belajar langsung dari realitas
yang ada dalam masyarakat. Penekanan teori konstruktivisme adalah
proses untuk menemukan teori yang dibangun dari realitas
lapanganbukan untuk membangun kualitas kognitif siswa. Kita akan
lebih paham dengan sesuatu hal jika kita sendiri terlibat atau
mengalaminya sendiri. Peran guru menurut teori konstruktivisme
adalah sebagai fasilitator atau moderator. Guru bukan lah satu-satunya
sumber belajar yang harus ditiru, murid juga bukan orang yang bodoh
yang selalu meniru dan mengikuti ucapan dan tindakan gurunya. Dalam
proses pembelajaran siswa dituntuk aktif melakukan kegiatan dan
berpikir menyusun konsep dan member makna tentang hal-hal yang
sedang dipelajari. Siswa diberi kebebasan untuk mengemukakan ide-
idenya karena siswa dianggap sebagai manusia dewasa yang sudah
memiliki pengetahuan awal yang dipelajari.

4. Teori belajar humanistik.


Teori ini menjelaskan bahwa proses belajar harus dimulai dan
ditunjukan untuk kepentingan memanusiakan manusia(proses
humanisasi). Sehingga lebih menekankan pada bagaimana memahami
persoalan manusia dari berbagai dimensi yang dimiliki, baik dimensi
kognitif affektif dan psikomotorik. Dalam teori ini biasanya
menerapkan metode diskusi dalam pembelajaran.
(https://www.kompasiana.com

C. KEGIATAN PEMBELAJARAN TARI


Tari Dalam pembelajaran tari, dapat dilakukan melalui beberapa
kegiatan pembelajaran, yaitu apresiasi tari, ketrampilan tari, dan kreasi tari.

31
1. Apresiasi Tari
Secara umum pengertian apresiasi dapat diartikan sebagai
penghargaan, karena kata apresiasi berasal dari bahasa latin yaitu
apreciatio yang berarti menghargai. Penghargaan biasanya
berhubungan dengan suatu karya seni atau karya sastra. Seperti yang
sering kita dengar kalimat berikut: kami sangat apresed terhadap karya
seni yang telah anda ciptakan. Seseorang bisa menilai dan menghargai
katya seni pasti mempunyai modal untuk melakukan penilaian.
Pada awalnya orang melihat pertunjukan tari, sering
berkomentar siapa penarinya. Semakin sering melihat pertunjukan tari,
sering pula orang berkomentar bagaimana dia menari. Selanjutnya
secara detail mulai bisa tertarik dan bisa merasakan pertunjukan tari.
Terakhir bisa berkomentar tentang tari yang dilihat bahkan menilainya.
Sehingga menurut Verbeek pengertian apresiasi adalah suatu kesadaran
untuk menilai lewat penghayatan suatu karya seni dengan
memberdayakan seluruh pribadiyang melibatkan perasaan,
pengalaman, keinginan, dan anggapan seseorang. Bagi apresiator untuk
mencapai tingkat penghayatan pasti didahului dengan kegiatan
pengamatan, aktivitas nyata seperti ikut melakukan kegiatamn menari
sebagai pengalaman estetis, penghayatan baik sebagai pelaku maupun
pengamat, yang terakhir bisa melakukan penilaian atau kritik.
Bagaimana penilaian terhadap penari? Tentunya bisa dilihat
dari penguasaan teknik gerak (wiraga) yang dilakukan penari,
penguasaan irama oleh penari yang terdiri dari kemampuan menguasai
irama gerak dan ritme gerak (wirama), yang terakhir penghayatan
penari terhadap tari yang dibawakan (wirasa). Selanjutnya bagaimana
penilaian terhadap karya tari? Pengamatan yang dilakukan adalah
tentang bentuk koreografinya, kesesuaian tema dengan gerak dan
busana, harmonisasi musik dengan gerak tarinya, suasana garap tari
yang dibangun oleh ilustrasi musiknya.

32
Setelah melalui pengamatan yang mendalam, akan timbul
keinginan dan ketertarikan untuk melakukan apa yang pernah dilihat
dan diamati, akhirnya akan bisa merasakan apa yang pernah diamati
dan dilakukan. Pada bagian akhie sebuah apresiasi adalah mampu
melaukan penilaian maupun kritik terhadap tari yang diamati baik itu
darisegi kepenariannya maupun dari sisi kekaryaan.
Tentunya tahap-tahap dalam apresiasi tersebut tidak hanya
mengamati tari secara teknis saja, tapi sangat penting untuk diamati
nilai dan makna yang terkandung dalam tari tersebut. Coba anda
saksikan tari Saman dari Aceh, nilai apa yang tersirat dalam gerakan
tarinya. Di samping ada nilai keagamaan dalam syairnya tentu ada nilai
lainnya, seperti kebersamaan dan kerjasama. Nilai kebersamaan sangat
tampak dalam gerakan tari Saman yang sangat serempak, hal ini
dibutuhkan latihan yang membutuhkan kerjasama yang baik. Coba
anda amati dan anda analisis dengan tari lainnya yang ada di nusantara,
nilai apa yang tersirat dalam di dalamnya.

2. Ketrampilan Tari
Bagian ini menyangkut pertanyaan pada bagian apresiasi di
atas, bagaiamana dia menari? Artinya bagaimana penari menguasai
ketrampilan menari dengan baik. Menurut Nasution ketrampilan adalah
hasil belajar dari ranah psikomotorik yang terbentuk menyerupai hasil
belajar kognitif atau kemampuan mengerjakan dan melaksanakan
sesuatu dengan baik. Ketrampilan menari berarti kemampuan
mengerjakan atau melaksanakan kegiatan menari dengan baik. Dalam
hal ini bisa menari itu mudah, lalu bagaimana cara menari dengan baik.
Kalau dalam tari gaya Surakarta harus menguasai delapan norma estetis
yang ada dalam konsep Hasta Sawanda, yang terdiri dari pacak, pancat,
ulat, lulut, luwes, wiled, irama, dan gendhng. Di Bali penari harus
menguasai tandak, tandang dan tangkep. Sedangkan di Yogyakarta
penari harus mengacu pada Joged Mataram yang terdiri dari sawiji,

33
greged, sengguh, dan ora mingkuh. Apabila kita simpulkan penari harus
menguasai wiraga, wirama, dan wirasa. Pertama penari harus
mempunyai kemampuan teknik menari yang baik. Teknik menari yang
baik di daerah tertentu ada pakem yang harus diterapkan sehingga akan
menghasilkan tingkat keindahan gerak yang bagus. Apabila tidak ada
pakem untuk menari, paling tidak penari harus menguasai teknik
kekuatan, kelenturan, kecepatan dan keseimbangan. Kedua, berbekal
penguasaan teknik penari juga harus paham dan bisa
mengimplementasikan keterkaitan dan keterikatan antara gerak tari
dengan irama musik. Perlu kita ketahui bersama bahwa irama atau
hitungan gerak kadang sangat terikat dengan irama musiknya, seperti
dalam tari Jawa. Tetapi juga harus bisa menguasai gerak apabila
musiknya tidak mengikat hitungannya. Ketiga, penari harus mampu
menghayati atau menguasai teknik penjiwaan tari. Dalam hal ini penari
harus memahami tema tari yang dibawakan, kemudian diungkap
melalui gerakan dalam tarian yang dilakukan. Penari juga mampu
menafsirkan dan memberi isi atau makna pada setiap motif gerak sesuai
dengan tema tarian. Di samping itu penari juga mempunyai kepekaan
terhadap suasana yang dibangun melalui ilustrasi musik yang
mengiringi tarinya.
Dalam proses pembelajaran ketrampilan tari, secara detail harus
dipelajari teknik gerak yang didasari oleh kemampuan teknik olah
tubuh yang baik, kemudian harus sense of music, dimana pembelajaran
tentang musik menyangkut masalah irama, tempo, dan ritme harus
detail. Sedangkan yang terakhir mempelajari teknik penjiwaan tari
dengan menelaah tema, menafsir atau mengintepretasikan yang
selanjutnya memberikan isi atau makna baik itu motif geraknya,
karakter geraknya, atau karekter penokohannya. Selain itu juga
didalami kepekaan terhadap rasa musiknya. Untuk mencapai itu semua
membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga sabar dan tekun
adalah karakter harus dimiliki oleh para pembelajar tari.

34
Dalam hal ini kita bisa menggunakan pembelajaran seperti Ilmu
Pengetahuan Alam tentang Metamorfosis. Bagaimana proses yang
terjadi dari kepompong hingga menjadi kupu-kupu yang bisa terbang
tinggi. Demikian halnya bila kita ingin menjadi penari yang hebat dan
dikenal se antero jagad, maka kita akan melalui proses yang cukup
panjang. Karya tari yang tercipta juga tidak mudah, tetapi melaui proses
serta tahap demi tahap untuk mewujudkannya. Dimulai dari proses
pencarian ide atau , pencarian gerak yang sesuai tema, hingga
pembentukan gerak.

3. Kreasi Tari
Kreasi adalah sebuah nomina (kata benda) dan merupakan
sebuah sinonim untuk kata karya. Kata ini diambil dari bahasa Latin
berdasarkan kata verbal: create yang artinya menciptakan. Kreasi tari
bisa diartikan sebagai sebuah kegiatan menciptakan tarian. Kegiatan
mencipta tari tentunya ada kreator yaitu penata tari. Menurut Doris
Humphery penata tari adalah orang yang merancang, mengatur, dan
membuat karyanya efektif di atas pentas melalui penarinya. Sedangkan
penari menurut Sal Murgiyanto adalah orang yang mempunyai
penguasaan teknik tari yang baik, karena hal itu merupakan pendukung
utama untuk mewujudkan pertunjukan karya tari yang baik pula.
Mencipta tari tentunya ada beberapa hal yang perlu diketahui,
yang paling utama adalah adanya ide atau gagasan. Ide bisa
menyangkut pada beberapa elemen atau unsur kreativitas tari. Pertama
adalah gagasan tentang tema tari. Tema menurut Doris Humphrey bisa
dipilih masalah yang sederhana, yang benar-benar akrab dan berada
dalam jangkauan pengalaman. Tema adalah sesuatu yang sangat
penting dan sangat membingkai kreativitas tari agar tidak melebar
kemana-mana. Tema berasal dari dan sangat dekat dengan kehidupan
kita, misalkan tema binatang, kepahlawanan, percintaan, biografi atau

35
potret pribadi atau orang lain, maupun tema tentang kehidupan sosial
kita.
Kedua corak garapan tarinya apakah berbasis tradisional
(primitif, kerakyatan, atau klasik), modern (kreasi baru dan
kontemporer), atau postmodern. Ketiga tipe garapan tari yang bisa
mengacu pada konsep tari serimpi, bedaya, wireng, pethilan, sendratari,
atau dramatari, mungkin juga membuat genre sendiri. Ketiga elemen
tersebut akan menjadi dasar dan pedoman dalam proses penciptaan
gerak, iringan, rias, dan busana. Tapi tidak menutup kemungkinan
membuat pola-pola yang baru namun dengan konsep yang jelas.
Setelah proses pencarian ide dan konsep garapan didapat,
selanjutnya tinggal memikirkan atau merancang metode atau proses
penciptaannya. Dalam proses penciptaan tari, dilakukan melalui
beberapa tahap yang terdiri dari: tahap eksplorasi, improvisasi, evaluasi
dan komposisi.

 Contoh-Non Contoh/ Ilustrasi


Perhatikan gambar di bawah ini!

Foto: 1.1.29. Tari Pendet dari Bali


Sumber: https://www.17sekians.com/

36
Foto: 1.1.30. Tari Gambyong dari Jawa Tengah
Sumber: https://www.ilmusiana.com/

Kalau kita lihat secara sekilas kedua gambar tersebut (tari Pendet dan tari
Gambyong) ditarikan oleh secara berkelompok. Benar tidak apabila kedua
tarian di atas secara koreografis termasuk dalam tari kelompok. Coba kita
cermati lebih mendalam kedua gambar di atas berkaitan hubungan antar
penari. Hubungan antara penari yang satu dengan penari lainnya pada kedua
gambar di atas tidak memiliki komunikasi gerak, sehingga kalau kedua
tarian di atas dikatakan sebagai tari kelompok adalah tidak benar. Tari
Pendet dan tari Gambyong secara koreografis termasuk dalam tari tunggal,
namun tarian ini sering dilikukan secara kelompok, mengingat tari tunggal
secara artistik terlihat lebih indah apabila ditarikan secara kelompok.

 Forum Diskusi
Sebutkan satu contoh tari di daerah anda dan jelaskan tari tersebut menurut
corak garapannya, koreografinya dan fungsinya dengan mengacu atau
mempertimbangkan teori dan ciri-ciri yang terkandung di dalam tari
tersebut!

37
Penutup
RANGKUMAN

a. Konsep tari yang kita pelajari meliputi pengertian tari, jenis-jenis tari, dan
fungsi tari. Pengertian tari mengacu pada definisi dari tokoh-tokoh tari
yang semuanya mengatakan gerak sebagai substansi bakunya. Gerak
sendiri mencakup tentang tenaga, ruang, dan waktu. Selain itu gerak
dipandang sebagai seni tari yang sempurna apabila menyatu dengan
unsur irama dan ekspresi. Jenis-jenis tari dibagi menjadi beberapa bagian,
yaitu: jenis tari menurut corak garapannya, koreografinya, dan menurut
genre pertunjukannya. Sedangkan fungsi tari, ada tiga bagian di
dalamnya, tari sebagai sarana upacara, tari sebagai ungkapan
kegembiraan (tari pergaulan), tari sebagai tontonan.

b. Pembelajaran tari berorientasi pada pengertian pembelajaran tari dan


kegiatan dalam pembelajaran tari. Pengertian pembelajaran tari memuat
definisi-definisi dari para tokoh, dimana dalam pembelajaran tari harus
ada pembelajar, pengajar, bahan ajar (tari), dan metode pembelajaran.
Sedangkan kegiatan pembelajaran tari mencakup tentang apresiasi tari,
ketrampilan tari, dan kreasi tari.

38
DAFTAR PUSTAKA

Goldberg, Merryl. (1997). Arts and Learning An Integrated Approach to Teaching


and kearning in Multicultural and Multilingual Settings. New York,
Longman.

Hadi, Y. Sumandiyo, (2006). Seni Dalam Ritual Agama. Yogyakarta, Penerbit


BUKU PUSTAKA.

Huda, Miftahul. (2013). Model-model Pembelajaran dan PengajaranIsu-isu


Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Soedarsono. (1978). Diktat Pengantar Pengetahuan dan Komposisi Tari.


Yogyakarta, Akademi Seni Tari Indonesia

_________, (1977). Tari-tarian Indonesia I. Jakarta, Proyek Pengembangan Media


Kebudayaan , Direktorat Jendral Kebudayan , Departemen apendidikan dan
Kebudayaan.

Sumardjo, J, & Saini K.M. (1994). Apresiasi Kesusastraan. Jakarta. PT Gramedia.

Sumber Internet:

https://brainly.co.id/tugas/13984399/

http://andri_mz.staff.ipb.ac.id/jaran-kepang/

https://m.medcom.id/internasional/amerika/lKY1B9xK-masyarakat-meksiko-
gemari-tari-tradisional-indonesia

https://blogkulo.com/reog-ponorogo-jawa-timur/

https://www.17sekians.com/mengenal-tari-pendet-tari-suci-untuk-menyambut-
dewa/

https://www.ilmusiana.com/2019/07/tari-gambyong-berasal-dari-jawa-
tengah.html

https://www.youtube.com/watch?v=NgpqCOFZlzc

https://www.kompasiana.com/achmadeswa/5af44ab7dd0fa86db8060bd2/menguak-
filosofi-jawa-dalam-tari-bedaya-dan-serimpi?page=all

39
https://www.solopos.com/salut-gairah-muda-lestarikan-wayang-orang-sriwedari-
dengan-inovasi-832314#

https://www.kompasiana.com/ulfa_pgsd_kebumen/55003e2ba33311377251023c/t
eori-teori-pembelajaran-dan-analisisnya

40

Anda mungkin juga menyukai