Oleh :
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini ini
dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Isolasi
Senyawa Bioaktif dan Senyawa Marker. Saya mengucapkan terimakasih kepada
dosen pengajar yang telah memberi arahan tentang penyusunan makalah ini.
Selain itu saya mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak lain yang telah
membantu dalam pengerjaan makalah ini.
Akhirnya saya menyadari bahwa penyusunan makalah ini belum
sempurna, baik dari segi fisik maupun isi yang terkandung di dalamnya. Oleh
karena itu, saya mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari para
pembaca sebagai masukan untuk kesempurnaan makalah ini. Saya berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Semoga Allah SWT selalu
melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Hlm
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................2
BAB II TEORI SINGKAT.............................................................................3
A. Pucuk merah (Syzygium campanulatum Korth.)..................................3
B. Antosianin.............................................................................................4
BAB III METODE PENELITIAN................................................................7
A. Alat dan Bahan.....................................................................................7
B. Prosedur Penelitian...............................................................................7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................9
BAB V PENUTUP...........................................................................................19
A. Kesimpulan...........................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
iv
Penggunaan zat warna saai ini sudah semakin luas, terutama dalam
makanan dan minuman, karena warna makanan memberikan daya tarik bagi
konsumen. Zat warna sintetik lebih sering digunakan karena keuntungannya
antara lain stabilitasnya lebih tinggi dan penggunaannya dalam jumlah kecil sudah
cukup memberikan warna yang diinginkan, namun pengunaan zat warna sintetik
khususnya yang bukan untuk makanan dapat mengakibatkan efek samping yang
bersifat karsinogenik (Mujahidin et al., 2015).
Dalam kehidupan sehari-hari manusia membutuhkan makanan yang
bergizi, sehat dan tidak banyak mengandung zat kimia. Salah satunya warna pada
makanan merupakan salah satu daya tarik bagi konsumen. Namun sangat
disayangkan apabila pewarna makanan yang digunakan adalah pewarna sintetis.
Pewarna makanan sintetis membuat konsumen khawatir terhadap aspek keamanan
pangan. Antosianin sendiri banyak terdapat dalam buah, bunga, dan daun yang
memberikan warna merah sampai biru. Salah satu tumbuhan yang diduga
mengandung antosianin adalah buah dari tanaman pucuk merah (Syzygium
campanulatum Korth). Tanaman ini satu famili dengan tanaman jambu-jambuan
yaitu tergolong famili Myrtaceae. Kandungan antosianin yang diduga terdapat
dalam buah bewarna merah kehitaman dari tanaman pucuk merah berpotensi
sebagai antioksidan alami dan sumber pewarna alami yang bermanfaat bagi
kesehatan (Santoni et al., 2013).
B. Rumusan Masalah
- Bagaimana proses isolasi senyawa antosianin?
- Bagaimana hasil yang di peroleh dari isolasi senyawa antosianin?
C. Tujuan
- Untuk mengetahui proses isolasi senyawa antosianin
- Untuk mengetahui hasil yang di peroleh dari isolasi senyawa antosianin
v
BAB II
TEORI SINGKAT
vi
Subsivisi : Angiospermae
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Familia : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Spesies : Syzygium campanulatum Korth.
B. Antosianin
Pigmen antosianin adalah pigmen yang bersifat larut air, terdapat dalam
bentuk aglikon sebagai antosianidin dan glikon sebagai gula yang diikat secara
glikosidik. Bersifat stabil pada pH asam, yaitu sekitar 1-4, dan menampakkan
warna oranye, merah muda, merah, ungu hingga biru (Saati et al., 2011).
Secara kimia semua antosianin merupakan turunan suatu struktur aromatik
tunggal, yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan
penambahan atau pengurangan gugus hidroksil atau dengan metilisasi atau
glikosilasi (Harborne, 1987). Secara kimiawi antosianin bisa dikelompokkan
dalam golongan flavonoid. Senyawa golongan flavonoid termasuk senyawa polar
dan dapat diekstraksi dengan pelarut yang bersifat polar pula. Kondisi asam akan
mempengaruhi hasil ekstraksi. Antosianin stabil pada pH 3,5 dan suhu 50°C
mempunyai berat molekul 207,08 gram/mol dan rumus molekul C15H11O
(Fennema, 1996). Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas antosianin yaitu
pH, enzim, cahaya, oksigen, suhu, oksidator, penyimpanan. Pelarut yang
digunakan adalah air dan asam sitrat, dimana senyawa antosianin dan pelarut
aquades memiliki sifat polar dan air mempunyai tingkat kepolaran yang tinggi.
Serta penggunaan pelarut asam yang dapat merusak jaringan tanaman.
vii
Struktur dasar antosianidin
viii
penggunaan warna alami mempunyai keterbatasan antara lain: (1) seringkali
memberikan rasa dan flavor khas yang diinginkan, (2) konsentrasi yang rendah,
(3) stabilitas pigmen yang rendah, (4) keseragaman warna yang kurang baik, dan
(5) spektrum warna yang tidak seluas seperti pewarna sintetis (Saati et al., 2016).
Turkan Kutlu, dkk (2009) melaporkan sifat antioksidan dari antosianin
yang terkandung dalam ekstrak mulberry, dimana aktivitas antioksidan pada
spesies mulberry secara umum diperankan oleh senyawa fenolik khususnya
antosianin. Mayoritas antosianin yang terdapat dalam mulberry adalah sianidin-3-
O-glukosida dan sianidin-3-O-rutinosida, yang dilaporkan mempunyai efek
menghambat terhadap migrasi dan invasi pada sel kanker paru-paru, sianidin-3-O-
sophorosid pelargonidin-3-O-glukosida, dan pelargonidin-3-O-rutinosida.
ix
BAB III
METODE PENELITIAN
x
asam sitrat (pH 1,68), maserasi dilakukan dalam botol bewarna gelap,
selama semalam pada suhu ruang, kemudian ekstrak disaring dan
maserasi dilakukan berulang. Ekstrak tersebut kemudian di rotary
evaporator, sehingga didapatkan ekstrak pekat. Untuk keperluan analisis
ekstrak pekat tersebut disimpan dalam botol tertutup yang dilapisi dengan
aluminium foil pada lemari es dengan suhu -4°C.
Analisa Antosianin
Keempat jenis ekstrak tersebut dilakukan: variasi konsentrasi dari
konsentrasi 0,1%, 0,2 %, 0,3%, 0,4%, dan 0,5% variasi pH yaitu pH
1, pH 3, pH 5, pH 7, dan pH 9. variasi suhu yaitu 30°C, 45°C, 60°C,
75°C, 90°C, dan 100°C. Kemudian masing-masing ekstrak di analisa
dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan panjang
gelombang 250 - 700 nm. Data yang diperoleh dibandingkan dengan
data yang terdapat pada literatur.
Penentuan Kadar Total
Antosianin Kadar total monomer antosianin dan kadar total
antosianin dalam sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus
:
Dimana :
MW = Berat molekul sianidin-3-o-glukosida (g/mol)
DF = Faktor pengenceran
ɛ = absorptivitas molar (L x mol-1 x cm-1)
b = tebal kuvet (1 cm)
1000 = Pengubahan g menjadi mg
2. Uji Antioksidan dengan Metode
Pemeriksaan Aktivitas Antioksidan dilakukan dengan metoda
DPPH dan diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
xi
gelombang 515 nm, Aktivitas antioksidan sampel ditentukan oleh
besarnya hambatan serapan radikal bebas melalui perhitungan persentase
inhibisi serapan 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil dengan menggunakan rumus :
|Kontrol|−|Sampel|
% Inhibisi= X 100 %
|Kontrol|
BAB IV
xii
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa senyawa antosianin yang
terkandung didalam buah pucuk merah lebih stabil dan mudah larut dalam
metanol + 3 % asam sitrat dan akuades + 3% asam sitrat yaitu berturut turut
20,03 g/100g dan 19,32 g/100g. Hal ini berarti senyawa antosianin yang
terkandung dalam buah pucuk merah memiliki kepolaran yang hampir sama
dengan metanol sehingga lebih banyak terekstrak dengan menggunakan pelarut
metanol. Jenis asam juga mempengaruhi kestabilan antosianin, dimana antosianin
buah pucuk merah lebih stabil dalam kondisi asam menggunakan asam organik
yaitu asam sitrat, karena kemungkinan penggunaan asam yang kuat
memungkinkan hidrolisis glikosida antosianin.
xiii
Berikut merupakan spektrum dari senyawa antosianin yang diekstrak dari
buah pucuk merah dapat dilihat pada gambar 4.
xiv
Analisa Terhadap Perlakuan Konsentrasi
Variasi konsentrasi dilakukan dari 0,1%, 0,2%, 0,3%, 0,4%, dan 0,5%
(v/v) untuk keempat ekstrak tersebut. Spektrum variasi konsentrasi dari keempat
ekstrak dapat dilihat pada gambar 6.
xv
Ekstrak pada keadaan asam pH 1 dan pH 3 adalah bewarna merah, hal ini
menandakan antosianin masih stabil dalam kisaran pH 1-3, yaitu masih dalam
bentuk ion oxonium nya. Namun dengan menurunnya derajat keasaman,
antosianin berubah struktur.
Perubahan warna pada antosianin dalam tingkatan pH 5 mengarah ke tidak
bewarna (colorless), hal ini disebabkan membentuk pseudobasa yang mulai
kehilangan warna pada rentang pH 4-6, kemudian bentuk pseudobasa ini
mengalami tautomerik, keseimbangan antara bentuk keto dan bentuk enol
menhasilkan alfa diketon, dan pada pH 7 dan pH 9 antosianin akan berubah
struktur menjadi suatu basa kuinonoidal yang bewarna biru.
Perubahan warna ekstrak antosianin buah pucuk merah terhadap pengaruh
pH merupakan suatu indikator dari antosianin tersebut, karena dapat berubah
warna terhadap faktor keasaman dan kebasaan dari larutannya.
Analisa Terhadap Perlakuan Suhu
Ekstrak antosianin buah pucuk merah diperlakukan terhadap pemanasan
pada variasi suhu 30°C (sebagai kontrol), 45°C, 60°C, 75°C, 90°C, dan 100°C,
dilakukan pemanasan selama 30 menit pada waterbath, gunanya untuk melihat %
degradasi atau kerusakan antosianin terhadap perlakuan suhu yang diberikan.
Alasan mengambil variasi suhu diatas adalah untuk aplikasinya sebagai pewarna
terhadap pengolahan makanan dan minuman, karena pada umumnya pengolahan
makanan dan minuman dengan menggunakan sistem aqueous yang menggunakan
suhu dengan titik didih air yaitu 100°C.
Dari hasil dapat dilihat bahwa rata–rata dari keempat jenis ekstrak
mempunyai laju degradasi yang sama dimana persen degradasi yang tertinggi
adalah 36,73 % pada ekstrak B pada suhu 100°C. Degradasi yang nyata pada
xvi
senyawa antosianin yaitu setelah pada suhu 75°C keatas. Nilai persen degradasi
tiap–tiap ekstrak buah pucuk merah dapat dilihat pada tabel 2.
xvii
Penentuan Kadar Total Antosianin
Hasil terhadap kadar total antosianin dalam tiap-tiap ekstrak yang dihitung
dengan metode pH-diferensial, berikut merupakan nilai kadar total antosianin
buah pucuk merah seperti yang terlihat pada Tabel 3.
xviii
pelarut yang diasamkan dengan asam sitrat, karena selain hal itu semakin asam
suatu larutan juga akan menyebabkan terhidrolisisnya ikatan glikosidik antosianin
yang akan berakibat kurang stabilnya antosianin, sehingga menjadi rusak senyawa
antosianin tersebut.
Uji Antioksidan Antosianin
Uji antioksidan dari antosianin buah pucuk merah dilakukan dengan
metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil). Dari uji pendahuluan terhadap
keempat ekstrak, dengan konsentrasi yang sama yaitu 0,1 % (b/v) dapat dilihat
pada tabel 4
xix
Selanjutnya persamaan regresi yang diperoleh dari grafik hubungan antara
konsentrasi ekstrak dengan persen penghambatan DPPH digunakan untuk mencari
nilai IC50 (Inhibition Concentration) tersebut. Besarnya aktivitas antioksidan
ditandai dengan nilai IC50, yaitu konsentrasi larutan sampel yang dibutuhkan
untuk menghambat 50% radikal bebas DPPH.14 Persamaan regresi dari ekstrak D
dan Vitamin C dapat dilihat pada gambar 10
Dari persamaan regresi diatas didapat nilai IC50 untuk ekstrak D yaitu
pada konsentrasi 0,055 % (b/v), dan untuk Vitamin C yaitu 0,016 % (b/v). Dari
nilai IC50 tersebut dapat dilihat bahwa daya hambat Vitamin C lebih besar
dibandingkan dengan ekstrak D, ini berarti konsentrasi dari vitamin C lebih
sedikit daripada ekstrak D untuk mengambat radikal bebas pada daya hambat
50%. Semakin kecil konsentrasi untuk menghambat radikal bebas maka semakin
bagus kemampuan aktivitas antioksidannya. Namun kemampuan aktivitas
antioksidan ekstrak D dan vitamin C memiliki kemampuan aktif terhadap radikal
bebas, karena kemampuan suatu senyawa sebagai antioksidan, dinyatakan dengan
IC50 pada konsentrasi kurang dari 0,1 % (b/v).
Aplikasi Antosianin
Untuk pengujian aplikasi ekstrak antosianin diambil sampelnya yaitu susu
dadiah dan agar-agar (jelly). Penambahan ekstrak buah pucuk merah terhadap
minuman dan makanan ini ditujukan untuk melihat pengaruh keasaman terhadap
perubahan warna dari sampel setelah diberikan ekstrak. Dapat dilihat warna dari
xx
susu dadiah dan jelly setelah ditambahkan ekstrak antosianin dari buah pucuk
merah pada gambar 11.
xxi
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
- Antosianin pada buah pucuk merah diprediksikan adalah senyawa
sianidin-glikosida, yang menyerap pada λ uv maks 272,21 nm dan
pada daerah Visibel mempunyai kisaran λ vis maks 515,98 nm
xxii
- Kestabilan antosianin pada buah pucuk merah berkisar antara pH 1-3,
dan persen degradasi terhadap pengaruh suhu meningkat secara nyata
pada suhu 75°C dan diatasnya.
- Aktivitas antioksidan paling tinggi pada ekstrak D ( akuades + 3%
asam sitrat) yaitu 93,49 % dengan nilai IC50 sebesar 0,055% (b/v).
Nilai konsentrasi IC50 ekstrak D ( akuades + 3% asam sitrat) lebih
rendah daripada konsentrasi IC50 vitamin C sebesar 0,016 %
(b/v).Aktivitas antioksidan dibilang aktif karena konsentrasi nilai IC50
dibawah 0,1% (b/v).
DAFTAR PUSTAKA
Fennema, O.R. 1996. Food Chemistry. Marcell dekker Inc. New York
Harborne, J B. 1987. Metode Fitokimia. Penerbit ITB. Bandung.
Henry, G.A.F., and J.D. Houghton. 1996. Natural Food Colorants. Two Edition.
Blackie Academic and Profesional. London.
Li J., 2009. Total anthocyanin content in blue corn cookies as affected by
ingredients and oven types. Disertation. Department of Grain Science and
Industry College of Agriculture. Kansas University. Manhattan. Kansas.
Mujahidin, Dasuki U. A., and Maulana I. T. 2015. Isolasi Senyawa Pigmen Ungu
Dari Buah Glugor (Phytolaacca octandra L.). Program Studi Farmasi
Universitas Islam Bandung. SPeSIA Farmasi. Bandung.
xxiii
Saati E.A., Theovilla RRD., Simon BW., and Aulanni’am. 2011. Optimalisasi
Fungsi Pigmen Bunga Mawar Sortiran Sebagai Zat Pewarna Alami Dan
Bioaktif Pada Beberapa Produk Industri. Jurnal Teknik Industri. Vol
12(2).
aati E.A., Asiyah R., and Aresandy A. 2016. Pigmen Antosianin : Identifikasi dan
manfaatnya bagi industry makanan dan farmasi. Universitas
Muhammadiyah Malang.
Santoni A., Darwis D., and Syhrir S. 2013. Isolasi Antosianin dari Buah Pucuk
Merah (syzygium campanulatum korth.) Serta Pengujian Antioksidan dan
Aplikasi sebagai Pewarna Alami. Prosiding Semirata FMIPA Universitas
Lampung.
Syahri S. 2012. Isolasi, identifikasi, dan uji antioksidan senyawa antisianin dari
buah pucuk merah (Syzygium campanulatum Korth.) serta aplikasi
sebagai pewarna alami. [Skripsi] Universitas Andalas. Padang.
Turkan Kutlu, Gokhan Durmaz, Burhan tes, İsmet Yilmaz, and M. Şevket Cetin.
2009. Antioxidant Properties Of Different Extracts Of Black Mulberry
(Morus nigra L.). Turkei.
xxiv