Anda di halaman 1dari 30

Sistem Gerak

BAHAN AJAR

Berbasis Pendekatan Saintifik

K.D 3.5 dan 4.5

XI
TELAAH KURIKULUM DAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN BIOLOGI Kelompok 5
K.D 3.5 & 4.5
1
Identitas Modul
Sekolah : SMA

Mata Pelajaran : Biologi

Kelas : XI MIPA

Alokasi Waktu : 4 Minggu x 8 Jam Pelajaran x 45 Menit

Materi Pokok : Struktur dan Fungsi Tulang, Otot, dan Sendi

Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI 2 : Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, santun, peduli (gotong royong, kerjasama,


toleran, damai), bertanggung jawab, responsif, dan pro-aktif dalam berinteraksi secara
efektif sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan
lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan kawasan internasional”.

KI 3 : Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,


prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah

KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara
efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan

TELAAH KURIKULUM DAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN BIOLOGI


Kelompok 5

2
Kompetensi Dasar
3.5 Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem gerak
dalam kaitannya dengan bioproses dan gangguan fungsi yang dapat terjadi pada sistem gerak
manusia

4.5 Menyajikan karya tentang pemanfaatan teknologi dalam mengatasi gangguan sistem
gerak melalui studi literatur

Tujuan Pembelajaran
3.5.1.1 Setelah membaca kajian literatur, peserta didik mampu untuk mengidentifikasi
struktur tulang dalam sistem gerak dengan benar

3.5.2.1 Setelah membaca kajian literatur, peserta didik mampu untuk mengidentifikasi
struktur sendi dalam sistem gerak dengan benar

3.5.3.1 Setelah membaca kajian literatur, peserta didik mampu untuk mengidentifikasi
struktur otot dalam sistem gerak dengan benar

3.5.4.1 Setelah membaca kajian literatur, peserta didik mampu untuk mengidentifikasi
fungsi tulang dalam sistem gerak dengan benar

3.5.5.1 Setelah membaca kajian literatur, peserta didik mampu untuk mengidentifikasi
fungsi sendi dalam sistem gerak dengan benar

3.5.6.1 Setelah membaca kajian literatur, peserta didik mampu untuk mengidentifikasi
fungsi otot dalam sistem gerak dengan benar

3.5.7.1 Setelah mengamati torso manusia, peserta didik mampu menggambarkan struktur
tulang dengan tepat

3.5.8.1 Setelah mengamati torso manusia, peserta didik mampu menggambarkan struktur
otot dengan tepat

3.5.9.1 Setelah mengamati torso manusia, peserta didik mampu menggambarkan struktur
sendi dengan tepat

TELAAH KURIKULUM DAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN BIOLOGI


Kelompok 5

3
3.5.10.1 Melalui video pembelajaran yang disajikan, peserta didik mampu menjelaskan
terjadinya proses gerak: gerak biasa dan gerak refleks dengan benar.

3.5.11.1 Melalui kajian pustaka yang disajikan, peserta didik mampu mengurutkan proses
terjadinya sebuah gerakan secara sistematis

3.5.12.1 Melalui video pembelajaran yang disajikan, peserta didik mampu menjelaskan
mekanisme kerja otot sebagai alat gerak aktif dengan benar

3.5.13.1 Berdasarkan kajian literature yang disajikan, peserta didik mampu mengaitkan
cara-cara menghindari/rehabiliitasi berbagai penyakit pada sistem gerak secara benar

3.5.14.1 Berdasarkan kajian literature yang telah disajikan, peserta didik mampu
menganalisis keterkaitan tulang, otot dan sendi dalam sistem gerak secara tepat

3.5.15.1 Melalui kajian pustaka yang disajikan, peserta didik mampu menganalisis penyebab
terjadinya kelainan/gangguan pada sistem gerak secara tepat

3.5.16.1 Melalui kajian pustaka dan percobaan praktikum, peserta didik mampu membuat
laporan hasil studi pemanfaatan teknologi pada kerusakan sistem gerak secara sistematis

4.5.1.1 Melalui sumber bacaan dan kegiatan praktikum, peserta didik mampu melakukan
observasi mengenai jenis gangguan sistem gerak dan teknologi yang bisa mengatasi gangguan
sistem gerak

4.5.2.1 Melalui sumber bacaan dan video pembelajaran, peserta didik mampu membuat
laporan mengenai jenis ganggung sistem gerak dan teknologi yang bias mengatasi gangguan
sistem gerak.

TELAAH KURIKULUM DAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN BIOLOGI


Kelompok 5

4
Petunjuk
Untuk membantu Anda dalam mempelajari kegiatan belajar ini, ada baiknya
diperhatikan beberapa petunjuk belajar berikut ini:

1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan sampai anda memahami secara tuntas
tentang apa, untuk apa dan bagaimana mempelajari bahan ajar ini.

2. Tangkap konsep dasar esensial dan pengertian demi pengertian melalui pemahaman sendiri
kemudian diskusikan dengan teman atau tutor anda.

3. Untuk memperluas wawasan, baca dan pelajari sumber-sumber lain yang relevan.

4. Mantapkan pemahaman anda dengan mengerjakan latihan dan melalui kegiatan diskusi
dalam tutorial dengan teman sejawat.

5. Jangan lewatkan untuk menjawab soal-soal latihan dalam setiap akhir kegiatan belajar.

TELAAH KURIKULUM DAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN BIOLOGI


Kelompok 5

5
RANGKA MANUSIA

I. Rangka Tubuh

Gambar 1.1 Struktur rangka manusia dan bagian-bagiannya


https://www.worldofghibli.id/gambar-kerangka-tulang/

Tulang-tulang di dalam tubuh membangun rangka (skeleton). Rangka pada tubuh hewan vertebrata dan
manusia ditutupi oleh otot dan kulit, sehingga disebut endoskeleton (rangka dalam). Rangka manusia

TELAAH KURIKULUM DAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN BIOLOGI


Kelompok 5

6
merupakan alat gerak pasif yang akan digerakkan oleh otot. Rangka pada manusia dewasa tersusun dari 206
tulang dengan berbagai macam bentuk dan ukuran. Pada saat lahir, manusia memiliki tulang lebih banyak,
sekitar 270 tulang, karena beberapa tulang belum mengalami penyambungan atau penyatuan. Tulang- tulang
tersebut tersusun dari jaringan tulang keras maupun jaringan tulang rawan.
Rangka memiliki fungsi sebagai berikut.
● Memberi bentuk dan postur tubuh. Seseorang akan terlihat tinggi atau pendek karena susunan
rangkanya.
● Melindungi organ-organ yang lunak, misalnya otak, sumsum tulang belakang, paru-paru, jantung, dan
lain-lain.
● Penyangga berat badan, misalnya tulang leher, tulang belakang, dan tulang pelvis.
● Tempat melekatnya otot-otot rangka (otot lurik). Mendukung terjadinya gerakan. Dengan adanya
persendian, kerja sama otot dan sistem saraf, memungkinkan tulang dapat digerakkan.
● Hematopoiesis, yaitu pembentukan sel-sel darah putih (leukosit), sel darah merah (eritrosit), dan
keping-keping darah (trombosit) di sumsum merah. Sumsum merah terdapat di dalam tulang
belakang, tulang dada, tulang rusuk, tulang belikat, tulang pipih, dan ujung tulang panjang.
● Tempat penyimpanan mineral. Sekitar 62% matriks tulang tersusun dari garam anorganik, terutama
kalsium fosfat dan kalsium karbonat. Sekitar 99% kalsium tubuh terdapat pada rangka. Kalsium dan
fosfor disimpan di dalam tulang, kemudian dapat diambil dan dipakai kembali untuk memenuhi
kebutuhan fisiologis tubuh. Kalsium diperlukan untuk kontraksi otot dan pembekuan darah, sedangkan
fosfor diperlukan untuk pembentukan ATP
● Tempat penyimpanan energi, yaitu simpanan lemak di sumsum kuning.
● Fungsi imunologis, yaitu menghasilkan sel-sel imunitas di dalam sumsum, misalnya limfosit B yang
menghasilkan antibodi dan limfosit T yang membantu pertahanan terhadap

Rangka tubuh manusia dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu rangka aksial (rangka sumbu tubuh)
dan rangka apendikuler (rangka pelengkap atau anggota gerak tubuh)

A. Rangka Aksial ( Rangka Sumbu Tubuh)


Rangkaaksial adalah rangka pada sumbu tubuh, memiliki 80 buah tulang yang meliputi tulang
tengkorak, tulang telinga dalam dan hioid, tulang belakang, tulang dada, serta tulang rusuk (iga).
1. Tulang Tengkorak
Tulang tengkorak berjumlah 22 buah. Tulang tengkorak berfungsi melindungi otak, organ
pendengaran, dan organ penglihatan. Tulang tengkorak dibedakan menjadi dua bagian, yaitu tulang
kranial (tulang tempurung kepala) dan tulang fasial (tulang wajah). Tulang kranial membentuk
tempurung kepala, sedangkan tulang fasial memberi bentuk mata, hidung, pipi, dan rahang.
Tulang-tulang tengkorak yang bersambungan dan tidak dapat digerakkan disebut sutura.

TELAAH KURIKULUM DAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN BIOLOGI


Kelompok 5

7
Gambar 1.2 Struktur tulang tengkorak
Sumber: Pinterest

Tabel Tulang tengkorak


Bagian Tulang Tengkorank Nama Tulang Nama Lain Jumlah
a. Tulang kranial (tulang Frontal Tulang dahi 1
tempurung kepala) Parietal Tulang ubun-ubun 2
Oksipital Tulang kepala belakang 1
Temporal Tulang samping 2
Sfenoid Tulang baji 1
Emoid Tulang tapis 1
b. Tulang fasial (wajah) Maksila Tulang rahang atas 2
Palatum Tulang langit-langit 2
Zigomatik Tulang pipi 2
Lakrimal Tulang mata 2
Nasal Tulang hidung 2
Septum nasal Tulang sekat rongga
1
hidung
Konka nasal Tulang karang hidung 2
Mandibula Tulang rahang bawah 1
Jumlah 22

2. Tulang Telinga Dalam dan Tulang Hioid


Di dalam tengkorak, terdapat tulang telinga dalam, berukuran kecil dan berfungsi untuk menerima dan
mentransmisikan impuls suara. Tulang telinga dalam berjumlah 3 pasang, yaitu 1 pasang tulang
maleus, 1 pasang tulang inkus, dan 1 pasang tulang stapes. Selain itu, terdapat pula tulang hioid, yaitu
tulang berbentuk huruf U yang terletak di antara laring dan mandibula, berfungsi sebagai tempat
melekatnya otot mulut dan lidah sehingga dapat membantu proses menelan

TELAAH KURIKULUM DAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN BIOLOGI


Kelompok 5

8
Tabel tulang telingan dan hioid
Nama Tulang Telinga Dalam dan Hioid Nama Lain Jumlah
Maleus Tulang martil 2
Inkus Tulang landasan 2
Stapes Tulang sanggurdi 2
Hioid Hioid (tulang U) 1
Jumlah 7

3. Tulang Belakang (Kolumna Vertebra)


Tulang belakang tersusun dari 26 ruas yang masing-masing dihubungkan oleh cakram tulang rawan
fibrosa, yang memungkinkan tulang untuk tegak dan membungkuk. Cakram tersebut juga berfungsi
menahan guncangan ketika menggerakkan badan, misalnya saat berlari dan melompat. Di bagian
sebelah depan dan belakang cakram, terdapat serabut-serabut kenyal yang menyokong posisi ruas
tulang belakang. Di bagian tengah sebelah dalam ruas-ruas, terdapat saluran sumsum tulang belakang
yang berisi sumsum tulang belakang.
Tulang belakang memiliki fungsi sebagai berikut.
● Menopang kepala dan bagian tubuh lainnya.
● Melindungi organ dalam tubuh.
● Tempat melekatnya tulang rusuk.
● Menentukan sikap tubuh.

Gambar 1.3 Struktur tulang belakang


Sumber : BprsKu co.id

TELAAH KURIKULUM DAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN BIOLOGI


Kelompok 5

9
Tabel tulang belakang (kolumna vertebrae)
Nama Ruas Tulang
Nama Lain Nama Sebutan Jumlah Ruas
Belakang
Serviks Tulang leher C1-C7 7
Toraks Tulang punggung T1-T12 12
Lumbar Tulang pinggang L1-L5 5
1 (pada bayi ada 5, tetapi
Sakral Tulang kelangkang S1-S5 pada saat dewasa berfusi
menjadi 1)
1 (pada bayi ada 4, tetapi
Koksigis Tulang ekor - pada saat dewasa berfusi
menjadi 1)
Jumlah 26

4. Tulang Dada (Sternum) dan Tulang Rusuk (Kosta)


Tulang dada dan rusuk berfungsi melindungi paru-paru dan jantung, Tulang dada berbentuk pipih dan
melebar serta berhubungan dengan tulang rusuk melalui sambungan tulang rawan. Tulang rusuk
bagian belakang berhubungan dengan ruas ruas tulang belakang melalui persendian. Perhubungan
tersebut memungkinkan tulang rusuk dapat bergerak kembang-kempis sesuai dengan irama
pernapasan.

Tulang dada berjumlah 1 buah, terdiri atas tiga bagian, yaitu sebagai berikut.
● Manubrium sterni (kepala tulang dada), membentuk persendian dengan tulang selangka,
klavikula, dan tulang rusuk pertama.
● Korpus sterni (badan tulang dada), membentuk persendian dengan sembilan tulang rusuk
berikutnya.
● Prosesus xifoid (tulang taju pedang), tulang yang masih berbentuk tulang rawan pada bayi.

Tulang rusuk berjumlah 12 pasang di sebelah kiri dan kanan. Tulang rusuk dibedakan menjadi tiga
macam, yaitu sebagai berikut.
● Tulang rusuk sejati. Bagian ujung depan melekat pada tulang dada, sedangkan bagian
belakang melekat pada ruas tulang belakang di bagian punggung.
● Tulang rusuk palsu. Bagian ujung depan melekat pada tulang rusuk di atasnya, sedangkan
bagian belakang melekat pada ruas rulang belakang di bagian punggung.
● Tulang rusuk melayang. Bagian ujung depan tidak melekat pada tulang manapun,
sedangkan bagian belakang melekat pada ruas tulang belakang bagian punggung.

TELAAH KURIKULUM DAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN BIOLOGI


Kelompok 5

10
Gambar 1.4 Struktur tulang dada dan tulang rusuk
Sumber : Teks. co.id

Tabel tulang dada dan rusuk


Nama Tulang Dada dan Rusuk Nama Lain Jumlah
Sternum Tulang dada 1
Kosta vera Rusuk sejati 7 pasang (14)
Kosta spuria Rusuk palsu 3 pasang (6)
Kosta fluitantes Rusuk melayang 2 pasang (4)
Jumlah 25

B. Rangka Apendikuler (Rangka Pelengkap atau Anggota Gerak Tubuh)


Rangka apendikuler berjumlah 126 buah, meliputi gelang bahu (pektoral), anggota gerak atas
(ekstremitas superior), gelang panggul (pelvis), dan anggota gerak bawah (ekstremitas inferior).

1. Gelang Bahu (Pektoral)


Gelang bahu merupakan persendian yang menghubungkan lengan dengan badan. Pergelangan bahu
memiliki mangkuk yang tidak sempurna karena bagian belakangnya terbuka. Gelang bahu tersusun
dari dua macam tulang, yaitu skapula (tulang belikat) dan klavikula (tulang selangka).
● Scapula (tulang belikar), berbentuk pipih hampir segitiga, dan memiliki tonjolan berbentuk
seperti paruh gagak. Skapula terdapat di bagian punggung sebelah luar atas dan berfungsi
sebagai tempat perlekatan sebagian otot dinding dada dan lengan.
● Klavikula (tulang selangka), berbentuk panjang sedikit bengkok hampir menyerupai huruf S,
berfungsi sebagai tempat melekatnya otot leher, toraks, punggung, dan lengan. .

2. Anggota Gerak Atas


Anggota gerak atas tersusun dari tulang humerus (rulang pangkal lengan), radius (tulang pengumpil),
ulna (tulang hasta), karpal (tulang pergelangan tangan), metakarpal (tulang telapak tangan), dan

TELAAH KURIKULUM DAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN BIOLOGI


Kelompok 5

11
falangus (tulang jari tangan).
● Humerus (tulang pangkal lengan), berbentuk panjang seperti tongkat, bagian ujung yang
berhubungan dengan bahu membentuk kepala sendi yang bundar disebut kaput humeri.
● Radius (tulang pengumpil), berbentuk panjang, terletak lateral (sebelah sisi) sejajar dengan
ibu jari. Bagian dataran sendi yang menghubungkan radius dan humerus berbentuk bundar,
sehingga lengan bawah dapat berputar atau telungkup.
● Ulna (tulang hasta), berbentuk panjang, dan merupakan tulang bawah yang lengkungnya
sejajar dengan jari kelingking.
● Karpal (rulang pergelangan tangan), terdiri atas 8 tulang yang tersusun dalam dua baris.
Karpal merupakan tulang-tulang pendek dengan bentuk yang berbeda-beda. yaitu berbentuk
bulat, segitiga, bulan sabit, segi banyak, seperti kacang, berkepala, dan berkait.
● Metakarpal (tulang telapak tangan), terdiri atas tulang pipa pendek berjumlah 5 buah, dan
berhubungan dengan tulang pergelangan tangan dan tulang jari.
● Falangus (tulang jari tangan), tersusun dari tulang pipa pendek, berjumlah 14 buah (3 ruas
pada masing-masing jari dan 2 ruas pada ibu jari).

3. Gelang Panggul (Pelvis)


Gelang panggul terdiri atas tiga pasang tulang yang bersatu, yaitu tulang usus (tulang ilium), tulang
kemaluan (pubis), dan tulang duduk (iskium). Gelang panggul berfungsi untuk menyangga berat
tubuh, serta melindungi bagian dalam rongga pelvis yang berisi organ kandung kemih (vesika
urinaria) dan organ reproduksi pada wanita. Pada umumnya, diameter pelvis pada wanita lebih besar
daripada pelvis pada laki-laki.

4. Anggota Gerak Bawah


Anggota gerak bawah terdiri atas femur (tulang paha), tibia (tulang kering), fibula (tulang betis),
patela (tulang tempurung lutut), tarsal (tulang pergelangan kaki), metatarsal (tulang telapak kaki), dan
falangus (tulang jari kaki).
● Femur (tulang paha) merupakan tulang pipa terpanjang dan terbesar.Pangkal tulang dekat
gelang panggul membentuk kepala sendi yang disebut kaput femoris. Bagian ujungnya
membentuk persendian lutut.
● Tibia (tulang kering) merupakan tulang pipa terbesar setelah tulang paha, ikut menopang
berat tubuh, bagian pangkal membentuk persendian lutut dengan femur. dan pada bagian
ujung bawah terdapat tonjolan yang disebut maleolus medial (mata kaki dalam).
● Fibula (tulang betis) merupakan tulang pipa yang paling ramping. Tidak turut menopang berat
tubuh, tetapi menambah area perlekatan otot tungkai. Bagian ujung bawah fibula membentuk
tonjolan yang disebut maleolus lateral (mata kaki luar).
● Patela (tulang tempurung lutut) merupakan tulang pipih berbentuk segitiga yang sudutnya
membulat.
● Tarsal (tulang pergelangan kaki) terdiri atas 7 tulang kecil pada setiap kaki, yaitu I tulang
loncat (talus), 1 tulang tumit atau kalkancus (berukuran paling besar), 1 tulang berbentuk
kapal (navikular), 1 tulang berbentuk dadu (kuboid), dan 3 tulang kuneiformis, berbentuk
baji.
● Metatarsal (tulang telapak kaki) terdiri atas 5 tulang pipa berbentuk bulat panjang. Metatarsal
pertama merupakan metatarsal yang lebar pendek dan panjang.

TELAAH KURIKULUM DAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN BIOLOGI


Kelompok 5

12
● Falangus (tulang jari kaki) terdiri atas tulang pendek berjumlah 14 buah pada setiap kaki.
Setiap jari kaki terdiri atas 3 ruas tulang, kecuali ibu jari kaki yang hanya memiliki 2 ruas
saja.

Gambar 1.5 Gambar kerangka apemdikular lengan dan kaki


Sumber : belajar.app

Tabel Tulang apendikuler


Tulang Apendikular
Jumlah Jumlah Total
Bagian Rangka Nama Tulang Nama Lain
Pektoral (gelang Klavikula Tulang selangka 2
bahu) Skapula Tulang belikat 2
Jumlah Pektoral 4
Tulang Apendikular
Jumlah Jumlah Total
Bagian Rangka Nama Tulang Nama Lain
Humerus Tulang pangkal lengan
2
(lengan atas)
Radius Tulang pengumpil 2
Ekstremitas superior Ulna Tulang hasta 2
(anggota gerak atas) Karpal Tulang pergelangan
16
tangan
Metakarpal Tulang telapak tangan 10
Falangus Tulang jari tangan 28
Jumlah Ekstremitas Superior 60
Tulang Apendikular Jumlah Jumlah Total

TELAAH KURIKULUM DAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN BIOLOGI


Kelompok 5

13
Bagian Rangka Nama Tulang Nama Lain
Pelvis (gelang
Pelvis Tulang pelvis 2
panggul)
Jumlah Pelvis 2
Tulang Apendikular
Jumlah Jumlah Total
Bagian Rangka Nama Tulang Nama Lain
Femur Tulang paha 2
Tibia Tulang kering 2
Ekstremitas anterior Fibula Tulang betis 2
(anggota gerak Patela Tulang tempurung lutut 2
bawah) Tarsal Tulang pergelangan kaki 14
Metatarsal Tulang telapak kaki 10
Falangus Tulang jari kaki 28
Jumlah Ekstremitas Inferior 60
Jumlah Total Tulang Apendikular 126

II. Tulang

A. Struktur Tulang
Tulang terdiri atas lapisan-lapisan yang jika disebutkan dari arah luar ke arah dalam, yaitu periosteum,
tulang kompak, tulang spons, endosteum, dan sumsum tulang.
1. Periosteum adalah lapisan terluar tulang yang terdiri atas dua lembar jaringan ikat. Lembaran luar
berupa jaringan ikat fibrosa rapat, sedangkan lembaran dalam berupa sanu lapis (sel pembentuk
jaringan tulang) yang bersifat osteogenik (membentuk tulang). Periosteum mengandung pembuluh
darah dan serat Sharpey (serat jaringan ikat untuk mengikatkan periosteum ke tulang). Periosteum
berfungsi sebagai tempat melekatnya otot-otot rangka, memberikan nutrisi untuk pertumbuhan tulang,
dan perbaikan jaringan tulang yang rusak.
2. Tulang kompak (compact bone) merupakan lapisan yang teksturnya halus, padat, sedikit berongga,
dan sangat kuat. Tulang kompak mengandung banyak rat kapur kalsium fosfat dan kalsium karbonat
sehingga menjadi padat dan kuat. Namun, tulang kompak pada bayi dan anak-anak banyak
mengandung serat sehingga bersifat lebih lentur. Tulang kompak banyak ditemukan pada tulang kaki
dan tulang tangan.
3. Tulang spons (spongy bone) merupakan lapisan yang teksturnya berongga dan berisi sumsum merah.
Tulang spons tersusun oleh trabekula-trabekula berupa kisi-kisi tipis tulang.
4. Endosteum adalah jaringan ikat areolar vaskuler yang melapisi rongga sumsum.
5. Sumsum tulang merupakan lapisan paling dalam yang berbentuk jeli, berfungsi untuk memproduksi
sel-sel darah merah, darah putih, dan keping darah.

Pada tulang panjang terdapat bagian yang disebut diafisis (batang) dan epifisis (ujung tulang yang
membesar). Diafisis tersusun dari tulang kompak berbentuk silinder rebal yang berisi sumsum.
Epifisis tersusun dari tulang spons yang diselubungi oleh rulang kompak dan dilapisi tulang rawan

TELAAH KURIKULUM DAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN BIOLOGI


Kelompok 5

14
persendian (hialin). Ujung permukaan tulang persendian dilumasi oleh cairan sinovial dari rongga
persendian. Di antara epifisis dan diafisis terdapat metafisis. Di antara metafisis dan epifisis terdapat
cakram epifisis, Cakram epifisis merupakan bagian tulang yang memiliki kemampuan untuk tumbuh.

B. Bentuk Tulang
Berdasarkan bentuk dan ukurannya, tulang penyusun rangka tubuh dapat dibedakan menjadi lima
macam, yaitu tulang pipa (tulang panjang), tulang pendek, tulang pipih. tulang tidak beraturan
(irregular bones), dan tulang sesamoid.
1. Tulang pipa (tulang panjang), berbentuk silindris panjang, memiliki bagian epifisis, diafisis, metafisis,
dan cakra epifisis. Tulang pipa berfungsi untuk menahan berat tubuh dan membantu pergerakan.
Contohnya tulang pangkal lengan (humerus), tulang hasta (ulna), tulang pengumpil (radius), tulang
paha (femur), tulang kering (tibia), dan tulang betis (fibula)
2. Tulang pendek, berukuran pendek dan berbentuk kubus, serta tersusun dari tulang spons dan lapisan
tipis tulang kompak. Biasanya ditemukan berkelompok untuk memberikan kekuatan dan kekompakan
pada area yang pergerakannya terbatas. Contohnya tulang pergelangan tangan (karpal) dan tulang
pergelangan kaki (tarsal).
3. Tulang pipih, berbentuk lempengan dari tulang kompak dan tulang spons yang berisi sumsum. Tulang
pipih berfungsi memperluas permukaan untuk perlekatan otot dan memberikan perlindungan.
Contohnya tulang tengkorak, tulang rusuk, dan tulang dada.
4. Tulang tidak beraturan (irregular bones), tulang yang bentuknya tidak beraturan, tersusun dari tulang
spons dan lapisan tipis tulang kompak. Contohnya adalah tulang belakang (vertebrae).
5. Tulang sesamoid, tulang berukuran kecil bulat yang terdapat pada formasi persendian. Tulang
sesamoid bersambungan dengan kartilago (tulang rawan), ligamen, atau tulang lainnya. Contoh tulang
sesamoid adalah tulang tempurung lurut (parela).

C. Proses Pembentukan dan Perkembangan Tulang


Proses pembentukan tulang disebut osifikasi. Matriks tulang yang keras membuat rulang tidak dapat
dibentuk secara interstisial (dari dalam) seperti yang terjadi pada kartilago, tetapi dapat terjadi melalui
penggantian jaringan yang sudah ada. Ada dua cara pembentukan tulang, yaitu osifikasi intramembran
dan osifikasi endokondrium (intrakartilago).
1. Osifikasi Intramembran
Osifikasi intramembran adalah proses pembentukan tulang secara langsung (osifikasi primer),
dengan cara mengganti jaringan penyambung padar dengan simpanan garam- garam kalsium untuk
membentuk tulang. Pembentukan tulang dengan cara tersebut tidak akan terulang lagi. Osifikasi
primer banyak terjadi pada tulang pipih penyusun tengkorak. Proses ini berlangsung pada minggu
ke-8 masa kehidupan janin. Pada awalnya kelompok sel mesenkim yang berbentuk bintang
berdiferensiasi menjadi osteoblas. Osteoblas kemudian menyekresikan matriks organik yang belum
mengapur (osteoid).
Massa osteoid mengalami kalsifikasi (pengapuran) melalui pengendapan garam-garam tulang. Di
sekeliling osteoblas akan terbentuk lakuna dan kanalikuli. Aktivitas osteoblas akan membentuk
lapisan-lapisan matriks baru sehingga rulang menjadi semakin tebal dan osteoblas menjadi terpendam
di dalam matriks. Osteoblas yang terpendam di dalam matriks disebut osteosit (sel tulang). Osteosit
menjadi terisolasi di dalam lakuna dan tidak lagi menyekresikan zat intraseluler. Di beberapa pusar
osifikasi, pada awalnya rulang terdiri atas trabekula yang berongga- rongga, kemudian di antara
trabekula tersebut terisi oleh tulang lamelar konsentris schingga menjadi tulang kompak. Namun, ada

TELAAH KURIKULUM DAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN BIOLOGI


Kelompok 5

15
yang tetap menjadi tulang spons dengan rongga sumsum berisi jaringan ikat yang mengandung banyak
pembuluh darah. Di sekeliling tulang yang sedang tumbuh terdapat jaringan ikat yang akan tumbuh
menjadi periosteum.

2. Osifikasi Endokondrium (Intrakartilago)


Osifikasi endokondrium adalah proses ketika tulang rawan digantikan oleh tulang keras. Osifikasi
endokondrium terjadi pada tulang pipa, menyebabkan tulang tumbuh menjadi semakin panjang.
Rangka embrio tersusun dari tulang rawan hialin yang terbungkus perikondrium. Proses osifikasi
dimulai sejak perkembangan embrio, tetapi beberapa tulang pendek memulai proses osifikasinya
setelah kelahiran. Seluruh tulang rawan pada anak-anak akan digantikan oleh tulang keras hingga
berusia 18-25 tahun. Diafisis dan epifisis akan menyatu saat pertumbuhan tulang berhenti.
Pusat osifikasi primer terbentuk di bagian diafisis tulang panjang. Perikondrium yang melingkari
bagian pertengahan diafisis, menambah jumlah pembuluh darahnya sehingga bersifat osteogenik.
Sel-sel kartilago (kondrosit) melakukan proliferasi sehingga jumlahnya semakin meningkat, ukuran
sel semakin membesar, dan berubah menjadi osteoblas. Matriks kartilago mulai mengalami
pengapuran (kalsifikasi) melalui proses pengendapan kalsium fosfat. Perikondrium yang mengelilingi
diafisis, berubah menjadi periosteum. Kemudian tampak cincin atau tulang periosteum yang
mengelilingi bagian tengah diafisis tulang rawan.
Kondrosit yang nutrisinya terputus oleh kerah tulang dan matriks yang mengapur, akan
berdegenerasi dan kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan matriks kartilago, Berkas
jaringan ikat dan pembuluh darah masuk ke bagian matriks tulang rawan yang berongga-rongga,
disebut kuncup periosteum. Sebagian sel jaringan ikat embrional tersebut berkembang menjadi
osteoblas. Kuncup periosteum yang mengandung osteoblas masuk ke dalam spikula kartilago yang
mengapur melalui ruang yang dibentuk oleh osteoklas (sel penghancur tulang). Osteoblas kemudian
meletakkan zat-zat tulangnya pada spikula kartilago yang mengapur (terkalsifikasi). Dengan
demikian, terbentuklah pusat osifikasi primer di pusat diafisis. Zona osifikasi endokondrium ini akan
meluas menuju ke arah epifisis.
Setelah kelahiran, pusat osifikasi sekunder terjadi pada kartilago epifisis di kedua ujung tulang.
Beberapa bagian tulang, memiliki tulang rawan yang tidak digantikan oleh tulang keras, yaitu
kartilago atikular (tulang rawan persendian) dan kartilago cakram epifisis yang terletak di antara
epifisis dengan diafisis.

III. Persendian (Artikulasi)


Persendian (artikulasi) adalah hubungan antara dua tulang atau lebih, baik yang dapat digerakkan maupun yang
tidak dapat digerakkan.

A. Struktur Persendian
Komponen penunjang persendian, yaitu ligamen, kapsul sendi, cairan sinovial, tulang rawan hialin,
dan bursa.
1. Ligamen merupakan jaringan ikat fibrosa yang berfungsi mencegah pergerakan sendi secara
berlebihan dan membantu mengembalikan tulang pada posisi asalnya setelah melakukan pergerakan.
2. Kapsul sendi, struktur tipis tapi kuat di dalam sendi yang berperan untuk menahan ligamen. Kapsul
sendi terdiri atas dua lapisan, yaitu kapsul sinovial dan kapsul fibrosa.

TELAAH KURIKULUM DAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN BIOLOGI


Kelompok 5

16
a. Kapsul sinovial merupakan jaringan fibrokolagen agak lunak yang tidak memiliki saraf
reseptor dan pembuluh darah. Kapsul sinovial berfungsi cairan sinovial sendi dan membantu
penyerapan makanan ke rulang rawan sendi.
b. Kapsul fibrosa, berupa jaringan fibrosa yang keras serta memiliki saraf reseptor dan
pembuluh darah. Kapsul fibrosa berfungsi memelihara posisi dan stabilitas sendi, serta
memelihara regenerasi kapsul sendi.
3. Cairan sinovial merupakan cairan pelumas sehingga gesekan berjalan lancar, halus, dan tidak
menimbulkan rasa nyeri atau sakit. Minyak sinovial mengandung berbagai jenis nutrisi serta campuran
gas oksigen, nitrogen, dan karbon dioksida.
4. Tulang rawan hialin terdapat di bagian ujung tulang. Tulang rawan hialin berwarna agak bening,
kebiruan, dan mengilap. Tulang rawan hialin berfungsi sebagai bantalan sendi agar tidak nye ri saat
bergerak.
5. Bursa merupakan kantong tertutup yang dilapisi membran sinovial dan terletak di luar rongga sendi.

B. Tipe Persendian
Berdasarkan strukturnya, persendian dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut.
1. Sendi fibrosa, yaitu sendi yang tidak memiliki rongga sendi dan diperkokoh oleh jaringan ikat fibrosa,
2. Sendi kartilago, yaitu sendi yang tidak memiliki rongga sendi dan diperkokoh oleh jaringan kartilago
(tulang rawan).
3. Sendi sinovial, yaitu sendi yang memiliki rongga sendi dan diperkokoh oleh jaringan ikat ligamen dan
kapsul sendi.

Berdasarkan gerakannya, persendian dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu sendi sinartrosis (sendi
mati), sendi amfiartrosis, dan sendi diartrosis.

1. Sendi sinartrosis (sendi mati) adalah sendi yang tidak dapat digerakkan karena tidak memiliki celah
sendi dan dihubungkan dengan jaringan ikat fibrosa atau kartilago. Jenis-jenis sendi sinartrosis, yaitu
sebagai berikut.
a. Sinartrosis sinfibrosis adalah sendi yang dihubungkan dengan jaringan ikat fibrosa berbentuk serabut
yang mengalami penulangan. Contohnya sendi pada tulang-tulang tengkorak. Hubungan antartulang
tengkorak disebut sutura.
b. Sinartrosis sinkondrosis adalah sendi yang dihubungkan dengan jaringan tulang rawan (kartilago)
hialin. Contohnya lempeng sementara yang terletak di antara epifisis dengan diafisis pada tulang
panjang anak-anak. Setelah sinkondrosis berosifikasi disebut sinostosis.

2. Sendi amfiartrosis adalah sendi dengan pergerakan terbatas akibat tekanan. Jenis-jenis sendi
amfiartrosis, yaitu sebagai berikut:
a. Simfisis, sendi yang dihubungkan oleh kartilago (tulang rawan) serabut. Contohnya sendi
antartulang belakang dan sendi simfisis pubis (tulang kemaluan).
b. Sindesmosis, sendi yang dihubungkan oleh jaringan ikat serabut dan ligamen. Contohnya
sendi antartulang betis (fibula) dan tulang kering (tibia).
c. Gomposis, sendi pada tulang berbentuk kerucut yang masuk ke dalam kantong tulang.
Contohnya tulang gigi yang tertanam dalam kantong tulang rahang.

3. Sendi diartrosis (sendi sinovial) adalah sendi yang dapat bergerak bebas. Sendi diartrosis dapat

TELAAH KURIKULUM DAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN BIOLOGI


Kelompok 5

17
dibedakan menjadi beberapa tipe sebagai berikut.
a. Sendi engsel (sendi berporos satu), bergerak ke satu arah seperti pintu, kedua ujung tulang berbentuk
engsel dan berporos satu. Contohnya sendi pada siku, lutut, mata kaki, dan ruas antarjari.
b. Sendi peluru, memiliki gerakan bebas ke segala arah, ujung tulang berbentuk lekuk dan bongkol, serta
berporos tiga. Contohnya sendi tulang gelang bahu dengan rulang lengan atas, dan sendi tulang gelang
panggul dengan tulang paha.
c. Sendi pelana (sendi timbal balik), bergerak bebas seperti gerakan orang qyang mengendarai kuda, dan
berporos dua. Contohnya sendi antara tulang pergelangan tangan (karpal) dengan telapak tangan
(metakarpal) pada ibu jari.
d. Sendi putar, bergerak dengan pola rotasi dan memiliki satu poros. Ujung tulang yang satu dapat
mengitari ujung tulang yang lain. Contohnya sendi antara tulang hasta dan pengumpil, dan sendi
antara tulang atlas dengan tulang tengkorak.
e. Sendi luncur (sendi geser), gerakan menggeser, tidak berporos, dan memiliki ujung tulang yang agak
rata. Contohnya sendi antartulang pergelangan tangan, antartulang pergelangan kaki, dan antara tulang
selangka dengan tulang belikat.
f. Sendi kondiloid (sendi ellipsoid), gerakan ke kiri dan ke kanan atau ke depan dan ke belakang,
berporos dua, serta memiliki ujung tulang yang salah satunya berbentuk oval dan masuk ke dalam
lekuk berbentuk clips. Contohnya sendi antara tulang pengumpil dengan tulang pergelangan tangan.

IV. Otot Rangka


Otot rangka adalah otot yang melekat pada tulang dan dapat bergerak secara aktif untuk menggerakkan tulang
sehingga disebut alat gerak aktif. Berat otot rangka adalah 40% dari berat badan. Pada wajah, otot melekat
pada kulit dan akan bergerak jika berkontraksi.

● Fungsi otot rangka adalah sebagai berikut.


1. Pergerakan Otot menggerakkan rulang untuk melakukan gerakan.
2. Menopang dan mempertahankan postur tubuh. Otot menopang rangka dan mempertahankan tubuh
dari gaya gravitasi bumi saat berada dalam posisi berdiri atau duduk.
3. Produksi panas. Metabolisme kontraksi otot dapat menghasilkan panas untuk mempertahankan suhu
normal tubuh.

● Orot rangka memiliki sifat-sifat sebagai berikut:


1. Kontraktilitas Serabut otot dapat berkontraksi dan meregang. Dalam keadaan istirahat, keadaan otot
tidak benar-benar kendur, tetapi mempunyai ketegangan sedikit yang disebut tonus. Tonus pada
masing-masing orang berbeda, bergantung pada umur, jenis kelamin, dan keadaan tubuh.
2. Eksitabilitas. Serabut otot alan merespons dengan kuat jika distimulasi oleh impuls saraf
3. Ekstensibilitas. Serabut otot memiliki kemampuan meregang melebihi panjang otor saat relaksasi.
4. Elastisitas. Serabut otot dapat kembali ke ukuran semula setelah berkontraksi arau meregang

A. Struktur Otot Rangka


Area otot rangka terdiri atas kepala otot (muskulus kaput), empal otot (muskulus venter), dan ekor
otot (muskulus kaudal). Kepala otot dan ekor otot merupakan jaringan ikat padat kuat yang disebut
tendon. Tendon adalah tempat melekatnya otot pada tulang Tendon dibagi menjadi dua jenis, yaitu

TELAAH KURIKULUM DAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN BIOLOGI


Kelompok 5

18
origo dan insersio. Origo adalah ujung otor (kepala otot) yang melekat pada tulang yang tidak
bergerak ketika otot berkontraksi. Insensio adalah bagian ujung otot lain (ekor otot) yang melekat
pada tulang yang bergerak ketika otot berkontraksi. Empal otot merupakan area otot bagian tengah
yang bentuknya menggembung, terdiri atas berkas-berkas otot, dan aktif dalam berkontraksi. Secara
keseluruhan otot dibungkus oleh selapis jaringan ikat agak padat yang disebut epimisium. Epimisium
dapat dilihat dengan mata dan tampak seperti selubung putih. Di dalam epimisium terdapar beberapa
berkas serat-serat otot yang disebut fasikulus. Setiap fasikulus dibungkus oleh selubung tipis
perimisium. Fasikulus tersusun dari banyak sel otot berbentuk serat, contohnya otot bisep pada lengan
atas tersusun dari 260.000 serat otot. Sel serat otot secara individual dibungkus oleh jaringan ikat
halus endomisium. Di bawah endomisium terdapat membran sel otot yang disebut sarkolema. Di
dalam sarkolema terdapat glikogen (cadangan energi), mioglobin, enzim, dan ion-ion seperti kalium,
magnesium, dan fosfat. Mioglobin berfungsi menyimpan dan memindahkan oksigen dari hemoglobin
dalam sirkulasi ke enzim-enzim respirasi di dalam sel kontraktil. Di bawah sarkolema terdapat
sitoplasma yang disebut sarkoplasma. Sarkoplasma berisi cairan gelatin, glikogen, lemak, dan organel
sel seperti mitokondria.
Sel otot rangka berbentuk serabut halus panjang, berukuran 1-40 mm dan berdiameter 10-100
µm, banyak mengandung mitokondria, serta memiliki banyak inti berbentuk lonjong yang terdapat di
pinggir sel. Sel otot yang berbentuk serabut halus tersebut disebut miofibril. Miofibril terdiri atas
protein kontraktil berupa protein filamen yang disebut miofilamen. Miofilamen dibagi menjadi dua
jenis, yaitu miofilamen tebal dan miofilamen tipis. Miofilamen tebal tersusun dari protein miosin,
sedangkan miofilamen tipis tersusun dari protein aktin, protein tambahan tropomiosin, dan troponin
yang melekat pada aktin. Kombinasi miofilamen tebal dan miofilamen tipis menunjukkan adanya pita
gelap dan pita terang seperti lurik, sehingga otot rangka disebut otot lurik

B. Mekanisme Kerja Otot


Coba angkat lengan Anda sambil mengepalkan tangan. Perubahan apa yang kamu rasakan? Apakah
otot lenganmu terasa lebih keras? Apabila otot mendapat rangsangan. otot akan berkontraksi.
Kontraksi otot ditandai dengan memendeknya otot, otot menjadi menegang dan menggembung di
bagian tengah. Sebaliknya, apabila otot tidak bekerja, otot akan kembali mengendur dan beristirahar
(relaksasi). Pada saat otot berkontraksi, maka otot yang melekat pada tulang akan ikut berkontraksi,
sehingga tulang tertarik dan bergerak.

1. Komponen Struktur Otot yang Berperan dalam Kerja Otot


Komponen struktur otot yang berperan dalam kerja otot adalah sebagai berikut.
● Miofibril, berbentuk silindris yang memanjang sepanjang otot lurik, dan mengandung filamen
aktin dan miosin.
● Sarkomer, unit struktural dan fungsional terkecil dari kontraksi otot pada miofibril. Sarkomer
dibagi menjadi pita H, A. dan I.
● Aktin, filamen kontraktil yang tipis serta memiliki sisi aktif dan situs pengikatan.
● Miosin, protein filamen yang lebih tebal, dan memiliki penonjolan yang dikenal dengan
kepala miosin.
● Tropomiosin, sebuah protein aktin pengikat yang mengatur kontraksi otot.
● Troponin, protein kompleks yang melekat pada tropomiosin.

2. Sumber Energi untuk Gerak Otot

TELAAH KURIKULUM DAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN BIOLOGI


Kelompok 5

19
Sumber energi untuk gerak otot adalah sebagai berikut:
● ATP (adenosin tri fosfat). ATP terurai menjadi ADP (adenosin difosfat) dan energi Selanjutnya, ADP
terurai menjadi AMP (adenosin monofosfat) dan energi. Berikut persamaan reaksinya,
ATP ADP+ P+ Energi ADP AMP+ P+ Energi
● Kreatin fosfat. Kreatin fosfat terural menjadi kreatin, fosfat, dan energi. Pemecahan ATP dan kreatin
fosfat berfungsi untuk menghasilkan energi pada saat kontraks otot. Proses tersebut tidak memerlukan
oksigen sehingga fase kontraksi disebut fase anacrob.
● Glikogen (gula otot). Glikogen dilarutkan menjadi laktasidogen. Laktasidogen diubah menjadi
glukosa dan asam laktat. Glukosa diubah menjadi CO,. H,O, dan energi. Proses tersebut terjadi pada
saat otot relaksasi menggunakan oksigen, sehingga fase relaksasi disebut fase aerob. Jika terkandung
banyak asam laktat di dalamnya, otot akan terasa lelah. Asam laktat akan dioksidasi dengan
menggunakan oksigen. Berikut persamaan reaksinya:
Glikogen→ Laktasidogen
Laktasidogen-> Glukosa + Asam laktat
Glukosa + 0,→ CO,+ HO+ Energi

3. Tahapan Mekanisme Kerja Otot


Tahapan mekanisme kerja otot adalah sebagai berikut.
● Impuls saraf tiba di neuromuscular junction, mengakibatkan pembebasan asetilkolin
Kehadiran asetilkolin memicu depolarisasi (perubahan muatan ion di dalam sel dari negatif
menjadi positif) yang kemudian menyebabkan pembebasan ion Ca' dari retikulum
sarkoplasma.
● Meningkatnya ion Ca", menyebabkan ion ini terikat pada troponin, sehingga mengakibatkan
perubahan struktur troponin tersebut. Perubahan struktur troponin karena terikatnya ion Ca,
akan menyebabkan terbukanya daerah aktif tropomiosin yang semula tertutup oleh troponin.
Hal tersebut membuat kepala miosin mampu berikatan dengan filamen aktin dan membentuk
aktomiosin.
● Perombakan ATP akan membebaskan energi yang dapat menyebabkan miosin mampu
menarik aktin ke dalam dan juga melakukan pemendekan otot. Hal ini terjadi di sepanjang
miofibril pada sel otot.
● Miosin akan terlepas dari aktin dan jembatan aktomiosin akan terputus ketika molekul ATP
terikat pada kepala miosin. Pada saat ATP terurai, kepala miosin dapat bertemu lagi dengan
aktin pada tropomiosin.
● Proses kontraksi otot dapat berlangsung selama terdapat ATP dan ion Ca. Pada saat impuls
berhenti, ion Ca akan kembali ke retikulum sarkoplasma. Troponin akan kembali ke kondisi
semula dan menutupi daerah tropomiosin, sehingga menyebabkan otot berelaksasi.

4. Hipotesis Sliding Filament


Miofilamen merupakan unsur penting dalam proses kontraksi otot. Miofilamen tebal berjajar
membentuk pita A (anisotrop), sedangkan miofilamen tipis membentuk pita I (isotrop). Pada bagian
tengah pita A terdapat pita H (Heller) yang lebih terang. Garis M membagi dua pusat zona H. Garis Z.
(Zwischencheibe = cakram antara) merupakan garis potong miofibril yang mengandung filamen tipis.
Sarkomer merupakan jarak antara garis Z. ke garis Z lainnya.

TELAAH KURIKULUM DAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN BIOLOGI


Kelompok 5

20
Teori kontraksi otot sliding filament Menurut Andrew F. Huxley, Rolf Niedergerke, Hugh Huxley, dan Jean
Hanson (1954) mengemukakansebagai berikut:
1. Selama kontraksi, panjang miofilamen aktin dan miosin tetap sama, tetapi saling bersilangan sehingga
memperbesar jumlah tumpang tindih antarfilamen
2. Filamen aktin kemudian menyusup untuk memanjang ke dalam pita A, mempersempit, dan
menghalangi pita H.H
3. .lPanjang sarkomer (dari garis Z. ke garis Z lainnya) memendek saat kontraksi.
4. Pemendekan sarkomer akan membuat serabut otot memendek, begitu pula dengan otot secara
keseluruhan.

C. Sifat Kerja Otot


Untuk melakukan suatu gerakan, diperlukan kerja sama lebih dari satu macam otot, paling sedikit dua
macam otot. Otot-otot tersebut ada yang bekerja saling mendukung, dan ada pula yang bekerja
berlawanan. Berdasarkan sifat kerjanya, otot dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu otot antagonis
dan otot sinergis.

1. Otot antagonis adalah otot yang bekerja saling berlawanan, sehingga menghasilkan gerakan yang
berlawanan (berbeda arah). Contohnya otot bisep dan otot trisep. Otot bisep adalah otot yang memiliki
dua ujung (dua tendon) yang melekat pada tulang dan terletak di lengan atas bagian depan. Otot trisep
adalah otot yang memiliki tiga ujung (tiga tendon) yang melekat pada tulang dan terletak di lengan
atas bagian belakang. Untuk mengangkat lengan bawah, otot bisep berkontraksi dan otot trisep
berelaksasi. Untuk menurunkan lengan bawah, otot bisep berelaksasi dan otot trisep berkontraksi.
Gerakan antagonis pada tubuh, antara lain sebagai berikut:
a. Ekstensi (meluruskan) dan fleksi (membengkokkan), misalnya gerakan otot trisep dan otot
bisep untuk mengangkat dan menurunkan lengan bawah.
b. Abduksi (menjauhi badan) dan adduksi (mendekati badan), misalnya gerakan tangan sejajar
bahu dan sikap sempurna (tangan ke bawah).
c. Depresi (ke bawah) dan elevasi (ke atas), misalnya gerakan kepala menunduk dan
menengadah.
d. Supinasi (menengadah) dan pronasi (menclungkup), misalnya gerakan telapak tangan
menengadah dan gerakan telapak tangan menelungkup.
e. Inversi adalah gerak memutar kaki ke arah dalam tubuh sehingga sisi medial telapak kaki
terangkat (kombinasi supinasi dan adduksi). Eversi adalah gerak memutar kaki ke arah luar
tubuh sehingga sisi lateral telapak kaki terangkat (kombinasi pronasi dan abduksi).
2. Otot sinergis adalah otot yang saling mendukung kerja satu sama lain, sehingga menghasilkan
gerakan satu arah. Contohnya otot pronator teres dan otot pronator quadratus menyebabkan telapak
tangan menengadah atau menelungkup, serta otot- otot antartulang rusuk yang bekerja bersama-sama
ketika menarik napas.

V. Gangguan Sistem Gerak


Gangguan sistem gerak dapat terjadi pada tulang, persendian, maupun otot. Penyebabnya bermacam-macam,
karena infeksi mikroorganisme, kerusakan fisik akibat kecelakaan, kekurangan garam mineral dan vitamin,
gangguan fisiologis, beban aktivitas yang berlebihan, atau kesalahan sikap tubuh.

TELAAH KURIKULUM DAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN BIOLOGI


Kelompok 5

21
A. Gangguan pada Tulang
1. Fraktur adalah patah tulang, terjadi jika tenaga yang melawan tulang lebih besar daripada kekuatan
tulang. Jenis dan parahnya patah tulang dipengaruhi oleh usia penderita, kelenturan tulang, jenis
tulang, dan seberapa besar kekuatan yang melawan tulang.
a. Fraktur simpleks (sederhana/tertutup), tulang yang patah tidak tampak dari luar.
b. Fraktur kompleks (majemuk/terbuka), tulang yang patah tampak dari luar karena tulang telah
menembus kulit atau kulit mengalami robekan.
c. Fraktur avulsi, patah tulang yang disebabkan oleh kontraksi otot yang kuat, sehingga menarik
bagian tulang tempat tendon melekat. Sering terjadi pada bahu dan lutut.
d. Fraktur patologis, terjadi jika tumor atau kanker telah tumbuh ke dalam tulang dan
menyebabkan tulang menjadi rapuh.
e. Patah tulang kompresi (penekanan), disebabkan oleh tekanan suatu tulang terhadap tulang
lainnya. Sering terjadi pada wanita lanjut usia yang tulang belakangnya rapuh karena
osteoporosis.
f. Fraktur karena tergilas, menyebabkan retakan atau pecahan tulang.

2. Gangguan tulang belakang merupakan akibat dari distrofi otot, sindrom Marfan, sindrom Down,
sikap tubuh yang buruk, atau penyakit lainnya.
a. Kifosis adalah bentuk tulang belakang melengkung ke arah luar tubuh atau ke belakang yang
mengakibatkan penderita menjadi terlihat bongkok.
b. Lordosis adalah tulang belakang bagian lumbar (pinggang) melengkung ke arah dalam tubuh
atau ke depan.
c. Skoliosis adalah tulang belakang melengkung ke samping kiri atau ke samping kanan yang
membuat penderita bungkuk ke samping.
d. Sublubrikasi adalah kelainan pada tulang belakang bagian leher yang menyebabkan kepala
berubah ke arah kiri atau kanan.

3. Gangguan fisiologis tulang, Gangguan fisiologis tulang, antara lain sebagai berikut.
a. Osteoporosis adalah tulang rapuh, keropos dan mudah patah. Osteoporosis terjadi akibat
berkurangnya hormon testosteron pada laki-laki atau hormon estrogen pada wanita.
Osteoporosis juga disebabkan oleh kurangnya asupan kalsium.
b. Rakitis adalah pelunakan tulang pada anak-anak karena kekurangan atau gangguan
metabolisme vitamin D, magnesium, fosfor, dan kalsium. Rakitis berpotensi menyebabkan
tulang kaki menjadi bengkok membentuk huruf O atau X.
c. Mikrosefalus adalah kelainan pertumbuhan tengkorak sehingga kepala karena kekurangan
atau gangguan metabolisme vitamin D, magnesium, fosfor, dan kalsium. Rakitis berpotensi
menyebabkan tulang kaki menjadi bengkok membentuk huruf O atau X. berukuran lebih kecil
dari ukuran normal.
d. Mikrosefalus terjadi akibat kegagalan pertumbuhan otak saat bayi setelah terkena infeksi,
misalnya meningitis.
e. Hidrosefalus (kepala air) adalah gangguan aliran cairan di dalam otak (cairan serebro spinal)
yang menyebabkan pelebaran rongga tempurung otak, sehingga kepala membesar.
f. Layu (semu) tulang tidak bertenaga akibat infeksi, misalnya infeksi sifilis.

B. Gangguan pada Otot

TELAAH KURIKULUM DAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN BIOLOGI


Kelompok 5

22
1. Hipertrofi adalah gangguan akibat otot yang berkembang menjadi lebih besar. Hipertrofi dapat
disebabkan oleh aktivitas otot yang kuat, berulang-ulang dan terus- menerus, serta nutrisi yang
banyak. Terjadi pada orang yang sering berolahraga atau bekerja keras.
2. Atrofi adalah gangguan akibat otot yang mengecil. Atrofi dapat terjadi jika otot tidak digunakan atau
tidak digerakkan, misalnya karena kelumpuhan, pemasangan gips, atau penyakit poliomielitis.
3. Distrofi otot adalah penurunan kemampuan otot karena kelainan genetik.
4. Tetanus adalah penyakit kejang otot, otot berkontraksi terus-menerus hingga tidak mampu lagi
berkontraksi, dapat disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani.
5. Kram adalah keadaan saat otot tiba-tiba terasa tegang, sulit digerakkan dan disertai rasa nyeri. Kram
terjadi karena tidak melakukan pemanasan dengan benar sebelum berolahraga, kurang lancarnya
aliran darah pada bagian tubuh tertentu, kondisi udara dingin, ketidakseimbangan elektrolit dalam
tubuh terutama natrium dan kalium, serta kekurangan vitamin tiamin (B1), asam pantotenat (B5), dan
piridoksin (B6).
6. Miastenia gravis adalah ketidakmampuan otot berkontraksi sehingga penderita mengalami
kelumpuhan. Merupakan penyakit autoimun (sistem kekebalan tubuh kacau dan menyerang tubuh
sendiri).
7. Otot robek adalah robeknya serabut otot yang berakibat bengkak, rasa nyeri, dan pendarahan.
8. Otot terkilir (strain) adalah robeknya otot bagian tendon karena teregang melebihi batas normal. Otot
terkilir disebabkan oleh pembebanan secara tiba-tiba pada otot.

C. Gangguan pada Sendi


1. Terkilir atau keseleo (sprain) adalah gangguan sendi akibat gerakan yang tidak biasa, dipaksakan, atau
bergerak secara tiba-tiba. Terkilir dapat menyebabkan memar, bengkak, dan rasa sakit.
2. Dislokasi adalah pergeseran tulang penyusun sendi dari posisi normal.
3. Osteoartritis adalah kerusakan dan keausan rulang nawan yang berfungsi sebagai bantalan pada sendi.
Penyebab osteoartritis adalah proses penuaan, cedera, kelemahan nilang, atau penggunaan sendi yang
terlalu berat.
4. Ankilosis adalah sendi tidak dapat digerakkan dan ujung-ujung antartulang terasa bersatu
5. Urai sendi adalah robelnya selaput sendi yang diikuti oleh terlepasnya ujung tulang sendi
6. Artritis adalah peradangan pada sendi, yang disertai bengkak, kaku, keterbatasan bergerak, dan rasa
sakit. Bentuk-bentuk artritis, antara lain sebagai berikut.
a. Artritis reumatoid, penyakit yang timbul karena sistem kekebalan tubuh secara keliru
menyerang jaringan yang sehat, menyebabkan peradangan yang merusak sendi. Penyakit ini
lebih sering diderita oleh wanita berusia 25--55 tahun.
b. Gaut artritis adalah kelebihan asam urat di dalam tubuh (hiperurikemia) yang berlangsung
bertahun-tahun sehingga terjadi penumpukan asam urat yang mengkristal pada sendi.
Penyakit ini sering diderita oleh laki-laki berusia 40-50 tahun.
c. Artritis psoriatik adalah radang sendi yang terjadi pada orang-orang yang menderita psoriasis
pada kulit atau kuku. Psoriasis merupakan kelainan kulit menahun yang menyebabkan
timbulnya bercak-bercak merah di kulit.
d. Artritis sika adalah berkurangnya minyak sendi (cairan sinovial) yang menimbulkan bunyi
dan rasa sakit ketika digerakkan.
e. Artritis eksudatif adalah timbulnya getah radang berupa cairan nanah pada rongga sendi dan
menimbulkan rasa sakit jika digerakkan.

TELAAH KURIKULUM DAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN BIOLOGI


Kelompok 5

23
f. Artritis septik adalah radang sendi yang disebabkan oleh infeksi bakteri.

VI. Teknologi Sistem Gerak


Perkembangan teknologi di bidang kesehatan atau kedokteran untuk mengatasi kerusakan, gangguan, dan
kelainan sistem gerak, antara lain sebagai berikut.

● Penyembuhan patah tulang


1. Pemasangan gips, yaitu bahan kapur yang diletakkan di sekitar tulang yang patah.
2. Pembidaian, yaitu dengan menempatkan benda keras di sekeliling tulang yang patah.
3. Pembedahan internal, yaitu pembedahan untuk menempatkan batang logam atau piringan pada tulang
yang parah.
4. Penarikan (traksi), yaitu menggunakan beban untuk menahan anggota gerak yang mengalami
deformitas (perubahan/pergeseran bentuk) dan mempercepat penyembuhan

● Penyembuhan kanker/tumor tulang


1. Kemoterapi, biasanya menggunakan obat-obatan yang sangat kuat untuk mencoba membunuh sel
kanker. Kelemahannya proses ini menyebabkan beberapa sel-sel normal juga mati.
2. Radioterapi, yaitu pengobatan kanker menggunakan sinar radioaktif seperti sinar X, elektron, sinar
gamma, atau partikel lain.
3. Operasi, bertujuan untuk menghilangkan tumor lokal pada tulang.

● Penggantian sendi
Penggantian sendi dilakukan dengan cara pembedahan untuk mengganti sendi yang rusak dengan
logam. Bonggol sendi diganti dengan logam campuran (misalnya campuran titanium) dan cawan sendi
diganti dengan mangkuk polietilena (misalnya plastik) yang kerapatannya tinggi. Kedua sisi
direkatkan dengan senyawa metal metakrilat berpori yang memungkinkan fisiologi tulang tetap
berjalan normal.

● Transplantasi sumsum
Transplantasi sumsum, yaitu sumsum merah dari seseorang ditransplantasikan kepada orang lain.
Dalam hal ini, diperlukan teknik khusus untuk memindahkan sumsum dari donor yang sehat dan
menyuntikkannya ke resipien tanpa merusaknya, karena sumsum sangat lunak.

● Penanggulangan skoliosis kongenitalis


Skoliosis kongenitalis adalah suatu kelainan pada lengkung tulang belakang bayi yang baru lahir.
Skoliosis ini dapat menyebabkan kelainan bentuk yang serius pada anak yang sedang tumbuh. Oleh
karena itu, seringkali dilakukan tindakan pengobatan dengan memasang penyangga (brace) sedini
mungkin. Jika keadaan anak semakin memburuk, perlu dilakukan pembedahan.

● Implan
Implan adalah pemasangan suatu material dari benda rigid atau kaku (misalnya titanium) pada tulang
belakang yang mengalami gangguan.

● Tangan bionik

TELAAH KURIKULUM DAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN BIOLOGI


Kelompok 5

24
Tangan bionik merupakan tangan buatan yang fungsional sehingga dapat digunakan untuk memegang
benda dan melakukan gerakan kombinasi tangan, misalnya mengetik.

● Kaki bioni
Kaki bionik merupakan kaki buatan yang dilengkapi dengan perangkat Huetooth Chip komputer
ditanamkan pada setiap kaki untuk mengirimkan sinyal ke motor di kedua sendi buatan sehingga lutut
dan mata kaki dapat berpindah dan melakukan gerakan yang terkoordinasi, misalnya berdiri, berjalan,
dan mendaki. Kaki bionik ini menggunakan energi dari baterai.

● Penanggulangan kaki O
Penanggalangan kaki O dilakukan dengan pemakaian sepatu khusus yang harus selalu dipakai.

● Viskosuplementasi
Viskosuplementasi adalah menyuntikkan asam hialuronat ke celah-celah sendi untuk memperbaiki
gizi dan pelumasan.

TELAAH KURIKULUM DAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN BIOLOGI


Kelompok 5

25
TELAAH KURIKULUM DAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN BIOLOGI
Kelompok 5

26
TELAAH KURIKULUM DAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN BIOLOGI
Kelompok 5

27
TELAAH KURIKULUM DAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN BIOLOGI
Kelompok 5

28
TELAAH KURIKULUM DAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN BIOLOGI
Kelompok 5

29
TELAAH KURIKULUM DAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN BIOLOGI
Kelompok 5

30

Anda mungkin juga menyukai