Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja Volume 46, No.

1, Mei 2020: 230 - 241


p-ISSN: 0216-4019 e-ISSN: 2614-025X
INOVASI, MASALAH, DAN TANTANGAN DALAM PENYUSUNAN RDTR UNTUK OSS:
KASUS PADA PENYUSUNAN RDTR DI SENDAWAR TIMUR, KUTAI BARAT,
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Eko Budi Santoso1, Aulia Iswi2, Ipung Yanuasmara3


1
Institut Pemerintahan Dalam Negeri, 2 & 3Konsultan Aria Ripta Sarana
Email: budi_santoso@ipdn.ac.id, aulia.iswi04@gmail.com, Ipung.hmp@gmail.com

ABSTRAK. Paper ini merupakan hasil kajian penulis atas keterlibatan dalam penyusunan Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR) Sendawar Bagian Timur Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur. Walaupun kajian
penulis didasarkan atas satu kasus yang terlibat langsung, namun dari sharing antar perencana didapat fakta
bahwa berbagai permasalahan yang terjadi relatif hampir sama dengan berbagai kasus penyusunan RDTR di
daerah lainnya di Indonesia yang disusun dalam rangka Online Single Submission (OSS) yang mulai resmi
diterapkan per 1 Januari 2020 ini. Hasil kajian ini walaupun tidak dapat digeneralisasi namun dapat dijadikan
bahan pembelajaran dalam penyusunan RDTR lainnya untuk kepentingan sejenis maupun RDTR reguler lainnya
yang relatif memilki karakteristik yang hampir serupa. Hasil kajian menunjukkan bahwa masih ada beberapa
kelemahan yang perlu dibenahi baik pada penyiapan peta dasar & tematik, klasifikasi pada pedoman dan standar,
waktu penyusunan yang wajar, maupun sinkronisasinya dengan sistem pada OSS. Direkomendasikan untuk
melakukan crash program dalam penyiapan peta dasar dan peta tematik terkait, penyesuaian/penyempurnaan
pedoman, pemisahan proses dengan KLHS, serta penyiapan SDM dalam mengelola flexible system pada OSS.

Kata Kunci: Inovasi, Masalah, Tantangan, RDTR Sendawar Timur, Kutai Barat

INNOVATION, PROBLEM, AND CHALLENGES IN PREPARING RDTR FOR OSS: CASE


IN PREPARING RDTR IN EEATERN SENDAWAR, WEST KUTAI REGENCY, EAST
KALIMANTAN PROVINCE

ABSTRACT. This paper is the result of the author's study of his involvement in the preparation of the Eastern
Sendawar Spatial Detail Plan (RDTR) in West Kutai Regency, East Kalimantan Province. Although the
author's study is based on one case directly involved, but from sharing between planners the fact is that the
various problems that occur are relatively similar to the various case of the preparation of RDTR in other
regions in Indonesia prepared for the input of Online Single Submission (OSS), which began to be officially
applied as of January 1, 2020. The results of this study, although they cannot be generalized, can be used as a
lesson learnt in the preparation of other RDTRs for the same type of RDTR and other regular RDTRs that
have relatively similar characteristics. The results of the study indicate that some weaknesses need to be
addressed including the preparation of base & thematic maps, classification of guideline and standards,
reasonable preparation time, and synchronization with the system in OSS. It is recommended to do a crash
program in preparing base maps and thematic maps, adjusting the guidelines, separating process with KLHS,
and preparing human resources in managing flexible systems on OSS.

Key Words: Innovation, Problem, Challenge, Spatial Detail Plan of East Sendawar, West Kutai

PENDAHULUAN satu urusan pemerintahan yang harus


Urusan pemerintahan adalah mencakup dilakukan oleh daerah adalah urusan penataan
segala urusan yang menyangkut seluruh ruang. Dalam UU 23/2014, urusan penataan
kehidupan masyarakat. Dalam kehidupan ruang merupakan urusan konkuren yang wajib
bernegara di Indonesia urusan pemerintahan dilakukan dan terkait dengan pelayanan dasar.
daerah adalah segala urusan tersebut, kecuali Termasuk urusan konkuren, karena urusan
yang dinyatakan sebagai urusan pemerintah penataan ruang ini dikerjakan baik oleh
(Pusat). Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam pemerintah pusat maupun daerah. Salah satu
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 (UU aspek dalam penyelenggaraan urusan penataan
23/2014) tentang Pemerintahan Daerah. Salah ruang tersebut adalah kegiatan perencanaan
DOI: 10.33701/jipwp.v46i1.1092
Terbit Tanggal 28 Mei 2020
Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja, Volume 46 No. 1, Mei 2020 231

tata ruang. Kegiatan ini dilakukan untuk kebijakan maupun langkah strategis dan teknis
menghasilkan rencana umum dan rencana rinci berikutnya. Kasus yang dipilih adalah lokasi
tata ruang, yang salah satunya Rencana Detail penyusunan RDTR di mana penulis pernah
Tata Ruang (RDTR). RDTR ini diperlukan terlibat dalam penyiapannya yaitu penyusunan
untuk dasar pemberian izin terkait investasi. RDTR BWP Sendawar Timur Kabupaten
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur.
Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan
Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara METODE
Elektronik, atau yang biasa disebut dengan Penelitian dilakukan dengan pendekatan
Online Single Submission (OSS), maka deskriptif kualitatif karena memiliki
perizinan isvestasi di Indonesia akan melalui karakteristik yang sesuai dengan penelitian
satu pintu. Terbitnya PP ini dilatarbelakangi kualitatif menurut Sugiyono (2010) dan
oleh adanya keluhan banyak investor atas Creswell, John W. (2003), yaitu bersifat
kondisi yang kurang kondusif dalam menggambarkan kondisi yang diterangkan
memperoleh izin berusaha di Indonesia. Untuk dengan kata-kata kualitatif, menjawab
memangkas banyaknya meja yang dilalui
pertanyaan penelitian apa saja dan
dalam proses perizinan ini maka Pemerintah
bagaimana, memahami makna dari yang
menerbitkan PP ini yang diharapkan investor
dapat langsung melakukan usahanya dengan
terlihat, serta dilakukan tidak untuk tujuan
cepat apabila semua persyaratannya telah menggeneralisasi. Metode deskriptif
dilengkapi dan meningkatkan kepastian dalam kualitatif dilakukan untuk menggambarkan
perolehan izinnya. atas apa saja yang dilakukan atau ada dan
Untuk mewujudkan harapan tersebut, proses yang dilalui dalam penyusunan Rencana
sistem yang dikembangkan, membutuhkan Detail Tata Ruang (RDTR) kawasan perkotaan
asupan penting yaitu rencana tata ruang yang Sendawar bagian timur, Kabupaten Kutai Barat
menjadi dasar dalam penerbitan izin yang Provinsi Kalimantan Timur. Selain itu juga
memungkinan investor untuk dapat melakukan ditambah data dari penelitian lain yang pernah
pembangunan atau konstruksi di tempat dilakukan penulis terkait penyiapan OSS
usahanya. Hal ini karena investor tentu dalam penyelenggaraan layanan bidang
membutuhkan Izin lokasi dan izin mendirikan investasi oleh pemerintah daerah, dan hasil
bangunan (IMB) dalam mengoperasikan sharing pengalaman pelaksnaan penyusunan
usahanya, walaupun izin prinsipnya telah RDTR di wilayah lain sesama planner /
didapatkan dari pemerintah pusat. Rencana tata perencana. Pengumpulan data dilakukan
ruang yang diperlukan sebagai dasar dengan teknik dokumentasi, observasi, dan
penerbitan izin lokasi dan IMB tersebut adalah wawancara. Teknik dokuementasi dilakukan
RDTR dan Peraturan Zonasi (PZ). Berkenaan dengan menghimpun semua hasil proses
dengan hal tersebut, maka sejak perencanaan RDTR mulai dari buku Fakta dan
diberlakukannya OSS, pemerintah berusaha Analsis, Buku Rencana, Berita Acara Focus
melakuan percepatan penyusunan RDTR Group Discussion (FGD), Berita Acara
sampai dengan menjadi Peraturan Daerah yang Konsultasi/Asistensi, Dokumen KLHS,
diharapkan dapat menjadi dasar bagi OSS Rekomendasi Gubernur, serta Persetujuan
dalam penerbitan izin lokasi dan IMB nya. Substansi dari Kementerian ATR, dan
Kajian ini bertujuan untuk melihat dokumen-dokumen terkait lainnya. Teknik
berbagai inovasi, masalah, dan tantangan yang Observasi dilakukan dengan peneliti melihat
dihadapi dalam penyusunan RDTR yang langsung wilayah yang direncanakan, maupun
dipercepat sebagai asupan OSS dalam beberapa pertemuan konsultasi maupun FGD.
peningkatan investasi tersebut. Hasil kajian ini Wawancara dilakukan pada tenaga ahli yang
dapat dipergunakan sebagai masukan evaluasi terlibat langsung dalam proses pengumpulan
kebijakan dan penyempurnaan dalam data dan perencanaan RDTR, surveyor
pemetaan, maupun tenaga ahli pemetaan yang
Inovasi, Masalah, dan Tantangan Dalam Penyusunan RDTR Untuk OSS: Kasus Pada Penyusunan RDTR di
Sendawar Timur, Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur
(Eko Budi Santoso, Aulia Iswi, Ipung Yanuasmara)
232 Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja, Volume 46 No. 1, Mei 2020

lakukan proses konsultasi peta dengan Badan penyusunan RDTR di wilayah tersebut,
Informasi Geospasial, maupun terhadap perkotaan Sendawar akan dikembangkan
pejabat daerah yang terkait kegiatan menjadi Kota Sedang sampai Kota Besar
penyusunan RDTR di lokasi penelitian. dalam 20-50 tahun ke depan walaupun
Operasionaisasi konsep innovasi, dengan kondisinya saat ini masih termasuk perkotaan
menggunakan pendekatan Schumpeterian kecil dengan penduduk kurang dari 500.000
(Schumpeter, 1982) yang diambil dari jiwa.
pendapat Kogabayef Timur (2017) yang Wilayah perkotaan Sendawar bagian
menerangkan bahwa “...Innovation timur ini berada di wilayah paling timur dari
consists of the generation of a new idea Kabupaten Kutai Barat dan berbatasan dengan
Kabupaten Kutai Kartanegara dengan
and its implementation into a new product,
perbatasannya di garis tengah sepanjang sungai
process or service...”. Menurut pendapat
Mahakam. Wilayah perkotaan Sendawar
Rowley J. Dkk (2011 dalam Timur, 2017), secara keseluruhan sampai dengan penyusunan
innovasi itu mencakup 4 tipe innovasi, RDTR ini dilakukan belum memiliki RDTR
yaitu: paradigm innovation, process yang telah disahkan menjadi Peraturan Daerah
innovation, product innovation, dan (Perda). Pada beberapa tahun sebelumnya
position innovation. Dalam penelitian ini pernah dilakukan penyusunan rencana
karena dalam perencanaan tata ruang detailnya tetapi sampai dengan saat
semua proses dan prosedur sudah diatur penyusunan RDTR Sendawar Timur ini,
dalam pedoman, maka inovasi yang dilihat RDTR Kawasan Perkotaan Sendawar (secara
pada tipe inovasi produknya, yaitu segala keseluruhan) belum menjadi Perda.
Dengan memperhatikan berbagai potensi,
ide baru yang kemudian dituangkan dalam
masalah, dan daya dukung serta daya tampung
hasil/produk perencanaannya. Sedangkan
wilayah perencanaan dari berbagai aspek yang
konsep masalah didekati dengan konsep dibahas mulai dari aspek kebijakan, kedudukan
masalah dalam perencanaan yang biasanya dan peran wilayah, kondisi fisik wilayah,
bersifat open-ended problem yang sering kondisi kependudukan dan sosial budaya,
tidak memiliki solusi tunggal (Dandy, kondisi penggunaan lahan eksisting, kondisi
2008), dengan pengertian masalah adalah perekonomian serta keuangan pembangunan
suatu kondisi yang berbeda atau dan berbagai aspek lainnya termasuk opini dan
menunjukkan adanya gap atau diskrepansi aspirasi stakeholders, maka Rencana struktur
antara kondisi ideal dengan kenyataan dan rencana pola ruang dalam RDTR BWP
yang terjadi atau yang ada. Sendawar Timur ini sebagaimana pada gambar
1 dan gambar 2 berikut.
Pada rencana sistem pusat pelayanannya
HASIL DAN PEMBAHASAN
di wilayah perencanaan Sendawar Timur ini
Hasil Perencanaan di Lokasi Yang Menjadi
direncanakan dikembangkan satu pusat
Lokus Kajian
Kawasan perkotaan Sendawar Timur sekunder I bagi Kawasan Perkotaan Sendawar
adalah merupakan bagian di sebelah timur dari secara keseluruhan. Pengembangan ini sangat
keseluruhan kawasan perkotaan Sendawar wajar dan memungkinkan karena sebelum
yang menjadi ibukota Kabupaten Kutai Barat dikembangkannya pusat sekunder I yang dekat
di Provinsi Kalimantan timur. Menurut dengan pusat perkantoran Kabupaten Kutai
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Barat, pusat skunder terbesar di kawasan
Provinsi Kalimantan Timur, perkotaan Kutai perkotaan Sendawar ada di kawasan ini yaitu
Barat ditetapkan sebagai salah satu Pusat di kawasan perdagangan dan jasa di dekat
Kegiatan Wilayah (PKW) di Provinsi Pusat Dakwah Islam Sendawar / Melak.
Kalimantan Timur. Oleh karena itu dalam Sampai hari ini apabila masyarakat perkotaan
pandangan penulis yang terlibat dalam Sendawar membutuhkan barang-barang

Inovasi, Masalah, dan Tantangan Dalam Penyusunan RDTR Untuk OSS: Kasus Pada Penyusunan RDTR di
Sendawar Timur, Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur
(Eko Budi Santoso, Aulia Iswi, Ipung Yanuasmara)
Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja, Volume 46 No. 1, Mei 2020 233

kebutuhan tahunan atau bukan kebutuhan terpadu. Rencana ini memadukan antara
sehari-hari yang tidak dapat diperoleh di pusat opportunity jalur rel KA, penetapan sebagai
sekunder I yang dekat pusat perkantoran Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang akan
kabupaten, mereka akan melakukan menjadi kota sedang-besar, dan sudah adanya
pembelanjaannya ke kawasan ini. Oleh karena jalan kolektor primer yang melalui kawasan.
itu sangat wajar dan memungkinkan apabila Adanya opportunity sebagai kota PKW
kawasan ini juga tetap akan dikembangkan pada masa akan datang, juga dimanfaatkan
menjadi pusat sekunder I bagi kawasan untuk mengembangkan jaringan jalan dalam
perkotaan Sendawar secara keseluruhan. sistem sekunder. Walaupun dalam RTRW
Begitu juga adanya bandara di wilayah Kabupaten Kutai Timur maupun dalam konsep
perencanaan, juga dimaksimalkan RDTR Kawasan Perkotaan Sendawar belum
pemanfaatannya dengan mengembangkan dikembangkan jaringan jalan dalam sistem
aero-eco city di dekat bandara, yang juga akan sekunder, RDTR bagian kawasan perkotaan
dikembangkan menjadi pusat sekunder II ( di Sendawar di bagian timur ini, mengusulkan
bawah pusat sekunder I yang dekat Melak). untuk dikembangkannya jaringan jalan dalam
Begitu juga adanya opportunity bahwa sistem sekunder tersebut sebagai antisipasi
kawasan perkotaan Sendawar juga akan dilalui perkotaan Sendawar menjadi kota sedang atau
jalur kereta api yang terhubung ke arah kota besar yang berperan sebagai kota PKW
Samarinda, maka di kawasan juga bagi wilayah Kalimantan Timur.
dikembangkan rencana terminal dan stasiun

Sumber: Raperda RDTR BWP Sendawar Timur, Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur

Gambar 1. Rencana Struktur Ruang Sendawar Timur Kabupaten Kutai Barat

Inovasi, Masalah, dan Tantangan Dalam Penyusunan RDTR Untuk OSS: Kasus Pada Penyusunan RDTR di
Sendawar Timur, Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur
(Eko Budi Santoso, Aulia Iswi, Ipung Yanuasmara)
234 Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja, Volume 46 No. 1, Mei 2020

Sumber: Raperda dalam ppt Persetujuan Substansi RDTR BWP Sendawar Timur, Kutai Barat, Prov Kaltim
Gambar 2: Rencana Pola Ruang Sendawar Timur Kabupaten Kutai Barat

Begitu juga adanya orientasi pergerakan 1. Dikembangkan aero-eco city dengan


masyarakat yang selama ini melalui sungai memanfaatkan adanya potensi bandara di
serta masih banyaknya wilayah di sekitar wilayah perencanaan dan adanya penggunaan
sungai yang belum terbangun, dikembangkan lahan yang masih kosong, dengan mencoba
juga rencana membangun jalan kolektor membuat pola / pattern pola ruang yang
sekunder yang dapat menghubungkan apabila dilihat dari atas akan membentuk pola
pergerakan masyarakat dari pusat sekunder ke seperti pesawat terbang
II dengan ke II yang ain maupun antara pusat 2. Dikembangkan sistem jaringan jalan
sekunder II dengan III lainnya di jalan yang sekunder dalam wilayah perkotaan yang
sekaligus menjadi jalan inspeksi bagi Sungai dirancang sebagai PKW, dengan
Mahakam. Ini sekaligus juga sebagai upaya mempertimbangkan pada 20-50 tahun
untuk mengendalikan risiko banjir di bagian mendatang kawasan perkotaan Sendawar akan
kawasan yang dekat bibir sungaii. Berbagai berkembang menjadi kota sedang sampai kota
rencana tersebut dituangkan dalam rencana besar dengan penduduk lebih dari 500.000 jiwa
struktur ruang dan rencana pola ruang atau bahkan di atas 1.000.000 jiwa. Oleh
(disamping muatan RDTR lainnya) yang dapat karena itu lebih baik dikembangkan jaringan
dilihat pada gambar 1 dan gambar 1 di bawah jalan sistem sekunder di awal sebelum
ini. berbagai permasalahan muncul kalah cepat
Beberapa Inovasi dalam Perencanaan di dengan perkembangan penduduk dan
Lokus Kajian kecepatan perubahan kawasan terbangun di
Dari gambaran rencana yang kawasan
dikembangkan di atas dapat dilihat bahwa 3. Dikembangkan kawasan terminal dan
dalam penyusunan RDTR di lokasi kajian ini stasiun kereta api (KA) terpadu antar
yaitu di kawasan perkotaan Sendawar bagian moda, dengan memanfaatkan opportunity
timur ini, telah dilakukan beberapa inovasi gabungan antara rencana jalur rel KA yang
perencanaan yang diwujudkan sebagai suatu melalui kawasan perkotaan Sendawar,
ide baru dalam produk perencanaannya sesuai adanya penetapan sebagai Kota PKW serta
pendapat Rowley J (2011 dalam Timur, 2017), telah dilaluinya jalan kolektor primer 3
sebagai berikut: (jalan provinsi) di kawasan
Inovasi, Masalah, dan Tantangan Dalam Penyusunan RDTR Untuk OSS: Kasus Pada Penyusunan RDTR di
Sendawar Timur, Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur
(Eko Budi Santoso, Aulia Iswi, Ipung Yanuasmara)
Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja, Volume 46 No. 1, Mei 2020 235

4. Dikembangkan jaringan jalan dalam lokal sekunder dan jalan lingkungan dalam
sistem sekunder yang merupakan kewenangan kawasan perkotaan juga ditetapkan dengan
kabupaten dengan lebar jalan yang jauh lebih lebar badan jalan yang lebih lebar dari
lebar dari aturan minimumnya. Misalnya ketentuan normatifnya. Lebih lengkap dapat
jaringan jalan arteri sekunder yang dalam dilihat pada tabel 1 di bawah ini
aturannya berdasarkan PP No 34 tahun 2006 5. Dikembangkan jalan kolektor
tentang Jalan ditetapkan lebar jalan minimum sekunder sekaligus sebagai jalan inspeksi
11 meter (sama dengan lebar jalan arteri sungai besar dalam wilayah yaitu Sungai
primer), tetapi jalan arteri sekunder di kawasan Mahakam, berfungsi menghubungkan antara
perkotaan Sendawar bagian timur ini pusat seunder II dengan pusat sekunder II dan
direncanakan dengan lebar yang jauh lebih pusat sekunder III.
lebar dengan ruang milik jalan sekitar 50 6. Dikembangkan landmark black orchid dan
meter. Ilustrasinya dapat dilihat pada vocal point pada lokasi-lokasi tertentu
penampang jalan rencana seperti pada gambar 7. Dikembangkan jaringan drainase primer di
3 di bawah ini. Dengan demikian maka lebar perkotaan dengan memanfaatkan cekungan
badan jalan akan jauh lebih lebar dari 11 meter alami dan yang menjadi sungai (walau
tersebut. Begitu juga jalan kolektor sekunder, tidak bermata air).

Tabel 1. Inovasi Rencana Dimensi Jalan di Kawasan Perkotaan Sendawar Bagian Timur
No Klasifikasi Fungsi Jalan LBJ PP Rencana di Perkotaan Sendawar Timur Keterangan
Jalan 34/2006
1 Arteri AP = AS Min 11 m Rumaja = 45m, Rumija = 50 m Psl 13 (1) dan 17 (1)
2 Kolektor KP = KS Min 9 m Rumaja = 25m, Rumija = 30 m Psl 14 (1) dan 18 (1)
3 Lokal LP = LS Min 7,5 m Rumaja = 16m, Rumija = 18 m Psl 15 (1) dan 19 (1)
4 Lingkungan LkP = LkS Min 6,5 m Rumaja = 6 m, Rumija = 7 m Psl 16 (1) dan 20 (1)
Keterangan: LBJ PP 34/2006: Lebar Badan Jalan Menurut PP 34 Tahun 2006
Sumber: PP 34 Tahun 2006 tentang Jalan dan Raperda RDTR BWP Sendawar Timur

Masalah Dalam Penyusunan RDTR Untuk bottle neck dalam urusan persetujuan peta
OSS untuk perencanaan. Apalagi apabila prioritas
Berdasarkan keseluruhan proses dalam antara BIG dengan unit perencanaan ruang
penyusunan RDTR di lokus kajian yaitu di yang lain berbeda, maka tentu urusan peta
Kawasan perkotaan Sendawar bagian timur, untuk penyusunan rencana tata ruang termasuk
yang mungkin juga terjadi di wilayah lain yang RDTR dapat menjadi terlantar penyiapan
juga disusun RDTR dalam rangka OSSnya, petanya di BIG ini. Selain itu untuk penyiapan
dapat diringkas terdapat beberapa masalah peta ini dibutuhkan waktu yang juga relatif
dalam proses penyusunan dan pengesahan lama untuk sampai menjadi peta yang siap
RDTR-nya, sebagai berikut: dipergunakan untuk perencanaan. Hal ini juga
1. Ketidaksiapan Peta Untuk Penyusunan sesuai dengan kajian Sukojo (2014) dan
RDTR Yang Berakibat Inefisiensi Pribadi dkk (2017). Akibatnya seringkali
Ini persoalan perencanaan spasial dari puluhan perencana menggunakan peta kerja yang
tahun lampau saat perencanaan wilayah dan belum dianggap valid oleh BIG dalam
kota mulai dikenal di Indonesia, yang sampai penyelesaian pekerjaannya. Hal ini sebenarnya
sekarang belum juga terselesaikan. Adanya inefisiensi dalam penyelesaian pekerjaan
amanat Undang-Undang Nomor 4 tahun 2011 perencanaan tata ruang karena perencana harus
tentang Informasi Geospasial yang melakukan kerja dua kali, agar hasil
memberikan kewenangan penuh pada Badan perencanaannya tertuang dalam peta yang
Informasi Geospasial (BIG) untuk menjadi sudah disetujui keabsahannya oleh BIG. Kerja
satu-satunya lembaga yang berwewenang tahap pertama dilakukan di atas peta kerja
menetapkan kesahihan peta di Indonesia maka yaitu peta yang belum mendapatkan
berakibat pada menumpukknya dan terjadinya persetujuan BIG untuk dipergunakan sebagai
Inovasi, Masalah, dan Tantangan Dalam Penyusunan RDTR Untuk OSS: Kasus Pada Penyusunan RDTR di
Sendawar Timur, Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur
(Eko Budi Santoso, Aulia Iswi, Ipung Yanuasmara)
236 Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja, Volume 46 No. 1, Mei 2020

peta dasar dari banyak peta rencana. Hal ini penunjukkan panitia sampai keseluruhan
dilakukan karena pada saat analisis dan proses teknisnya. Yang seringkali juga
perumusan konsep rencana sudah harus menjadi masalah adalah ketidaksinkronan
dilakukan, ternyata peta dasar belum siap pendanaan di Dinas / Badan yang
dipergunakan (belum disetujui BIV). Kerja mengurus urusan KLHS ini dengan
kedua yaitu setelah konsep rencana dibahas kepentingan penyusunan rencana tata
dan disetujui, namun karena masih dilakukan ruang termasuk RDTR ini. Apabila
di atas peta kerja yang belum disetujui BIG, anggaran pada dinas/badan yang
maka konsep rencana yang telah disetujui mengurusi KLHS tidak tersedia untuk
tersebut, perlu ditransfer ke dalam peta baru penyusunan KLHS, sementara dalam
yang telah mendapatkan persetujuan dari BIG. pekerjaan tata ruang juga tidak tersedia
untuk anggaran untuk membiayai panitia
2. Ketidaksiapan Peta Tematik Sesuai yang terlibat dalam penyusunan KLHS di
Dengan Skala Yang Dibutuhkan lingkungan pemerintah daerah, maka
Berbagai peta tematik yang dibutuhkan penyusunan KLHS ini akan menunggu
untuk kepentingan analisis yang dilakukannya perubahan Dokumen
diperlukan dalam penyusunan RDTR, Pelaksanaan Anggaran Daerah (DPAD)
idealnya adalah sesuai dengan skala yang memungkinkan sesuai Anggaran
rencana yang dihasilkan dalam RDTR Penerimaan dan Belanja Daerah (APBD)
yaitu pada skala 1:5.000. Namun yang telah ditetapkan. Kendala lain akan
kenyataannya berbagai peta tematik yang semakin membuat proses penyusunan
dibutuhkan terutama peta tematik yang KLHS menjadi panjang apabila aparat di
terkait dengan kondisi fisik, tidak pernah dinas/badan yang urus KLHS kurang
dipetakan pada skala 1:5.000 tersebut. responsif maupun yang memiliki
Skala yang terbesar yang pernah dibuat, resistensi. Resistensi akan semakin tinggi
adalah dalam peta skala 1:25.000 untuk bila hubungan koordinasi yang kurang baik
wilayah seluas wilayah kabupaten. dijalankan oleh dinas/badan yang urus
Sementara bagi instansi / lembaga penataan ruang dengan dinas/badan yang
penyedia berbagai peta tematik tersebut, urus KLHS. Oleh karena itu menyatukan
penyediaan peta tematik pada skala lebih kedua proses ini dalam satu waktu akan
besar sampai skala 1:5.000 tersebut menjadi kendala terutama bagi proses
mungkin tidak prioritas. Hal penyusunan rencana tata ruangnya. Akan
mengakibatkan terjadinya gap prioritas lebih menjadi kendala apabila proses
yang dapat mengakibatkan tidak penyusunan rencana tata ruangnya
tersedianya peta yang dibutuhkan untuk merupakan crash program yang harus
kegiatan perencanaan RDTR di lokasi diselesaikan dalam waktu yang relatif lebih
kajian. Begitu juga halnya terjadi secara cepat daripada proses regularnya.
merata di Indonesia, berdasarkan
pengalaman perencanaan peneliti selama 4. Adanya Resistensi Aparat Lokal
ini berpraktek sebagai perencana (apatisme)
3. Proses KLHS dalam Penyusunan RDTR Dalam proses RDTR Sendawar bagian
Sering Jadi Kendala Timur Kuta Barat juga dirasakan ada
Amanat UU Lingkungan Hidup yang persoalan resistensi ini. Hal ini
memasukkan proses Kajian Lingkungan diindikasikan oleh lambatnya respon
Hidup Strategis (KLHS) dalam aparat di daerah dalam merespon semua
penyusunan Rencana Tata Ruang termasuk arahan percepatan kegiatan yang diberikan
RDTR, seringkali memperlambat proses oleh pusat melalui surat formal yang
penyusunan RDTR. Hal ini karena proses dikawal perwujudannya oleh konsultan
yang harus dilalui dalam penyusunan pelaksana penyusunan RDTR. Hal ini
KLHS juga panjang mulai dari mungkin terjadi karena proses penyusunan
Inovasi, Masalah, dan Tantangan Dalam Penyusunan RDTR Untuk OSS: Kasus Pada Penyusunan RDTR di
Sendawar Timur, Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur
(Eko Budi Santoso, Aulia Iswi, Ipung Yanuasmara)
Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja, Volume 46 No. 1, Mei 2020 237

RDTR ini difasilitasi oleh pemerintah lainnya yang pembiayaannya dari


(pusat) yang daerah tidak terkait di pemerintah. Namun resistensi ini dapat
dalamnya, sehingga kurang merasa sebagai diatasi dengan melakukan lobby ke tingkat
kepentingan daerah, atau berbagai faktor sekretariat daerah dan menyampaikan
resistensi lainnya yang mungkin terjadi. kepentingan dari kegiatan penyusunan
Sepertinya hal ini juga berlaku untuk RDTR yang sedang dilakukan bagi
proses penyusunan rencana tata ruang kepentingan daerah dan pusat.

Inovasi, Masalah, dan Tantangan Dalam Penyusunan RDTR Untuk OSS: Kasus Pada Penyusunan RDTR di
Sendawar Timur, Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur
(Eko Budi Santoso, Aulia Iswi, Ipung Yanuasmara)
238 Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja, Volume 46 No. 1, Mei 2020

Sumber: Raperda RDTR Sendawar Timur, Kutai Barat, Prov Kalimantan Timur
Gambar 3: Penampang Jalan (Inovasi untuk Persiapan Jangka Panjang)

5. Perbedaan Klasifikasi Kegiatan Antara pertemuan-pertemuan yang melibatkan


KBLI dengan Klasifikasi di Pedoman banyak pihak serta banyaknya kendala
Perbedaan klasifikasi kegiatan yang yang dihadapi menjadi kendala serius
dinyatakan dalam pedoman dengan untuk penyelesaiannya. Di satu sisi semua
klasifikasi kegiatan dalam Pedoman rangkaian panjang tersebut harus selesai
Penyusunan RDTR dan PZ yang dalam masa kontrak, tetapi di sisi lain
diterbitkan oleh Kementerian Agraria dan banyak kendala yang sulit diselesaikan dan
Tata Ruang (ATR) dengan Kode Baku diluar kendali pihak pelaksana (konsultan),
Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) yang yang dapat berakibat pada terlambatnya
diterbitkan oleh BPS, seringkali penyelesaikan pekerjaan di luar masa
menimbulkan keraguan bagi perencana. kontrak. Ini juga menjadi tekanan serius
Permasalahan ini akan terus dinamis, bagi perencana yang melaksanakan.
karena KBLI yang menetapkan adalah Semestinya jika penyusunan RDTR ini
BPS dan akan terus berkembang. Kode crash program dalam waktu yang relatif
dari KBLI ini akan dipergunakan dan singkat, maka perlu ada sedikit
tercantum dalam tercantum di Surat Izin penyesuaian dari proses regular pada
Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda pedoman semestinya sangat panjang.
Daftar Perusahaan (TDP), dan perizinan
7. Terdapat Kelemahan Pedoman Dalam
investasi yang dikeluarkan oleh notaris
Penetapan Peruntukan Industri
dan berpengaruh bagi kegiatan usaha bagi
Terdapat kelemahan dalam pedoman,
kegiatan investasi. Oleh karena itu akan
terutama dalam klasifikasi pola ruang
dijadikan dasar dalam investasi, termasuk
untuk penyebutan zona dan sub zona untuk
pengajuan perizinan yang terkait penataan
industri. Dalam pedoman hanya dikenal
ruangnya. Untuk mengurangi
sub zona kawasan industri, sementara sub
permasalahan dalam perizinan
zona peruntukan industri, tidak
pemanfaatan ruang, maka dalam
dimungkinkan. Padahal sub zona
penyusunan PZ dilakukan penggabungan
peruntukan industri dengan sub zona
antara rincian kegiatan yang ada pada
kawasan industri itu berbeda. Di satu sisi
pedoman penyusunan RDTR dan PZ
jika tidak memenuhi pedoman dapat
dengan yang tercantum pada KBLI.
dianggap tidak mematuhi peraturan,
6. Waktu Penyusunan RDTR OSS Terlalu namun di sisi lain jika yang direncanakan
Singkat Dalam Ketentuan Prosedur Yang adalah peruntukan industri dan bukan zona
Panjang kawasan industri maka tidak tepat jika
Waktu penyusunan RDTR OSS hanya 5 dalam pola ruangnya ditetapkan sebagai
bulan, dengan ketentuan prosedur yang zona kawasan industri. Hal ini akan
sangat panjang dengan banyak FGD dan menjadi dilema bagi perencana, karena jika
Inovasi, Masalah, dan Tantangan Dalam Penyusunan RDTR Untuk OSS: Kasus Pada Penyusunan RDTR di
Sendawar Timur, Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur
(Eko Budi Santoso, Aulia Iswi, Ipung Yanuasmara)
Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja, Volume 46 No. 1, Mei 2020 239

pedoman tidak dilaksanakan dianggap sistem skunder yang direncanakan secara


melanggar normatif, tetapi jika dilakukan makro dalam satu wilayah perkotaan.
sesuai yang tertulis pada pedoman juga
melanggar aspek teoretik dan peraturan Tantangan Sinkronisasi Hasil RDTR
yang lebih tinggi yang mengatur tentang dengan Sistem Komputasi pada OSS
perindustrian yaitu Undang-Undang No 3 Masalah-masalah dalam proses
Tahun 2014 tentang Perindustrian dan PP penyusunan dan pengesahan RDTR tersebut,
Nomor 142 Tahun 2015 Tentang Kawasan perlu segera diatasi. Namun selain masalah
Industri. Oleh karena itu dalam yang sudah terjadi tersebut, masih ada
penyusunan RDTR di Sendawar tantangan lain yang kemungkinan juga akan
menggunakan terminologi yang sesuai dihadapi setelah proses penyusunan RDTR nya
dengan perundangan yang lebih tinggi, telah baik dan dapat dihasilkan output yang
yang menganut kedua sub zona tersebut. baik. Paling tidak akan terjadi masalah
Namun karena pada wilayah perencanaan sinkronisasi berikut ini:
tidak terdapat zona yang diperuntukkan 1. Di satu sisi proses penyusunan RDTR
bagi zona peruntukan industri, maka hanya dipercepat dalam waktu yang relatif
satu term yang diplot dalam peta pola kurang wajar untuk menghasilkan
ruangnya. Namun dalam penyusunan kebijakan yang mengikat sampai dengan
RDTR di daerah lain yang memungkinkan 20 tahun ke depan, sementara itu
ada zona yang direncanakan untuk sinkronisasinya dalam sistem OSS belum
peruntukan industri, maka kelemahan selesai penyiapannya. Berdasarkan data
dalam pedoman ini dapat menjadi kendala dan informasi yang valid, didapat
dan masalah bagi perencana, terutama kenyataan bahwa di Kabupaten Kutai
perencana yang kurang cakap dalam Barat belum ada RDTR yang disahkan
bersikap yang dapat disebabkan menjadi Peraturan Daerah, maka dapat
kekurangtahuan akan peraturan dipastikan bahwa proses perizinan
perundangan lainnya yang mengatur hal investasi yang diproses selama ini pada
tersebut. Dinas Penanaman Modal dan Perizinan
Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) pasti
8. Pengembangan Jalan Sistem Sekunder tidak didasarkan pada RDTR dan PZ yang
Belum Didukung Perencanaan Yang Lebih telah ditetapkan sebagai Perda. Penulis
Luas mencoba mencari pembanding dengan
Pengembangan jalan dalam sistem melakukan wawancara di kota lain yang
sekunder di wilayah perencanaan, memang relatif lebih maju pemanfaatan teknnologi
belum didukung oleh dalam dokumen informasi dan komputasinya yaitu Kota
perencanaan yang lebih tinggi. Namun Bandung dan Kabupaten Bekasi yang
pengembangan jalan dalam sistem kedua wilayah tersebut relatif tinggi
sekunder ini juga tidak salah, karena tingkat investasinya. Berdasarkan hasil
kawasan perkotaan Sendawar telah penelitian lain terkait kesiapan OSS dalam
ditetapkan sebagai PKW dalam RTRW peningkatan investasi (Santoso, 2019),
Provinsi Kalimantan Timur, dan ditetapkan ternyata OSS yang dikelola selama ini
sebagai kawasan perkotaan dalam RTRW belum ada keterkaitannya secara sistemik
Kabupaten Kutai Barat. Pengembangan dengan produk RDTR yang mereka miliki.
jalan dalam sistem sekunder di wilayah Oleh karena itu percepatan proses
perencanaan dalam RDTR mungkin akan penyelesaian RDTR ini menjadi kurang
mengalami kendala apabila dalam efektif jika sinkronisasi sistemik antara
penyusunan RTRW wilayah perkotaan RDTR dan PZ dalam sistem OSS belum
Sendawar secara keseluruhan atau yang selesai penyiapannya. Termasuk dalam
berbatasan tidak melanjutkan sebagai suatu sistem pengkodean standar dan
pengembangan autonomous robotnya.
Inovasi, Masalah, dan Tantangan Dalam Penyusunan RDTR Untuk OSS: Kasus Pada Penyusunan RDTR di
Sendawar Timur, Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur
(Eko Budi Santoso, Aulia Iswi, Ipung Yanuasmara)
240 Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja, Volume 46 No. 1, Mei 2020

2. Disamping belum ada sinkronisasi dalam ketidaksiapan peta dasar dan tematik,
protokol sistemnya terhadap produk RDTR kendala proses KLHS, perbedaan kode
dan PZ yang petanya menggunakan format dengan KBLI, kelemahan pedoman dalam
SHP, juga penyiapannya dalam sistem klasifikasi zona dan sub zona, apatisme
yang web based juga masih belum aparat terkait, dan waktu penyusunan yang
tersiapkan. Apalagi dengan sistem terlalu singkat.
autonomous robot serta Artificial 3. Tantangan yang ada juga masih banyak
Intelegentnya yang juga belum terbangun. dalam penyusunan RDTR untuk OSS. Dan
Atau paling tidak untuk pengembangan apabila tantangan tersebut tidak dapat
yang bersifat flexsible system saja, juga diantisipasi, maka efektifitas RDTR dan
belum ada tanda-tandanya. Penulis pernah upaya crash program dalam penyusunan
mencoba tanya, apakah dapat diketahui RDTR nya menjadi agak kurang
dari sistem OSS, jumlah industri bermakna. Dari berbagai permasalahan
berdasarkan klasifikasi lapangan usaha yang terjadi dan tantangan ke depan yang
tertentu (misal berdasarkan kode ISIC) masih mungkin harus di atasi, dapat
yang jumlah karyawannya lebih besar dari diberikan beberapa rekomendasi berikut:
jumlah tertentu? Ternyata sistem OSS 1. Perlu crash program dalam penyiapan peta
tidak memungkinkan untuk melakukan sebelum penyusunan RDTR maupun RTR
query seperti itu. Bahkan database yang lainnya yang sebaiknya disiapkan oleh
dihasilkan juga tidak memungkinkan BIG.
dilakukan query secara manual untuk dapat 2. Penyusunan RDTR dalam suatu crash
menjawab pertanyaan tersebut. Oleh program, sebaiknya digunakan pedoman
karena itu penulis menyangsikan bahwa penyusunan RDTR yang juga disesuaikan
sinkronisasi sistem OSS dengan RDTR sehingga prosesnya lebih besar
dalam proses perizinan akan dapat cepat proporsinya pada proses teknis, dan perlu
dijalankan dan berjalan mulus dalam mengurangi jumlah FGD walau tidak
waktu dekat ini. menghilangkannya
3. Sebaiknya proses penyusunan KLHS tidak
SIMPULAN DAN REKOMENDASI harus dimasukkan dalam proses
Dari pembahasan yang relatif ringkas di penyusunan RDTR maupun RTR lainnya,
atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan namun dibuat dalam proses tersendiri yang
berikut: domain pelaksananya di lingkungan
1. Inovasi perencanaan dalam penyusunan Kementerian Kehutanan dan Lingkungan
RDTR di lokasi kajian, masih dapat Hidup beserta jajaran terkaitnya di daerah.
banyak dilakukan pada inovasi terkait Sedangkan hasil proses KLHS dapat
produk perencanaannya. Hal ini juga dapat dipergunakan dalam proses peninjauan
dilakukan pada penyusunan rencana tata kembali produk rencana tata ruang (RTR)
ruang lainnya. Apabila perencana termasuk RDTR
memahami potensi, masalah, dan 4. Penyempurnaan pedoman RDTR sehingga
opportunity yang ada pada kawasan atau dapat menghilangkan perbedaan standar
wilayah yang direncanakan, maka selalu dalam pengklasifikasian zona maupun sub
akan banyak kesempatan untuk berinovasi zona dan juga klasifikasi kegiatan yang
dan membangun daya tarik dalam hasil mungkin memanfaatkan zona dan sub zona
perencanaannya yang direncanakan pada Peraturan
2. Masih terdapat beberapa kelemahan dalam Zonasinya
pelaksanaan kebijakan percepatan investasi 5. Penyiapan SDM untuk dapat menangani
melalui penerapan OSS, terutama dalam flexibe system untuk dapat memanfaatkan
crash progaram dalam penyusunan RDTR big data perizinan di Indonesia yang
nya. Beberapa masalah penting yaitu: dikelola dalam plaform OSS.

Inovasi, Masalah, dan Tantangan Dalam Penyusunan RDTR Untuk OSS: Kasus Pada Penyusunan RDTR di
Sendawar Timur, Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur
(Eko Budi Santoso, Aulia Iswi, Ipung Yanuasmara)
Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja, Volume 46 No. 1, Mei 2020 241

UCAPAN TERIMA KASIH Sugiyono (2010), Memahami Penelitian


Ucapan terima kasih ditujukan kepada Ir. Kualitatif, Bandung: Penerbit Alfabeta
Muchdar Umar, M.Si yang telah memberikan Sukojo,Bangun Muljo dan Moh. Mahfudhdin
kesempatan kepada penulis yang sekaligus Alawy (2014). Studi Analisis
sebagai peneliti pada saat diberikan tugas Ketelitian Geometrik Horizontal Citra
untuk membantu Konsultan Aria Ripta Sarana Satelit Resolusi Tinggi Sebagai Peta
dalam menjaga kualitas teknik hasil Dasar Rdtr Pesisir (Studi Kasus:
penyusunan RDTR Sendawar Timur, Kutai Kecamatan Bulak, Surabaya). GEOID
Barat Provinsi Kalimantan Timur. Ucapan Vol. 12, (1), 24-31.
terima kasih juga disampaikan kepada Dr. Drs Timur, Kogabayev (2017). The definition and
Misran Effendi, S.STP yang telah membantu classification of innovation.
memfasilitasi terwujudnya beberapa pertemuan HOLISTICA Vol 8, (1), 59-72
sehingga kegiatan penyusunan RDTR ____ Materi Teknis Rencana Detail Tata
Sendawar Timur Kutai Barat Provinsi Ruang Sendawar Timur, Kabupaten
Kalimantan Timur dapat diselesaikan dengan Kutai Barat, Provinsi Kalimantan
hasil yang baik dan sesuai waktu yang tersedia. Timur
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004
DAFTAR PUSTAKA tentang Jalan
Creswell, John W. (2003), Research design: Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
Qualitative, Quantitative, and Mixed tentang Penataan Ruang
Methods Approaches, SAGE Undang-Undang Nomor 4 tahun 2011 tentang
Dandy, Graeme, and etc (2008). Planning and Informasi Geospasial
Design of Engineering Systems. Undang-Undang No 3 Tahun 2014 tentang
Second Edition. NY: Taylor & Francis Perindustrian
Pribadi, Cherie Bhekti, Haryanto,Teguh & Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang
Puspita, Atik Indra (2017). Pembuatan Pemerintahan Daerah
Peta Dasar Skala 1:5000 Menggunakan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006
Citra Satelit Resolusi Tinggi (Csrt) tentang jalan
Pleiades 1-A Sebagai Acuan Peraturan Pemerintah Nomor 142 Tahun 2015
Pembuatan Peta Rdtr Pada Bagian Tentang Kawasan Industri
Wilayah Perkotaan (Bwp) Lumajang, Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang /
Kabupaten Lumajang. GEOID Vol. 12, Kepala Badan Pertanahan Nasional
(2), 153-157. Nomor 16 Tahun 2018 tentng
Santoso, Eko Budi, Agung Nurachman & Pedoman Penyusunan RDTR dan PZ
Fadhilahm, Hasna Azmi (2019). Local Kabupaten/Kota
Government Readiness to face Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik No. 57
Industrial Revolution 4.0 in Investment Tahun 2009 tentang Klasifikasi Baku
Sector, Laporan Hasil penelitian dalam Lapangan Usaha Indonesia (KBLI)
rangka kerjasama penelitian dengan
Iinstitute of Public Policy Management
(INPUMA) – Univeristy of Malaya

Inovasi, Masalah, dan Tantangan Dalam Penyusunan RDTR Untuk OSS: Kasus Pada Penyusunan RDTR di
Sendawar Timur, Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur
(Eko Budi Santoso, Aulia Iswi, Ipung Yanuasmara)

Anda mungkin juga menyukai