Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

“HIPEREMESIS GRAVIDARUM”

Di Susun Oleh:
Riyanti Irawan, S.Kep
(2214901070)

Preceptor Akademik Preceptor Klinik

( Ns. Ledia Restipa, M.Kep ) ( Ns. Yance Yulia, S.Kep )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
TAHUN 2023
1. Definisi

Hiperemesis Gravidarum (HG) adalah komplikasi di trimester

pertama kehamilan yang menyebabkan mual dan muntah amat parah daripada

morning sickness biasa (Joseph, 2022). Hiperemesis Gravidarum adalah

kondisi morning sickness yang ekstrem pada masa kehamilan dan ditandai

dengan mual dan muntah yang parah. Kondisi ini menyebabkan dehidrasi,

gangguan elektrolit dan keton dalam darah, serta penurunan berat badan yang

signifikan. Kondisi ini harus segera mendapatkan penanganan untuk

menghindari dampak buruk yang dapat menimpa ibu hamil dan janin.

Pengidap Hiperemesis Gravidarum dianjurkan untuk dirawat di rumah sakit,

karena komplikasinya yang berakibat pada ginjal, sistem saraf, dan hati

(Halodoc, 2019).

2. Anatomi fisiologi

Perubahan Anatomi dan Fisiologis Kehamilan :

a. Uterus
Uterus mengalami peningkatan ukuran dan perubahan bentuk. Uterus

akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah pengaruh

estrogen dan progesterone yang kadarnya meningkat. Endometrium

menebal manjadi desidua. Taksiran pembesaran uterus pada palpasi

tinggi fundus uterus ( TFU ) adalah sebagai berikut :

b. Decidua

Decidua adalah nama yang diberikan kepada endometrium selama

kehamilan. Progesterone dan estrogen pada awalnya diproduksi oleh

korpus luteum yang menyebabkan desidua menjadi lebih tebal,lebih

vaskuler, dan lebih kaya di fundus. Saat placenta telah berbentuk maka

plasenta dapat menghasilkan hormon sendiri dan korpus luteum tidak


lagi dipertahankan oleh HCG yang dihasilkan oleh sel sinsitiotrofoblas.

Korpus luteum mengecil dan akan berubah menjadi korpus albikan.

c. Miometrium

Estrogen berperan penting dalam pertumbuhan otot di dalam uterus.

Pada usia kehamilan 8 minggu,uterus mulai mengasilkan gelombang

kecil dari kontraksi yang dikenal sebagai kontraksi Braxton Hicks. Pada

umumnya kontraksi ini tanpa rasa sakit,walaupun beberapa wanita

mengeluhkan nyeri dengan intensitas rendah.

d. Serviks

Serviks mengalami pelunakan dan sianosis. Kelenjar pada serviks

mengalami poliferasi. Segera setelah terjadi konsepsi,mucus yang

kental akan di produksi dan menutup kanalis servikalis. Pada onset

persalinan, akan dihasilkan mucus plug yang ditandai dengan adanya

bloody show. Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan

karena hormon estrogen. Jika korpus uteri mengandung lebih banyak

jaringan otot,maka serviks mengnandung lebih banyak jaringan ikat,

hanya 10 % jaringan otot.

e. Vagina dan Perineum

Estrogen menyebabkan perubahan di dalam lapisan otot epitel vagina,

lapisan otot-otot sekitar vagina juga hipertrofi, sehingga beberapa

ligamentum sekitar vagina menjadi lebih elastis. Di bawah pengaruh

estrogen,spitel kelenjar sepanjang vagina aktif mengeluarkan secret,

sehingga memberi gambaran seperti seperti keputihan ( leucorrhoea ).

Beberapa hal yang terjadi pada vagina dan perineum, antara lain :
1) Terjadi peningkatan vaskularitas dan hyperemia pada kulit dan otot

pada perineum dan vulva.

2) Jaringan ikat mengalami pelunakan

3) Chadwick sign disebabkan oleh hyperemia

4) Adanya keputihan karena sekresi serviks yang meningkat sebagai

akibat stimulasi estrogen.

f. Ovarium

Pada pemulaan kehamilan, masih terdapat korpus luteum graviditas

sampai terbentuk plasenta pada kira-kira 16 minggu kehamilan.

Biasanya, hanya korpus luteum tunggal akan ditemukan pada ovarium

ibu hamil. Berfungsi maksimal pada usia kehamilan 6-7 minggu ( 4-5

minggu pasca ovulasi ), memberikan kontribusi terhadap produksi

progesterone. Korpus luteum mengalami regresi pada minggu ke-8.

g. Payudara (Breast)

Payudara akan membesarkan dan tegang akibat stimulasi hormon

somatomammotropin, estrogen, dan progesterone, tetapi belum

mengeluarkan air susu. Beberapa perubahan yang terjadi pada

payudara, antara lain :

1) Beberapa minggu awal ada rasa tertekan

2) Papilla mammae ( puting susu ) akan membesar lebih tegak

(erectile), dan tampak lebih itam, seperti seluruh areola mammae karena

hiper pigmentasi dibawah stimulasi MSH.

3) Pada ulan ke-2 terjadi peningkatan ukuran vena dan vena terlihat

dibawah kulit.
4) Beberapa bulan kemudian mulai diproduksi kolostrum

h. Kulit

Pada kulit, muncul striae regravidarum, linea nigra, chloasma

gravidarum.

3. Etiologi dan faktor risiko

Etiologi Hiperemesis Gravidarum adalah multifaktorial. Utamanya

penyebab Hiperemesis Gravidarum erat kaitannya dengan peningkatan

kadar hormon yang berkaitan dengan kehamilan (seperti hCG, estrogen,

dan progesteron). Faktor lain yang dapat meningkatkan risiko terjadinya

Hiperemesis Gravidarum meliputi hipertiroidisme, riwayat kehamilan

mola, diabetes, penyakit gastrointestinal, diet ketat, serta asma dan

penyakit alergi lainnya. Pada beberapa studi, perempuan dengan

kehamilan pertama, perempuan dengan riwayat intoleransi terhadap

kontrasepsi oral, perempuan yang mengandung janin perempuan, dan

perempuan dengan kehamilan multipel lebih rentan mengalami Emesis

Gravidarum . Sementara studi lainnya juga membahas faktor etnis,

pendidikan, keadaan sosioekonomi, serta stres psikologis dan

hubungannya dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum walaupun hasil

studi berbeda-beda (Khairani, 2020).

Penyebab kondisi mual parah ini tidak diketahui. Beberapa ahli

percaya hal ini terkait dengan perubahan hormon tubuh yang terjadi

selama kehamilan. Adanya peningkatan level hCG terutama pada 8


minggu usia kehamilan disebut-sebut sebagai faktor yang dapat

meningkatkan risiko mual muntah parah saat hamil (Emesis Gravidarum )

Kadar hormon human chorionic gonadotropin (hCG) dalam darah

yang meningkat pesat ini dilepaskan oleh plasenta. Selain itu, peningkatan

estrogen dan progesteron (terutama saat trimester pertama kehamilan)

dapat menyebabkan penurunan kerja otot lambung dan membuat Anda

gampang memuntahkan isi perut.

Beberapa penyebab lainnya yang diduga dapat menyebabkan kondisi

mual dan muntah parah saat hamil, yaitu:

a. Stres saat hamil

b. Infeksi Helicobacter pylori (H. pylori)

c. Korpus luteum (massa dari folikel yang matang) terletak di ovarium

kanan karena konsentrasi hormon steroidnya lebih tinggi.

d. Genetika. Jika ibu Anda dulu mengalami hiperegEmesis Gravidarum ,

Anda juga berisiko mengalami hal yang sama

e. Hamil setelah berusia 30 tahun

f. Mengalami hamil anggur

g. Mengalami hipertiroidisme atau hipotiroidisme

h. Mengalami kondisi seperti tekanan darah tinggi, migrain aktif, dan

diabetes gestasional

i. Ibu hamil yang kegemukan

Selain berbagai faktor di atas, hamil kembar dua atau lebih menjadi

salah satu penyebab umum (Joseph, 2022).


4. Patofisiologi
Kadar hCG mencapai puncaknya pada trimester awal kehamilan.

Sebenarnya hormon hCG ini tidak secara langsung menjadi penyebab

hipremesis Gravidarum . Namun, secara tidak langsung terlibat karena

hCG secara fisiologis dapat menstimulasi reseptor hormon TSH (thyroid

stimulating hormone). Hal ini menyebabkan terjadinya kondisi

hipertiroidisme transien (gestational transient thyrotoxicosis) pada awal

kehamilan. Dari penelitian didapatkan banyak perempuan hamil dengan

Hiperemesis Gravidarum ternyata memiliki kadar tiroksin yang tinggi dan

TSH yang rendah. Kondisi hipertiroidisme transien ini akan kembali

menjadi normal ketika usia kehamilan sudah mencapai pertengahan

trimester kedua tanpa perlu terapi antitiroid. Selain hCG, hormon yang

diduga juga berperan dalam terjadinya Hiperemesis Gravidarum adalah

estrogen. Namun, dibutuhkan penelitian yang lebih lanjut untuk

membuktikan hal ini karena beberapa studi mengatakan terdapat korelasi

antara kadar estrogen dengan tingkat keparahan mual dan muntah pada

perempuan hamil sementara beberapa studi yang lain mengatakan tidak

terdapat korelasi (Khairani, 2020).


6. PATHWAY
8. Pemeriksaan penunjang

Dokter akan melakukan beberapa langkah diagnosis Hiperemesis

Gravidarum dengan melalui wawancara medis, pemeriksaan fisik, serta

beberapa pemeriksaan penunjang, seperti:

a. Pemeriksaan laboratorium darah, urine, dan elektrolit untuk

memastikan pengidap benar-benar mengalami Hiperemesis

Gravidarum dan bukan kondisi lainnya.

b. Pencitraan dengan USG, untuk melihat kondisi janin dalam

kandungan (Halodoc, 2019).

9. Penatalaksaan
Hiperemesis Gravidarum  yang pengobatan yang diberikan

ditentukan berdasarkan tingkat keparahan gejala dan kondisi kesehatan ibu

hamil secara keseluruhan. Pengobatan dilakukan dengan tujuan untuk

menghentikan mual dan muntah, mengganti cairan dan elektrolit yang

hilang akibat muntah berlebihan, memenuhi kebutuhan nutrisi, serta

mengembalikan nafsu makan.

Penatalaksanaan terdiri atas fermakologi dan non farmakologis.

Penatalaksaan secara farmakologis seperti pemberiana obat-obatan.

Beberapa obat yang dapat dokter diberikan adalah:

a. Obat antimual, seperti promethazine.

b. Vitamin B1 atau tiamin.

c. Pyridoxine atau vitamin B6.

d. Suplemen vitamin dan nutrisi.


Jika Hiperemesis Gravidarum menyebabkan ibu hamil tidak mampu

menelan cairan atau makanan sama sekali, obat dan nutrisi akan diberikan

melalui infus. Selain melalui infus, ibu hamil juga dapat menerima asupan

makanan melalui selang makan (Willy, 2019).

Penatalaksaan secara non farmakologi terdiri dari pengaturan diet,

dukungan emosional, akupuntur, dan pemberian aroma terapi lemon

(Ayudia & Ramadhani, 2020).

B. Askep Teoritis

1. Pengkajian primer

a. Identitas klien dan keluarga (penanggung jawab)

Biasanya identitas klien/ penanggung jawab dapat meliputi : nama,

umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku, bangsa, pendidikan,

pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis, nomor

registrasi, hubungan klien dengan penanggung jawab.

b. Keluhan Utama:

Biasanya klien mengeluh mual dan muntah berlebihan.

c. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pasien biasanya akan diawali dengan mual dan muntah berlebihan,

nyeri epigastrium, penurunan berat badan ,nafas berbau keton dan

badan terasa lemah

d. Riwayat Kesehatan Dahulu

Kaji adanya riwayat penyakit yang pernah diderita klien

e. Riwayat Kesehatan Keluarga


Berisikan data ada tidaknya riwayat penyakit menurun seperti

hipertensi, diabetes mellitus, dan lain sebagainya

f. Riwayat Obstetri

1. Reproduksi

Riwayat menstruasi : menarche pertama, siklus, lamanya,

banyaknya, konsistensi, dismenorrhoe, HPHT

2. Taksiran persalinan

Perkawinan : lamanya perkawinan, berapa kali kawin.

g. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu : G P A H

h. Data keluarga berencana : pernah ikut kb/tidak, rencana kb sekarang

i. Kehamilan sekarang ; hamil muda, hamil tua

j. Data psikologi : kehamilan diinginkan/tidak, anak yang akan lahir

sekarang disusui/tidak, dukungan suami, interaksi antara ibu dan bayi

k. Data spiritual

l. Data social ekonomi

m. Aktivitas sehari-hari dirumah : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan

elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene,

ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.

Pemeriksaan Fisik Head to toe

1) Mata

I : Konjungtiva anemis, Skelera ikterik, pupil isokor

P : Tidak ada pembesaran abnormal, tidak ada nyeri tekan.

2) Hidung

I : Adanya pernafasan cuping hidung (megap-megap, dyspnea),


P : Tidak ada pembesaran abnormal, tidak ada nyeri tekan.

3) Mulut dan Bibir

I : Membrane mukosa dan bibir kering, lidah kotor, nafas bau keton

P : Tidak ada pmbesaran abnormal, tidak ada nyeri tekan.

4) Telinga

I : Simetris, tidak ada serumen, tidak ada alat bantu pendengaran.

P : tidak ada pembesaran abnormal, tidak ada nyeri tekan.

5) Leher

I : Warna kulit merata sawo matang, tidak ada lesi

P : Tidak ada pembesaran Tyroid, tidak ada nyeri tekan, arteri

carotis teraba jelas

6) Payudara

I : Simetris kanan kiri, areola mamae menghitam dan menonjol

P : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan

7) Paru-paru

I : Bentuk thorax normal, simetris kiri dan kanan

P : Vocal fremitus teraba sama kiri dan kanan

P : Sonor

A : Vesikuler /Tidak ada suara nafas tambahan

8) Kardiovaskuler

I : Ictus cordis tidak tampak

P : Ictus cordis teraba di sela iga V, linea medioclavicularis kiri.

P : Batas Jantung

A : Bunyi jantung I&II normal (Lup Dup), tidak ada suara


tambahan

9) Abdomen

I : Tidak ada lesi, warna kulit merata.

A : Terdengar bising usus 12x/menit.

P : Tidak ada pembesaran abnormal, tidak ada nyeri tekan.

P : tympani

10) Ekstremitas

Nyeri : Tidak ada nyeri dan kaku pada ekstremitas

Tonusotot : Kekuatan otot skala MRC 0-5 adalah 4

11) Genetalia

I : Tidak ada lesi, rambut pubis merata, tidak ada jaringan parut.

P : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran abnormal.

12) Kulit

Warna kulit : Warna kulit sawo matang, turgor kulit jelek

Ada tidaknya : Tidak ada jaringan parut atau lesi

jaringan parut/lesi

Turgor kulit : Jelek

2. Diagnosa Keperawatan (SDKI)

a. Nausea b/d kehamilan

b. Hipovolemia b/d kehilangan cairan secara aktif (Muntah)

c. Defisit nutrisi b/d ketidakmampuan menelan makanan (Mual)

d. Konstipasi b/d Ketidakcukupan asupan cairan

e. Intoleransi Aktifitas b/d kelemahan


f. Gangguan rasa nyaman b/d gangguan adaptasi kehamilan
3. Intervensi
Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA SLKI SIKI
KEPERAWATAN
Hipovolemia b/d Status Cairan Manajemen Hipovolemia
Setelah dilakukan tindakan Observasi:
kehilangan cairan
keperawatan 3x24 jam diharapkan - Periksa tanda dan gejala hypovolemia (mis.
secara aktif status cairan membaik Kriteria Hasil: frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
(Muntah) - Kekuatan nadi tekanan darah menurun, tekanan nadi
- Turgor kulit menyempit, turgor kulit menurun, membran
- Output urine mukosa, kering, volume urin menurun,
- dispnea hematokrit meningkat, haus, lemah)
- Monitor intake dan output cairan
- Edema perifer
Terapeutik
- Frekuensi nadi
- Hitung kebutuhan cairan
- Tekanan darah
- Berikan posisi modified trendelenburg
- Membrane mukosa
- Berikan asupan cairan oral
- Jugular venous pressure (JVP
Edukasi
- Kadar Hb - Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
- Kadar Ht - Anjurkan menghindari perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan IV isotons (mis.
Nacl, RL)
- Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis
(mis. glukosa 2,5%, Nacl 0,4%)
- Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis.
albumin, plasmanate)
Kolaborasi pemberian produk darah

Defisit nutrisi b/d


Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
ketidakmampuan Setelah dilakukan tindakan Observasi:
menelan makanan keperawatan 3x24 jam status nutrisi - Identifikasi status nutrisi
terpenuhi. Kriteria Hasil: - Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
(Mual) - Porsi makanan yang dihabiskan
- Identifikasi perlunya penggunaan selang
- Berat Badan atau IMT
nasogastric
- Frekuensi makan
- Monitor asupan makanan
- Nafsu makan
- Monitor berat badan
- Perasaan cepat kenyang
Terapeutik:
- Lakukan oral hygiene sebelum makan, Jika
perlu
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu
yang sesuai
- Hentikan pemberian makanan melalui selang
nasogastric jika asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan
Promosi Berat Badan
Observasi
- Identifikasi kemungkinan penyebab BB
kurang
- Monitor adanya mual dan muntah
Terapeutik
- Sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi
pasien
- Berikan pujian kepada pasien untuk
peningkatan yang dicapai
Edukasi
Jelaskan jenis makanan yg bergizi tinggi,
terjangkau

Intoleransi Aktifitas
Toleransi Aktivitas
Manajemen Energi
Setelah dilakukan tindakan
Observasi:
keperawatan 3x24 jam diharapkan
toleransi aktivitas meningkat - Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
Kriteria Hasil: mengakibatkan kelelahan
- Kemudahan dalam melakukan - Monitor pola dan jam tidur
aktivitas sehari-har - Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Kekuatan tubuh bagian atas dan Edukasi
bawah - Anjurkan tirah baring
- Keluhan lelah - Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
- Dispnea saat aktivitas Terapeutik:
- Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
stimulus
- Lakukan latihan rentang gerak pasif
dan/atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika
tidak dapat berpindah atau berjalan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan

Gangguan Rasa Status Kenyamanan


nyaman : Setelah dilakukan tindakan Terapi Relaksasi
keperawatan 3x24 jam diharapkan Observasi:
status kenyamanan meningkat - Identifikasi penurunan tingkat energi,
Kriteria Hasil: ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala
- Keluhan tidak nyaman lain yang mengganggu kemampuan kognitif
- Gelisah - Identifikasi teknik relaksasi yang pernah
- Keluhan sulit tidur efektif digunakan
- Lelah - Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi,
- Postur tubuh tekanan darah, dan suhu sebelum dan sesudah
latihan
Terapeutik
- Ciptakan lingkungan tenang, dan tanpa
gangguan dengan pencahayaan dan suhu
ruang nyaman, jika memungkinkan
- Berikan informasi tertulis tentang persiapan
dan prosedur teknik relaksasi
- Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang
dengan analgetik atau tindakan medis lain,
jika sesuai
Edukasi
- Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis
relaksasi yang tersedia(mis. Musik, meditasi,
napas dalam, relaksasi otot progresif)
- Anjurkan mengambil posisi yang nyaman
- Anjurkan sering mengulangi atau melatih
teknik yang dipilih

4. Implementasi
Implementasi merupakan suatu proses keperawatan yang dilakukan
setelah perencanaan keperawatan. Implementasi keperawatan adalah langkah
keempat dari proses keperawatan yang telah direncanakan oleh perawat untuk
membantu pasien yang bertujuan mencegah, mengurangi, dan menghilangkan
dampak ataupun respon yang dapat ditimbulkan oleh adanya masalah
keperawatan serta kesehatan terhadap komplementer. Implementasi
keperawatan membutuhkan fleksibilitas dan kreativitas perawat.

5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap kelima atau proses keperawatan
terakhir yang berupaya untuk membandingkan tindakan yang sudah
dilakukan dengan kriteria hasil yang sudah ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA

Atika, I., Putra, H. K., & Thaib, S. H. (2017). Hubungan HiperHiperemesis


Gravidarum dengan Usia Ibu, Usia Gestasi, Paritas, dan Pekerjaan pada
Pasien Rawat Inap di RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang. Jurnal Kedokteran
Dan Kesehatan, 3.

Halodoc, R. (2019). HiperEmesis Gravidarum . Https://Www.Halodoc.Com/.


https://www.halodoc.com/kesehatan/hiperemesis-gravidarum

Hotimah, H. (2019). Asuhan Keperawatan Keluarga Ibu Hamil Hiperemesis


Gravidarum Pada Ny. A Dan Ny. D Dengan Masalah Keperawatan Mual Di
Wilayah Kerja Puskesmas Rogotrunan Lumajang Tahun 2018. Universitas
Jember.

Joseph, N. (2022). HiperEmesis Gravidarum . Https://Hellosehat.Com/.


https://hellosehat.com/kehamilan/kandungan/masalah-kehamilan/hiperemesis
-gravidarum/

Khairani, Y. (2020). HiperEmesis Gravidarum . Https://Www.Alomedika.Com/.


https://www.alomedika.com/penyakit/obstetrik-dan-ginekologi/hiperemesis-
gravidarum/etiologi

Klikdokter. (2021). HiperEmesis Gravidarum . Https://Www.Klikdokter.Com/.


klikdokter.com/penyakit/hiperemesis-gravidarum

Willy, T. (2019). HiperEmesis Gravidarum . Https://Www.Alodokter.Com/.


alodokter.com/hiperemsis-gravidarum

Anda mungkin juga menyukai