Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS KELOLAAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA DENGAN DIARE


PADA BALITA AN. F UMUR 31 BULAN
DIPUSKEMAS MUARA DELANG

Disusun oleh:

Fadzilatul Rahmawati 2115901112

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN BIDAN


FAKULTASKESEHATAN UNIVERSITAS FORT DE KOCK
BUKITTINGGI
2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA DENGAN DIARE
DIPUSKEMAS MUARA DELANG

Disusun oleh:

Fadzilatul Rahmawati 2115901112

Telah diseminarkan di depan penguji

Pada tanggal……….2022

Mengetahui,

Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik

(……………………………) (………………………………)

Ketua Prodi Kebidanan


Universitas Fort De KocK

(.................................................)
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena atas berkat

rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Kelolaan individu yang

berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Balita dengan Diare di Puskesmas Muara Delang”, dalam

kesempatan ini penulis menghanturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar– besarnya

kepada dosen pengampu yang telah membimbing selama ini.

Penulis juga mengakui bahwa dalam proses penulisan laporan ini, masih jauh dari

kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian penulis telah

berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki.

Penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan kritik dan

saran yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan laporan ini dikemudian hari.

Akhirnya penulis berharap, laporan ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca. Dan dapat

memberikan kontribusi yang positif serta bermakna dalam proses perkuliahan Praktik Klinik

Kebidanan. Amin

Merangin, Mei 2022

penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar dengan konsistensi cair lebih dari 4
kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak. Buang air besar yang tidak normal dengan
frekuensi lebih banyak dari biasanyaakan berakibat terjadinya dehidrasi dengan gejala
seperti tingkat kesadaran menurun, gelisah dan mukosa bibir kering, yang jika
penanganannyatidak dilaksanakan secara cepat dan tepat akan menyebabkan kematian
Data laporan profil kesehatan Indonesia pada tahun 2015 terjadi 18 kali KLB
(Kejadian Luar Biasa) diare yang tersebar di 11 provinsi, 18 kabupaten/kota, dengan
jumlah penderita 1.213 orang dan kematian 30 orang (CFR 2, 47%). Data profil
kesehatan kabupaten/kota perkiraan kasus Diare Provinsi NTT tahun 2011 berjumlah
200.721 kasus, yang ditangani sebanyak 111.046 kasus atau sebesar 55,3%. Pada tahun
2012 perkiraan kasus diare berjumlah 206.216 kasus, yang ditangani sebanyak 106.193
kasus atau sebesar 51,5%. Selanjutnya pada tahun 2013, perkiraan kasus diare berjumlah
209.553 kasus, yang ditangani sebanyak 102. 217 kasus atau sebesar 48,8%. Pada tahun
2014 ditemukan penderita diare yang ditangani sebesar 86.429 kasus (80,2%) telah
terjadi peningkatan, selanjutnya pada tahun 2015 penderita diare yang ditemukan dan
ditangani sebesar 98.918 (90%), berarti terjadi penemuan dan pengobatan diare. Namun
jika dibandingkan dengan target Renstra pada tahun 2015 yaitu menurunnya angka
kesakitan diare menjadi 4 per 1000 penduduk tidak tercapai.
Diare disebabkan oleh faktor infeksi, faktor malabsorbsi, faktor makanan (makanan
basi, beracun, mentah (sayuran) dan kurang matang) dan faktor prsikologis (rasa takut
dan cemas, walaupun jarang jika terjadi pada anak dapat menyebabkan diare kronis).
Penyebab utama kematian yang disebabkan oleh diare adalah karena dehidrasi sebagai
akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui feses. Penyebab kematian lain adalah
disentri, kurang gizi dan infeksi yang serius seperti pneumonia. Dasar dari semua
gangguan transportasi larutan usus akibat perpindahan air melalui membrane usus
berlangsung secara pasif dan hal ini ditentukan oleh aliran larutan secara aktif maupun
pasif, terutama natrium, klorida dan glukosa, (Ngastiyah, 2012)
Data Kementrian Kesehatan RI tahun 2011, strategi pengendalian penyakit diare
yang dilaksanakan pemerintah adalah: melaksanakan tatalaksana penderita diare yang
standar di sarana kesehatan melalui lima langkah tuntaskan diare (LINTAS diare),
meningkatkan tatalaksana penderita diare dirumah tangga yang tepat dan benar,
meningkatkan system kewaspadaan dini (SKD) dan penanggulangan kejadian luar biasa
(KLB diare), melaksanakan upaya kegiatan pencegahan yang efektif, melaksanakan
monitoring dan evaluasi.Pada dasarnya penyakit diare tidak begitu membahayakan
apabila ditangani dengan tepat. Namun, meskipun demikian penyakit ini dapat
menimbulkan rasa tidak nyaman bagi penderita. Kebiasaanyang berhubungan dengan
kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci
tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah
membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak
dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare (menurunkan angka
kejadian diare sebesar 47%), (Ngastiyah, 2012).
Berdasarkan data yang didapatkan diPuskesmas Muara Delang jumlah pasien di
Poli MTBS Puskesmas Muara Delang pada bulan Maret 2022 adalah 45 anak, dan 6
diantaranya dengan klasifikasi diare tanpa dehidrasi.
Berdasarkan data diatas penulis tertarik melakukan studi kasus tentang asuhan
kebidanan pada anak A.V umur 4 tahun dengan Diare Dehidrasi Ringan di Puskesmas
Muara delang Kabupaten Merangin.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut penyusun menarik rumusan masalah yaitu
bagaimanakah asuhan yang tepat, baik, dan efisien pada bayi / balita dengan diare ?

C. Tujuan
1. TujuanUmum
Mampu memberikan asuhan kebidanan pada bayi, balita dan anak pra sekolah
dengan diare di Puskesmas Muara Delang Kabupaten Merangin
.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian data subjektif pada bayi, balita dan anak pra
sekolah dengan diare di Puskesmas Muara Delang Kabupaten Merangin
b. Mampu melakukan pengkajian data objektif pada bayi, balita dan anak pra sekolah
dengan diare di Puskesmas Muara Delang Kabupaten Merangin.
c. Mampu membuat analisa data pada bayi, balita dan anak pra sekolahdengan diare
di Puskesmas Muara Delang Kabupaten Merangin
d. Mampu melaksanakan dan mengevaluasi asuhan kebidanan pada pada bayi, balita
dan anak pra sekolah di Puskesmas Muara Delang Kabupaten Merangin sesuai
dengan Evidance Based Practice.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
Dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh serta mendapatkan pengalaman dalam
melaksanakan asuhan kebidanan secara langsung pada neonatus, bayi, balita, dan
anak pra sekolah dengan diare.
2. Bagi Klien dan Keluarga
Agar ibu dan keluarga mengetahui dan memahami perubahan fisiologis dan patologis
yang terjadi pada neonatus, bayi, balita, dan anak pra sekolah dengan diare
3. Bagi Lahan
Dapat dijadikan sebagai tambahan referensi bagi tenaga kesehatan mengenai asuhan
yang diberikan pada bayi, balita, dan anak pra sekolah dengan diare
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Diare
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan
lebih dari 3 kali pada anak. Konsistensi feces dapat berwarna hijau atau dapat pula
bercampur lendir dan darah atau lendir saja. Diare adalah buang air besar yang
tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari
biasanya. Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung
kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sakit. Menurut Hipocrates
mendefinisikan diare sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Diare
diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer
dengan frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali perhari untuk bayi
berumur lebih dari 1 bulan dan anak bila frekuensinya lebih dari 3 kali perhari,
(Ngastiyah, 2012).
Penyebab Diare / Etiologi Etiologi diare dapat dibagi menjadi 4 faktor, yaitu :
1. Faktor infeksi
a. infeksi internal : Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak. Infeksi internal meliputi :
1). Infeksi Bakteri: E.coli, salmonella, shigella, vibria cholerae,
aeromonas, dll.
2). Infeksi Virus: Enterovirus, adenovirus, rotavirus, astrovirus, dll
3). Infeksi Parasit: Cacing (ascaris), Protozoa (trichomonas haminis),
Jamur (candida algicans).
b. infeksi parental : Infeksi dibagian tubuh lain di luar alat pencernaan
seperti :
1) Tonsilofaringitis (Radang Tonsil)
2) Radang Tenggorokan Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak
berumur dibawah 2 tahun, (Sudarti, 2010).
2. Faktor malabsorsi
1) Malarbsorbsi Karbohidrat (Disakarida, Monosakarida)
Pada bayi kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu formula
menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau sangat
asam, sakit di daerah perut.
2) Malarbsorbsi Lemak
Dalam makanan terdapat lemak yang disebut trglyserida. Dengan
bantuan kelenjar lipase mengubah lemak menjadi micelles yang siap di
arbsorbsi usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa
usus, diare dapat terjadi. Gejalanya adalah tinja mengandung lemak
3) Malarbsorbsi
Protein Asam amino, Blactoglobulin
3. Faktor makanan
Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar, basi,
beracun, mentah (sayuran) dan kurang matang (makanan yang kecampuran
racun clostridium botolinum, stafilokokus(bahan kimia)
4. Faktor psikologis
Rasa takut, cemas dan tegang, walaupun jarang jika terjadi pada anak
dapat menyebabkan diare kronis, (Sudarti, 2010).
B. Jenis Diare
1. Diare akut
Diare akut adalah diare yang terjadi sewaktu-waktu, tetapi gejalanya dapat
menjadi berat. Penyebabnya sebagai berikut :
1. Gangguan jasad renik / bakteri yang masuk kedalam usus halus setelah
melewati berbagai rintangan asam lambung
2. Jasad renik yang berkembang pesat didalam usus halus
3. Racun yang dikeluarkan oleh bakteri
4. Kelebihan cairan usus akibat racun
2. Diare Kronis
Pada diare kronis terjadinya lebih kompleks, berupa faktor yang
menimbulkannya terutama jika sering berulang pada anak. Diare kronis / diare
yang menetap akan berakhir 14 hari atau lebih lama, karena :
1. Gangguan bakteri jamur dan parasit
2. Malarbsorbsi kalori dan lemak
3. Gejala-gejala sisa karena cidera usus oleh setiap enteropatogen pasca
infeksi akut
3. Protracte diare diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu dengan tinja cair
dan frekuensi 4 kali atau lebih perhari.
4. Chronic non specific diarrhea diare yang berlangsung lebih dari 3 minggu
tetapi tidak di sertai gangguan pertumbuhan dan tidak ada tanda-tanda infeksi
maupun malabosorpsi
C. Gejala / Gambaran Klinis

1. Cengeng

2. Gelisah

3. Suhu meningkat

4. Nafsu makan menurun

5. Tinja cair, lendir kadang-kadang ada darahnya. Lama-lama tinja berwarna hijau

dan asam.

6. Anus lecet

7. Dehidrasi, bila menjadi dehidrasi berat akan terjadi volume darah berkurang nadi

cepat dan kecil, denyut jantung cepat, tekanan darah turun, kesadaran menurun

dan diakhiri dengan syok.

8. Berat badan turun.

9. Turgor kulit menurun.

10. Mata dan ubun-ubun cekung

11. Selaput lender dan mulut serta kulit menjadi kering. (Yongki dkk, 2012)

D. Penatalaksanaan ISPA dengan pendekatan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit)

Sebagian besar diare yang menyebabkan dehidrasi berat adalah diare karena kolera.

Jika diare berlangsung selama 14 hari atau lebih, disebut DIARE PERSISTEN. Sekitar

20% dari diare akan berlanjut menjadi diare persisten yang seringkali menyebabkan

kurang gizi dan kematian.


Diare disertai darah dalam tinja, dengan atau tanpa lendir, disebut DISENTERI.

Pada umumnya disenteri disebabkan oleh Shigela. Disenteri amuba biasanya tidak terjadi

pada anak kecil. Seorang anak bisa saja sekaligus menderita diare cair dan disenteri.

Anak yang menderita diare dinilai dalam hal :

1. Berapa lama anak menderita diare.

2. Diare yang berlangsung 14 hari atau lebih adalah diare persisten.

3. Darah dalam tinja.

Petugas kesehatan menanyakan apakah ibu pernah melihat darah dalam tinja

anaknya selama episode diare ini. Jika pernah, lingkari “darah dalam tinja” pada

formulir pencatatan kolom penilaian.

4. Tanda-tanda dehidrasi :

5. Letargis atau tidak sadar.

6. Anak yang letargis sulit dibangunkan, kelihatan mengantuk, atau tatapannya hampa

dan tidak memperhatikan keadaan di sekitarnya.

7. Anak yang tidak sadar tidak bereaksi ketika disentuh, digoyang atau dibangunkan.

8. Rewel atau mudah marah.

9. Anak dengan dehidrasi, pada mulanya tampak gelisah atau rewel, jika berlanjut,

menjadi letargis atau tidak sadar.

10. Anak menunjukkan tanda gelisah atau rewel jika selalu gelisah atau rewel tiap kali

disentuh atau diperiksa.

11. Mata cekung

12. Mata cekung dapat menjadi pertanda bahwa tubuh anak kehilangan cairan. Apabila

ragu, tanyakan kepada ibu apakah menurut ibu mata anak kelihatan lain dari
biasanya. Pendapat ibu dapat membantu pemeriksa memastikan bahwa mata anak

cekung.

a. Haus, malas minum atau tidak bisa minum

b. Cubitan kulit perut kembali lambat atau sangat lambat.

Cara mencubit kulit perut untuk menilai derajat dehidrasi:

1) Posisikan anak telentang dengan lengan di samping badan (tidak di atas

kepalanya) dan kaki lurus.

2) Cari daerah pada perut anak di tengah antara pusar dan sisi perutnya.

3) Cubit kulit perut dengan ibu jari dan jari telunjuk saudara. Jangan

menggunakan ujung jari, karena akan menimbulkan rasa sakit. Lipatan kulit

yang dicubit harus sejajar dengan tubuh anak dari atas ke bawah (garis

bekas cubitan vertikal).

4) Angkat semua lapisan kulit dan jaringan di bawahnya dengan mantap,

kemudian lepaskan.

Dalam kondisi tidak ada dehidrasi, kulit akan kembali dengan segera. Jika kulit

yang terangkat baru kembali dalam waktu lebih dari 2 detik setelah dilepaskan, berarti

cubitan kulit perut kembali sangat lambat, jika kembalinya kurang dari 2 detik atau

masih sempat terlihat lipatan kulit setelah dilepaskan, berarti cubitan kulit perut kembali

dengan lambat.

Semua anak dengan diare diklasifikasikan menurut derajat dehidrasinya, klasifikasi

diare persisten (jika anak menderita diare selama 14 hari atau lebih), dan klasifikasi

disenteri (jika ada darah dalam tinjanya). Untuk mengklasifikasikan derajat dehidrasi

anak, mulailah dengan lajur merah muda.

1. jika ada dua atau lebih tanda pada lajur merah muda, klasifikasikan anak sebagai

diare dehidrasi berat.


2. jika tidak ada dua atau lebih tanda pada lajur merah muda, lihat lajur kuning. jika

ada dua atau lebih tanda pada lajur ini, klasifikasikan anak sebagai diare dehidrasi

ringan/ sedang.

3. jika tidak ada dua atau lebih tanda pada lajur kuning, klasifikasikan anak sebagai

diare tanpa dehidrasi.

Untuk klasifikasi diare persisten :

1. jika seorang anak menderita diare selama 14 hari atau lebih dan juga menderita

dehidrasi berat atau ringan/sedang, klasifikasikan sebagai diare persisten berat.

2. jika seorang anak menderita diare selama 14 hari atau lebih dan tidak menunjukkan

tanda dehidrasi, klasifikasikan sebagai diare persisten

Dan hanya ada 1 klasifikasi untuk disenteri. seorang anak dengan diare dan ada

darah dalam tinjanya, diklasifikasikan disenteri.

E. Keterkaitan klasifikasi MTBS dengan diagnosa ICD 10

Penerapan pelayanan kesehatan anak yang sesuai dengan standar MTBS, sejalan

dengan Undang-undang no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dan Permenkes no. 25 tahun

2014 tentang Upaya Kesehatan Anak serta Standar Pelayanan Minimal Kabupaten/Kota.

Keberhasilan penerapan MTBS di Puskesmas tidak terlepas dari ketersediaan

SDM, sarana, prasarana, alat kesehatan, obat dan vaksin serta dukungan lainnya, termasuk

supervisi fasilitatif secara berkala untuk mengevaluasi kualitas pelayanan MTBS.

Pencatatan dan pelaporan di puskesmas yang menerapkan MTBS sama dengan

puskesmas lain yaitu menggunakan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas

(SP2TP). Dengan demikian semua pencatatan dan pelaporan yang digunakan tidak perlu

mengalami perubahan. Perubahan yang perlu dilakukan adalah konversi klasifikasi ke


dalam kode diagnosis berdasarkan ICD 10 dalam SP2TP sebelum masuk ke dalam sistim

pelaporan.

Hasil pemeriksaan MTBS ditulis dalam bentuk klasifikasi sedangkan pelaporan

yang ada dalam bentuk diagnosis. Diperlukan konversi dari klasifikasi ke diagnosa dan

menggunakan kode diagnosa. Dimana bila anak menderita diare tanpa dehidrasi, diare

dehidrasi ringan/ sedang, Diare dehirasi berat, diare persisten dan disentri makan akan

dikonversi dalam laporan SP2TP menjadi Diare, dengan kode ICD 10 A 09.
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA DENGAN DIARE PADA AN. F
UMUR 31 BULAN DI PUSKESMAS MUARA DELANG

Ruang : Poli MTBS

No. RM : 021160

Tanggal :26 Maret 2022 Pukul : 10.00 WIB

A. Pengkajian

1. Identitas

a. Identitas Anak

Nama Anak : An. F

Umur : 31 bulan

Jenis kelamin : laki-laki

Anak Ke :2

b. Identitas Ibu Identitas Ayah

Nama : Ny. W Nama : Tn. D

Umur : 26 tahun Umur : 30 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Alamat : Jl Sepat desa Muara Delang

2. Anamnesa (Data Subyektif)

a. Keluhan utama / alasan datang ke puskesmas

Ibu mengatakan anaknya sejak kemarin mencret sehari 5x


b. Riwayat Kesehatan

1) Imunisasi

BCG : Tanggal 10 - 9 - 2019

DPT 1/hb 1/polio 1 : Tanggal 10 - 10 - 2019

DPT 2/hb 2/polio 2 : Tanggal 10 - 11 - 2019

DPT 3/hb 3/ polio 3 : Tanggal 14 – 10 - 2019

Campak/ polio 4 : Tanggal 10 – 5 - 2020

3) Riwayat penyakit yang lalu

Ibu mengatakan sebelumnya anaknya pernah sakit panas, batuk pilek 1 bulan

yang lalu.

4) Riwayat penyakit sekarang

Ibu mengatakan anaknya berak mencret dengan konsistensi cair seharin5x sejak

kemarin yaitu tanggal 25 maret 2022

5) Riwayat penyakit keluarga / menurun

Ibu mengatakan dalam keluarga baik bapak maupun ibu tidak ada yang

mempunyai penyakit menurun seperti asma, jantung, hipertensi, DM dan

penyakit menular seperti TBC.

b. Riwayat Sosial

1) Yang Mengasuh

Ibu mengatakan mengasuh sendiri anaknya dibantu dengan suami dan orang

tuanya.

2) Hubungan dengan anggota keluarga

Ibu mengatakan hubungan anak dengan anggota keluarga sangat baik

3) Hubungan dengan teman sebaya

Ibu mengatakan anaknya mempunyai teman yang sebaya dengannya.


4) Lingkungan rumah

Ibu mengatakan lingkungan rumah bersih, letak rumah berdekatan dengan

rumah yang lain.

c. Pola Kebiasaan Sehari-hari

1) Nutrisi

Sebelum sakit :Ibu mengatakan anaknya makan nasi beserta sayur dan lauk

sehari 3x, menghabiskan 1 mangkok kecil

Makanan selingan bubur kacang hijau ½ gelas

Selama sakit : Ibu mengatakan anaknya makan nasi beserta sayur dan lauk

sehari 3x, tapi hanya setengah dari biasanya

Makanan selingan sepotong kue

2) Istirahat / tidur

Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya tidur siang ± 2 jam dan tidur malam ±

12 jam, kadang terbangun untuk minum dan ngompol.

Selama sakit : Ibu mengatakan anaknya tidur ± 10 jam karena sering menangis,

rewel dan sulit untuk ditidurkan.

3) Mandi

Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya mandi 2 kali sehari, ganti baju

sewaktu-waktu ketika baju kotor terkena kencing, berak atau keringat dan

selesai mandi.

Selama sakit : ibu mengatakan anaknya mandi seperti biasa.

4) Aktivitas

Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya aktif dan ceria serta merespon jika

dipanggil, mau bermain bersama teman sebayanya.


Selama sakit : Ibu mengatakan anaknya tetap aktif dan mau bermain bersama

teman sebayanya, hanya menangis saat terasa mau BAB.

5) Eliminasi

Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya BAB 1-2 x/hari dengan konsistensi

lembek, kuning, BAK 5-6 x/hari dengan konsistensi warna kuning jernih, bau

pesing.

Selama sakit : Ibu mengatakan anaknya BAB 5 x/hari, konsistensi air dengan

sedikit ampas, warna kuning kehijauan, tidak ada darah dalam tinja dan BAK

4-5 x/hari, warna kuning dan bau khas.

3. Pemeriksaan Fisik (Data Objektif)

a. Keadaan umum : baik, tidak ditemukan tanda bahaya umum berupa anak tidak bisa

minum , memuntahkan semua makanan dan minuman, kejang, letargis atau tidak

sadar, anak tidak gelisah dan rewel/mudah marah.

TTV : R : 36 x/menit, S : 36,7°C, N : 110 x/menit

BB / TB : 11,3 kg / 90 cm, BB/Tb -2 SD sd 2 SD, status gizi : normal

Anak tidak terlihat kurus.

LK : 40 cm

Kulit : Kulit terasa hangat, tidak pucat, turgor kulit baik.

Rambut : Bersih, warna hitam, tidak mudah rontok.

Muka : Bersih, tidak ada oedema, agak pucat.

Mata : Kanan kiri simetris, tidak cekung, conjungtiva berwarna merah muda,

sklera berwarna putih dan bersih.

Telinga : Kanan kiri simetris, tidak ada sakit telinga, tidak ada cairan yang

keluardari telinga, tidak ada pembengkakan yang nyeri dibelakang telinga.


Mulut : Bibir berwarna merah muda, tidak ada stomatitis, gusi tidak

bengkak/berdarah, mulut tidak berbau.

Hidung : Hidung simetris terdapat cairan / lender berwarna jernih dan encer kulit

hidung bagian luar tampak kemerahan.

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tenggorokan berwarna merah.

Dada : Tidak ada tarikan dinding dada kedalam, tidak ada stridor, dada tampak

simetris.

Perut : Tidak ada penonjolan umbilikus, tidak ada nyeri tekan, tidak kembung,

cubitan kulit perut kembali dengan cepat.

Ekstremitas : Dapat bergerak bebas, jari-jari tangan dan kaki lengkap, tidak ada

pembengkakan dikedua punggung kaki.

a. Pemeriksaan tingkat perkembangan :Tidak dilakukan

b. Pemeriksaan penunjang

1) Pemeriksaan laboratorium : tidak dilakukan

2) Pemeriksaan penunjang lain : tidak dilakukan

B. Interpretasi Data

Tanggal : 26 Maret 2022 Pukul : 10.15WIB

1. Diagnosa Kebidanan

An. F umur 31 bulan dengan diagnosa diare

Data Dasar

Data Subjektif

a. Ibu mengatakan anaknya bernama An. F, berjenis kelamin Laki- laki

b. Ibu mengatakan anaknya lahir tanggal 02 Agustus 2019


e. Ibu mengatakan anaknya mengalami mencret sehari 5x konsistensi cair dengan

sedikit ampas.

Data Objektif

a. Keadaan umum : baik, tidak ditemukan tanda bahaya umum

b. Suhu : 36,7 °C, pernafasan : 36 x/menit, mata tidak cekung, cubitan perut kembali

dengan cepat

2. Kebutuhan

a. Pemberian oralit

b. Anjuran pemberian makanan pada anak sakit

c. Anjuran kapan harus kembali segera kepetugas kesehatan

C. Perencanaan

1. Beritahu ibu bahwa anaknya menderita diare

2. Beritahu ibu untuk memberikan ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali

pemberian.

3. Berikan oralit, air matang atau kuah sayur bening

4. Beritahu ibu cara pembuatan larutan gula garam sendiri dirumah

5. Beritahu ibu tentang tanda-tanda dehidrasi pada anak

6. Berikan tablet zink 1x1 tablet selama 10 hari

7. Konseling cara pemberian makan pada anak sakit

8. Anjuran kunjungan ulang 2 hari jika tidak ada perbaikan

9. Nasehat kapan ibu harus kembali segera kepetugas kesehatan

D. Pelaksanaaan

1. Memberitahu ibu bahwa anaknya menderita diare

2. Memberitahu ibu untuk ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian.
3. Memberi tahu cara pemberian cairan tambahan dengan memberikan oralit, yaitu 100

sampai 200 ml setiap kali berak, diminumkan sedikit- sedikit tapi sering. Jika anak

muntah,tunggu 10 menit kemudian lanjutkan lagi dengan lebih lambat. Bisa juga

diberikan air matang atau kuah sayur bening. Lanjutkan pemberian cairan tambahan

sampai diare berhenti.

4. Memberitahu ibu tentang cara membuat cairan gula garam sendiri dirumah, yaitu

dengan melarutkan 1 sendok munjung gula ditambah 1 ujung sendok garam dalam 1

gelas berisi 200ml air matang.

5. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda dehidrasi pada anak, yaitu mata anak menjadi

cekung, bila anak diberikan minum dia tidak bisa minum/malas minum, atau anak

terasa sangat haus dan minum dengan sangat lahap, dan bila dilakukan pencubitan

pada kulit perut, maka kembalinya lambat atau sangat lambat.

6. Memberikan tablet zink 1x1 tablet selama 10 hari

7. Konseling cara pemberian makan pada anak sakit, yaitu dengan memberikan makanan

keluarga 3x sehari, sebanyak 1/3 atau ½ porsi makan orang dewasa yang terdiri dari

nasi, lauk, sayur dan buah, memberikan makanan selingan kaya gizi 2x sehari diantara

waktu makan, dan perbanyak minum air putih, kuah sayur atau jus buah.

8. Menganjuran kunjungan ulang 2 hari jika tidak ada perbaikan

9. Memberi nasehat kapan ibu harus kembali segera kepetugas kesehatan, yaitu jika anak

menjadi demam,gelisah, rewel/mudah marah atau terdapat tanda-tanda dehidrasi pada

anak.
D. Evaluasi

1. ibu mengerti sakit yang diderita anaknya, dan bersedia memberikan zink 1x1 tablet

selama 10 hari, memberikan ASI lebih sering, dan memberikan oralit atau pemberian

cairan tambahan sampai diare berhenti sesuai dengan anjuran yang diberikan

2. Ibu mengerti tentang cara pembuatan larutan gula garam sendiri dirumah

3. Ibu mengerti tanda-tanda dehidrasi pada anak

4. Ibu mengerti tentang cara pemberian makan pada anak sakit, dan bersedia

mempraktekkan anjuran yang diberikan

5. Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang 2 hari jika tidak ada perbaikan

6. Ibu mengerti penjelasan tentang kapan ibu harus kembali segera kepetugas kesehatan
BAB IV
PEMBAHASAN

Melalui wawancara dan pemeriksaan fisik dapat disimpulkan data subyektif dan data

obyektif yang memberikan gambaran tentang kasus Diare.Pada kasus ini, langkah awal

adalah melakukan pengkajian dengan mengumpulkan data dasar, data subyektif, dan

obyektif. Semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi

pasien. Data subyektif didapatkan keluhan utama yang diinformasikan oleh ibu yaitu berupa

mencret 5x sehari sejak kemarin dengan konsistensi cair bercampur sedikit ampas.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, tidak ditemukan tanda

bahaya umum berupa anak tidak bisa minum , memuntahkan semua makanan dan minuman,

kejang, letargis atau tidak sadar, anak tidak gelisah dan rewel/mudah marah. Tanda-tanda

vital : pernafasan 36 x/menit, suhu 36,7°C, nadi 110 x/menit, BB: 11,3 kg, TB 90 cm, dimana

BB/Tb -2 SD sd 2 SD, menunjukkan bahwa status gizi anak normal. Anak tidak terlihat

kurus.

Setelah memeriksa tanda bahaya umum, An F diperiksa berkaitan dengan keluhan

utamanya yaitu mencret 5x sehari sejak 1 hari yang lalu dengan konsistensi cair bercampur

sedikit ampas. Dari hasil pemeriksaan diperoleh data bahwa mencret sudah dialami sejak 1

hari yang lalu, tidak ditemukan darah dalam tinja, mata tidak cekung,anak tidak haus dan

minum dengan lahap, cubitan perut kembali dengan cepat. Dalam penatalaksanaan MTBS

anak diklasifikasikan kedalam diare tanpa dehidrasi yang selanjutnya dalam pelaporan

diselaraskan dengan system ICD 10, maka klasifikasi dikonversi menjadi diagnosa yaitu diare

( Modul pelatihan MTBS, 2019).

WHO (2009) menyebutkan anak dikatakan diare apabila buang air besar dalam

bentuk cairan lebih dari 3 kali dalam satu hari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau

lebih. Rahmadhani (2013) menyebutkan dalam Jurnal Ilmiah Kebidanan anak yang berusia 0-
3 tahun rerata mengalami tiga kali diare per tahun. Karena pada kelompok umur ini, sistem

pencernaan anak belum tumbuh dengan sempurna.

Tindakan yang dilakukan yaitu memberikan tablet zink 1x1 tablet selama 10 hari,

menasehati ibu untuk memberikan ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali

pemberian. Menurut Kemenkes RI (2011) ASI mempunyai khasiat preventif secara

imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut

memberikan perlindungan terhadap diare.

Selain pemberian tablet Zink dan pemberian ASI lebih sering, penatalaksanaan diare

yaitu memberikan cairan tambahan yaitu dengan memberikan oralit, 100 sampai 200 ml

setiap kali berak, diminumkan sedikit- sedikit tapi sering. Jika anak muntah,tunggu 10 menit

kemudian lanjutkan lagi dengan lebih lambat. Bisa juga diberikan air matang atau kuah sayur

bening. Pemberian cairan tambahan dilanjutkan sampai diare berhenti.

Hal ini Sesuai dengan bagan MTBS (2019) yaitu terapi yang diberikan pada anak

diare adalah dengan penggunaan tablet Zinc dan oralit asmolaritas rendah pada diare. Selain

menggunakan MTBS, tata laksana diare juga dikombinasikan dengan LINTAS DIARE.

Kemenkes RI (2011) menjelaskan prinsip tata laksana diare pada balita adalah LINTAS

DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia

dengan rekomendasi WHO. Yaitu dengan rehidrasi menggunakan oralit osmolalitas rendah,

dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang.

Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang

hilang. Pemberian tablet zinc diberikan 10 hari berturut-turut terbukti mampu mengurangi

lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume

tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya. Hal ini

didasarkan pada penelitian selama 20 tahun (1980-2003) yang menunjukkan bahwa


pengobatan diare dengan pemberian oralit disertai zinc lebih efektif dan terbukti menurunkan

angka kematian akibat diare pada anak-anak sampai

Ibu diberikan nasehat kapan harus kembali segera, yaitu jika anak jika anak menjadi

demam,gelisah, rewel/mudah marah atau terdapat tanda-tanda dehidrasi pada anak. Tanda-

tanda dehidrasi pada anak, yaitu mata anak menjadi cekung, bila anak diberikan minum dia

tidak bisa minum/malas minum, atau anak terasa sangat haus dan minum dengan sangat

lahap, dan bila dilakukan pencubitan pada kulit perut, maka kembalinya lambat atau sangat

lambat.

Pada kasus diare dengan dehidrasi gejala yang timbul berupa rasa haus, berat badan

turun, kulit bibir dan lidah kering, saliva menjadi kental. Turgor kulit dan tonus berkurang,

anak menjadi apatis, gelisah kadang-kadang disertai kejang. Akhirnya timbul gejala asidosis

dan renjatan dengan nadi dan jantung yang berdenyut cepat dan lemah, tekanan darah

menurun, kesadaran menurun, dan pernapasan kussmaul (Latief, dkk., 2015).

Ibu diajari tentang cara membuat cairan gula garam sendiri dirumah, yaitu dengan

melarutkan 1 sendok munjung gula ditambah 1 ujung sendok garam dalam 1 gelas berisi

200ml air matang.

Dalam keadaan sakit, anak tetap harus memenuhi kebutuhan nutrisi dalam tubuhnya.

Ibu diberikan konseling cara pemberian makan pada anak sakit, yaitu dengan memberikan

makanan keluarga 3x sehari, sebanyak 1/3 atau ½ porsi makan orang dewasa yang terdiri dari

nasi, lauk, sayur dan buah, memberikan makanan selingan kaya gizi 2x sehari diantara waktu

makan, dan perbanyak minum air putih, kuah sayur atau jus buah.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dari hasil pengkajian didapatkan An. F diklasifikasikan sebagai Diare tanpa dehidrasi,

dan klasifikasi ini setelah dikonversi ke diagnosa ICD 10, diangnosa menjadi Diare.

2. Untuk penatalaksanaannya yaitu dengan memberikan tablet Zink 1x1 tablet selama 10

hari, memberikan ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian, dan

pemberian cairan tambahan dengan memberikan oralit, air matang atau kuah sayur

bening. Cairan tambahan diberikan sampai diare berhenti.

3. Ibu diberikan nasehat kapan harus kembali segera, yaitu jika anak menjadi

demam,gelisah, rewel/mudah marah atau terdapat tanda-tanda dehidrasi pada anak.

4. Dalam keadaan sakit, anak tetap harus memenuhi kebutuhan nutrisi dalam tubuhnya.

Ibu diberikan konseling cara pemberian makan pada anak sakit

B. Saran

Diharapkan dapat meningkatkan pelayanan khususnya pada balita dengan diare, dan

mampu melakukan penatalaksanakan yang tepat pada balita yang sedang sakit, sehingga

mengurangi morbiditas pada balita. Dan untuk keluarga membiasakan untuk memastikan

makanan tersebut aman untuk anak, menjaga kebersihan lingkungan dan makanan agar

anak terhindar dari diare

.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes, RI. 2010. Faktor Resiko Penyebab Diare. Jakarta : PT Info Medika.

Dinkes, DIY. 2014. Profil Kesehatan DIY Tahun 2014. Yogyakarta : Dinas Kesehatan DIY.

Kemenkes, RI. 2011. Buku Saku Lintas Diare untuk Petugas Kesehatan, Jakarta : Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

Kemenkes, RI. 2011. Situasi Diare di Indonesia. Jakarta,


(http://www.depkes.go.id/download/Buletin%20DiareFinal%281%29.pdf, diakses 7
Jauari 2015).

Modul Pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit Untuk Peserta Dan Fasilitator, Kemenkes,
2019

Rahmadhani, Eka Putri. 2013. Jurnal Imiah Kebidanan.

Tuliat Media. 2013. Cara Mengatasi Diare Pada Orang Dewasa dan Anak Bayi,
(http://www/tuliat.com/cara-mengatasi-diare-pada-orang-dewasa-dan-anak-bayi.htm ,
diakses 13 Februari 2015).

Widjaja. 2009. Penyebab Terjadinya Diare Pada Anak. Jakarta : Salemba Medika.

World Health Organization. 2009. Diarrhoeal Disease.


(http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs330/en/index.html, diakses 10 Januari
2015).

Yin, Robert K. 2013. Studi Kasus Desain dan Metode. Jakarta : Rajawali Press.

Anda mungkin juga menyukai