Disusun oleh:
Disusun oleh:
Pada tanggal……….2022
Mengetahui,
(……………………………) (………………………………)
(.................................................)
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Kelolaan individu yang
berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Balita dengan Diare di Puskesmas Muara Delang”, dalam
kesempatan ini penulis menghanturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar– besarnya
Penulis juga mengakui bahwa dalam proses penulisan laporan ini, masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian penulis telah
Penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan kritik dan
saran yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan laporan ini dikemudian hari.
Akhirnya penulis berharap, laporan ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca. Dan dapat
memberikan kontribusi yang positif serta bermakna dalam proses perkuliahan Praktik Klinik
Kebidanan. Amin
penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar dengan konsistensi cair lebih dari 4
kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak. Buang air besar yang tidak normal dengan
frekuensi lebih banyak dari biasanyaakan berakibat terjadinya dehidrasi dengan gejala
seperti tingkat kesadaran menurun, gelisah dan mukosa bibir kering, yang jika
penanganannyatidak dilaksanakan secara cepat dan tepat akan menyebabkan kematian
Data laporan profil kesehatan Indonesia pada tahun 2015 terjadi 18 kali KLB
(Kejadian Luar Biasa) diare yang tersebar di 11 provinsi, 18 kabupaten/kota, dengan
jumlah penderita 1.213 orang dan kematian 30 orang (CFR 2, 47%). Data profil
kesehatan kabupaten/kota perkiraan kasus Diare Provinsi NTT tahun 2011 berjumlah
200.721 kasus, yang ditangani sebanyak 111.046 kasus atau sebesar 55,3%. Pada tahun
2012 perkiraan kasus diare berjumlah 206.216 kasus, yang ditangani sebanyak 106.193
kasus atau sebesar 51,5%. Selanjutnya pada tahun 2013, perkiraan kasus diare berjumlah
209.553 kasus, yang ditangani sebanyak 102. 217 kasus atau sebesar 48,8%. Pada tahun
2014 ditemukan penderita diare yang ditangani sebesar 86.429 kasus (80,2%) telah
terjadi peningkatan, selanjutnya pada tahun 2015 penderita diare yang ditemukan dan
ditangani sebesar 98.918 (90%), berarti terjadi penemuan dan pengobatan diare. Namun
jika dibandingkan dengan target Renstra pada tahun 2015 yaitu menurunnya angka
kesakitan diare menjadi 4 per 1000 penduduk tidak tercapai.
Diare disebabkan oleh faktor infeksi, faktor malabsorbsi, faktor makanan (makanan
basi, beracun, mentah (sayuran) dan kurang matang) dan faktor prsikologis (rasa takut
dan cemas, walaupun jarang jika terjadi pada anak dapat menyebabkan diare kronis).
Penyebab utama kematian yang disebabkan oleh diare adalah karena dehidrasi sebagai
akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui feses. Penyebab kematian lain adalah
disentri, kurang gizi dan infeksi yang serius seperti pneumonia. Dasar dari semua
gangguan transportasi larutan usus akibat perpindahan air melalui membrane usus
berlangsung secara pasif dan hal ini ditentukan oleh aliran larutan secara aktif maupun
pasif, terutama natrium, klorida dan glukosa, (Ngastiyah, 2012)
Data Kementrian Kesehatan RI tahun 2011, strategi pengendalian penyakit diare
yang dilaksanakan pemerintah adalah: melaksanakan tatalaksana penderita diare yang
standar di sarana kesehatan melalui lima langkah tuntaskan diare (LINTAS diare),
meningkatkan tatalaksana penderita diare dirumah tangga yang tepat dan benar,
meningkatkan system kewaspadaan dini (SKD) dan penanggulangan kejadian luar biasa
(KLB diare), melaksanakan upaya kegiatan pencegahan yang efektif, melaksanakan
monitoring dan evaluasi.Pada dasarnya penyakit diare tidak begitu membahayakan
apabila ditangani dengan tepat. Namun, meskipun demikian penyakit ini dapat
menimbulkan rasa tidak nyaman bagi penderita. Kebiasaanyang berhubungan dengan
kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci
tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah
membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak
dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare (menurunkan angka
kejadian diare sebesar 47%), (Ngastiyah, 2012).
Berdasarkan data yang didapatkan diPuskesmas Muara Delang jumlah pasien di
Poli MTBS Puskesmas Muara Delang pada bulan Maret 2022 adalah 45 anak, dan 6
diantaranya dengan klasifikasi diare tanpa dehidrasi.
Berdasarkan data diatas penulis tertarik melakukan studi kasus tentang asuhan
kebidanan pada anak A.V umur 4 tahun dengan Diare Dehidrasi Ringan di Puskesmas
Muara delang Kabupaten Merangin.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut penyusun menarik rumusan masalah yaitu
bagaimanakah asuhan yang tepat, baik, dan efisien pada bayi / balita dengan diare ?
C. Tujuan
1. TujuanUmum
Mampu memberikan asuhan kebidanan pada bayi, balita dan anak pra sekolah
dengan diare di Puskesmas Muara Delang Kabupaten Merangin
.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian data subjektif pada bayi, balita dan anak pra
sekolah dengan diare di Puskesmas Muara Delang Kabupaten Merangin
b. Mampu melakukan pengkajian data objektif pada bayi, balita dan anak pra sekolah
dengan diare di Puskesmas Muara Delang Kabupaten Merangin.
c. Mampu membuat analisa data pada bayi, balita dan anak pra sekolahdengan diare
di Puskesmas Muara Delang Kabupaten Merangin
d. Mampu melaksanakan dan mengevaluasi asuhan kebidanan pada pada bayi, balita
dan anak pra sekolah di Puskesmas Muara Delang Kabupaten Merangin sesuai
dengan Evidance Based Practice.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
Dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh serta mendapatkan pengalaman dalam
melaksanakan asuhan kebidanan secara langsung pada neonatus, bayi, balita, dan
anak pra sekolah dengan diare.
2. Bagi Klien dan Keluarga
Agar ibu dan keluarga mengetahui dan memahami perubahan fisiologis dan patologis
yang terjadi pada neonatus, bayi, balita, dan anak pra sekolah dengan diare
3. Bagi Lahan
Dapat dijadikan sebagai tambahan referensi bagi tenaga kesehatan mengenai asuhan
yang diberikan pada bayi, balita, dan anak pra sekolah dengan diare
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Diare
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan
lebih dari 3 kali pada anak. Konsistensi feces dapat berwarna hijau atau dapat pula
bercampur lendir dan darah atau lendir saja. Diare adalah buang air besar yang
tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari
biasanya. Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung
kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sakit. Menurut Hipocrates
mendefinisikan diare sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Diare
diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer
dengan frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali perhari untuk bayi
berumur lebih dari 1 bulan dan anak bila frekuensinya lebih dari 3 kali perhari,
(Ngastiyah, 2012).
Penyebab Diare / Etiologi Etiologi diare dapat dibagi menjadi 4 faktor, yaitu :
1. Faktor infeksi
a. infeksi internal : Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak. Infeksi internal meliputi :
1). Infeksi Bakteri: E.coli, salmonella, shigella, vibria cholerae,
aeromonas, dll.
2). Infeksi Virus: Enterovirus, adenovirus, rotavirus, astrovirus, dll
3). Infeksi Parasit: Cacing (ascaris), Protozoa (trichomonas haminis),
Jamur (candida algicans).
b. infeksi parental : Infeksi dibagian tubuh lain di luar alat pencernaan
seperti :
1) Tonsilofaringitis (Radang Tonsil)
2) Radang Tenggorokan Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak
berumur dibawah 2 tahun, (Sudarti, 2010).
2. Faktor malabsorsi
1) Malarbsorbsi Karbohidrat (Disakarida, Monosakarida)
Pada bayi kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu formula
menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau sangat
asam, sakit di daerah perut.
2) Malarbsorbsi Lemak
Dalam makanan terdapat lemak yang disebut trglyserida. Dengan
bantuan kelenjar lipase mengubah lemak menjadi micelles yang siap di
arbsorbsi usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa
usus, diare dapat terjadi. Gejalanya adalah tinja mengandung lemak
3) Malarbsorbsi
Protein Asam amino, Blactoglobulin
3. Faktor makanan
Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar, basi,
beracun, mentah (sayuran) dan kurang matang (makanan yang kecampuran
racun clostridium botolinum, stafilokokus(bahan kimia)
4. Faktor psikologis
Rasa takut, cemas dan tegang, walaupun jarang jika terjadi pada anak
dapat menyebabkan diare kronis, (Sudarti, 2010).
B. Jenis Diare
1. Diare akut
Diare akut adalah diare yang terjadi sewaktu-waktu, tetapi gejalanya dapat
menjadi berat. Penyebabnya sebagai berikut :
1. Gangguan jasad renik / bakteri yang masuk kedalam usus halus setelah
melewati berbagai rintangan asam lambung
2. Jasad renik yang berkembang pesat didalam usus halus
3. Racun yang dikeluarkan oleh bakteri
4. Kelebihan cairan usus akibat racun
2. Diare Kronis
Pada diare kronis terjadinya lebih kompleks, berupa faktor yang
menimbulkannya terutama jika sering berulang pada anak. Diare kronis / diare
yang menetap akan berakhir 14 hari atau lebih lama, karena :
1. Gangguan bakteri jamur dan parasit
2. Malarbsorbsi kalori dan lemak
3. Gejala-gejala sisa karena cidera usus oleh setiap enteropatogen pasca
infeksi akut
3. Protracte diare diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu dengan tinja cair
dan frekuensi 4 kali atau lebih perhari.
4. Chronic non specific diarrhea diare yang berlangsung lebih dari 3 minggu
tetapi tidak di sertai gangguan pertumbuhan dan tidak ada tanda-tanda infeksi
maupun malabosorpsi
C. Gejala / Gambaran Klinis
1. Cengeng
2. Gelisah
3. Suhu meningkat
5. Tinja cair, lendir kadang-kadang ada darahnya. Lama-lama tinja berwarna hijau
dan asam.
6. Anus lecet
7. Dehidrasi, bila menjadi dehidrasi berat akan terjadi volume darah berkurang nadi
cepat dan kecil, denyut jantung cepat, tekanan darah turun, kesadaran menurun
11. Selaput lender dan mulut serta kulit menjadi kering. (Yongki dkk, 2012)
Sebagian besar diare yang menyebabkan dehidrasi berat adalah diare karena kolera.
Jika diare berlangsung selama 14 hari atau lebih, disebut DIARE PERSISTEN. Sekitar
20% dari diare akan berlanjut menjadi diare persisten yang seringkali menyebabkan
Pada umumnya disenteri disebabkan oleh Shigela. Disenteri amuba biasanya tidak terjadi
pada anak kecil. Seorang anak bisa saja sekaligus menderita diare cair dan disenteri.
Petugas kesehatan menanyakan apakah ibu pernah melihat darah dalam tinja
anaknya selama episode diare ini. Jika pernah, lingkari “darah dalam tinja” pada
4. Tanda-tanda dehidrasi :
6. Anak yang letargis sulit dibangunkan, kelihatan mengantuk, atau tatapannya hampa
7. Anak yang tidak sadar tidak bereaksi ketika disentuh, digoyang atau dibangunkan.
9. Anak dengan dehidrasi, pada mulanya tampak gelisah atau rewel, jika berlanjut,
10. Anak menunjukkan tanda gelisah atau rewel jika selalu gelisah atau rewel tiap kali
12. Mata cekung dapat menjadi pertanda bahwa tubuh anak kehilangan cairan. Apabila
ragu, tanyakan kepada ibu apakah menurut ibu mata anak kelihatan lain dari
biasanya. Pendapat ibu dapat membantu pemeriksa memastikan bahwa mata anak
cekung.
2) Cari daerah pada perut anak di tengah antara pusar dan sisi perutnya.
3) Cubit kulit perut dengan ibu jari dan jari telunjuk saudara. Jangan
menggunakan ujung jari, karena akan menimbulkan rasa sakit. Lipatan kulit
yang dicubit harus sejajar dengan tubuh anak dari atas ke bawah (garis
kemudian lepaskan.
Dalam kondisi tidak ada dehidrasi, kulit akan kembali dengan segera. Jika kulit
yang terangkat baru kembali dalam waktu lebih dari 2 detik setelah dilepaskan, berarti
cubitan kulit perut kembali sangat lambat, jika kembalinya kurang dari 2 detik atau
masih sempat terlihat lipatan kulit setelah dilepaskan, berarti cubitan kulit perut kembali
dengan lambat.
diare persisten (jika anak menderita diare selama 14 hari atau lebih), dan klasifikasi
disenteri (jika ada darah dalam tinjanya). Untuk mengklasifikasikan derajat dehidrasi
1. jika ada dua atau lebih tanda pada lajur merah muda, klasifikasikan anak sebagai
ada dua atau lebih tanda pada lajur ini, klasifikasikan anak sebagai diare dehidrasi
ringan/ sedang.
3. jika tidak ada dua atau lebih tanda pada lajur kuning, klasifikasikan anak sebagai
1. jika seorang anak menderita diare selama 14 hari atau lebih dan juga menderita
2. jika seorang anak menderita diare selama 14 hari atau lebih dan tidak menunjukkan
Dan hanya ada 1 klasifikasi untuk disenteri. seorang anak dengan diare dan ada
Penerapan pelayanan kesehatan anak yang sesuai dengan standar MTBS, sejalan
dengan Undang-undang no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dan Permenkes no. 25 tahun
2014 tentang Upaya Kesehatan Anak serta Standar Pelayanan Minimal Kabupaten/Kota.
SDM, sarana, prasarana, alat kesehatan, obat dan vaksin serta dukungan lainnya, termasuk
puskesmas lain yaitu menggunakan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas
(SP2TP). Dengan demikian semua pencatatan dan pelaporan yang digunakan tidak perlu
pelaporan.
yang ada dalam bentuk diagnosis. Diperlukan konversi dari klasifikasi ke diagnosa dan
menggunakan kode diagnosa. Dimana bila anak menderita diare tanpa dehidrasi, diare
dehidrasi ringan/ sedang, Diare dehirasi berat, diare persisten dan disentri makan akan
dikonversi dalam laporan SP2TP menjadi Diare, dengan kode ICD 10 A 09.
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA DENGAN DIARE PADA AN. F
UMUR 31 BULAN DI PUSKESMAS MUARA DELANG
No. RM : 021160
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas Anak
Umur : 31 bulan
Anak Ke :2
1) Imunisasi
Ibu mengatakan sebelumnya anaknya pernah sakit panas, batuk pilek 1 bulan
yang lalu.
Ibu mengatakan anaknya berak mencret dengan konsistensi cair seharin5x sejak
Ibu mengatakan dalam keluarga baik bapak maupun ibu tidak ada yang
b. Riwayat Sosial
1) Yang Mengasuh
Ibu mengatakan mengasuh sendiri anaknya dibantu dengan suami dan orang
tuanya.
1) Nutrisi
Sebelum sakit :Ibu mengatakan anaknya makan nasi beserta sayur dan lauk
Selama sakit : Ibu mengatakan anaknya makan nasi beserta sayur dan lauk
2) Istirahat / tidur
Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya tidur siang ± 2 jam dan tidur malam ±
Selama sakit : Ibu mengatakan anaknya tidur ± 10 jam karena sering menangis,
3) Mandi
Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya mandi 2 kali sehari, ganti baju
sewaktu-waktu ketika baju kotor terkena kencing, berak atau keringat dan
selesai mandi.
4) Aktivitas
Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya aktif dan ceria serta merespon jika
5) Eliminasi
Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya BAB 1-2 x/hari dengan konsistensi
lembek, kuning, BAK 5-6 x/hari dengan konsistensi warna kuning jernih, bau
pesing.
Selama sakit : Ibu mengatakan anaknya BAB 5 x/hari, konsistensi air dengan
sedikit ampas, warna kuning kehijauan, tidak ada darah dalam tinja dan BAK
a. Keadaan umum : baik, tidak ditemukan tanda bahaya umum berupa anak tidak bisa
minum , memuntahkan semua makanan dan minuman, kejang, letargis atau tidak
LK : 40 cm
Mata : Kanan kiri simetris, tidak cekung, conjungtiva berwarna merah muda,
Telinga : Kanan kiri simetris, tidak ada sakit telinga, tidak ada cairan yang
Hidung : Hidung simetris terdapat cairan / lender berwarna jernih dan encer kulit
Dada : Tidak ada tarikan dinding dada kedalam, tidak ada stridor, dada tampak
simetris.
Perut : Tidak ada penonjolan umbilikus, tidak ada nyeri tekan, tidak kembung,
Ekstremitas : Dapat bergerak bebas, jari-jari tangan dan kaki lengkap, tidak ada
b. Pemeriksaan penunjang
B. Interpretasi Data
1. Diagnosa Kebidanan
Data Dasar
Data Subjektif
sedikit ampas.
Data Objektif
b. Suhu : 36,7 °C, pernafasan : 36 x/menit, mata tidak cekung, cubitan perut kembali
dengan cepat
2. Kebutuhan
a. Pemberian oralit
C. Perencanaan
2. Beritahu ibu untuk memberikan ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali
pemberian.
D. Pelaksanaaan
2. Memberitahu ibu untuk ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian.
3. Memberi tahu cara pemberian cairan tambahan dengan memberikan oralit, yaitu 100
sampai 200 ml setiap kali berak, diminumkan sedikit- sedikit tapi sering. Jika anak
muntah,tunggu 10 menit kemudian lanjutkan lagi dengan lebih lambat. Bisa juga
diberikan air matang atau kuah sayur bening. Lanjutkan pemberian cairan tambahan
4. Memberitahu ibu tentang cara membuat cairan gula garam sendiri dirumah, yaitu
dengan melarutkan 1 sendok munjung gula ditambah 1 ujung sendok garam dalam 1
5. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda dehidrasi pada anak, yaitu mata anak menjadi
cekung, bila anak diberikan minum dia tidak bisa minum/malas minum, atau anak
terasa sangat haus dan minum dengan sangat lahap, dan bila dilakukan pencubitan
7. Konseling cara pemberian makan pada anak sakit, yaitu dengan memberikan makanan
keluarga 3x sehari, sebanyak 1/3 atau ½ porsi makan orang dewasa yang terdiri dari
nasi, lauk, sayur dan buah, memberikan makanan selingan kaya gizi 2x sehari diantara
waktu makan, dan perbanyak minum air putih, kuah sayur atau jus buah.
9. Memberi nasehat kapan ibu harus kembali segera kepetugas kesehatan, yaitu jika anak
anak.
D. Evaluasi
1. ibu mengerti sakit yang diderita anaknya, dan bersedia memberikan zink 1x1 tablet
selama 10 hari, memberikan ASI lebih sering, dan memberikan oralit atau pemberian
cairan tambahan sampai diare berhenti sesuai dengan anjuran yang diberikan
2. Ibu mengerti tentang cara pembuatan larutan gula garam sendiri dirumah
4. Ibu mengerti tentang cara pemberian makan pada anak sakit, dan bersedia
5. Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang 2 hari jika tidak ada perbaikan
6. Ibu mengerti penjelasan tentang kapan ibu harus kembali segera kepetugas kesehatan
BAB IV
PEMBAHASAN
Melalui wawancara dan pemeriksaan fisik dapat disimpulkan data subyektif dan data
obyektif yang memberikan gambaran tentang kasus Diare.Pada kasus ini, langkah awal
adalah melakukan pengkajian dengan mengumpulkan data dasar, data subyektif, dan
obyektif. Semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi
pasien. Data subyektif didapatkan keluhan utama yang diinformasikan oleh ibu yaitu berupa
mencret 5x sehari sejak kemarin dengan konsistensi cair bercampur sedikit ampas.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, tidak ditemukan tanda
bahaya umum berupa anak tidak bisa minum , memuntahkan semua makanan dan minuman,
kejang, letargis atau tidak sadar, anak tidak gelisah dan rewel/mudah marah. Tanda-tanda
vital : pernafasan 36 x/menit, suhu 36,7°C, nadi 110 x/menit, BB: 11,3 kg, TB 90 cm, dimana
BB/Tb -2 SD sd 2 SD, menunjukkan bahwa status gizi anak normal. Anak tidak terlihat
kurus.
utamanya yaitu mencret 5x sehari sejak 1 hari yang lalu dengan konsistensi cair bercampur
sedikit ampas. Dari hasil pemeriksaan diperoleh data bahwa mencret sudah dialami sejak 1
hari yang lalu, tidak ditemukan darah dalam tinja, mata tidak cekung,anak tidak haus dan
minum dengan lahap, cubitan perut kembali dengan cepat. Dalam penatalaksanaan MTBS
anak diklasifikasikan kedalam diare tanpa dehidrasi yang selanjutnya dalam pelaporan
diselaraskan dengan system ICD 10, maka klasifikasi dikonversi menjadi diagnosa yaitu diare
WHO (2009) menyebutkan anak dikatakan diare apabila buang air besar dalam
bentuk cairan lebih dari 3 kali dalam satu hari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau
lebih. Rahmadhani (2013) menyebutkan dalam Jurnal Ilmiah Kebidanan anak yang berusia 0-
3 tahun rerata mengalami tiga kali diare per tahun. Karena pada kelompok umur ini, sistem
Tindakan yang dilakukan yaitu memberikan tablet zink 1x1 tablet selama 10 hari,
menasehati ibu untuk memberikan ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali
imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut
Selain pemberian tablet Zink dan pemberian ASI lebih sering, penatalaksanaan diare
yaitu memberikan cairan tambahan yaitu dengan memberikan oralit, 100 sampai 200 ml
setiap kali berak, diminumkan sedikit- sedikit tapi sering. Jika anak muntah,tunggu 10 menit
kemudian lanjutkan lagi dengan lebih lambat. Bisa juga diberikan air matang atau kuah sayur
Hal ini Sesuai dengan bagan MTBS (2019) yaitu terapi yang diberikan pada anak
diare adalah dengan penggunaan tablet Zinc dan oralit asmolaritas rendah pada diare. Selain
menggunakan MTBS, tata laksana diare juga dikombinasikan dengan LINTAS DIARE.
Kemenkes RI (2011) menjelaskan prinsip tata laksana diare pada balita adalah LINTAS
DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia
dengan rekomendasi WHO. Yaitu dengan rehidrasi menggunakan oralit osmolalitas rendah,
dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang.
Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang
hilang. Pemberian tablet zinc diberikan 10 hari berturut-turut terbukti mampu mengurangi
lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume
tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya. Hal ini
Ibu diberikan nasehat kapan harus kembali segera, yaitu jika anak jika anak menjadi
demam,gelisah, rewel/mudah marah atau terdapat tanda-tanda dehidrasi pada anak. Tanda-
tanda dehidrasi pada anak, yaitu mata anak menjadi cekung, bila anak diberikan minum dia
tidak bisa minum/malas minum, atau anak terasa sangat haus dan minum dengan sangat
lahap, dan bila dilakukan pencubitan pada kulit perut, maka kembalinya lambat atau sangat
lambat.
Pada kasus diare dengan dehidrasi gejala yang timbul berupa rasa haus, berat badan
turun, kulit bibir dan lidah kering, saliva menjadi kental. Turgor kulit dan tonus berkurang,
anak menjadi apatis, gelisah kadang-kadang disertai kejang. Akhirnya timbul gejala asidosis
dan renjatan dengan nadi dan jantung yang berdenyut cepat dan lemah, tekanan darah
Ibu diajari tentang cara membuat cairan gula garam sendiri dirumah, yaitu dengan
melarutkan 1 sendok munjung gula ditambah 1 ujung sendok garam dalam 1 gelas berisi
Dalam keadaan sakit, anak tetap harus memenuhi kebutuhan nutrisi dalam tubuhnya.
Ibu diberikan konseling cara pemberian makan pada anak sakit, yaitu dengan memberikan
makanan keluarga 3x sehari, sebanyak 1/3 atau ½ porsi makan orang dewasa yang terdiri dari
nasi, lauk, sayur dan buah, memberikan makanan selingan kaya gizi 2x sehari diantara waktu
makan, dan perbanyak minum air putih, kuah sayur atau jus buah.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dari hasil pengkajian didapatkan An. F diklasifikasikan sebagai Diare tanpa dehidrasi,
dan klasifikasi ini setelah dikonversi ke diagnosa ICD 10, diangnosa menjadi Diare.
2. Untuk penatalaksanaannya yaitu dengan memberikan tablet Zink 1x1 tablet selama 10
hari, memberikan ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian, dan
pemberian cairan tambahan dengan memberikan oralit, air matang atau kuah sayur
3. Ibu diberikan nasehat kapan harus kembali segera, yaitu jika anak menjadi
4. Dalam keadaan sakit, anak tetap harus memenuhi kebutuhan nutrisi dalam tubuhnya.
B. Saran
Diharapkan dapat meningkatkan pelayanan khususnya pada balita dengan diare, dan
mampu melakukan penatalaksanakan yang tepat pada balita yang sedang sakit, sehingga
mengurangi morbiditas pada balita. Dan untuk keluarga membiasakan untuk memastikan
makanan tersebut aman untuk anak, menjaga kebersihan lingkungan dan makanan agar
.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes, RI. 2010. Faktor Resiko Penyebab Diare. Jakarta : PT Info Medika.
Dinkes, DIY. 2014. Profil Kesehatan DIY Tahun 2014. Yogyakarta : Dinas Kesehatan DIY.
Kemenkes, RI. 2011. Buku Saku Lintas Diare untuk Petugas Kesehatan, Jakarta : Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Modul Pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit Untuk Peserta Dan Fasilitator, Kemenkes,
2019
Tuliat Media. 2013. Cara Mengatasi Diare Pada Orang Dewasa dan Anak Bayi,
(http://www/tuliat.com/cara-mengatasi-diare-pada-orang-dewasa-dan-anak-bayi.htm ,
diakses 13 Februari 2015).
Widjaja. 2009. Penyebab Terjadinya Diare Pada Anak. Jakarta : Salemba Medika.
Yin, Robert K. 2013. Studi Kasus Desain dan Metode. Jakarta : Rajawali Press.