Anda di halaman 1dari 13

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kek Pada Ibu Hamil Di

Wilayah Kerja Puskesmas Biromaru Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah


Tahun 2022
St.hairah1, Fira Musyawirah2, Fatimah3, Ninik Lestari4, Nur caya5, Sri Utami Ningsih6, Dyan
Furnamasari7,Diah Prameswari8
Puskesmas Biromaru Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah
Program S2 Kesehatan Masyarakat

Abstrak. Kekurangan energi yang kronik adalah salah satupenyebab Angka Kematian Ibu (AKI).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui factor-faktor yang berhubungandenga nkejadian KEK
pada ibu hamil. Jenispenelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan rancangan Cross
Sectional Study .Jumlah sampel dalam penelitian ini 30 orang dengan teknik total sampling, data
sampel diambil dari dari data primer dan sekunder hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pengaruh repsonden mengalami KEK diakibatkan oleh asupan energi yang kurang,jarak
kehamilan yang dekat, dan Frekuensi Makan. Uji statistic penelitian ini menggunakan Chi Square
diperoleh nilai p value (0,003) < α (0,05), yang artinya hipotesis alternative diterima dan hipotesis
nol ditolak, sehingga ada hubungan anatara jarak kehamilan dengan kekurangan energy kronik
(KEK) pada ibu hamil di wilayah Puskesmas Biromaru Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah

Abstract. Chronic energy deficiency is one of the causes of the Maternal Mortality Rate (MMR).
This study aims to determine the factors associated with the occurrence of KEK in pregnant
women. The type of research used was quantitative with a Cross Sectional Study design. The
number of samples in this study were 30 people with a total sampling technique, the sample were
taken from primary and secondary data. The results of this study showed that the effect of
respondents experiencing KEK was caused by insufficient energy intake, spacing of pregnancies
close proximity, and Frequency of Eating. The statistical test of this study using Chi Square
obtained a p value (0.003) < α (0.05), which means that the alternative hypothesis is accepted and
the null hypothesis is rejected, so that there is a relationship between pregnancy spacing and
chronic energy deficiency (KEK) in pregnant women in the Biromaru Health Center, Sigi Regency,
Central Sulawesi

Kata Kunci : Asupan Energi, Jarak Kehamilan, Frekuensi Makan dan KEK
Keywords : Energy Intake, Pregnancies Spacing, Meal Frequency and KEK

PENDAHUALUAN
Kek (Kekurangan Energi Kronis)merupakan kondisi dimana ketika seseorang mengalami
kelelahan secara terus menerus meski telah beristirahat, KEK dapat terjadi pada ibu hamil karena
dapat dipicu oleh stres, infeksi virus, gangguan sistem kekebalan tubuh atau ketidak seimbangan
hormon. Persentase ibu hamil yang mengalami Kek di indonesia sebesar 17,3%. Hal tersebut
berdasarkan data riset Kesehatan Dasar (Riskesda) Tahun 2018. Jumlah ibu hamil yang terbanyak
mengalami Kek terdapat di NTT sebesar 36,8% dan di Kalimantan Selatan sebesar 17,5%
(Kemenkes RI,2018).
Gejala yang sering dialami oleh ibu hamil pengidap KEK yaitu rasa lelah yang datang terus
menerus, merasa kesemutan, wajah pucat dan tidak bugar, sangat kurus (indeks masa tubuh kurang
dari 18,5) lingkar lengan atas atau LILA kurang dari 23,5 cm, mengalami penurunan berat badan
dan kekurangan lemak, menurunnya kalori yang terbakar saat istirahat, menurunnya kemampuan
beraktivitas fisik. Salah satu gangguan kehamilan yang berpotensi menyebabkan Kek saat hamil
adalah Hiperemesis Gravidarum (HG). Gejalanya hampir sama dengan morning sickness. Hanya
saja gejala yang dialami bisa lebih berat dan parah. Ibu hamil yang mengalami masalah ini dapat
mengalami mual dan muntah berkali kali, serta tidak dapat mempertahankan makanandi dalam
tubuh. Terdapat dampak apabila seorang ibu hamil mengalami Kek. Dampak yang ditimbulkan
yaitu : anemia pada ibu, resiko bayi lahir prematur, terhambatnya perkembangan otak janin, bayi
lahir dengan berat lahir rendah dan bayi berisiko stunting. Oleh karna itu bila mengalami beberapa
gejala yang telah disebutkan di atas lebih baik segera periksakan diri ke bidan dan dokter. Berikut
ini langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh ibu hamil untuk mencegah risiko Kek:
Mengkonsumsi makanan tambahan (PMT) untuk ibu hamil, memastikan ketersediaan makanan
bergizi dirumah, menerapkan pola makaan yaang benar dan asupan gizi yang penting saat hamil,
mengobati penyakit infeksi yang mungkin mengganggu pencernaan dan menjaga kebersihan serta
kesegaran makanan yang di konsumsi.hal tersebut dilakukan agar mendapatkan penanganan yang
tepat dan dapat meminimalisir reesiko yang dapat ditimbulkan dari Kek
Maslah yang biasa terjadi yang berkaitan dengan gizi pada ibu hamil adalah seriang terjadi
kekurangan energi kronik atau yang biasa disebut dengan KEK. Kekurangan Energi Kronik
(KEK) adalah keadaan ibu hamil yang mengalami kekurangan makanan yang berlangsung lama
(kronik) dengan berbagai timbulnya gangguan kesehatan pada ibu hamil(3)
Berdasarkan data WHO tahun 2018, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia mencapai 126
dari 100.000 kelahiranhidup. Kondisi ini masih sangat jauh dari target SDGs yang menetapkan
AKI 70 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2030. Dibandingkan dengan negara ASEAN, Indonesia
menduduki peringkat tertinggi untuk AKI. Singapura mencatat AKI terendah hanya 10 per
100.000 kelahiran hidup, kemudian Thailand20 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei Darussalam
23 per 100.000 dan Malaysia 40 per 100.000 kelahiran hidup. Angka target Angka
Kematian Bayi (AKB) dalam SDGs adalah 12 per 1000 kelahiran hidup. Negara-negara
ASEAN seperti Singapura 3 per 1000 kelahiran hidup, Malaysia 10 per 1000 kelahiran hidup, dan
Thailand 20 per 1000 kelahiran hidup dan Indonesia sebesar 22,23 per 1.000 kelahiran hidup(4).
Data KEK dari tahun ke tahun mengalami penurunan tahun 2010 menunjukan bahwa
prevalensi KEK mengalami penurunan yaknisebesar 28% dan ditahun 2013 menunjukan bahwa
prevalensi KEK ada peningkatan yakni sebesar 38,5% dan Ditahun 2018 kembali terjadi
penurunan yakni sebesar 36,3%. Meskipun terjadi penurunan di tahun 2018 angka tersebut masih
cukup tinggi. Provinsi Sulawesi Tenggara menempati urutan 3 setelah Maluku dan Maluku utara
dengan jumlah KEK terbanyak pada wanita usia subur di Indonesia dengan presentasi 30% pada
wanita hamil dan 21 % wanita tidak hamil. Sedangkan untuk di Provinsi Sulawesi Tengah sendiri
kususnya Kota Palu pada tahun 2022 mengintervensi kurang lebih 400 jiwa ibu hamil yang
mengalami kekurangan energi kronis (KEK) melalui sejumlah program guna mencegah
ketengkesan atau stunting. intervensi secara spesifik dilakukan pada sektor kesehatan, Dinkes
tidak hanya menyasar 33 lokus tetapi 46 kelurahan di Kota Palu Ini dimasukkan agar begitu
pencegahan lebih cepat dan efektif.
Data Puskesmas Biromaru tahun 2022 menunjukan bahwa ada 340 ibu yang mengalami KEK
dari 1035 ibu hamil dan hanya 120 orang yang mendapatkan pemberian makanan tambahan
(PMT) dan masih ada 220 orang yang tidak mendapatkan PMT dari 18 desa yang ada di wilayah
kerjanya. Disebabkan kerena sebagian ibu hamil tidak hadir pada saat pembagian PMT dan masih
ada ibu hamil yang menolak untuk makan PMT yang diberikan.
Berdasarkan data diatas maka penulis merasa tertarik perlu dilakukan penelitian tentang
hubungan kurangnya pemberian makanan tambahan dan jarak kehamilan yang dekat dengan
kejadian KEK pada Ibu hamil di Puskesmas Biromaru Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah Tahun
2022

TUJUAN
Untuk mengetahui seberapa besar masalah tentang ibu hamil KEK dan cara
penanggulangannya yang meliputi:
a. Mengetahui apakah ada hubungan antara pemberian makan tambahan dengan kejadian KEK
b. Mengetahui apakah ada hubungan antara kehamilan dengan jarak yang dekat dengan
kejadian KEK
c. Mengetahui apakah frekuensi makan pada ibu hamil berhubungan dengan kejadian KEK
d. Mengetahui cara penanganan ibu hamil dengan Kek
METODE

Penelitian ini menggunakan kuantitatif dengan rancangan Cross Sectional Study dilakukan
di Puskesmas Biromaru Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah. Populasi dalam penelitian ini adalah
ibu hamil KEK sebanyak 30 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling, data
diperoleh dari data yang sudah ada sebelumnya atau data primer yang diperoleh melalui
wawancara mendalam kepada informan utama dan informan triangulasi dan melalui Data
sekunder yang diperoleh dari Puskesmas yang berupa data KIA, Posyandu, SOP, dan data lain
yang mendukung penelitian. Data diperoleh menggunakan kuesioner dan hasil penelitian diuji
dengan menggunakan chi square untuk memperoleh hubungan dua variabel.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. HASIL
A. Aanilis Univariat

1) Asupan energy

Sikap N %
Kurang 21 70%
Cukup 9 30%
Total 30 100%

Distribusi responden berdasarkan asupan energi di wilayah kerja Puskesmas


Biromaru Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah Dari hasil pengolahan data peneliti
medapatkan hasil bahwa dari 30 responden, sebagian besar yakni 21 responden
(70%) asupan energinya kurang dan selebihnya yakni 9 (30%) asupan energinya
cukup
2) Frekuensi makan

Pengetahuan N %
Tidak Sesuai 15 50%
Sesuai 15 50%
Total 30 100%

Distribusi repsonden berdasrkan frekuensi makan Puskesmas Biromaru


Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah menunjukkan bahwa dari 30 responden, sebagian
besar yakni 15 responden (50%) frekuensi makannya tidak sesuai dan 15
responden (50%) frekuensi makannya sesuai
3) Jarak kehamilan

Sikap N %
Dekat 20 66,7%
Jauh 10 33,3%
Total 30 100%

Distribusi responden berdasarkan jarak kehamilan menunjukkan bahwa dari 30


responden, sebagian besar yakni 20 (66,7 %) jarak kehamilan dekat dan selebihnya
yakni 10 responden (33,3 %) jarak kehaminnya jauh
4) Kurang Energi Kronik (KEK)
Kejadian N %
KEK
KEK 18 60%
Tidak KEK 12 40%
Total 30 100%

Distribusi responden berdasarkan kejadian KEK di wilayah kerja Puskesmas


Biromaru Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah menunjukan bahwa dari 30 responden,
sebagian besar yakni 18 ( 60%) mengalami KEK dan selebihnya 12 (40%) tidak
mengalami KEK

B. Analisi Bivariat

1) Hubungan Asupan Energi dengan Kejadian KEK

Kejadian KEK Jumlah p


Asupan KEK Tidak KEK value
Energi N % N % N %

Cukup 17 57 4 13 21 70
0,001
Kurang 1 3 8 27 9 30
Jumlah 18 60 12 40 30 100

Table di atas menunjukkan bahwa hubungan asupan energi dari 30 responden,


terdapat 21 responden yang asupan energinya cukup dan 9 responden yang asupan
energinya kurang , untuk kategori ibu hamil yang energinya cukup yakni 17 orang
(57%) yang mengalami KEK dan 4 (13%) yang tidak mengalami KEK, untuk
kategori ibu hamil yang energinya kurang yakni 1 orang (3%) yang mengalami
KEK dan 8 orang (27%) yang tidak mengalami KEK
Hasil uji chi-square, diperoleh nilai p value (0,001) < α (0,05), yang artinya
hipotesis alternatif diterima dan hipotesis nol ditolak, sehingga ada hubungan asupan
energi dengan kekurangan energi kronik (KEK) pada ibu hamil di wilayah Puskesmas
Biromaru Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah.

2) Hubungan Frekuensi Makan dengan Kejadian KEK

Kejadian KEK
KEK Tidak KEK Jumlah p
Frekuensi value
makan N % N % N %

Tidak sesuai 15 50 0 0 15 50
0,000
Sesuai 3 10 12 40 15 50
Jumlah 18 60 12 40 30 100

Table di atas menunjukkan bahwa hubungan frekuensi makan dari 30


responden, terdapat 15 responden yang asupan energinya tidak sesuai dan 15
responden yang frekuensi makannya sesuai , untuk kategori ibu hamil yang
frekuensi makan tidak sesuai yakni 15 orang (50%) yang mengalami KEK dan 0
(0%) yang tidak mengalami KEK, untuk kategori ibu hamil yang asupan energinya
sesuai yakni 3 orang (10%) yang mengalami KEK dan 12 orang (40%) yang tidak
mengalami KEK
Hasil uji chi-square, diperoleh nilai p value (0,000) < α (0,05), yang artinya
hipotesis alternatif diterima dan hipotesis nol ditolak, sehingga ada hubungan
frekuensi makan dengan kekurangan energi kronik (KEK) pada ibu hamil di
wilayah Puskesmas Biromaru Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah.

3) Hubungan Jarak Kehamilan Dengan Kejadian KEK

Kejadian KEK Jumlah p


Jarak KEK Tidak KEK value
kehamilan N % N % N %

Dekat 16 53 4 13 20 67
0,003
Jauh 2 7 8 27 10 33
Jumlah 18 60 12 40 30 100

Table di atas menunjukkan bahwa hubungan jarak kehamilan dari 30


responden, terdapat 20 responden yang jarak kehamilnnya dekat dan 10 responden
yang hu jauh , untuk kategori ibu hamil yang jarak kehamilannya dekat yakni 16
orang (53%) yang mengalami KEK dan 4 (13%) yang tidak mengalami KEK,
untuk kategori ibu hamil yang jarak kehamilannya jauh yakni 4 orang (13%) yang
mengalami KEK dan 8 orang (27%) yang tidak mengalami KEK
Hasil uji chi-square, diperoleh nilai p value (0,003) < α (0,05), yang artinya
hipotesis alternatif diterima dan hipotesis nol ditolak, sehingga ada hubungan anatara
jaraj kehamilan dengan kekurangan energi kronik (KEK) pada ibu hamil di wilayah
Puskesmas Biromaru Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah.

2. PEMBAHASAN

1) Hubungan Asupan Energi dengan Kejadian KEK


Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 responden, 21 responden yang asupan
energinya cukup dan 9 responden yang asupan energinya kurang , dari 30 responden yang
asupan energinya cukup terdapat 17 reponden yang mengalami KEK yang diakibatkan
karena Mual dan muntah yang berlangsung terus menerus yang menagkibatkan asupan
makanan berkurang dan untuk kebutuhan ibu hamil memerlukan asupan makanan yang
lebih 2 kali lipat dari orang yang tidak hamil, sedangkan untuk asupan energy yang kuarng
namun tidak KEK terdapat 4 responden hal ini diakibatkan responden tersebut harus
banyak istitahat dikarenakan kondisi ibu dan anak dalam keadaan lemah sehingga dapat
beresiko keguguran kematian sedangkan dari 9 responden yang asupan energinya kurang,
sebanyak 1 responden tidak KEK dan terdapat 8 responden mengalami KEK diakibatkan
akitivitas fisik yang banyak menguras energi seperti melakukan kegiatan sehari-hari. Hasil
penelitian membuktikan bahwa ada hubungan antara asupan energi dengan kejadian KEK
pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Biromaru Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah.
Dalam penelitian ini, Tingkat Konsumsi Energi (TKE) didapat dengan membandingkan
asupan gizi yang masuk ke dalam tubuh denga nilai AKG individu yang melihat aktifitas
kegiatan sehari-hari. nilai AKG yang didapatkan tiap dapat berbeda-beda tiap individu
diakbatkan oleh Asupan yang dipengaruhi oleh ketersediaan pangan. Apabila makanan
yang tersedia tidak mencukupi kebutuhanakan mengakibatkan pada konsumsi yangkurang.
Hal ini sejalan dengan pendapat Sjahmien Moehji menyatakan bahwa jika masukan zat
gizi dari makanan tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh maka akan terjadi defisiensi zat
gizi yang termanifestasi oleh adanya gejala yang timbul. Masukan zat gizi yang berasal
dari makanan yang dimakan setiap hari harus dapat memenuhi kebutuhan.
Dalam penelitian ini juga terdapat ibu yang asupan energinya cukup tapi mengalami
KEK hal ini terjadi karena ibu memiliki aktivitas fisik yang menguras banyak energi, hal
ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Niedhammer yang menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara tuntutan kerjafisik (OR=4.65) dengan kejadian
KEK pada ibu hamil(46). Beberapa penelitian telah melaporkan hasil yangsama mengenai
dampak dari pekerjaan ibu hamil. Berdiri, membungkuk berulang-ulang, menaiki
tangga,dan mengangkat benda berat selama kehamilan berpengaruh terhadap pertumbuhan
janin, kelahiran prematur dan komplikasi obstetrik lainnya. Aktivitas fisik dapat
meningkatkan aktivitas rahim (kontraksi).
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Rukmaria
(2014) dengan judul Hubungan Asupan Gizi dan Status Gizi Ibu Hamil Trimester III
dengan Berat Badan Lahir Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Suruh, yang menyatakan
bahwa tidak terdapat hubungan antara asupan energi dengan kejadian KEK pada .ibu
hamil(49). Sedangkan Halym Surasih dalam judul Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Keadaan Kurang Energi Kronis (KEK) Pada Ibu Hamil Di Kabupaten
Banjarnegara, menyatakan adanya hubungan antara konsumsi energi dengan kejadian KEK
pada ibu hamil.
Diperoleh probabilitas sebesar 0,001(p<0,05) atau dapat dikatakan ada hubungan
yang signifikan antara jumlah konsumsi Energi dengan KEK pada ibu hamil di Puskesmas
Biromaru Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah tahun 2022. Ibu hamil yang jumlah konsumsi
energinya kurang (70-80%AKG) mempunyai risiko untuk terkena KEK sebesar 9,793 kali
dibandingkan dengan ibu hamil yang jumlah konsumsi energinya (80-99%AKG)(50).

1) Hubungan Frekuensi Makan dengan Kejadian KEK

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 responden, terdapat 15 responden yang


frekuensi makannya tidak sesuai dan 15 responden yang frekuensi makannya sesuai,
dari 15 responden yang frekuansi makanya tidak sesuai terdapat 15 responden yang
mengalami KEK, yang diakibatkan karena masih mengalami mual dan muntah
sehingga nafsu makan berkurang dan sebanyak 0 responden tidak KEK dikarenakan
porsi makan reponden sesuai dengan kebutuhannya. Sedangkan dari 15 responden yang
frekuensi makannya sesuai, sebagian besar tidak KEK sebanyak 12 responden dan
terdapat 3 responden yang frekuanesi makannya sesuai tapi mengalami KEK
dikarenakan responden mengalami mual dan muntah setelah makan sehingga
asupannya berkurang. Hasil penelitian membuktikan bahwa ada hubungan antara
frekuensi makan dengan kejadian KEK pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas
Biromaru Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah tahun 2022.
Adanya ibu yang memiliki pola makan kurang dapat diindikasikan bahwa ibu memiliki
kebiasaan makan yang sama seperti kondisi sebelum hamil, padahal kebutuhan makanan
ibu hamil 3 kali lipat lebih banyak dari sebelumnya. Berdasarkan data yang diperoleh
dilapangan, diketahui bahwa lebih banyak ibu hamil yang sehari-harinya sebagai ibu
rumah tangga. Hal ini dapat diindikasikan bahwa aktifitas fisik yang dilakukan sebagai
seorang ibu rumah tangga cenderung lebih rendah daripada ibu yang bekerja diluar rumah
dengan kapasitas pekerjaan yang membutuhkan lebih banyak tenaga. Hal ini setidaknya
mengurangi pembakaran energi dalam tubuh yang dapat mengurangi cadangan energi di
\ dalam tubuh ibu hamil.
Dalam penelitian ini juga ada ibu hamil yang pola makannya baik namun mengalami
KEK dikarenakan makanan yang dikonsumsi ibu tidak adekuat terhadap kebutuhan tubuh
ibu hamil pada kondisi tertentu. Konsumsi makanan yang ade kuat untuk ibu hamil adalah
yang jika dikonsumsi tiap harinya dapat memenuhi kebutuhan zat-zat gizi dalam kualitas
maupun kuantitasnya. Artinya bahwa, adanya ibu hamil yang pola konsumsi dikategorikan
baik namun mengalami KEK karena pada penelitian ini dikatehui bahwa seluruh
responden/ibu hamil berada pada trimester 2 dan 3 yang berarti bahwa semakin
meningkatnya kebutuhan kalori/energi ibu hamil pada semester-semester akhir. Tambahan
kalori ibu hamil pada trimester 1 adalah 180Kkal/hari dan 300Kkal/hari selama trimester 2
dan 3, sedangkan tambahan protein selama kehamilan sebesar 17gram/hari. Kebutuhan
akan energi pada trimester 1 meningkat secara minimal. Setelah itu, sepanjang trimseter 2
dan 3, kebutuhan akan terus membesar sampai akhir kehamilan. Energi tambahan selama
trimester 2 diperlukan untuk pemekaran jaringan ibu. Sepanjang trimester 3, energi
tambahan dipergunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta (40). Hal ini sejalan
pernyataan dari Depkes RI yang dikutip oleh Zulhaida dalam jurnal penelitian status gizi
ibu hamil serta pengaruhnya terhadap bayi yang dilahirkan, bila ibu mengalami
kekurangan gizi pada trimester III akan menimbulkan masalah terhadap ibudan proses
persalinannya, yaitu gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi
antara lain: KEK, anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan
terkena penyakit infeksi. Oleh karena itu, dalam penelitian ini meskipun pola konsumsi
ibu hamil dikatakan baik namun belum cukup mampu mendukung kebutuhan nutrisi ibu
hamil yang berada pada trimester-trimester akhir, sehingga masih ada ibu hamil yang
memiliki
2) pola konsumsi baik namun termasuk dalam kategori KEK(41).
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayati
(2011) dengan judul hubungan Antara Pola Konsumsi, Penyakit Infeksi dan Pantang
Makanan Terhadap Risiko Kurang Energi Kronis (KEK) Pada Ibu Hamil Di Puskesmas
Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan
antara pola makan dengan kejadian KEK pada ibu hamil(42). Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Andi Rahmaniardi Tampa Padang Kabupaten Mamuju Sulawesi Barat,
dengan nilai p=0,015. Dimana pola makan mempengaruhi kejadian KEK pada ibu hamil,
pola makan sehari-hari dari ibu hamil dipengaruhi juga dengan adanya kepercayaan
memantang terhadap makanan tertentu untuk dikonsumsi dengan alasana pabiladi konsumsi
pada saat hamil akan mengakibatkan kecacatan pada bayi yang dilahirkan sehingga asupan
makanan pada ibu hamil menjadi kurang(43). Susanti melinda Sofiana juga menyatakan hal
yang sama pada penelitiannya yang berjudul Analisa pola makan ibu hamil dengan kondisi
kurang energy kronis (KEK) di Kecamatan Bobotsari Kabupaten Purbalingga dengan hasil
penelitian bahwa pola makan mempunyai hubungan bermakna dengan KEK(44).

3) Hubungan Jarak Kehamilan Dengan Kejadian KEK


Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 responden, terdapat 20 responden yang
jarak kehamilannya dekat dan 10 responden yang jarak kehamilannya jauh. Dari 20
responden yang jarak kehamilannya dekat terdapat 16 responden mengalami KEK
diakibatkan beban kerja lebih berat seperti mengurus anak dan suami, serta melakukan
pekerjaan rumah tangga dan tidak adanya kesempatan untuk memperbaik keadaan tubuh
sehingga meninmbulkan masalah asupan gizi yang kurang untuk ibu dan anak dimana
seetelah melahirkan memerlukan energi tambahan, serta yang tidak KEK terdapat 4
reponden dan dari 10 responden yang jarak kehamilannya jauh, sebanyak 2 reponden
mengalami KEK di karenakan asupan energi yang tidak cukup untuk ibu dan tidak KEK
terdapat 8 responden. Hasil penelitian membuktikan bahwa ada hubungan antara jaraj
kehamilan dengan kejadian KEK pada ibu hamil di wilayah kerja kerja Puskesmas
Biromaru Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah tahun 2022.
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Sumarno
(2005) dengan judul faktor risiko kurang energi kronis pada ibu hamil di jawa barat, yang
menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara jaraj kehamilan dengan kejadian KEK pada
ibu hamil(51). Sedangkan hasil penelitian Efrinita menyatakan bahwa secara statistik terdapat
hubungan yang bermakna antara jarak kehamilan dengan KEK. Jarak antara kehamilan yang
baik untuk menjaga kesehatan ibu dan anak sebaiknya tidak kurang dari 2t ahun(52). Hasil
penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Anisa yang menyatakan bahwa secara statistik
terdapat hubungan yang bermakna antara jarak kehamilan dengan KEK dengan nilai
p=0,009. Jarak antara kehamilan yang baik untuk menjaga kesehatan ibu dan anak sebaiknya ≥
2 tahun(53). Jarak melahirkan yang terlalu dekat (<2 tahun) akan menyebabkan kualitas janin
atau anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu. Jarak melahirkan yang terlalu
dekatakan menyebabkan ibu tidak memperoleh kesempatan untuk memperbaiki tubuhnya
sendiri dimana ibu memerlukan energi yang cukup untuk memulihkan keadaan setelah
melahirkan anaknya (54). Ibu juga masih dalam masa menyusui dan harus memenuhi
kebutuhan gizi selama menyusui, dimana saat menyusui ibu membutuhkan tambahan kalori
setiap hari untuk memenuhi gizinya dan produksi ASI, dengan hamil kembali maka akan
menimbulkan masalah gizi ibu dan janin atau bayi berikut yang dikandung(55).
Pengaturan jarak kehamilan dimaksudkan agar tubuh ibu memiliki cukup waktu untuk
memulihkan diri. Jika jarak kehamilan terlalu dekat, kesehatan ibu akan menurun karena tubuh
tidak sempat kembali seperti kondisi semula. Masalah gizi yang timbul kemudian dapat
memengaruhi kesehatan janin yang dikandung. Ibu membutuhkan energi yang cukup
untuk memulihkan keadaan tubuhnya pasca melahirkan. Sementara itu, kehamilan
meningkatkan kebutuhan ibuakan energidan zatgizi(56).
Dalam penelitian ini juga terdapat ibu yang jarak kehamilannya jauh namun mengalami
KEK, hal ini terjadi karena ibu memiliki beban kerja yang begitu banyak untuk mengurus
rumah dan anak. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh halym surasih yang
menyatakan bahwa ibu hamil yang mempunyai beban kerja sedang mempunyai risiko terkena
KEK sebesar 6,545 kali dibandingkan dengan ibu hamil yang beban kerjanya ringanHal ini
juga sejalan dengan pendapat Marge Koblinsky dalam bukunya yang berjudul Kesehatan
Wanita menyatakan bahwa beban kerja yang berat meningkatkan kebutuhan makanan wanita.
Lamanya waktu bekerja serta peran ganda wanita menciptakan suatu kerentanan sosial
terhadap masalah malnutrisi terutama selama masa reproduksi.
PENUTUP

1. Simpulan

a. Ada hubungan asupan energi dengan kekurangan energi kronik (KEK) pada ibu hamil di
wilayah Puskesmas Biromaru Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah ( p value 0,001)
b. Ada hubungan frekuensi makan dengan kekurangan energi kronik (KEK) pada ibu hamil
di wilayah Puskesmas Biromaru Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah (p value 0,000)
c. Ada hubungan anatara jaraj kehamilan dengan kekurangan energi kronik (KEK) pada ibu
hamil di wilayah Puskesmas Biromaru Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah p value (0,003)

2. Saran

a. Bagi Pihak Puskesmas Biromaru, agar dapat memberikan penyuluhan kepada ibu hamil
tentang Kurang Energi Kronik.
b. Bagi ibu hamil agar mencegah terjadinya KEK dengan mengonsumsi makanan yang
tinggi energi atau kalori.
c. Bagi peneliti selanjutnya, agar dapat mengkaji faktor lain penyebab terjadinya KEK pada
ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Biromaru Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah
d. Bagi lintas sektor, agar lebih meningkatkan kerja sama dalam penanganan gizi kurang
pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Biromaru Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah

DAFTARPUSTAKA
.
Berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi,diperoleh informasi bahwa kasus difteri
yangsatudenganyanglainnyamempunyaihubunganepidemiologis.

Anda mungkin juga menyukai