Anda di halaman 1dari 4

Arranged by : Fera Isnata

Tafsir Surat Yasin, ayat 1-6

‫ز‬4ِ 4‫ل َ ا ْل َع ِزي‬4 ‫) َتنزي‬4( ‫ِيم‬ ٍ ‫ َتق‬4 ‫ َراطٍ ُم ْس‬4‫ص‬ ِ ‫) َع َلى‬3( َ‫لِين‬4 ‫س‬ َ ‫) ِإ َّن َك َلمِنَ ا ْل ُم ْر‬2( ‫ِيم‬ ِ ‫) َوا ْلقُ ْر‬1( ‫{يس‬
ِ ‫آن ا ْل َحك‬
ِ 4‫ول ُ َع َلى َأ ْك َث‬4ْ 4‫ َّق ا ْل َق‬4‫دْ َح‬44‫) َل َق‬6( ‫ون‬
‫ر ِه ْم َف ُه ْم اَل‬4 4َ ُ‫افِل‬44‫اُؤ ُه ْم َف ُه ْم َغ‬44‫ ذ َِر آ َب‬4‫ ذ َِر َق ْو ًما َما ُأ ْن‬4‫) لِ ُت ْن‬5( ‫ِيم‬
ِ ‫رح‬4
َّ 4‫ال‬
} )7( َ‫ُيْؤ ِم ُنون‬
Ya sin. Demi Al-Qur'an yang penuh hikmah, sesungguhnya kamu salah seorang dari rasul-rasul (yang
berada) di atas jalan yang lurus, (sebagai wahyu) yang diturunkan oleh Yang Mahaperkasa lagi Maha
Penyayang, agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang bapak-bapak mereka belum pernah diberi
peringatan, karena itu mereka lalai. Sesungguhnya telah pasti berlaku perkataan (ketentuan
Allah) terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman.
}‫ِيم‬ ِ ‫{وا ْلقُ ْر‬
ِ ‫آن ا ْل َحك‬ َ
Demi Al-Qur'an yang penuh dengan hikmah. (Yasin: 2)

ٍ ‫سلِينَ * َع َلى صِ َراطٍ ُم ْس َتق‬


}‫ِيم‬ َ ‫{ِإ َّن َك} َيا ُم َح َّم ُد { َلمِنَ ا ْل ُم ْر‬
sesungguhnya kamu [Hai Muhammad] salah seorang dari rasul-rasul (yang berada) di atas jalan yang
lurus. (Yasin: 3-4)

}‫ِيم‬
ِ ‫الرح‬ ِ ‫{ َتنزيل َ ا ْل َع ِز‬
َّ ‫يز‬
(sebagai wahyu) yang diturunkan oleh Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. (Yasin: 5)
Adapun firman Allah Swt.:
4} َ‫{لِ ُت ْنذ َِر َق ْو ًما َما ُأ ْنذ َِر آ َباُؤ ُه ْم َف ُه ْم َغافِلُون‬
agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang bapak-bapak mereka belum pernah diberi peringatan,
karena itu mereka lalai. (Yasin: 6)
Yasin merupakan surah Makkiyah yang terdiri dari 83 ayat, penafsiran surah yasin kali ini dimulai dengan
Tafsir Surah Yasin Ayat 1-5. Salah satu ciri khas surah ini diantaranya adalah huruf muqatta’ah, yakni ya’ dan
sin, sekaligus dijadikan sebagai nama surah. Ada beragam pendapat terkait penafsirannya, beberapa ulama
mengatakan bahwa ya’ dan sin, berati Yaa Insan (wahai manusia) yang tertuju kepada Nabi Muhammad, ada
juga makna lain yang akan dijelaskan berikut.

Ayat 1

Pada surah-surah sebelumnya telah dibicarakan mengenai awal surah yang dimulai dengan huruf-huruf abjad.

Pada kesimpulannya disebutkan bahwa pendapat yang terkuat menetapkan huruf-huruf abjad itu dimaksudkan
sebagai peringatan untuk membangkitkan minat orang yang membacanya kepada hal-hal penting yang akan
disebutkan dalam ayat-ayat sesudahnya.

Tetapi, dari riwayat Ibnu ‘Abbas diperoleh keterangan bahwa yasin bermakna ya insan (wahai manusia) yakni
wahai Muhammad. Demikian pula pendapat Abu Hurairah, ‘Ikrimah, ad-Dahhak, Sufyan bin Uyainah dan Sa’id
bin Jubair. Menurut mereka, yasin berasal dari logat Habsyah. Sedang Malik yang meriwayatkan dari Zaid bin
Aslam menyebutkan arti yasin  adalah kependekan dari nama-nama Allah.

Ada lagi yang berpendapat yasin ringkasan dari kalimat “Ya Sayidal Basyar”, yakni Nabi Muhammad sendiri.
Atau ia adalah salah satu nama dari Al-Qur’an. Namun demikian, mayoritas ulama menyerahkan arti yasin
kepada Allah. (untuk lebih jelasnya, lihat tafsir surah al-Baqarah/2: 1)

Ayat 2

Allah bersumpah dengan Al-Qur’an yang penuh hikmah. Ada beberapa arti hikmah yang disarikan dari
pendapat-pendapat ahli tafsir yakni: kata “hikmah” di sini muhkam, berarti yang telah pasti benarnya, dan tidak
mungkin terdapat di dalamnya sesuatu yang batil (tidak benar) baik makna lafazh, tujuan, hikmah, kisah,
hukumnya, dan lain-lain walaupun ditinjau dari segi apa pun.

“Hakim” adalah suatu sifat yang dimiliki oleh orang yang berakal (cerdas). Demikian halnya Al-Qur’an, dengan
hikmah yang dikandungnya memberi bekal kehidupan manusia untuk menyucikan hati mereka dan memberi
rasa kepuasan rohani.

Dengan kesucian hati dan kejernihan pikiran, akan terbuka rahasia-rahasia yang terkandung di alam ini.

Al-Qur’an memberi bimbingan hidup yang penuh dengan kebijaksanaan, segala ajarannya sejalan dan harmonis
dengan pikiran yang sehat dan kehendak nafsu yang terkendali, yakni jalan pikiran yang menuju ke arah
kemaslahatan manusia.
Ayat 3

Ayat ini menyatakan bahwa tujuan sumpah Allah dengan Al-Qur’an yang mengandung hikmah itu adalah
pernyataan bahwa Nabi Muhammad merupakan salah seorang di antara para rasul Allah yang diutus membawa
kebenaran. Hal ini merupakan penolakan tegas terhadap orang-orang yang tidak memercayai Muhammad
sebagai rasul Allah.

Ayat 4

Ayat ini menegaskan bahwa Rasulullah berada pada jalan yang lurus. Hal ini sebagai penegasan bahwa agama
dan syariat yang dibawa Nabi Muhammad itu adalah benar, lurus, berasal dari Allah. Salah satu ciri dari risalah
Muhammad selalu berada pada jalan yang lurus.

Kebenaran yang dibawanya jelas, tanpa mencampuradukkan antara kebenaran dan kebatilan. Syariat
Muhammad saw tidaklah cenderung mengikuti keinginan hawa nafsu manusiawi, tetapi senantiasa mendorong
manusia menuju kepada kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat. Firman Allah:

‫اط ُّم ْستَقِي ۙ ٍْم‬ ِ ‫ي اِ ٰلى‬


ٍ ‫ص َر‬ ْٓ ‫ك لَتَ ْه ِد‬
َ َّ‫َواِن‬
Dan sungguh, engkau benar-benar membimbing (manusia) kepada jalan yang lurus. (asy-Syura/42: 52)

Ayat 5

Ayat ini dengan tegas menentukan kedudukan Al-Qur’an, yakni kitab suci yang berasal dari Allah, bukan kitab
suci hasil karangan manusia. Allah telah menyatakan kepada para hamba-Nya agar memahami hakikat kitab
suci yang diturunkan-Nya, yaitu dari Zat Yang Maha Perkasa, yang bertindak seperti apa yang dikehendaki-
Nya, tetapi Dia juga Maha Penyayang kepada hamba-Nya.

Kasih sayang itu tertuang dalam Al-Qur’an yang mengandung rahmat bagi seluruh manusia.

Arti yang serupa dengan ayat ini adalah:

‫ۗ َواِنَّهٗ لَتَ ْن ِز ْي ُل َربِّ ْال ٰعلَ ِمي َْن‬


Dan sungguh, (Al-Qur’an) ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan seluruh alam. (asy-Syu’ara’/26: 192)

Ayat 6

Adapun hikmah penurunan Al-Qur’an antara lain untuk memberi peringatan kepada bangsa Arab yang belum
pernah diutus kepada mereka seorang rasul. Dalam ayat ini disebutkan kerusakan moral bangsa Arab akibat
sifat lalai dalam hati mereka. Hati yang lalai ialah hati yang tidak melaksanakan kewajiban yang harus
dilaksanakan.
Mereka adalah bangsa Arab keturunan Nabi Ismail yang belum pernah dikirim seorang rasul pun kepada
mereka. Oleh karena itu, mereka belum mengenal syariat yang membawa manusia kepada kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat.

Adapun kata qaum yang mengandung pengertian khusus ditujukan kepada bangsa Arab saja, tidak mengubah
maksud risalah yang sebenarnya, yakni tertuju kepada seluruh manusia, sebagaimana ditegaskan dalam ayat
lain:

‫قُلْ ٰيٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنِّ ْي َرس ُْو ُل هّٰللا ِ اِلَ ْي ُك ْم َج ِم ْيعًا‬


Katakanlah (Muhammad), “Wahai manusia! Sesungguhnya aku ini utusan Allah bagi kamu semua.  (al-A’raf/7:
158)

Anda mungkin juga menyukai