Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ASESMEN DEWASA

“TES KRAEPELIN – PAULI”

Di Ajukan Untuk

Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Asesmen Dewasa

Dosen Pengampu:

Dr. Agustina Ekasari M.Psi

Disusun Oleh:

Muhammad Alwan Khairi 41183507200029

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM “45” BEKASI

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis bisa menyelesaikan Makalah Tes Kraepelin dan Pauli untuk tujuan menyelesaikan Ujian
Tengah Semester mata kuliah Asesmen Dewasa.

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Agustina Ekasari M.Psi,
selaku dosen Asesmen Dewasa yang telah membantu penulis dalam mengerjakan makalah ini.

Penulis menyadari adanya kekurangan pada makalah ini Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun senantiasa diharapkan demi perbaikan karya penulis. Penulis juga berharap
semoga makalah ini mampu memberikan pengetahuan dan manfaat bagi para pembaca.

Bekasi, 29 Juli 2023

Penulis
Sejarah

Psikologi meliputi banyak hal, salah satunya adalah psikotes. Psikotes berperan penting dalam
berbagai bidang kehidupan manusia. Uji psikologi dilaksanakan sebagai upaya untuk mengetahui dengan
cara mengenal lebih jauh kepribadian seseorang. Psikotes memiliki berbagai jenis, salah satunya adalah
tes yang digunakan psikolog untuk mengetahui tipe-tipe kepribadian seseorang, yaitu tes Kraepelin dan
tes Pauli

Tes Kraeplin

Tes skala kematangan adalah sebuah tes psikologi yang mengukur tingkat kedewasaan
(kematangan sikap) seseorang dalam bertindak terhadap situasi tertentu dalam ilmu tes koran Kraepelin
dan Pauli. Tujuan dari tes wartegg ini adalah mengeksplorasi (meneliti karakter kepribadian seseorang)
terutama dalam hal emosi, imajinasi, dinamisme, kontrol dan reality function. Tes Kraepelin diciptakan
oleh seorang psikiater Jerman bernama Emilie Kraepelin pada tahun 1856-1926. Kraepelin pada mulanya
menciptakan alat tes yang digunakan sebagai alat bantu untuk mendiagnosa gangguan otak yaitu
alzheimer dan dementia. Munculnya tes Kraepelin dilandasi adanya beberapa faktor yang khas pada
sensori sederhana, sensori motor, perseptual dan tingkah laku yang dapat digunakan untuk menguji
kepribadian. Tes kepibadian ini kemudian menjadi tes baku karena berbagai modifikasi dan tinjauan ulang
dari tekanan skoring dan interprestasinya. Beberapa faktor bakat dapat diungkapkan melalui tes ini antara
lain kecepatan, ketelitian, keajegan dan ketahanan dalam tekanan. Tes Kraepelin masih menggunakan
sistem lembar soal dan pensil yang diberikan pada peserta terkait. Perhitungan hasil atau penilaian masih
dilakukan secara manual oleh tim pemeriksa yaitu menghitung jumlah jawaban benar, jawaban salah dan
jawaban yang di skip (dilewati) peserta. Pemeriksaan yang dilakukan secara manual akan memerlukan
waktu kurang lebih 5 menit untuk mendapatkan nilai setiap peserta.

Tes Pauli

Selanjutnya, pada tahun 1938 Professor Richard Pauli bersama Professor Wilhelm Arnold dan
Professor Van Method memperbaharui tes Kraepelin menjadi suatu "Inspection method" sehingga dapat
distandarisasikan dan dapat pula dipakai untuk mendapatkan data tentang kepribadian. Saat ini tes
tersebut dikenal dengan istilah Tes Pauli-Kraepelin.

Kemudian tes Pauli merupakan salah satu alat tes psikologi yang dikembangkan oleh Dr. Richard
Pauli yang berkolaborasi dengan Dr. Wilhem Arnold dan Prof. Dr. Van Hiss. Tes pauli ini sendiri
merupakan pengembangan tes Kraeplin. Adapun latar belakang pemikiran dari tes ini adalah apa yang
akan terjadi bila seorang individu diberi tugas yang berlangsung terus menerus. Ada juga kemungkinan
muncul semangat untuk bertahan pada seseorang. Kondisi setiap individu bisa saja berbeda dalam
menghadapi tes monoton yang berlangsung terus menerus tersebut (Sumintardja, 1991).

Teori

Tes Kraepelin

Menurut Spearman (1927) aspek-aspek yang diungkap dalam tes Kraepelin dapat dianggap
sebagai pernyataan dari energi mental (mengandung unsur-unsur kecepatan, ketelitian,keajegan dan
ketahanan kerja), sehingga mengukur secara optimum apa yang telah dicapai individu untuk dirinya
dalam keadaan fungsi mental yang normal.

Menurut Dr. J. de Zeeuw, tes Kraepelin digolongkan dalam tes-tes yang mengukur faktor-faktor
khusus non-intelektual yaitu terhadap aspek tes konsentrasi. Menurut Anne Anastasi (Psychological
Testing), tes Kraepelin berfokus pada salah satu aspek kemampuan “mental primer” yaitu faktornumber,
dimana didalamnya terdapat kecakapan untuk menghitungsimple arithmetic dengan cepat dan teliti.
Menurut Anastasi juga, tes Kraepelin merupakan sebuah ‘Speed Test’. Dengan ciri utama dari sebuah
speed tes adalah tidak adanya waktu yang cukup untuk menyelesaikan semua soal. Jadi pada tes ini, testee
memang tidak diharapkan untuk dapat menyelesaikan sepenuhnya setiap jalur, tapi penilaian yang dilihat
disini adalah bagaimana kecepatan kerja, ketelitian, konsentrasi, stabilitas dan ketahanan yang dimiliki
testee dalam kerja.Selain kecepatan kerja, faktor-faktor lain yang diungkapkan adalah ketelitian,
konsentrasi, dan stabilitas dalam bekerja. Selain itu, terdapat pula aspek-aspek psikologis yang
berpengaruh pada tes Kraepelin, misalnya persepsi visual, koordinasi senso-motorik, pushing power,
ketahanan, learning effect (efek pembelajaran).

Tes Pauli

Tes Pauli terdiri dari angka-angka yang berurutan sedemikian rupa, tugas individu dalam tes ini
adalah untuk menjumlahkan angka secara terus menerus. Tes ini akan menimbulkan perasaan jenuh
karena menjumlahkan secara terus menerus dalam waktu satu jam. Tes ini bersifat monoton tanpa adanya
perubahan atau variasi tugas. Respon dari subjek yang mengikuti tes ini dipengaruhi oleh temperamen,
daya usaha, emosi. Dalam tes ini juga bisa terlihat bagaimana upaya subjek mengatasi kejenuhan. Selama
satu jam mengerjakan tes ini, subyek dihadapkan pada perasaan letih baik secara psikis maupun fisik.
Dengan demikian bisa dilihat simtom khusus dari keadaan lelah tersebut. Situasi tes yang khusus dalam
bentuk kelas akan mengundang perasaan bersaing antar subyek karena subyek akan membandingkan hasil
pekerjaannya dengan subyek lainnya. Namun di sisi lain, subyek juga akan menghilangkan rasa takut dan
rasa cemas (Sumintardja, 2009).

Tujuan

Tes Kraepelin

Tujuan Tes Kraepelin yaitu untuk mengukur karakter seseorang pada beberapa aspek tertentu
yaitu: a. Aspek Keuletan (daya tahan)

Pada tes ini akan di uji seberapa ulet seseorang menyelesaikan masalah rumit dan ambigu, dalam tempo
yang terbatas, dan bagaimana tingkat kestabilannya.

b. Aspek Kemauan (kehendak individu)

Pada tes ini akan di uji seberapa ulet seseorang menyelesaikan masalah rumit dan ambigu, dalam tempo
yang terbatas, dan bagaimana tingkat kestabilannya.

c. Aspek Kemauan (kehendak individu)

Tes ini akan mengukur kemauan dan motivasi seseorang saat mengerjakan hal-hal yang pelik yang
biasanya khusus untuk tes ini diilustrasikan dalam bentuk angka-angka dan pola perhitungan bilangan,
baik operasi bilangan dasar, middle, sampai advance.

d. Aspek Emosi

Tes ini mengukur kemampuan seseorang dalam meredam dan mengendalikan diri pada saat sedang
ditekan dengan pekerjaan pada fase dan tahap yang cukup pelik.

e. Aspek Penyesuaian Diri.

Tes ini bisa di gunakan untuk mengukur kecepatan seseorang dalam menyesuaikan diri atau beradaptasi
dengan sesuatu yang mungkin benar-benar baru.

f. Aspek Stabilitas Diri

Mengukur tingkat kestabilan dari tingkat ke tingkat tes, karena tes Kraepelin memiliki beberapa map dan
jenis, biasanya dalam beberapa tahap tes.

Tes Kraepelin memiliki tujuan khusus di samping kecepatan dalam menghitung. Tujuan tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Tes Kraepelin sebagai tes kepribadian;

Kraepelin dapat digunakan untuk menentukan tipe performance seorang, seperti:

1. Hasil penjumlahan angka yang sangat rendah, dapat mengindikasikan gejala depresi
mental.

2. Terlalu banyak salah hitung, dapat mengindikasikan adanya distraksi mental.

3. Penurunan grafik secara tajam, dapat mengindikasikan epilepsi atau hilangan ingatan
sesaat waktu tes.

4. Rentang ritme/grafik yang terlalu besar (antara puncak tertinggi dan terndah) dapat
mengindikasikan adanya gangguan emosional.

b. Tes Kraepelin sebagai tes bakat;

Sebagai tes bakat, tes Kraepelin dimaksudkan untuk mengukur maximum performance
seseorang. Oleh karenanya, tekanan skoring dan interpretasi lebih didasarkan pada hasil tes secara
obyektif bukan pada arti proyektifnya. Dari hasil perhitungan obyektif dapat diinterpretasikan 4
hal:

1. Faktor kecepatan (speed factor)

2. Faktor ketelitian (accuracy factor)

3. Faktor keajegan (rithme factor)

4. Faktor ketahanan (ausdeur factor)

Tes Pauli

Meskipun tes Pauli tetap digolongkan dalam tes kepribadian meskipun dalam tes ini mengukur
sikap kerja. Prinsip utama dari tes Pauli adalah tiap manusia itu mampu berlatih dan belajar. Dalam tes
Pauli yang dilihat adalah hasil karyanya yaitu Penampilan (Performance) = Kemampuan (ability) x
Motivasi (motivation). Tes Pauli bertujuan untuk melihat hasil kerja yang dipengaruhi oleh ketelitian,
daya tahan, dan ketekunan. Kecepatan dalam menghitung juga mengukur ketelitian, konsentrasi, dan
stabilitas dalam bekerja. Hasil kerja dihasilkan dari motivasi dan kemampuan. Tujuan dari tes ini adalah
mengumpulkan berbagai data berupa:

1. Daya tahan atau keuletan


2. Kemauan atau kehendak individu

3. Emosionalitas

4. Daya tahan untuk menyesuaikan diri stabilitas

Administrasi

Tes Kraepelin

Alat yang Dibutuhkan

 Lembar tes Kraepelin, tes ini terdiri dari 45 lajur angka, namun biasanya yang dikerjakan hanya
40 lajur.

 Stopwatch

 Pensil

 Meja yang cukup luas

 Papan tulis, kapur atau flip chart untuk dipergunakan tester saat menjelaskan pada testee

Prosedur Kerja Dalam Pelaksanaan Tes Kraepelin

Ada beberapa presedur yang harus dilakukan, atau diterapkan saat ingin melakukan tes Kraepelin,
yaitu:

1. Teste di bagikan lembar tes pada testi

2. Teste diminta mengisi identitas pada tempat yang sudah ditentukan dalam lebar tes, dan tidak
membuka lembaran tes sebelum diinstruksikan.

3. Teste memberikan contoh mengisi/menjawab lembar tes di papan tulis.

Instruksi: “dalam tes ini anda akan menghadapi kolom – kolom yang terdiri dari angka”. Tugas anda
adalah “:

1. Jumlahkan tiap – tiap angka dengan angka diatasnya, kerjakan dari atas kebawah.
2. Dari angka hasil penjumlahan tersebut, anda cukup menuliskan angka satuannya saja, misalnya
hasil penjumlahan itu adalah 14, maka anda hanya menulis angka 4 disamping kanan – antara
kedua angka tersebut.

3. Bila anda membuat kesalahan dalam menjumlahkan, misalnya anda menjawab 8 padahal
jawabannya adalah 3, maka anda tidak perlu menghapusnya. Anda cukup mencoret dengan satu
garis angka yang salah tersebut dan menggantinya dengan angka yang benar.

4. Setiap mendengar ketukan (dicontohkan), maka anda harus pindah ke lajur selanjutnya disebelah
kanan. Dan mulailah kembali mengerjakan dari bawah keatas di lajur yang baru tersebut.

5. Anda hendaknya bekerja secepat dan seteliti mungkin.

6. Sebagai latihan marilah kita mengerjakan contoh yang terdiri dari 2 lajur angka yang terdapat
pada lembaran tes. Kita mulai dari lajur kiri, mulai dari bawah dijumlahkan dengan angka
diatasnya. “ya mulai”… setelah 30 detik beri ketukan, “stop, pindah kekolom selanjutnya”.
Setelah 30 detik beri ketukan dan ucapkan “ya berhenti”. Setelah mengerjakan contoh pastikan
semua testi mengerjakan dengan benar. “sekarang semuanya sudah paham?”, “sekarang letakkan
dulu alat tulis anda”.

7. Anda buka kertas yang ada dihadapan anda, bila saya beri tanda mulai maka anda mulai
mengerjakan dari kolom paling kiri dari bawah keatas. Bila saya ketuk maka anda harus pindah
kekolom selanjutnya.

Tes Pauli

Alat yang dibutuhkan

 Meja yang rata

 Pensil HB (bersegi enam, 2 pensil)

 Pencahayaan, ventilasi, tenang 

 Stopwatch

 Menulis contoh Pauli di papan tulis

 Membagikan lembar tes dengan isian identitas di sebelah atas


Prosedur Kerja Dalam Pelaksanaan Tes Pauli

Instruksi yang diberikan yaitu:

1. Kepada saudara telah dibagikan lembar tes. Ambilah lembar tersebut dan isilah dengan bolpen:
nomor pemeriksaan, nama, tgl lahir dan tgl pemeriksaan, jam

2. Jika sudah selesai, letakkan alat tulis saudara dan perhatikan ke depan. Kita lihat lembar tes ini
penuh tercetak angka-angka (tunjukkan lembar jawaban)

3. Tugas saudara adalah sangat sederhana, yaitu menjumlah! Namun cara menjumlahnya istimewa,


yang nanti akan saya tunjukkan di papan tulis.

4. Jumlahkan setiap angka dengan angka di bawahnya, dan hasilnya harus dituliskan di sebelah
kanan di antara kedua angka yang saudara jumlahkan itu.

5. Angka puluhan HARUS DIBUANG. Lihatlah ke papan tulis (contohkan)

6. Pada saat saudara menjumlahkan angka-angka ini, pada waktu-waktu tertentu akan terdengar aba-
aba GARIS! Pada setiap aba-aba GARIS, maka saudara harus memberi garis di bawah angka
hasil penjumlahan terakhir yang pada waktu itu sedang saudara tulis, dan meneruskan
penjumlahan saudara sampai terdengar aba-aba BERHENTI!

7. Andaikan saudara sampai pada akhir lembar ini….(tunjukkan akhir lembar depan)…maka masih
tersedia angka-angka di lembar belakangnya.Lembar ini dicetak istimewa, sehingga cara
membaliknya juga istimewa seperti ini (contohkan)

8. Pekerjaan ini harus dilakukan secepat-cepatnya

9. Untuk pekerjaan ini sebaiknya jangan ada benda-benda yang menghalangi di meja saudara, dan
aturlah cara duduk saudara agar merasa nyaman.

10. Apakah ada pertanyaan?

11. Jika tidak ada, sekali lagi kami ingatkan untuk melakukan pekerjaan ini secepat-cepatnya.

12. Ambillah pensil saudara. Letakkan pensil saudara di antara dua angka pertama.
SIAP…….MULAI

Skoring Interprestasi
Skoring Tes Kraeplin

Berikut ini adalah prosedur sistem perhitungan skor (scoring system) pada tes Kraepelin yang
harus dilakukan oleh tester, yaitu:

1. Memeriksa seluruh hasil penjumlahan angka dalam setiap lajur satu per satu. Angka penjumlahan yang
salah (errors) dan terlewati (skipped) kemudian diberi tanda sendiri.

2. Menghitung jumlah prestasi testee di kolom bawah (jumlah Benar, jumlah Salah, dan jumlah angka
yang skipped pada masing-masing lajur).

3. Menghitung jumlah Benar pada keseluruhan lajur.

4. Menghitung jumlah Salah pada keseluruhan lajur.

5. Menghitung jumlah Skipped pada keseluruhan lajur.

6. Memasukkan jumlah penjumlahan yang benar pada masing-masing lajur ke dalam kolom grafik

7. Mencari Skor Kecepatan Kerja (PANKER) dari testee. Skor PANKER adalah jumlah hasil
penjumlahan yang benar pada seluruh lajur, dibagi dengan jumlah seluruh lajur. Skor tersebut merupakan
Raw Score (Skor Kasar) dari Kecepatan Kerja testee. Raw Score ini akan diubah ke Scale Score.
Persamaannya dapat dilihat pada persamaan 1.

Score Kecepatan Kerja =

Dimana : TB = Total Benar

Tabel 1 merupakan Tabel PANKER yang digunakan untuk mencari Scale score berdasarkan Raw Score.

8. Tester mencari Skor Ketelitian Kerja (TINKER) dari testee. Skor TINKER didapat dari jumlah kesa-
lahan penjumlahan dan jumlah angka yang terlewati. Skor yang diperoleh merupakan Raw Score (Skor
Kasar) dari Ketelitian Kerja testee. Raw Score ini akan diubah ke Scale Score. Untuk mengubah nilai Raw
Score menjadi Scale Score, memerlukan Tabel TINKER yang terdapat pada Tabel 2.

Dimana :

Error = Jumlah Error

skipped = Jumlah yang dilewati


9. Tester mencari Skor Keajegan Kerja (JANKER) dari testee. Skor JANKER dapat dilihat pada Tabel 3.
Skor JANKER juga dapat diketahui dengan melihat jarak antara jumlah benar tertinggi dikurangi jumlah
benar teren-dah seperti dapat dilihat pada persamaan 3. Skor yang diperoleh merupakan Raw Score (Skor
Kasar) dari Keajegan Kerja testee. Raw Score ini akan diubah ke Scale Score dengan menggunakan tabel
JANKER (Tabel 3).

10. Mencari Skor Ketahanan Kerja (HANKER) dari testee. Skor HANKER dapat dilihat dari Tabel 4.
Selain itu, Skor Ketahanan Kerja dapat diketahui dengan menjumlahkan Scale Score Panker dengan Scale
Score Janker, kemudian hasil penjumlahan tersebut dibagi dua seperti dapat dilihat pada Persamaan 4.
Skor yang diperoleh merupakan Scale Score Ketahanan Kerja. Untuk mengetahui kategori ketahanan
kerja testee, maka dibutuhkan Tabel HANKER (Tabel 4).
Skoring tes Pauli

Cara mengoreksi tes pauli dilakukan dengan langkah-langkah berikut :

a. Pastikan jumlah garis harus ada 20

b. Hitung jumlah kesalahan dan perhatikan apakah ada lubang atau parit

c. Transfer jumlah angka baris demi baris pada grafik kerja

Catatan:

1: Jumlah angka dari garis sampai bawah

2 : Kelipatan 50

3 : Jumlah angka dari atas sampai garis

4 : Jumlah kotak 1,2,3

a. Setelah kita transfer maka kita dapat membuat grafik. Hitunglah rata-rata, X = Jumlah :
20. Hasilnya tuliskan pada kolom kecil disamping kiri dari kolom jumlah

b. Pindahkan angka pada kolom 4 pada kertas grafik dengan cara memberikan titik.
Hubungkanlah titik-titik itu dengan menggunakan warna hitam atau biru dari titik
pertama sampai ke-20
c. Berilah titik tipis pada grafik (antara garis 1 dan 2, 3 dan 4, 5 dan 6, dan seterusnya).
Kemudian tarik garis dengan menggunakan pensil yang menghubungkan titik pertemuan
tersebut.

d. Berikan titik warna merah pada setiap perpotongan antara garis pensil dengan garis
tebal pada grafik. Kemudian hubungkan setiap titik merah.

e. Hubungkan jarak antara grafik merah dengan grafik hitam di setiap garis, mulai garis
ke 3 sampai ke 18, tuliskan di bawah grafik setiap garis. Kemudian jumlahkan semua dan
tuliskan di sebelah kanan bawah dari grafik (jumlah penyimpangan)

f. Rumus penyimpangan:

g. Hasilnya tulis di kolom penyimpangan dengan melihat batasan jumlahnya

h. Carilah jumlah terbesar dan berilah tanda panah ke atas, dan kemudian cari jumlah
terkecil dan beri tanda panah ke bawah

i. Hitunglah tinggi dengan cara mengurangi jumlah terbesar dengan jumlah terkecil.
Hasilnya tulis di kolom tinggi dengan melihat batasan jumlahnya.

j. Isilah tempat puncak dengan cara melihat jumlah terbesar itu berada pada garis ke
berapa?

k. Isilah kolom salah dengan cara berikut, jumlahkan seluruh angka yang tidak betul
mulai dari lajur ke-20 pada kertas pauli, untuk yang jumlahnya lebih dari 2000 tambah
dengan lanjur ke-39 dan 40

l. Hitunglah dengan rumus:

m. Isilah kolom dibetulkan dengan cara yang sama seperti mencari salah
DAFTAR PUSTAKA

Nada, Q., Arhami, M., & Simbolon, Z. K. (2022). PENGUKURAN APTITUDE DENGAN UJI
KRAEPELIN MENGGUNAKAN METODE LINEAR CONGRUENTIAL METHOD (LCM). Jurnal
Teknologi, 22(1), 1-9.

Nurhasan, U., Suryani, D., & Amalia, E. L. (2017). SISTEM CERDAS TES KEPRIBADIAN
KRAEPELIN. Jurnal Teknologi Informasi, 8(2), 145-154.

Putra, M. T. P., Palayukan, A. C. R., Mustafa, M. S., & Ahyuna. (2022). Perancangan Simulasi
Tes Pauli Computer Based Test (CBT) Untuk Menguji Konsistensi. Jurnal Dipanegara Komputer Teknik
Informatika, 15(1), 82-95.

Sahyadi, D. Y., & Hersanti, I. (2018). RANCANG BANGUN TES KRAEPELIN BERBASIS
WEBSITE. Jurnal Ilmiah Informatika Komputer, 23(3), 223-235.

https://skoringpauli.wordpress.com/pelaksanaan-tes-pauli/

https://www.psikologimultitalent.com/2015/10/teori-tes-kraepelin-dan-administrasi.html

Anda mungkin juga menyukai