Anda di halaman 1dari 91

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan

tekanan darah diatas normal yang dapat mengakibatkan angka kesakitan (morbiditas)

dan angka kematian (mortalitas). Hipertensi berarti tekanan darah didalam pembuluh-

pembuluh darah sangat tinggi yang merupakan pengangkut darah dari jantung yang

memompa darah keseluruh jaringan dan organ-organ tubuh (Dwi Sapta Aryantiningsih

& Silaen, 2018). Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua golongan

yaitu : hipertensi primer dimana penyebabnya tidak diketahui namun banyak faktor

yang mempengaruhi seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf

simpatik, sistem renin angiotensin, efek dari eksresi Natrium (Na), obesitas, merokok

dan stress serta Hipertensi Sekunder, yaitu hipertensi yang diakibatkan karena penyakit

ginjal atau penggunaan kontrasepsi hormonal (Bachrudin & Najib, 2016).

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) di dalam Ansar J (2019),

prevalensi tekanan darah tinggi tahun 2014 pada orang dewasa berusia 18 tahun keatas

sekitar 22%. Penyakit ini juga menyebabkan 40% kematian akibat penyakit jantung dan

51% kematian akibat stroke. Selain secara global, hipertensi juga menjadi salah satu

penyakit tidak menular yang paling banyak di derita masyarakat Indonesia (57,6%).

ecara Nasional Laporan Riset Kesehatan Dasar (riskesdas) 2018 menemukan bahwa

prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk dengan umur ≥18

tahun adalah 34,11%. Prevalensi tekanan darah tinggi pada perempuan (36,85%) lebih

tinggi dibanding dengan laki-laki (31,34%). Di Provinsi Jawa Timur jumlah estimasi

1
2

penderita hipertensi yang berusia ≥ 15 tahun sekitar 11.952.694 penduduk, dengan

proporsi laki-laki 48,38% dan perempuan 51,62%. Dari jumlah tersebut, yang

mendapatkan pelayanan kesehatan penderita hipertensi sebesar 49,70% atau 5.806.592

penduduk. Dibandingkan tahun 2020 ada peningkatan sebesar 14,10% pada penderita

Hipertensi di Provinsi Jawa Timur yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai

standar pada tahun 2021 (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2022)

Hipertensi disebabkan oleh tiga faktor, yaitu genetik, lingkungan dan adaptasi

struktural jantung serta pembuluh darah. Gemar makan fastfood yang kaya lemak, asin

dan malas berolahraga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya hipertensi.

tingginya angka kejadian hipertensi menuntut peran tenaga kesehatan untuk melakukan

pencegahan dan upaya promosi kesehatan. Ada beberapa cara pencegahan yang dapat

dilakukan oleh lanjut usia agar terhindar dari penyakit hipertensi dengan semboyan

“SEHAT” yaitu Seimbangkan gizi, Enyahkan rokok, Hindari stres, Awasi tekanan

darah, Teratur berolahraga dan juga bias melakukan yoga. Anjuran tersebut merupakan

salah satu penanganan fisioterapi yang fokusnya pada olah fisik, seperti halnya dengan

senam yoga. Bagi penderita hipertensi sangat dianjurkan tidak sering mengonsumsi

obat kimia karena mengingat efek dari obat-obatan yang kurang baik untuk tubuh.

Beberapa kegiatan yang dianjurkan untuk penderita hipertensi dengan fisioterapi adalah

rajin berolahraga. Penurunan tekanan darah disebabkan oleh menurunnya tahanan

perifer, dengan rutin berolahraga lama kelamaan akan melemaskan pembuluh darah

sehingga pembuluh darah mengalami pelebaran dan relaksasi, serta dapat mengurangi

resiko dari penumpukan lemak pada dinding pembuluh darah sehingga menjaga

elastisitas pembuluh darah (Suri, 2017).


3

Yoga merupakan terapi yang mengkombinasikan antara teknik bernapas,

relaksasi dan meditasi serta latihan peregangan (Jain, 2014). Manfaat yoga secara

meningkatkan kekuatan, meningkatkan kelenturan, melatih keseimbangan, mengurangi

nyeri, melatih pernapasan, melancarkan fungsi organ, ketenangan batin serta

meningkatkan konsentrasi dan kecerdasan. Dari penjelasan tersebut perlu dilakukan

kajian lebih lanjut mengenai latihan bagaimana latihan yoga dapat memberikan

pengaruh terhadap tekanan arah penerita hipertensi. senam yoga dianjurkan pada

penderita hipertensi karena yoga memiliki efek relaksasi yang dapat meningkatkan

sirkulasi darah ke seluruh tubuh. Sirkulasi darah yang lancer akan mengindikasikan

kerja jantung yang baik. Senam yoga ini meliputi gerakan-gerakan sederhana yang di

setiap gerakannya menitik fokuskan pada gerakan yang memusatkan pada olah tubuh

untuk membantu menunjang kontrol sistem pernapasan yang dapat menimbulkan efek

relaksasi dalam tubuh (Wiria 2015).

1.2 Rumusan Masalah

Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan perawatan penyakit ini maka

penulis akan melakukan kajian lebih lanjut dengan melakukan asuhan keperawatan

pada pasien hipertensi dengan membuat rumusan masalah sebagai berikut “Pengaruh

Terapi Yoga Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Desa

Karduluk Dusun Somangkaan Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep”.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Menggambarkan Pengaruh Terapi Yoga Terhadap Penurunan Tekanan Darah

Pada Penderita Hipertensi Di Desa Karduluk Dusun Somangkaan Kecamatan

Pragaan Kabupaten Sumenep”


4

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mendeskripkan Pengkajian Keperawatan Keluarga Pada Pasien Yang

Mengalami Hipertensi

b. Menetapkan Diangnosis Keperawatan Keluarga Pada Pasien Yang

Mengalami Hipertensi

c. Menyusun Perencanaan Keperawatan Keluarga Pada Pasien Yang

Mengalami Hipertensi

d. Melaksanakan Tindakan Keperawatan Keluarga Pada Pasien Yang

Mengalami Hipertensi

e. Melakukan Evaluasi Keperawatan Keluarga Pada Pasien Yang

Mengalami Hipertensi

1.4 Manfaat

1.4.1 Teoritis

Karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

perkembangan ilmu keperawatan khususnya pada Pengaruh Terapi Yoga

Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi terutama dalam

meningkatkan pengetahuan tentang hipertensi.

1.4.2 Praktis

a. Institusi Pendidikan

Penulis berharap bahwa karya tulis ini dapat memberi

manfaat dan menambah pengetahuan atau bahan bacaan bagi

mahasiswa/mahasiswi Wiraraja Madura. terutama Jurusan

Keperawatan Fakultas Kesehatan.


5

b. Perawat

Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada klien yang

mengalami Hipertensi dengan cara melibatkan keluarga dan perawat

dalam membantu meningkatkan pengetahuan tentang Hipertensi

kepada pasien Hipertensi untuk lebih memperhatikan pola gaya

hidup sehat terhadap penderita Hipertensi.

c. Keluarga

Untuk menambah informasi kepada keluarga tentang

penyakit Hipertensi serta meningkatkan kemampuan keluarga untuk

mengenal dan mengetahui cara penyelesaian masalah.

d. Pasien

Penulis berharap karya tulis ilmiah ini dapat memberikan

informasi lebih untuk klien tentang Penyakit Hipertensi.

.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Terapi Yoga

2.1.1 Definisi

Yoga adalah bentuk latihan yang memadukan teknik pernafasan, relaksasi,

meditasi dan peregangan sehingga seseorang dapat memusatkan pikiran pada

pengendalian panca indra dan tubuh secara keseluruhan (Sari & Netty, 2017).

Yoga adalah suatu sistem latihan untuk menyeimbangkan dua kekuatan

berbeda dalam tubuh, seperti tubuh bagian atas dan bawah, kiri dan kanan, energi

positif dan negatif, serta meningkatkan sirkulasi darah ke seluruh tubuh (Riaddi,

2019).

Yoga adalah sistem kesehatan integratif atau holistik yang telah

dipraktekkan sejak 3000 SM. Melalui budaya India kuno (Sindhu, 2015). Yoga

berasal dari kata yuj atau yoke (dalam bahasa Inggris), yang berarti penyatuan.

Yoga adalah ilmu dan seni hidup yang memadukan dan menyeimbangkan aktivitas

fisik dengan sifat nafas, pikiran, dan jiwa untuk membuat hidup nyaman dan

seimbang (Amalia, 2015). Yoga horizontal berarti menyatukan tubuh, pikiran, hati,

dan jiwa dalam harmoni alami. Yoga vertikal berarti memadukan kesadaran diri

dengan Tuhan Yang Maha Esa (Dinata, 2015). Latihan pernapasan yoga

(pranayama) adalah latihan pernapasan yang menggunakan diafragma untuk

bernapas secara perlahan dan dalam, mengangkat perut secara perlahan dan

memaksimalkan dada (Sukarno, A.U.S., & Mardiyono, 2017).

Yoga dapat dijadikan sebagai kebiasaan positif yang dapat dilakukan

kapanpun. Yoga harus dilakukan secara konsisten untuk hasil yang baik (Rahima

& Kustiningsih, 2017). Yoga dapat dijadikan sebagai kebiasaan yang baik bagi
6
klien hipertensi untuk menurunkan tekanan darah, mengurangi stres, dan

kecemasan. Menurut Sajidin et al. (2017), senam yoga yang dilakukan selama 2

minggu pada pagi atau sore hari dapat mempengaruhi fluktuasi tekanan darah klien

hipertensi.

2.1.2 Macam-macam terapi yoga

a. Hatha yoga: yoga menggunakan berbagai teknik membentuk sikap tubuh

disertai teknik pernafasan untuk menyembangkan antara dua kekuatan di

dalam tubuh.

b. Bhakti yoga: yoga memfokuskan diri menuju hati.

c. Raja yoga: yoga yang menekan pada meditasi dan kontemplasi.

d. Jhana yoga: yoga untuk meraih kebijaksanaan dan pengetahuan.

e. Karma yoga: yoga yang mempercayai adanya penjelmaan.

f. Tantra yoga: jenis yoga yang sedikit berbeda dengan yoga lain, bahkan ada

yang menganggap mirip ilmu sihir.

2.1.3 Manfaat terapi Yoga

Yoga dapat memberikan perasaan rileks, tenang, menjernihkan pikiran,

memberikan kecerian, rasa percaya diri, dan mengembangkan intuisi. Manfaat

yoga apabila dilakukan secara rutin dan teratur diantaranya, yaitu :

a. Meningkatkan fungsi kelenjar endokrin (hormonal) di dalam tubuh

b. Meningkatkan sirkulasi darah ke otak dan seluruh tubuh

c. Membentuk postur tubuh yang lebih tegap dan otot yang lebih lentur dan kuat

d. Meningkatkan kapasitas paru-paru saat bernafas

e. Membuang racun dari dalam tubuh (detoksifikasi)

f. Meremajakan sel tubuh dan memperlambat penuaan

7
8

g. Mengurangi ketegangan tubuh, pikiran, dan mental, serta membuat lebih kuat

saat menghadapi stres

h. Memberikan kesempatan untuk istirahat secara mendalam

i. Meningkatkan kesadaran pada lingkungan

j. Meningkatkan rasa percaya diri dan daya pikir positif

2.1.4 Prinsip Dalam Terapi Yoga

Prinsip dalam melakukan yoga (sindhu, 2015), yaitu :

a. Beralatih dengan teratur

Postur yoga (asana) dapat membantu meregangkan dan

membina otot serta menguatkan tulang dan melenturkan sendi.

Asana dapat menstimulasi pengeluaran hormon endorphin yang

dapat menciptakan rasa nyaman pada tubuh.

b. Nafas dalam

Bernafas dengan dhiirga swasam atau teknik pernafasan yoga

penuh dapat meningkatkan kapasitas paru-paru agar proses bernafas

menjadi lebih optimal. Selain itu, teknik pernafasan pranayama

dapat membantu menguatkan organ tubuh internal, meningkatkan

kontrol emosi, dan memberikan rasa rileks yang mendalam.

c. Pola makan yang seimbang

Pola makan yang seimbang dan sehat akan meningkatkan daya

imun tubuh, melancarkan proses pencernaan, menenangkan pikiran,

dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.

d. Beristirahat yang cukup

Menjaga ritme yang seimbang antara bekerja dan istirahat akan

mempertahankan tubuh dalam keadaan prima.


9

e. Berfikir positif dan bermeditasi

Berlatih asana dengan pranayama serta meditasi akan

mensucikan pikiran dari pikiran dan emosi negatif, serta menaikkan

rasa percaya diri. Meditasi akan membawa pikiran menuju realisasi

diri lebih dalam. Dimana hal inilah yang menjadi tujuan tertinggi

dalam berlatih yoga.

f. Kelebihan terapi yoga

Yoga memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan jenis olah

tubuh lainnya, yaitu (Wiadnyana, 2015) :

Tabel 2.1 Kelebihan terapi yoga

Yoga Bukan yoga


Bersifat statis. Satu posisi di Repetitif yaitu gerakan di ulang
pertahankan untuk beberapa saat. ulang
Efek latihan dapat memengaruhi Efek latihan berpengaruh pada
banyak organ atau sistem fisiologi. perkembangan otot.
Anabolik yaitu gerakan sinkron Katabolik yaitu memerlukan
dengan pernapasan sehingga suplai energi, terjadi utang oksigen
oksigen selalu cukup. yang mengakibatkan kelelahan.
Subjektif, membuat peyoga Objektif, mengarah ke
cenderung introver dan menguasai diri. ekstrover dan kompetitif.
Sedatif yaitu menenangkan Aktif yaitu menggembirakan
Ekstra mundane yaitu penjernihan Mundane bersifat duniawi
pikiran.

2.1.5 Persiapan dalam melakukan yoga

Menurut Sindhu (2015), terdapat beberapa persiapan sebelum melakukan yoga

diantaranya, yaitu :

a. Memakai pakaian yang nyaman dan longgar agar dapat bebas bernapas dan

bergerak. Sebaiknya, alas kaki dilepas dan dilakukan di atas matras yoga,

karpet, atau lantai kayu yang tidak licin.


10

b. Lepaskan ketegangan.

c. Hormati tubuh dengan tidak memaksakan untuk melakukan postur sempurna.

Lakukan sesuai kemampuan tubuh.

d. Penuh kesadaran

e. Bernapas dengan benar

f. Kontinuitas (berlatih secara teratur)

g. Ciptakan suasana yang kondusif

2.1.6 Mikanisme penurunan tekanan darah oleh yoga

Menurut Kurniadi & Nurrahmani (2015), mekanisme untuk mengurangi

hipertensi dengan berlatih yoga yaitu :

a. Tekanan darah meningkat oleh aktivasi berkelanjutan dari respon “flight &

fight” pada tubuh. Yoga efektif untuk mematikan respon tersebut dan

menurunkan tingkat adrenalin sehingga dapat mengurangi tekanan darah.

b. Kontraksi otot yang konstan memberi sinyal ke otak bahwa bahaya sudah

dekat. Hormon stres dan neurotransmiter yang berhubungan dengan stres

kemudian dilepaskan, dan tekanan darah tinggi kemudian dinetralisir melalui

latihan yoga secara teratur.

c. Postur tertentu dalam yoga akan memberikan tekanan dan pengontrolan pada

ginjal serta adrenal. Sehingga, dapat mengatur suplai darah ke organ vital

terutama mengatur tekanan darah melalui sekresi renin dan angiotensin.

d. Yoga secara teratur dapat mengurangi aldosteron, hormon stres yang

merupakan pemicu stres utama yang kuat dan dapat menurunkan tekanan

darah.
11

e. Latihan yoga secara teratur dapat mengurangi vasopresin, yaitu hormon stres

lain yang diekskresikan oleh kelenjar hipofisis di otak yang dapat

meningkatkan vasopressin melalui kontraksi pembuluh darah.

f. Medula oblongata otak berisi pusat pernapasan dan pusat vasomotor yang

mengatur tekanan darah. Nafas yang cepat akan mengirimkan sinyal listrik

melalui pusat vasomotor menyebabkan peningkatan tekanan darah. Yoga

pranayama mampu mengatur pernapasan sehingga tekanan darah menurun.

g. Latihan yoga bermanfaat untuk mencegah terjadinya komplikasi pada

hipertensi (Yasa et al., 2017).

2.2 Tekanan Darah

2.2.1 Definis

Tekanan darah adalah kekuatan darah dalam tubuh yang dipompaoleh

jantung melawan dinding arteri. Tekanan darah diukur dalam milimeterair raksa

(mmHg) dan untuk mengukurnya sendiri dapat menggunakansphygmomanometer

yang ditempatkan tepat di atas arteri brakialis atas.Tekanan darah sangat penting

karena merupakan pendorong darah untukberedar ke seluruh tubuh menyediakan

darah yang kaya oksigen untukmenyehatkan organ-organ dalam tubuh. Untuk rang

dewasa, 120/80mmHg dianggap nilai normal sedangkan nilai tekanan pada anak-

anak lebih rendah dari pada orang dewasa. (Ratulangi et al., 2015).

2.2.2 Fisiologi Tekanan Darah

Darah dipompa melalui dua sistem sirkulasi terpisah dalam jantung yaitu

sirkulasi pulmonal dan sirkulasi sistemik. Ventrikel kanan jantung memompa

darah yang kurang O2 ke paru-paru melalui sirkulasi pulmonal dimana CO2

dilepaskan dan O2 masuk ke darah. Darah yang mengandung O2 kembali ke sisi

kiri jantung dan dipompa kembali keluar dari ventrikel kiri menuju aorta melalui
12

sirkulasi sistemik dimana O2 akan dipasok ke seluruh tubuh. Darah yang

mengandung O2 akan melewati arteri menuju jaringan tubuh, sementara darah

yang kurang O2 akan melewati vena darijaringan tubuh menuju ke jantung.

Tekanan darah dapat dibedakan sebagai dua nilai yang berbeda yaitu tekanan

sistolik dan tekanan diastolik. Sistolik terjadi ketika ventrikel menegang dan

mendorong darah ke dalam arteri, sedangkan tekanan diastolik terjadi ketika

ventrikel beristirahat dan terisi darah dari atrium. (Ratulangi et al., 2015).

2.2.3 Klasifikasi Tekanan Darah

Tekanan darah memiliki berbagai klasifikasi, menurut Cardiology (ESC)

and European Society of Hypertension (ESH) yaitu:

Tabel 2.2 Klasifikasi Tekanan Darah (ESC/ESH, 2018)

Klasifikasi Sistolik Diastolik


Optimal Kurang dari 120 mmHg Kurang dari 80
Normal 120 sampai 129 mmHg 80 sampai 84 mmHg
Normal Tinggi 130 sampai 139 mmHg 85 sampai 89 mmHg
Hipertensi Tingkat 1 140 sampai 159 mmHg 90 sampai 99 mmHg
Hipertensi Tingkat 2 160 sampai 179 mmHg 100 sampai 110 mmHg
Hipertensi Tingkat 3 Lebih dari 180 Lebih dari 110 mmHg
Hipertensi Sistolik Lebih dari 140 Lebih 90 mmHg
Terisolasi

2.2.4 Faktor_Faktor ytang Mempengaruhi Tekanan Darah

Tekanan darah bisa tidak normal terjadi karena ada faktor yang

mempengaruhi tekanan darah yaitu elastisitas dinding arteri, volume darah,

kekuatan gerak jantung, viskositas darah, curah jantung, kapasitas pembuluh

darah. Faktor lain yang bisa mempengaruhi tekanan darah adalah usia, olahraga,

stres, ras, obat-obatan, obesitas, variasi diurnal, kondisi medis, suhu, genetik dan

gaya hidup (Berman, 2016)


13

2.2.5 Pengukuran Tekanan Darah

Tekanan darah dapat diukur dengan dua acara yaitu invasive blood preassure serta

non-invasive blood preassure. Pengukuran tekanan darah secara invasive jalankan

melalui mengkolerasikan tranduser tekanan darah disebuah jarum selanjutnya

disadapkan ke dalam pembulu nadi.Sedangkan pengukuran non-invasive dijlankan

melalui pemanfaatan sfigmomanometer, caranya melalui penggunan kuf pada

permukaan tubuh yang kemudian ditautkan dengan pengukur tekanan darah. Awal

mula sfigmomanometer dipublikasikan oleh seorang ahli bedah berasal dari Rusia

yaitu Dr. Nikolai Korotkov dengan menggunakan tensimeter untuk mengukur

tekanan darah dan hydrargyrum selaku pelengkap alat (Marhaendra et al., 2016).

2.3 Konsep Dasar Hipertensi

2.3.1 Definisi

Pengertian hipertensi menurut Chobanian di dalam Kurnia (2021) adalah

kondisi peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan

darah diastolik lebih dari 90 mmHg berdasarkan dua atau lebih pengukuran

tekanan darah.

Menurut JNC-8 yang disusun oleh Kayce Bell et al (2015) tentang

tatalaksana pengelolaan hipertensi, batas tekanan darah yang masih dianggap

normal adalah kurang dari 120/80mmHg dan tekanan darah 120-139/80-89mmHg

dinyatakan sebagai prehipertensi. Hipertensi derajat 1 dengan tekanan darah 140-

159/90-99mmHg, dan hipertensi derajat 2 dengan tekanan darah

>160/>100mmHg.
14

2.3.2 Etiologi

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.

Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung atau peningkatan

tekanan perifer. Hipertensi diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu :

a. Hipertensi primer (esensial)

Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui penyebabnya,

diderita oleh sekitar 95% orang.

Oleh karena itu,penelitian dan pengobatan lebih ditunukan bagi penderita

esensial. Hipertensi primer disebabkan oleh faktor berikut ini :

1) Faktor keturunan

Dari data statistic terbukti bahwa seseorang akan memiliki

kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya

adalah penderita hipertensi.

2) Ciri perseorangan

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah

umur (jika umur bertambah maka tekanan darah meningkat), jenis kelamn

(pria lebih tinggi dari perempuan), dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari

kulit putih).

3) Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah

konsumsi garam yang tinggi (lebih dari 30g), kegemukan atau makan

berlebih,stress, merokok, minum alcohol,minum obat-obatan (efedrin,

prednisone, epinefrin).
15

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas salah satu

contoh hipertensi sekunder adalah hipertensi vascular renal, yang terjadi akibat

stenosis arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat

aterosklerosis stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke ginjal

sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasan

renin, dan pembentukan angiotensin II. Angiotensin II secara langsung

meningkatkan tekanan darah tekanan darah, dan secara tidak langsung

meningkatkan sintesis andosteron dan reabsorpsi natrium. Apabila dapat

dilakukan perbaikan pada stenosis, atau apabila ginjal yang terkena di

angkat,tekanan darah akan kembali ke normal.

Penyebab lain dari hipertensi sekunder, antara lain ferokromositoma,

yaitu tumor penghasil epinefrin di kelenjar adrenal, yang menyebabkan

peningkatan kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup, dan penyakit

cushing, yang menyebabkan peningkatan volume sekuncup akibat retensi

garam dan peningkatan CTR karena hipersensitivitas system saraf simpatis

aldosteronisme primer (peningkatan aldosteron tanpa diketahui penyebab-nya)

dan hipertensi yang berkaitan dengan kontrasepsi oral juga dianggap sebagai

kontrasepsi sekunder (Aspiani, 2019).

Tabel 2.3

Klasifikasi Pengukuran Tekanan Darah Dewasa (>18 tahun)

Kategori Sistolik(mmHg) Diastolik(mmHg)


Normal <120 <80
Prahipertensi 120-139 80-89
Stadium I Hipertensi 140-159 90-99
tadium II Hipertensi ≥160 ≥100
Sumber : Kayce Bell et al., 2015
16

2.3.3 Manifestasi klinis

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala,

meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya

berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala

yan dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing wajah

kemerahan; yang bisa saja terjadi pada penderita hipertensi, maupun pada

seseorang dengan tekanan darah yang normal.

Rokhaeni menyebutkan manifestasi klinis hipertensi secara umum

dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan

tekanan darah.

b. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi

nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim

yang mengenai kebanyak pasien yang mencari pertolongn medis (Manuntung,

2018).

2.3.4 Patofisologis

Tekanan darah merupakan hasil interaksi antara curah jantung (cardiac out

put) dan derajat dilatasi atau konstriksi arteriola (resistensi vascular sistemik).

Tekanan darah arteri dikontrol dalam waktu singkat oleh baroreseptor arteri yang

mendeteksi perubahan tekanan pada arteri utama.

Baroseptor dalam komponen kardiovaskuler tekanan rendah, seperti vena,

atrium dan sirkulasi pulmonary, memainkan peranan penting dalam pengaturan

hormonal volume vaskuler. Penderita hipertensi dipastikan mengalami


17

peningkatan salah satu atau kedua komponen ini, yakin curah jantung dan atau

resistensi vascular sistemik.

Sedangkan tekanan intracranial yang berefek pada tekanan intraocular akan

mempengaruhi fungsi penglihatan bahkan jika penanganan tidak segera dilakukan,

penderita akan mengalami kebutaan.

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula

jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan keluar dari

kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen.

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang

bergerak kebawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,

neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pasca

ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin

mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.

Berbagai factor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi

respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Klien dengan

hipertensi sangat sensitive terhadap norepineprin, meskipun tidak diketahui dengan

jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi. Pada saat bersamaan ketika system saraf

simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar

adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi.

Medula adrenal menyekresi epineprin, yang menyebabkan vasokonstriksi.

Korteks adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat

respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan

penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin.


18

Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang

kemudian diubah menjadi angiotensin II , vasokontriktor kuat, yang pada akhirnya

merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan

retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume

instravaskuler. Semua factor tersebut cenderung menyebabkan hipertensi (Aspiani,

2019).

2.3.5 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yg dapat dilakukan adalah pemeriksaaan

laboratorium (darah rutin, ureum, kreatinin, glukosa darah dan elektrolit).

Elektrokardiografi (EKG) dan foto dada. Bila terdapat indikasi dapat dilakukan

juga pemeriksaan ekokardiografi dan CT scan kepala (Dwi Pramana, 2020).

2.3.6 Komplikasi

Corwin dalam Manuntung (2018) menyebutkan ada beberapa komplikasi

yang dapat terjadi pada penderita hipertensi yaitu :

a. Stroke

Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau

akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan

tekanan tinggi.

b. Infark miokard

Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang aterosklerosis

tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila

terbentuk thrombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh

darah tersebut.
19

c. Gagal ginjal

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan

tinggi pada kapiler-kapiler ginjal dan glomerolus. Rusaknya glomerolus

mengakibatkan darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron

akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian.

d. Gagal jantung

Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah

kembalinya ke jantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di

paru, kaki, dan jaringan lain sering disebut edema. Cairan di dalam paru-

paru menyebabkan sesak nafas, timbunan cairan ditungkai menyebabkan

kaki bengkak

2.3.7 Penatalaksana

Penatalaksanaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan

mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian

dan pemeliharaan tekanan darah di atas 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan

penyakit hipertensi meliputi :

a. Penatalaksanaan non farmakologis

Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan

tekanan darah. Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak

guidelines adalah :

1) Penurunan berat badan

Mengganti makanan tidak sehat dengan memperbanyak asupan

sayuran dan buah-buahan dapat memberikan manfaat yang lebih selain

penurunan tekanan darah, seperti menghindari diabetes dan

dislipidemia.
20

2) Mengurangi asupan garam

Makanan tinggi garam dan lemak merupakan makanan

tradisional pada kebanyakan daerah. Tidak jarang pula pasien tidak

menyadari kandungan garam pada makanan cepat saji, makanan

kaleng, daging olahan dan sebagainya. Tidak jarang, diet rendah

garam ini juga bermanfaat untuk mengurangi dosis obat antihipertensi

pada pasien hipertensi derajat ≥ 2. Dianjurkan untuk asupan garam

tidak melebihi 2 gr/ hari.

3) Olahraga melalui senam yoga

Olahraga bagi penderita hipertensi sangatlah penting untuk

dilakukan salah satunya adalah, senam yoga atau meditasi ini yang

sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi untuk mengontrol sistem

saraf sehingga menurunkan tekanan darah yang tinggi.Namun pederita

hipertensi harus selektif dalam memilih olahraga.Hindari olahraga 20

yang bersifat kompetisi,akan lebih baik jika memeilih olahraga yang

dapat memberika efek rileks.Olahraga secara teratur dapat

meningkatkan kolestrol positif di dalam tubuh dan dapat menekan

kolestrol negatif,selain itu juga jantung dapat memompa secara

maksimal untuk mendistribusikan oksigen ke seluruh tubuh tidak

hanya itu olahraga pun sagatlah membantu menurunkan berat badan.

4) Mengurangi konsumsi alcohol

Konsumsi alkohol walaupun belum menjadi pola hidup yang

umum di negara kita, namun konsumsi alkohol semakin hari semakin

meningkat seiring dengan perkembangan pergaulan dan gaya hidup,

terutama di kota besar. Konsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari
21

pada pria atau 1 gelas per hari pada wanita, dapat meningkatkan

tekanan darah. Dengan demikian membatasi atau menghentikan

konsumsi alkohol sangat membantu dalam penurunan tekanan darah.

5) Berhenti merokok

Merokok sampai saat ini belum terbukti berefek langsung dapat

menurunkan tekanan darah, tetapi merokok merupakan salah satu

faktor risiko utama penyakit kardiovaskular, dan pasien sebaiknya

dianjurkan untuk berhenti merokok (PERKI, 2015).

b. Penatalaksana farmakologis

Tujuan pengobatan hipertensi adalah untuk mencegah terjadinya

morbiditas dan mortalitas akibat tekanan darah tinggi. Berikut penggunaan

obat-obatan sebagai penatalaksanaan farmakologis untuk hipertensi.

1) Diuretic

Obat-obatan jenis diuretic bekerja dengan mengeluarkan cairan

tubuh, sehingga volume cairan tubuh berkurang, tekanan darah turun

dan beban jantung lebih ringan.

2) Penyekat beta

Mekanis kerja obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan

laju nadi dan daya pompa jantung. Beberapa hal yang perlu

diperhatikan pada penggunaan obat ini yaitu tidak dianjurkan pada

penderita asma bronchial, dan pengunaan pada penderita diabetes

harus hati-hati karena dapat menutupi gejala hipoglikemia.

3) Golongan penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE) dan

Angiotensin Receptor Blocker (ARB)


22

Penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE

inhibitor/ACEi) menghambat kerja ACE sehingga perubahan

angiotensin I menjadi angiotensin II (vosokontriktor) terganggu.

Sedangkan Angiotensin Receptor Blocker (ARB) menghalangi ikatan

angiotensin II pada reseptornya. ACEI maupun ARB mempunyai efek

vasodilatasi, sehingga meringankan beban jantung.

4) Golongan Calcium Channel Blockers (CCB)

Calcium Channel Blockers (CCB) menghambat masuknya

kalsium ke dalam sel pembuluh darah arteri, sehingga menyebabkan

dilatasi arteri koroner dan juga arteri perifer (PERKI, 2015)

2.4 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

Asuhan keperawatan keluarga dilaksanakan dengan pendekatan proses keperawatan.

Proses keperawatan terdiri atas lima langkah, yaitu pengkajian, perumusan diagnosa

keperawatan, penyusunan perencanaan tindakan keperawatan, pelaksanaan tindakan

keperawatan, dan melakukan evaluasi.

2.4.1 Pengkajian Kepearawatan Keluarga

Pengkajian keperawatan adalah suatu tindakan peninjauan situasi manusia

untuk memperoleh data tentang pasien dengan maksud menegaskan situasi

penyakit, diagnose klien, penetapan kekuatan, dan kebutuhan promosi kesehatan

pasien.

Pengkajian keperawatan merupakan proses pengumpulan data. Pengumpulan

data adalah pengumpulan informasi tentang pasien yang dilakukan secara

sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan-kebutuhan


23

keperawatan, dan kesehatan pasien. Pengumpulan informasi merupakan tahap

awal dalam proses keperawatan.

Dari informasi yang terkumpul,didapatkan data dasar tentang masalah-masalah

yang dihadapi pasien. Selanjutnya, data dasar tersebut digunakan untuk

menentukan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta

tindakan keperawatan utnuk mengatasi masalah-masalah pasien (Kholifah &

Widagdo, 2016).

Pengkajien menurut Friedman (2016) dalam asuhan keperawatan keluarga

diantaranya adalah :

a. Data Umung

Data umum yang perlu dikaji adalah nama kepala keluarga, usia,

pendidikan, pekerjaan, alamat, daftar anggota keluarga.

b. Genogram

Dengan adanya genogram dapat diketahui factor genetic atau faktor

bawaan yang sudah ada pada diri manusia.

c. Status Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi dapat dilihat dari pendapatan keluarga dan

kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan keluarga. Pada pengkajian status sosial

ekonomi berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang. Dampak dari

ketidakmampuan keluarga membuat seseorang enggan memeriksakan diri ke

dokter dan fasilitas kesehatan lainnya.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayat kesehatan keluarga yang perlu dikaji adalah Riwayat

masingmasing kesehatan keluarga (apakah mempunyai penyakit keturunan),

Perhatian keluarga terhadap pencegahan penyakit, Sumber pelayanan


24

kesehatan yang biasa digunakan keluarga dan Pengalaman terhadap pelayanan

kesehatan.

e. Karakteristik Lingkungan

Karakteristik lingkungan yang perlu dikaji adalah karakteristik rumah,

Teangga dan komunitas, Geografis keluarga, Sistem pendukung keluarga

f. Fungsi Keluarga

1) Fungsi Afektif

Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga,

perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga

terhadap anggota keluarga dan bagaimana anggota keluarga

mengembangkan sikap saling mengerti. Semakin tinggi dukungan

keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit, semakin mempercepat

kesembuhan dari penyakitnya.

Fungsi ini merupakan basis sentral bagi pembentukan dan

kelangsungan unit keluarga. Fungsi ini berhubungan dengan persepsi

keluarga terhadap kebutuhan emosional para anggota keluarga. Apabila

kebutuhan ini tidak terpenuhi akan mengakibatkan ketidakseimbangan

keluarga dalam mengenal tanda-tanda gangguann kesehatan selanjutnya.

2) Fungsi Keperawatan

a) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

sejauh mana keluarga mengetahui fakta-fakta dari masalah kesehatan

yang meliputi pengertian, faktor penyebab tanda dan gejala serta yang

mempengaruhi keluarga terhadap masalah, kemampuan keluarga dapat

mengenal masalah, tindakan yang dilakukan oleh keluarga akan sesuai

dengan tindakan keperawatan, karena Hipertensi memerlukan


25

perawatan yang khusus yaitu mengenai pengaturan makanan dan gaya

hidup. Jadi disini keluarga perlu tau bagaimana cara pengaturan

makanan yang benar serta gaya hidup yang baik untuk penderita

Hipertensi.

b) Untuk mengtahui kemampuan keluarga mengambil keputusan

mengenai tindakan kesehatan yang tepat. Yang perlu dikaji adalah

bagaimana keluarga mengambil keputusan apabila anggota keluarga

menderita Hipertensi.

c) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat

keluarga yang sakit. Yang perlu dikaji sejauh mana keluarga

mengetahui keadaan penyakitnya dan cara merawat anggota keluarga

yang sakit Hipertensi.

d) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga memelihara

lingkungan rumah yang sehat. Yang perlu dikaji bagaimana keluarga

mengetahui keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan

kemampuan keluarga untuk memodifikasi lingkungan akan dapat

mencegah kekambuhan dari pasien Hipertensi.

e) untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga menggunakan

fasilitas kesehatan yang mana akan mendukung kesehatan seseorang.

3) Fungsi Sosialisasi

Pada kasus penderita hipertensi yang sudah mengalami komplikasi

stroke, dapat mengalami gangguan fungsi social baik di dalam keluarga

maupun didalam komunintas sekitar keluarga.


26

4) Fungsi Reproduksi

Pada penderita hipertensi perlu dikaji riwayat kehamilan (untuk

mengetahui adanya tanda-tanda hipertensi saat hamil).

5) Fungsi Ekonomi

Status ekonomi keluarga sangat mendukung terhadap kesembuhan

penyakit. Biasanya karena faktor ekonomi rendah individu segan untuk

mencari pertolongan dokter ataupun petugas kesehatan lainya

g. Stres dan Koping Keluarga

Stres dan koping keluarga yang perlu dikaji adalah Stresor yang

dimiliki, Kemampuan keluarga berespons terhadap stresor, strategi koping

yang digunakan, Strategi adaptasi disfungsiona

h. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik meliputi :

1) Keadaan Umum :

a) Kaji tingkat kesadaran (GCS) : kesadaran bisa compos mentis sampai

mengalami penurunan kesadaran, kehilangan sensasi, susunan saraf

dikaji (I-XII), gangguan penglihatan, gangguan ingatan, tonus otot

menurun dan kehilangan reflek tonus, BB biasanya mengalami

penurunan.

b) Mengkaji tanda-tanda vital

Tanda-tanda vital biasanya melebihi batas normal.

2) Sistem Pengindraan (penglihatan)

Pada kasus Hipertensi, terdapat gangguan penglihatan seperti

penglihatan menurun, buta total, kehilangan daya lihat sebagian (kebutaan

monokuler), penglihatan ganda, (diplopia)/gangguan yang lain. Ukuran


27

reaksi pupil tidak sama, kesulitan untuk melihat objek, warna dan wajah

yang pernah dikenali dengan baik.

3) Sistem Penciuman

Terdapat gangguan pada sistem penciuman, terdapat hambatan jalan

nafas.

4) Sistem Pernafasan

Adanya batuk atau hambatan jalan nafas, suara nafas tredengar ronki

(aspirasi sekresi).

5) Sistem KardiovasKular

Nadi, frekuensi dapat bervariasi (karena ketidakstabilan fungsi jantung

atau kondisi jantung), perubahan EKG, adanya penyakit jantung miocard

infark, rematik atau penyakit jantung vaskuler.

6) Sistem Pencernaan

Ketidakmampuan menelan, mengunyah, tidak mampu memenuhi

kebutuhan nutrisi sendiri.

7) System Urinaria

Terdapat perubahan sistem berkemih seperti inkontinensia.

8) Sistem Pernafaasan

a) Nervus 1 Olfaktori (penciuman)

b) Nervus II Optic (penglihatan)

c) Nervus III Okulomotor (gerak ekstraokuler mata, kontriksi dilatasi

pupil)

d) Nervus IV Trokhlear (gerak bola mata ke atas ke bawah)

e) Nervus V Trigeminal (sensori kulit wajah, penggerak otot rahang)

f) Nervus VI Abdusen (gerak bola mata menyamping)


28

g) Nervus VII Fasial (ekspresi fasial dan pengecapan)

h) Nervus VIII Auditori (pendengaran)

i) Nervus IX Glosovaringeal (gangguan pengecapan,kemampuan

menelan, gerak lidah)

j) Nervus X Vagus (sensasi faring, gerakan pita suara)

k) Nervus XI Asesori (gerakan kepala dan bahu)

l) Nervus XII Hipoglosal (posisi lidah)

9) Sistem musculoskeletal

Kaji kekuatan dan gangguan tonus otot, pada klien Hipertensi didapat

klien merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan

kesemutan atau kebas.

10) Sistem Integument

Keadaan turgor kulit, ada tidaknya lesi, oedema, distribusi rambut.

i. Harapan Keluarga

Perlu dikaji bagaimana harapan keluarga terhadap perawat (petugas

kesehatan) untuk membantu penyelesaian masalah kesehatan yang terjadi.

2.4.2 Diagnosa Keperawatan Keluarga

Diagnosa keperawatan keluarga merupakan perpanjangan diagnosis ke sistem

keluarga dan subsistemnya serta merupakan hasil pengkajian keperawatan.

diagnosa keperawatan keluarga termasuk masalah kesehatan aktual dan potensial

dengan perawat keluarga yang memiliki kemampuan dan mendapatkan lisensi

untuk menanganinya berdasarkan pendidikan dan pengalaman (Friedman &

Marylin, 2017).

Kategori diagnosa keperawatan keluarga menurut North American Nursing

Association (NANDA) dalam Kholifah & Widagdo (2016) adalah :


29

a. Diagnosis keperawatan actual

Diagnosis keperawatan aktual dirumuskan apabila masalah

keperawatan sudah terjadi pada keluarga. Tanda dan gejala dari masalah

keperawatan sudah dapat ditemukan oleh perawat berdasarkan hasil pengkajian

keperawatan.

b. Diagnosis keperawatan promosi kesehatan

Diagnosis keperawatan ini adalah diagnosa promosi kesehatan yang

dapat digunakan di seluruh status kesehatan. Kategori diagnosa keperawatan

keluarga ini diangkat ketika kondisi klien dan keluarga sudah baik dan

mengarah pada kemajuan.

c. Diagnosa Keperawatan Resiko

Diagnosis keperawatan ketiga adalah diagnosis keperawatan risiko,

yaitu menggambarkan respon manusia terhadap kondisi kesehatan atau proses

kehidupan yang mungkin berkembang dalam kerentanan individu, keluarga,

dan komunitas. Hal ini didukung oleh faktor-faktor risiko yang berkontribusi

pada peningkatan kerentanan.

d. Diagnosa keperawatan sejahtera

Diagnosis keperawatan keluarga yang terakhir adalah diagnosis keperawatan

sejahtera. Diagnosis ini menggambarkan respon manusia terhadap level

kesejahteraan individu, keluarga, dan komunitas, yang telah memiliki kesiapan

meningkatkan status kesehatan mereka

. Perumusan diagnosis keperawatan keluarga dapat diarahkan pada sasaran

individu atau keluarga. Komponen diagnosis keperawatan meliputi masalah

(problem), penyebab (etiologi) dan atau tanda (sign). Sedangkan etiologi

mengacu pada 5 tugas keluarga yaitu :


30

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah

1) Persepsi terhadap keparahan penyakit.

2) Pengertian.

3) Tanda dan gejala.

4) Faktor penyebab.

5) Persepsi keluarga terhadap masalah.

b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan

1) Sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah.

2) Masalah dirasakan keluarga/Keluarga menyerah terhadap masalah yang

dialami.

3) Sikap negatif terhadap masalah kesehatan.

4) Kurang percaya terhadap tenaga kesehatan informasi yang salah.

c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

1) Bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakit.

2) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.

3) Sumber – sumber yang ada dalam keluarga.

4) Sikap keluarga terhadap yang sakit.

d. Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan

1) Keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan.

2) Pentingnya higyene sanitasi.

3) Upaya pencegahan penyakit.

e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan

1) Keberadaan fasilitas kesehatan.

2) Keuntungan yang didapat.

3) Kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan.


31

4) Pengalaman keluarga yang kurang baik.

5) Pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh keluarga.

Setelah data dianalisis dan ditetapkan masalah keperawatan keluarga,

selanjutnya masalah kesehatan keluarga yang ada, perlu diprioritaskan bersama

keluarga dengan memperhatikan sumber daya dan sumber dana yang dimiliki

keluarga.

Prioritas masalah asuhan keperawatan keluarga sebagai berikut :

Tabel 2.4

Prioritas masalah

No. Kriteria Nilai Bobot


1 Sifat Masalah :
a. Aktual
b. Resiko Tinggi
c. Potensial
2 Kemungkinan Masalah dapat diubah :
a. Mudah
b. Sebagian
c. Tidak Dapat
3 Potensi masalah untuk dicegah :
a. Tinggi
b. Cukup
c. Rendah
4 Menonjolnya Masalah :
a. Segera Diatasi
b. Tidak segera diatasi
c. Tidak dirasakan ada masalah
Penentuan Nilai (Skoring) :

Skor

X Nilai Bobot

Angka Tertinggi

Cara melakukan penilaian :


32

a. Tentukan skor untuk setiap kriteria

b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot

c. Jumlah skor untuk semua kriteria

d. Tentukan skor, nilai tertinggi menentukan urutan nomor

e. diagnosa

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada keluarga dengan masalah

hipertensi berdasarkan standar diagnosa keperawatan Indonesia (SDKI) (PPNI,

2017).

a. Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

mengenal masalah.

b. Gangguan rasa nyaman (D.0074) berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga mengenal masalah.

c. Defisit pengetahuan (D.0111) berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga mengenal masalah.

d. Manajemen kesehatan tidak efektif (D.0116) berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

e. Ansietas (D.0080) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

mengenal masalah.

f. Koping tidak efektif (D.0096) berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga mengambil keputusan.

g. Intoleransi Aktivitas (D.0056) berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga menggunakan fasilitas keluarga.


33

2.4.3 Intervensi

Perencanaan keperawatan juga dapat diartikan juga sebagai suatu proses

penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah,

menurunkan, atau mengurangi masalah-masalah klien. Perencanaan ini merupakan

langkah ketiga dalam membuat suatu proses keperawatan.

Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat

didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran

(outcome) yang diharapkan. Sedangkan tindakan keperawatan adalah perilaku atau

aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan

Intervensi keperawatan. Tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas

observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi (PPNI, 2018).

Perencanaan keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang

direncanakan oleh perawat untuk membantu keluarga dalam mengatasi masalah

keperawatan dengan melibatkan anggota keluarga.

Intervensi eperawatan keluarga dengan hipertensi menggunakan Standar

Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dan Standar Luaran Keperawatan

Indonesia (SLKI) adalah :

Tabel 2.5

Intervensi keperawatan dengan menggunakan SIKI dan SLKI

No Diagnose Tujuan Kriteria hasil Intervensi


keperawatan Kriteria Standar Keperawatan
1 Nyeri akut Setelah Respon 1. Klien mampu Observasi
(D.0077) dilakukan Verbal mengidentifikasi - Identfikasi
berhubung tindakan nyeri kesiapan dan
an dengan keperawatan 2. Keluarga kemampuan
menerima informasi
34

ketidakma diharapkan mampu Teraupetik


mpuan tingkat nyeri menyebutkan - Sediakan materi
keluarga menurun tindakan dan media
mengenal nonfarmakologi pendidikan
Psikomot
masalah. s yang kesehatan
or
dianjurkan -Jadwalkan
mahasiswa. pendidikan
3. Keluarga kesehatan sesuai
Mampu memilih kesepakatan
tindakan yang -berikan kesempatan
dilakukan untuk bertanya Edukasi
anggota keluarga - Jelaskan penyebab,
yang mengalami periode,dan strategi
nyeri. meredakan nyeri
4. Keluarga - Anjurkan
Mampu merawat memonitor nyeri
Anggota secara mandiri
keluarga yang -Anjurkan
Sakit dengan menggunakan
Pemberian analgetik secara
kompres dan tepat.
Terapi relaksasi -ajarkan teknik
jika anggota nonfarmakologis
Keluarga untuk mengurangi
mengalami rasa nyeri
nyeri.
5. Klien mampu
mempraktikkan
teknik relaksasi
nafas dalam.
2 Gangguan Setelah Respon 1. Klien mampu Observasi
Rasa nyaman dilakukan Verbal mengidentifikasi -Identfikasi kesiapan
(D.0074) tindakan nyeri dan kemampuan
35

Berhubungan keperawatan 2. Keluarga menerima informasi


dengan diharapkan mampu Teraupetik
ketidakma tingkat nyeri menyebutkan - Sediakan materi
mpuan menurun Tindakan dan media
keluarga nonfarmakologis pendidikan
mengenal Psikomot yang dianjurkan kesehatan
masalah or mahasiswa -Jadwalkan
3. Keluarga pendidikan
Mampu memilih kesehatan sesuai
tindakan yang kesepakatan
dilakukan untuk - berikan kesempatan
anggota keluarga bertanyaEdukasi
yang mengalami - Jelaskan penyebab,
nyeri. periode,dan strategi
4. Keluarga meredakan nyeri
mampu merawat - Anjurkan
Anggota memonitor nyeri
keluarga yang secara mandiri
Sakit dengan -Anjurkan
pemberian menggunakan
kompres dan analgetik secara
terapi relaksasi tepat.
jika anggota -ajarkan teknik
keluarga Non
mengalami untuk mengurangi
nyeri. rasa nyeri
5. Klien mampu
mempraktikkan
teknik relaksasi
nafas dalam.
3 Defisit Setelah Respon 1. Klien dan Observasi
pengetahu dilakukan Verbal keluarga siap - Identifikasi
an tindakan dan mampu kesiapan dan
36

(D.0111) keperawatan menerima kemampuan


berhubung diharapkan informasi menerima informasi
an dengan tingkat 2. Klien dan Terapeutik
ketidakma pengetahuan keluarga mampu - Sediakan materi
mpuan keluarga menyebutkan Dan media
keluarga meningkat tentang penyakit pendidikan
mengenal hipertensi . Kesehatan
masalah. - Berikan
kesempatan bertanya
Edukasi
- Jelaskan penyebab
dan factor resiko
penyakit
- Jelaskan proses
patofisologi
timbulnya penyakit
- Jelaskan tanda dan
gejala yang
ditimbulkan penyakit
- Jelaskan
Kemungkinan
terjadinya
komplikasi
- Informasikan
kondisi klien saat
ini.
4 Manajemen Setelah Respon Klien Observasi
kesehatan dilakukan Verbal dan - idebtifikasi
tidak efektif tindakan keluarga mampu kesiapan dan
(D.0116) keperawatan merawat kemampuan
berhubung diharapkan anggota menerima informasi
an dengan manajemen keluarga - indentifikasi factor-
ketidakmamp kesehatan faktor yang dapat
37

uan meningkat meningkatkan dan


keluarga menurunkan
merawat motivasi perilaku
anggota hidup bersih dan
keluarga sehat
- sediakan materi
dan media
pendidikan
kesehatan
- berikan kesempatan
untuk bertanya
- ajarkan jenis
latihan yang sesuai
dengan kondisi
kesehatan (sanam
yoga)
- Anjurkan
menggunakan
fasilitas kesehatan
yang ada

5 Ansietas Setelah espon Klien dan -Identifikasi


(D.0080) dilakukan Verbal keluarga keyakinan, masalah
berhubung tindakan mampumenjelas dan tujuan perawatan
an dengan keperawatan kan bahaya Terapeutik
kurang diharapakan akibat keyakinan - Berikan harapan
terpapar tingkat negatif realistis sesuai
informasi. ansietas prognosis Edukasi
menurun - Jelaskan bahaya
atau resiko yang
terjadi akibat
keyakinan negatif
6 Koping tidak Setelah Respon Klien dan Observasi
38

Efektif dilakukan Verbal keluarga paham -Identifikasi


(D.0096) tindakan terkait proses pemahaman proses
berhubung keperawatan penyakit yang di penyakit
an dengan diharapkan derita - Identifikasi
ketidakmamp status penyelesaian
uan keluarga koping masalah Teraupetik
mengambil keluarga - Diskusikan
keputusan. membaik perubahan peran
yang dialami
- Fasilitasi dalam
Memperoleh
informasi yang
dibutuhkan
- Motivasi untuk
menentukan
harapan yang
realistis Edukasi
- Anjurkan keluarga
terlibat
- Latih penggunaan
teknik relaksasi.
7 Intoleransi Setelah Respon Klien mampu - Identifikasi defisit
Aktivitas dilakukan Verbal melakukan aktivitas
(D.0056) tindakan aktivitas - Identifikasi
berhubung keperawatan kebutuhan dan
an dengan diharapkan harapan keluarga
ketidakmamp toleransi - Identifikasi tentang
uan keluarga aktivitas situasi, pemicu
memodifikasi meningkat kerjadian,perasaan,
lingkungan. dan perilaku klien.
Teraupetik
- Fasilitasi fokus
pada kemampuan,
39

bukan defisit yang


dialami
- Libatkan keluarga
dalam aktivitas
- Sediakan
lingkungan yang
nyaman
- Fasilitasi program
perawatan dan
pengobatan yang
dijalani anggota
keluarga
- Hargai keputusan
yang dibutuhkan
keluarga edukasi
- Anjurkan
melakukan aktivitas
fisik, sosial, spiritual
dan kognitif
dalam menjaga
fungsi dan kesehatan
- Anjurkan keluarga
untuk memberikan
penguatan positif
atas partisipasi
dalam aktivitas.
- Jelaskan kepada
keluarga tentang
perawatan dan
pengobatan yang
sedang dijalani
klien Kolaborasi
- Rujuk pada pusat
40

atau program
aktivitas komunitas,
jika perlu

2.4.4 Implementasi

Tindakan perawat adalah upaya perawat untuk membantu kepentingan klien,

keluarga, dan komunitas dengan tujuan untuk meningkatkan kondisi fisik,

mosional, psikososial, serta budaya dan lingkungan, tempat mereka mencari

bantuan. Tindakan keperawatan adalah implementasi/pelaksanaan dari rencana

tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik

Implementasi dapat dilakukan oleh banyak orang seperti klien (individu atau

keluarga), perawat dan anggota tim perawatan kesehatan yang lain, keluarga luas

dan orang-orang lain dalam jaringan kerja sosial keluarga

dalam keluarga atau masyarakat merupakan faktor yang penting dalam

perawatan dan pengobatan Hipertensi. Sarana dalam keluarga dapat berupa

kemampuan keluarga menyediakan makanan yang sesuai dan menjaga diit atau

kemampuan keluarga, mengatur pola makan rendah garam, menciptakan suasana

yang tenang dan tidak memancing kemarahan. Sarana dari lingkungan adalah,

terjangkaunya sumber-sumber makanan sehat, tempat latihan, juga fasilitas

kesehatan (Kholifah & Widagdo, 2016).

2.4.5 Evaluasi

Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi

dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya.

Evaluasi dapat dilaksanakan dengan SOAP, dengan pengertian "S" adalah

ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara subjektif oleh keluarga

setelah diberikan implementasi keperawatan, "O" adalah keadaan obyektif yang


41

dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan penglihatan. "A" adalah

merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon keluarga secara subjektif

dan objektif, "P" adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan

tindakan.

Dalam mengevaluasi harus melihat tujuan yang sudah dibuat sebelumnya. Bila

tujuan tersebut belum tercapai, maka dibuat rencana tindak lanjut yang masih

earah dengan tujuan (Suprajitno, 2016)


42

2.5 Kerangka Masalah

Gambar 2.1 Pathway hipertensi


Sumber : Pathway dengan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (PPNI,
2017).
43

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus, yang

digunakan dalam mengeksplorasi suatu masalah Pengaruh Terapi Yoga Terhadap

Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Desa Karduluk Dusun

Somangkaan Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep adalah pendekatan asuhan

keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan, dan evaluasi

keperawatan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Pelaksanaan Pengaruh Terapi Yoga Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada

Penderita Hipertensi Di Desa Karduluk Dusun Somangkaan Kecamatan Pragaan

Kabupaten Sumenep pada tanggal 1 Juli 2022 - 11 Juli 2022

3.3 Subyek Penelitian/Kasus

Subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian keperawatan ini adalah

individu dan keluarga dengan kasus yang akan diteliti secara rinci dan mendalam.

Adapun subyek penelitian yang akan diteliti berjumlah dua individu dengan kasus yang

sama pada dua keluarga berbeda dengan hipertensi di Desa Karduluk Dusun

Somangkaan Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep dengan kriteria berikut :

1. Kriteria inklusi.

a. Klien dengan penyakit hipertensi sedang dengan tekanan darah

160/100 mmHg sampai dengan 180/110 mmHg

b. Klien dengan hipertensi yang bersedia menjadi responden

c. Klien dengan hipertensi yang kooperatif


44

d. Keluarga yang memiliki anggota keluarga yang terdiagnosa

hipertensi

2. Kriteria ekslusi

a. Klien yang tidak memiliki hipertensi

b. Klien yang tidak bersedia menjadi responden

c. Klien yang tidak kooperatif

d. Klien yang menunjukkan tidak nyaman saat dilakukan tindakan

asuhan keperawatan keluarga

3.4 Etika Penelitian

Dicantumkan etika yang mendasari suatu penelitian, terdiri dari :

1) Informed Consent (persetujuan menjadi responden)

Peneliti memberikan lembar persetujuan penelitian kepada responden.

Kemudian peneliti memberikan informasi yang adekuat mengenai tujuan dari

asuhan keperawatan yang dilakukan dan memberikan informasi terkait dengan

hak dan kewajiban responden. Dari kedua responden seluruhnya mau

menandatangani lembar inform consent

2) Anonimity (tanpa nama)

Penulis menjamin dan menjaga kerahasiaan responden dan cara

mencantumkan inisial nama pada laporan kasus.

3) Confidentiality (kerahasiaan)

Penulis menjamin kerahasiaan dari hasil laporan kasus baik informasi maupun

masalah – masalah lainnya. Seperti data terkait informasi responden disimpan

di laptop pribadi penulis. Hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai

hasil penulisan. Data yang ditampilkan bersifat umum dan data dimusnahkan satu

tahun setelah penulisan selesai.


BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian

4.1.1 Pengumpulan Data

A. Identitas Umum Keluarga

Identitas kepala keluarga

Nama : Ny.N

Umur :

Agama : Islam

Suku : Madura

Pendidikan : SD

pekerjaan : IRT

Alamat : Lesong Daja

No Telpon :-

Komposisi Keluarga : -

No Nama L/P Umur Hub. Pekerjaan Pendidikan


Keluarga
Kepala
1 Tn.S L Tani SD
Keluarga
2 Ny.N P Istri IRT SD
3 Nn.I P 18 Anak Siswa MA
4

45
46

Genogram :

Ket :

: Perempuan

: Laki-Laki
Tn.S
Ny.N
: Meninggal

: Pasien

: Tinggal serumah

B. Tipe Keluarga:

1. Jenis Tipe Kleuarga :

Nuclear Family atau Keluarga Inti

2. Masalah yang Terjadi dengan Tipe tersebut :

Tidak ada masalah dengan tipe keluarga tersebut

C. Suku Bangsa

1. Asal Suku Bangasa :

Asli dari Madura

2. Budaya Yang Berhubungan Dengan Kesehatan :

Keluarga akan memanggil perawat terdekat apabila ada anggota keluarga yang sakit

D. Agama dan Kepercayaan Yang Memepengaruhi Kesehatan

Keluarga mempunyai keyakinan dan kepercayaan agama islam yang kuat dan meyakini

apa yang di alami dalam kesehatan keluarganya adalah cobaan dari yang maha kuasa

E. Status Sosial Ekonomi Keluarga

1. Anggota Keluarga yang mencari nafkah :

Tn.S Yang memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari

2. Penghasilan :

Tn.S mempunyai penghasilan yang tidak tetap


47

3. Upah Lain :

Tidak ada

4. Harta Benda yang dimiliki :

Tanah, rumah beserta isinya

5. Kebutuhan yang dikeluarkan :

Semua kebutuhan yang dibutuhkan anggota keluarga

F. Aktifitas Rekreasi Keluarga

Keluarga jarang dan bisa dibilang hampir tidak pernah bepergian untuk sekedar liburan

bersama, keluarga menghabiskan waktu luangnya hanya dengan berkumpul bersama

G. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

1. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini

Keluarga anak dewasa

2. Tahap Perkembangan Keluarga yang belum terpenuhi kendalanya

Tahap perkembangan keluarga dengan usia pertengahan dan keluarga lanjut usia hal ini

karena anak dari Tn.S belum menikan dan masih satu rumah

H. Riwayat Kesehatan Keluarga Inti

1. Riwayat kesehatan keluarga saat ini

Ny.N mempunyai riwayat/menderita Hipertensi

2. Riwayat penyakit keturunan

Tidak ada keluarga yang menderita hipertensi sebelumnya


48

3. Riwayat Kesehatan Masing-Masing Anggota Keluarga

No Tindakan yg
Keadaan Masalah
Imunisasi telah
Nama Umur BB Kesehatan Kes
dilakukan
1 Tn.S Sehat Tidak lengkap Tidak ada Tidak ada
2 Ny.N Sakit Tidak lengkap Hipertensi Jarang minum obat
3 Nn.I 18 Sehat Tidak lengkap Tidak ada Tidak ada
4

4. Sumber Pelayanan Kesehatan yang Dimanfaatkan

Perawat terdekat

5. Riwayat Kesehatan Sebelumnya

Tidak ada

I. Pengkajian Lingkungan Karakteristik Rumah

1. Luas Rumah

10 x 7 Meter

2. Tipe Rumah

Permanen

3. Kepemilikan

Milik sendiri

4. Jumlah dan rasio kamar/ruangan

4 kamar tidur, 1 ruang tamu, dapur

5. Ventilasi/Jendela

Terdapat 7 ventilasi, yang mana setiap pagi selalu di buka

6. Pemanfaatan ruangan

Digunakan sebagaimana mestinya dan semua ruangan terpakai

7. Septi tank : < 10 meter Letak : di belakang rumah


49

8. Sumber air minum

Sumur

9. Kamar mandi/ WC:

Ada 1 di dalam rumah

10. Sampah : di bakar Limbah RT : tidak ada

11. Kebersihan

Pekarangan dan rumah terlihat rapi

J. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW

1. Kebiasaan

Ny.N setiap pagi dan sore kumpul di depan rumah bersama tetangga yang dekat

2. Aturan/kesepakatan

Sesuai dengan aturan setempat

3. Budaya

Bila ada kesusahan tetangga dengan sukarelawan membantu, dan hadir di kegiatan

keagamaan

K. Mobilitas Geografis Keluarga

1. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi Dengan Masyarakat

Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat keluarga ini berinteraksi baik

dengan masyarakat atau tetangga sekitar

2. Sistem Penduduk Keluarga

Semua keluarga sudah saling mendukung, saling memberi kekuatan satu sama lain

L. Struktur Keluarga

1. Pola/cara komunikasi keluarga

Keluarga ini menggunakan bahasa Madura untuk berkomunikasi sehari-hari


50

2. Struktur kekuatan keluarga

Tn.S sebagai kepala keluarga merupakan personal yang berperan sebagai pengontrol

tingkah laku keluarga

3. Struktur peran

Tn.S sebagai kepala keluarga yang berperan mencari nafkah untuk anak dan istrinya,

Ny.N sebagai istri dan ibu rumah tangga

4. Struktur nilai dan norma keluarga

Keluarga Tn.S berkeyakinan bahwa sehat dan sakit merupakan ujian dari Allah SWT

M. Fungsi Keluarga

1. Fungsi afektif

Hubungan keluarga baik dan saling mendukung

2. Fungsi Sosial:

a. Kerukunan hidup dalam keluarga

Keluarga hidup rukun bersama dan musyawarah bila menghadapi masalah

b. Interaksi dan hubungan dalam keluarga

Tidak ada yang tertutup, semua saling terbuka

c. Anggota keluarga yang dominan dalam pengambilan keputusan

Tn.S

d. Kegiatan keluarga waktu senggang

Menghabiskan waktu di rumah da berkumpul dengan tetangga

e. Partisipasi dalam kegiatan social

Ny.N sering berpartisipasi apabila ada kegiatan sosial di masyarakat


51

f. Fungsi perawatan kesehatan

Keluarga kadang memanggil perawat apabila ada keluarga yang sakit, kadang hanya

membeli obat di warung sekitar rumah

N. Fungsi Reproduksi

1. Perencanaan jumlah anak

Keluarga belum mempunyai rencana untuk menambah anak

2. Akseptor : Ibu yang di gunakan : Pil KB

Lamanya : Setalah mempunya anak

3. Keterangan lain :

O. Fungsi Ekonomi

1. Upaya Pemenuhan Sandanag Pangan

Keluarga mengatakan bahwa penghasilan yang di dapatkan cukup untuk memenuhi

kebutuhan sandang pangan

2. Pemanfaatan Sumber di Masyarakat

Tidak ada

P. Stress dan Koping Keluarga

1. Stressor jangaka pendek

Ny.N tidak meminum obat Hipertensi secara rutin

2. Stressor jangka panjang

Ny.N hanya memeriksakan diri saat sakitnya sudah parah

3. Respon keluarga terhadap stressor

Keluarga belum mengerti detail dengan Hipertensi dan bingung cara penanganannya

4. Strategi koping
52

Keluarga akan membeli obat di warung sekitar dan akan kontrol ke perawat terdekat

apabila tidak ada perkembangan

5. Strategi adaptasi disfungsional

Q. Kedaaan Gizi Keluarga

1. Penurunan Gizi

Pemenuhan gizi keluarga sudah cukup tapi kadang tidak memenuhi standart 4 sehat 5

sempurna

2. Upaya Lain

R. Harapan Keluarga

1. Terhadap Masalah Kesehatannya

Semoga selalu sehat dan lekas sembuh apabila ada keluarga yang sakit

2. Terhadap Petugas Kesehatan Yang Ada

Semoga dapat membantu untuk Kesehatan keluarganya


53

S. Pemeriksaan Fisik

Nama anggota Keluarga


No Variabel Tn.S Ny.N Nn.I
1 Riwayat Penyakit saat ini Tidak ada Hiprtensi Tidak ada
Pusing +
2 Keluhan yang dirasakan Tidak ada Tidak ada
Pegal +
3 Tanda dan gejala Tidak ada Meringis Tidak ada
4 Riwayat penyakit sebelumnya Tidak ada Hiprtensi Tidak ada
5 Tanda-tanda vital 120/80 170/100 Tidak ada
6 Sistem kardiovaskuler
7 Sistem respirasi Normal Normal Normal
8 Sistem Saluran pencernaan Normal Normal Normal
9 Sistem persarafan Normal Normal Normal
10 Sistem muskulus skeletal Normal Normal Normal
11 Sistem genetalia Tidak terkaji Tidak terkaji Tidak terkaji

T. Tipelogi Masalah Kesehatan

No Daftar masalah Kesehatan


1 Ancaman

2 Kurang/tidak sehat

3 Defisit
54

U. Pengkajian Khusus Berdasarkan 5 Tugas Keluarga

No Kriteria Pengakajian
Keluarga hanya sebatas tau tapi tidak
1 Mengenal masalah
paham dengan Hipertensi
Kadang membeli obat di warung sekitar,
2 Mengambil keputusan yang tepat
kadang memanggil perawat terdekat
Merawat anggota keluarga yang Keluarga akan merawat anggota
3
sakit atau punya masalah keluarganya yang sakit dengan
semaksimal mungkin
4 Modifikasi lingkungan
Keluarga hanya memanfaatkan sarana
5 Memanfaatkan sarana kesehatan
kesehatan dari perawat di sekitar rumah
55

V. Analisa Data

No Data Problem Etiologi

DS : Manajemen kesehatan Kompleksitas program


- Pasien mengatakan kurang keluarga tidak efektif perawatan/pengobatan
memahami tentang apa yang di
deritanya
- Pasien mengatakan kadang hanya
membeli obat di warung sekitar
rumah dan kadang memanggil
perawat di sekitar rumah

DO:
- Cara mengatasi masalah kesehatan
keluarga kurang tepat
- TD : 170/100
- Tidak rutin minum obat
56

W. Skoring

Kriteri Bobot Pembenaran


a
Sifat Masalah
1. Ancaman 2 2 Kurangnya pengetahuan membuat
2. Kurang/tidak sehat x 1= perilaku yang kurang sehat dan jarang
3 3
3. Krisis melakukan olahraga atau senam yoga
Kemungkinan Masalah dapat
diubah 1 2 Pemberian penjelasan yang tepat
1. Mudah x 2= dapat meningkatkan pengetahuan
2 2
2. Sebagian yang kurang
3. Tidak dapat
Potensi Masalah
dapat dicegah 2 2 Penjelasan tentang pengetahuan dapat
1. Tinggi x 1=
3 3 mengurangi ketidaktahuan
2. Cukup
3. Rendah
Menonjolnya maslah
1. Segera ditangani
2 2 Keluarga menyadari akan tetapi
2. Tak perlu segera x 1=
2 3 dilakukan bila sakit berat
ditangani
3. Tak dirasakan
Total :

2 2 2 2 4+6+ 4+ 6 20
+ + + = = =3,33
3 2 3 2 6 6
57

RENCANA ASUHAN

KEPERAWATAN

(Nursing Care Plan)

DIAGNOSA
NO TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
KEPERAWATAN

1 Manajemen Setelah di lakukan tindakan 1. Kemampuan menjelaskan masalah Dukungan Koping keluarga
kesehatan keluarga Keperawatan selama 2x yang di alami 5 1. Identifikasi respon emosional
tidak efektif 2. Aktivitas keluarga mengatasi
kunjungan rumah di terhadap kondisi saat ini
D. 0115 masalah kesehatan tepat 5
harapkan Manajemen 2. Identifikasi pemahaman tentang
Kesehatan keluarga keputusan perawatan
meningkat 3. Dengarkan masalah, perasaan
dan pertanyaan keluarga
4. Diskusikan rencana medis dan
perawatan
5. Informasikan fasilitas perawatan
Kesehatan yang tersedia
58

CATATAN PERKEMBANGAN

Diagnosis
Hari/Tgl Jam Implementasi
Keperawatan

Manajemen kesehatan 1. Mengidentifikasi respon emosional terhadap kondisi saat ini


keluarga tidak efektif R/
D. 0115 2. Mengidentifikasi pemahaman tentang keputusan perawatan
R/
3. Mendengarkan masalah, perasaan dan pertanyaan keluarga
R/
4. Mendiskusikan rencana medis dan perawatan
R/
5. Menginformasikan fasilitas perawatan Kesehatan yang tersedia
R/

Manajemen kesehatan
keluarga tidak efektif 1. Mengidentifikasi respon emosional terhadap kondisi saat ini
59

D. 0115 R/
2. Mengidentifikasi pemahaman tentang keputusan perawatan
R/
3. Mendengarkan masalah, perasaan dan pertanyaan keluarga
R/
60

Diagnosis TTD/
Hari/Tgl Evaluasi
Keperawatan Nama
Manajemen S : Keluarga mengatakan sudah mulai mengerti dengan cara perawatan anggota keluarga
kesehatan keluarga yang sakit dengan hipertensi. Keluarga merasa lebih tenang setelah mendapatkan
tidak efektif informasi meskipun masih ada yang kurang paham
D. 0115 O : - Keluarga mulai mengerti dan sedikit banyak mampu menjelaskan masalah yang di
alami
- Keluarga tampak bersungguh untuk mengatasi masalah kesehatan dengan tepat
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi (1, 2, 3)

Manajemen
S : Keluarga mengatakan sudah mengerti dengan masalah yang di alami dan cara
kesehatan keluarga
mengatasi masalah dengan tepat
tidak efektif
O : - Keluarga mampu menjelaskan masalah yang di alami
D. 0115
- Keluarga tampak akan menerapkan cara mengatasi masalah kesehatan dengan tepat
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
4.2 Pengkajian Klien 2

4.2.1 Pengumpulan Data

A. Identitas Umum Keluarga

Identitas kepala keluarga

Nama : Tn.S

Umur : 58 Tahun

Agama : Islam

Suku : Madura

Pendidikan : SD

pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Desa Karduluk, Dusun Somangkaan, Kec. Paragaan

No Telpon :-

Komposisi Keluarga :

No Nama L/P Umur Hub. Pekerjaan Pendidikan


Keluarga
Kepala
1 Tn. S L 58 Wiraswasta SD
Keluarga
2 Ny. I P 56 Istri IRT SMP
3 An. R L 20 Anak Mahasiswa S1
4 An.M L 16 Anak Pelajar MTS

Genogram :

Ket :

: Perempuan

: Laki-Laki

: Meninggal Tn.S
Ny.I
: Pasien

: Tinggal serumah
62

B. Tipe Keluarga:

1. Jenis Tipe Kleuarga :

Nuclear family atau Keluarga Inti

2. Masalah yang Terjadi dengan Tipe tersebut :

Tidak ada masalah dengan tipe keluarga tersebut

C. Suku Bangsa

1. Asal Suku Bangasa :

Keluarga asli dari Madura

2. Budaya Yang Berhubungan Dengan Kesehatan :

Pasien apabila sudah sakit tidak memeriksa ke dokter hanya membeli obat di warung

D. Agama dan Kepercayaan Yang Memepengaruhi Kesehatan

Keluarga mempunyai keyakinan dan kepercayaan agama islam yang kuat dan selalu

bersyukur masih di beri kesehatan

E. Status Sosial Ekonomi Keluarga

1. Anggota Keluarga yang mencari nafkah :

Tn.S Yang memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari

2. Penghasilan :

Tn.S mempunyai penghasilan yang tidak tetap, Tn.S bekerja mengukir kayu

3. Upah Lain :

Tidak ada

4. Harta Benda yang dimiliki :

Rumah beserta isinya

5. Kebutuhan yang dikeluarkan :

Kebutuhan sehari-hari Tn.S dan Ny.I belanja ke pasar


63

F. Aktifitas Rekreasi Keluarga

Keluarga Tn.S jarang bepergian untuk sekedar rekreasi bersama. Tiap hari Tn.S hanya

bekerja. Ny.I hanya menonton TV di rumah, sedangkan An.R Kuliah dan An.M sekolah

di MTS

G. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

1. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini

Masuk tahap keluarga anak dewasa

2. Tahap Perkembangan Keluarga yang belum terpenuhi kendalanya

Keluarga Tn.R sebagai keluarga dengan anak dewasa, sehingga tahap perkembangan

yang belum terpenuhi yaitu tahap perkembangan keluarga dengan usia pertengahan dan

keluarga lanjut usia hal ini karena anak dari Tn.R belum menikah dan masih satu rumah

H. Riwayat Kesehatan Keluarga Inti

1. Riwayat kesehatan keluarga saat ini

Tn.S Mempunyai riwayat hipertensi Sejak 5 tahun yg lalu

2. Riwayat penyakit keturunan

Tn.S mengatakan semua keluarganya tidak ada yang mempunya penyakit hipertensi

3. Riwayat Kesehatan Masing-Masing Anggota Keluarga

Keadaan Masalah Tindakan Yg


No Nama umur BB Kesehatan Imunisasi Kes Sudah
Dilakukan
Tidak Jarang minum
1 Tn.S 58 64 Sakit Hipertensi
lengkap obat
Tidak
2 Ny.I 56 62 Sakit Tidak ada Tidak ada
lengkap
Tidak
3 An.R 21 53 Sehat Tidak ada Tidak ada
lengkap
Tidak
4 An.M 16 32 Sehat Tidak ada Tidak ada
lengkap
4. Sumber Pelayanan Kesehatan yang Dimanfaatkan

Posyandu 1 bulan sekali dan puskesmas atau perawat terdekat


64

5. Riwayat Kesehatan Sebelumnya

Tidak ada

I. Pengkajian Lingkungan Karakteristik Rumah

1. Luas Rumah

7x9

2. Tipe Rumah

permanen

3. Kepemilikan

Milik sendiri

4. Jumlah dan rasio kamar/ruangan

3 kamar tidur, 1 ruang tamu, dapur, tempat sholat

5. Ventilasi/Jendela

Hanya beberapa yang di buka

6. Pemanfaatan ruangan

Digunakan sebagaimana mestinya

7. Septik tank : > 10 meter Letak : di samping rumah

12. Sumber air minum

Sumur

13. Kamar mandi/ WC:

Kamar mandi dan WC berada di dalam rumah

14. Sampah : di bakar Limbah RT : tidak ada

15. Kebersihan

Pekarangan dan rumah rapi


65

J. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW

1. Kebiasaan

Tn.S setiap malam jumat mengikuti arisan sholawat dan sering mengikuti pengajian

2. Aturan/kesepakatan

Sesuai dengan peraturan

3. Budaya

Bila ada kesusahan tetangga dengan sukarela membantu, pengjian, tahlilan dan

keagamaan lainnya

K. Mobilitas Geografis Keluarga

1. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi Dengan Masyarakat

Keluarga ini menggunakan baik dengan masyarakat atau tetangga sekitar

2. Sistem Penduduk Keluarga

Semua anggota keluarga sudah saling mendukung, saling memberi kekuatan satu sama

lain

L. Struktur Keluarga

1. Pola/cara komunikasi keluarga

Keluarga ini menggunakan bahasa Madura sehari-hari

2. Struktur kekuatan keluarga

Tn.S sebagai kepala keluarga merupakan personal yang berperan sebagai pengontrol

tingkah laku keluarga

3. Struktur peran

Tn.S sebagai kepala keluarga yang berperan mencari nafkah anak dan istrinya, dan Ny.I

berperan sebagai istri dan ibu rumah tangga

4. Struktur nilai dan norma keluarga

Keluarga Tn.R berkeyakinan bahwa sehat dan sakit itu memang terdapat masalah pada
66

tubuh dan ujian dari allah SWT.

M. Fungsi Keluarga

1. Fungsi afektif

Hubungan keluarga baik dan saling mendukung

2. Fungsi Sosial:

a. Kerukunan hidup dalam keluarga

Saling membantu apabila mempunya masalah

b. Interaksi dan hubungan dalam keluarga

Setiap anggota saling berinteraksi dengan baik dam saling terbuka

c. Anggota keluarga yang dominan dalam pengambilan keputusan

Dalam pengambilan keputusan didalam keluarga adalah Tn.S selaku suami

d. Kegiatan keluarga waktu senggang

Keluarga banyak menghabiskan di rumah dan berbicara bersama tetangga

e. Partisipasi dalam kegiatan social

Tn.R sering mengikuti kerja bakti seperti gotong royong membersihkan makam

f. Fungsi perawatan kesehatan

Keluarga ini melakukan perawatan kesehatan dengan periksa ke perawat terdekat

apabila sudah sakit

N. Fungsi Reproduksi

1. Perencanaan jumlah anak

Ny.I mengatakan sudah tidak ingin mempunyai anak lagi

2. Akseptor : ibu yang di gunakan : pil KB

Lamanya :

Setelah mempunyai anak kedua

3. Keterangan lain
67

Tidak ada

O. Fungsi Ekonomi

1. Upaya Pemenuhan Sandanag Pangan

Keluarga mengatakan bahwa penghasilan yang di dapatkan cukup untuk memenuhi

2. Pemanfaatan Sumber di Masyarakat

Keluarga tidak mendapatkan bantuan dari masyarakat

P. Stress dan Koping Keluarga

1. Stressor jangaka pendek

Tn.S mengalami pegal pegal pada tangan, kaki, leher dan Tn.S tidak rutin mengkonsumi

obat hipertensi

2. Stressor jangka panjang

Tn.S dating periksa apabila meresakan keluhan yang tidak bisa ditangani sendiri

3. Respon keluarga terhadap stressor

Keluarga menyadari bahwa pernyakit Tn.S perlu rutin di periksa

4. Strategi koping

Keluarga akan memeriksa pada perawat yang dekat dengan rumahnya saat sakit

5. Strategi adaptasi disfungsional

Q. Kedaaan Gizi Keluarga

1. Penurunan Gizi

Dalam keluiarga pemenuhan gizi sudah cukup walaupun kadang tidak lengkap 4 sehat 5

2. Upaya Lain

Tidak ada
68

R. Harapan Keluarga

1. Terhadap Masalah Kesehatannya

Keluarga berharap untuk selalu sehat dan apabila ada salah satu yang sakit bisa segera

sembuh

2. Terhadap Petugas Kesehatan Yang Ada

Keluarga berharap pertugas kesehatan yang ada dapat membantu dalam pengobatan

apabila sakit

S. Pemeriksaan Fisik

Nama anggota Keluarga


No Variabel Tn.S Ny.I An.R An.M
1 Riwayat Penyakit saat ini Hipertensi Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Kepala terasa
pusing dan
sakit kepala,
2 Keluhan yang dirasakan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pegal pegal
pada tangan,
kaki, leher
3 Tanda dan gejala meringis Tidak ada Tidak ada Tidak ada
4 Riwayat penyakit sebelumnya Hipertensi Tidak ada Tidak ada Tidak ada
5 Tanda-tanda vital 172/101 114/75 128/68 121/70
6 Sistem kardiovaskuler Tidak terkaji Tidak terkaji Tidak terkaji Tidak terkaji
7 Sistem respirasi Baik/Normal Baik/Normal Baik/Normal Baik/Normal
8 Sistem Saluran pencernaan Baik/Normal Baik/Normal Baik/Normal Baik/Normal
9 Sistem persarafan Baik/Normal Baik/Normal Baik/Normal Baik/Normal
10 Sistem muskulus skeletal Baik/Normal Baik/Normal Baik/Normal Baik/Normal
11 Sistem genetalia Tidak terkaji Tidak terkaji Tidak terkaji Tidak terkaji
69

T. Tipelogi Masalah Kesehatan

No Daftar masalah Kesehatan


1 Ancaman

2 Kurang/tidak sehat

3 Defisit

U. Pengkajian Khusus Berdasarkan 5 Tugas Keluarga

No Kriteria Pengakajian
Keluarga tau bahwa Tn.S mempunyai
1 Mengenal masalah
Hipertensi
Keluarga membawa berobat Tn.S ke
2 Mengambil keputusan yang tepat
perawat terdekat
Merawat anggota keluarga yang Keluarga merawat anggota keluarga yang
3
sakit atau punya masalah sakit dengan telaten
Keluarga jarang memodifikasi lingkungan
4 Modifikasi lingkungan
Keluarga dapat memanfaatkan sarana
5 Memanfaatkan sarana kesehatan
kesehatan yang ada di dekat rumah
70

V. Analisa Data

No Data Problem Etiologi

DS : Manajemen kesehatan Riwayat hipertensi pada


- Tn.S mengatakan menderita tidak efektif Tn.R
Hipertensi semenjak 5 tahun yang
lalu
- Tn.S mengatakan jarang Tn.R jarang memeriksa
memeriksa tensi tensi
- Tn.S mengatakan tidak rutin
minum obat
- Tn.S mengatakan merasa pegal- Tn.R tidak memahami
pegal pada tangan, kaki, leher dan bahwa Hipertensi haurs
kepala merasa pusing minum obat secara teratur
- Tn.S mengatakan belum
menegtahui tentang pengobatan
non farmakologi seperti senam Kurang terpapar informasi
yoga

DO:
- K/U cukup
- Tn.R tidak menerapkan
perawatan/pengobatan dalam
kehidupan sehari-hari
N : 128 x/menit
T : 172/`101 mmHg
S : 36,1o x/menit
RR : 22 x/menit
-
71

W. Skoring

Kriteria Bobot Pembenaran


Sifat Masalah Kurangnya pengetahuan
1. Ancaman 2 2 membuat perilaku yang kurang
2. Kurang/tidak sehat x 1=
3 3 sehat dan jarang melakukan
3. Krisis olahraga atau senam yoga
Kemungkinan Masalah dapat
diubah 1 2 Pemberian penjelasan yang
1. Mudah x 2= tepat dapat meningkatkan
2 2
2. Sebagian pengetahuan yang kurang
3. Tidak dapat
Potensi Masalah dapat
dicegah 2 2 Penjelasan tentang
1. Tinggi x 1= pengetahuan dapat mengurangi
3 3
2. Cukup ketidaktahuan
3. Rendah
Menonjolnya maslah
1. Segera ditangani
2 2 Keluarga menyadari akan
2. Tak perlu segera x 1=
2 3 tetapi dilakukan bila sakit berat
ditangani
3. Tak dirasakan
Total :

2 2 2 2 4+6+ 4+ 6 20
+ + + = = =3,33
3 2 3 2 6 6
72

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

(Nursing Care Plan)

DIAGNOSA
NO TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
KEPERAWATAN

1 Manajemen Setelah dilakukan tindakan 1. Melakukan tindakan untuk 1. Idebtifikasi kesiapan dan
kesehatan tidak Keperawatan 2x kunjungan mengurangi resiko kemampuan menerima
efektif berhubungan 2. Menerapkan program penawarran
diharapkan Manajemen informasi
dengan Kurang 3. Aktivitas sehari hari memenuhi
terpapar informasi kesehatan meningkat tujuan kesehatan 2. indentifikasi factor-faktor yang
dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi perilaku
hidup bersih dan sehat
3. sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
4. berikan kesempatan untuk
bertanya
5. ajarkan jenis latihan yang sesuai
dengan kondisi kesehatan
(sanam yoga)
73

CATATAN PERKEMBANGAN

Diagnosis
Hari/Tgl Jam Implementasi
Keperawatan

08/07/2022 Manajemen kesehatan 15:00 1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
tidak efektif 2. Mengindentifikasi factor-faktor yang dapat meningkatkan dan
berhubungan dengan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
Kurang terpapar 3. Menyediakan materi dan media pendidikan kesehatan
informasi 4. Memberikan kesempatan untuk bertanya
5. Mengajarkan jenis latihan yang sesuai dengan kondisi kesehatan
(sanam yoga)

09/07/2022 19:10
Manajemen kesehatan
1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
tidak efektif
2. Mengindentifikasi factor-faktor yang dapat meningkatkan dan
berhubungan dengan
menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
Kurang terpapar
3. Menyediakan materi dan media pendidikan kesehatan
74

informasi 4. Memberikan kesempatan untuk bertanya


5. Mengajarkan jenis latihan yang sesuai dengan kondisi kesehatan
(sanam yoga)

Diagnosis TTD/
Hari/Tgl Evaluasi
Keperawatan Nama
75

11/07/2022 Manajemen S:
kesehatan tidak
- Keluarga mengatakan sudah memahami tentang cara merawat keluarga dengan
efektif berhubungan
hipertensi dengan memperhatikan diet, pola tidur dan kontrol secara teratur
dengan Kurang
terpapar informasi - Tn.S mengatakan merasa pegal-pegal pada tangan, kaki, leher sudah berkurang

- Tn.S mengatakan kini mengetahui cara dan gerakan-gerakan senam yoga

O : - Tekanan darah : 155/87

- Keluarga dapat mengatakan kembali cara merawat bahaya dengan hipertensi dengan

memperhatikan diet, pola hidup dan kontrol secara teratur

- Tn.S belum maksimal melakukan senam yoga masih sering lupa dengan gerakannya

A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi
4.3 Pembahasan

Pada pembahasan ini peneliti akan membahas kesinambungan teori

dengan hasil asuhan keperawatan keluarga klien 1 dan 2 dengan hipertensi

yang telah dilakukan sejak tanggal 1 juli 2022 sampai dengan 11 juli 2022.

Kegiatan yang di lakukan meliputi pengkajian keperawatan, merumuskan

diagnosa keperawatan, menyusun intervensi keperawatan, melakukan

implementasi keperawatan hingga proses evaluasi keperawatan.

4.3.1 Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 1 Juli 2022 di dusun

somangkaan. Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara langsung

dengan pasien dan keluarga, observasi dan langsung pemeriksaan fisik.

Pengkajian dilakukan dengan wawancara mendapatkan data-data

yang diperlukan seperti identitas klien, keluhan yang dirasakan klien,

keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu

dan riwayat kesehatan keluarga. Sedangkan pengkajian dengan

observasi dan pemeriksaan fisik guna mendapatkan data baik data

objektif ataupun data subjektif, respon klien dan keluarga terhadap

masalah yang sedang dihadapi, respon klien dan keluarga terhadap

tindakan asuhan keperawatan keluarga yang diberikan, serta respon

klien terhadap keadaan lingkunga

Pada hasil pengkajian biodata keluarga diketahui bahwa pada klien

1 yaitu Keluarga Tn,R merupakan keluarga yamg terdiri dari Tn.R (56

Tahun) sebagai kepala keluarga, Ny.U (52 Tahun) sebagai istri, An.M (24

Tahun) dan An.I (20 Tahun) Sebagai anak. Tipe Keluarga ini merupakan
77

tipe Nuclear family atau keluarga inti. Menurut (Bakri, 2017) tipe keluarga

nuclear family atau Keluarga inti adalah tipe keluarga keluarga kecil

dalam satu rumah. Dalam keseharian, anggota keluarga inti ini hidup

bersama serta saling melindungi. Mereka merupakan bapak, ibu, dan

kanak- kanak.

Sedangkan pada pasien 2 yaitu Keluarga Tn,S merupakan keluarga

yamg terdiri dari Tn.S (58 Tahun) sebagai kepala keluarga, Ny.I (56

Tahun) sebagai istri, An.R (21 Tahun) dan An.M (16 Tahun) Sebagai

anak. Tipe Keluarga ini merupakan tipe Nuclear family atau keluarga inti.

Menurut (Bakri, 2017:16) tipe keluarga nuclear family atau Keluarga inti

adalah tipe keluarga keluarga kecil dalam satu rumah. Dalam keseharian,

anggota keluarga inti ini hidup bersama serta saling melindungi. Mereka

merupakan bapak, ibu, dan kanak- kanak.

Tahap perkembangan klien 1 yaitu keluarga Tn.R saat ini

dalam tahap keluarga dengan anak dewasa, hal ini didukung dengan

data anak pertama Tn.R yaitu An.M (24 tahun), An.I (20 tahun),.

Tugas dan perkembangan Tn.R saat ini adalah Tn.R mempersiapkan

kedua anaknya untuk hidup mandiri, menciptakan lingkungan rumah

yang dapat menjadi contoh bagi anaknya dan selalu mempertahankan

keintiman yang ada di keluarganya. Menurut Duval Viadion & Betan,

dalam Bakri, (2017: 43). Pada perkembangan tahap remaja ini orangtua

perlu memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggungjawab. Hal

ini mengingat bahwa remaja adalah seorang yang dewasa muda dan mulai

memiliki otonomi. Ia ingin mengatur kehidupannya sendiri tetapi masih


78

membutuhkan bimbingan. Oleh sebab itu, komunikasi antar orangtua dan

anak harus terus dijaga. Selain itu, beberapa peraturan juga sudah mulai

diterapkan untuk memberikan batasan tertentu tetapi masih dalam batas

wajar. Misalnya dengan membatasi jam malam dan lain sebagainya.

Tahap perkembangan klien 2 yaitu keluarga Tn.S saat ini

dalam tahap keluarga dengan anak dewasa, hal ini didukung dengan

data anak pertama Tn.S yaitu An.R (24 tahun), An.M (16 tahun).

Tugas dan perkembangan Tn.S saat ini adalah Tn.S mempersiapkan

kedua anaknya untuk hidup mandiri, menciptakan lingkungan rumah

yang dapat menjadi contoh bagi anaknya dan selalu mempertahankan

keintiman yang ada di keluarganya. Menurut Duval Viadion & Betan,

dalam Bakri, (2017: 43) Pada perkembangan tahap remaja ini orangtua

perlu memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggungjawab. Hal

ini mengingat bahwa remaja adalah seorang yang dewasa muda dan mulai

memiliki otonomi. Ia ingin mengatur kehidupannya sendiri tetapi masih

membutuhkan bimbingan. Oleh sebab itu, komunikasi antar orangtua dan

anak harus terus dijaga. Selain itu, beberapa peraturan juga sudah mulai

diterapkan untuk memberikan batasan tertentu tetapi masih dalam batas

wajar. Misalnya dengan membatasi jam malam dan lain sebagainya.

Pada keluarga klien 1 dan 2, interaksi antar anggota keluarga

terjalin dengan baik. Keduanya menggunakan pola komunikasi terbuka

dimana semua permasalahan yang terjadi pada individu atau keluarga

diselesaikan dengan cara musyawarah dan menjadikan kepala keluarga

sebagai pengambil keputusan. Sesuai dengan pendapat Wahidin


79

(2011), bahwa komunikasi yang baik antar anggota keluarga dapat

menciptakan solusi terbaik atas permasalahan yang terjadi di dalam

keluarga tersebut.

Dalam pengkajian riwayat keluarga inti pada perkembangan

keluarga Tn.R dan Tn.S muncul masalah kesehatan yang hampir

sama, keluhan yang sering muncul pada Tn.R yaitu pegal-pegal

seperti pada kaki dan tangan serta kaku pada tengkuk leher

terkadang juga merasa pusing. Sedangkan keluhan yang muncul pada Tn.

S yaitu sering pusing berkelanjutan dan merasa pegal serta kaku pada

kaki, tangan juga tengkuk leher. Hal ini sesuai dengan teori

yang dikemukakan oleh Nurarif & Kusuma (2013) yaitu pusing dan

sakit pada bagian tengkuk merupakan salah satu dari beberapa gejala

yang muncul akibat hipertensi yaitu dalam pemeriksaan tekanan darah

pada kedua klien yaitu Tn.R dan Tn.S. Pada klien 1 yaitu Tn.

R menunjukan tekanan darah 178/103 mmHg, sedangkan klien 2

yaitu Ny. N menunjukkan tekanan darah 172/101 mmHg. Dengan

demikian kedua klien mengalami hipertensi tahap dua atau tahap

sedang.Hal ini sesuai dengan klasifikasi hipertensi dalam WHO, dimana

tekanan darah normal <120/<80mmHg, hipertensi tahap 1 140-

159/90-99 mmHg dan hipertensi tahap 2 160-179/100-109 mmHg,

tahap 3 180-209/100-119.

Pada pengkajian riwayat kesehatan didapatkan hasil keluarga

Tn.R mempunya riwayat penyakit hipertensi dan mempunyai riwayat

penyakit keturunan dari ayahnya. Tn.S menderita penyakit hipertensi dari


80

5 tahun yang lalu dan Tn.S tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan

seperti jantung, hipertensi, diabetes mellitus dan penyakit menular

seperti TBC. Hal ini sesuain dengan Padila (2013) yaitu, faktor

penyebab hipertensi bukan hanya dari faktor fisik (obesitas,

keturunan, jenis kelamin), tetapi dari faktor lingkungan (pola

konsumsi, gaya hidup yang kurang sehat dan stress)

Setelah itu dilakukan pengkajian lima tugas kesehatan keluarga

didapatkan data bahwa keluarga Tn.R dan Tn.S kurang memiliki

pengetahuan untuk mengenali dan merawat anggota yang sakit ditandai

dengan keluarga Tn.R dan Tn.S mengatakan sudah mengetahui penyakit

yang diderita oleh klien Tn.R dan Tn.S dan hanya mengobatinya dengan

obat yang dibeli di warung atau di apotek, namun tidak mengetahui

cara pengobatan lainnya seperti pengobatan non farmakologi mengenai

aktifitas fisik seperti senam yoga yang dapat menurunkan tekanan darah

serta untuk membantu agar tubuh tetap sehat, tidak kaku, dan

peredaran darah lancar.

Pada pengkajian kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas

kesehatan yang ada didapatkan data bahwa pada keluarga Ny. Y lebih

memilih merawat anggota keluarganya di rumah, keluarga akan

memeriksakan anggota keluarga yang sakit ke perawat terdekat jika

kondisi semakin parah dan tak kunjung sembuh.

4.3.2 Diagnosa Keperawatan

Dari hasil pengakajian dapat ditarik diagnose keperawatan dari

referensi (SDKI) (PPNI, 2017) Pada klien 1 dan klien 2 yaitu : (D : 0116)
81

Manajemen kesehatan tidak efektif berhubungan dengan Kurang terpapar

informasi. Manajemen kesehatan tidak efektif adalah pola pengetahuan

dan pengintegrasian penanganan masalah kesehatan ke dalam kebiasaan

hidup sehari-hari tidak memuaskan untuk mencapai status kesehatan yang

di harapkan.

4.3.3 Rencana Keperawatan

Dalam merumuskan intervensi keperawatan penulis berdiskusi

bersama keluarga mengenai pemilihan intervensi yang akan

dilaksanakan untuk mengatur jadwal sesuai ketersediaan keluarga yang

disepakati menjadi 3 pertemuan dan melakukan tindakan yang

berfokus pada keluarga seperti melakukan mengkaji pengetahuan

keluarga tentang hipertensi dan senam hipertensi dilanjutkan dengan

pemberian informasi kesehatan tentang pengertian, manfaat, cara, dan

tujuan dilakukannya senam hipertensi, kemudian mendemonstrasikan

cara senam yoga

Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan

oleh perawat didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk

mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. Sedangkan tindakan

keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh

perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan. Tindakan

pada intervensi keperawatan terdiri atas observasi, terapeutik, edukasi dan

kolaborasi (PPNI, 2018).

Penyusunan tindakan keperawatan tentunya disesuaikan

dengan tujuan yang telah ditetapkan pada keluarga Tn.R dan Tn.S
82

yaitu terjadi penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi

sedang. Tindakan yang diberikan ke pada keluarga Tn.R dan Tn.S

adalah aktifitas fisik dengan senam yoga, yang sesuai dengan teori

yang disampaikan Wahyuni (2015)

4.3.4 Penatalaksana

Tindakan keperawatan terkait penerapan senam hipertensi

untuk menurunkan tekanan darah tinggi pada Tn.R dan Ny.N

dilakukan pada tanggal 1 Juli 2022 pukul 09.00 WIB di rumah Ny.S dan

Ny.N, dengan mengkaji tanda-tanda vital Ny. S dan ny. N dengan tujuan

untuk menentukan jenis hipertensi. Dilanjutkan dengan mengkaji

pengetahuan keluarga tentang hipertensi, dimana menurut Notoatmodjo

(2010) pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).

Senam yoga adalah bagian dari usaha untuk mengurangi berat

badan dan mengelola stress yang merupakan dua faktor yang

mempertinggi hipertensi (Vitahealth, 2014).

Pertemuan pertama, klien 1 pada tanggal 06 juli 2022 pukul 18:45

WIB bertempat di rumah Tn.R. klien 2 pada tanggal 8 julli 2022 pukul

15:00 WIB bertempat di rumah Tn.S. pernulis memberikan informasi

tentang manfaat, cara dan tujuan dilakukannya senam yoga. Penulis

melakukan diskusi bersama mengenai jenis latihan yang sesuai dengan

kondisi kesehatan (senam yoga) tentang manfaat, tujuan dan langkah-

langkah senam yoga. Pemberian informasi mengenai hipertensi dilakukan

dengan tujuan agar keluarga Tn. R dan Tn.S dapat memperoleh


83

pengetahuan dengan melewati 6 tingkatan menurut Notoatmodjo

(2010), bahwa 6 tingkatan pengetahuan tersebut meliputi tahu (know),

memahami (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis),

sintesis (syntesis), dan evaluasi (evaluation). Setelah itu dilakukan

pemeriksaan tekanan darah sebelum senam dengan hasil tekanan darah

Tn.R yaitu 178/103 mmHg dan tekanan darah Tn.S yaitu 171/101

mmHg. Kemudian penulis melakukan demonstrasi tentang langkah-

langkah senam hipertensi. Dilanjutkan dengan

menginstruksikan/mengajarkan latihan senam hipertensi kepada klien dan

menganjurkan klien untuk latihan senam hipertensi secara rutin agar

tekanan darah turun serta agar tubuh tidak kaku dan pegal. Setelah

melakukan senam hipertensi dilakukan kembali pemeriksaan tekanan

darah pada klien dengan hasil tekanan darah Tn.R yaitu 160/100

mmHg dan tekanan darah Tn.S yaitu 163/91 mmHg

Kemudian klien 1 pada pertemuan kedua yang dilaksanakan pada

tanggal 07 juli 2022 pukul 19:00 WIB bertempat di rumah Tn.R. klien 2

pada tanggal 9 julli 2022 pukul 19:10 WIB bertempat di rumah Tn.S.

melakukan tindakan keperawatan kedua adalah menjelaskan kembali

informasi tentang manfaat dan tujuan dilakukannya senam yoga. Setelah

itu melakukan pemeriksaan tekanan darah pada klien dengan hasil tekanan

darah pada Tn.R yaitu 161/100 mmHg dan tekanan darah pada Tn.S yaitu

160/97 mmHg. Kemudian meminta klien mendemonstrasikan senam yoga

secara mandiri, dukungan keluarga sangat dibutuhkan untuk membantu

klien lebih optimal dalam melakukan tindakan. Dilanjutkan dengan


84

memeriksa kembali tekanan darah klien setelah melakukan senam

hipertensi dengan hasil tekanan darah pada Tn.R yaitu 151/83 mmHg dan

tekanan darah pada Tn.S yaitu 155/87 mmHg

4.3.5 Evaluasi

Evaluasi pada klien Tn.R dilakukan pada tanggal, 9 Juli

2022 dan pada klien Tn.S dilakukan pada tanggal, 11 Juli 2022.

hasil evaluasi dari tindakan pemberian informasi tentang manfaat dan

tujuan dilakukan senam yoga, klien Tn.R dan Tn.S mampu

menjelaskan kembali apa yang telah dijelaskan oleh penulis ditandai

dengan keluarga, Tn.R dan Tn.S mampu menjelaskan kembali

pengertian hipertensi, mampu menyebutkan komplikasi dari

hipertensi, menyebutkan manfaat dari senam yoga, keluarga dan klien mau

untuk menggunkan fasilitas kesehatan yang tersedia seperti puskesmas.

Dalam pelaksanaan senam yoga klien Tn.R mengalami penurunan

tekanan darah yang awalnya 178/103 mmHg menjadi 151/83 mmHg dan

klien Tn.S mengalami penurunan tekanan darah yang awalnya

172/101mmHg menjadi 151/83 mmHg. Hal ini sesuai dengan yang

disampaikan oleh (Nugraheni et al., 2019) bahwa dengan melakukan

gerakan senam yoga yang tepat dan rutin dapat menurunkan tekanan

darah.
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian Pengaruh Terapi Yoga Terhadap

Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Desa Karduluk

Dusun Somangkaan Kecamatan Praggaan Kabupaten Sumenep maka

dapat di simpulkan sebagai berikut :

5.1.1. Dari data yang dihasilkan dari pengkajia, menunjukkan Tn.R dan

Tn.S memiliki tekanan darah tinggi bisa dikategorikan sebagi

hipertensi sedang. Tekanan darah pada saat pengkajian Tn.R

menunjukkan 178/103 mmHg dan Tn.S 172/101 mmHg. Tn.R dan

Tn.S sering mengalami gejala yang sama yaitu pusing, pegal pegal

pada kaki dan tangan

5.1.2. Masalah yang muncul di keluarga di Tn.R dan keluarga Tn.S

adalah manajemen kesehatan tidak efektif berhubungan dengan

kurang terpapar informasi

5.1.3. Perencanaan yang dilakukan difokuskan pada penurunan darah

dengan melakukan senam yoga untuk penurunan darah tinggi.

Perencanaan tersebut dilakukan dengan memberiikan informasi

tentang manfaat dan tujuan dilakukannya senam hipertensi serta

mendemonstrsikan cara dan gerakan senam hipertensi

5.1.4. Pelaksanaannya dilakukan berdasarkan perencnaan yang disusun,

pelaksanaan tetap difokuskan pada penurunan darah tinggi dengan

penerapan senam yoga dan pemberian informasi tentang manfaat


86

dan tujuan dilakukannya senam hipertensi serta mendemonstrsikan

cara dan gerakan senam hipertensi

5.1.5. Pada hasil evaluasi menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan

pada keluarga Tn.R dan keluarga Tn.S mengalami peningkatan dan

keduanya dapat menerapkan pola hidup sehat sesuai aturan

bagi penderita Hipertensi dan melakukan senam yoga secara

mandiri dirumah dalam kehidupan sehari hari walaupun belum

sepenuhnya dilakukan.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Institusi Pendidikan

Bagi institusi pendidikan agar bisa menjadi sumber

pembelajaran bagi mahasiswa Hasil laporan pengaruh terapi

yoga terhadap penurnan tekanan darah penderita hipertensi ini dapat

dijadikan sebagai bahan bacaan dan referensi untuk

meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan mahasiswa.

5.2.2 Bagi Klien dan Keluarga

Setelah pengetahuan klien serta keluarga klien tentang

penerapan senam yoga untuk menurunkan tekanan darah tinggi

meningkat, maka diharapkan klien dan keluarga dapat

melakukan senam yoga secara mandiri melalui pengelolaan atau

manajemen kesehatan keluarga.

5.2.3 Bagi Calon Penulis Selanjutnya

Bagi calon penulis selanjutnya yang mungkin

tertarik untuk mengangkat kasus pengaruh terapi yoga terhadap


87

penurnan tekanan darah penderita hipertensi Selain itu penulis

harus memiliki kemampuan yang baik dalam melakukan pengkajian

dan menentukan masalah dengan tepat dapat tercapai sesuai

dengan masalah yang telah ditemukan.


88

DAFTAR PUSTAKA

Ansar J, Dwinata I, M. A. (2019). Determinan Kejadian Hipertensi Pada

Pengunjung Posbindu Di Wilayah Kerja Puskesmas Ballaparang Kota

Makassar. Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan, 1, 28–35.

Aspiani, R. Y. (2019). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan

Kardiovaskuler Aplikasi NIC & NOC.

Bachrudin, M., & Najib, M. (2016). Keperawatan Medikal Bedah I.

Bakri & Maria, H. (2017). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka

Mahardika

Berman, A. S. (2016). Kozier & Erb's Fundamental Of Nursing : Concepts,

Practice and Process.

Berman, A., Snyder, S.J., Frandsen, G. (2016). Kozier & Erb’s Fundamentals of

Nursing: Concepts, Process, and Practice (Tenth Edition). New York:

Pearson Education, Inc.

Community Od 90 Universitas Muhammadiyah Magelang Publishing in Nursing

(COPING), 5, 19–25.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. (2022). Profil Kesehatan Provinsi Jawa

Timur 2021

Dinata. (2015). Menurunkan tekanan darah pada lansia melalui senam yoga.

Jurnal olahraga prestasi, 11(2), 7.

Dwi Pramana, K. (2020). Penatalaksanaan Krisis Hipertensi. Jurnal

Kedokteran, 5(2), 91–96.


89

Dwi Sapta Aryantiningsih, & Silaen, J. B. (2018). Profil Kesehatan Kota

Pekanbaru Tahun 2015. Hipertensi Pada Masyarakat Di Wilayah Kerja

Puskesmas Harapan Raya Pekanbaru, 1, 14.

Jain, Ritu (2012). Pengobatan alternative untuk mengatasi tekanan darah. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Kayce Bell, P. D. C. 2015, June Twiggs, P. D. C. 2015, & Bernie R. Olin,

P. D. (2015). Hypertension : The Silent Killer : Updated JNC-8

Guideline. Albama Pharmacy Association, 1–8

Khalifah, Siti Nur dan Wahyo Widagdi. (2016). Praktikum Keperawatan

Keluarga, Komunitas (I). Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Kurnia, A. (2021). Self-Management Hipertensi (T. Lestari (ed.)). CV.

Jakad Publishing.

Kurniadi, H., & Nurrahmani, U. (2015b). Stop Gejala Penyakit Jantung Koroner,

Kolesterol Tinggi, Diabetes Melitus, Hipertensi. Yogyakarta: Istana

Media.

Manuntung, A. (2018). Terapi Perilaku Kognitif Pada Pasien Hipertensi.

Marhaendra, Y. A., Basyar, E., & Adrianto, A. (2016). Pengukuran Tekanan

Darah. Jurnal Kedokteran Diponedoro, 5(4), 1930–1936.

Nugraheni, A., Andarmoyo, S., & Nurhidayat, S. (2019). Pengaruh Senam

Hipertensi Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita

Hipertensi Di Kelompok Prolansia Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo.

162–168.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2013).Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan

diagnosa medis & NANDA NIC NOC Jilid 2.Jakarta: EGC.


90

Padila, (2013).Asuhan keperawatan keluarga. Yogyakarta :Nusa Media.

PERKI. (2015). Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit

Kardiovaskular (1st ed.)

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan

Indikator(III). DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan

Tindakan Keperawatan (1st ed.). DPP PPNI.

Rahima., & Kustiningsih, E. 2017. “Adaptasi Faal Tubuh Terhadap Latihan Hatha

Yoga Pada Lansia Penderita Hipertensi”. Jurnal Ilmiah Universitas

Batanghari Jambi. Vol. 17 (2): hal. 169-177.

Ratulangi, U. S. A. M., Danes, V. R., Skripsi, K., Fisika, B., Universitas, K., &

Ratulangi, S. (2015). Analisa Hasil Pengukuran Tekanan Darah Antara

Posisi Duduk Dan Posisi Berdiri Pada Mahasiswa Semester Vii (Tujuh)

Ta. 2014/2015 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi.

EBiomedik, 3(1), 125–129.

Sajidin, M., Merbawani, R., & Munfadlila, A. W. (2017). Effect Yoga Gymnastic

To Blood Pressure Fluaction In Hypertension Patients. International

Journal Of Nursing and Midwifery, 1(2).

Saputra, Wahidin dan Rulli Nasrullah. 2011. Teori dan Praktik Publik Relations.

Depok : Gramata Publishing

Sari, Kurniati Maya, dan Netty Herawati, N. (2017). "Pengaruh Senam Yoga

Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Di Kelurahan

Kampung Jawa Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok

Tahun 2017". XII(3), 72–79.


91

Sindhu, P.(2015). Panduan lengkap yoga: untuk hidup sehat dan seimbang. Mizan

Qanita.

Suri, Atika. (2017). Efektivitas Senam Tai Chi Terhadap Penurunan Tekanan

Darah Pada Lanjut Usia Dengan Riwayat Hipertensi Di Puskesmas

Junrejo Kota Batu. Naskah Publikasi.

Wiadnyana, M. . (2015). The Power Of Yoga For Middle Age. Grasindo.

https://doi.org/10.1016/j.ast.2015.12.010

Wahyuni, S.,(2015). Pengaruh Senam Hipertensi Terhadap Tekanan Darah

lansia di Posyandu Lansia Desa Krandegan Kabupaten Wonogiri,

Skripsi, Program Studi S-1 Keperawatan Stikes Kusuma Husada

Surakarta, Surakarta.

Williams B, Mancia G, Spiering W, Agabiti Rosei E, Azizi M, B. M. et al. (2018).

2018 ESC/ESH Guidelines for the management of arterial hypertension. In

European Heart Journal (Vol. 25, Issue 6).

Wiria, Windo. (2015). Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia Melalui Senam

Yoga Jurnal Olahraga Prestasi.

Yasa, I. D. G. D., Azis, A., & Widastra, I. M. (2017). Penerapan Hatha Yoga

Dapat Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai