Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN FIELD STUDY

APPROACHES TO GLOBALIZATION

“Pembinaan, Fungsi, dan Kedudukan Bahasa


Bengkulu dalam Era Globalisasi”

PROGRAM STUDI SASTRA INGGRIS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS DEHASEN
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
kesehatan dan kesempatan, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan field study
sebagai tugas dalam mata kuliah Approaches to Globalization dengan dosen pengampu
Merry Rullyanti, M.Pd.
Kami menyadari laporan field study ini masih terdapat kekurangan. Untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi menyempurnakan laporan
ini.

Bengkulu, November 2022

Dosen Pengampu

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................... 2
D. Batasan Masalah...........................................................................................2
E. Pelaksanaan Kegiatan...................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
A. Bahasa Daerah..............................................................................................6
B. Bahasa Bengkulu..........................................................................................6
C. Pembinaan, Fungsi, dan Kedudukan Bahasa Bengkulu dalam era globalisasi
9
BAB III PENUTUP....................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan


Field study atau kuliah lapangan adalah suatu kegiatan kunjungan ke objek
tertentu diluar lingkungan kampus yang bertujuan untuk mencapai tujuan
intruksional tertentu (Shakil et al., 2011). Mahasiswa diajak melihat langsung objek
yang akan dipelajari, mengembangkan pemikiran dan merangsang kreatifitas karena
mahasiswa menyaksikan dan membuktikan sendiri fenomena yang terjadi (Vassala,
2006; Deri et al., 2017). Melalui penggalian sumber belajar yang ada di lingkungan,
secara tidak langsung dosen telah mendekatkan mahasiswa dengan lingkungan.
Kegiatan pembelajaran seperti ini termasuk cara mencerdaskan, mendewasakan dan
membebaskan mahasiswa dalam mengembangkan pemikiran mahasiswa,
menambah pengalaman mengajar, menimbulkan rasa peduli dan rasa tanggung
jawab terhadap masyarakat sekitarnya (Ely, 2004; Kandamby, 2018).
Field Study adalah salah satu aktivitas belajar yang tercantum dalam mata
kuliah Approaches to Globalization. Adapun tujuan kunjungannya yaitu Kantor
Bahasa Bengkulu. Berkaitan dengan kegiatan field study, kami diberi tugas untuk
membuat sebuah laporan dalam bentuk karya ilmiah mengenai kedudukan bahasa
daerah dalam era globalisasi, beserta pembinaannya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam karya ilmiah
ini adalah:

1. Apa saja langkah yang diterapkan dalam pembinaan bahasa daerah (Bengkulu),
dalam era globalisasi ini?

2. Bagaimana fungsi dan kedudukan bahasa daerah (Bengkulu) dalam era


globalisasi ini?

1
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan field study ini adalah untuk:
1. Sebagai wawasan untuk menambah informasi serta ilmu pengetahuan.
2. Sebagai perbandingan antara teori yang ada diberikan di perkuliahan dengan
kenyataan yang ada di lapangan mengenai kajian lingkungan dan
pembangunan.

D. Batasan Masalah
Penulis membatasi masalah yang dibahas agar terarah dan tidak melenceng dari
pembahasan yang akan dibahas nantinya. Adapun masalah yang akan penulis bahas
yaitu seputar pembinaan, fungsi, dan kedudukan bahasa daerah (Bengkulu) dalam
era globalisasi.

E. Pelaksanaan Kegiatan
Hari, tanggal : Senin, 21 November 2022
Tempat : Kantor Bahasa Provinsi Bengkulu
Peserta : Mahasiswa Program Studi Sastra Inggris Semester IV
yang mengambil Mata kuliah Approaches to Globalization
(20 orang), beserta dosen pembina.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Bahasa Daerah
Salah satu kekayaan bangsa Indonesia yang jarang dimiliki oleh
bangsa-bangsa lain adalah terdapatnya aneka bahasa daerah yang hidup
berdampingan dengan bahasa Indonesia. Keanekaragaman bahasa daerah
yang ada di Indonesia dapat menjadi potensi yang positif dalam
mengembangkan dan mempermantap kedudukan bahasa nasional yakni
bahasa Indonesia. Oleh karena itu, menjadi tidak bijak jika bahasa daerah
dianggap sebagai bahasa ‘pengganggu’ bahasa Indonesia.
Bahasa daerah atau yang biasa juga disebut dengan bahasa etnis
atau bahasa ibu telah menjadi agenda tahunan UNESCO, seperti
menetapkan Hari Bahasa Ibu Internasional. Oentarto Sindung Mawardi
dalam makalahnya yang berjudul “Peran Bahasa dan Sastra Daerah dalam
Memperkukuh Ketahanan Budaya Bangsa” (2003:5) mengatakan bahwa
apa yang dilakukan oleh UNESCO di atas menunjukkan betapa
pentingnya upaya mempertahankan pemakaian serta pemberdayaan fungsi
bahasa daerah/etnis/bahasa ibu di tengah-tengah masyarakat
pendukungnya.

B. Bahasa Bengkulu
Bahasa Melayu Bengkulu  atau Baso Bengkulu adalah salah
satu bahasa atau isolek dalam Melayu Tengah yang dituturkan oleh
masyarakat di Provinsi Bengkulu khususnya masyarakat di Kota
Bengkulu. Bahasa ini juga merupakan salah satu dari sembilan bahasa
asli Provinsi Bengkulu bersama dengan
bahasa Mukomuko, Pekal, Serawai, Pasemah, Enggano, Lembak, Rej
ang, dan Kaur (Mulak). Pada tahun 2003, penutur bahasa ini lebih
kurang 45.000 penutur. Selain di Indonesia, penutur bahasa Bengkulu
juga ada di Malaysia, tepatnya di Sungai Choh, Selangor. Di sana
terdapat komunitas Bengkulu yang telah menetap hingga tiga
generasi dan masih menjaga bahasa Bengkulu. Secara khusus, bahasa
ini merupakan bahasa asli yang dituturkan oleh etnis Melayu
Bengkulu yang menghuni Kota Bengkulu. Namun bahasa ini telah
menjadi lingua franca atau bahasa pengantar di antara etnis yang
beragam di Provinsi Bengkulu, selain bahasa Indonesia, sehingga
bahasa ini telah menjadi identitas bagi Provinsi Bengkulu. Bahasa ini
mempunyai kemiripan dengan bahasa di sekitarnya, seperti
dengan Bahasa Melayu Palembang dan Bahasa Melayu Jambi karena
banyaknya kosakata yang diakhiri dengan huruf vokal "o".Hal ini
disebabkan karena adanya kontak budaya dan bahasa di antara
penutur bahasa-bahasa tersebut dengan masyarakat Bengkulu sejak
dahulunya. Penutur bahasa Bengkulu tidak merasa kesulitan ketika
berbicara dengan mereka berbicara walau dengan bahasanya masing-
masing. Bahasa ini juga mempunyai kemiripan dengan dialek Negeri
Sembilan di Malaysia, yang sama-sama mendapat pengaruh
dari Minangkabau.

Bahasa Bengkulu mempunyai 25 fonem, dengan 6 fonem


vokal dan 19 fonem konsonan. Bahasa ini juga memiliki 2 diftong.
Sedikit berbeda dengan bahasa Indonesia, pada bahasa ini
cenderung melesapkan atau menghilangkan bunyi /h/ pada akhir
kata ataupun awal kata seperti kata hujan menjadi ujan dalam
bahasa Bengkulu.

Contoh Kata[7]
Fonem
Bengkulu Indonesia

a [a~ɑ] ajo, ambo saja, saya


ai [aɪ] kudai Dulu

ai [aʊ] limau Jeruk

b [b] bale, baso balas, bahasa

c [tɕ] caluk, cak terasi, seperti

d [d] dapek Dapat

e [ɛ] elok Bagus

e [ə] cepek, dekek cepat, dengan

g [ɡ] guno Guna

i [i] iko, idup ini, hidup

j [dʑ] jalan, jugo jalan, juga

k [k] kato Kata

-k [ʔ] kuek Kuat

l [l] la Sudah

m [m] mato Mata

n [n] nangkok Menangkap


ng [ŋ] keringek Keringat

ny [ɲ] nyato Nyata

o [ɔ] oto Mobil

p [p] pai, pulo pergi, pula

r [ɾ] ruma, ruso rumah, rusa

s [s] sikek Sikat

si [ɕ] mesiang mesiang/rafiah

t [t] tobo, tuo mereka, tua

u [u] utan Hutan

w [w] duwo Dua

y [j] sayo Saya

B. Pembinaan , Fungsi, dan Kedudukan Bahasa Bengkulu dalam Era Globalisasi

Dalam rumusan seminar politik bahasa disebutkan bahwa salah


satu kedudukan bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa persatuan atau
bahasa nasional. Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional,
bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1) lambang kebanggaan nasional, (2)
lambang identitas nasional, (3) alat pemersatu berbagai etnik yang
berbeda latar belakang sosial budaya dan bahasanya, dan
(4) alat perhubungan antarbudaya serta antardaerah.
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dengan
berbagai fungsi seperti yang dikemukakan di atas dipermantap dengan
menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Kedudukan
bahasa Indonesia sebagai bahasa negara tercantum dalam UUD 1945, Bab
XV, Pasal 36 yang berbunyi Bahasa negara ialah bahasa Indonesia.
Ketentuan yang menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara
disertai pula dengan rumusan mengenai beberapa fungsi bahasa Indonesia
sebagai bahasa negara.
Bagaimana dengan bahasa Bengkulu? Apakah negara memberi
peluang kepada bahasa daerah untuk menjadi bahasa etnik dan memberi
sumbangsih bagi perkembangan bahasa Indonesia?

Saat ini, kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia, baik sebagai


bahasa nasional maupun sebagai bahasa negara telah terlaksana dengan
baik. Bahasa Indonesia telah memerankan fungsinya sebagai lambang
dan identitas nasional, alat pemersatu berbagai etnik, dan sebagai alat
perhubungan antarbudaya. Bahasa Indonesia juga telah berfungsi sebagai
bahasa resmi kenegaraan. Bagaimana dengan fungsi bahasa daerah?
Untuk mengetahui pelaksanaan fungsi bahasa daerah, sebaiknya
kita menengok sejenak butir (4) fungsi bahasa daerah yang disebutkan
bahwa bahasa daerah berfungsi sebagai sarana pendukung budaya daerah
dan bahasa Indonesia. Di dalam hubungannya dengan fungsi bahasa
Indonesia, pada butir (1) dinyatakan bahwa bahasa daerah berfungsi
sebagai pendukung bahasa Indonesia, dan dinyatakan bahwa bahasa
daerah berfungsi sebagai sumber kebahasaan untuk memperkaya bahasa
Indonesia.
Ketiga butir fungsi bahasa daerah di atas, secara tegas, memberi
peluang kepada bahasa daerah untuk lebih berkembang dan dapat
mendukung bahasa Indonesia. Bahasa daerah memiliki peluang
memainkan peran yang lebih besar dalam memperkaya kosakata bahasa
Indonesia. Namun, apakah fungsi bahasa daerah seperti yang
tercantum dalam tiga butir rumusan fungsi bahasa telah berjalan dengan
baik?
Nababan (1990) dalam makalahnya yang berjudul
“Kedwibahasaan dan Perkembangan Bahasa Indonesia dan Bahasa
Daerah” melaporkan bahwa pada tahun 1980, Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa (sekarang bernama Pusat Bahasa) merencanakan
penyelenggaraan suatu survei mengenai kedwibahasaan di Indonesia.
Salah satu hasil atau kesimpulan survei tersebut yakni perubahan ke arah
penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama kelihatan cukup
jelas.
Hasil field study ini mengisyaratkan pada kita bahwa di beberapa
daerah di Indonesia, mulai terjadi pergeseran pemakaian bahasa yang dari
pemakaian bahasa daerah menjadi pemakaian bahasa Indonesia.
Pergeseran pemakaian bahasa dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia
menimbulkan pertanyaan. Masihkah fungsi bahasa daerah sebagai alat
komunikasi etnik, sebagai pendukung bahasa Indonesia, dan sebagai
sumber kosakata bahasa Indonesia, akan dilaksanakan oleh masyarakat
Indonesia sebagaimana hasil rumusan seminar politik bahasa tahun 1999?
Pertanyaan ini hadir sebagai akibat semakin menyusutnya wilayah
pemakaian bahasa daerah, rusaknya tata bahasa daerah yang dipakai oleh
para penutur muda, minimnya kosakata bahasa daerah yang terserap ke
dalam kosakata baku bahasa Indonesia, dan acuh tak acuhnya pemerintah
daerah dalam hal pelestarian bahasa daerah di wilayahnya.
Peralihan pemakaian bahasa ibu dari bahasa daerah menjadi
bahasa Indonesia, kekacauan kosakata bahasa daerah (misalnya kosakata
indorah: Indonesia-Daerah), terbatasnya jumlah kosakata bahasa daerah
yang terserap ke dalam bahasa Indonesia, dan
kekurangpedulian pemerintah daerah terhadap pelestarian bahasa daerah menunjukkan
belum terlaksananya kedudukan dan fungsi bahasa daerah secara baik seperti yang
terumus dalam seminar politik bahasa tahun 1999. Jika hal ini berlangsung secara terus
menerus, maka tidak tertutup kemungkinan, rumusan kedudukan dan bahasa fungsi
bahasa daerah hanyalah sebuah slogan yang setengah hati untuk dilaksanakan.
Dengan melihat pentingnya bahasa daerah dalam mendukung kebudayaan
nasional, kantor bahasa Bengkulu menerapkan beberapa langkah dalam membina dan
mengembangkan bahasa daerah, yakni:
(1) pemantapan keberlangsungan penggunaan bahasa daerah sebagai sarana pendukung
budaya daerah dan budaya Indonesia;
(2) pemantapan kedudukan bahasa daerah sebagai sumber kebahasaan dalam
memperkaya bahasa Indonesia; dan
(3) peningkatan mutu bahasa daerah yang merupakan unsur utama kebudayaan daerah
yang pada gilirannya menunjang kebudayaan nasional.
Ketiga langkah di atas merupakan upaya membina dan mengembangkan bahasa
daerah karena bahasa daerah merupakan penyokong kebudayaan nasional (Indonesia).
Pemantapan keberlangsungan bahasa daerah bertujuan memelihara dan melindungi
bahasa daerah agar tetap lestari dalam masyarakat etnik di Indonesia. Perlindungan dan
pemeliharaan bahasa daerah tidak hanya penting bagi keberlangsungan bahasa daerah
tersebut, tetapi juga sangat berarti nilainya bagi keutuhan budaya nasional. Pemikiran
seperti ini perlu ditelaah dengan baik untuk menghindari munculnya sikap pesimis
masyarakat mengenai keseriusan pemerintah dalam melindungi kebudayaan daerah.
Langkah kedua yakni pemantapan kedudukan bahasa daerah sebagai sumber
kebahasaan dalam memperkaya bahasa Indonesia. Langkah ini dapat berupa pengutamaan
penyerapan bahasa daerah ke dalam bahasa baku bahasa Indonesia. Selama ini, ketika ada
istilah asing yang tidak memiliki padanan dalam bahasa Indonesia, maka kita sering
menyerap langsung atau dengan tata cara tertentu, istilah-istilah asing tersebut. Kita tidak
atau kurang berupaya menyerap kosakata bahasa daerah yang ada di Indonesia sebagai
padanan istilah asing tersebut. Beberapa ahli bahasa memberi alasan bahwa penyerapan
istilah asing diperlukan karena bahasa daerah tidak memiliki bentuk padanan atas kata
asing itu. Memang, jika kita mencari bentuk padanan yang sama persis, maka kita tidak
akan menemukannya. dalam bahasa daerah. Sebaiknya, kita dapat berbijak terhadap
bahasa daerah, maksudnya adalah walaupun makna kosakata bahasa daerah tidak persis
sama dengan istilah asing yang akan diserap, tetapi kita dapat menyepakati sebuah
kosakata bahasa daerah sebagai padanan istilah asing Bukankah salah satu ciri bahasa itu
adalah kesepakatan?
Langkah ketiga yakni peningkatan mutu bahasa daerah yang merupakan unsur
utama kebudayaan daerah yang pada gilirannya menunjang kebudayaan nasional. Dalam
langkah ini, bahasa daerah sebagai salah satu kebudayaan daerah yang mengisi
kebudayaan nasional sebaiknya tetap dijadikan sebagai bahasa ibu atau bahasa utama
dalam rumah tangga dan lingkungan pendidikan. Bahasa daerah sebaiknya tetap dipakai
dalam lingkungan pendidikan mendampingi bahasa Indonesia. Tujuannya agar bahasa
daerah kembali berprestise di mata masyarakat pendukungnya.
Terkait dengan pemakaian bahasa daerah di lingkungan pendidikan, kita dapat
menelaah kembali maksud Mahsun dalam makalahnya yang disampaikan dalam seminar
Politik Bahasa tahun 1999. Dalam makalahnya tersebut, Mahsun mempersoalkan butir
kedua putusan Seminar Politik Bahasa Nasional 1975 mengenai fungsi bahasa daerah
dalam hubungan bahasa tersebut dengan bahasa Indonesia. Ahli bahasa tersebut menilai
putusan yang menyatakan bahwa bahasa daerah berfungsi sebagai bahasa pengantar di
sekolah dasar di daerah tertentu pada tingkat permulaan untuk memperlancar pengajaran
bahasa Indonesia dan mata pelajaran lain, dianggap telah membentuk persepsi peserta
didik akan kurang pentingnya bahasa dan kultur yang mereka miliki yang terekam dalam
bahasa ibu mereka.
Untuk menghindari terjadinya tampang tindih wilayah pemakaian antara bahasa
Indonesia dan bahasa daerah, diperlukan suatu rumusan baru tentang fungsi dan
kedudukan bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Misalnya, jika dalam satu kelas semua
siswanya berasal dari etnik dan pemakai bahasa daerah yang sama, maka bahasa daerah
dapat dipakai sebagai bahasa pengantar untuk menyampaikan materi pelajaran. Dalam
kondisi ini, pemakaian bahasa daerah sebagai bahasa pengantar di lembaga pendidikan
tidak hanya terbatas pada kelas-kelas rendah saja, tetapi dapat dipakai di semua kelas
yang siswanya berasal dari etnik yang sama atau berpenutur bahasa daerah yang sama.
Dokumentasi Kunjungan ke Kantor Bahasa Bengkulu
BAB III

PENUTUP

Kegiatan field study yang diselenggarakan oleh Program Studi Sastra Inggris yang
dilaksanakan pada tanggal 10 November 2022 dengan mengunjungi Kantor Bahasa
Bengkulu bertujuan untuk study referensi dalam rangka komparasi kebaharuan (novelty).
Berdasarkan kunjungan ke tempat tersebut, kami memperoleh informasi, ilmu
pengetahuan dan aplikasi antara teori yang ada diberikan di perkuliahan dengan
kenyataan yang ada di lapangan mengenai pembinaan bahasa daerah dalam era
globalisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Deri, R. A., Janer, S. S., Marbella, F. D. 2017. Acceptability of Field Study Learning
Guides as Supplementary Resources for Teacher Education Students. Asia
Pacific Journal of Multidisciplinary Research, Vol. 5, No. 2: 67 – 75.

Ely, R. J. 2004. A Field Study of Group Diversity, Participation in Diversity Education


Programs, and Performance. Journal of Organizational Behavior, Vol. 25: 755
– 780.

Kandamby, G. W. T. C. 2018. Enhancement of Learning Through Field Study. Journal


of Technology and Science Education, Vol. 8, No. 4: 408 – 419.

Shakil, A. F., Faizi, W., Hfeez, S. 2011. The Need and Importance of Field Trips at
Higher Level in Karachi, Pakistan. International Journal of Academic Research
in Business and Social Sciences, Vol. 2, No. 1: 1 – 16.

Vassala, P. 2006. The Field Study as an Educational Technique in Open and Distance
Learning. Turkish Online Journal of Distance Education, Vol. 7, No. 4: 10 – 17.

Anda mungkin juga menyukai