A. Sejarah
Sebelum EYD, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan, (sekarang Pusat Bahasa), pada
tahun 1967 mengeluarkan Ejaan Baru (Ejaan LBK). Ejaan Baru pada dasarnya merupakan
lanjutan dari usaha yang telah dirintis oleh panitia Ejaan Malindo. Para pelaksananya pun di
samping terdiri dari panitia Ejaan LBK, juga dari panitia ejaan dari Malaysia. Panitia itu
berhasil merumuskan suatu konsep ejaan yang kemudian diberi nama Ejaan Baru. Panitia itu
bekerja atas dasar surat keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan no.062/67,
tanggal 19 September 1967.
B. Revisi 2009
Perubahan yang terdapat pada Ejaan Baru atau Ejaan LBK (1967), antara lain:
Huruf f, v, dan z yang merupakan unsur serapan dari bahasa asing diresmikan
pemakaiannya.
Huruf q dan x yang lazim digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan tetap digunakan,
misalnya pada kata furqan, dan xenon.
Awalan "di-" dan kata depan "udi" dibedakan penulisannya. Kata depan "di" pada contoh di
rumah, di sawah, penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara "di-"
pada dibeli atau dimakan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Kata ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-unsurnya. Angka dua tidak digunakan
sebagai penanda perulangan
Untuk penjelasan lanjutan tentang penulisan tanda baca, dapat dilihat pada Penulisan tanda
baca sesuai EYD.
Dalam penggunaannya, EYD memiliki tata atau aturan dalam penggunan dan jenis-
jenisnya. Diantaranya adalah :
A. Penulisan Huruf
Huruf kapital atau huruf besar
Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya:
1. Kami menggunakan barang produksi dalam negeri.
2. Siapa yang datang tadi malam?
3. Ayo, angkat tanganmu tinggi-tinggi!
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama ungkapan yang berhubungan dengan nama
Tuhan dan nama kitab suci, termasuk ganti untuk Tuhan. Misalnya:
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti nama orang. Misalnya:
1. Haji Agus Salim, Imam Syafii, Nabi Ibrahim, Raden Wijaya.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti
nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang, nama instansi, atau nama
tempat. Misalnya:
1. Presiden Yudhoyono, Mentri Pertanian, Gubernur Bali.
2. Profesor Supomo, Sekretaris Jendral Deplu.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti
nama orang, nama instansi, atau nama tempat. Misalnya:
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Misalnya:
1. Albar Maulana
2. Kemal Hayati
3. Muhammad Rahyan
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai
nama jenis atau satuan ukuran. Misalnya:
1. mesin diesel
2. 10 watt
3. 2 ampere
4. 5 volt
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa-bangsa dan bahasa.
Perlu diingat, posisi tengah kalimat, yang dituliskan dengan huruf kapital hanya huruf
pertama nama bangsa, nama suku, dan nama bahasa; sedangkan huruf pertama
kata bangsa, suku, dan bahasa ditulis dengan huruf kecil. Penulisan yang salah:
Huruf kapital tidak dipakai sebagi huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang
dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan. Misalnya:
1. keinggris-inggrisan
2. menjawakan bahasa Indonesia
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan
peristiwa sejarah. Misalnya:
1. tahun Saka
2. bulan November
3. hari Jumat
4. hari Natal
5. perang Dipenogoro
Huruf kapital tidak dipakai sebagi huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai
sebagai nama. Misalnya:
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas dalam geografi. Misalnya:
Salah Benar
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur
nama diri. Misalnya:
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai
nama jenis. Misalnya:
1. garam inggris
2. gula jawa
3. soto madura
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, nama resmi badan/
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi. Misalnya:
Huruf kapital dipakai sebagai huruf kapital setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama badan/ lembaga. Misalnya:
1. Perserikatan Bangsa-Bangsa.
2. Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang
sempurna) dalam penulisan nama buku, majalah, surat kabar, dan judul
karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, dalam, yang, untuk yang tidak terletak pada
posisi awal. Misalnya:
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan
seperti Bapak, Ibu, Saudara, Kakak, Adik, Paman, yang dipakai dalam penyapaan dan
pengacuan. Misalnya:
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan
sapaan. Misalnya:
1. Dr. : doktor
2. M.M. : magister manajemen
3. Jend. : jendral
4. Sdr. : saudara
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda Misalnya:
Huruf Miring
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar
yang dikutip dalam karangan. Misalnya:
1. majalah Prisma
2. tabloid Nova
3. Surat kabar Kompas
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian
kata, atau kelompok kata. Misalnya:
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata ilmiah atau ungkapan
asing, kecuali yang sudah disesuaikan ejaannya. Misalnya:
B. Penulisan Kata
Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Misalnya:
Gabungan kata
Partikel per yang berarti (demi), dan (tiap) ditulis terpisah dari bagian kalimat yang
mendahului atau mengikutinya. Misalnya:
Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Misalnya:
Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf pengkodean suatu judul bab dan subbab.
Misalnya:
Contoh pertama
1.3 Tujuan................................................................................................ 7
Catatan: Tanda titik tidak dipakai di belakang angka pada pengkodean sistem digit jika angka
itu merupakan yang terakhir dalam deret angka sebelum judul bab atau subbab.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka, jam, menit, dan detik yang menunjukan waktu
dan jangka waktu. Misalnya:
Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak
menunjukkan jumlah. Misalnya:
Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda
tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka. Misalnya:
Lawrence, Marry S, Writting as a Thingking Process. Ann Arbor: University of Michigan Press,
1974.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya. Misalnya:
Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul, misalnya judul buku, karangan lain, kepala
ilustrasi, atau tabel. Misalnya:
Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim atau tanggal surat atau (2) nama
dan alamat penerima surat. Misalnya:
Tanda koma dipaki di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:
Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan. Misalnya:
Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu
mendahului induk kalimatnya. Misalnya:
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak itu
mengiringi induk kalimatnya. Misalnya:
Induk Kalimat Anak Kalimat
Saya tidak akan pergi kalau hujan tidak
reda.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang
lain yang terdapat di dalam kalimat. Misalnya:
1. O, begitu?
2. Wah, bagus, ya?
3. Aduh, sakitnya bukan main.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Misalnya:
Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan
tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Misalnya:
Surat ini agar dikirim kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia,
Jalan Raya Salemba 6, Jakarta Pusat. Sdr. Zulkifli Amsyah, Jalan Cempaka Wangi VII/11,
Jakarta Utara 10640
Bangkok, Thailand
Tanda koma dipakai di antara orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. Misalnya:
Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Misalnya:
(Bandingkan dengan keterangan pembatas yang tidak diapit oleh tanda koma.)
Semua siswa yang berminat mengikuti lomba penulisan resensi segera mendaftarkan
namanya kepada panitia.
Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat
pada awal kalimat. Misalnya:
Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersunguh-
sungguh.
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang
mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau
tanda seru. Misalnya:
Tanda titik koma untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya:
Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat
yang setara di dalam kalimat majemuk. Misalnya:
Ayah mencuci mobil; ibu sibuk mengetik makalah; adik menghapal nama-nama menteri;
saya sendiri asyik menonton siaran langsung pertandingan sepak bola.
Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan unsur-unsur dalam kalimat kompleks yang tidak
cukup dipisahkan dengan tanda koma demi memperjelas arti kalimat secara keseluruhan.
Misalnya:
Masalah kenakalan remaja bukanlah semata-mata menjadi tanggung jawab para orang tua,
guru, polisi, atau pamong praja; sebab sebagian besar penduduk negeri ini terdiri atas anak-
anak, remaja, dan pemuda di bawah umur 21 tahun.
Daftar pustaka
https://endonesa.wordpress.com/bahasan-bahasa/eyd/
https://id.wikipedia.org/wiki/Ejaan_yang_Disempurnakan
https://id.wikibooks.org/wiki/Bahasa_Indonesia/EYD