uk
Jurnal Rekam, Vol. 11 No. 1 - April 2015
Provided by Institut Seni Indonesia Yogyakarta: Jurnal Online ISI Yogyakarta / Indonesia Institute of The Arts Yogyakarta
Abstrak
Penciptaan ini mengadaptasi novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer (Pram) menjadi
skenario. Kepiawaian Pram dalam menulis novel tidak diragukan lagi. Banyak karya Pram
yang menjadi best seller, dari tangannya lahir karya-karya yang hebat, berbagai penghargaan
pernah ia dapatkan, hingga nominasi nobel. Karya Pram sampai saat ini belum ada yang
berhasil difilmkan, mungkin masa lalu Pram yang dekat dengan Lekra yang membuat seperti
ini. Ide menjadi hal yang paling penting dalam sebuah skenario (film), Ide mengadaptasi
novel menjadi pilihan yang jitu. Mengingat banyak film yang memenangkan penghargaan
merupakan film adaptasi dari novel-novel best seler.
Abstract
Gadis Pantai Pramoedya Ananta Toer’s Novel as a Basic Scenario Creation. The creation
is adapting the novel Gadis Pantai by Pramoedya Ananta Toer into a scenario. There is no
doubt about Pram expertise in writing novels, many works of Pram considered as best seller,
many great works were born from his hands, he has received the various awards, moreover,
he was nominated as a nobel nominee. To this moment, there is no such works of Pram which
is successfully filmed,it is probably because in his past time, Pram has been considered as
a person who is “near” to LEKRA. An idea becomes the most important thing in making a
screenplay (movie), The idea of adapting
the novel becomes a workable option. As there have
been many films that are also adaptated from the best seller novels.
53
Philipus Nugroho Hari Wibowo, Novel Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer
penghargaan dan masuk dalam box office, tetapi Lebih lanjut Wibowo (2010:1) menjelaskan
tidak dapat dipungkiri juga bahwa film adaptasi skenario yang sempurna, visualisasi dari
juga banyak yang biasa-biasa saja, bahkan bisa gagasan sebuah film sudah tergambar dengan
dikatakan kurang berhasil, tetapi persentasenya jelas, baik itu dari dramaturgi, konsep visual,
menunjukkan kecenderungan banyak yang karakterisasi, pengadeganan, dialog, dan tata
berhasil. Fenomena film dari adapatasi novel suara. Menurut Kurosawa dalam Ajidarma
menjadi menarik, mengingat kemunculannya (2000:59), skenario yang baik adalah mutlak.
mendapatkan respons yang sangat baik, baik Dengan skenario yang bagus, sutradara yang
menjadi box office maupun mendapatkan baik akan melahirkan mahakarya. Dengan
penghargaan dalam berbagai festival film baik skenario yang bagus sutradara yang ‘nanggung’
di dalam maupun luar negeri. Novel, menurut bisa membuat film yang lumayan. Namun,
Wibowo (2010:3), menjadi pilihan utama dengan skenario yang buruk, bahkan seorang
setelah drama dan cerpen yang ceritanya jauh sutradara yang hebat tidak mungkin membuat
lebih singkat, minim tema, dialog, deskripsi, sebuah film yang bagus.
dan karakterisasinya. Sineas-sineas di Indonesia belum
Krevolin (2003:14) mengatakan banyak yang memilih adaptasi khususnya
adaptasi yang baik tidak pernah mencakup novel sebagai ide dalam pembuatan film.
semua unsur dari bahan sumber sehingga seni Kalaupun ada, sejauh ini belum ada yang
adaptasi menjadi seni menyuling dan hasilnya disertai suatu pertanggungjawaban (mungkin
haruslah bening dan segar. Adaptasi bukan beberapa) khususnya oleh pelakunya sendiri,
melulu soal pemotongan dan memindah tulisan misalnya mengenai konsep, proses, dan
novel menjadi sebuah skenario, melainkan kendala yang dihadapi. Akibatnya proses yang
penambahan, penggabungan dan penciptaan, dilakukan hanya menghasilkan bentuk akhir
ada pembacaan dan penafisiran penulis skenario sebuah karya, sedangkan konsepsi dan wacana
dalam membaca novel tesebut. terlupakan. Padahal proses, konsepsi, dan
Salah satu variabel terpenting dalam wacana tersebut dapat berguna sebagai bahan
kesuksesan sebuah film adalah skenario. studi, kajian perbandingan, atau apresiasi baik
Skenario merupakan bagian paling awal dan bagi akademikus, kreator lain, maupun publik
rancangan atau kerangka untuk membuat sebuah secara luas. Oleh karena itu, upaya adaptasi
film. Sering dijumpai film dikatakan gagal/tidak yang disertai pertanggungjawaban konsep,
berhasil. Hal tersebut bukan semata-mata karena proses, dan lain-lain perlu dilakukan supaya
sutradara tidak bisa mengeksekusi dengan baik, proses kreatif lebih bernilai dokumentatif,
tetapi dikarenakan skenario yang kurang baik. analitik, dan dapat menjadi bahan studi pada
Sebagai fungsi, skenario adalah rancangan kemudian hari. Sebagai bahan baku cerita
dalam membuat film sehingga bisa dikatakan novel best seller sudah tidak diragukan lagi
skenario merupakan diagram kerja tertulis kualitasnya, terutama dalam segi plot, karakter,
bagi sutradara. Skenario, menurut Wibowo dan terutama cerita.
(2006:46), adalah naskah cerita lengkap dengan Salah satu novelis yang legendaris dan
deskripsi dan dialog yang menjadi patokan/ terkemuka di Indonesia adalah Pramodeya
kerangka awal dalam pembuatan sebuah film. Ananta Toer. Lebih dari 50 karyanya tercipta dan
54
Jurnal Rekam, Vol. 11 No. 1 - April 2015
55
Philipus Nugroho Hari Wibowo, Novel Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer
56
Jurnal Rekam, Vol. 11 No. 1 - April 2015
Teks asli hanya untuk memulai dan memberi untuk menghasilkan skenario sebaik mungkin.
inspirasi. Hutcheon (2006:20) mengatakan Inti dari adaptasi adalah perubahan bentuk yang
ketidaksuksesan sebuah film adaptasi bukan tidak hanya terbatas pada setting, penokohan,
terletak pada ketidaksamaan dengan teks dan alur, tetapi bisa dalam bentuk apa pun
yang diadaptasi, tetapi lebih pada miskinnya termasuk gaya, media juga yang lainnya.
kreativitas dan keterampilan untuk menangkap Berkaitan dengan perubahan bentuk dari novel
keutuhan teks tersebut. Dalam melakukan ke film, Eneste (1989:60) memberikan istilah
adaptasi kita memiliki kebebasan dan memiliki ekranisasi. Ekranisasi adalah pelayarputihan
beban untuk membuat cerita menjadi lebih atau pemindahan/pengangkatan sebuah novel
menarik. Cerita yang ditulis harus lebih ke dalam film (ecran dalam bahasa Perancis
gamblang, mengalir dengan cepat, dan lebih berarti layar). Pemindahan novel ke layar putih
lucu daripada bahan sumber. Cerita harus mau tidak mau mengakibatkan timbulnya
lebih sarat adegan, lebih mendebarkan hati, dan berbagai perubahan sehingga dapat dikatakan
lebih seksi daripada cerita aslinya (Krevolin, ekranisasi adalah sebuah perubahan. Ekranisasi
2003:14). Transformasi bisa juga dikatakan dijadikan teori pembanding dalam melakukan
perubahan rupa, bentuk, atau sifat suatu karya/ adaptasi dari novel ke film (skenario).
benda. Istilah lain yang berdekatan dengan Menurut Bogs, ada empat faktor yang
transformasi adalah adaptasi dan saduran. Pada mesti dipertimbangkan dalam melakukan
hakikatnya transformasi lebih menekankan adaptasi dari novel ke film (khsususnya
pada proses atau metode dalam mengadaptasi/ skenario), yaitu perubahan media, pergantian
menyadur sebuah karya seni. Maka perubahan seniman kreatif, potensi sinematik karya asli,
bentuk, rupa, dan sifat suatu karya sangat dan masalah yang diciptakan oleh penonton.
ditentukan oleh metode transformasi yang Bogs (1992:219-224) mengatakan bahwa kita
diterapkan, termasuk transformasi nilai mesti menyadari perubahan-perubahan apa
sehingga perubahan maupun penyesuaian saja yang akan terjadi dan kita harus paham
tidak hanya sebatas fisik, tetapi menyangkut kekuatan dan kelemahan yang sudah menjadi
perubahan/penyesuaian nilai (spirit). Oleh bagian dari media tersebut.
karena itu, istilah transformasi lebih tepat
dipakai sebagai metode dalam mengadaptasi PERUBAHAN MEDIA
atau menyadur suatu karya. Setiap media pastinya memiliki
Berdasarkan pengertian tersebut, kelebihan dan keterbatasan. Dalam melakukan
adaptasi adalah suatu usaha untuk membuat adaptasi novel ke film sudah jelas akan ada
sebuah hasil karya baru dari sumber lain atau perubahan secara media, dari teks menjadi
dari satu media ke media yang lain dengan audiovisual, meskipun skenario secara bentuk
mempertahankan atau melakukan variasi juga merupakan teks, skenario merupakan
pada lakuan, tokoh serta gaya, dan nada panduan dalam membuat film. Dalam sebuah
aslinya. Tujuan adaptasi bukanlah untuk skenario biasanya sudah tergambar seperti
mempertahankan sebanyak mungkin kemiripan apa dan bagaimana filmnya nanti. Setiap
dengan cerita aslinya, melainkan untuk adaptasi dari sebuah media ke media lain harus
membuat pilihan terbaik dari materi yang ada memperhitungkan perihal perubahan media ini
57
Philipus Nugroho Hari Wibowo, Novel Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer
dan menyesuaikan subjek cerita pada kekuatan dilihat dan dibedakan novel yang sinematik
media baru ini. Jadi, jika ingin memberikan (filmis) dan novel mana yang tidak sinematik
penilaian yang adil terhadap sebuah film, kita (filmis). Karya novel yang sinematik (filmis)
harus mengakui bahwa sebuah film atau sebuah lebih mudah dan inspiratif untuk difilmkan.
novel mungkin mengungkapkan cerita yang
sama, namun setiap media tersebut adalah sebuah MASALAH YANG DICIPTAKAN OLEH
karya seni tersendiri yang menampilkan diri PENONTON
dalam media yang berbeda, dan media tersebut Jika menyaksikan sebuah film yang
masing-masing memiliki teknik, kebiasaan, merupakan adaptasi dari sebuah novel yang
kesadaran, dan sudut pandang sendiri-sendiri. disenangi, penonton akan menciptakan cukup
Kreator tidak boleh memaksakan bahwa hasil banyak masalah yang menghalangi untuk
film harus sama dengan novelnya. menikmati film itu sepenuhnya. Hal tersebut
adalah penghayatan tentang novel tersebut.
PERGANTIAN SENIMAN KREATIF Dalam ingatan telah tersimpan citra-citra
Hakikat setiap manusia adalah unik dan visual, bahkan potongan-potongan adegan dan
berbeda. Tidak ada dua seniman kreatif yang dialog yang mengesankan. Hal ini menjadi
sama. Jika sebuah teks diserahkan dari satu semacam standar untuk mengukur hasil film
tangan kreatif ke tangan kreatif lainnya, hasil yang telah dibuat. Secara subjektif penonton
terakhirnya akan berbeda pula. Dalam setiap akan menuntut untuk memunculkan hal-hal
adaptasi boleh dikatakan selalu mengalami yang menurut mereka penting dan mengesankan
pergantian tokoh kreatif. Bahkan biarpun dari novelnya. Padahal penonton sendiri tidak
pengarang novel yang mengadaptasi novelnya sadar akan tingkat kemampuan mereka dalam
menjadi cerita layar putih (film), perubahan, memilih. Oleh karena itu, dalam melakukan
bahkan perubahan besar akan terjadi. Sebagian adaptasi dengan memilih bagian-bagian yang
dari perubahan tersebut merupakan tuntutan pantas dan tidak pantas yang sesuai dengan
dari media baru yang dihasilkan. Oleh karena ukuran, akan berhadapan dengan penonton
itu, seorang penulis skenario harus bertindak yang akan merasa tidak puas ketika adegan
selektif dalam memilih apa yang akan ia yang ia senangi tiba-tiba dihilangkan. Belum
masukkan ke dalam filmnya dan apa yang lagi jika ada perbedaan (pergeseran) penafsiran
harus ditinggalkan. Sebuah novel tidak dapat mengenai alur, tokoh, setting, sudut pandang,
diterjemahkan secara lengkap ke dalam sebuah dan lain-lain. Akan tetapi, hal tersebut tidak
film. Biarpun si penulis skenario adalah penulis boleh membuat berhenti dan takut berkreasi.
novel tersebut.
STRUKTUR TIGA BABAK
POTENSI SINEMATIK KARYA ASLI Struktur tiga babak adalah cara
Potensi sinematik karya asli sudah menulis skenario yang mementingkan
sempat disinggung di bagian sebelumnya. Hal ketertarikan penonton pada jalannya cerita
tersebut berkaitan dengan filmis atau tidaknya tanpa membebaninya. Struktur tiga babak
karya asli (novel) yang dipilih untuk diadaptasi. menekankan pentingnya cara bertutur yang
Dari contoh karya James dan Hemingway bisa dramatik, demi keterkaitan penonton pada
58
Jurnal Rekam, Vol. 11 No. 1 - April 2015
jalannya cerita. Setiap perkembangan cerita Plot struktur tiga babak terdiri dari:
selalu dihubungkan dengan reaksi psikologi (1) Babak I (awal permulaan konflik dan
yang akan terjadi pada penonton (Ajidarma, pengenalan tokoh). Misbach (2006:124)
2000:21). Root dalam Ajidarma (2000:19-20) mementingkan adanya tiga poin penting pada
menggambarkan sebuah cerita identik seperti babak I, yaitu membuat penonton secepatnya
sungai yang mengalir, sungai digambarkan memfokuskan perhatian pada film, membuat
sebagai tempat protagonis mengarungi liku- penonton bersimpati kepada protagonis, dan
liku cerita. Lebih lanjut, Root menambahkan membuat penonton mengetahui problema utama
sebuah cerita yang baik ibarat sungai yang protagonis. Cerita berawal dengan pengenalan
menyeret perahu sang protagonis ke sebuah tokoh utama dan dunianya. Berbagai masalah
air terjun. William Miller dalam Ajidarma muncul sehubungan dengan usaha tokoh
(2000:21) menambahkan dalam sebuah utama dalam mencapai tujuan. Pada saat yang
pertunjukan penting adanya point of attack, bersamaan tokoh lain yang berhubungan dengan
yaitu penonton sudah harus mulai terseret oleh tokoh utama juga mempunyai konflik yang
cerita tanpa bisa melepaskan diri lagi. Titik ini tidak terpecahkan. Pada akhir babak pertama
harus ditembakkan secepat mungkin, sebelum tokoh utama telah memutuskan untuk mengejar
penonton keburu bosan. apa yang diinginkannya (Set, 2003:30); (2)
Struktur tiga babak, menurut Ajidarma Babak II (tengah komplikasi masalah, resolusi
(2000:22) mengandung enam faktor, yaitu sementara konflik utama, resolusi konflik
memperkenalkan tokoh dengan jelas, segera minor). Pada babak II ini berlangsung cerita
menghadirkan konflik, tokoh dilanda krisis, yang sesungguhnya. Pada babak inilah cerita
cerita mengalir dengan suspense, jenjang cerita betul-betul dimulai dan berjalan hingga akhir
menuju klimaks, dan diakhiri dengan tuntas. (Misbach, 2006:130). Poin penting yang
Pola struktur tiga babak dapat dilihat pada terdapat pada babak II adalah point off attack,
diagram dalam gambar 2. jalan cerita, protagonis terseok-seok, klimaks,
hidup atau mati. Pada babak ini konflik tokoh
Babak I Babak II Babak III utama menjadi lebih rumit karena benturan
(pembukaan) (tengah) (penutup)
dengan dunianya lebih keras daripada yang
1. Perkenalkan - Intensifkan - Pecahkan ia duga (point off attack). Masalah-masalah
karakter tokoh problem masalah yang ada lebih susah daripada yang ia kira. Ia
2. Hadapkan pada sang tokoh seperti
problem atau dengan dikehendaki memutuskan untuk meninggalkan dunianya
krisis sejumlah penonton, dan memasuki dunia yang lain. Keputusan
3. Perkenalkan komplikasi yakni selamat,
antagonisnya sukses, atau memberikan solusi sementara yang berakibat
4. Bangunlah sebaliknya dunia lamanya berantakan. Sementara itu,
alternatif yang berakhir
mengerikan tragis. konflik minor yang dihadapi tokoh pembantu
menemukan solusinya, meskipun mungkin
tidak sepenuhnya terselesaikan. Tokoh utama
Gambar 2. Diagram struktur tiga babak versi Seno
Gumiro (hal 20) mendapat dunia lamanya tidak menarik lagi,
tetapi ada konflik baru yang menghadangnya
sehingga ia berada di persimpangan jalan atau
59
Philipus Nugroho Hari Wibowo, Novel Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer
titik point of return dan ia harus memutuskan bisa dilihat dalam scene 121. Dalam scene
melalui deux et machine (kejutan atau tangan ini diperlihatkan begitu berkuasanya priyayi
Tuhan) atau solusi natural. Apakah ia akan (Bendoro) terhadap wong cilik (Gadis Pantai).
berusaha mendapatkan dunia barunya atau tetap Setelah bayi Gadis Pantai berumur tiga
di dunia lamanya (Set, 2003:32); dan (3) Babak bulan, Bendoro mengusir dan menceraikan Gadis
III (akhir resolusi masalah utama, resolusi Pantai tanpa diperbolehkan membawa bayinya.
masalah lainnya). Pada babak III ini cerita Gadis Pantai berusaha melawan dan menuntut
sudah ada kepastian berakhir sebagai happy haknya, tetapi apa daya, ia tidak mempunyai
end atau unhappy end, dan di sini penonton kuasa untuk melawan perintah Bendoro. Gadis
diberi kesempatan meresapi kegembiraan Pantai akhirnya harus menerima kembali takdir
yang ditimbulkan oleh happy end, atau rasa dirinya sebagai wong cilik yang harus kalah
sedih yang ditimbulkan oleh unhappy end, dengan kekuasaan (Bendoro). Ia mencoba
juga memantapkan kesimpulan mereka atas berontak, tetapi tetap tidak berdaya melawan
isi cerita (Misbach, 2006:139). Pada babak ini kekuasaan. Bagi Bendoro, Gadis Pantai sudah
tokoh utama menyadari untuk menyelesaikan tidak ada gunanya lagi, memberikan seorang
konflik, dunianya tidak akan bisa sama lagi. bayi sudah cukup baginya, ia tidak peduli dengan
Tokoh utama memasuki dunia baru baik itu perasaan Gadis Pantai. Apalah arti perasaan
berupa suatu keberhasilan maupun kegagalan wong cilik di mata Bendoro. Meskipun telah
(Set, 2003:33). beberapa kali menikah dan mempunyai anak
dengan perempuan-perempuan biasa (wong
HASIL DAN PEMBAHASAN cilik) Bendoro tetap dianggap perjaka, karena
Proses penciptaan skenario diawali baginya menikah yang sah adalah menikah
dengan menganalisis novel, kemudian dengan orang yang satu kelas/level dengannya,
melakukan proses adaptasi dan mengaplikasikan sama-sama priyayi, sederajat dengannya.
struktur tiga babak dalam pembabakan skenario.
121.EXT/INT. RUMAH BENDORO – SIANG
Setelah melalui tahap demi tahap proses Cast :Bendoro, Gadis Pantai,
Bayi, Bujang, figuran
penciptaan, maka didapatkan hasil penciptaan
berupa Skenario Final Draft GP sebanyak 164 Bendoro mengejar Gadis Pantai hingga ke
pintu, bujang-bujang nampak ketakutan
halaman dengan scene sejumlah 123.
BENDORO :
Proses Penciptaan Skenario Tahan dia.. (sambil mengayunkan
tongkatnya)
60
Jurnal Rekam, Vol. 11 No. 1 - April 2015
BENDORO :
Maling..!! Ayo lepaskan bayi Seorang bujang menolongnya berdiri.
itu dari gendonganmu, kau mau Gadis pantai tak melawan, ia sandarkan
kupanggil polisi, marsose? tubuhnya kepada orang-rorang yang
selama ini melayaninya, mereka
GADIS PANTAI : membimbing ke pelataran hingga ke depan
Aku cuma bawa bayiku sendiri, alun-alun. Bapak segera menghampiri,
dia anakku, bapaknya seorang kemudian memapahnya masuk ke dokar.
setan, iblis. Lepaskan..!! Dokar perlahan bergerak.
61
Philipus Nugroho Hari Wibowo, Novel Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer
batin Gadis Pantai mulai muncul, terutama Ajeng Kartini dilukiskan sebagai seorang
yang berkaitan dengan asal-usulnya. wanita golongan priyayi yang terpelajar,
Pada babak kedua dikisahkan Gadis berani menunjukkan sikap dan pendapatnya,
Pantai berkunjung ke kampung halamannya, ia tidak takut menghadapi Belanda. Semua
kampung nelayan. Dia melepaskan kerinduannya orang kagum kepadanya, sampai-sampai pada
pada kampung halamannya, juga merasakan acara pernikahannya semua ikut berbahagia
kembali kebebasan dirinya. Mardinah yang dan menghormatinya, tidak terkecuali warga
ditugasi untuk menemaninya justru berusaha kampung nelayan datang ke kota untuk sekadar
menyingkirkan dirinya. Pada bagian ini pikiran memberi dan menyampaikan hormat kepada
Gadis Pantai makin berkembang, ia tahu Kartini yang berasal dari Jepara. Ia berhasil
kehidupannya telah dirampas. Ia kemudian menunjukkan dirinya sebagai teladan bagi
mulai melakukan perlawanan. wanita-wanita yang sezaman dengannya agar
Babak ketiga merupakan tahun kedua berani berjuang bagi kemajuan mereka sebagai
kehidupan pernikahan Gadis Pantai. Ia wanita.
mengandung anak pertamanya. Akan tetapi,
33.MONTAGE
di luar dugaan, Bendoro justru semakin
sering menjauh dan tidak peduli. Gadis Pantai Scene ini merupakan rangkaian stok shot
yang menjelaskan aktivitas Bujang yang
melahirkan seorang bayi perempuan, Bendoro selalu membimbing Gadis Pantai.
tidak suka terhadap bayi perempuan, anak
Stok shot
perempuan dianggap tidak dapat meneruskan - Bujang mendongengi Gadis
kepemimpinan keluarga. Bendoro kemudian Pantai
- Bujang membimbing makan
menceraikan dan mengusir Gadis Pantai - Bujang membimbing memasak
- Bujang menemani mandi
tanpa diperbolehkan membawa serta sang - Bujang membantu berpakaian
bayi. Bahkan menengok pun tidak diizinkan. - Bujang membantu merias di
depan cermin
Bapaknya yang disuruh menjemputnya, - Bujang mendongengi Gadis
meskipun secara fisik penampilannya lebih Pantai tentang R.A. Kartini.
62
Jurnal Rekam, Vol. 11 No. 1 - April 2015
63
Philipus Nugroho Hari Wibowo, Novel Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer
64
Jurnal Rekam, Vol. 11 No. 1 - April 2015
EMAK : EMAK :
Biarkan dia pak, biarkan.. Segala sesuatu harus dipelajari
nak, lama kelamaan kau akan
Bapak menahan kesal, tangannya yang suka. Jangan anggap ini semua
mengepal, kemudian mengendur. Dengan mengekang dirimu.
perasaan menahan kesal ia kembali
berjalan menuju dokarnya. GADIS PANTAI :
Tak lama dokar kembali berjalan. Mak, bawa aku pulang.
Pandangan Gadis Pantai kosong, ia sadar Gadis Pantai ketakutan. Bujang segera
bahwa ia kehilangan seluruh hidupnya. memotong dan memperingatkan bapak.
Dissolve To
BUJANG :
Tak ada yang berani berlaku
Sikap bapak menjadi berubah drastis kasar terhadap wanita utama.
ketika tahu bahwa status dirinya dan anaknya
Bapak kaget dan tersadar. Ia duduk
kini sudah berbeda. Status ini yang kemudian terkulai di atas kursi, wajahnya yang
membuat bapak begitu takut dengan Gadis garang kini terlihat kecut. Tak ada
lagi kegagahan dan keperkasaan bapak.
Pantai. Hal ini bisa dilihat pada scene 27.
BUJANG
27.INT. KAMAR GADIS PANTAI – PAGI Kalau wanita utama suka, Mas
Cast : Gadis Pantai, Emak, Bapak, Nganten bisa usir bapak dari
Bujang kamar.
65
Philipus Nugroho Hari Wibowo, Novel Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer
66
Jurnal Rekam, Vol. 11 No. 1 - April 2015
67
Philipus Nugroho Hari Wibowo, Novel Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer
dengan pemahaman bahwa pengarang sudah Jabrohim, Chairul Anwar, Suminto A. Sayuti.
mati; dan (3) Campuran (mix). Proses adaptasi 2001. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
campuran (mix), yaitu proses adaptasi dengan
Krevolin, Richars. 2003. Rahasia Sukses
tetap mempertahankan beberapa unsur cerita Skenario Film-Film Box Offiice, 5
(setting, tokoh, plot) dan mengkombinasikan Langkah Jitu Mengadaptasi Apa pun
dengan imajinasi penulis sendiri. Menjadi Skenario Jempolan. Bandung:
Mizan Media Utama.
Proses adaptasi yang dilakukan oleh
Kurniawan, Eka. 1999. Pramoedya Ananta
penulis merupakan proses adaptasi secara Toer dan Sastra Realisme Sosialis.
tekstual. Perlu kejelian seorang adaptor Yogyakarta: Yayasan Aksara Indonesia.
untuk memilah-milah bagian mana saja yang Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian
Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
sekiranya harus tetap dihadirkan ataupun
University Press.
dihilangkan dalam melakukan proses adaptasi Rozak, Abdul, Anita K, Rustapa, dan Hani’ah.
novel menjadi sebuah skenario, mengingat 1996. Kamus Istilah Sastra. Jakarta:
halaman novel yang begitu tebal, harus Balai Pustaka.
Set, Sony dan Sita Sidartha. 2003. Menjadi
diringkas menjadi film yang hanya berdurasi
Penulis Skenario yang Profesional.
dua jam. Faktor durasi novel yang panjang Jakarta: Grasindo.
membuat seorang pencipta membutuhkan Toer, Pramoedya Ananta. 2003. Gadis Pantai.
kejelian dan waktu yang lebih panjang dalam Jakarta: Lentera Dipantara.
Wibowo, Philipus Nugroho Hari. 2006.
memahami dan melakukan penafsiran terhadap
“Penciptaan Skenario “Sekar” yang
novel. Seiring berkembangnya zaman, ternyata Diambil dari Kisah-Kisah Penderita
perkembangan kampung nelayan Jepara HIV/AIDS”. Skripsi.Yogyakarta:
Rembang begitu signifikan, tidak dapat lagi Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
______. 2010. Adaptasi Cerita Pendek “Mata
ditemui gambar-gambar khas yang tertuang
yang Enak Dipandang” Menjadi
dalam novel, mengingat perkampungan nelayan Skenario Film “Mata yang Enak
kini menjadi perkampungan yang modern Dipandang”. Laporan Penelitian.
dengan rumah yang sebagian terbuat dari bata. Yogyakarta: Lembaga Penelitian Institut
Seni Indonesia Yogyakarta.
______. 2012. “Ande-Ande Lumut Adaptasi
Folklore ke Pertunjukan Teater Epik”.
KEPUSTAKAAN Tesis. Yogyakarta: Institut Seni
Ajidarma, Seno Gumiro. 2000. Layar Kata: Indonesia Yogyakarta.
Menengok 20 Skenario Indonesia
Pemenang Citra Festival Film
Indonesia 1973- 1992. Yogyakarta:
Yayasan Bentang Budaya.
Badan Pengembangan SDM Citra. 2005. Kamus
Kecil Istilah Film. Jakarta: Yayasan
Pusat Perfilman Usmar Ismail.
Boggs, Joseph M. 1992. Cara Menilai Sebuah
Film. Terjemahan Asrul Sani. Jakarta:
Yayasan Citra.
Hutcheon, Linda. 2006. Theory of Adaptation.
New York: Routledge.
68