Anda di halaman 1dari 14

METODE NUMERIK

Dosen Pengampu : Agyanata Tua Munthe, ST., MT

REVIEW MODUL 7
SISTEM PERSAMAAN LINEAR

Disusun oleh:
1. Achmad Oktobrianto (41121120113)
2. Andri Kurnia (41118310020)
3. Dimas Sukma A (41122110054)
4. Khairunnisa Pertiwi R (41119120008)
5. Mohammad Fajri Assalam (41121120114)

METODE NUMERIK
SEMESTER PENDEK
2

REVIEW MODUL 7
SISTEM PERSAMAAN LINEAR

A. METODE ITERASI GAUSS SEIDEL


1. Definisi dan Pengenalan
Iterasi Gauss-Seidel adalah metode penyelesaian persamaan serentak melalui
proses iterasi. Metode iterasi Gauss-Seidel merupakan proses rekursi berulang
untuk mendekati bilangan yang tidak diketahui (x) (Munif dkk, 1995).
Metode Gauss-Seidel digunakan untuk menyelesaikan sistem persamaan linear
(SPL) berukuran besar dan proporsi koefisien nolnya besar, seperti sistem-sistem
yang banyak ditemukan dalam sistem persamaan diferensial.Metode iterasi
Gauss-Seidel dikembangkan dari gagasan metode iterasi pada solusi persamaan
tak linier.
Sebagai titik awal pada proses rekursi/iterasi tersebut diperlukan nilai awal dan
biasanya adalah x = 0. Pada proses selanjutnya nilai yang sudah diketahui tahap
sebelumnya x1 dipergunakan untuk mencari nilai pada tahap berikutnya x2. Proses
tersebut terus berulang hingga diperoleh nilai x yang sesungguhnya atau berhenti
jika toleransi kesalahan tertentu telah dicapai.

2. Rumus Umum
Sekumpulan persamaan linier berikut:

Persamaan ke-i dari persamaan di atas adalah


, dengan i = 1, 2, 3, …, k.
Karena itu, rumus untuk hampiran ke-i pada metode iterasi Gauss-Seidel adalah
sebagai berikut:
3

atau dengan notasi k dengan

rumus ,
dengan syarat aii ≠ 0 dan n atau k = 1, 2, 3, …, k.
Metode iterasi Gauss-Seidel dapat dinyatakan dalam bentuk matriks. Nyatakan
matriks koefisien A sebagai:
A = D + (L + U)
Dengan L dan U berturut-turut adalah matriks segitiga bawah dan atas dengan
diagonal nol dan D matriks diagonal. Rumus iterasi Gauss-Seidel dapat ditulis
dalam bentuk:

Untuk menyelesaikan sistem persamaan dengan metode Gauss-Seidel diperlukan


suatu nilai pendekatan awal yaitu x 0, biasanya tidak diketahui dan kita pilih x 0 = 0.
Oleh karena itu, syarat cukup agar metode Gauss-Seidel konvergen adalah:

Dengan kata lain metode Gauss-Seidel akan konvergen jika koefisien matriks
dominan secara diagonal.
Iterasi hitungan berakhir setelah :
n−1 n n−1 n n−1 n
x 1 ≈ x 1 , x 2 ≈ x 2 , dan x 3 ≈ x 3
atau telah dipenuhi kriteria berikut :

| |
n n−1
x i −x i
ε a= n
100 %< ε s
xi

dengan ε s adalah batasan ketelitian yang dikehendaki.


4

3. Perbedaan Metode Iterasi Jacob dan Iterasi Gauss-Seidel


Metode iterasi Gauss-Seidel hampir sama dengan metode iterasi Jacobi.
Perbedaan terletak pada penggunaan nilai elemen vektor x baru yang langsung
digunakan pada persamaan di Iterasi selanjutnya. Selain itu, perbedaan lainnya
adalah sebagai berikut:
Metode Iterasi Jacobi:
 Pada metode iterasi Jacobi, semua variabel pada setiap iterasi dihitung
berdasarkan nilai-nilai variabel pada iterasi sebelumnya.
 Iterasi Jacobi membutuhkan lebih banyak iterasi untuk mencapai
konvergensi dibandingkan metode Gauss-Seidel.
 Metode ini membutuhkan lebih banyak ruang penyimpanan karena
memerlukan penyimpanan nilai variabel pada setiap iterasi.
Metode Iterasi Gauss-Seidel:
 Pada metode iterasi Gauss-Seidel, variabel dihitung dan diperbarui secara
sekuensial saat iterasi berlangsung.
 Metode ini cenderung lebih cepat konvergen dibandingkan metode Jacobi
karena memanfaatkan nilai yang sudah diperbarui.
 Metode Gauss-Seidel membutuhkan sedikit ruang penyimpanan karena
hanya memerlukan penyimpanan nilai variabel pada satu iterasi terakhir.
Dalam hal kecepatan konvergensi, metode Gauss-Seidel cenderung lebih unggul
dibandingkan metode Jacobi. Namun, keefektifan metode iterasi ini dapat
bervariasi tergantung pada sifat sistem persamaan linear yang diselesaikan.

4. Contoh Dalam Permasalahan SPL


Selesaikan system persamaan berikut dengan metoda Gauss-Seidel:
10x – 5y – 2z = 3
4x – 10y + 3z = -3
x + 6y + 10z = 3

Penyelesaian:
Untuk menerapkan metoda ini, pertama harus dicek bahwa elemen diagonal
melebihi nilai elemen lainnya.
5

 10 > 5 + 2 ; 10 > 4 + 3 ; 10 > 1 + 6 , Sehingga metoda iterasi dapat diterapkan

Iterasi pertama dimulai dengan x = y = z = 0

*Untuk metode Jacobi x yang digunakan tetap per Iterasi. Hasil x, y, dan z pada
iterasi pertama, digunakan pada iterasi kedua dan seterusnya. Sedangkan Gauss-
Seidel nilai variabel x, y, z yang digunakan selalu diperbarui. Hasil dari persamaan
x(1) digunakan untuk mencari nilai y(1), begitupula pada persamaan z (1). Pada iterasi
keduapun, nilai persamaan x(2) menggunakan hasil y(1) dan z(1).
Gunakan nilai baru x untuk perhitungan selanjutnya, yaitu:

Gunakan nilai x = 0.3 dan y = 0.42 untuk mencari z:

Iterasi kedua gunakan y(1) = 0.42 dan z(1) = −0.582 di persamaan pertama.

Iterasi ketiga masukkan nilai y(2) = 0.28284 dan z(2) = −0.509064

Hasil dari iterasi berikutnya ditampilkan pada table berikut


6

Sehingga, solusinya adalah x = 0.341, y = 0.285, z = -0.505


B. APLIKASI SPL DALAM BIDANG TEKNIK SIPIL
Sistem persamaan linier memiliki aplikasi yang luas dalam berbagai bidang,
menawarkan solusi numerik yang penting untuk berbagai tantangan teknis dan
ilmiah. Dalam konteks konstruksi dan teknik sipil, SPL digunakan untuk beberapa
hal sebagai berikut:
a. Bidang Struktur: Sistem persamaan linier digunakan untuk menganalisis
dan merancang berbagai jenis struktur seperti bangunan, jembatan,
menara, terowongan, dan konstruksi lainnya. Ini melibatkan pemodelan
gaya-gaya eksternal dan internal pada elemen struktural untuk
memastikan kekuatan, stabilitas, dan keselamatan struktur.
b. Bidang Manajemen Konstruksi: SPL dapat digunakan untuk perencanaan
sumber daya, alokasi anggaran, dan manajemen jadwal.
c. Bidang Hidrolika dan Hidrologi: Sistem persamaan linier digunakan dalam
analisis aliran air dan distribusi hidrolik.
d. Bidang Geoteknik: Dalam geoteknik, persamaan linier digunakan untuk
analisis tanah dan pondasi. Terutama dalam memahami karakteristik
tanah.
Penggunaan sistem persamaan linier dalam berbagai bidang ini membantu
meningkatkan efisiensi, keamanan, dan keandalan dalam perancangan, analisis,
dan manajemen proyek konstruksi.
Berikut ini contoh sederhana dari penggunaan SPL dalam permasalahan struktur:
7

a) Rangka batang yang akan dianalisa (dengan luas penampang batang dalam
cm2).

b) Struktur dasar yang dikekang.

c) Derajat ketidaktentuan kinematis = 5


8

d) Diberikan D1 = 1 satuan.

e) Diberikan D2 = 1 satuan.

f) Diberikan D3 = 1 satuan.

g) Diberikan D4 = 1 satuan.
9

h) Diberikan D5 = 1 satuan.

i) Diagram hubungan H-d


Merupakan konstruksi rangka batang statis tertentu. Dari penampahan nilai D 1
= D2 = D3 = D4 = D5 = 1 satuan, akan didapat matrix deformasi [A]. Perlu
diperhatikan diatas, karena perletakan sebelah kanan adalah perletakan geser,
maka perlu diletakan satu vektor lendutan D = 1 sehingga derjat ketidak
tentuan kinematisnya menjadi 5 (lima).
Dari gambar d untuk D1 = 1, maka deformasi yang terbentuk:
d1 = 0,8
d2 = 0
d3 = 0
d4 = 0,8
d5 = 1
Dari gambar e untuk D2 = 1, maka deformasi yang terbentuk:
d1 = 0,6
d2 = 0
d3 = 0
10

d4 = 0,6
d5 = 1
Dari gambar f untuk D3 = 1, maka deformasi yang terbentuk:
d1 = 0
d2 = 0,385
d3 = 0,385
d4 = 0
d5 = -1
Dari gambar g untuk D4 = 1, maka deformasi yang terbentuk:
d1 = 0
d2 = 0,923
d3 = -0,923
d4 = 0
d5 = 0
Dari gambar h untuk D5 = 1, maka deformasi yang terbentuk:
d1 = 0
d2 = 0
d3 = 0,923
d4 = 0,6
d5 = 1
Jadi [A] adalah:

Matriks [S] terdiri dari kekakuan axial elemen-elemen, yaitu:


11
12
13
14

Anda mungkin juga menyukai