Middle Range Theory: Chronic Sorrow
Middle Range Theory: Chronic Sorrow
MIDDLE RANGE
THEORY: CHRONIC
SORROW
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan teori dari model Middle
Range Theory : Chronic Sorrow Georgene Gaskill Eakes di aplikasikan
dengan pengembangan intervensi keperawatan pada area Supportive
Therapy di Practise Theory.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2 Book Review : The loss and Intelligent and teknik intervensi khusus
grief humane untuk identifikasi dan
CHRONIC SORROW: A LIVING observations resolusi trauma, sistem
LOSS. and kepercayaan klien yang
Roos, S. New York: Brunner- considerations up-dating, mengatasi
Routledge, 2002, 269 pp. useful both for frustrasi hidup sehari-
mental health hari, serta perangkap
clinicians profesional dan
kelalaian. Roos juga
menyusun sebuah alat
penilaian dan intervensi
menyeluruh yang
komprehensif bagi para
dokter untuk digunakan
sebagai panduan saat
bekerja dengan individu
yang berurusan dengan
dukacita kronis. Model
yang diajukannya sangat
mencolok karena bukan
hanya deskriptif daftar
gejala; melainkan
melihat dimensi atau
gradasi kesedihan kronis.
Model ini menawarkan
kepada para klinisi
kerangka yang bagus
untuk menilai kesusahan
yang dialami orang-
orang yang mengalami
kesengsaraan kronis,
sambil mengidentifikasi
faktor-faktor pribadi dan
lingkungan yang unik
yang dapat
mempengaruhi fungsi
individu. Alat yang
sangat membantu ini
dapat memfasilitasi
penilaian klinis dan
merupakan batu loncatan
untuk mendorong
penelitian tentang
masalah kesedihan
kronis.
https://search.proquest.com/docview/227772390/abstract/497837F110014D1APQ/1?accountid=170128
3.4.2 Manusia
Memiliki persepsi ideal mengenai proses kehidupan dan kesehatan.
Manusia akan membandingkan pengalamannya dengan
idealismenya pribadi dan dengan orang-orang disekitarnya.
Meskipun pengalaman individu terhadap kehilangan bersifat unik,
namun terdapat komponen-komponen yang umumnya dapat
diprediksi ada terikat pengalaman kehilangan.
3.4.3 Kesehatan
Kesehatan seseorang tergantung adaptasi terhadap kesenjangan
yang tercipta setelah kehilangan. Koping yang efektif
menghasilkan respon normal terhadap kehilangan.
3.4.4 Lingkungan
Lingkungan pelayanan kesehatan merupakan tempat terjadinya
interaksi individu dalam konteks social, dengan keluarga, social
dan pekerjaan.
4.1 KASUS
Annie adalah anak pertama Amanda dan Alan yang sudah lama
dirindukan kehadirannya didunia ini. Ketika dia dilahirkan dia tidak
responsif, terkulai dan tidak mampu untuk saat diberi makan. Prognosisnya
buruk dan dia diprediksikan tidak akan bertahan hidup. Ketika dia berumur
beberapa minggu, orang tua nya membawanya pulang ke rumah dan mereka
doberitahu untuk memberinya kecintaan, karena dia akan berumur pendek.
Faktanya, perawat klinik mengatakan kepada Amanda bahwa itu akan lebih
baik jika Annie menghilang saja. Karena ternyata Amanda mempunyai
radang selaput otak (viral meningitis) selama trimester pertama
kehamilannya.
4.1.1 Tinjauan teori:
Orang tua dengan anak yang didiagnosa dengan
ketidakmampuan/ disability saat lahir atau dalam awal hidupnya,
mulai belajar proses yang disebut dengan kehilangan “loss” anak yang
normal dan peran orangtua yang normal yang mereka harapkan.
Profesional perawatan kesehatan primer membutuhkan
pemahaman terhadap kehilangan alamiah ini dan dampaknya terhadap
kehidupan keluarga dan masa depan orangtua. Saat didiagnosa adalah
merupakan waktu penuh emosional dan kebingungan yang sering juga
adalah kecemasan yang tinggi. Orangtua tidak akan pernah siap untuk
mendengar berita yang traumatik tentang anak mereka dan pendapat
anggota keluarga, teman, para kenalan dan laporan media yang
menambah kebingungan mereka. Informasi akurat dan komprehensif
tentang disability dibuat secepat mungkin meliputi hasil positif dan
negatif terhadap kerusakan dan disablity. Sebaiknya orangtua
dipersiapkan dulu bahwa mereka akan mendengar berita buruk.
5) Hope instillation
a) bantu pasien/ keluarga untuk mengidentifikasi harapan
dalam hidup
b) informasikan pasien tentang situasi saat ini adalah bagian
yang temporer
c) demonstrasikan harapan dengan mengenali nilai intrinsik
pasien dan pandangan penyakit dari segi individu
d) kembangkan mekanisme koping individu
e) ajarkan mengenali realita dengan mengamati situasi dan
membuat perencanaan darurat
f) bantu pasien menemukan dan meninjau ulang tujuan
berhubungan dengan harapan
g) bantu pasien kembangkan spiritual diri
h) hindari menutupi kebenaran
i) libatan pasien secara aktif dalam perawatan diri
j) ajarkan kepada keluarga tentang aspek positif pada harapan
k) berikan kesempatan pasien dan keluarga untuk terlibat
dalam kelompok pendukung
l) ciptakan lingkungan untuk praktik keagamaan pasien
6) Coping enhancement
a) Kaji hal-hal yang dapat merubah gambaran diri klien
b) Kaji dampak situasi kehidupan klien terhadap peran dan
hubungan
c) Dukung klien untuk mengidentifikasi gambaran nyata
perubahan peran
d) Kaji pemahaman klien terkait dengan proses penyakit
e) Kaji dan diskusikan alternatif respon terhadap situasi
f) Gunakan pendekatan yang membuat klien tenang dan
nyaman
g) Ciptakan suasana untuk dapat menerima klien
h) Bantu klien untuk mengembangkan kemampuannya untuk
menerima kejadian yang dialaminya
i) Bantu klien mengidentifikasi informasi yang paling
menarik
j) Berikan informasi faktual terkait diagnosa, perawatan dan
prognosis
k) Berikan klien untuk memilih jenis perawatan yang
diinginkan
l) Dukung klien untuk bersikap realistic
m) Evaluasi kemampuan klien untuk membuat keputusan
n) Kaji persepsi klien terhadap situasi yang menimbulkan
stress
o) Hindari pembuatan keputusan pada saat klien mengalami
stress berat
p) Gunakan pendekatan dengan sabar
q) Bina hubungan dengan orang-orang yang memiliki
ketertarikan dan tujuan yang sama
r) Dukung dalam aktivitas sosial dan komunitas
s) Dukung penerimaan terhadap keterbatasan orang lain
t) Kaji latar belakang spiritual dan budaya klien
u) Sediakan dukungan spiritual
v) Eksplorasi prestasi-prestasi yang pernah dicapai
sebelumnya untuk meningkatkan koping
7) Counseling:
a) Bina hubungan saling percaya sebagai dasar rasa percaya
dan perhatian
b) Tunjukkan perasaan empati, kehangatan, dan ketulusan
c) Lakukan konseling yang lebih mendalam
d) Tentukan tujuan
e) Tingkatkan prifasi klien dan rasa percaya diri klien
f) Berikan informasi yang nyata sesuai kebutuhan
g) Anjurkan untuk mengekspresikan perasaan
h) Identifikasi permasalahan atau situasi yang menyebabkan
sterss pada klien
i) Gunakan teknik refleksi dan klarifikasi untuk memfasilitasi
ekspresi perasaan
j) Tanya pada klien atau orang terdekat lainnya untuk
mengidentifikasi apa yang dapat atau tidak dapat mereka
kerjakan terkait dengan kejadian ini
k) Kaji klien untuk mencatat dan memprioritaskan alternatif
kemungkinan dari permasalahan yang ada
l) Identifikasi beberapa perbedaan diantara pandangan klien
terhadap situasi dan pandangan klien terhadap pemberi
layanan kesehatan
m) Kaji bagaimana perilaku keluarga terhadap klien terkait
dengan penyakit yang dialami
n) Ungkapkan perbedaan diantara perasaan dan perilaku klien
o) Gunakan tools pengkajian untuk membantu meningkatkan
kesadaran diri klien dan pengetahuan konselor terhadap
situasi yang terjadi
p) Ungkapkan secara selektif pengalaman-pengalaman klien
q) sendiri serta ketulusan dan keyakinan pribadi yang sesuai
r) Identifikasi kekuatan klien dan beri dukungan
s) Berikan reinforcemnet terhadap setiap perkembangan yang
baru
t) Jika memungkinkan, jangan membuat keputusan pada saat
klien berada dalam kondisi stress berat
8) Emotional Support:
a) Diskusikan dengan klien terkait pengalaman emosional
klien
b) Eksplorasikan stimulus yang memicu emosi klien
c) Berikan dukungan atau pernyataan yang empati
d) Berikan sentuhan yang terapeutik
e) Dukung penggunaan mekanisme pertahanan diri
f) Bantu klien untuk mengungkapkan perasaannya seperti
cemas, takut, sedih
g) Dengarkan keluhan klien dengan tenang
h) Fasilitasi klien untuk mengidentifikasi mekanisme koping
terhadap ketakutan yang dialami
i) Berikan dukungan selama fase menolak, marah, tawar
menawar dan menerima terhadap proses berduka
j) Identifikasi adanya perasaan marah, frustasi dan amuk yang
dialami klien
k) Berikan kesempatan klien untuk mengunkapkan
perasaannya atau menangis untuk menurunkan emosinya
l) Berada bersama klien dan beri rasa aman dan nyaman
selama periode cemas
m) Bantu dalam pengambilan keputusan
n) Kurangi beban pikiran klien ketika klien berada dalam
kondisi stress (jangan menambah beban pikirannya selama
sakit)
9) Spiritual Support:
a) Gunakan komunikasi terapeutik untuk membina rasa
percaya dan empati
b) Kaji pengalaman masa lalu klien yang mendukung
kekuatan spiritualnya
c) Rawat klien dengan sopan
d) Motivasi klien untuk mengenang masa lalu yang
menyenangkan
e) Motivasi klien untuk berinteraksi dengan anggota
keluarga, teman dan orang lain
f) Berikan waktu khusus dan ketenangan untuk aktivitas
spiritual
g) Motivasi klien untuk berpartisipasi dalam kelompok
pendukung sosialnya
h) Ajarkan metode relaksasi, meditasi dan imaginasi
terbimbing
i) Diskusikan kepercayaan diri mengenai arti dan tujuan
hidup
j) Diskusikan pandangan spiritual klien
k) Berikan kesempatan untuk mendiskusikan berbagai
pandangannya tentang sistem kepercayaan
l) Berdoa dengan klien
m) Sediakan alat pendukung spiritual seperti musik, bacaan
atau radio, atau program-program televise
n) Empaty terhadap ekspresi klien akan kesendirian dan
ketidakberdayaan
o) Dukung penggunaan sumber-sumber spiritual
p) Libatkan rohaniawan
q) Fasilitasi individu untuk melakukan meditasi, ibadah atau
ritual dan tradisi keagamaannya
r) Dengarkan secara cermat
s)Yakinkan klien bahwa perawat akan selalu ada untuk klien
t) Menerima setiap keluhan klien terkait penyakit dan
kematian
u) Bantu klien untuk mengekspresikan perasaan marah dan
cara mengendalikannya.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Chronic sorrow adalah ketidakseimbangan yang berkelanjutan karena
kehilangan yang dikarakteristikkan dengan pervasif dan permanen. Gejala
kesedihan berulang secara periodik dan biasanya gejala ini terus berkembang.
dapat memicu timbulnya kesedihan atau dukacita berkepanjangan/ mendalam
yang potensial progresif, meresap dalam diri individu, berulang dan permanent.
Individu dengan pengalaman kesedihan tersebut biasanya akan menggunakan
metode management dalam mengatasinya. Metode managemen dapat berasal
dari internal (koping personal) ataupun dari eksternal (dukungan orang yang
berharga maupun tim kesehatan). Kesedihan kronis diperkenalkan ke dalam
literatur lebih dari 30 tahun yang lalu untuk menandai gelombang kesedihan
yang berulang yang diamati pada orang tua anak-anak dengan kekurangan
mental saat mereka berjuang untuk mengatasi hilangnya "anak yang sempurna"
(Olshansky, 1962). Kesedihan yang meluas dan berulang-ulang yang disukai
Olshansky sebagai dukacita kronis dipandang sebagai respons normal terhadap
gangguan normalitas yang diantisipasi ( Eakes, Georgene G; Burke, Mary
L; Hainsworth, Margaret A, 1998).
Orang tua dengan anak yang didiagnosa dengan ketidakmampuan/
disability saat lahir atau dalam awal hidupnya, mulai belajar proses yang
disebut dengan kehilangan “loss” anak yang normal dan peran orangtua yang
normal yang mereka harapkan.
Profesional perawatan kesehatan primer membutuhkan pemahaman
terhadap kehilangan alamiah ini dan dampaknya terhadap kehidupan keluarga
dan masa depan orangtua. Saat didiagnosa adalah merupakan waktu penuh
emosional dan kebingungan yang sering juga adalah kecemasan yang tinggi.
Orangtua tidak akan pernah siap untuk mendengar berita yang traumatik
tentang anak mereka dan pendapat anggota keluarga, teman, para kenalan dan
laporan media yang menambah kebingungan mereka. Informasi akurat dan
komprehensif tentang disability dibuat secepat mungkin meliputi hasil positif
dan negatif terhadap kerusakan dan disablity. Sebaiknya orangtua dipersiapkan
dulu bahwa mereka akan mendengar berita buruk.
4.2 Saran
Perlu dilakukan pendalaman pembelajaran dengan berbagai metode
yang mendukung untuk memahami dengan benar teori keperawatan chronic
sorrow, serta studi kasus dan penelitian berbasis evidance based.
DAFTAR PUSTAKA
Burke, M.L., Eakes, G.G., & Hainsworth, M.A. (1999). Milestones of chronic
sorrow: Perspectives of chronically ill and bereaved persons and family
caregivers. Journal of Family Nursing, 5(4), 374-387
Marriner Tomey, Alligood Raile Martha. (2006). Nursing theorists and their
work. Ed 6th. Mosby Inc: St Louis Missiouri.
Sumber Lain :
Fitzpatrick, Anne; Dowling, Maura. (2013). Supporting parents caring for a child
with a learning disability. Nursing Standart 22(35).
https://search.proquest.com/docview/219827170/fulltext/B2834000612442E
2PQ/3?accountid=170128