OLEH
Kelompok 3
Dirga Dijaya Mulyadi R012211001
Christin S.S Mahaling R012211002
Endang Widyastuti R012211020
A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan suatu disiplin ilmu professional yang dikenal
melalui bidang keilmuan yang lebih spesifik dan nilai tentang komitmen sosial dan sifat
layanannya. Keperawatan lahir dengan perfektif unik yang didasarkan pada
perkembangan filosofi, riwayat masa lampau dan cakupan praktik keperawatan yang
terus meluas. Selain itu pandangan global yang dianut oleh mayoritas kelompok ilmu
keperawatan membentuk suatu susunan yang mengatur hubungan diantara beberapa teori
guna mengembangkan konseptual dari teori-teori keperawatan sebagai kerangka kerja
pemberian layanan keperawatan secara komprehensif.
Model konseptual diharapkan dapat menjadi kerangka berfikir perawat,
sehingga perawat perlu memahami beberapa konsep ini sebagai kerangka konsep dalam
memberikan asuhan keperawatan dalam praktik keperawatan. Pengembangan teori
keperawatan adalah bagian yang perlu dikerjakan untuk memajukan disiplin ilmu
pengetahuan keperawatan. Teori keperawatan menunjukkan fenomena yang menarik
yang dikemukakan, mengikuti banyak pertimbangan, sehingga logis, konsisten dan
disesuaikan dengan penemuan empiris dan didefinisikan secara operasional.
Seorang perawat dalam mengimplementasikan ilmu keperawatan yang
dimilikinya nya juga harus memperhatikan budaya dan keyakinan yang dimiliki oleh
klien. Berdasarkah hal tersebut perawat dalam memberikan asuhan keperawatan perlu
memperhitungkan tradisi kultur klien, nilai-nilai kepercayaan ke dalam rencana
keperawatan.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah model, konsep, dan teori keperawatan Betty Newman
Model dan Culture Care Theory Leininger
2. Untuk memahami model, konsep, dan teori keperawatan Betty Newman Model
dan Culture Care Theory Leininger
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Kasus I
Ny. S umur 35 tahun, dan mempunyai 2 orang anak. Ny S. Saat ini dirawat di ruang
kandungan RS X sejak 2 hari yang lalu. Sesuai hasil pemeriksaan Ny.S positif menderita
kanker Rahim Grade III, Ny. S Merasakan nyeri pinggul pada saat BAK, perdarahan sesudah
senggama, keluar keputihan atau cairan encer yang berlebihan dari vagina. Dokter
merencanakan klien harus dioperasi untuk dilakukan pengangkatan kanker rahim, karena
tidak ada tindakan lain yang dapat dilakukan. Semua pemeriksaan telah dilakukan untuk
persiapan operasi. Perawat menjelaskan kepada ibu bahwa penyakit ibu hanya bisa dengan
operasi, tidak ada jalan lain, dan ibu tidak akan bisa mempunyai anak lagi. Menanggapi hal
tersebut, klien tampak termenung, tampak cemas dan binggung untuk mengambil keputusan
karena suaminya masih ingin memiliki anak. Klien merasa cemas dengan kondisinya saat ini.
A. Pengkajian
Pada kasus ini menembus garis pertahanan fleksibel dan garis pertahanan normal, yaitu:
1. Garis pertahanan fleksibel
a. Hilangnya harapan Ny. S terhadap penyakitnya, karena suami dan Ny. S masih
ingin memilki anak.
b. Ny. S merasakan cemas dengan kondisinya saat ini.
2. Garis pertahanan normal
Ny. S merasa bersalah kepada anggota keluarga lainnya karena tidak sesuai harapan
mereka untuk memperoleh keturunan (kehilangan ekstrapersonal).
3. Garis pertahan resisten
Adanya reaksi klien dan suami yang mencari bantuan dalam mengatasi penyakit Ny.S
(reaksi simpatomologi, yaitu reaksi untuk mengatasi gejala yang ada).
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut (D.0077)
2. Risiko Infeksi (D.0142)
3. Ansietas (D.0080)
C. Intervensi Keperawatan
Dalam hal ini intervensi yang diberikan pada Ny. S dan suaminya termasuk
pencegahan sekunder, yaitu intervensi yang dilakukan setelah klien bereaksi terhadap
stressor dan intervensi ini berfokus pada penguatan garis resistensi untuk melindungi
struktur dasar.
Jika pencegahan sekunder tidak berhasil, maka stressor yang dialami Ny. S dapat
menembus struktur dasar, maka faktor-faktor yang ada dalam struktur dasar seperti
faktor kekuatan dan kelemahan dan faktor genetik termasuk variabel fisiologis,
psikologis, sosial dan kultural serta variabel perkembangan harus mendukung ke arah
rekonstitusi.
Gambaran Kasus II
Di ruangan ICU ada seorang pasien yang dirawat dengan diagnosa DM tipe 2, pasien
bernama Ny. H umur 55 tahun berasal dari daerah Y, pasien seorang muslim. Walaupun Ny.
S sedang sakit, Ny. S tetap menjalankan ibadah shalat 5 waktu. Ny. H mengatakan sudah
mengetahui penyakitnya ini, tetapi sebelumnya pasien tidak pernah melakukan pemeriksaan
lanjutan. Klien hanya memeriksakan gula darahnya di apotik yang menyiapkan pemeriksaan
GDS.
Selama ini Ny. S tidak mengkonsumsi obat dari dokter, Ny. S hanya meminum obat
herbal. Ny. S seorang ibu rumah tangga, yang memiliki 3 orang anak. Ny. S mengatakan
jarang menggunakan gadget untuk mrnambah pengetahuan dan wawasannya, pasien
mendapatkan informasi dari televisi atau dari anak-anaknya. Selama sakit Ny. S hanya makan
bubur dan sayur, Ny. S tidak mengontrol jenis dan porsi makanannya. Orang tua dari Ny. S
sudah meninggal dua tahun yang lalu dengan penyakit yang sama. Dari sisi lain Ny. S juga
kurang memenuhi kebutuhan personal hygiene, kuku panjang dan tampak hitam, rambut
kotor dan tidak mau mandi selama dilakukan perawatan.
Saat perawat akan memotong kuku dan membantu personal hygiene pasien menolak
karena menurutnya akan memperlambat proses penyembuhan. Selama perawatan
berlangsung Ny. S selalu ditemani suami, anak dan keluarganya. Kadang ada keluarga yang
membawa anak kecil dan ikut diajak menunggui dan tidur di RS. Perawat yang menjaga
sudah menjelaskan ada batasan pengunjung demi kenyamanan bersama dan adanya larangan
anak kecil di lingkungan RS karena berdampak terhadap kesehatan anak. Tetapi Ny. S dan
keluarga tetap meminta agar tetap di ijinkan dengan alasan jarak rumah yang jauh.
A. Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “Leininger’s Sunrise
models” dalam teori keperawatan transkultural Leininger yaitu :
1. Faktor Teknologi (Technological Factors)
a. Selama ini Ny. S sudah mengetahui penyakitnya tapi tidak pernah melakukan
pemeriksaan lanjutan. Ny. S hanya memeriksa gula darahnya di apotik yang
menyiapkan pemeriksaan GDS.
b. Ny. S tidak pernah minum obat dari dokter, Ny. S hanya mengkonsumsi obat
herbal.
c. Ny. S tidak pernah mencari informasi melalui internet karena tidak menggunakan
hp, sumber informasi hanya dari tv atau dari anak-anaknya
2. Faktor keagamaan dan falsafah hidup (Religous and Philosofical Factors)
a. Ny. S adalah seorang muslim
b. Selama sakit Ny. S tetap menjalankan shalat 5 waktu
c. Ny. S meyakini jika memotong kuku pada saat sakit, hal tersebut akan
menghambat proses penyembuhan
3. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (Kinship and Social Factors)
a. Selama sakit ny. S mendapat dukungan dari semua anggota keluarganya
4. Faktor nilai budaya dan gaya hidup (Cultural Values and Lifeways)
a. Ny. S meyakini jika memotong kuku pada saat sakit, hal tersebut akan
menghambat proses penyembuhan
b. Selama sakit Ny. S hanya makan bubur dan sayur, Ny. S tidak mengontrol jenis
dan porsi makanannya.
5. Faktor peraturan dan kebijakan (Polithical and Legal Factor)
Keluarga Ny. S juga kurang mematuhi aturan di RS terhadap batasan jumlah
penunggu dan larangan membawa anak kecil dilingkungan RS
6. Faktor ekonomi (Economical Faktor)
Ny. S adalah seorang ibu rumah tangga
7. Faktor pendidikan (Educational Factor)
Ny. S kurang koperatif terhadap pendidikan kesehatan yang diberikan oleh petugas
kesehatan, klin selalu memandang kesehatan dari keyakinannya.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur
2. Ketidakpatuhan klien terhadap Regimen pengobatan penyakit
3. Kurang pengetahuan tentang penyakit yang diderita
C. Perencanaan dan Implementasi Keperawatan
1. Cultural Care Preserventation/ Maintenance
a) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang proses
pengobatan dan perawatan luka DM dan personal hygiene.
b) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinteraksi dengan pasien
c) Diskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
2. Cultural Care Accomodation/ Negotiation
a) Kebiasaan Ny. S mengkonsumsi obat herbal dan tidak mau minum obat dari
dokter
1) Kaji kebiasaan pasien mengkonsumsi obat herbal
2) Kaji alasan pasien tidak mau berobat ke dokter
3) Anjurkan pasien untuk lakukan pemeriksaan rutin di pelayanan kesehatan
4) Berikan penkes tentang efek penggunaan obat herbal
5) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
b) Kebiasaan makan klien
1) Kaji pola makan dan makanan yang disukai klien
2) Berikan penkes tentang pentingnya menjaga pola makan
3) Anjurkan klien untuk membatasi makannya
c) Kebiasaan Membawa anak kecil dilingkungan RS dan ditunggu oleh banyak
orang
1) Kaji tentang pengetahuan klien tentang peraturan RS
2) Jelaskan ulang tentang peraturan di lingkungan RS
3) Berikan rasional tentang pelarangan membawa anak kecil di RS
3. Cultural Care Repartening / Reconstruction
a) Persepsi Ny. S terhadap personal Hygiene
1) Kaji pengetahuan klien tentang personal hygiene
2) Berikan PENKES tentang pentingnya personal hiegiene
3) Lakukan pemenuhan kebutuhan personal Hygiene
D. Implementasi Keperawatan
Adapun implementasi yang dilakukan terkait masalah yang telah ditemukan:
1. Cultural Care Preserventation/Maintenance
a) Mengidentifikasi budaya yang tidak bertentangan dengan kesehatan bahkan dapat
menjadi pendukung dalam meningkatkan kesehatan klien antara lain: sholat lima
waktu, berobat, memeriksa kadar gula secara rutin.
b) Memelihara komunikasi yang sedang terjalin dengan baik (tanpa ada masalah
karena budaya) antara klien dengan perawat maupun klien dengan dokter atau
klien dengan tenaga kesehatan lain.
c) Bersikap tenang dan hati-hati saat berinteraksi dengan pasien/klien.
d) Mendiskusikan budaya yang dimiliki klien agar dipertahankan bahkan lebih
ditingkatkan.
2. Cultural Care Accomodation/ Negotiation
a) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat interaksi dengan klien dan keluarga
klien, mencoba memahami kebudayaan klien sepanjang tidak memperburuk
proses pengobatan dan perawatan.
b) Keluarga klien (suami dan anak) menjadi perantara perawat untuk dapat
memberikan informasi mengetanai prosedur pengobatan medis dan perawatan
tanpa ada hambatan dari klien yang memiliki persepsi terhadap informasi
pengobatan dan perawatan.
c) Mengakomodir budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan merubah
budaya tersebut bila budaya yang dimiliki bertentangan dengan kesehatan seperti
tidak kebiasaan tidak melakukan pemeriksaan lanjutan, hanya mengkonsumsi
obat herbal, tidak memotong kuku, kebiasaan pasien dalam membiarkan dan
membawa anak kecil dilingkungan RS.
d) Dalam penyelesaian masalah tersebut petugas kesehatan (perawat) dalam
memberikan HE gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien.
e) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan, Apabila konflik tidak
terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan pengetahuan
biomedis, pandangan klien dan standar etik.
3. Cultural Care Repartening /Reconstruction
a) Merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien dan keluarganya
bertentangan dengan kesehatan seperti: persepsi Ny. S terhadap personal hygiene
dan pemberian pengobatan, pada prinsip penanganan kasus ini perawat
Memberikan informasi kepada klien dan keluarga keuntungan, dampak dan
kekurangan apabila tidak di lakukan pengobatan menunjang kesehatan seperti
minum obat teratur, menjaga pola makan dan perawat memberikan respon yang
tepat terhadap kebutuhan klien dengan menginformasikan cara pengobatan yang
benar serta memberikan informasi dalam pemenuhan kebutuhan gizi untuk
mempercepat proses penyembuhan dan pemulihan.
b) Melibatkan keluarga untuk turut serta membantu dan memotivasi klien
melakukan prosedur secara bertahap. Perawatan klien harus mencoba untuk
memahami budaya masing-masing melalui proses akulturasi, yaitu proses
mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya akan
memperkaya budaya-budaya mereka.
E. Evaluasi Keperawatan
Negosiasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatannya:
1. Keluarga klien (suami dan anak) lebih koperatif dapat memahami dan menerima
penjelasan masukan yang diberikan perawat.
2. Setelah dilakukanya beberapa tindakan Ny. S tetap meyakini budaya yang selama ini
diyakininya, kecuali tentang kebutuhan personal hygiene dan pemotongan kuku
untuk kebersihan kuku dan mencegah terjadinya penyebaran infeksi.
3. Klien memahami pentingnya menjaga pola makan serta minum obat dengan teratur.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pemberian asuhan keperawatan, teori Leininger sangat bermanfaat dan
dapat diterapkan pada proses asuhan keperawatan. Ketika perawat memahami dan
mengerti latar belakang budaya dari pasiennya, hal ini akan membuat pasien lebih
nyaman dan perawat akan lebih dekat dengan pasien.
Teori Leininger dapat juga diterapkan dalam bidang riset yang telah banyak
digunakan dalam penelitian, yang hasilnya sangat bermanfaat bagi masyarakat. Dalam
hal kolaborasi pemberian pelayanan denga tenaga kesehatan lain, teori ini digunakan
untuk menghindari terjadinya cultural shock pada pemberian asuhan keperawatan.
Model sistem Neuman diperoleh dari sistem teori yang umum. Teori ini
berfokus pada klien sebagai sistem (individu, keluarga, kelompok, masyarakat) dan
pada respon klien terhadap stressor. Sistem klien meliputi 5 variabel (fisiologi,
psikologi, sosiokultural, developmental, spiritual) dan dikonsep secara lebih
mendalam (sumber dasar energi) dikelilingi oleh lingkaran konsentris yang meliputi
garis kekebalan, garis pertahanan, dan garis pertahanan fleksibel .
Model Neuman telah diterima dengan baik oleh komunitas perawat dan
digunakan dalam administrasi, praktek, pendidikan, dan penelitian. Kelompok model
sistem Neuman aktif terlibat dalam melindungi keutuhan model ini dan
mengembangkannya. Suatu lembaga pendidikan tinggi dari model sistem Neuman
telah mulai bekerja untuk mendapatkan dan menguji middle range theory berdasarkan
model.
B. Saran
1. Pemahaman yang berkelanjutan terhadap teori dapat dilakukakan dengan
pemakaian teori secara terus-menerus.
2. Pengembangan teori dapat dilakukan dengan berbagai kajian ilmiah dan penelitian
keperawatan terkait, tanpa meninggalkan paradigma keperawatan sebagai acuan
DAFTAR PUSTAKA
Yunus Elon, E. M. (2021). Teori dan Model Keperawatan. Yayasan Kita Menulis.
Maglearning. 2020. Grand Teori Dan Middle Range Teori. Retrieved from
https://maglearning.id/2020/08/02/grand-teori-dan-middle-range-teori/
Risna dan Irwan, M. 2020. Falsafah dan Teori Keperawatan dalam Integrasi Keilmuan.
Gowa: Alauddin University Press.