Anda di halaman 1dari 20

SAINS DALAM KEPERAWATAN

Grand Theories (Culture Care Theory Leininger ) &


Conceptual Models ( Betty Newman Model )

OLEH
Kelompok 3
Dirga Dijaya Mulyadi R012211001
Christin S.S Mahaling R012211002
Endang Widyastuti R012211020

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan suatu disiplin ilmu professional yang dikenal
melalui bidang keilmuan yang lebih spesifik dan nilai tentang komitmen sosial dan sifat
layanannya. Keperawatan lahir dengan perfektif unik yang didasarkan pada
perkembangan filosofi, riwayat masa lampau dan cakupan praktik keperawatan yang
terus meluas. Selain itu pandangan global yang dianut oleh mayoritas kelompok ilmu
keperawatan membentuk suatu susunan yang mengatur hubungan diantara beberapa teori
guna mengembangkan konseptual dari teori-teori keperawatan sebagai kerangka kerja
pemberian layanan keperawatan secara komprehensif.
Model konseptual diharapkan dapat menjadi kerangka berfikir perawat,
sehingga perawat perlu memahami beberapa konsep ini sebagai kerangka konsep dalam
memberikan asuhan keperawatan dalam praktik keperawatan. Pengembangan teori
keperawatan adalah bagian yang perlu dikerjakan untuk memajukan disiplin ilmu
pengetahuan keperawatan. Teori keperawatan menunjukkan fenomena yang menarik
yang dikemukakan, mengikuti banyak pertimbangan, sehingga logis, konsisten dan
disesuaikan dengan penemuan empiris dan didefinisikan secara operasional.
Seorang perawat dalam mengimplementasikan ilmu keperawatan yang
dimilikinya nya juga harus memperhatikan budaya dan keyakinan yang dimiliki oleh
klien. Berdasarkah hal tersebut perawat dalam memberikan asuhan keperawatan perlu
memperhitungkan tradisi kultur klien, nilai-nilai kepercayaan ke dalam rencana
keperawatan.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah model, konsep, dan teori keperawatan Betty Newman
Model dan Culture Care Theory Leininger
2. Untuk memahami model, konsep, dan teori keperawatan Betty Newman Model
dan Culture Care Theory Leininger
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Grand Theories ( Culture Care Theory Leininger )


Grand teori adalah teori yang cakupan nya sangat luas dan masih bersifat abstrak.
Istilah grand teori ini kali pertama dimunculkan oleh seorang pakar ilmu sosial bernama
Charles Wright Mills pada tahun 1959. Grand teori menekankan pada konsep
keseimbangan, pengambilan keputusan, sistem, dan bentuk komunikasi sebagai sarana
dasar untuk mengkaji hubungan internasional (Maglearning.id, 2020)
Teori Leininger ialah tentang culture care diversity and universality atau yang
familiar saat ini terkenal dengan transcultural nursing. Pada awalnya dia menyadari
betapa menjadi hal yang penting untuk memusatkan perhatian atau sifat caring pada
perawatan sejak dini, dia juga terkejut melihat perbedaan mencolok dalam pola perilaku
anak berdasarkan latar belakang budaya yang berbeda. Ide-ide yang dipicu oleh
kesimpulannya membuka jalan cara bagi Leininger untuk memperluas pengetahuan dan
pemahaman perawat tentang beragam budaya yang kurang dalam perawatan kesehatan
saat ini. Usahanya untuk meningkatkan perawatan dan kesejahteraan pasien melalui
pendidikan keperawatan yang kompeten secara budaya nanti akan disebut sebagai "Teori
Keperawatan Transkultural". (Risna dan Irwan, 2020)
Menurut (Risna dan Irwan, 2020), bahasan khusus di dalam teori Leininger,
diantaranya ialah:
1. Culture
Budaya adalah nilai-nilai, kepercayaan, norma, dan kehidupan yang telah dipelajari,
didistribusikan dan ditransmisikan dari kelompok tertentu yang memandu pemikiran,
keputusan, dan tindakan mereka dengan cara yang terpola.
2. Culture care
Didefinisikan sebagai nilai-nilai, kepercayaan, dan pola kehidupan yang dipelajari
dan dipelajarkan secara subjektif dan objektif yang membantu, mendukung,
memfasilitasi, atau memungkinkan individu atau kelompok lain untuk
mempertahankan kesejahteraan, kesehatan, meningkatkan kondisi manusia dan
kehidupan mereka, atau untuk berurusan dengan penyakit, kecacatan atau bahkan
kematian.
3. Diversity
Keanekaragaman serta perbedaan pada asuhan keperawatan berupa persepsi budaya,
pengetahuan dan adat kesehatan.
4. Universality
Kesamaan pada aspek persepsi budaya, pengetahuan praktik berhubungan dengan
konsep sehat dan asuhan keperawatan.
5. Worldview
Merupakan cara orang dalam memandang dunianya.
6. Ethnohistory
Ethnohistory mencakup fakta, kejadian, peristiwa, pengalaman individu di masa lalu,
kelompok, budaya, dan instruksi yang berpusat terutama pada orang (etno) dan yang
menggambarkan, menjelaskan, dan menafsirkan kehidupan manusia di dalam
konteks budaya tertentu dan dalam waktu yang singkat atau panjang.
Dalam artikel (mediaperawat.id, 2021) dijelaskan secara singkat penerapan teori
Madeleine Leininger dalam Keperawatan:
1. Riset (Research)
Teori Leininger telah diuji cobakan menggunakan metode penelitian dalam berbagai
budaya. Teori transcultural nursing ini, merupakan satu-satunya teori yang yang
membahas secara spesifik tentang pentingnya menggali budaya pasien untuk
memenuhi kebutuhannya.
2. Edukasi (Education)
Di Indonesia sendiri, sangat penting untuk menerapkan teori transcultural
nursing dalam sistem pendidikannya. Karena kelak, saat para perawat berhadapan
langsung dengan klien, mereka tidak hanya akan merawat klien yang mempunyai
budaya yang sama dengan dirinya. Bahkan, mereka juga bisa saja menghadapi klien
yag berasal dari luar negara Indonesia.
3. Kolaborasi (Colaboration)
Dalam mengaplikasikan teori Leininger di lingkungan pelayanan kesehatan
memerlukan suatu proses atau rangkaian kegiatan sesuai dengan latar belakang
budaya klien. Hal ini akan sangat menunjang ketika melakukan kolaborasi dengan
klien, ataupun dengan staf kesehatan yang lainnya.
4. Pemberi Perawatan (Care Giver)
Perawat sebagai care giver diharuskan memahami konsep teori Transcultural
Nursing. Karena, bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan
terjadinya cultural shock atau culture imposition. Cultural shock akan dialami oleh
klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan
perbedaan nilai budaya.

B. Conceptual Models ( Betty Newman Model )


Betty Neuman mulai mengembangkan model system kesehatannya pada saat
beliau mengajar keperawatan kesehatan komunitas di University of California, Los
Angeles. Beliau merupakan pengembang program kesehatan mental komunitas
pertama (Yunus Elon, 2021).
Teori Neuman manusia dipandang sebagai system yang selalu berinteraksi
dengan lingkungannnya hal ini juga merupakan salah satu dapat menimbulkan
stressor pada manusia dengan demikian teori Neuman dikenal juga sebagai teori
sistem (Aini, 2018).
Menurut (Aini, 2018) konsep utama pada model Neuman meliputi :
1. Stressor
Merupakan kekuatan lingkungan yang menghasilkan ketengangan dan
berpotensial untuk menyebabkan system tidak stabil
2. Garis pertahanan dan perlawanan
Garis pertahanan normal merupakan lingkaran utuh yang mencerminkan suatu
keaddan stabil untuk individu, system atau kondisi yang menyertai pengaturan
karena adanya stessor yang disebut wellness.
3. Intervensi
Merupakan Tindakan-tindakan yang membantu untuk memperoleh, meningkatkan
dan memelihara system keseimbangan, terdiri dari pencegahan primer, sekunder
dan tersier.
4. Rekonstruksi
Sebagai peningkatan energi yang terjadi berkaitan dengan tingkat reaksi terhadap
stressor. Rekonstruksi juga dapat menstabilkan system dan mengembalikan pada
tingkat semula sebelum sakit.
Model system Neuman mencerminkan sifat organisme hidup sebagai system
yang terbuka dalam interaksi dengan orang lain dan lingkungan berdasarkan system
umum teori, Neuman juga menghubungkan pengetahuan dengan beberapa disiplin
ilmu, keyakinan filosofis dan keperawatan klinis sesuai dengan bidang keahlian
masing-masing terkhusus dalam keperawatan kesehatan mental (Yunus Elon, 2021).
Menurut (Aini, 2018) Intervensi keperawatan dalam teori model Neuman
terdiri dari 3 tindakan, yaitu :
1. Pencegahan Primer
Merupakan terjadi sebelum system bereaksi dengan stressor yang meliputi
promosi kesehatan dan memperthankan kesehatan.pencegahan primer
mengutamakan pencegahan dan mengurangi faktor faktor risiko. Intervensi
dilakukan jika terjadi risiko-risiko atau masalah yang akan menimbulkan
terjadinya stress tetapi didefinisikan sebelum terjadi reaksi. Salah satu contoh
bentuk pencegahan primer mencakup imunisasi, Pendidikan kesehatan, olah raga
dan perubahan gaya hidup seseorang.
2. Pencegahan Sekunder
Merupakan Tindakan yang dimulai setelah seseorang terjadi gejala terhadap
stressor. Pencegahan sekunder tersebut mengutamakan pada penguatan internal,
mengurangi reaksi dan meningkatkan faktor-faktor resisten sehingga melindungi
struktur dasar melalui Tindakan-tindakan yang tepat sesuai dengan gejala. Tujuan
dari pencegahan sekunder untuk memperoleh kestabilan system secara optimal
dan memelihara energi.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dilakukan setelah system ditangani dengan strategi strrategi
pencegahan sekunder. Pencegahan tersier memfokuskan perbaikan Kembali
terhadap stabilitas terhadap stressor untuk mencegah reaksi timbul kembali,
sehingga dapat mempertahankan energi.
Perseptif model system Neuman sangat unik yang diuraikan tentang
komponen model, menurut (Yunus Elon, 2021) terbagi menjadi 3 komponen model
tersebut, yaitu:
1. Manusia Sebagai Klien
System klien adalah gabungan dari lima area variable yang saling berinteraksi
yang dalam berbagai tingkat perkembangannya dan memiliki berbagai gaya
interaktif dan potensi.
a. Fisiologis : mengacu pada struktur tubuh dan fisik kimia utuh
b. Psikologis : mengacu pada proses mental dan emosi
c. Social kultural : hubungan dan harapan aktivitas social budaya
d. Perkembangan : mengacu pada proses dan aktivitas perkembangan sepanjang
umur atau kehidupan
e. Spiritual : mengacu pada pengaruh dan keyakinan spiritual
2. Kesehatan
Kesehatan dipandang sebagai rangkaian kesejahteraan dan sakit, yang tercermin
secara harmoni atau keseimbangan antara interaksi individu dan penyusaian
terhadap lingkungan. Kesehatan juga merupakan tingkat kesejahteraan dimana
semua kebutuhan terpenuhi dan lebih banyak energi dibangun dan disimpan
daripada dikeluarkan
BAB III
PEMBAHASAN

A. Grand Theories ( Culture Care Theory Leininger )


Secara garis besar teori Leininger merupakan culture care diversity dan
universality, atau yang sekarang lebih dikenal dengan transcultural nursing. Teori ini
berfokus pada nilai-nilai budaya, kepercayaan, dan pelayanan kesehatan berbasis budaya,
serta di dalam teori tersebut membahas secara khusus tentang culture, culture care,
diversity, universality, worldview, ethnohistory. Tujuan dari teori ini adalah
pengembangan ilmu pengetahuan sehingga terwujud praktik keperawatan yang spesifik
dan universal.
Dengan pengetahuan akan budaya spesifik dan budaya universal yang dipegang
oleh pasien maka diharapkan praktik pelayanan keperawatan dapat dilaksanakan secara
maksimal. Penerapan teori Leininger pada pelayanan kesehatan dapat dilaksanakan
dengan melewati sebuah proses yang dilandasi oleh budaya pasien. Proses tersebut dapat
juga dilakukan dengan kolaborasi dengan petugas kesehatan lainnya. Latar belakang
budaya yang dimiliki pasien dapat diterapkan kedalam proses asuhan keperawatan
pasien. Teori Leininger juga dapat memberikan pengaruh yang sangat besar dalam proses
pembelajaran keperawatan karena teori ini dapat menciptakan perawat profesional yang
peka budaya.
Kelebihan teori Leininger:
1. Merupakan perspektif teori yang bersifat unik dan kompleks, karena tidak
kaku memandang proses keperawatan. Bahwa kebudayaan klien juga sangat
patut diperhatikan dalam memberikan asuhan.
2. Pengaplikasiannya memaksimalkan teori keperawatan lain, seperti Orem,
Virginia Henderson, dan Neuman.
3. Teori transkultural ini dapat mengarahkan perawat untuk membantu klien
dalam mengambil keputusan, guna meningkatkan kualitas kesehatannya.
4. Mengatasi berbagai permasalahan hambatan budaya yang sering ditemukan
saat melakukan asuhan keperawatan.
Kelemahan Teori Madeleine Leininger:
Teori ini tidak mempunyai metode spesifik yang mencakup proses asuhan
keperawatan.

B. Conceptual Models ( Betty Newman Model )


Neuman model system dikembangkan berdasarkan pada teori umum dan
memandang keluarga sebagai suatu system terbuka yang bereaksi terhadap stressor dan
lingkungan. Variabel klien adalah fisiologis, psikologis, social budaya, perkembangan
dan spiritual. Intervensi keperawatan terjadi melalui tiga cara pencegahan yaitu
pencegahan primer, sekunder dan tertier. Model ini digunakan dalam pendidikan
keperawatan, riset, administrasi dan langsung dipelayanan keperawatan. Penggunaan
model konsep keperawatan untuk menganalisis suatu konsep tertentu dapat memberikan
pedoman bagi kita dalam pengembangan perangkat penilaian dan pengukuran yang lebih
spesifik, andal (reliable) dan akurat. Sebab fokus utama keperawatan adalah klien,
lingkungan, dan kesehatan.
Model keperawatan memberikan kerangka pikir holistik dan tak terpisahkan
untuk menila konsep-konsep yang menarik perhatian bagi profesi perawat. Sudut
pandang yang holistik seperti itu penting sekali digunakan bila perawat berhadapan
dengan variabel yang bersifat multidimensional, misalnya duka cita, nyeri, takut,
marah, atau hal-hal lain yang penting dalam asuhan keperawatan. Dalam praktik
pelayanan keperawatan, penggunaan model keperawatan akan membantu perawat
dalam mendefinisikan area penilaian dan memberikan pedoman untuk menentukan
standar outcome yang sesuai. Ketika perawat melakukan sebuah riset keperawatan,
maka model konseptualakan membantu dalam menyusun struktur yang logis dan
konsisten dengan asumsi- asumsi yang sudah ada, terutama dalam menyusun berbagai
instrumen, metode, dan indikator pengukuran.
Kelebihan Teori
Model ini biasa dipakai oleh mahasiswa sebagai kerangka kerja konseptual
untuk tesis dan disertasi. Contoh terbaru meliputi studi mahasiswa tentang
penggunaan kondom dikalangan wanita kulit hitam, kebiasaan koping dan
penggunaan narkoba di kalangan anak SMU, efek manajemen nyeri untuk tekanan
darah, hubungan karakteristik lingkungan keluarga dengan resiko penyakit
kardiovaskuler, penyedia layanan kesehatan militer kepatuhan terhadap pedoman
pasien nasional untuk mengelola hipertensi.
Model ini dapat beradaptasi dengan baik untuk mempelajari bidang yang
diminati di seluruh hambatan budaya. Contohnya termasuk studi menyusui di India,
mengadaptasi model untuk keperawatan di Malaysia, aspek yang dipilih variabel
spiritual perawat onkologi Israel, penilaian risiko berat lahir rendah pada ibu Thailand
dan keyakinan tentang merokok di kalangan remaja.
The Neuman Sistem Model digunakan secara luas untuk menyediakan
kerangka kerja konseptual untuk proyek-proyek penelitian di Amerika Serikat dan di
negara lain. Penerimaan oleh komunitas riset keperawatan adalah bukti yang jelas.
Kelemahan Teori
Kelemahan yang terdapat pada model sistem Neuman adalah:
a. Model Sistem Neuman dapat digunakan oleh semua profesi kesehatan, sehingga
untuk profesi keperawatan menjadi tidak spesifik
b. Penjelasan tentang perbedaan stressor interpersonal dan ekstrapersonal masih
dirasakan belum ada perbedaan yang jelas
c. Model sistem Neuman tidak membahas secara detail tentang perawat -klien,
padahal hubungan perawat klien merupakan domain penting dalam Asuhan
Keperawatan
BAB IV
APLIKASI KASUS

Gambaran Kasus I
Ny. S umur 35 tahun, dan mempunyai 2 orang anak. Ny S. Saat ini dirawat di ruang
kandungan RS X sejak 2 hari yang lalu. Sesuai hasil pemeriksaan Ny.S positif menderita
kanker Rahim Grade III, Ny. S Merasakan nyeri pinggul pada saat BAK, perdarahan sesudah
senggama, keluar keputihan atau cairan encer yang berlebihan dari vagina. Dokter
merencanakan klien harus dioperasi untuk dilakukan pengangkatan kanker rahim, karena
tidak ada tindakan lain yang dapat dilakukan. Semua pemeriksaan telah dilakukan untuk
persiapan operasi. Perawat menjelaskan kepada ibu bahwa penyakit ibu hanya bisa dengan
operasi, tidak ada jalan lain, dan ibu tidak akan bisa mempunyai anak lagi. Menanggapi hal
tersebut, klien tampak termenung, tampak cemas dan binggung untuk mengambil keputusan
karena suaminya masih ingin memiliki anak. Klien merasa cemas dengan kondisinya saat ini.
A. Pengkajian
Pada kasus ini menembus garis pertahanan fleksibel dan garis pertahanan normal, yaitu:
1. Garis pertahanan fleksibel
a. Hilangnya harapan Ny. S terhadap penyakitnya, karena suami dan Ny. S masih
ingin memilki anak.
b. Ny. S merasakan cemas dengan kondisinya saat ini.
2. Garis pertahanan normal
Ny. S merasa bersalah kepada anggota keluarga lainnya karena tidak sesuai harapan
mereka untuk memperoleh keturunan (kehilangan ekstrapersonal).
3. Garis pertahan resisten
Adanya reaksi klien dan suami yang mencari bantuan dalam mengatasi penyakit Ny.S
(reaksi simpatomologi, yaitu reaksi untuk mengatasi gejala yang ada).

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut (D.0077)
2. Risiko Infeksi (D.0142)
3. Ansietas (D.0080)
C. Intervensi Keperawatan
Dalam hal ini intervensi yang diberikan pada Ny. S dan suaminya termasuk
pencegahan sekunder, yaitu intervensi yang dilakukan setelah klien bereaksi terhadap
stressor dan intervensi ini berfokus pada penguatan garis resistensi untuk melindungi
struktur dasar.
Jika pencegahan sekunder tidak berhasil, maka stressor yang dialami Ny. S dapat
menembus struktur dasar, maka faktor-faktor yang ada dalam struktur dasar seperti
faktor kekuatan dan kelemahan dan faktor genetik termasuk variabel fisiologis,
psikologis, sosial dan kultural serta variabel perkembangan harus mendukung ke arah
rekonstitusi.

D. Pembahasan Kasus Betty Neuman pada Kasus


Berdasarkan kasus yang dialami oleh Ny. S, jika diaplikasikan ke dalam model
sistem Betty Neuman, maka Ny. S mengalami stressor yaitu perasaan duka cita yang
memiliki karakteristik yang kompleks. Ny. S merasa kehilangan karena dengan operasi
pengangkatan Rahim Ny S dan Suami sudah tidak bisa memiliki anak lagi atau hilangnya
harapan terhadap kehamilan yang telah ditunggu-tunggu (kehilangan intrapersonal), atau
merasa bersalah kepada anggota keluarga lainnya karena tidak sesuai harapan mereka
(kehilangan ekstrapersonal). Dalam hal ini, stressor yang dialami Ny. S telah menembus
garis pertahanan fleksibel dan garis pertahanan normal, sehingga garis pertahanan
resistensi teraktivasi. Hal ini dapat ditunjukkan dari reaksi klien dan suami yang mencari
bantuan untuk mengatasi penyakit yang terjadi pada Ny. S (reaksi simpatomologi, yaitu
reaksi untuk mengatasi gejala yang ada).
Intervensi keperawatan : ketika seorang perawat akan menentukan tingkat
pengaruh kehilangan pada diri seseorang, kita juga harus mengkaji dampak dari perasaan
kehilangan tersebut pada kehidupan mereka sehari-hari, cara mereka mengatasi
kesedihannya, atau nilai-nilai dan kepercayaan yang dianut mengenai kehilangan. Dalam
hal ini intervensi yang diberikan pada Ny. S dan suaminya termasuk pencegahan
sekunder, yaitu intervensi yang dilakukan setelah klien bereaksi terhadap stressor dan
intervensi ini berfokus pada penguatan garis resistensi untuk melindungi struktur dasar.
Jika pencegahan sekunder tidak berhasil, maka stressor yang dialami Ny. S dapat
menembus struktur dasar. Untuk mempertahankan struktur dasar, maka faktor-faktor
yang ada dalam struktur dasar seperti faktor kekuatan dan kelemahan dan faktor genetik
termasuk variabel fisiologis, psikologis, social dan kultural serta variabel perkembangan
harus mendukung ke arah rekonstitusi.
Untuk pasangan tersebut mencapai rekonstitusi, dukungan intrapersonal,
interpersonal dan ekstrapersonal merupakan 3 hal penting yang perlu dikaji. Siapakah
anggota keluarga yang dapat memberikan dukungan positif? Apakah sistem pendukung
secara kultural dapat diterima oleh pasangan tersebut? Setiap orang tua akan memberikan
reaksi yang berbeda, tergantung pada struktur dasar yang dimilikinya. Hal ini dapat
dilihat dari respon terhadap pengalaman duka cita bagi masing-masing orang yang tidak
sama termasuk rentang waktu pemulihannya pun berbeda.
Setelah dilakukan secara menyeluruh, selanjutnya tahapan perencanaan,
intervensi, dan evaluasi akan menggunakan proses yang sama. Perangkat penilaian akan
mengukur hal-hal yang akan berdampak secara khusus pada aspek-aspek fisiologis,
psikologis, sosial budaya dan spiritual serta perkembangan. Intervensi terhadap
gangguan fisiologis yang dapat menghalangi proses rekonstruksi dapat juga diberikan
tergantung kondisi klien misalnya perubahan pola tidur, nutrisi dan lain sebagainya.
Selanjutnya perawat perlu mempertimbangkan aspek perkembangan seseorang dari
perasaan berduka. Intervensi yang sesuai untuk ibu muda primigravida tentunya akan
sangat berbeda dengan ibu yang telah memiliki anak sebelumnya.

Analisis Kekutan dan kelemahan


1. Kekuatan
a. Model Sistem Betty Neuman mengemukakan tentang cara pandang terhadap
manusia sebagai makhluk holistik dan sistem terbuka yang selalu berinteraksi
dengan lingkungannya secara dinamis seiring dengan adanya respon-respon sistem
terhadap stressor baik dari lingkungan internal maupun eksternal.
b. Kliennya bias meliputi individu, kelompok, keluarga, komunitas atau kumpulan
agregat lainnya dan dapat diterapkan oleh berbagai disiplin keilmuan.
c. Komponen utama dari model ini adalah adanya stress dan reaksi terhadap stress
dengan tujuan untuk mencapai stabilitas sistem secara optimal.
d. Betty Neuman menyajikan aspek-aspek model sistemnya dalam suatu diagram
lingkaran konsentris yang cukup jelas dan mudah dimengerti, yang meliputi
variabel fisiologi, psikologis, sosiokultural, perkembangan dan spiritual, basic
struktur/central core dan energy resources, line of resistance, normal line of
defence, fixable line of defence, stressor, prevention/pencegahan primer, sekunder,
tertier, serta reconstitution.
e. Model Neuman lebih fleksibel biasa digunakan pada area keperawatan, pendidikan,
dan pelatihan keperawatan.
2. Kelemahan
a. Model Neuman dapat digunakan oleh semua profesi, sehingga untuk profesi
keperawatan kurang spesifik
b. Penjelasan tentang perbedaan stressor interpersonal dan ekstrapersonal masih
dirasa belum ada perbedaan yang jelas sehingga masih terdapat ketimpangan
diantara keduanya.

Gambaran Kasus II
Di ruangan ICU ada seorang pasien yang dirawat dengan diagnosa DM tipe 2, pasien
bernama Ny. H umur 55 tahun berasal dari daerah Y, pasien seorang muslim. Walaupun Ny.
S sedang sakit, Ny. S tetap menjalankan ibadah shalat 5 waktu. Ny. H mengatakan sudah
mengetahui penyakitnya ini, tetapi sebelumnya pasien tidak pernah melakukan pemeriksaan
lanjutan. Klien hanya memeriksakan gula darahnya di apotik yang menyiapkan pemeriksaan
GDS.
Selama ini Ny. S tidak mengkonsumsi obat dari dokter, Ny. S hanya meminum obat
herbal. Ny. S seorang ibu rumah tangga, yang memiliki 3 orang anak. Ny. S mengatakan
jarang menggunakan gadget untuk mrnambah pengetahuan dan wawasannya, pasien
mendapatkan informasi dari televisi atau dari anak-anaknya. Selama sakit Ny. S hanya makan
bubur dan sayur, Ny. S tidak mengontrol jenis dan porsi makanannya. Orang tua dari Ny. S
sudah meninggal dua tahun yang lalu dengan penyakit yang sama. Dari sisi lain Ny. S juga
kurang memenuhi kebutuhan personal hygiene, kuku panjang dan tampak hitam, rambut
kotor dan tidak mau mandi selama dilakukan perawatan.
Saat perawat akan memotong kuku dan membantu personal hygiene pasien menolak
karena menurutnya akan memperlambat proses penyembuhan. Selama perawatan
berlangsung Ny. S selalu ditemani suami, anak dan keluarganya. Kadang ada keluarga yang
membawa anak kecil dan ikut diajak menunggui dan tidur di RS. Perawat yang menjaga
sudah menjelaskan ada batasan pengunjung demi kenyamanan bersama dan adanya larangan
anak kecil di lingkungan RS karena berdampak terhadap kesehatan anak. Tetapi Ny. S dan
keluarga tetap meminta agar tetap di ijinkan dengan alasan jarak rumah yang jauh.
A. Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “Leininger’s Sunrise
models” dalam teori keperawatan transkultural Leininger yaitu :
1. Faktor Teknologi (Technological Factors)
a. Selama ini Ny. S sudah mengetahui penyakitnya tapi tidak pernah melakukan
pemeriksaan lanjutan. Ny. S hanya memeriksa gula darahnya di apotik yang
menyiapkan pemeriksaan GDS.
b. Ny. S tidak pernah minum obat dari dokter, Ny. S hanya mengkonsumsi obat
herbal.
c. Ny. S tidak pernah mencari informasi melalui internet karena tidak menggunakan
hp, sumber informasi hanya dari tv atau dari anak-anaknya
2. Faktor keagamaan dan falsafah hidup (Religous and Philosofical Factors)
a. Ny. S adalah seorang muslim
b. Selama sakit Ny. S tetap menjalankan shalat 5 waktu
c. Ny. S meyakini jika memotong kuku pada saat sakit, hal tersebut akan
menghambat proses penyembuhan
3. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (Kinship and Social Factors)
a. Selama sakit ny. S mendapat dukungan dari semua anggota keluarganya
4. Faktor nilai budaya dan gaya hidup (Cultural Values and Lifeways)
a. Ny. S meyakini jika memotong kuku pada saat sakit, hal tersebut akan
menghambat proses penyembuhan
b. Selama sakit Ny. S hanya makan bubur dan sayur, Ny. S tidak mengontrol jenis
dan porsi makanannya.
5. Faktor peraturan dan kebijakan (Polithical and Legal Factor)
Keluarga Ny. S juga kurang mematuhi aturan di RS terhadap batasan jumlah
penunggu dan larangan membawa anak kecil dilingkungan RS
6. Faktor ekonomi (Economical Faktor)
Ny. S adalah seorang ibu rumah tangga
7. Faktor pendidikan (Educational Factor)
Ny. S kurang koperatif terhadap pendidikan kesehatan yang diberikan oleh petugas
kesehatan, klin selalu memandang kesehatan dari keyakinannya.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur
2. Ketidakpatuhan klien terhadap Regimen pengobatan penyakit
3. Kurang pengetahuan tentang penyakit yang diderita
C. Perencanaan dan Implementasi Keperawatan
1. Cultural Care Preserventation/ Maintenance
a) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang proses
pengobatan dan perawatan luka DM dan personal hygiene.
b) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinteraksi dengan pasien
c) Diskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
2. Cultural Care Accomodation/ Negotiation
a) Kebiasaan Ny. S mengkonsumsi obat herbal dan tidak mau minum obat dari
dokter
1) Kaji kebiasaan pasien mengkonsumsi obat herbal
2) Kaji alasan pasien tidak mau berobat ke dokter
3) Anjurkan pasien untuk lakukan pemeriksaan rutin di pelayanan kesehatan
4) Berikan penkes tentang efek penggunaan obat herbal
5) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
b) Kebiasaan makan klien
1) Kaji pola makan dan makanan yang disukai klien
2) Berikan penkes tentang pentingnya menjaga pola makan
3) Anjurkan klien untuk membatasi makannya
c) Kebiasaan Membawa anak kecil dilingkungan RS dan ditunggu oleh banyak
orang
1) Kaji tentang pengetahuan klien tentang peraturan RS
2) Jelaskan ulang tentang peraturan di lingkungan RS
3) Berikan rasional tentang pelarangan membawa anak kecil di RS
3. Cultural Care Repartening / Reconstruction
a) Persepsi Ny. S terhadap personal Hygiene
1) Kaji pengetahuan klien tentang personal hygiene
2) Berikan PENKES tentang pentingnya personal hiegiene
3) Lakukan pemenuhan kebutuhan personal Hygiene
D. Implementasi Keperawatan
Adapun implementasi yang dilakukan terkait masalah yang telah ditemukan:
1. Cultural Care Preserventation/Maintenance
a) Mengidentifikasi budaya yang tidak bertentangan dengan kesehatan bahkan dapat
menjadi pendukung dalam meningkatkan kesehatan klien antara lain: sholat lima
waktu, berobat, memeriksa kadar gula secara rutin.
b) Memelihara komunikasi yang sedang terjalin dengan baik (tanpa ada masalah
karena budaya) antara klien dengan perawat maupun klien dengan dokter atau
klien dengan tenaga kesehatan lain.
c) Bersikap tenang dan hati-hati saat berinteraksi dengan pasien/klien.
d) Mendiskusikan budaya yang dimiliki klien agar dipertahankan bahkan lebih
ditingkatkan.
2. Cultural Care Accomodation/ Negotiation
a) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat interaksi dengan klien dan keluarga
klien, mencoba memahami kebudayaan klien sepanjang tidak memperburuk
proses pengobatan dan perawatan.
b) Keluarga klien (suami dan anak) menjadi perantara perawat untuk dapat
memberikan informasi mengetanai prosedur pengobatan medis dan perawatan
tanpa ada hambatan dari klien yang memiliki persepsi terhadap informasi
pengobatan dan perawatan.
c) Mengakomodir budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan merubah
budaya tersebut bila budaya yang dimiliki bertentangan dengan kesehatan seperti
tidak kebiasaan tidak melakukan pemeriksaan lanjutan, hanya mengkonsumsi
obat herbal, tidak memotong kuku, kebiasaan pasien dalam membiarkan dan
membawa anak kecil dilingkungan RS.
d) Dalam penyelesaian masalah tersebut petugas kesehatan (perawat) dalam
memberikan HE gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien.
e) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan, Apabila konflik tidak
terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan pengetahuan
biomedis, pandangan klien dan standar etik.
3. Cultural Care Repartening /Reconstruction
a) Merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien dan keluarganya
bertentangan dengan kesehatan seperti: persepsi Ny. S terhadap personal hygiene
dan pemberian pengobatan, pada prinsip penanganan kasus ini perawat
Memberikan informasi kepada klien dan keluarga keuntungan, dampak dan
kekurangan apabila tidak di lakukan pengobatan menunjang kesehatan seperti
minum obat teratur, menjaga pola makan dan perawat memberikan respon yang
tepat terhadap kebutuhan klien dengan menginformasikan cara pengobatan yang
benar serta memberikan informasi dalam pemenuhan kebutuhan gizi untuk
mempercepat proses penyembuhan dan pemulihan.
b) Melibatkan keluarga untuk turut serta membantu dan memotivasi klien
melakukan prosedur secara bertahap. Perawatan klien harus mencoba untuk
memahami budaya masing-masing melalui proses akulturasi, yaitu proses
mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya akan
memperkaya budaya-budaya mereka.
E. Evaluasi Keperawatan
Negosiasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatannya:
1. Keluarga klien (suami dan anak) lebih koperatif dapat memahami dan menerima
penjelasan masukan yang diberikan perawat.
2. Setelah dilakukanya beberapa tindakan Ny. S tetap meyakini budaya yang selama ini
diyakininya, kecuali tentang kebutuhan personal hygiene dan pemotongan kuku
untuk kebersihan kuku dan mencegah terjadinya penyebaran infeksi.
3. Klien memahami pentingnya menjaga pola makan serta minum obat dengan teratur.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pemberian asuhan keperawatan, teori Leininger sangat bermanfaat dan
dapat diterapkan pada proses asuhan keperawatan. Ketika perawat memahami dan
mengerti latar belakang budaya dari pasiennya, hal ini akan membuat pasien lebih
nyaman dan perawat akan lebih dekat dengan pasien.
Teori Leininger dapat juga diterapkan dalam bidang riset yang telah banyak
digunakan dalam penelitian, yang hasilnya sangat bermanfaat bagi masyarakat. Dalam
hal kolaborasi pemberian pelayanan denga tenaga kesehatan lain, teori ini digunakan
untuk menghindari terjadinya cultural shock pada pemberian asuhan keperawatan.
Model sistem Neuman diperoleh dari sistem teori yang umum. Teori ini 
berfokus pada klien sebagai sistem  (individu, keluarga, kelompok, masyarakat) dan
pada respon klien terhadap stressor. Sistem klien meliputi 5 variabel (fisiologi, 
psikologi, sosiokultural, developmental, spiritual) dan dikonsep secara lebih
mendalam (sumber dasar energi) dikelilingi oleh lingkaran konsentris yang meliputi
garis kekebalan, garis pertahanan, dan garis pertahanan fleksibel .
Model Neuman telah diterima dengan baik oleh  komunitas perawat  dan
digunakan dalam administrasi, praktek, pendidikan, dan penelitian. Kelompok model
sistem Neuman aktif terlibat dalam melindungi keutuhan model ini dan
mengembangkannya. Suatu lembaga pendidikan tinggi dari model sistem Neuman
telah mulai bekerja untuk mendapatkan dan menguji middle range theory berdasarkan
model.

B. Saran
1. Pemahaman yang berkelanjutan terhadap teori dapat dilakukakan dengan
pemakaian teori secara terus-menerus.
2. Pengembangan teori dapat dilakukan dengan berbagai kajian ilmiah dan penelitian
keperawatan terkait, tanpa meninggalkan paradigma keperawatan sebagai acuan
DAFTAR PUSTAKA

Yunus Elon, E. M. (2021). Teori dan Model Keperawatan. Yayasan Kita Menulis.

Aini, N. (2018). Teori Model Keperawatan. UMMPress.

Maglearning. 2020. Grand Teori Dan Middle Range Teori. Retrieved from
https://maglearning.id/2020/08/02/grand-teori-dan-middle-range-teori/

Risna dan Irwan, M. 2020. Falsafah dan Teori Keperawatan dalam Integrasi Keilmuan.
Gowa: Alauddin University Press.

Mediaperawat. (2021). Teori Keperawatan Model Madeleine Leininger: Transcultural


Nursing. Retrieved from https://mediaperawat.id/teori-model-madeleine-leininger/

Anda mungkin juga menyukai